Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH ILMU GIZI

KECUKUPAN ZAT GIZI MAKANAN

Dosen pengampu :
Dr. Dra Siti Nurrochma, M.Kes

KELOMPOK BANDENG

Disusun oleh :
Leni Pebriyanti (200611635691) 16
Naufal Ghani Dhiaulhaq (200611635725) 19
Ryo Novansyah Wilyatama (200611635760) 22

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI
KESEHATAN DAN RKREASI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Kami dapat menyelsaikan tugas makalah yang berjudul
“Kecukupan zat gizi makanan”Ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari ibu Dr. Dra
Siti Nurrochma, M.Kes, selaku dosen dari mata kuliah ilmu gizi yang telah Memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah wawasan kami sesuai didalam mataKuliah yang sedang kami
pelajari saat ini.Kami menyadari , bahwa makalah yang kami tulis ini mungkin masih jauh dari
kata sempurna.
Oleh karena itu , kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi
kesempurnaan makalah kami dan sebagai ajang untuk pembelajaran kami dalam pembuatan
makalah kedepanya

Malang,02 Oktober 2021

Kelompok Bandeng
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan masalah........................................................................
1.3 Tujuan..........................................................................................2
BABII.............................................................................................................3
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gizi...........................................................................................
A. Ilmu Gizi.................................................................................
B. Ruang Lingkup Gizi................................................................
C. Hubungan Gizi Dengan Tubuh...............................................
D. Hubungan Gizi Dengan Proses Tubuh ..................................
E. Akibat Gangguan Gizi Terhadap Fungsi Tubuh....................
F. Akibat Kekurang dan Kelebihan Gizi Bagi Tubuh................
G. Angka Kecukupan Gizi (AKG).............................................
H. Rata-rata Kecukupan Gizi Sehari Pada Orang Dewasa........
I. Pentingnya Gizi.....................................................................
J. Gizi Yang Dibutuhkan Oleh Tubuh.......................................
K. Manfaat Gizi.........................................................................
L. Penyakit yang Ditimbulkan Karena Kekurangan Gizi
Kwashiorkor..........................................................................
M. Zat Gizi Makro Dan Mikro...................................................
B. Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi..................................................

4.2 Angka Kecukupan Gizi Energi (AKE) Responden....................


4.3 Umur Narapidana.......................................................................
4.4 Berat Badan (BB) Narapidana...................................................
4.5 Input Energi / Kalori Berdasarkan Bahan Pangan.....................
4.6 Output Energi / Kalori yang Dikeluarkan.................................
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang banyak dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti , absorpsi, transportasi , penyimpanan , metabolisme
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan. Untuk mempertahankan kehidupan ,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ manusia serta bisa menghasilakn
energi. Kata gizi merupakan kata yang sangat relatif yang baru dikenal sekitar tahun
1857. Kata gizi ini berasal dari bahasa Arab ghidza yang bisa disebut makanan. Dalam
bahasa inggris, food menyatakan makanan , pangan , bahan , makanan ( Kuspriyanto
Susilowati , 2016 ).
Zat gizi juga diartikan sebagai zat yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan proses
dalam tubuh. Untuk menentukan kecukupan zat gizi pada tubuh manusia, karena sangat
erat kaitannya dengan system kekebalan yang lebih kuat, resiko penyakit menular yang
rendah, serta umr panjang. Maka tidak salah bila indonesia memiliki sejarah terkait gizi
Nasional. Dalam ilmu pengetahuan dan dunia medis gizi merujuk pada ilmu atau praktik
konsumsi serta penggunaan makanan. Dalam struktur metabolisme , asupan gizi yang
terkandung dalam makanan yang dikonsumsi mampu mencegah masuknya beragam
penyakit dalam tubuh. Begitu pentingnya gizi bagi tubuh terkadang manusia seringkali
mengabaikan pola makan yang buruk , intoleransi terhadap makanan , hingga alergi
makanan.
Gizi menurut KBBI zat makanan pokok yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan
kesehatan badan. Jumlah gizi yang diperlukan oleh tubuh kita dapat berbeda-beda bagi
setiap orang, ditentukan oleh aktifitas fisik, penyakit yang dimiliki, obat-obatan yang
dikonsumsi dan kondisi fisik khusus seperti kehamilan dan menyusui.
WHO berpendapat gizi merupakan asupan makanan yang dipertimbangkan berkaitan
dengan kebutuhan asupan tubuh. Gizi yang baik terdiri dari makan yang cukup dan
seimbang yang dikombinasikan dengan aktivitas fisik secara teratur menjadi dasar dari
hidup sehat. Gizi yang buruk dapat menyebabkan berkurangnya kekebalan tubuh ,
meningkatnya kerentanan terhdap penyakit , mengganggu perkembangan fisik dan
mental , dan mengurangi produktivitas.

B. Tujuan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu gizi dan mencari agar bisa memperluas
pengetahuan tentang kecukupan zat ilmu gizi

C. Manfaat
Dapat memberikan ifmormasi dan pengetahuan kepada pembaca agar bisa menjaga
kecukupan zat gizi pada makanan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian gizi

Gizi dalam Bahasa Indoenesia diserap dari kata Bahasa Arab yaitu ‘gizhai’ yang artinya
makanan yang menyehatkan. Gizi dapat diartikan sebagai pasokan bahan makanan yang
dibutuhkan oleh organisme dan sel untuk tetap hidup, gizi juga dapat diartikan sebagai
zat-zat yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan proses-proses dalam tubuh.Gizi
menurut KBBI adalah zat makanan pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan dan
kesehatan badan. Jumlah gizi yang diperlukan oleh tubuh kita dapat berbeda-beda bagi
setiap orang, ditentukan oleh aktifitas fisik, penyakit yang dimiliki, obat-obatan yang
dikonsumsi dan kondisi fisik khusus seperti kehamilan serta menyusui.Menurut WHO,
gizi merupakan asupan makanan yang dipertimbangkan berkaitan dengan kebutuhan
asupan tubuh. Gizi yang baik terdiri dari makan yang cukup dan seimbang yang
dikombinasikan dengan aktivitas fisik secara teratur menjadi dasar dari hidup sehat. Gizi
yang buruk dapat menyebabkan berkurnangnya kekebalan tubuh, meningkatkan
kerentanan terhadap penyakit, menganggu perkembangan fisik dan mental, dan
mengurangi produktivitas (Publikasi, 2013). Kecakupan gizi sangat menentukan
keberlangsungan kesehatan tubuh manusia, karena sangat erat kaitannya dengan system
kekebalan yang lebih kuat, resiko penyakit menular yang rendah, serta umur panjang.
Maka tidak salah bila Indonesia memiliki sejarah terkait dengan Gizi Nasional. Dalam
ilmu pengetahuan dan dunia medis, gizi merujuk pada ilmu atau praktik konsumsi serta
penggunaan makanan. Dalam struktur metabolisme, asupan gizi yang terkandung dalam
makanan yang dikonsumsi mampu mencegah masuknya beragam penyakit ke dalam
tubuh. Sedemikian pentingnya gizi bagi tubuh terkadang kalian seringkali abai mulai dari
pola makan yang buruk, intoleransi terhadap makanan, hingga alergi makanan

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang banyak dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti , absorpsi, transportasi , penyimpanan , metabolisme
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan. Untuk mempertahankan kehidupan ,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ manusia serta bisa menghasilakn
energi. Kata gizi merupakan kata yang sangat relatif yang baru dikenal sekitar tahun
1857. Kata gizi ini berasal dari bahasa Arab ghidza yang bisa disebut makanan. Dalam
bahasa inggris, food menyatakan makanan , pangan , bahan , makanan ( Kuspriyanto
Susilowati , 2016 ).

Ilmu gizi

1.nutrisi adalah studi tentang semua interaksi yang terjadi antara orang dan makanan
dikonsumsi makhluk hidup ini berarti Pemahaman istilah nutrisi adalah tentang apa yang
dibutuhkan tubuh manusia kandungan apa saja dalam bisnis makanan tersebut bagaimana
tubuh manusia menggunakan dan tampak yang dimiliki berkaitan dengan kesehatan
2. Nutrisi juga melibatkan sosiologis faktor budaya ekonomi dan teknologi serta
perannya dalam mendapatkan dan memilih makanan yang kita makan

3. Ilmu gizi disebut juga ilmu tentang makanan yang meliputi set set isi dan senyawa lain
yang terkandung dalam bahan makanan serta reaksi interaksi antara zat gizi atau zat gizi
dengan al-serta keseimbangannya yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit
termasuk juga dalam ilmu gizi meliputi proses pencernaan pangan up sore si distribusi
pemanfaatan dan ekskresi zat zat gizi

4. Zat gizi (nutrients) adalah senyawa yang berupa ikatan kimia dalam makanan atau
pangan yang diperlukan tubuh untuk memenuhi fungsi tubuh seperti metabolisme sel
atau jaringan sehingga dapat memproses makanan untuk menghasilkan energi
membangun sel serta memelihara jaringan yang berguna dalam pengaturan proses
kehidupan

5. gizi ( nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang


dikonsumsi secara normal melalui proses digesti Absorpsi transportasi penyimpanan
metabolisme dan pengeluaran zat zat yang tidak digunakan lagi oleh tubuh proses untuk
mempertahankan kehidupan pertumbuhan perkembangan dan fungsi normal dari organ
organ serta menghasilkan energi istilah yang berhubungan dengan gizi adalah makanan
pangan bahan makanan dan status gizi

6. Makanan adalah bahan bahan yang dapat dikonsumsi selain obat yang mengandung
zat gizi dan atau unsur kimia yang dapat diubah menjadi zat zat gizi yang diperlukan
oleh tubuh nya sehingga dapat berguna jika dikonsumsi untuk memenuhi kecukupan gizi
yang dibutuhkan

7. Pangan adalah semua bahan bahan mentah yang dapat dijadikan makanan yang aman
dikonsumsi bagi tubuh

8. Status gizi adalah kondisi tubuh yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi makanan
sebagai akibat adanya metabolisma servis yang sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk
menjalankan fungsinya(et al. Kurniadi, Y U., 2020)
B. Ruang lingkup gizi

Ruang lingkup gizi terdiri atas :


 Produksi pangan
 Penyediaan makanan
 Konsumsi pangan
 Perubahan pasca panen
 Pengolahan pangan
 Pemanfataan pangan

C. Hubungan gizi dengan tubuh


Hubungan gizi dengan tubuh
 Sifat sifat dan perubahan sedikit bersama dengan zat lainnya yang bermanfaat bagi
kesehatan baik sebelum maupun staf usah pencernaan penyerapan dan utilisasi di dalam
tubuh manusia
 Fungsi zat gizi serta zat lain Yang bermanfaat bagi kesehatan serta berperan dalam
interaksi zat -zat dalam tubuh manusia ditinjau dari aspek Biokimia , Metabolik, fisiologi
dan Nutrigenomic zat gizi berperan dalam memberi energi pertumbuhan dan
pemeliharaan jaringan tubuh serta mengatur proses tubuh

 Menurut Hendrik L belum bahwa derajat kesehatan manusia dipengaruhi oleh


1.Lingkungan zat gizi
2. Perilaku / kebiasaan
3. Pelayanan kesehatan

D.Hubungan gizi dengan proses tubuh


1. Makanan sehari-hari yang kita pilih dengan baik akan memberikan zat gizi
yang dibutuhkan untuk mendukung fungsi tubuh dan pilek tidak dipilih dengan
baik maka tubuh akan mengalami kekurangan zat gizi tertentu.
2. Zat gizi yang berperan dalam mengatur proses tubuh yaitu prote in mineral
vitamin dan air (Dini Primashanti & Sidiartha, 2018)
E. Akibat gangguan gizi terhadap fungsi tubuh
1. faktor primer
susunan makanan kurang secara kualitas dan kuantitas , penyediaan dan distribusi
pangan, kemiskinan, ketidaktahuan , kebiasaan makanan ya salah sebagainya

2.faktor Sekunder
semua faktor yang menyebabkan cacat fisik tidak ter up sore sih dan terdistribusi
maksimal ke dalam sel sel tubuh setelah makanan dikonsumsi misalnya ada gangguan
saluran cerna struktur gigi yang tidak baik gangguan produksi enzim pencernaan
gangguan ginjal atau sistem ekskresi dan gangguan darah.

F. Akibat kekurangan dan kelebihan gizi bagi tubuh


 Akibat kurang gizi pada metabolisme tubuh kekurangan fisik akibat kuantitas dan
kualitas makanan kurang memenuhi kebutuhan tubuh harian dapat menyebabkan
gangguan pada proses pertumbuhan, produksi , tenaga pertahanan , tubuh struktur
dan fungsi otak , perilaku sehat

 Akibat disilet pada proses tubuh : gizi lebih menyebabkan kegemukan atau
obesitas, kelebihan energi yang dikonsumsi disimpan di dalam jaringan dalam
bentuk lemak, kegemukan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya berbagai
penyakit degenaratif seperti : hipertensi, diabetes melitus, jantung koroner, hati
dan Kantung Empedu(Sidjabat et al., 2021)

G . Angka kecukupan gizi (AKG)

Angka kecukupan zat gizi (AKG) merupakan suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap
hari bagi semua orang menurut golongan umur , jenis kelamin , ukuran tubuh , aktivitas
tubuh untuk mencapai derajat kesahatan yang optimal (Yunawati et al., 2016). AKG
merupakan kecukupan pada tingkat konsumsi sedangkan pada tingkat produksi dan
penyediaan perlu dihitungkan kehilangan dan pengunaan lainnya dari tingkat produksi
sampai tingkat konsumsi. AKG ditulis dalam bentuk tabel. Pada kolom pertama , tertulis
kelompok umur dan jenis kelamin mulai dari bayi hingga usia lanjut serta tambahan
energi dan zat gizi untuk ibu hamil dan ibu menyusui. Pada kelompok berikutnya tertulis
BB (kg) dan TB (cm) yang merupakan rata-rata BB dan TB pada kelompok umru
tersebut. Pada kolom keempat dan seterysnya berisi kecukupan energi dan zat gizi sehari
untuk kelompok umur dan jeni kelamin tertentu. Zat gizi dicantumkan terdiri dari zat gizi
makro dan karbohidrat , protein , lemak , serta vitamin dan mineral ( Pritasari dkk ,
2017 ).

Manfaat AKG adalah pertama sebagi acuan dalam menilai kecukupan gizi, kedua
sebagai acuan dalam menyusun makanan sehari-hari termasuk perencaan makanan di
institusi , ketiga sebagai acuan perhitungan dalam perencanaan penyediaan pangan
tingkat regional maupun nasional , keempat sebagai acuan pendidikan gizi serta sebagai
acuan tabel pangan yang mencantumkan informasi nilai gizi ( pritasari dkk ,2017 )

H. Rata-Rata kecukupan gizi sehari pada orang dewasa


Dalam keadaan normal tubuh mengatur keseimbangan antara energi yang
diperoleh dari makanan dengan energi yang diperlukan tubuh , guna mempertahankan
kelangsungan fungsi tubuh . pada orang dewasa , dimana pertumbuhan tidak lagi terjadi
kebutuhan zat-zat gizi lebih tergantung pada aktivitas fisiknya. Umunya laki-laki lebih
memerlukan energi disebabkan karena secara fisik laki-laki lebih banyak bergerak tetapi
pada aktivitasnya juga memerlukan energi banyak. Semakin tinggi dan semakin berat
badan seseorang kebutuhan energinya juga perlu ditambhkan .
Makanan fast food umumnya mengandung kalori tinggi , kadar , lemak , gula dan
sodium (NA) juga tinggi , tetapi rendah serat , vitamin A , asam askorbot , kalsium , dan
folat. Kandungan gizi yang tidak seimbang ini bila terlanjur menjadi pola makan , akan
berdmpak negatif pada keadaan gizi pada dewasa. Inventasi medis yang paling canggih ,
telah mengeluarkan dimensi lain dari intraksi antara gizi dan mobilitas. Perhatian
terhadap gizi bergantung pada prosedur medis lanjut , memburuknya keadaan gizi akan
mempunyai efek yang kecil terhadap kelangsungan hidup. Dilain pihak terjadi kasus “
pembunuhan “ oleh penyakit –penyakit yang bersifat degeneratif (penyakit jantung ,
kanker dan stroke ) bersamaan dengan meningkatnya umur harapan orang dewasa.
Perubahan –perubahan yang tidak baik pada pola makanan adalah menigktnya konsumsi
kalori , protein hewani , lemak dan kolestrol, meningkatnya rasio asam lemak jenuh dan
tidak jenuh, gula dan menurunya konsumsi karbohidrat kompleks dan serat kasar, serta
meningkatnya konsumsi garam , meningkatnya kebutuhan energi untuk memlihara
kesehatan.
Sejak tahun 1900 , rasio asam lemak tidak jenuh terhadap yang jenuh telah
meningkatkan dari 0,2 menjadi besar dari 0,4 konsumsi karbohidrat total telah menurun
secara nyata semenjak awal abad dan konsumsi gula meningkat secara nyata selama
seperempat awal abad ini, untuk mengubah pola makan masyarakat yang mempunyai
rsiko terhadap penyakit jantung menjadi pola makan yang secara hipotesis lebih baik.
Penuruna bahaya penyakit jantung fatal dan non fatal telah ditemukan tetapi belum
adanya penurunan laju total kematian pada umur yang diperkirakan , gizi yang diperbaiki
, barangkali melalui suatu efek lanjutan dari perbaikan selama periode usia muda.
Perubahan makanan yang secara esensial merugikan bayi seperti terlalu banyak makan ,
tidak akan bergantung pada perubahan makanan orang dewasa dan dari perubahan
makanan yang telah menyebabkan perubahan yang diingkan pada pertumbuhan masa
muda . kebutuhan gizi orang dewasa relatif besar , selain itu orang dewasa umumnya
melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia lain sehingga diperlukan zat gizi
yang lebih banyak. Untuk melakukan evaluasi , perencanaan konsusmsi dan ketersediaan
Pangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan penduduk rata-rata secara makro nasional
dan berbagi kebutuhan lainya, dalam AKG ditetapkan etimasi rata-rata angka kecukupan
energi dan rata-rata angka kecukupan protein bagi masyarakat indonesia. Rata-rata angka
kecukupan energi bagi masyarakat indonesia sebesar 2100 ( dua ribu seratus ) kilo kalori
per orang per hari pada tingkat konsumsi . rata-rata kecukupan protei bagi masyarakat
indonesia sebesar 57 ( lima puluh 7 )gram per orang per hari pada tingkat konsumsi
(permenks RI , 2019 ). Dalam sehari jumlah kalori tersebut menjadi makan pagi sekitar
20%, makan siang dan makan malam 30% dan sisanya adalah snack. Snack bisa di
konsumsi 2 kali dalam sehari yaitu pagi dan sore dengan masing-masing 10%. (Sitoayu
et al., 2017)

I. Pentingnya Gizi
Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan
gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang
dikonsumsi akan mempengaruhi asupan gizi sehingga akan mempengaruhi kesehatan
individu dan masyarakat. Agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit
kronis atau penyakit tidak menular terkait gizi, maka pola makan masyarakat perlu
ditingkatkan kearah konsumsi gizi seimbang. Keadaan gizi yang baik dapat
meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat (Amin & Lestari, 2019). Prinsip dari
gizi seimbang antara lain :

1) Mengkonsumsi ragam pangan


Yang dimaksudkan beranekaragam dalam prinsip ini selain keanekaragaman jenis
pangan juga termasuk proporsi makanan yang seimbang, dalam jumlah yang
cukup, tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur. Demikian pula jumlah
makanan yang mengandung gula, garam dan lemak yang dapat meningkatkan
resiko beberapa penyakit tidak menular, dianjurkan untuk dikurangi. Minum air
dalam jumlah yang cukup telah dimasukkan dalam komponen gizi seimbang.
Karena air bersifat penting dalam proses metabolisme dan dalam pencegahan
dehidrasi.
2) Membiasakan perilaku hidup bersih
Budaya perilaku hidup bersih akan menghindarkan seseorang dari keterpaparan
terhadap sumber infeksi. Seseorang yang menderita penyakit infeksi akan
mengalami penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang
masuk ke tubuh berkurang.
3) Melakukan aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk olahraga
merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan
pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh.
4) Memantau Berat Badan (BB) secara teratur untuk mempertahankan berat badan
normal
Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah terjadi
keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya berat badan yang
normal, yaitu berat badan yang sesuai untuk tinggi badannya. Indikator tersebut
dikenal dengan IndeksMasa Tubuh (IMT).

J. Gizi yang dibutuhkan oleh tubuh


Asupan gizi yang baik adalah asupan gizi yang menyediakan sejumlah zat gizi
esensial, serat dan energi yang seimbang dengan kebutuhan gizi individu. Asupan gizi
tersebut akan digunakan untuk proses metabolisme tubuh, beraktivitas dan berolahraga.
Oleh karena itu, asupan zat gizi harus disesuaikan dengan kebutuhan gizi harian. Sebagai
pedoman untuk asupan gizi, Kementerian Kesehatan Indonesia telah menetapkan suatu
standar: Angka Kecukupan Gizi atau biasa disebut dengan AKG. AKG dapat dijadikan
patokan untuk mengetahui jumlah zat gizi yang harus dipenuhi seseorang dalam sehari
secara praktis. Bahkan seringkali kebutuhan zat gizi yang diperhitungkan secara personal
jumlahnya lebih rendah dari AKG (Structures, n.d.).
Makronutrien adalah nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tubuh.
Jenis gizi ini dibagi lagi menjadi makronutrien yang menyumbang energi dan yang tidak.
Dalam makronutrien energi meliputi karbohidrat, protein, dan lemak.

1. Karbohidrat

Karbohidrat memiliki molekul-molekul yang terdiri atas monosakarida, disakarida,


dan polisakarida. Polisakarida dianggap lebih baik dibanding monosakarida karena
lebih kompleks sehingga butuh waktu lama untuk diserap ke dalam aliran darah dan
tidak memicu lonjakan gula darah yang besar. Karena itu, semakin kompleks
karbohidrat yang Anda konsumsi, nutrisi yang Anda dapatkan akan semakin baik.
Contoh karbohidrat kompleks adalah gandum utuh, nasi merah, dan biji-bijian.
Sedangkan jenis karbohidrat sederhana meliputi nasi putih, roti putih, dan
pasta(Sarlis. dkk, 2018).

2. Protein

Protein disusun oleh 20 jenis asam amino seperti Isoleucine, histidine, leucine,
lysine, methionine, phenylalanine, tryptophan, threonine, dan valine merupakan
contoh asam amino esensial. Sementara asam amino nonesensial meliputi aspartic
acid, cysteine, glutamic acid, alanine, arginine, asparagine, glutamine, glycine,
proline, serine, dan tyrosine. Sebagian diantaranya tidak bisa diproduksi oleh tubuh,
sehingga harus didapatkan melalui makanan. Sementara sebagian lainnya termasuk
nonesensial sebab bisa diproduksi sendiri oleh tubuh. Maka dari tiu. Contoh makanan
berprotein seperti ikan, gandum utuh, kacang-kacangan, dan daging unggas.

3. Lemak

Lemak sejatinya termasuk salah satu gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
berfungsi dengan baik. Mulai dari membantu organ-organ dalam menghasilkan
hormon, melumasi persendian, menyerap vitamin tertentu, dan menjaga kesehatan
otak. Banyak orang menghindari asupan lemak karena takut akan terkena penyakit,
padahal Anda dapat mengganti dengan lemak sehat seperti alpukat, keju, telur,
kacang, minyak kelapa untuk memenuhi kebutuhan lemak dalam tubuh. Sementara,
dalam Makronutrien yang tidak menyumbang energi, meski tidak menyediakan
energi namun tetap penting bagi tubuh, antara lain adalah  serat dan air.

4. Serat

Sebagian besar serat terdiri atas karbohidrat. Nutrisi ini penting untuk mendukung
pertumbuhan bakteri baik dalam sistem pencernaan. Sumber serat berasal dari sayur
dan buah-buahan.

5. Air

Sekitar 70 persen tubuh manusia terdiri dari air, karena itu air sangat penting untuk
menjaga fungsi tubuh. Kebutuhan air tiap orang juga berbeda-beda dan dipengaruhi
oleh banyak hal. Misalnya ukuran tubuh, usia, aktivitas fisik, suhu lingkungan,
kondisi kesehatan, dan pola makan. Karena itu, sangat dianjutkan untuk minum
setidaknya 2 liter air setiap hari.
Mikronutrien adalah nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil, dan
terdiri atas berbagai mineral serta vitamin.

1. Mineral

Di samping oksigen, karbon, hidrogen, dan nitrogen, tubuh juga memerlukan mineral
dari makanan. Terdapat berbagai mineral yang penting untuk proses biokimia manusia.
Misalnya, kalium, klorida, natrium, kalsium, fosfor, magnesium, zinc, zat besi, mangan,
tembaga, iodin, selenium, dan molibdenum. Dalam pola makan seimbang, kebutuhan
mineral akan tercukupi dengan baik. Mineral juga terkadang ditambahkan ke produk
tertentu agar dapat memenuhi kebutuhan Anda. Proses penambahan ini disebut
fortifikasi.

2. Vitamin
Vitamin tidak dapat diproduksi secara cukup, Untuk mencukupinya dapat diperoleh dari
bahan pangan. Vitamin terbagi menjadi dua kelompok besar, yakni vitamin yang larut
dalam air (seperti vitamin A, D, E, K) dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin B1,
B2, B3, B5, B6, B7, B9, B12, dan C). Vitamin larut air akan keluar lebih cepat melalui
urine setelah dikonsumsi. Karena itu, vitamin jenis ini perlu dikonsumsi dengan lebih
teratur. Sedangkan vitamin yang larut dalam lemak mudah menumpuk di tubuh karena
sulit dihilangkan dengan cepat. Penumpukan vitamin secara berlebihan ini disebut
hipervitaminosis

K. MANFAAT GIZI

1. Sebagai sumber energy


2. Perbaikan sel-sel yang rusak
3. Mengatur dan mendukung system metabolisme tubuh
4. Melindungi fungsi organ tubuh
5. Sumber pertumbuhan dan perkembangan
6. Membentuk atau memperbaiki organ-organ pada membrane tubuh
7. Menjaga keseimbangan metabolisme

L . Penyakit yang ditimbulkan karena kekurangan gizi

Kwashiorkor

Kwarshiorkor merupakan kondisi malnutrisi akibat kekurangan asupan protein.


Padahal, protein sangat dibutuhkan untuk memperbaiki dan memperbarui sel serta
jaringan tubuh, mendukung proses pemulihan tubuh ketika terjadi luka atau penyakit,
dan mendukung tumbuh kembang janin, bayi, dan anak-anak.

Kwashiorkor umumnya lebih banyak menimpa anak-anak dan kasusnya masih


banyak terjadi di negara-negara berkembang. Gejala dari penyakit ini antara lain
kelelahan, kulit kering dan bersisik, rambut kering  atau kusam, perut buncit,
hilangnya massa otot, pembengkakan di bawah kulit (edema), perubahan mood, serta
susah menambah berat dan tinggi badan. Kwashiorkor dapat dicegah dan ditangani
dengan mengonsumsi makanan berprotein tinggi, seperti daging, susu, keju, ikan,
telur, kedelai, kacang-kacangan, dan biji-bijian (Ayudita & Ghaza, 2020).

1. Marasmus

Marasmus disebabkan oleh kekurangan asupan kalori berkepanjangan, baik dari


protein maupun karbohidrat. Marasmus dapat menimpa anak-anak dan orang dewasa,
serta berisiko tinggi menyebabkan kematian, jika tidak ditangani. Ciri-ciri orang
terkena marasmus adalah tubuh kurus kering dan tulang yang menonjol, terutama
tulang iga dan bahu. Selain itu, kulit lengan, paha, dan bokong penderita akan tampak
kendur, serta wajahnya terlihat seperti orang tua. Marasmus umumnya dapat
ditangani dan dicegah dengan menjalani pola makan sehat bergizi seimbang.

2. Beri-beri

Beri-beri terjadi karena tubuh kekurangan vitamin B1 (thiamine). Vitamin ini


berperan penting dalam mengatur kinerja serta fungsi sistem saraf dan otot, menjaga
fungsi saluran pencernaan, dan proses metabolisme karbohidrat menjadi energi.
Penyakit beri-beri terdiri dari 2 jenis, yaitu beri-beri basah dan beri-beri kering.
Gejala beri-beri basah antara lain sering terbangun di malam hari dengan sesak napas,
denyut jantung meningkat, sesak napas saat beraktivitas, dan kaki bagian bawah
bengkak. Beri-beri basah umumnya dapat mengganggu kinerja jantung dan pembuluh
darah. Sementara itu, beri-beri kering dapat memengaruhi sistem saraf.

Gejala beri beri kering antara lain susah berjalan, kaki dan tangan mati rasa atau
kesemutan, fungsi otot kaki bagian bawah menurun, nyeri, kesulitan bicara, muntah,
dan nistagmus. Untuk mencegah beri-beri, Anda perlu mengonsumsi makanan kaya
vitamin B1, seperti susu, biji-bijian, gandum, jeruk, daging sapi, ragi, kacang-
kacangan, beras, dan sereal dari biji-bijian utuh.

3. Skorbut (scurvy)

Skorbut adalah penyakit malnutrisi akibat tubuh kekurangan vitamin C. Vitamin


C penting bagi tubuh karena berperan dalam produksi kolagen, penyerapan zat besi,
dan pembentukan imunitas tubuh. Gejala penyakit scurvy antara lain nyeri otot dan
sendi, kelelahan, munculnya titik-titik merah di kulit, perdarahan dan pembengkakan
pada gusi, hilangnya nafsu makan, berat badan turun, diare, mual, dan demam. Guna
mencegah terjadinya penyakit ini, pastikan makanan yang dikonsumsi mengandung
vitamin C. Beberapa pilihan makanan yang kaya akan vitamin C antara lain cabai,
tomat, brokoli, kiwi, stroberi, lemon, jeruk, limau, kubis, paprika, nanas, pepaya,
mangga, blewah, kembang kol, dan bayam.

4. Anemia

Anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah atau


hemoglobin. Penyakit ini bisa terjadi akibat kekurangan zat besi. Zat besi diperlukan
tubuh untuk memproduksi sel darah merah yang berfungsi untuk membawa oksigen
dalam darah ke jaringan tubuh. Jika sel darah merah sedikit, organ dan jaringan tubuh
tidak akan mendapatkan oksigen yang cukup. Anemia defisiensi besi ditandai dengan
berbagai gejala, yaitu tubuh lemah dan lesu, merasa sangat letih, kesemutan di kaki,
kurangnya nafsu makan, detak jantung cepat, kuku rapuh, nyeri dan radang lidah,
tangan dan kaki dingin, pusing atau sakit kepala, infeksi, sakit dada, sesak napas,
insomnia dan kulit pucat. Namun, terkadang penyakit ini bisa saja tidak
menimbulkan gejala apa pun. Anemia dapat diatasi dan dicegah dengan cara
mengonsumsi suplemen zat besi atau makanan yang kaya akan zat besi, seperti
daging, ikan, hati ayam atau sapi, tahu, tempe, telur, kacang-kacangan, biji-bijian,
beras merah, seafood, dan sayuran berdaun hijau tua. Kebanyakan masalah yang
disebabkan oleh malnutrisi akan berhenti setelah kekurangan nutrisi diatasi. Namun,
ada pula yang menimbulkan efek samping berkepanjangan. Ini biasanya terjadi ketika
malnutrisi sudah parah dan berlangsung lama. Beberapa komplikasi yang dapat
terjadi akibat malnutrisi meliputi kelainan fungsi ginjal, imunodefisiensi, kelainan
otot, dan demensia. Pada bayi dan anak-anak, malnutrisi juga bisa menimbulkan
terjadinya gangguan tumbuh kembang dan stunting

M. ZAT GIZI MAKRO DAN MIKRO


1. Pengertian

Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, zat gizi terbagi menjadi dua golongan
yaitu :

 Zat gizi Makro adalah makanan utama yang membina tubuh dan memberi energi. Zat
gizi makro dibutuhkan dalam jumlah besar dengan satuan g (gram). Zat gizi makro
terdiri atas karbohidrat, lemak dan protein.
 Zat gizi Mikro adalah komponen yang diperlukan agar zat gizi makro dapat berfungsi
dengan baik. Zat gizi mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil atau sedikit, tetapi ada
didalam makanan. Zat gizi mikro terdiri atas mineral dan vitamin. Zat gizi mikro
menggunakan satuan mg (miligram) untuk sebagian besar mineral dan vitamin.

Asupan zat gizi makro pada anak anak seperti energi, protein, karbohidrat, dan lemak
menunjukkan masih rendah dan berada dibawah Anjuran Kecukupan Gizi yang
dianjurkan (AKG). Begitu juga dengan asupan zat gizi mikro, berdasarkan hasil
penelitian (tabel 2) menunjukkan bahwa asupan kalsium masih sangat rendah begitu juga
dengan zat besi, zink dan vitamin A. Asupan zat gizi makro dan mikro pada anak
Stunting dalam penelitian ini diperoleh sebagai gambaran dari kebiasaan makan siswa
stunting dalam kurun waktu satu bulan terakhir. Rendahnya jumlah asupan
dibandingakan dengan kecukupan gizi yang dianjurkan jelas mempengaruhi
pertumbuhan. Variasi lauk hewani kurang beragam dikonsumsi sehari-hari dan porsinya
kurang untuk memenuhi kebutuhan gizi.
Kebiasaan makan ini sudah berlangsung dalam jangka waktu yang lama sehingga
berdampak pada kejadian stunting. Stunting menggambarkan keadaan gizi kurang yang
sudah berjalan lama dan memerlukan waktu bagi anak untuk berkembang serta pulih
kembali (Hati & Pratiwi, 2019). Selain itu kebiasaan anak SD yang suka diberi uang
jajan oleh orang tuanya saat berangkat ke sekolah memudahkan anak membeli makanan
sesuai selera siswa. Makanan jajanan yang dikonsumsi kebanyakan mengandung sumber
karbohidrat dan lemak. Berdasarkan hasil uji Korelasi Spearman diatas diperoleh nilai p
> 0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan asupan zat gizi makro (energi, protein,
karbohidrat, lemak) maupun mikro (zink, kalsium, zat besi, dan vitamin A) dengan
stunting anak SD di Kota Bengkulu. Asupan zat gizi makro meliputi asupan energi,
protein dan karbohidrat anak SD stunting umumnya rendah dibandingkan AKG yang
dianjurkan untuk usianya. Sedangkan asupan zat gizi mikro meliputi zink, zat besi,
kalsium dan vitamin A juga demikian. Asupan kurang tidak mencapai setengah dari
AKG yang dianjurkan. Asupan zat gizi makro dan mikro pada anak.
Zat gizi mikro sangat penting untuk pertumbuhan fisik, kematangan seksual,
perkembangan otak dan integritas fungsi sistem imun (Abd El-Maksoud et al., 2017).
Zink mempunyai peran dalam sintesis protein, replikasi gen dan pembelahan sel yang
sangat penting selama periode pertumbuhan baik sebelum maupun sesudah kelahiran,
sehingga kekurangan zink akan menyebabkan terjadinya stunting pada anak. Anak yang
mengalami stunting mempunyai kebiasaan konsumsi zink yang rendah (Saragih, 2017).
Anak yang mengalami defisiensi zink berdampak terhambatnya kerja hormon. Tidak
terdapatnya hubungan asupan zat gizi makro dan mikro dengan stunting dalam penelitian
ini bila dibandingkan penelitian yang sebelumnya ini karena berbeda dalam pemilihan
sampel. Dalam penelitian ini semua sampel penelitian adalah semua siswa SD stunting
sedangkan peneliti lain bervariasi misalnya responden pada balita stunting dengan balita
tidak stunting (normal). Meskipun hasil statistik menunjukkan tidak ada hubungan
bermakna asupan makanan dengan stunting namun asupan makanan pada beberapa anak
stunting sudah menjadi perhatian keluarga untuk memperbaiki kualitas maupun
kuantitasnya(Biomass, 2019).
2. jenis – jenis zat gizi makro
Zat gizi makro dibagi menjadi 3 jenis yaitu sebagai berikut :

 Karbohidrat

Karbohidrat merupakan zat gizi makro yang meliputi gula , pati , dan serat .
Gula dan pati memasak energi berupa glukosa , yaitu sumber energi yang utama
untuk sel –sel darah merah , otak , sistem saraf pusat ,plasenta dan janin. Glukosa
juga dapat disimpan dalam bentuk glikogen dalam hati dan otot , atau diubah
menjadi lemak tubuh ketika energi dalam tubuh berlebih. Gula juga tergolong
jenis karbohidrat yang cepat dicerna dan di serap dalam aliran darah sehingga
dapat langsung digunakan tubuh sebagai energi . pati termasuk jenis karbohidrat
yang lama dicerna dan diserap darah , karena perlu dipecah dulu oleh enzim
pencernaan menajdi gula , sebelum dapat digunakan tubuh sebagai energi , tetapi
ada beberapa jenis pati tahan terhadap enzim pencernaan. Sementara serat adalah
jenis karbohidrat yang tidak dapat dicerna , sebab tidak dapat dipecah oleh enzim
pencernaan , sehingga relatif utuh ketika melewati usus besar. Serat membantu
memberikan perasaan kenyang , penting untuk mendorong buang air besar yang
sehat , dan menurunkan resiko penyakit jantung koroner. Gula ditemukan secara
alami pada buah , susu , dan hasil olahanya, serta dapat dijumpai dalam bentuk
ditambahkan pada makanan. Pati secara alami terdapat pada beras dan hasil
olahanya ( bihun , tepung beras ) , jagung , gandum , dan hasil olahanya ( terigu ,
roti , mie ) , pasta , sagu , umbi-umbian ( ubi , singkong , kentang ) , sayuran ,
kacang kering . sementara serat secara alami banyak terdapat pada sereal utuh ,
umbi-umbian , kacang-kacangan , sayuran , buah .

 protein

protein merupakan komponen struktur utama seluruh sel tubuh dan berfungsi
sebagai enzim , hormon , dan molekul –molekul penting . protein dikenal sebagai
zat gizi yang unik sebab menyediakan asam-asam amino esensial utuk
membanagun sel-sel tubuh maupun sumber energi. Karena menyediakan “ bahan
baku “ untuk membangun tubuh , protein disebut zat pembangun. Protein
terbentuk dari asam-asam amino dan bila asam amino tersebut tidak berada dalam
keseimbanagan yang tepat , kemampuan tubuh untuk menggunakan protein akan
terpengaruh. Jika asam – asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis protein
terbatas , tubuh dapat memecah protein tubuh untuk memperoleh asam –asam
amino yang dibutuhkan . kekurangan protein memengaruhi seluruh organ dan
terutama selama tubuh kembang sehingga asupan protein kulitas tinggi yang
memadai untuk kesehatan . kulaitas protein sangat bervariasi dan tergantung pada

komposisi asam amino protein dan daya cerna (digestibility). Protein hewani
yang diperoleh dari telur , ikan , daging , daging unggas dan susu , pada
umumnya adalah protein berkualitas tinggi . adapun protein nabati yang diperoleh
dari biji-bijian dan kacang-kacangan , pada umunya merupakan protein
berkualitas lebih rendah , kecuali kedelai dan hasil olahanya (tempe , tahu ) .
makanan yang tinggi daya cerna proteinya (>95%). Namun , bila kacang-
kacangan dan padi – padian dikonsumsi secara kombinasi , protein nabati dapat
membentuk protein lebih lengkap.

 lemak

lemak merupakan, zat gizi makro yang mencakup asam lemak dan trigliserida .
lemak adalah zat gizi yang padat energi ( 9 kkal per gram ) sehingga lemak
penting untuk menjaga keseimbangan energi dan berat badan . lemak
menyediakan medium untuk penyerapan vitamin –vitamin larut lemak ( vitamin
A , D , E , K). Didalam makanan , lemak berfungsi sebagai pelezat makanan
sehingga orang cenderung lebih menyukai makanan berlemak . tubuh manusia
tidak dapat membuat asam lemak omega – 6 dan omega 3 sehingga asam lemak
ini adalah zat esensial
3. fungsi zat gizi mkro
Karbohidrat Fungsi karbohidrat bagi tubuh manusia sangat diperlukan dalam
menunjang aktivitas sehari-hari. Karbohidrat merupakan sumber kekuatan atas tubuh
karena zat karbohidrat adalah zat yang dapat meningkatkan atau memberi energi bagi
tubuh selain lemak dan protein. Dan senyawa tersebut akan kita dapatkan dari makanan
yang mengandung karbohidrat setiap hari (RS Ananda, 2017). b. Protein Protein
berfungsi sebagai komponen yang bermanfaat untuk pertumbuhan, penyembuhan luka,
regenerasi sel, menghasilkan enzim dan hormon untuk metabolisme tubuh juga sebagai
sumber energi. Kekurangan protein akan mengganggu pertumbuhan, menyebabkan
tulang keropos dan rambut rontok. Protein diperlukan untuk pembentukan dan perbaikan
semua jaringan di dalam tubuh termasuk darah, enzim, hormon, kulit, rambut, dan kuku.
Protein juga berfungsi dalam pembentukan hormon untuk pertumbuhan dan mengganti
jaringan yang rusak, perkembangan seks dan metabolisme. Disamping itu, protein
berguna untuk melindungi supaya keseimbangan asam dan basa di dalam darah dan
jaringan terpelihara, selain itu juga mengatur keseimbangan air di dalam tubuh (RS
Ananda, 2017). 12 c. Lemak Fungsi lemak secara umum adalah sebagai sumber energi
utama selain protein dan karbohidrat yang dibutuhkan bagi tubuh manusia. Satu gram
lemak dapat menghasilkan sekitar 90 kalori. Lemak harus dipenuhi sekitar 20%- 30%
dari total kebutuhan kalori.
Lemak memenuhi fungsi dasar bagi manusia yaitu erguna sebagai alat
perlindungan organ tubuh yang vital seperti lambung dan jantung, sebagai bahan dalam
penyusunan vitamin dan hormon, salah satu sumber energi dalam tubuh manusia. Dan
dapat melindungi tubuh dari perubahan suhu tubuh manusia (RS Ananda, 2017). C. Nasi
Jinggo Nasi jinggo adalah makanan siap saji khas Bali yang dikemasan daun pisang
dengan porsi kecil. Sejarah nasi jinggo dimulai semenjak thun 1980an. Menurut para
penjual, nasi jinggo pertama kali dijual di Jalan Gajah Mada, Denpasar. Di tempat
tersebut terdapat Pasar Kumbasari yang beraktivitas selama 24 jam. Banyak orang di
pasar yang begadang dan perlu makanan pengganjal perut di malam hari. Penjual nasi
jinggo pertama kali adalah sepasang suami-istri yang berjualan dari sore hingga malam.
Kreasi mereka sangat disukai sehingga kini banyak penjual nasi jinggo, tidak hanya di
Denpasar tetapi juga kota-kota lain di Bali, bahkan hingga di luar Pulau Bali seperti di
Kediri. (Wikipedia, 2019).
Tidak ada yang tahu pasti darimana asal nama nasi jinggo berasal. Salah satu
versi menyebutkan bahwa jinggo berasal dari bahasa Hokien yang berarti “seribu lima
ratus”, sesuai dengan harga pasaran nasi jinggo sebelum krisis moneter di Indonesia.
Versi lain menyebutkan nama jinggo berasal dari judul film 13 "Djanggo" yang populer
pada masa itu. Versi ketiga menyatakan bahwa nama Jinggo berasal dari kata "jagoan",
yaitu para pengendara motor asli Bali. Nasi jinggo ini merupakan makanan yang
digemari para pengendara motor tersebut setelah jalan - jalan malam. Sebelum krisis
moneter tahun 1997, nasi jinggo dijual per porsi seharga Rp 1500,- (dalam bahasa
Hokkien, jeng go memiliki arti "seribu lima ratus"). Kini, harga satu porsi nasi jinggo
adalah sekitar Rp 2000,- sampai Rp 4000,-. Karena porsi nasi jinggo sangat sedikit,
pembeli biasanya membeli nasi jinggo sebanyak beberapa bungkus agar dapat kenyang.
Selain dijual di jalan, kini nasi jinggo menjadi sajian alternatif untuk berbagai upacara
religius seperti ngaben, perayaan ulang tahun, dan rapat. (Wikipedia, 2019)). Nasi jinggo
dibungkus dengan daun pisang. Isian nasi jinggo adalah nasi putih sekepalan tangan
dengan lauk-pauk dan sambal. Nasi Jinggo yang enak biasanya diukur melalui rasa
sambalnya. Lauk-pauk yang digunakan biasanya adalah sambal goreng tempe, saur
(serundeng), dan ayam suwir. Saat ini, lauk pauk di dalam nasi jinggo juga dikreasikan,
mulai dari daging sapi, mie goreng, dan telur. Rata-rata harga nasi jinggo saat ini adalah
Rp 5000 per bungkus. (Putri Puspita, 2017). pengaruh bahan pangan terhadap kesehatan.

1) Bahan pangan pokok


Karbohidrat merupakan sumber utama energi tubuh. Jika tubuh kekurangan karbohidrat
atau defisiensi karbohidrat, ada berbagai akibat yang bisa muncul, seperti kelelahan, sakit
kepala, hingga sakit diare.

• Dampak jika kekurangan : Ketika Anda tidak mendapat asupan karbohidrat yang
cukup, tubuh akan memanfaatkan zat gizi protein dan lemak sebagai energi. Kondisi ini
disebut dengan ketosis. Bila dibiarkan, kondisi ketosis akan menghasilkan penumpukan
senyawa keton yang merupakan produk sisa dari metabolisme lemak. Kadar keton yang
berlebihan dapat memicu dehidrasi dan mengganggu keseimbangan senyawa kimia
dalam darah.
• Dampak jika kelebihan : Orang yang kelebihan karbohidrat, berpotensi mengalami
peningkatan berat badan lebih mudah. Berat badan yang melonjak drastis akan
mengganggu kerja hormon insulin.
2) Bahan rempah
Rempah-rempah memainkan peran penting dalam proses memasak dan menghasilkan
makanan yang lezat nan bergizi seimbang.
Setiap bumbu dari rempah memiliki rasa dan kandungan senyawa yang ternyata baik
untuk kesehatan tubuh. Di bawah ini beberapa khasiat rempah yang tentu bisa Anda
tambahkan ke dalam makanan.
1. Menurunkan kadar gula darah
Bagi penyandang diabetes, keberadaan beberapa jenis rempah bisa menjadi solusi
alternatif untuk menurunkan kadar gula darah.
2. Mencegah Peradangan
3. Mengatasi mual
Sebagai contoh, rempah kunyit dapat membantu mengontrol kadar gula tinggi. Pasalnya,
rempah yang satu ini memiliki sifat anti-inflamasi, antioksidan, anti-aterosklerotik, dan
penurunan berat badan.

• Dampak jika kekurangan : Kekurangan bahan rempah berimbas pada kadar gula darah
yang tinggi

• Dampak jika kelebihan: Ketika kelebihan bahan rempah maka akan terjadi pengenceran
darah yang menyebabkan peradangan ginjal akut dan tentu akan membahayakan
stabilitas tubuh
3) Bahan Penyegar
Bahan penyegar adalah semua bahan nabati yang dapat merangsang pemakainya, baik
digunakan untukmerokok(furnitori), menyirih (mastikatori) ataupun dalam minuman.
Mengapa disebut penyegar karena bias merangsang respon syaraf untuk lebih aktif
sehingga menghasilkan efek segar. Yang termasuk bahan penyegar antara lain
kopi,teh,colakt,tembakau,sirih,kola,candu dan ganja. Pada umumnya bahan – bahan
tersebut mengandung zat perangsang yang temasuk golongan alkaloid.
• Dampak jika kelebihan : Bahan penyegar seperti kopi mengandung kafein yang
berpengaruh pada kesehatan. Kafein pada kopi mampu menghambat perkembangan
hormon istirahat sehingga mencegah datangnya kantuk yang menyebabkan waktu
istirahat berkurang khususnya di malam hari
• Dampak jika kekurangan : Bahan penyegar juga dibutuhkan oleh tubuh meskipun
dalam kadar yang tidak banyak. Zat penyegar diperlukan untuk membangun energi

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi


Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan lemak, dan tingkat
kecukupan karbohidrat dengan status gizi. Korelasi negatif antara tingkat kecukupan
energi, tingkat kecukupan protein, dan tingkat kecukupan karbohidrat dengan status gizi
pada penelitian ini menunjukkan walaupun tidak terdapat hubungan (p>0,05) tetapi
memilki kecenderungan adanya hubungan terbalik untuk subjek yang memiliki status
gizi lebih tinggi cenderung memiliki tingkat kecukupan energi, protein, dan karbohidrat
yang rendah. Tidak terdapat hubungan signifikankemungkinan dapat disebabkan oleh
jumlah subjek yang terlalu sedikit dan tingkat kecukupan subjek cenderung homogen
(sebagian besar subjek memiliki tingkat kecukupan energi, protein dan karbohidrat yang
tergolong defisit). Konsumsi pangan pada penelitian ini tidak mencerminkan keseluruhan
gambaran status gizi saat ini secara langsung. Hal ini disebabkan karena status gizi
merupakan akibat dari konsumsi pangan sebelumnya serta penyakit infeksi yang
dideritanya. Konsumsi pangan hanya gambaran bukti sementara dari tingkat kecukupan
seseorang dan merupakan konsumsi pada saat diteliti (Nurdini, 2016).

Cara mencukupi asupan gizi

Kondisi tubuh Anda akan terus berubah seiring tahap kehidupan. Dengan mencukupi
kebutuhan gizi, Anda menjaga tubuh tetap sehat sehingga siap menghadapi berbagai
perubahan tersebut.
Berikut beberapa tips umum yang bisa Anda lakukan untuk memenuhi kebutuhan
gizi :

- Menyantap makanan yang beraneka ragam.


- Memilih makanan alami, bukan hasil pemrosesan.
- Menyeimbangkan jumlah kalori yang masuk dan keluar.
- Makan lebih banyak sayur dan buah-buahan.
- Mengonsumsi beragam sumber protein.
- Minum setidaknya 2,5 L air setiap hari.
- Membatasi konsumsi makanan tinggi garam atau lemak trans seperti junk food.

AKG merupakan acuan rata-rata yang dapat Anda gunakan ketika menghitung kebutuhan
gizi. Dengan mengikuti acuan ini, Anda bisa mengetahui banyaknya energi dan zat gizi
lain yang tubuh Anda butuhkan untuk tetap hidup sehat.

a) Karbohidrat Sederhana yaitu


Karbohidrat sederhana terdiri atas: a. Monosakarida. Ada tiga jenis monosakarida
yang mempunyai arti gizi yaitu glukosa, fruktosa dan galaktosa. Glukosa, dinamakan
juga sebagai gula anggur, terdapat luas di alam dalam jumlah sedikit yaitu dlama sayur,
buah, sirup jagung, sari pohon dan bersamaan dengan fruktosa dalam madu. Glukosa
memegang peranan sangat penting dalam ilmu gizi. Dalam proses metabolisme, glukosa
merupakan bentuk karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan
sumber energi.
Disakarida. Ada tiga jenis yang mempunyai arti gizi yaitu sukrosa, maltosa dan
laktosa. Sukrosa, dinamakan juga gula tebu atau gula bit. Gula pasir terdiri atas 99 %
sukrosa dibuat dai kedua macam bahan makanan tersebut melalui proses penyulingan
dan kristalisasi. Gula merah dibuat dari kelapa, tebu atau enau melalui proses
penyulingan tidak sempurna. Sukrosa juga banyak terdapat di dalam buah, sayuran dan
madu. Bila dihidrolisis atau dicernakan, sukrosa pecah menjadi satu unit glukosa dan
fruktosa Oligosakarida. Oligosakarida terdiri atas polimer dua hingga sepuluh
monosakarida. Sebetulnya disakarida termasuk dalam oligosakarida, tetapi karena
peranannya dalam ilmu gizi sangat penting maka dibahas secara terpisah.
b) Karbohidrat Komplek yaitu;
Polisakarida. Jenis polisakarida yang penting dalam ilmu gizi adalah pati,
dekstrin, glikogen dan polisakarida nonpati.Pati, merupakan karbohidrat utama yang
dimakan manusia yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pati terutama terdapat dalam
padi-padian, biji- bijian dan umbi-umbian. Beras, jagung dan Jurnal Ilmu Keolahragaan
Vol. 13 (2) Juli – Desember 2014: 38 - 44 40 gandum mengandung 70-80 % pati,
kacang-kacang kering sepeti kacang kedelai, kacang merah dan kacang hijau
mengandung 30-60% pati, sedangkan ubi, talas, kentang dan singkong mengandung 20-
30% pati. Proses pemasakan pati disamping menyebabkan pembentukan gel juga akan
melunakkan dan memcah sel, sehingga memudahkan pencernaannya. Dalam proses
pencernaan semua bentuk pati dihidrolisis menjadi glukosa. Pada tahap petengahan akan
dihasilkan dekstin dan maltose.
Glikogen, dinamakan juga pati hewan karena merupakan bentuk simpanan
karbohidat di dalam tubuh manusia dan hewan, yang terutama terdapat di dalam hati dan
otot. Dua pertiga bagian dari glikogen disimpan di dalam otot dan selebihnya dalam hati.
Glikogen dalam otot hanya dapat digunakan untuk keperluan energi di dalam otot
tersebut, sedangkan glikogen dalam hati dapat digunakan sebagai sumber energi untuk
keperluan semua sel tubuh. Polisakarida nonpati/ Serat. Serat mendapat perhatian kaena
peranannya dalam mencegah bebagai penyakit.
Angka Kecukupan Gizi Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia (PERMENKES RI, 2013), angka kecukupan gizi (AKG) merupakan suatu
kecukupan rata – rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut jenis kelamis,
golongan umur, aktivitas, ukuran tubuh untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Angka kecukupan gizi sendiri dapat digunakan untuk mengukur ketersediaan bahan
pangan, konsumsi masyarakat serta kualitas dari sumber daya manusia yang ada di suatu
daerah. Hal ini dikarenakan apabila tercapainya kecukupan gizi dari suatu masyarakat
maka akan meningkatkan kualitas hidup mereka yang akan menunjang faktor – faktor
hidup lainnya seperti meningkatnya pembangunan, kesehatan, pendidikan dan lainnya
serta kegunaan lain dari Angka Kecukupan Gizi ini juga digunakan antara lain sebagai
acuan dalam menilai kecukupan gizi, menyusun makanan sehari-hari, perhitungan dalam
perencaan penyedia pangan dan pendidikan gizi. Angka kecukupan gizi juga dapat
dilihat berdasarkan Angka Kecukupan Energi (AKE), hal ini dikarenakan salah satu
faktor terpenuhinya gizi seseorang dapat dilihat berdasarkan terpenuhinya kebutuhan
energi harian dari seseorang tersebut (Andadari, 2017).
4.2 Angka Kecukupan Energi (AKE) Responden
Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap Angka Kecukupan Energi
(AKE) yang yang dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Faktor yang Mempengaruhi Angka Kecukupan Gizi (AKE) Faktor yang
Berpengaruh AKE
Jenis Kelamin -
Sumber Makanan yang didapat V
Status Gizi V Umur V Aktivitas yang dilakukan V Keterangan : AKE = Angka
Kecukupan Energi
Angka kecukupan Energi (AKE) dipengaruhi oleh banyak faktor seperti jenis kelamin,
status gizi, serta pengetahuan gizi . Selain itu banyak faktor penunjang lainnya untuk
mempengaruhi angka kecukupan energi seperti yang diutarakan Andari (2017). yang
menyatakan bahwa faktor pendukung lain bisa berupa tinggi badan, berat badan, jenis
kelamin, pertumbungan dan perkembangan (usia) serta besarnya akvitas yang dilakukan
sehari – hari juga dapat mempengaruhi angka kecukupan energi tersebut.
Berdasarkan hasil survey didapatkan bahwa narapidana yang mendiami lembaga
pemasyarakatan kelas IIA dan IIB Kendal memiliki berbagai macam aktivitas sehari –
hari yang berbeda antara lapas IIA dan IIB, selain itu umur narapidana antara kedua
lapas tersebut juga beragam. Hal itu sesuai dengan yang diutarakan oleh Andari (2017).
yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat memperngaruhi angka kecukupan
energi seseorang dapat dipengaruhi oleh aktivitas fisik, usia serta makanan yang
didapatkan di dalam lembaga pemasyarakatan tersebut. Selain itu Ermona (2018) juga
menambahkan bahwa berat badan serta tinggi badan juga dapat mempengaruhi angka
kecukupan energi seseorang.
4.3 Umur Narapidana
Dari hasil data yang didapatkan diketahui bahwa umur menjadi salah satu faktor
yang dapat menentukan Angka Kecukupan Energi (AKE), hasil data umur narapidana
yang didapatkan dibagi menjadi tiga kategori yaitu dewasa muda (narapidana dengan
umur 18-29), dewasa (narapidana dengan umur (30-49) dan dewasa tua (narapidana
dengan umur 50-64). Proses pengelompokan umur ini dilakukan agar mempermudah
pengambilan sampel data responden, serta disesuaikan dengan kebutuhan energi orang
dewasa. Selain itu menurut RISKESDAS (2018) terdapat pengelompokan kebutuhan
energi bagi seseorang sesuai dengan pengelompokan umur tersebut dimana pada
kelompok umur dewasa muda , membutuhkan energi sebesar 2250 kkal/hari, kemudian
untuk kelompok umur dewasa membutuhkan energi sebesar 1900 kkal/hari, dan untuk
kelompok dewasa tua membutuhkan energi sebesar 2150 kkal/hari.
Pada hasil data pengamatan yang dapat dilihat pada Tabel. 1 dan Tabel. 2 dapat
dilihat apabila narapidana yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA dan IIB di
Kabupaten Kendal memiliki jumlah narapidana dengan kisaran umur yang bervariasi
dimana pada Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA jumlah narapidana terbanyak pada
pengelompokan usia golongan dewasa yaitu pada kisara usia antara 30 – 49 tahun.
Sedangkan pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB memiliki kisaran usia narapidana
terbesar pada pengelompokan dewasa tua dengan jumlah narapidana dengan kisaran
umur 50 – 64 tahun. Hal itu sesuai dengan Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia
(2018) yang menyatakan bahwa Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA digunakan untuk
membina warga masyarakat yang sedang menjalani masa tahanan, dimana durasi masa
tahanan yang diberikan lebih dari 2 tahun masa tahanan, sedangkan Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIB atau biasa dikenal dengan Lapas Terbuka digunakan untuk
membina warga masyarakat yang telah manjalani setengah dari masa tahanan atau
sedang menjalani proses untuk mencapai kebebasan dan akan bersosialisasi kembali ke
dalam masyarakat, selain itu (Dewi, 2017) juga menyebutkan bahwa Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA pada umumnya memiliki narapidana dengan usia yang relatif
muda, hal ini dikarenakan disesuaikan dengan tindak kejahatan serta belum pernah
dibina atau mengalami masa tahanan sebelumnya, sedangkan untuk Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIB pada umumnya memiliki narapidana yang telah kurang lebih
menghabiskan setengah dari masa tahanan serta dalam proses untuk mendapatkan
kebebasan sehingga usia dari narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB
cenderung telah mencapai umur dewasa tua. Selain itu umur juga menjadi salah satu
faktor dikarenakan kebutuhan energi dari tiap manusia dengan manusia lain berbeda
apabia dilihat dari umur mereka, dimana menurut Siahaan (2016) menyatakan bahwa
semakin bertambah umur seseorang maka penggunaan energi yang digunakan pun
semakin besar, namun besaran energi yang digunakan tidak konstant atau tetap, hal ini
dikarenakan penggunaan energi juga dipengaruhi oleh faktor kondisi tubuh pada kisaran
umur yang berbeda juga.
4.4. Berat Badan (BB) Narapidana
Dari hasil data yang didapatkan diketahui bahwa berat badan narapidana juga
menjadi salah satu faktor yang dapat menentukan Angka Kecukupan Energi (AKE), hasil
data berat badan narapidana yang didapatkan dibagi menjadi tiga kategori umur yaitu
dewasa muda (narapidana dengan umur 18-29), dewasa (narapidana dengan umur (30-
49) dan dewasa tua (narapidana dengan umur 50-64). Proses pengelompokan umur ini
dilakukan agar mempermudah pengambilan sampel data responden, serta disesuaikan
dengan kebutuhan energi orang dewasa. Selain itu pengelompokan umur yang
disesuaikan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) telah disepakati dan ditentukan
berdasarkan standart yang ditetapkan di kawasan negara yang termasuk Asia Tenggara,
dimana pengelompokan berdasarkan usia terdapat batas pengelompokan umur yang
digunakan di Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2012 mengalami penambahan jika
dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2004 dimana batas kelompok
umur pada Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2004 adalah 65 tahun keatas, sedangkan
pada Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2012 adalah 80 ahun keatas. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya umur harapan hidup masyarakat di Indonesia.
Selain itu menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2010, terdapat
pengelompokan kebutuhan energi bagi seseorang sesuai dengan berdasarakan berat
badan tersebut dimana pada kelompok umur dewasa muda , membutuhkan energi sebesar
2250 kkal/hari pada kisaran berat badan masyarakat normal sekitar 54 kg, kemudian
untuk kelompok umur dewasa membutuhkan energi sebesar 2150 kkal/hari, pada kisaran
berat badan masyarakat normal sekitar 55 kg dan untuk kelompok dewasa tua
membutuhkan energi sebesar 1900 kkal/hari, dan juga pada kisaran berat badan
masyarakat normal sekitar 55 kg. Pada hasil data pengamatan yang dapat dilihat pada
Tabel. 4 dan Tabel. 5 dapat dilihat apabila narapidana yang berada di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA dan IIB di Kabupaten Kendal memiliki jumlah narapidana
dengan kisaran berat badan yang bervariasi dimana pada Lembaga Pemasyarakatan kelas
IIA dapat dilihat perbedaan umur antara narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas
IIA Kendal, dapat dilihat apabila pada kelompok usia dewasa muda memiliki rata – rata
berat badan aktual sebesar 66,56 kg sedangkan pada kelompok usia dewasa memiliki rata
– rata berat badan yang relative tinggi yaitu sebesar 70,91 kg. Sedangkan pada Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIB Kendal dapat dilihat perbedaan umur antara narapidana di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Kendal, dapat dilihat apabila pada kelompok usia
dewasa muda memiliki rata – rata berat badan aktual sebesar 60 kg sedangkan pada
kelompok usia dewasa memiliki rata – rata berat badan yang relatif tinggi yaitu sebesar
65 kg. Sedangkan pada kelompok usia dewasa tua memiliki rata – rata berat badan paling
rendah yaitu sebesar 62,3 kg.
Hal itu sesuai dengan (Werdani, 2014) juga menyebutkan bahwa Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA pada umumnya memiliki narapidana dengan usia yang relatif
muda, hal ini dikarenakan disesuaikan dengan tindak kejahatan serta belum pernah
dibina atau mengalami masa tahanan sebelumnya, dimana pada usia produktif tersebut
diimbangi dengan tingkat konsumsi energi yang besar pula sedangkan untuk Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIB pada umumnya memiliki narapidana yang telah kurang lebih
menghabiskan setengah dari masa tahanan serta dalam proses untuk mendapatkan
kebebasan sehingga usia dari narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB
cenderung telah mencapai umur dewasa tua. Selain itu umur juga menjadi salah satu
faktor dikarenakan kebutuhan energi dari tiap manusia dengan manusia lain berbeda
apabia dilihat dari berat badan mereka, dimana menurut Dewi (2017) menyatakan bahwa
semakin bertambah umur seseorang maka penggunaan energi yang digunakan pun
semakin besar, namun besaran energi yang digunakan tidak konstant atau tetap, hal ini
dikarenakan penggunaan energi juga dipengaruhi oleh faktor kondisi tubuh pada kisaran
umur yang berbeda juga, seperti faktor berat badan, kondisi fisik dan lainnya. Hal ini
terkait dengan kinerja otot dalam tubuh, dimana semakin bertambah usia seseorang maka
kinerja otot serta gerak tubuh mengalami penurunan, sehingga memicu bertambahnya
berat badann seseorang. Namin hal tersebut juga dipengaruhi oleh aktivitas yang
dilakukan oleh orang tersebut.
4.5. Input Energi / Kalori berdasarkan Bahan Pangan
Input Energi ataupun kalori yang diterima oleh narapidana merupakan salah satu
faktor yang turut mempengaruhi penggunaan ataupun kebutuhan energi, input energi
yang dimaksutkan ialah jumlah energi yang masuk kepada tiap narapidana yang berasal
dari berbagai macam jenis makanan serta porsi yang diberikan dari lapas kepada
narapidana tersebut. Dimana makanan tersebut nantinya akan dirubah melalui
metabolisme dalam tubuh untuk menghasilkan ATP, dimana ATP merupakan energi
yang akan dibutuhkan tubuh untuk melakukan aktivitas sehari – hari (Fitri, 2015), hal
tersebut juga sesuai dengan pendapat Hardinsyah (2012) dimana kecepatan pembakaran
energi tiap orang berbeda, proses kecepatan pembakaran ini juga sering disebut juga
dengan proses metabolisme dalam tubuh.
Input energi dijadikan salah satu parameter utama dalam penelitian ini
dikarenakan input energi akan memberikan pengaruh kepada energi yang diterima oleh
tiap narapidana, hal ini dikarenakan input energi tersebut yang akan digunakan tiap
narapidana untuk beraktivitas, selain itu jumlah kalori yang diberikan juga telah diatur
dalam peraturan pemerintah yang diatur dalam Kementrian Hukum dan Ham
(KemenkumHam, 2018) yaitu sebesar 2.310 kkal/hari/orang.
Berdasarkan nilai input energi yang didapatkan berdasarkan hasil konversi energi
mingguan narapidana di lapas IIA dan IIB dimana jenis makanan serta jumlahnya telah
ditetapkan oleh Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (KemenkumHam, 2018),
setelah melakukan pengelompokan jenis makanan serta perhitungan konversi energi
didapatkan energi/hari tiap narapidana sebesar 2330,31 kkal/hari. Jika dilihat dari
kecukupan energi berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) berdasarkan
pengelompokan umur telah sesuai dengan standart tersebut dimana kebutuhan energi
narapidana di lapas paling tinggi sebesar 2150 kkal/hari pada kelompok dewasa muda.
Hal tersebut juga dinyatakan oleh Mangunhardjana, 2013 juga menyatakan bahwa
apabila intake/input energi yang diterima sebaiknya melebihi dari standart energi yang
dinyatakan dalam standart Angka Kecukupan Gizi / AKG yang telah diatur oleh
pemerintah, hal ini dikarenakan kebutuhan energi/kalori berbeda dari tiap orang berbeda
serta aktivitas yang dilakukan setiap orang berbeda, oleh karena itu seharusnya
energi/kalori yang diterima lebih besar dibandingkan energi/kalori yang dikeluarkan.
Sehingga menghindarkan seseorang dari kekurangan energi yang bisa menjadi salah satu
faktor yang menyebabkan seseorang kekurangan gizi.
4.6. Ouput Energi/Kalori yang Dikeluarkan
Output energi ataupun kalori yang dikeluarkan merupakan kalori yang
dikeluarkan ataupun dibutuhkan seseorang dalam sehari yang didasarkan pada jenis
kegiatan serta lamanya aktivitas yang dilakukan oleh orang tersebut. Output energi juga
sering digunakan untuk membentuk tubuh ideal, hal ini dikarenakan output energi yang
baik dan sesuai yang disertai dengan asupan makanan yang baik akan membentuk tubuh
yang ideal (Rokhmah, 2016). Proses menghitung output energi dilakukan dengan
mengkonversi berdasarkan berat badan responden dengan berbagai jenis aktivitas yang
dilakukan serta durasi dari tiap jenis kegiatan tersebut dalam sehari yang kemudian
dikonversi kembali dalam minggu.
Berdasarkan nilai output energi yang telah dikonversi memiliki nilai yang
bervariasi dari tiap narapidana di tiap Lembaga Pemasyarakatan di Kabupaten Kendal
yang dapat dilihat pada Tabel 7. dan Tabel. 8. Diketahui bahwa pada Lapas IIB, dapat
dilihat bahwa rata – rata terbesar kegiatan pada kelompok kegiatan dewasa dengan
kebutuhan energi mencapai 328,18 kkal/jam sedangkan yang paling rendah pada
kelompok usia dewasa muda dengan rata – rata sebesar 302,94 kkal/jam. Apabila ditinjau
dari durasi waktu yang diberikan, maka dapat diketahui bahwa jenis kegiatan istirahat
memiliki durasi waktu paling tinggi yaitu sebesar 7,5 jam perhari, sedangkan untuk jenis
kegiatan yang memiliki pengaruh paling besar dalam output energi yaitu pada kegiatan
pertanian, perikanan dan lainnya yang mencapai 10 kkal/jam. Sedangkan pada Lapas
IIA, dapat diketahui bahwa rata – rata output energi terbesar pada kelompok umur
dewasa muda dengan kebutuhan energi sebesar 168,10 kkal/jam, sedangkan pada
kelompok usia dewasa memiliki output kebutuhan energi dengan rata – rata sebesar
179,10 kkal/jam. Lalu apabila ditinjau dari durasi kegiatan narapidana dapat dilihat
bahwa jenis kegiatan istirahat memiliki durasi waktu hampir 12 jam dalam sehari.
Sedangkan jikau ditinjau dari energi output dari jenis kegiatan, jenis kegiatan
membersihkan lingkungan memiliki output energi terbesar sebesar 4,2 kkal/jam.
Pada Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA di Kabupaten Kendal, tidak ditemukan
pengelompokan umur dewasa tua pada narapidana, hal ini dikarenakan usia narapidana
di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA masih tergolorng muda atau tidak ditemukan
sampel dengan usia sesuai dengan pengelompokan usia dewasa tua, sehingga tidak
diperlukan perhitungan dan konversi energi beserta dengan jenis kegiatan dan durasi
kegiatan seperti pada pengelompokan usia lainnya.
Output energi tersebut akan berpengaruh pula pada selisih energi yang dihasilkan
dari tiap responden di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA di Kabupaten Kendal. Selisih
energi ini sendiri merupakan sisa energi (kalori) dalam tubuh yang tidak digunakan /
tidak terpakai, hal ini disebabkan karena kebutuhan energi harian telah tercukupi. Jika
dilihat dari Tabel 10. dapat diketahui bahwa output energi terbesar pada kelompok usia
dewasa dengan kebutuhan output sebesar 1749,78 kkal/hari, sedangkan pada kelompok
usia dewasa muda hanya sebesar 1677,59 kkal/hari. Hal tersebut berbanding terbalik jika
dilihat dari sisa energi yang dihasilkan, dimana pada kelompok usia dewasa muda
memiliki sisa energi terbesar yaitu sebesar 652,72 kkal/hari, sedangkan pada kelompok
usia dewasa memiliki sisa energi hanya sebesar 580,53 kkal/hari.
Apabila dilihat pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB di Kendal memiliki
hasil yang berbeda dimana dapat dilihat pada Tabel. 11 bahwa kelompok usia dewasa
memilki kebutuhan energi paling tinggi yaitu sebesar 2413,45 kkal/hari sedangkan
kelompok usia dewasa muda memiliki kebutuhan energi paling rendah yaitu hanya
sebesar 2227,8 kkal/hari. Jika ditinjau dari hasil pengamatan tersebut, dari input energi
serta ouput energi yang dihasilkan dari kedua Lembaga Pemasyarakatan, diketahui
bahwa Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB di Kabupaten Kendal memiliki responden
yang memiliki kekurangan energi, hal ini dapat diketahui dari sisa energi yang dihasilkan
oleh salah satu responden yang memiliki nilai negatif atau minus pada sisa energi yang
didapatkan dengan nilai terbesar sebesar -83,14 kkal/hari. Nilai negatif pada salah satu
responden dapat disebabkan oleh banyak faktor salah satunya berkaitan dengan
rendahnya tingkat konsumsi responden yang diduga karena makanan yang disediakan
oleh Lapas tidak dikonsumsi sama sekali ataupun hanya separuh, sehingga responden
tidak cukup mendapatkan asupan energi yang baik, sedangkan responden tersebut
melakukan aktivitas yang telah diberikan dengan durasi yang lebih panjang dari
responden narapidana lainnya (Nukadri, 2014).
Selain itu jumlah responden pada kisaran usia tertentu juga dapat mempengaruhi
perhitungan konversi tersebut, dimana keberadaan narapidana sebagai responden
mengikuti jenis Lembaga Pemasyarakatan terkait yang disesuaikan dengan fungsinya,
dimana Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA ditetapkan sebagai Lapas binaan, yang
menyebabkan rata – rata usia narapidana masih tergolong muda, atau yang belum
menjalanani masa tahanan yang cukup lama, sedangkan pada Lembaga Pemasyarakatan
Kelas IIB dikhususkan untuk menjadi Lapas Produktif, dimana pembinaan terhadap
narapidana lebih ditekankan kepada pemberian kegiatan serta berbagai macam keahlian
yang membuat narapidana siap kembali ke dalam masyarakat, atau narapidana yang
berada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB merupakan narapidana yang telah
menjalani lebih dari 50% masa tahanan.
Ada pula faktor lain yang mempengaruhi output energi berupa jenis kegiatan
narapidana merupakan salah satu faktor ataupun komponen penting dalam penggunaan
energi narapidana, hal ini dikarenakan jenis kegiatan yang dilakukan merupakan aktivitas
yang dilakukan sehari – hari oleh narapidana dimana untuk jadwal kegiatannya sendiri
telah disusun dan disesuaikan dengan fungsi setiap lapas berbeda yang telah ditetapkan
oleh Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (KemenkumHam, 2018). Dari
keseluruhan kegiatan narapidana di lapas IIA dan IIB kendal, kemudian kegaitan tersebut
dikelompokan kedalam beberapa kegiatan secara umum seperti beribadah, makan, dan
lainnya. Kemudian dari pengelompokan kegiatan tersebut dikonversi energi berdasarkan
jenis kegiatan dari setiap lapas.
Berdasarkan hasil data yang didapatkan berdasarkan jenis data kegiatan yang
dilakukan yang dapat dilihat pada Lampiran. 5. Didapatkan ada beberapa perbedaan
kegiatan antara lapas iia dan iib, hal ini juga berpengaruh kepada energi dari tiap
kegiatan yang dilakukan dimana total energi dari tiap kegiatan lapas iia memiliki total
energi yang lebih besar dibandingkan dengan total kegiatan dari lapas iib, dimana total
kegiatan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA sebesar 24,56 kkal sedangkan pada
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB di Kabupaten Kendal sebesar 24,94 kkal. Perbedaan
energi yang dibutuhkan tersebut akan berpengaruh
langsung terhadap output energi yang dihasilkan oleh tiap responden di Lembaga
Pemasyarakatan tersebut. Terlebih apabila durasi yang diberikan tiap Lembaga
Pemasyarakatan berbeda disesuaikan dengan jenis Lembaga Pemasyarakatan tersebut
yang diatur dalam Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (KemenkumHam, 2018).
Dimana durasi kegiatan pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB lebih besar
dibandingkan dengan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA di Kabupaten Kendal, selain
itu jenis kegiatan yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kendal lebih
banyak menjalankan kegiatan akvitas kerohanian, berbeda dengan jenis kegiatan di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB di Kabupaten Kendal yang lebih banyak aktivitas
nya berupa akvitas produktif seperti memancing, pertanian, dan lainnya yang
membutuhkan energi yang lebih besar daripadamencegah bebagai penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Abd El-Maksoud, A. M., Khairy, S. A., Sharada, H. M., Abdalla, M. S., & Ahmed, N. F. (2017).
Evaluation of pro-inflammatory cytokines in nutritionally stunted Egyptian children. Egyptian
Pediatric Association Gazette, 65(3), 80–84. https://doi.org/10.1016/j.epag.2017.04.0 03

Hati, F. S., & Pratiwi, A. M. (2019). The effect of education giving on the parent’s behavior
about growth stimulation in children with stunting. NurseLine Journal, 4(1), 12.
https://doi.org/10.19184/nlj.v4i1.8628

Saragih, R. (2017). Pengaruh kebiasaan konsumsi energi, protein, dan seng terhadap kejadian
stunting pada anak usia sekolah dasar di Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat tahun 2017.
Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan, 2(2), 153–164.
https://doi.org/https://doi.org/10.34008 /jurhesti.v2i2.81
Ayuningtyas, A., Simbolon, D., & Rizal, A. (2018). Asupan zat gizi makro dan mikro terhadap
kejadian stunting pada balita. Jurnal Kesehatan, 9(3), 445-450.

Amin, N., & Lestari, Y. N. A. (2019). Hubungan Status Gizi, Tingkat Kecukupan Energi dan Zat
Gizi dengan Kecepatan pada Atlet Hockey Kota Surabaya. Sport and Nutrition Journal,
1(1), 19–26.

Ayudita, & Ghaza, A. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan Asupan Zat Gizi Makro Dengan
Kejadian Obesitas Pada Remaja Tahun 2020. Journal of Chemical Information and
Modeling, 2(1), 5–7.
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP/article/download/83/65%0A
http://www.embase.com/search/results?
subaction=viewrecord&from=export&id=L603546864%5Cnhttp://dx.doi.org/10.1155/20
15/420723%0Ahttp://link.springer.com/10.1007/978-3-319-76887-

Biomass, B. F. (2019). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標


に関する共分散構造分析Title. ウイルス, 52(1), 1–5.

Dini Primashanti, D. A., & Sidiartha, I. G. L. (2018). Perbandingan asupan energi, karbohidrat,
protein dan lemak dengan angka kecukupan gizi pada anak obesitas. Medicina, 49(2),
173–178. https://doi.org/10.15562/medicina.v49i2.66

et al. Kurniadi, Y U. (2020). Nusantara ( Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial ). Nusantara: Jurnal
Ilmu Pengetahuan Sosial, 7(2), 408–420.

Nurdini, D. A. (2016). Hubungan asupan zat gizi makanan di asrama dengan kadar glukosa
darah atlet sepak bola. In Proposal penelitian.
http://eprints.undip.ac.id/62130/1/903_Della_Annisa_Nurdini.pdf

Publikasi, N. (2013). Kontribusi asupan makanan selingan terhadap persentase angka


kecukupan gizi pada anak usia prasekolah di kelurahan semanggi dan sangkrah
kecamatan pasar kliwon surakarta.

Sarlis. dkk. (2018). Hubungan Status Gizi dengan Pneumonia Balita. Endurance Journal, 3(2),
325–329.

Sidjabat, F. N., Triatmaja, N. T., & Bevi, A. (2021). Status Gizi, Aktivitas Fisik, Persepsi
Manfaat, Dan Hambatan Pemenuhan Asupan Gizi Orang Dengan Hiv/Aids. Gizi
Indonesia, 44(1), 41–54. https://doi.org/10.36457/gizindo.v44i1.556

Sitoayu, L., Pertiwi, D. A., & Mulyani, E. Y. (2017). Kecukupan zat gizi makro, status gizi,
stres, dan siklus menstruasi pada remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 13(3), 121.
https://doi.org/10.22146/ijcn.17867

Structures, M. B. (n.d.). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標


に関する共分散構造分析Title.

Yunawati, I., Hadi, H., & Julia, M. (2016). Kebiasaan sarapan tidak berhubungan dengan status
gizi anak sekolah dasar di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Jurnal Gizi Dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and
Dietetics), 3(2), 77. https://doi.org/10.21927/ijnd.2015.3(2).77-86

Anda mungkin juga menyukai