Anda di halaman 1dari 9

Family Disaster Planning Untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap

Disabilitas Dalam Menghadapi Bencana

Brigitta Ayu Dwi Susanti1*, Eva Nurlina Aprilia2


1,2
Fakultas Ilmu Kesehatan, STIKES Notokusumo Yogyakarta
*Email: brigittaayudwisusanti@gmail.com

Background: The family as the smallest unit in society has a share in disaster preparedness, especially
for families with disabilities, this is due to the lack of disaster management for families with disabilities.
According to a 2013 UN global survey, worldwide 20% of people with disabilities can save themselves
and 31% of people say they need someone who can help during a disaster. Imogiri Bantul District is the
red zone that suffered the worst damage and from the results of preliminary studies disaster prepared
families have not been formed in real terms. Aims of this study is to analize effect pamily disaster
planning to improve knowledge and ability disability person in disaster. Methods: Quasi eksperiment pre
and post test without control. Research instrument with preparedness instrument. There are 31 subjects in
this research. Results: Knowledge and attitude to prepare disaster in disabilities can improve
significantly p<0.005 (Wilcoxon test). Conclusion: With family disaster planning the knowledge and
attitude can improve significantly to prepare disaster in disabilities and their family.

Keywords: disability, family disaster planning, preparedness

PENDAHULUAN penting (BNPB, 2018). Dampak bencana


Bencana yang terjadi dapat perlu perhatian khusus karena tidak dapat
menimbulkan kerugian moral maupun diprediksi (Nurudin, 2015). Indonesia
materil jika tidak ada kesiapsiagaan mengalami dampak yang merugikan
dampak akan semakin banyak (Bakornas akibat bencana dalam kurung waktu 10
Penanggulangan bencana, 2007). tahun, untuk proses rehabilitasi pasca
Kesiapsiagaan bencana merupakan bencana, hal tersebut disebabkan karena
kegiatan untuk meminimalkan risiko peran satuan terkecil masyarakat yaitu
bencana dimana kesiapsiagaan dimiliki keluarga dalam mitigasi bencana masih
oleh siapapun di mana berada melingkupi belum dilibatkan secara penuh (Bapennas,
menanggapi kejadian bencana dengan 2014).
cepat dan tepat guna. Yogyakarta Manajemen bencana salah satunya
merupakan tempat yang sering terjadi dengan proses kesiapsiagaan sehingga
bencana terutama bencana gempa bumi. dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak
Letak geografis Yogyakarta yang berada (Firmansyah, Rasni dan Rondhianto,
di persimpangan lempeng dunia sehingga 2014). Kegiatan yang dapat dilakukan
memungkinkan terjadinya gempa bumi. untuk meminimalkan dampak bencana
Data dari persebaran episentrum gempa adalah dengan penyuluhan kesehatan,
yang terjadi pada tahun 1900-2000an peran media , dan pola perilaku
tercatat dengan skala magnitude 5 masyarakat (Ikbal dan Sari, 2018).
(Dwisiwi et al., 2012). Gempa yang Perawat mempunyai peran diberbagai fase
terjadi di Yogyakarta pada 27 Mei 2006 kebencanaan mulai dari persiapan, sebagai
menimbulkan korban yang tidak sedikit advikat, dan pemberi layanan kesehatan
jumlahnya 5716 orang tewas dan 37927 (Azizah, Ratnawati dan Setyoadi, 2015).
mengalami luka-luka sehingga Penanggulangan bencana berbasis
kewaspadaan terhadap bencana sangatlah keluarga merupakan suatu hal penting

183
184 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 9, No 2, November 2020, hlm 117-268

terdiri dari serangkaian aktivitas pada saat merupakan zona merah yang mengalami
pra, emergency dan pasca bencana untuk kerusakan terparah dan keluarga siaga
mengurangi jumlah korban. Keluarga bencana dari hasil studi pendahuluan
sebagai unit terkecil di dalam masyarakat belum terbentuk secara riil. Jumlah
mempunyai pengaruh yang besar terhadap keluarga disabilitas tahun 2019 sebanyak
pemberian informasi dan sosialisasi untuk 15 KK. Aktivitas kesiapsiagaan bencana
penanggulangan risiko bencana yang dalam keluarga disabilitas masih belum
terjadi (Yuwanto, 2019). Tidak hanya dilakukan, belum adanya kegiatan yang
keluarga pada umumnya namun keluarga melibatkan multistruktural dalam
dengan disabilitas juga harus diperhatikan membentuk keluarga siaga bencana.
karena masih minimnya manajemen Pembentukan family disaster planning
bencana bagi keluarga dengan disabilitas (keluarga tanggap bencana) diharapkan
(Wardhana, 2015). mampu mempersiapkan kesiapsiagaan
Menurut survey global PBB tahun keluarga dalam menghadapi bencana.
2013, diseluruh dunia hanya 20% Tujuan dari penelitian ini untuk
penyandang disabilitas bisa mengatahui efek family disaster planning
menyelamatkan diri, dan 31% penyandang dalam meningkatkan pengetahuan dan
mengatakan bahwa mereka butuh sikap disabilitas dalam menghadapi
seseorang yang mampu membantu ketika bencana.
bencana. Oleh karena itu pentingnya
family disaster planning di keluarga METODE PENELITIAN
disabilitas. Penyandang disabilitas Jenis penelitian kuantitatif dengan
mengalami tingkat kematian yang lebih quasi eksperimen pre post test without
tinggi dan lebih besar daripada populasi control grup. Kuesioner yang digunakan
umum. Penelitian menunjukkan bahwa dari Lenawida, 2011. Kuesioner yang
penyandang disabilitas yang terkena digunakan yaitu kesiapsiagaan bencana
dampak bencana mengalami peningkatan Uji validitas Pearson Product Moment
risiko yang lebih tinggi karena r=0.647 dan uji realibilitas dengan
pengetahuan dan kesiapsiagaan keluarga Cronbach Coefficient Alpha dengan hasil
yang membantu penyandang disabilitas 0.959. Penelitian dilaksanakan di
masih rendah pada saat terjadi bencana Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta
(Wolf-Fordham et al., 2015). Kurangnya pada bulan Juni 2020. Variabel yang
pengetahuan dalam menangani digunakan adalah pengetahuan, sikap,
penyandang disabilitas dalam situasi dukungan anggota keluarga. Dalam
bencana menyebabkan masalah yang jauh penelitian ini menggunakan metode
lebih besar. Banyak dari mereka hidup family disaster planning. Family disaster
dengan peningkatan risiko dan planning merupakan kegiatan yang
keterpaparan bencana, mereka sangat ditujukan untuk disabilitas maupun
rentan terhadap risiko dan lebih mungkin keluarganya dalam mempersiapkan jika
meninggal atau terluka saat bencana terjadi bencana. Family disaster planning
daripada orang normal pada umumnya dalam penelitian ini bekerjasama dengan
(UNISDR, 2014). tagana dan secara door to door diberikan
Kecamatan Imogiri Bantul menurut materi, poster,video, dan praktik secara
peta kerusakan gempa tahun 2006 langsung jika terjadi bencana. Untuk
Brigitta Ayu Dwi Susanti, Family Disaster Planning untuk Peningkatan Pengetahuan 185

melihat pengaruh family disaster terhadap penelitian terdiri dari umur responden,
pengetahuan dan sikap menggunakan uji pekerjaan dan pendidikan. Penelitian yang
wilxocon. dilakukan pada Juni 2020 dapat di
deskripsikan karakteristik responden
HASIL PENELITIAN seperti tabel berikut ini :
Subyek penelitian terdiri dari 31
KK. Karakteristik responden dalam

Tabel 1. Karakteristik Responden KK Berdasarkan Usia di Wukirsari,Bantul (n=31)


Karakteristik Fruekuensi (F) Presentasi
21-30 tahun 4 12,9
31-40 tahun 2 6,5
41-50 tahun 9 29,0
51-60 tahun 10 32,3
>60 tahun 6 19,4
Total 31 100,0
Sumber: Data Primer

Tabel 2. Karakteristik Responden KK Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan Wukirsari,


Imogiri, Bantul Juni 2020 (n=31)
Karakteristik Fruekuensi (F) Presentasi
Guru 1 3,2
Wiraswasta 2 6,5
Pedagang 3 9,7
Pengrajin 6 19,4
Buruh 7 22,6
Petani 2 6,5
Lain-Lain 10 32,3
Total 31 100.0
Sumber : Data primer

Tabel 3. Karakteristik Responden KK Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Wukirsari,


Imogiri, Bantul Juni 2020 (n=31)
Karakteristik Fruekuensi (F) Presentasi
Tidak sekolah 8 25,8
Sekolah Dasar (SD) 11 35,5
SLTP 5 16,1
SLTA 6 19,4
Perguruan Tinggi 1 3,2
Total 31 100,0
Sumber : Data primer
186 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 9, No 2, November 2020, hlm 117-268

Jumlah responden KK di Kelurahan pendidikan terbanyak adalah SD (Sekolah


Wukirsari terbanyak berusia 51-60 tahun Dasar) yaitu sebesar 8 (25,8%) dan yang
yaitu 10 KK (32,3%) dan yang paling paling sedikit adalah pendidikan
sedikit berusia 31-40 tahun (6,5%). Perguruan Tinggi sebesar 1 (3,2%).
Responden KK yang memiliki pekerjaan Jumlah responden KK berdasarkan
lain-lain diluar yang tercantum di dalam pendidikan terbanyak adalah SD (Sekolah
kuesioner lebih besar yaitu 10 (32,3%) Dasar) yaitu sebesar 8 (25,8%) dan yang
dan pekerjaan responden KK yang paling paling sedikit adalah pendidikan
sedikit adalah Guru sebanyak 1 (3,2%). Perguruan Tinggi sebesar 1 (3,2%).
Jumlah responden KK berdasarkan

Tabel 4. Pengetahuan tentang Kesiapsiagaan Keluarga Disabilitas dalam Menghadapi


Bencana di Kelurahan Wukirsari, Imogiri, Bantul Juni 2020 (n=31)
Pengetahuan Fruekuensi (F) Presentase (F) Sig
Pre Test
Baik 18 58,1 %
Cukup 11 35,5 %
Kurang 2 6,5 %
Post Test
Baik 28 90,3 %
Cukup 3 9,6 %
Total 31 100,0 0,000
Sumber : Data primer

Tabel 5. Sikap Kesiapsiagaan Keluarga Disabilitas dalam Menghadapi Bencana di


Wukirsari, Bantul Juni 2020 (n=31)
Pengetahuan Fruekuensi (F) Presentase (F) Sig
Pre Test
Sangat Setuju 19 61,3 %
Setuju 11 35,5 %
Kurang Setuju 1 3,2 %
Post Test
Sangat Setuju 30 96,8 %
Setuju 1 3,2 %
Total 31 100,0 0,000
Sumber: Data Primer
Brigitta Ayu Dwi Susanti, Family Disaster Planning untuk Peningkatan Pengetahuan 187

Data di dalam tabel menunjukkan kurang sebesar 2 (6,5%). Namun setelah


bahwa pengetahuan KK sebelum dilakukan tindakan penyuluhan dan
dilakukan tindakan penyuluhan dan pelatihan mengenai kesiapsiagaan
pelatihan (pre test) terdapat 3 macam keluarga disabilitas dalam menghadapi
pengetahuan yaitu baik, cukup, dan bencana pengetahuan menjadi meningkat
kurang. Tingkat pengetahuan terbanyak dan hanya ada 2 (dua) kategori, yaitu
adalah kategori baik yaitu sebesar 18 kategori baik dan cukup. Kategori baik
(58,1%), kategori cukup 11 (35,5%) dan sebesar 28 (90,3%) dan kategori cukup
kategori kurang sebesar 2 (6,5%). Namun sebesar 3 (9,7%). Pengetahuan adalah
setelah dilakukan tindakan penyuluhan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang
dan pelatihan mengenai kesiapsiagaan atau kelompok melakukan pengideraan
keluarga disabilitas dalam menghadapi suatu objek dimana pengetahuan akan
bencana pengetahuan menjadi meningkat membentuk tindakan seseorang
dan hanya ada 2 (dua) kategori, yaitu (Notoatmodjo, 2012).
kategori baik dan cukup. Kategori baik Pengetahuan yang diperoleh
sebesar 28 (90,3%) dan kategori cukup responden sesuai dengan bentuk dan
sebesar 3 (9,7%). macam pengetahuan menurut
Sedangkan terkait dengan sikap KK Notoatmodjo (2012) adalah pengetahuan
sebelum dilakukan tindakan penyuluhan yang berdasar empiris atau pengamatan
dan pelatihan (pre test) terdapat 3 (tiga) indera yang diperoleh dengan melakukan
kategori yaitu Sangat setuju, Setuju dan pengamatan dan observasi diri pribadi
Kurang setuju. Kategori terbanyak adalah secara berulang-ulang.
kategori Sangat setuju yaitu sebesar 19 Berdasarkan hasil penelitian yang
(61,3%), kategori setuju 11 (35,5%) dan dilakukan setelah KK reponden
kategori kurang setuju sebesar 1 (3,2%). mendapatkan penyuluhan dan pelatihan
Setelah dilakukan tindakan terjadi peningkatan pengetahuan 32,2%
penyuluhan dan pelatihan mengenai dari hasil sebelum dilakukan penyuluhan
kesiapsiagaan keluarga disabilitas dalam dan pelatihan 58,1% dan setelah dilakukan
menghadapi bencana pengetahuan penyuluhan dan pelatihan sebesar 90,3%.
menjadi meningkat dan hanya ada 2 (dua) Hal tersebut sesuai dengan Notoatmodjo
kategori, yaitu kategori Sangat setuju dan (2012) yang menyebutkan bahwa yang
Setuju. Kategori sangat setuju sebesar 30 mempengaruhi peningkatan pengetahuan
(96,8%) dan kategori setuju sebesar 1 adalah factor pendidikan, infomasi, dan
(3,2%). media. Kebencanaan membutuhkan
pengetahuan sehingga dimungkinkan
PEMBAHASAN untuk mengingat rangkaian kejadian
Tabel 4 menunjukkan bahwa kebencanaan yang disebabkan oleh faktor
terdapat Pengetahuan responden KK alam maupun non alam yang dapat
sebelum dilakukan tindakan penyuluhan menimbukan kerugian di berbagai bidang
dan pelatihan (pre test) terdapat 3 tingkat (Adiwijaya, 2016). Dengan demikian
pengetahuan yaitu baik, cukup, dan dapat disimpulkan bahwa family disaster
kurang. Kategori terbanyak adalah planning pada disabilitas dapat
kategori baik yaitu sebesar 18 (58,1%), meningkatkan pengetahuan menjadi
kategori cukup 11 (35,5%) dan kategori tingkat baik dengan p<0.005.
188 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 9, No 2, November 2020, hlm 117-268

Tabel 5 menunjukkan bahwa pengalaman pribadi, kebudayaan, media


terdapat Sikap responden sebelum masa dan Institusi. Kesiapsiagaan
dilakukan tindakan penyuluhan dan menghadapi bencana adalah waktu untuk
pelatihan (pre test) terdapat 3 (tiga) tanggap darurat individu atau suatu
kategori yaitu Sangat setuju, Setuju dan kelompok dalam menghadapi kejadian
Kurang setuju. Kategori terbanyak adalah darurat tersebut sehingga penting
kategori Sangat setuju yaitu sebesar 19 penanganan yang cepat dan tepat sebagai
(61,3,1%), kategori setuju 11 (35,5%) dan tanggap bencana pada tahap awal ketika
kategori kurang setuju sebesar 1 (3,2%). bantuan dari pihak luar belum datang
Setelah dilakukan tindakan (Erlia, Kumalawati dan Aristin, 2017).
penyuluhan dan pelatihan mengenai Dapat disimpulkan bahwa sikap
kesiapsiagaan keluarga disabilitas dalam kesiapsiagaan keluarga dalam menghadapi
menghadapi bencana pengetahuan bencana dalam tingkatan baik sehingga
menjadi meningkat dan hanya ada 2 (dua) dapat meminimalkan dampak dari
kategori, yaitu kategori Sangat setuju dan bencana dan lebih tanggap ketika
Setuju. Kategori sangat setuju sebesar 30 terjadinya bencana terutama pada
(96,8%) dan kategori setuju sebesar 1 disabilitas.
(3,2%). Dan berpengaruh signifikan
p<0.005 family disaster planning terhadap KESIMPULAN DAN SARAN
sikap disabilitas. Sehingga sikap dalam Keluarga dengan kesiapsiagaan
bencana adalah pola perilaku seseorang (Family disaster Planning) penting
terhadap suatu kejadian untuk proses dimiliki terutama di dalam anggota
antisipatif ketika terjadi suatu peristiwa keluarga yang mempunyai anggota
(Notoatmodjo, 2012). Dilaksanakannya disabilitas. Untuk mengurangi risiko
penelitian ini bertujuan untuk dapat bencana diperlukan pengetahuan
meningkatkan dan merubah sikap KK sedangkan sikap dibutuhkan dalam
responden menjadi sikap yang positif bertindak ketika terjadi bencana. Sehingga
sehingga mampu dengan sigap dan siap masyarakat mempunyai peran yang
untuk dapat menghadapi bencana dan penting dalam terjadinya bencana
menolong anggota keluarga yang (Matsuda dan Okada, 2006). Adapun
mengalami disabilitas. Komponen yang Penelitian ini membutikan adanya family
menunjang dalam hal ini adalah kognitif, disaster planning dalam masyarakat dapat
afektif, dan konatif. meningkatkan pengetahuan dan sikap
Berdasarkan hasil penelitian yang p<0.005 baik sebelum dan setelah
dilakukan setelah KK reponden dilakukan tindakan penyuluhan dan
mendapatkan penyuluhan dan pelatihan pelatihan mengenai kesiapsiagaan
terjadi peningkatan sikap 35,5% dari hasil keluarga disabilitas dalam menghadapi
sebelum dilakukan penyuluhan dan bencana. Pengetahuan keluarga setelah
pelatihan 61,3% dan setelah dilakukan mendapatkan penyuluhan dan pelatihan
penyuluhan dan pelatihan sebesar 96,8%. mengenai kesiapsiagaan keluarga
Sejalan dengan Notoatmodjo (2012) disabilitas dalam menghadapi bencana
faktor yang berpengaruh dalam meningkat menjadi 32,2% hasil pre test
pembentukan dan peningkatan sikap pada 58,1% dan hasil post test 90,3%.
responden dalam penelitian ini adalah Sedangkan sikap keluarga meningkat
Brigitta Ayu Dwi Susanti, Family Disaster Planning untuk Peningkatan Pengetahuan 189

menjadi 35,5% hasil pre test 61,3% dan Kabupaten perlu adanya pendampingan
post test menjadi 96,8%). kesiapsiagaan bencana di masyarakat
Saran untuk keluarga meliputi : 1) terutama di masing-masing keluarga
Keluarga terutama yang memiliki anggota setelah diberikan penyuluhan maupun
keluarga dengan disabilitas perlu pelatihan. Pendampingan yang dapat
konsisten dalam menerapkan penanganan dilakukan misalnya dengan membuat
dan kesiapsiagaan dalam menghadapi perencanaan dan perancangan untuk dapat
bencana berdasarkan informasi yang telah meningkatkan kesiapan atau
diperoleh; 2) Keluarga perlu bekerjsama kesiapsiagaan masyarakat atau masing-
dengan anggota keluarga lainnya untuk masing keluarga dengan pelaksanaan dan
mempersiapkan segala kebutuhan yang evaluasi secara rutin
diperlukan jika suatu saat terjadi bencana; Saran untuk peneliti selanjutnya yaitu
3) Kepala keluarga dan anggota keluarga menggunakan data penelitian ini
yang lainnya sering bertemu, komunikasi meningkatkan kesiapsiagaan di
dan berkoordinasi untuk saling masyarakat dengan penilaian Desa Siaga
mengingatkan tentang hal penting saat Bencana. Peneliti selanjutnya diharapkan
terjadi bencana; 4) Kepala keluarga dapat menyusun program-program terkait
membagi tugas dan peran dengan anggota dengan indikator keluarga siaga bencana
keluarga yang lain mengenai siapa yang yang masih kurang atau rendah dalam
akan bertanggungjawab dalam melindungi pelaksanaannya.
dan menolong anggota keluarga yang
mengalami disabilitas agar selamat dari DAFTAR RUJUKAN
bencana; 5) Adanya koordinasi dan Adiwijaya, C. (2016). Pengaruh
kerjasama diantara anggota keluarga Pengetahuan Kebencanaan dan
terkait dengan penempatan, pengaturan sikap Masyarakat terhadap
dan peletakkan benda atau barang-barang Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana
di dalam rumah agar tidak berisiko Tanah Longsor’, pp. 81–101.
menciderai anggota keluarga saat terjadi
bencana; 6) Keluarga dapat mengatasi Azizah, Y. N., Ratnawati, R. dan
keadaan darurat dengan mempersiapkan Setyoadi. (2015). Pengalaman
sebelumnya dan bekerja sama dengan Perawat dalam Melakukan Penilaian
anggota keluarga lainnya karena keluarga Cepat Kesehatan Kejadian Bencana
merupakan tombak utama bagi para pada Tanggap Darurat Bencana
disabilitas. Kesiapsiagaan merupakan Erupsi Gunung Kelud Tahun 2014
kunci untuk bertahan pada saat darurat di Kabupaten Malang (Studi
dan mengelola kekacauan yang terjadi Fenomologi)’, Jurnal Ilmu
sesudahnya. Banyak hal yang harus Keperawatan, 3(2), pp. 129–143.
dipersiapkan untuk persiapan keluarga Available at:
menghadapi bencana alam. Salah satu cara http://jik.ub.ac.id/index.php/jik/artic
untuk mempersiapkannya adalah dengan le/view/41/60.
menyiapkan peralatan siaga bencana serta
kebutuhan lainnya (CINCH, 2011). Bakornas Penanggulangan bencana.
Saran untuk Instansi terkait meliputi (2007). Pengenalan Karakteristik
: 1) Tagana, BPBD maupun Dinas Sosial
190 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 9, No 2, November 2020, hlm 117-268

Bencana dan Upaya Mitigasinya di 18 tahun di SMA Al-Hasan Kemiri


Indonesia. Edisi II. Jakarta. Kecamatan Panti Kabupaten
Jember’, Universitas Jember, 1, pp.
Bapennas. (2014). Buku Pegangan 1–8. Available at:
Perencanaan Pembangunan Daerah http://repository.unej.ac.id/bitstream
2015 Membangun Ketangguhan /handle/123456789?60652/Iman.
Bangsa Melalui Upaya Pengurangan
Resiko Bencana. Available at: Ikbal, R. . dan Sari, R. . (2018).
http://www.bnpb.go.id/publikasi/bu Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana
ku diakses pada 10 Oktober 2020 Gempa Bumi’, pp. 40–46.
jam 21.00.
Matsuda, Y. dan Okada, N. (2006).
BNPB. (2018). Data Informasi Bencana Community diagnosis for suitanable
Indonesia. Available at: disaster preparedness’, Journal of
http://bnpb.cloud/dibi/laporan4. Natural Disaster Science, 28(1), pp.
25–33.
CINCH. (2011). Emergency preparedness
for families of children with needs’, Notoatmodjo, S. (2012). Promosi
pp. 1–15. Kesehatan dan Prilaku Kesehatan’.
Jakarta: Rineka Cipta, pp. 131–207.
Dwisiwi, R. S. et al. (2012).
Pengembangan Teknik Mitigasi Dan Nurudin, A. (2015). Pengaruh Pelatihan
Manajemen Bencana Alam Penanggulangan Bencana Gempa
Gempabumi Bagi Komunitas SMP Bumi Terhadap Kesiapsiagaan
Di Kabupaten Bantul Yogyakarta’, Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1
in Prosiding Seminar Nasional Imogiri Bantul Yogyakarta. UNISA.
Penelitian Pendidikan dan
Penerapan MIPA. Yogyakarta: UNISDR. (2014). Living with disability
Fakultas MIPA Universitas Negeri and disasters: UNISDR 2013 Survey
Yogyakarta. on Living With Disabilities and
Disasters-Key Findings. Available
Erlia, D., Kumalawati, R. dan Aristin, N. at:
F. (2017). Analisis Kesiapsiagaan http://www.unisdr.org/2014/iddr/do
Masyarakat dan Pemerintah cuments/2013DisabilitySurveryRep
Menghadapi Bencana Banjir di ort_030714.pdf.
Kecamatan Martapura Barat
Kabupaten Banjar’, JPG (Jurnal Wardhana, H. (2015). Merajut Masa
Pendidikan Geografi), pp. 15–24. Depan Indonesia dengan “Kembali
Kepada Keluarga”. Available at:
Firmansyah, I., Rasni, H. dan Rondhianto. http://www.kompasiana.com/publis
(2014). Hubungan Pengetahuan hed .
dengan Perilaku Kesiapsiagaan
dalam Menghadapi Bencana Banjir Wolf-Fordham, S. et al. (2015).
dan Longsor pada Remaja Usia 15- Emergency preparedness of families
Brigitta Ayu Dwi Susanti, Family Disaster Planning untuk Peningkatan Pengetahuan 191

of children with developmental


disabilities; What public health and
safety emergency planners need to
know’, JEmerg Manag, 13(1), pp.
7–18. doi:
https://doi.org/10.5055/jem.2015.02
13.Emergency.

Anda mungkin juga menyukai