Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENYAKIT AKIBAT KERJA

“FAKTOR ERGONOMI”

Disusun Oleh:

Siti Dina Dian Cholida (180112052)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

ABDI NUSANTARA JAKARTA

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, wr.wb. Segala puji dan rasa syukur tak lupa kami panjatkan kepada Allah swt.
Karena nikmat yang diberikan, terutama nikmat sehat jasmani dan rohani serta nikmat iman dan
islam. Karena nikmat-Nya itulah kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “ Hernia
Nukleus Pulposus” tepat pada waktunya dengan baik dan benar serta sesuai prosedur. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok yang di berikan beliau kepada kami sebagai
materi kuliah Keperawatan Medikal Bedah II yang harus di pahami dan di mengerti maksudnya.
 
Kami menyadari segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik secara materi maupun
dalam penggunaan kata bahasanya. Oleh sebab itu demi kesempurnaan dan perbaikan dalam
penyusunan makalah ini, kami menerima kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini
bermanfaat dalam proses belajar dan mengajar. Wassalamu’alaikum wr.wb

Bekasi, 25 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................6
2.1 Definisi..............................................................................................................................................6
2.2 Penyebab dan Keterpaparan...............................................................................................................8
2.3 Gejala................................................................................................................................................9
2.4 Pengobatan......................................................................................................................................10
2.4.1 Terapi Konservatif....................................................................................................................10
2.4.2 Terapi Operatif........................................................................................................................12
2.5 Pencegahan......................................................................................................................................13
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................14
3.2 Saran................................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja,
bahan, proses maupun lingkungan kerja ( faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis, faktor
fisiologis atau ergonomi, faktor psikologis ), oleh karena itu penyakit akibat kerja merupakan
penyakit artefisial atau sering disebut manmade diseases. Upaya dalam mencegah timbul
PAK yang disebabkan oleh pekerjaan maka perlu adanya penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja atau biasa disebut K3 agar para pekerja merasa nyaman saat sedang bekerja
dan dapat terhindar dari PAK.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu program yang didasari
pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan
risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan maupun kerugian - kerugian lainnya yang
mungkin akan terjadi. Salah satunya PAK yang disebabkan oleh faktor ergonomi dapat
menyebabkan penyakit muskuloskeletal berupa HNP. Gejala HNP yang paling sering adalah
nyeri pada bagian leher dan punggung. Nyeri akan terasa semakin menyakitkan jika pasien
dalam keadaan duduk, bersin dan berjalan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka permasalahan yang dapat
dikemukakan adalah sebagai berikut:

a. Apakah pengertian HNP?


b. Apakah penyebab dari HNP?
c. Bagaimana pengobatan pada penderita HNP?
d. Apakah upaya pencegahan pada penderita HNP?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang di atas, maka tujuan yang dapat dikemukakan adalah
sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengertian HNP
b. Untuk mengetahui penyebab dari HNP
c. Untuk mengetahui pengobatan pada pasien HNP
d. Untuk mengetahui upaya pencegahan agar tidak terjadinya HNP
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Hernia nukleus pulposus (HNP), yang juga disebut ruptura diskus intervertebralis
(ruptured disc, slipped disc), terjadi ketika seluruh tubuh atau sebagian nukleus pulposus
(bagian tengah diskus intervertebralis yang lunak dan mirip gelatin) terdorong melalui cincin
luar (anulus fibrosus) yang melemah atau robek sehingga disus menjadi disfungsional dan
menciptakan tekanan pada satu sara spinal atau lebih.

Diskus intervertebralis adalah lempengan kartilago yang berbentuk sebuah bantalan di


antara dua tulang belakang. Material yang keras dari fibrosa digabungkan dalam satu kapsul.
Bantalan seperti bola di bagian tengah diskus dinamakan nukleus pulposus. Pada herniasi
diskus intervertebralis (ruptur diskus), nukleus pada diskus menonjol ke dalam anulus
(cincin fibrosa) sekitar discus dengan akibat kompresi saraf. (Arif Muttaqin, 2008, 349)
Herniasi nukleus pulposus (HNP) terjadi kebanyakan oleh karena adanya suatu trauma
derajat sedang yang berulang mengenai diskus intervertebralis sehingga menimbulkan
sobeknya anulus fibrosus. (Arif Muttaqin, 2008, 349)

Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan herniasinya,


dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang sesungguhnya, yaitu:

1. Protrusi diskus intervertebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa


kerusakan annulus fibrosus.
2. Prolaps diskus intervertebral : nukleus berpindah, tetapi masih dalam lingkaran
anulus fibrosus.
3. Extrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dan anulus fibrosus dan berada di
bawah ligamentum, longitudinalis posterior.
4. Sequestrasi diskus intervertebral : nukleus telah menembus ligamentum
longitudinalis  posterior  

Nukleus pulposus yang mengalami herniasi ini dapat menekan nervus di dalam medulla
spinalis jika menembus dinding diskus (annulus fibrosus); hal ini dapat menyebabkan nyeri,
rasa tebal, rasa keram, atau kelemahan. Rasa nyeri dari herniasi ini dapat berupa nyeri
mekanik, yang berasal dari diskus dan ligamen; inflamasi, nyeri yang berasal dari nucleus
pulposus yang ekstrusi menembus annulus dan kontak dengan suplai darah; dan nyeri
neurogenik, yang berasal dari penekanan pada nervus.
2.2 Penyebab dan Keterpaparan
HNP biasanya disebabkan oleh kerusakan akibat penggunaan selama bertahun-tahun
dengan sedikit retakan di annulus yang melemahkan cincin kartilago suportif. Kemudian
pada suatu hari ketika indivdu tersebut bersin, tiba-tiba terjadi herniasi. Trauma akut akibat
jatuh atau pukulan ke punggung atau leher juga dapat menyebabkan herniasi mendadak.
Penyebab HNP antaralain karena trauma atau regangan (strain) yang berat dan
degenerasi sendi intervertebralis. Pada kebanyakan klien gejala trauma bersifat singkat.
Gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan
atau tahun. Kemudian pada generasi diskus, kapsulnya terdorong ke arah medula spinalis,
atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural
atau terhadap saraf spinal saat muncul dari columna spinal. (Arif Muttaqin, 2008, 349)
Faktor resiko yang meningkatkan seseorang mengalami HNP :
a. Usia
Usia merupakan faktor utama terjadinya HNP karena annulus fibrosus lama
kelamaan akan hilang elastisitasnya sehingga menjadi kering dan keras,
menyebabkan annulus fibrosus mudah berubah bentuk dan ruptur.  
b. Trauma
Terutama trauma yang memberikan stress terhadap columna vertebralis, seperti
jatuh.
c. Pekerjaan
Pekerjaan terutama yang sering mengangkat barang berat dan cara mengangkat
barang yang salah, meningkatkan risiko terjadinya HNP
d. Gender
Pria lebih sering terkena HNP dibandingkan wanita (2:1), hal ini terkait pekerjaan
dan aktivitas yang dilakukan pada pria cenderung ke aktifitas fisik yang melibatkan
columna vertebralis.
2.3 Gejala
Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai
otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas HNP sentral dan HNP lateral. HNP
sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urine. Sedangkan HNP
lateral bermanifestasi pada rasa nyeri dan nyeri tekan yang terletak pada punggung bawah,
di tengah-tengah area bokong dan betis, belakang tumit, dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi
jari kelima kaki berkurang dan refleks achiler negatif. Pada HNP lateral L 4 – L5  rasa nyeri
dan nyeri tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai bawah bagian
lateral, dan didorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks patella
negatif. Sensibilitas dermatom yang sesuai dengan radiks yang terkena menurun.
Gejala yang sering muncul adalah :
1. Nyeri pinggang bawah (lumbal atau servikal) yang intermiten (dalam beberapa
minggu sampai beberapa tahun). Nyeri menjalar sesuai dengan distribusi saraf
skiatik
2. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantat dan terus
menjalar ke bagian belakang lutut kemudian ke tungkai bawah
3. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan gerakan pinggang saat
batuk atau mengejan, berdiri, atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan
nyeri berkurang klien beristirahat berbaring
4. Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal, kebas, atau sensasi
terbakar pada lengan dan tangan. Bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan
distribusi persarafan yang terlibat
5. Nyeri bertambah bila daerah L5 – L1 (garis antara dua Krista iliaka) ditekan. (Arif
Muttaqin, 2008, 351)
2.4 Pengobatan

2.4.1 Terapi Konservatif


a. Tirah Baring

Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari


dengan sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk, tungkai
dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutut tertentu. Tempat tidur tidak
boleh memakai pegas/per, dengan demikian tempat tidur harus dari papan yang
lurus dan ditutup dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk
nyeri punggung bawah mekanik akut. Lama tirah baring  bergantung pada berat
ringannya gangguan yang dirasakan penderita. Pada HNP, klien memerlukan
tirah baring dalam waktu yang lebih lama. Setelah tirah baring, klien
melakukan latihan atau dipasang korset untuk mencegah terjadinya kontraktur
dan mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.

b. Kompres hangat / dingin

Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah dilakukan.


Untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi. Beberapa pasien merasakan
nyeri hilang pada  pengkompresan hangat, sedangkan yang lain pada
pengkompresan dingin.

c. Medikamentosa

1. Simptomatik

- Analgesik dan NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drug)


Obat ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan
inflamasi sehingga mempercepat kesembuhan. Contoh analgetik :
paracetamol, Aspirin Tramadol. NSAID : Ibuprofen, Natrium
diklofenak, Etodolak, Selekoksib.
- Obat pelemas otot (muscle relaxant)  
Bermanfaat bila penyebab HNP adalah spasme otot. Efek terapinya
tidak sekuat  NSAID, seringkali di kombinasi dengan NSAID. Sekitar
30% memberikan efek samping mengantuk. Contoh Tinazidin,
Esperidone dan Carisoprodol.
- Opioid
Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgetik biasa yang jauh
lebih aman. Pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan toleransi
dan ketergantungan obat.
- Kortikosteroid oral
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi. Dipakai pada kasus
HNP yang  berat dan mengurangi inflamasi jaringan.
- Anelgetik ajuvan
Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan mekanisme
nyeri pada HNP sesuai dengan neuropatik. Contohnya : amitriptilin,
Karbamasepin, Gabapentin.
- Suntikan pada titik picu
Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan campuran anastesi
lokal dan kortikosteroid ke dalam jaringan lunak/otot pada titik picu
disekitar tulang  punggung. Cara ini masih kontroversi. Obat yang
dipakai antara lain lidokain, lignokain, deksametason,
metilprednisolon dan triamsinolon.
- Kortikosteroid (prednison, prednisolon)
- Anti-inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan
- Antidepresan trisiklik (amitriptilin)
- Obat penenang minor (diazepam, klordiasepoksid)

2. Kausal, kolagenese

d. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang
lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.
2.4.2 Terapi Operatif
Terapi operatif dilakukan apabila dengan tindakan konservatif tidak
memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang, atau terjadi defisit neurologis.
Terapi operatif pada  pasien dilakukan jika:
a. Pasien mengalami HNP grade 3 atau 4.
b. Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang tersisa,
atau ada gangguan fungsional setelah terapi konservatif diberikan
selama 6 sampai 12 minggu.
c. Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami pasien
menyebabkan keterbatasan fungsional kepada pasien, meskipun terapi
konservatif yang diberikan tiap terjadinya rekurensi dapat menurunkan
gejala dan memperbaiki fungsi dari  pasien.
d. Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu lama.
Intervensi bedah dapat beragam bergantung pada sifat masalah, usia,
dan disabilitas pasien:
1) Distectomy: Pengambilan sebagian diskus intervertabralis.
o Pengangkatan diskus yang menonjol (herniasi) dan
menghubungkan celah dengan tandur tulang (disektomi dengan
fusi)
o Disektomi subtotal (parsial, bukan total) menurunkan herniasi
ulang setelah disektomi lumbal.
o Disektomi total dan penggantian dengan tandur tulang.
o Percutaneous distectomy: Pengambilan sebagian diskus
intervertabralis dengan menggunakan jarum secara aspirasi.
2) Spinal fusion dan sacroiliac joint fusion: Penggunaan graft pada
vertebra sehingga terbentuk koneksi yang rigid diantara vertebra
sehingga terjadi stabilitas.
3) Foraminotomi: membuka ruang di dalam foramen untuk membuat
ruang yang lebih  besar untuk diskus yang membesar atau
menonjol (herniasi) sehingga mengurangi kompresi dan meredakan
nyeri.
4) Laminektomi atau hemi-leminektomi: eksisi semua atau sebagian
lengkung posterior vertebra untuk meredakan nyeri.
5) Fusi paddat, dengan atau tanpa leminektomi, yang membatasi
mobilitas spinal.
6) Penggantian diskus total dengan alat prostetik, yang menyebabkan
komplikasi terkait dengan alat tertentu (migrasi, alat polietilen
yang ditanam terdorong keluarm device wear, degenerasi, dan
osifikasi di sekitar alat, penyakit partikel).

2.5 Pencegahan

Meski HNP tidak selalu dapat dicegah, kita bisa mengurangi risiko saraf kejepit dengan
melakukan langkah-langkah berikut:

 Berolahraga secara teratur, terutama jenis olahraga yang dapat menguatkan otot serta
sendi di tungkai dan punggung, misalnya berenang.
 Menjaga postur tubuh yang baik, seperti duduk dengan punggung yang tegak, atau
mengangkat beban dengan posisi yang benar.
 Mempertahankan berat badan ideal, untuk mencegah tekanan berlebih pada tulang
belakang.
 Berhenti merokok, karena kandungan di dalam rokok bisa mengurangi suplai oksigen ke
bantalan tulang belakang.
 Sesekali berdiri dan lakukan peregangan jika pekerjaan mengharuskan untuk duduk
dalam waktu yang lama.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan lunak diantara
ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau Nukleus Pulposus) mengalami tekanan dan
pecah, sehingga terjadi penyempitan dan terjepitnya urat-urat saraf yang melalui tulang
belakang kita. Saraf terjepit lainnya di sebabkan oleh keluarnya nukleus pulposus dari diskus
melalui robekan annulus fibrosus keluar menekan medullas pinalis atau mengarah ke
dorsolateral menekan saraf spinalis sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat.

Hernia Nukelus Pulposus (HNP) merupakan suatu gangguan yang melibatkan ruptur
annulus fibrosus sehingga nucleus pulposis menonjol (bulging) dan menekan kearah kanalis
spinalis. Pada penelitian HNP paling sering dijumpai pada tingkat L4-L5; titik tumpuan
tubuh di L4-L5-S1.

3.2 Saran
Demikian makalah yang telah saya buat, jika ada kekurangan dalam pembuatan
makalah ini, saya mohon maaf. Saya juga memohon untuk saran dan kritik untuk makalah
saya apabila ada yang kurang berkenan.
DAFTAR PUSTAKA

Hurst, Marlene. 2016. Belajar Mudah Keperawatan Medikal-Bedah Vol 1. Jakrta: EGC
Kowalak, Jennifer P., dkk. 2016. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba
Medika Price, Sylvia A., dan Lorraine, M. Wilson. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses  Penyakit Edisi 6 . Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai