Anda di halaman 1dari 3

Dalam konsep pewarisan sifat, kita mengenal Hukum Mendel.

Yuk, simak penjelasan lengkap mengenai


konsep awal Hukum Mendel di artikel ini.

Pernah nggak sih kamu mendengarkan komentar teman atau kerabat dekatmu mengenai kemiripan fisik
atau sifat dengan anggota keluargamu yang lain? Contohnya kayak gini nih.

“Sifat kamu mirip sekali dengan ayahmu”,

“Wah, matanya berwarna coklat, persis seperti ibunya”,

“Rambut keritingmu sama persis ya dengan kakakmu”, dan lain sebagainya.

Nah, persamaan dan perbedaan sifat maupun fisik dari orangtua atau induk ke anak atau keturunan,
dapat terjadi karena faktor genetika. Wah, apa itu genetika? Genetika adalah ilmu yang mempelajari
tentang pewarisan sifat.

Pada artikel sebelumnya, kita udah belajar mengenai konsep pewarisan sifat pada makhluk hidup. Kita
tau kalo gen dan kromosom itu berperan penting dalam proses pewarisan sifat. Bagi yang lupa-lupa dikit
sama materinya, bisa baca lewat link di bawah ini, yah!

Kalo di artikel ini, kita fokus ngebahas hukum pewarisan sifat, atau yang biasa dikenal dengan Hukum
Mendel. Wah, seperti apa itu, ya? Langsung aja yuk kita simak penjelasan lengkapnya berikut ini!

Sebelumnya, manusia nggak begitu kenal dengan pasti dan benar tentang konsep pewarisan sifat.
Sampai akhirnya, muncul nih seorang biarawan dan ahli botani asal Austria, bernama Gregor Johann
Mendel.

Tahukah Kamu Gregor Johann Mendel

Ia membawa pencerahan tentang hereditas atau pewarisan sifat melalui pembuktian prinsip dasar
genetika. Nah, pembuktian itu didasari lewat percobaan yang telah dilakukan. Lalu, dari hasil percobaan
itu, ia rumuskan menjadi hukum pewarisan sifat, yang dikenal sampai saat ini dengan Hukum Mendel.

Terus, apa sih percobaan yang Mendel lakukan?

Jadi gini, sekitar abad ke-19 Mendel melakukan percobaannya dengan melakukan
hibridisasi/persilangan menggunakan kacang polong atau ercis (Pisum Sativum). Mendel sengaja
memilih beberapa kacang ercis dengan karakteristik berbeda. Ia juga melakukan percobaannya
bertahun-tahun, untuk memperoleh hasil yang akurat.

Tapi, kenapa ya Mendel memilih kacang ercis sebagai objek percobaan? Nah, dibalik itu semua ada
alasannya guys, di antaranya: kacang ercis memiliki siklus hidup yang cepat, memiliki ciri-ciri yang
mudah dibedakan atau sifatnya kontras, mudah dilakukan penyerbukan silang, dapat melakukan
penyerbukan sendiri, dan menghasilkan keturunan yang banyak.

Akhirnya, sekitar tahun 1866, Mendel melaporkan hasil percobaannya. Semua hasilnya ia tulis di dalam
jurnal yang berjudul Natural Science Society of Brunn. Ternyata, kunci dalam percobaannya yang
terkenal sampai sekarang ini adalah melakukan 2 jenis persilangan untuk bisa menentukan hukum
pewarisan sifat, yaitu persilangan monohibrid dan persilangan dihibrid.

Persilangan monohibrid itu ada kaitannya dengan Hukum I Mendel, sedangkan persilangan dihibrid
berkaitan dengan Hukum II Mendel. Oleh karena itu, saat ini kita mengenal dua macam Hukum Mendel.

Ohya, sebelum kita bahas lebih lanjut mengenai Hukum I Mendel dan Hukum II Mendel, kamu harus tau
dulu nih beberapa istilah di hukum pewarisan sifat. Istilah ini yang nantinya banyak digunakan dalam
konsep pembahasan atau soal-soal. Jadi, supaya kamu mengerti, wajib dihafalkan, ya!

Istilah Kata dalam pewarisan sifat

Hukum I Mendel (Segregasi Bebas)

Hukum I Mendel disebut juga dengan hukum segregasi bebas. Ini karena pada hukum ini, gen di dalam
alel mengalami pemisahan (segregasi) secara bebas saat pembentukan gamet.

Bunyi Hukum I Mendel

Hukum I Mendel ini bisa dibuktikan lewat persilangan monohibrid. Apa sih persilangan monohibrid itu?
Oke, dari namanya aja “monohibrid”, mono artinya satu, jadi persilangan monohibrid adalah persilangan
dua individu, tapi dengan satu sifat beda. Sifat yang dimaksud seperti warna bunga yang disilangkan,
bentuk biji, tinggi tanaman, dan lainnya.

Misalnya gini, kamu ingin menyilangkan dua bunga mawar sejenis, cuma warnanya aja yang beda.
Mawar satu berwarna merah dan satunya lagi berwarna putih. Nah, karena dua mawar yang kamu
silangkan itu cuma memiliki satu sifat beda, yaitu warnanya, maka itu disebut persilangan monohibrid.

Supaya lebih kebayang, kita ambil contoh dari percobaan Mendel tentang persilangan tanaman ercis
bunga ungu dan putih ya. Jadi, awalnya ia memotong serbuk sari dari ercis bunga ungu dan menyisakan
putiknya. Sebaliknya, pada ercis bunga putih, yang dipotong putiknya aja. Nah, ercis bunga ungu dan
ercis bunga putih yang disilangkan ini disebut induk atau parental 1 (P1) ya.

Ternyata, hasil dari persilangan tersebut menghasilkan keturunan pertama atau filial 1 (F1) berwarna
ungu semua. Kemudian, Mendel membiarkan F1 melakukan penyerbukan sendiri, sehingga F1 ini jadi
parental 2 (P2). Nah, keturunan yang didapat ternyata berbeda guys, karena yang ia peroleh ercis bunga
ungu dan ercis bunga putih. Hasil keturunan tadi disebut sebagai filial 2 atau F2 ya. Karena ercis bunga
ungu tiga kali lebih banyak dibanding ercis bunga putih maka rasionya 3:1.
Kalo aku gambarin jadi kayak gini ya!

Persilangan Monohibrid

Hukum II Mendel (Asortasi Bebas)

Hukum II Mendel disebut juga dengan hukum asortasi bebas. Hal ini disebabkan karena gen di dalam
gamet mengalami penggabungan (asortasi) secara bebas saat pembentukan individu baru.

Bunyi Hukum II Mendel

Nah asortasi itu artinya berpasangan. Hukum II Mendel bisa diamati pada persilangan dihibrid ya.
Persilangan dihibrid adalah persilangan dengan 2 sifat beda. Tujuannya, supaya bisa tau nih pewarisan 2
sifat beda ini selalu menghasilkan sifat anakan yang sama kayak induknya atau tidak.

Maksudnya kayak gini, kamu mau menyilangkan dua kacang ercis. Kacang ercis pertama bentuk bijinya
bulat dan berwarna hijau. Sedangkan, kacang ercis kedua bentuk bijinya kisut dan warna nya kuning.
Karena, ada dua sifat beda disini yaitu bentuk biji dan warna biji, maka disebutnya persilangan dihibrid.

Oke, sekarang kita bahas nih percobaan mendel dengan dua sifat beda. Jadi, ia menyilangkan biji bulat
kuning dengan biji kisut hijau. Biji bulat kuning dan biji kisut hijau ini disebut parental 1 (P1). Ia
mengamati bahwa semua keturunan pertamanya (F1) menghasilkan biji bulat warna kuning. Artinya,
sifat yang dominan dari 2 biji induk tersebut adalah biji bulat kuning.

Terus, Mendel melakukan penyerbukan sendiri pada keturunan F1. Jadi, untuk parental 2 (P2) semuanya
merupakan hasil F1 yaitu biji bulat kuning. Ternyata F2 yang didapatkan bervariasi, ia memperoleh 4
sifat yang berbeda. Yaitu biji kisut kuning, biji bulat kuning, biji kisut hijau, dan biji bulat hijau, dengan
rasio 9:3:3:1. Jadi, gitu ya guys maksud dari Hukum I Mendel dan Hukum II Mendel.

Persilangan Dihibrid

Nah, sampai disini kamu udah belajar tentang hukum pewarisan sifat termasuk konsep dasar dari
persilangan monohibrid dan dihibrid. Gimana nih, dengan percobaan yang udah dijelasin dengan singkat
ini, jadi lebih kebayang kan?

Anda mungkin juga menyukai