Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH HUKUM ACARA PERDATA

“PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM GUGATAN”

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

1. DEA ADINDA LAIYA (1011419033)


2. INDRI LATIF (1011419137)
3. DILFA NURFADILA LAHIBU (1011419145)
4. MOH. RENALDI SAPUTRA (1011419221)
5. EKO ILHAMSYAH (1011419190)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS HUKUM

T/A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah
“pengertian dan dasar hukum gugatan”

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen mata
kuliah hukum acara perdata yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah
ini.

Kami jauh dari kata sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran
yang membangun senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................
BAB I............................................................................................................................................................
PENDAHULUAN.........................................................................................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................................
BAB II...........................................................................................................................................................
PEMBAHASAN...........................................................................................................................................
A. Pengertian Gugatan............................................................................................................................
B. Dasar hukum......................................................................................................................................
C. Jenis-jenis pengadilan........................................................................................................................
D. Peradilan khusus dan absolute...........................................................................................................
E. Susunan badan-badan pengadilan umum...........................................................................................
F. Kewenangan Pengadilan....................................................................................................................
G. Kewenangan pengadilan tinggi..........................................................................................................
H. Kewenangan mahkamah agung................................................................................................
I. Tempat kedudukan pengadilan..........................................................................................................
J. Struktur organisasi.............................................................................................................................
BAB III.........................................................................................................................................................
PENUTUP.....................................................................................................................................................
A. Kesimpulan........................................................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam masarakat sering terjadi perkara-perkara perdata yang melibatkan dua pihak
atau lebih. yang dimaksud dengan perdata, yaitu perkara sipil atau segala perkara selain
perkara kriminal atau pidana. ketika menghadapi masalah perdata, kita dapat mengajukan
surat gugatan perdata kepada pengadilan setempat (Pengadilan negeri).
Surat gugatan perdata dibuat oleh pengacara atau kantor advokat yang ditujukan kepada
ketua Pengadilan negeri setempat. surat ini merupakan permohonan dari pihak penggugat
kepada pengadilan untuk menyelenggarakan persidangan antar pihak penggugat dan
tergugat terkait kasus yang menimpa pihak penggugat.
surat gugatan perdata memuat pihak penggugat dan tergugat, pihak yang dituju (ketua
pengadilan negeri), rincian permasalahan, perihal yang digugat, dan informasi lain yang
penting untuk disampaikan berkenaan dengan kasus perdata yang dihadapi. Rincian
permasalahan hendaknya dipaparkan seakurat mungkin agar tidak terjadi
kesalahpahaman

B. Rumusan Masalah
Berawal dari latar belakang diatas, maka kami memutuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian gugatan?
2. Apa dasar hukum gugatan?
3. Apa saja jenis-jenis pengadilan?
4. Apa saja peradilan khusus dan Absolut?
5. Bagaimana susunan badan-badan pengadilan umum?
6. Apa saja kewenangan pengadilan?
7. Apa saja kewenangan pengadilan tinggi?
8. Apa saja kewenangan mahkamah agung?
9. Seperti apa tempat kedudukan pengadilan?
10. Seperti apa susunan pejabat pada suatu pengadilan?
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Gugatan
G u ga ta n   ia la h   s ua tu   s u ra t   ya ng   di aj uk an  o le h  p en gg ug at  p ad a  k et ua
P en ga di la n   ya ng   be r w en an g,   ya ng   me nu ru t   tu nt ut an   ha k y an g di
d al am ny a mengandung suatu sengketa dan merupakan dasar landasan pemeriksaan
perkaradan suatu pembuktian kebenaran suatu hak. dalam gugatan ada istilah penggugat
dan tergugat. Penggugat ialah orang yang menuntut hak perdatanya kemuka
pengadilan perdata penggugat bias satu or an g /b a da n  h uk um at au
l eb ih  s eh in gg a  a da   is ti la h  p en gg ug at  I ,   pe ng gu ga t II ,  penggugat III
dan seterusnya. Lawan dari penggugat disebut tergugat. dalam hal tergugat ini pun bisa
ada kemungkinan lebih dari satu orang /badan, sehingga ada istilah tergugat I,
tergugat II, tergugat II, dan seterusnya.Gabungan penggugat atau gabungan
tergugat disebut dengan kumulasi subjekti f. dan idealnya dalam perkara di
pengadilan ada penggugat dan tergugat. inilah peradilan yang sesungguhnya
(  jurisdiction contentiosa) dan produk hukum dari gugatan adalah putusan pengadilan.
B. Dasar hukum
Dasar hukum gugatan dapat dilihat dari bentuknya. Bentuk gugatan terdapat 2 macam,
yaitu gugatan lisan dan gugatan tertulis. Dasar hukum mengenai gugatan diatur dalam
Pasal 118 ayat (1) Herziene Inlandsch Reglement (HIR) juncto Pasal 142 Rectsreglement
voor de Buitengewesten (RBg) untuk gugatan tertulis dan Pasal 120 HIR untuk gugatan
lisan. Akan tetapi, yang paling diutamakan tetaplah gugatan tertulis.
C. Jenis-jenis pengadilan
1. Peradilan Umum
Peradilan umum menangani perkara pidana dan perdata secara umum.  Badan
pengadilan yang menjalankannnya adalah Pengadilan Negeri sebagai pengadilan
tingkat pertama dan Pengadilan Tinggi sebagai pengadilan tingkat bandingnya.
Pengadilan Negeri berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota yang menjadi wilayah
kewenangannya. Sedangkan Pengadilan Tinggi berkedudukan di Ibukota Provinsi
dengan kewenangan meliputi wilayah Provinsi tersebut. Peradilan ini diatur dengan
UU No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum jo. UU No. 8 Tahun 2004 jo. UU No.
49 Tahun 2009 jo. Putusan MK Nomor 37/PUU-X/2012. Terdapat 6 pengadilan
khusus di lingkungan peradilan umum:
- Pengadilan Anak, merupakan pengadilan yang melakukan proses peradilan atas
perkara yang dilakukan oleh pada anak berumur 12-17 tahun yang diduga
melakukan suatu tindak pidana.
- Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, merupakan pengadilan yang melakukan
proses peradilan atas perkara tindak pidana korupsi, dimana pekara yang
diperkarakan adalah pekara yang tuntutannya diajukan oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi.
- Pengadilan Perikanan, merupakan pengadilan yang melakukan proses peradilan
yang berhubungan dengan tindak pidana di bidang perikanan.
- Pengadilan HAM, merupakan pengadilan yang melakukan proses peradilan yang
berkaitan dengan pelanggaran HAM berat meliputi kejahatan genosida dan
kejahatan terhadap kemanusiaan.
- Pengadilan Niaga, merupakan pengadilan yang melakukan proses peradilan atas
perkara pailit dan penundaan kewajibann pembayaran utang, kekayaan
intelektual, dan likuidasi.
- Pengadilan Hubungan Industrial, merupakan pengadilan yang melakukan proses
peradilan atas perkara perselisihan hubungan industrial meliputi hak, kepentingan,
PHK, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satup perusahaan.
2. Peradilan Agama
Peradilan agama ini adalah peradilan yang khusus menangani perkara perdata tertentu
bagi masyarakat beragama Islam. Yang sangat umum diperkarakan adalah perkara
perdata seperti perceraian dan waris secara Islam. Badan yang menjalankannya terdiri
dari Pengadilan Agama sebagai pengadilan tingkat pertama yang berada di ibukota
dan Pengadilan Tinggi Agama sebagai pengadilan tingkat banding yang terletak di
ibukota provinsi. Khusus di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dibentuk
pengadilan agama dengan nama Mahkamah Syar’iyah agama nya dibentuk dengan
nama Mahkamah Syar’iah dan pengadilan tinggi agama dengan nama Mahkamah
Syar’iyah Aceh. Dasar hukum peradilan ini adalah berdasrakan UU No.7 Tahun 1989
tentang Peradilan Agama jo. UU No.3 Tahun 2006 jo. UU No.50 Tahun 2009 jo.
Putusan MK Nomor 37/PUU-X/2012.
3. Peradilan Tata Usaha Negara
Peradilan ini khusus menangani perkara gugatan terhadap pejabat administrasi negara
akibat penetapan tertulis yang dibuatnya merugikan seseorang atau badan hukum
tertentu. Pengadilan ini terdiri dari pengadilan tata usaha negara dan pengadilan tinggi
tata usaha negara di ibukota provinsi. (UU No 5 Th 1986 dan perubahannya Jo.
Putusan MK Nomor 37/PUU-X/2012) dan terdapat pengadilan turunan dari
pengadilan tata usaha negara yang menangani masalah pajak yaitu Pengadilan Pajak.
(UU No 14 Th 2002). Ada satu pengadilan khusus dibawah lingkungan peradilan tata
usaha yaitu PengadilanPajak yang menangani perkara sengketa pajak. Dasar hukum
peradilan ini adalah berdasarkan UU No.5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara jo. UU No.9 Tahun 2004 jo. UU No.51 Tahun 2009 jo. Putusan MK Nomor
37/PUU-X/2012.
4. Peradilan Militer
Peradilan militer hanya menangani perkara pidana dan sengketa tata usaha bagi
kalangan militer. Badan yang menjalankan terdiri dari Pengadilan Militer, Pengadilan
Militer Tinggi dan Pengadilan Militer Utama. Pengadilan Militer adalah pengadilan
tingkat pertama bagi perkara pidana yang terdakwanya berpangkat Kapten atau di
bawahnya. Pengadilan Militer Tinggi sebagai pengadilan tingkat banding untuk
putusan Pengadilan Militer, sekaligus pengadilan tingkat pertama untuk perkara
pidana dengan terdakwa berpangkat Mayor atau di atasnya.
Pengadilan Militer Tinggi juga pengadilan tingkat pertama bagi sengketa tata usaha
angkatan bersenjata. Sedangkan Pengadilan Militer Utama ialah pengadilan tingkat
banding atas putusan Pengadilan Militer Tinggi.Dasar hukum peradilan ini adalah
berdasarkan UU No.31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer.

5. Peradilan Konstitusi
Menangani pengujian kesesuaian isi undang-undang dengan Undang-Undang Dasar
1945 dan kewenangan lain yang diatur dalam UUD 1945. Dasar hukum peradilan ini
adalah berdasarkan UUD 1945 dan UU No.24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi jo. UU No.8 Tahun 2011 jo. UU No.4 Tahun 2014. 
D. Peradilan khusus dan absolute
Kompetensi relatif diartikan kewenangan pengadilan untuk menangani/mengadili suatu
sengketa/perkara didasarkan pada tempat/lokasi/domisili para pihak yang bersengketa
atau didasarkan pada dimana objek yang disengketakan berada.  Atau dengan kata lain,
kompetenasi relatif adalah kewenangan pengadilan untuk menangani perkara sesuai
dengan wilayah hukum (yurisdiksi) yang dimilikinya. Oleh karena itu, para pihak dalam
mengajukan gugatan untuk memperhatikan dimana tempat/lokasi/domisili para pihak
serta objek yang disengketakan, dengan tujuan kompentesi relatif dari gugatan yang
diajukan dapat diterima, diperiksa serta diadili oleh hakim.
Kompentesi Absolut diartikan kewenangan pengadilan mengadili suatu perkara/sengketa
yang didasarkan kepada “objek atau menteri pokok perkaranya”. Untuk melihat lebih
jauh terkait kompentensi absolut tersebut dapat dilihat dalam penjelasan Pasal 10 ayat (1)
UU No. 14 Tahun 1970 (saat ini telah diubah menjadi UU No. 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman) yaitu sebagai berikut:
1. Didasarkan pada lingkungan kewenangan;

2. Masing-masing lingkungan memiliki kewenangan mengadili tertentu (diversity


jurisdiction);
3. Kewenangan tertentu tersebut menjadi kewenangan absolut (absolute
jurisdiction) pada masing-masing lingkungan peradilan sesuai dengan
subjek/materinya;
4. Oleh karena itu masing-masing lingkungan pengadilan hanya berwenang mengadili
perkara/kasus yg dilimpahkan UU kepadanya.

E. Susunan badan-badan pengadilan umum


Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi.. Pengadilan Khusus:
1. Pengadilan Anak
2. Pengadilan Niaga
3. Pengadilan Hak Asasi Manusia
4. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, berkedudukan di ibu kota provinsi, dengan
daerah hukum meliputi wilayah provinsi
5. Pengadilan Hubungan Industrial
6. Pengadilan Perikanan
F. Kewenangan Pengadilan
Tugas dan wewenang Pengadilan Negeri tercantum dalam UU Nomor 2 Tahun 1986
Pasal 50, yang berbunyi: "Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang memeriksa,
memutus dan menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata di tingkat pertama."
Berdasarkan bunyi UU tersebut, maka tugas dan wewenang Pengadilan Negeri ialah
memeriksa, memutus serta menyelesaikan perkara pidana dan perdata untuk rakyat
pencari keadilan pada umumnya, kecuali jika UU menentukan hal lainnya.

G. Kewenangan pengadilan tinggi


Pengadilan Tinggi bertugas dan berwenang mengadili perkara pidana dan
perkara perdata di Tingkat Banding.
Pengadilan Tinggi juga bertugas dan berwenang mengadili di Tingkat Pertama
dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antar Pengadilan Negeri di daerah
hukumnya.
H. Kewenangan mahkamah agung
Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung merupakan pengadilan kasasi
yang bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi
dan peninjauan kembali menjaga agar semua hukum dan undang-undang diseluruh
wilayah negara RI diterapkan secara adil, tepat dan benar. Disamping tugasnya sebagai
Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung berwenang memeriksa dan memutuskan pada
tingkat pertama dan terakhir semua sengketa tentang kewenangan mengadili.
permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap (Pasal 28, 29,30,33 dan 34 Undang-undang Mahkamah Agung No. 14
Tahun 1985) semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan muatannya
oleh kapal perang Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku (Pasal 33 dan
Pasal 78 Undang-undang Mahkamah Agung No 14 Tahun 1985)
I. Tempat kedudukan pengadilan
Pengadilan Negeri berkedudukan di Kotamadya atau di ibu kota Kabupaten, dan daerah
hukumnya meliputi wilayah Kotamadya atau Kabupaten.
Pengadilan Tinggi berkedudukan di ibu kota Propinsi, dan daerah hukumnya meliputi
wilayah Propinsi.
J. Struktur organisasi
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, maka kami dapat menyimpulkan bahwa sesuai dengan makalah
kami bahwa ada beberapa macam gugatan terdapat syarat-syarat yang harus terpenuhi di
dalamnya, serta wewenang-wewenang pengadilan.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah.
Kami berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
kami demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai