Anda di halaman 1dari 9

Modul 1: Memilih Mindset

yang Relevan untuk


Menghasilkan

www.penulispreneur.com
Mulai dari Hal Kecil

“Perjalanan sejauh 1000 mil dimulai dengan 1 langkah” ~ Pepatah


Tiongkok

Apa pun yang kamu impikan kamu mesti memulainya. Termasuk


menghasilkan dari tulisan. Karena yang membedakan impian dengan
realita adalah tindakan.

Faktanya untuk menghasilkan dari tulisan, kamu mesti punya kebiasaan.


Ya, pastinya kebiasaan menulis.

Apa yang kita lakukan sehari-hari dikendalikan kebiasaan. Dan itu yang
mengendalikan pikiran bawah sadar. Sangat besar perannya yaitu 80%.

Modul satu ini akan membahas mindset. Tak terlihat tapi menentukan
hasil yang dahsyat. Mulailah dari hal kecil. Sebab dunia ini terbentuk dari
triliuan partikel atom, begitu kata pakar fisika kuantum.

Saya ingin mengutip dari buku Atomic Habits karya James Clear yang
sangat bagus dan saya rekomendasikan.

“Jika Anda bisa menjadi 1% lebih baik setiap hari dalam setahun, akhirnya
Anda akan 37 kali lebih baik pada pengunjung tahun. Sebaliknya, jika
Anda 1% lebih buruk setiap hari dalam setahun, Anda akan menurun
hampir menjadi nol." (hal. 18).

Apa hal kecil itu?

- Mencatat ide yang terlintas


- Menulis diary
- Menulis status yang berfaedah
- Apa pun yang ingin kamu tulis. Tulis saja.

Bukan seberapa bagus kualitas yang akan dihasilkan, tapi kuantitas akan
menentukan kualitas. So, mulailah dari hal kecil.
Mulai dari Hal Sederhana

Kebanyakan orang menyepelekan yang sederhana. Tandanya “ah gitu


doang, gue juga bisa”. Faktanya kita hanya bisa berbicara. Hati-hati. Hal
sederhana bisa mengubah segalanya.

Penulis terkenal dan karyanya dikenal dimana-mana selalu mulai dari hal
sederhana, keterbatasan, bahkan ketiadaan.

Masih ingat kan dengan J.K. Rowling yang rutin menulis di atas tisu.
Hanya sekedar iseng saja. So, Jangan menunggu ada laptop atau nunggu
apa pun, menulislah dengan cara apapun dan jangan tunda sedetik pun.

Menulislah dari hal sederhana, mulai dari apa yang kamu gunakan dan
tulisankan. Salah satu hal yang tak pernah saya publish adalah saya
menulis di buku tulis.

Sekedar untuk diri sendiri, tapi merasa itu ada dampaknya. Sebab, pikiran
nggak bisa menampung banyak ingatan. Lebih baik tuliskan dan luapkan.

Saya nggak meminta kamu untuk menulis di buku tulis, tapi kalau mau
merasakan sensasinya, saya nggak melarang.

Mulailah menulis cerita sederhana, kejadian sehari-hari, apa yang kamu


pikirkan dan rasakan.

Langkah Awal: Menghasilkan Berapa pun

Percaya atau nggak buku saya terbit pertama kali di bulan juni 2015.
Saking saya ingin menerbitkan buku dan mendapatkan penghasilan dari
tulisan.

Dan tulisan itu adalah cerita yang saya tulis di blog, kemudian saya
bukukan dan saya berikan headline. Buku itu ada di Google Playbooks
dengan judul Bukan Sekedar Gaul: Menjadi Pribadi yang Bahagia dan
Disukai Banyak Orang.
Pengalaman di sekolah saya kemas dengan pemahaman pengembangan
diri khas NLP (neuro-linguistic programming). Saat itu saya sudah suka
belajar. Dan tanpa saya sadari kalau setelah membaca dan melakukan
dapat menyerap 90% pembelajaran.

Semuanya saya kerjakan sendiri, layout, sampul, hingga editing, saya


berpikir bodoamat, yang penting terbit dulu. Dan alhamdulillah ada yang
beli walau saat itu saya jual Rp. 100.000,-.

Terbilang tinggi karena isinya 21 judul yang saya buat menjadi buku. Tapi
yang saya kejar adalah rasa menghasilkannya.

Guru Internet Marketing saya pernah bilang “kalau kamu belajar


menghasilkan uang dari internet, yang paling penting kamu
menghasilkan dulu, berapa pun itu. Supaya semangat”.

Sebab menghasilkan adalah feedback (timbal balik).

Mindset ini persis seperti menggelindingkan bola salju. Awalnya kecil lalu
membesar. Untuk mendapatkan royalti besar kamu mesti terbiasa
menghasilkan dari kecil.

Mental itu seperti otot yang mesti dilatih. Nggak bisa langsung diajak
untuk membayangkan hal besar. Otot pun langsung sakit kalau
mengangkat yang langsung berat, bukan?

Berapa pun jumlahnya yang penting karyamu menghasilkan. Siap?

Mengemas adalah Pembeda dari Penulis

Apa yang membedakan Ayam McD dengan Ayam yang dijual di pinggir
jalan? Selain rasa, pastinya kemasan. Tapi apakah penjual ayam di pinggir
jalan merasa takut jika dituntut karena menjual ayam seperti di McD?

Bagaimana cara kita mengemas informasi adalah sebuah keunikan


seorang penulis. Saya menyebutnya penulis itu unik karena punya
perspektif. Sudut pandang yang berbeda.
Tapi kenapa masih ada penulis yang takut plagiat, takut ditiru orang,
bahkan nggak mau nulis karena udah ada orang yang nulis.

Hey! Kamu adalah penulis. Kamu punya sudut pandang tersendiri. Sudut
pandang itu dipengaruhi pemikiran, latar belakang, dan pengalaman
kamu. Jadi, kenapa mesti takut untuk menulis?

Mungkin kamu bertanya-tanya bagaimana cara memiliki perspektif yang


unik?

Ya, sering - seringlah kamu menulis dari hal- hal sederhana. Dari sana
kamu akan mendapatkan satu hal yang bikin kamu “WOW, Excited
banget”. Kamu meyakini apa yang kamu dapatkan dan temukan itu
kamu banget.

Menjadi Pribadi yang Dipercaya Social Media

Apa yang akan kamu pelajari berkaitan dengan digital. Maka penting saya
menyampaikan ini.

Nggak peduli kamu introvert atau extrovert yang paling penting adalah
bagaimana kamu bisa dipercaya di dunia digital.

Satu hal yang saya yakini adalah kamu nggak menggunakan nama dan
username yang aneh untuk disampaikan ke publik.

Sebelum saya mendapati username dwiandikapratama tersedia. Saya


berpikir bagaimana caranya username dan domain saya bisa sama.

Dulu, saya menggunakan dwiandikapratamacom di Instagram, hingga


semua saya seragamkan. Mulai Facebook, Youtube, Medsos lainnya.

Bahkan ketika itu saya mencoba membuat nama kadikatalk. Tapi saya
masih nyaman dengan nama lengkap.

Jangan berpikir “bagaimana kalau mereka tahu siapa aku, bagiamana


kalau mereka menyalahgunakan?”. Coba dibalik “bagaimana kalau
mereka langsung percaya kalau tau aku?” Menyenangkan bukan?
Ebook Nggak Disukai Pembaca. Kata Siapa?

Saya akan beritahu kamu kalau yang akan kamu jual adalah ebook.
Bukan buku fisik. Tapi prinsip dan Teknik pemasarannya tetap bisa kamu
pratekkan.

Karena studi kasus ini adalah ebook yang saya jual di bulan oktober 2019
dan mungkin kamu memilikinya. Sebentar lagi kamu akan
mengetahuinya.

Ketika ada suara dalam diri “ebook itu nggak disukai pembaca lho.
Ngapain jualan ebook?”. Lho kamu sendiri ikut ini formatnya ebook.
Hanya aja ini modul yang lebih banyak dari ebook. Tapi esensinya sama,
bukan?

Ketika dirimu bersuara seperti itu cukup tanya balik “kata siapa?”. Bisa
jadi itu sekedar ikut-ikutan pemikiran orang lain aja. Nggak pernah
terbukti kebenarannya.

Sebentar lagi kamu akan merasakan kalau ebook bisa membantu siapa
pun. Bukankah kamu ingin jadi penulis yang bermanfaat?

Ebook adalah salah satu media yang paling mudah diakses, diciptakan,
dan didistribusikan. Bukan kah ini yang kamu inginkan? Minim biaya
produksi, tapi keuntungan tinggi.

Bagaimana Kalau Ebook Dibajak?

Jangankan ebook, buku fisik aja dibajak. Iya kan? Ketika kamu berpikir
“berapa banyak kerugian yang dikeluarkan?” tapi berpikirlah “berapa
banyak keuntungan yang bisa dihasilkan?”.

Ada cerita yang menggelitik dari penjual buku di blok M. “bang, kok ini
buku-bukunya dibiarin di luar?”. “ya, siapa yang mau nyuri? Emang ada
pencuri yang suka baca?”.

Persentase produk kami 90% ebook. Bahkan saya mendapatkan laporan


dari admin kalau yang sebelumnya beli ebook ini mereka ikut kelas online
hingga ikut kelas sertifikasi. Wah! Alhamdulillah.
Kalau kamu berpikir ebook itu gratisan bahkan murahan. Mungkin ebook
yang kamu baca layoutnya ala kadarnya, isinya biasa aja, jadi males
bacanya.

Jangan takut ebookmu dibajak. Dan sekali lagi jangan berpikir banyak
kerugian. Tapi berapa banyak yang akan dihasilkan.

Sebab, pendistribusian ebook jauh lebih cepat, lebih luas, bukankah kamu
menginginkan karyamu bermanfaat bagi banyak orang?

Idealis Boleh, tapi Realistis Juga

Kami memahami sebagian terbesar penulis itu ingin bukunya dipajang di


toko buku, seperti Gramedia, Togamas, dsb. Kita boleh idealis tapi mesti
realistis juga.

Saya ingin menghasilkan dari tulisan, dan menerbitkan buku bukanlah


cara tercepat untuk menghasilkan. Kebayang ya?

Jangan melupakan esensi dari buku, karena buku adalah media untuk
mendistribusikan gagasan. Buku itu akan biasa aja kalau isinya juga biasa
aja. Tapi bagaimana kalau buku itu kamu yang nulis?

Mungkin akan berbeda. Saya pernah tau bagaimana proses buku itu dari
terbit hingga dipasarkan. Kaka saya pernah bekerja di penerbit. Saya
pernah diajak untuk mengerjakan projek.

Saya banyak tau, ternyata tidak semudah yang saya bayangkan. Butuh
waktu untuk menghasilkan dari tulisan. Serius!

Butuh berbulan-bulan. Namun Saya nggak niatan mematahkan


semangat kamu untuk menerbitkan buku. Nggak. Saya juga lagi nulis
buku, tapi saya tetap realistis.

Saya ingin jadi penulis profesional, maka saya mesti menjual tulisan saya.
Seperti halnya studi kasus ebook ini.
Apa Motifmu di Balik Menerbitkan Buku?

Setiap motif itu unik dan hanya kamu aja yang tau. Tapi kebanyakan
masih malu untuk mengakuinya. Saya pernah mendapati ada yang
bertanya kepada saya tapi lebih ke mengkonfirmasi, “bang, kalau saya
menulis karena uang gimana?”.

Ya, saya jawab, “emang ada yang salah?”. Entah dari mana kita
mendapatkan mindset menulis karena uang itu salah, kurang tepat, atau
apa pun yang membuat kita nggak nyaman.

Terlepas apa pun motifmu menerbitkan buku. Kalau motifmu adalah


bagaimana menghasilkan dari tulisan. Ya, mengikuti saran dari MTJP
adalah keputusan yang tepat.

Target itu mesti kaku. Cara itu mesti fleksibel. Jangan kebalik.

Siapa Role Modelmu?

Mengetahui siapa yang akan kamu tiru adalah hal penting. Saya bocorkan
ya. Kenapa menjual ebook itu sangat menjanjikan.

Role model saya adalah Dr. Joe Vitale penulis buku Hypnotic Writing. Ia
berhasil mendulang dollar dari menjual ebook. Harganya tinggi, minim
biaya produksi.

Ketika kamu menemukan role model secara nggak sadar kamu akan
meniru apa yang ia pikirkan dan rasakan. Penting mengetahui prinsip
seseorang yang akan kamu tiru. Salah satunya adalah mindset.

Writer itu Profesinya. Entrepreneur itu Mentalnya

Secara nggak langsung kamu menyandang writerpreneur. Kenapa?


Karena kamu seorang penulis yang berorientasi ke bisnis.
Berpikir bagaimana cara tulisan kamu diterima pasar, disukai, dan laris di
pasaran. Salah satu ciri writerpreneur adalah menciptakan market
dulu, baru menjual produk.

Tanpa kamu sadari, kami melakukan itu. Kami ciptakan market dulu,
kumpulkan pembeli dulu. Barulah dibuat produknya. Termasuk modul ini
saya buat H-6 modul ini diakses oleh kamu. Menarik kan?

Mengemas Tulisan Jadi Penghasilan sebenarnya menerjemahkan apa


yang diinginkan oleh penulis pemula. Pasar punya keinginan, kami punya
pengalaman, yaudah kami satukan saja.

Ada studi kasus yang bisa kamu duplikasi agar terjadi akselerasi
(percepatan). Pentingnya kita membuat produk tulisan yang diinginkan
pasar agar bisa diterima.

Ada pun ebook yang akan kita jadikan studi kasus lebih teruji di offline.
Karena sebelumnya materi itu mengantarkan saya menjadi pembicara.

Saya nggak ingin kamu udah capek-capek nulis tapi nggak laku bahkan
nggak ada penjualan. Pentingnya kita menguji pasar. Kita akan bahas di
modul dua ya?

Menulis untuk Uang?

Itu lebih baik, daripada kamu menjual sesuatu yang dilarang agama,
negara, dan norma sosial? Mending menghasilkan dari tulisan, karena
kebaikan (pahala) sudah pasti dapat kalau diniatkan untuk manfaat.

Bukankah berbahagia berlipatganda? Saat keduanya terjadi bersama


(kebaikan dan pendapatan)? Siap ke modul berikutnya?

Anda mungkin juga menyukai