Pada mulanya program ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri yang tidak
mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopi istrinya mengalami
kerusakan permanen. Namun kemudian mulai ada perkembangan dimana kemudian
program ini diterapkan pada pasien yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya yang
menyebabkan tidak memungkinkan untuk memperoleh keturunan.
Masalah bayi tabung (Athfaalul Anaabib) ini menurut pandangan Islam termasuk
masalah kontemporer ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya secara spesifik di
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah bahkan dalam kajian fiqih klasik sekalipun. Oleh
karena itu, dalam menyelesaikan masalah ini hendak dikaji menurut Hukum Islam
dengan menggunakan metode ijtihad yang lazimnya dipakai oleh para ahli ijtihad
(mujtahidin), agar dapat ditemukan hukumnya yang sesuai dengan prinsip dan jiwa Al-
Qur’an dan As-Sunnah yang merupakan sumber pokok hukum Islam. Namun, kajian
masalah mengenai bayi tabung ini sebaiknya menggunakan pendekatan multi disipliner
oleh para ulama dan cendikiawan muslim dari berbagai disiplin ilmu yang relevan, agar
dapat diperoleh kesimpulan hukum yang benar-benar proporsional dan mendasar.
Misalnya menggunakan ahli kedokteran, peternakan, biologi, hukum, agama dan
etika.Dua tahun sejak ditemukannya teknologi ini, para ulama di Tanah Air telah
menetapkan fatwa tentang bayi tabung/inseminasi buatan.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwanay pada tanggal 13 Juni 1979 menetapkan 4
keputusan terkait masalah bayi tabung, diantaranya :
1. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya mubah
(boleh), sebab ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama. Asal keadaan
suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk
memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami istri tidak berhasil
memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqih
2. Sedangkan para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan
suami-istri yang dititipkan di rahim perempuan lain dan itu hukumnya haram, karena
dikemudian hari hal itu akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya
dengan warisan (khususnya antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang
mempunyai ovum dan ibu yang mengandung kemudian melahirkannya, dan
sebaliknya).
3. Bayi Tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia
hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah. Sebab, hal ini akan
menimbulkan masalah yang pelik baik kaitannya dengan penentuan nasab maupun
dalam hal kewarisan.
4. Bayi Tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang
sah hal tersebut juga hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan hubungan
kelamin antar lawan jenis diluar pernikahan yang sah alias perzinahan.
Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait masalah dalam Forum Munas di
Kaliurang, Yogyakarta pada tahun 1981. Ada 3 keputusan yang ditetapkan ulama NU terkait
masalah Bayi Tabung, diantaranya :
1. Apabila mani yang ditabung atau dimasukkan kedalam rahim wanita tersebut ternyata bukan
mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung hukumnya haram. Hal itu didasarkan pada
sebuah hadist yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada
dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT, dibandingkan dengan
perbuatan seorang lelaki yang meletakkan spermanya (berzina) didalam rahim
perempuan yang tidak halal baginya.”
2. Apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara mengeluarkannya tidak
muhtaram, maka hukumnya juga haram. Mani Muhtaram adalah mani yang
keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak dilarang oleh syara’. Terkait mani yang
dikeluarkan secara muhtaram, para ulama NU mengutip dasar hukum dari Kifayatul Akhyar
II/113. “Seandainya seorang lelaki berusaha mengeluarkan spermanya (dengan
beronani) dengan tangan istrinya, maka hal tersebut diperbolehkan, karena istri memang
tempat atau wahana yang diperbolehkan untuk bersenang-senang.”
3. Apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri yang sah dan cara mengeluarkannya
termasuk muhtaram, serta dimasukkan ke dalam rahim istri sendiri, maka hukum bayi
tabung menjadi mubah (boleh).
Berikut ini dalil-dalil syar’i yang dapat menjadi landasan hukum untuk mengharamkan
inseminasi buatan dengan donor, ialah sebagai berikut:
َولَقَ ْد َك َّر ْمنَا بَنِي آ َد َم َو َح َم ْلنَا ُه ْم فِي ا ْلبَ ِّر َوا ْلبَ ْح ِر َو َر َز ْقنَا ُه ْم ِم َن
ِ الطَّيِّبَا
َّ َت َوف
ْ َكثِي ٍر ِم َّمن ض ْلنَا ُه ْم َعلَ ٰى
Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai
makhluk yang mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi makhluk-
makhluk Tuhan lainnya. Dan Tuhan sendiri berkenan memuliakan manusia, maka sudah
seharusnya manusia bisa menghormati martabatnya sendiri dan juga menghormati
martabat sesama manusia. Sebaliknya inseminasi buatan dengan donor itu pada
hakikatnya merendahkan harkat manusia (human dignity) sejajar dengan hewan yang
diinseminasi.
Proses Bayi Tabung
Bayi tabung merupakan pilihan terakhir bagi mereka yang ingin mendapatkan keturunan
namun sampai saat ini belum juga mendapatkan kehamilan. Di bawah ini akan
dijelaskan proses dalam pembuatan bayi tabung :
Langkah pertama dalam proses pembuatan bayi tabung ini diperlukan adanya
sperma. Untuk mendapatkan kehamilan, satu sel sperma harus bersaing dengan
sel sperma yang lain. Sel Sperma yang kemudian berhasil untuk menerobos sel
telur merupakan sel sperma dengan kualitas terbaik saat itu.
Selama masa subur, wanita akan melepaskan satu atau dua sel telur. Sel telur
tersebut akan berjalan melewati saluran telur dan kemudian bertemu dengan sel
sperma pada kehamilan yang normal.
c. Injeksi
Setelah hormon penambah jumlah produksi sel telur bekerja maka sel telur siap
untuk dikumpulkan. Dokter bedah menggunakan laparoskop untuk memindahkan
sel-sel telur tersebut untuk digunakan pada proses bayi tabung (IVF) berikutnya.
e. Sperma beku
f. Menciptakan Embrio
Dalam menciptakan embrio ini, dokter akan menyatukan sperma dan ovum yang
telah dipilih sebelumnya. Pada sel sperma dan sel telur yang terbukti sehat, akan
sangat mudah bagi dokter untuk menyatukan keduanya dalam sebuah piring lab.
Namun bila sperma tidak sehat sehingga tidak dapat berenang untuk membuahi
sel telur, maka akan dilakukan teknik ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm Injection).
Pada teknik ICSI ini dokter akan menyuntikkan satu sperma hidup ke dalam sel
telur.
g. Embrio Berumur 2 hari
Setelah sel telur dipertemukan dengan sel sperma, akan dihasilkan sel telur yang
telah dibuahi (disebut dengan nama embrio). Embrio ini kemudian akan
membelah seiring dengan waktu. Embrio ini memiliki 4 sel, yang diharapkan
mencapai stage perkembangan yang benar.
h. Pemindahan Embrio
“Tidak boleh karena proses pengambilan mani tersebut berkonsekuensi minimal sang
dokter akan melihat aurat wanita lain. Dan melihat aurat wanita lain hukumnya adalah
haram menurut pandangan syariat sehingga tdk boleh dilakukan kecuali dlm keadaan
darurat.
Sementara tdk terbayangkan sama sekali keadaan darurat yg mengharuskan seorang
lelaki memindahkan mani ke istri dgn cara yg haram ini. Bahkan terkadang
berkonsekuensi sang dokter melihat aurat suami wanita tersebut dan ini pun tdk boleh.
Seseorang yg menempuh cara ini utk mendapatkan keturunan dikarenakan tdk diberi
rizki oleh Allah berupa anak dgn cara alami berarti dia tdk ridha dgn takdir dan
ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala atasnya.
Jikalau saja Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan dan membimbing
kaum muslimin utk mencari rizki berupa usaha dan harta dgn cara yg halal maka lebih
lagi tentu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan dan membimbing
mereka utk menempuh cara yg sesuai dgn syariat dlm mendapatkan anak.”
Bayi tabung ini mencuat ke permukaan karena adanya keinginan dari banyak pasangan
suami istri karena satu hal dan yang lainnya yang tidak bisa mempunyai keturunan,
sedang mereka sangat merindukannya, dan bayi tabung ini adalah salah satu alternatif
yang bisa ditempuh untuk mewujdkan impian mereka tersebut.
Inseminasi buatan adalah: proses yang dilakukan oleh para dokter untuk
menggabungkan antara sperma dengan sel telur, seperti dengan cara menaruh keduanya
di dalam sebuah tabung, karena rahim yang dimiliki seorang perempuan tidak bisa
berfungsi sebagaimana biasanya. Yang perlu diperhatikan terlebih dahulu bagi yang
ingin mempunyai anak lewat bayi tabung, bahwa cara ini tidak boleh ditempuh kecuali
dalam keadaan darurat, yaitu ketika salah satu atau kedua suami istri telah divonis tidak
bisa mempunyai keturunan secara normal
Perlu menjadi catatan di sini bahwa bayi tabung telah berkembang pesat di Barat, tetapi
bukan untuk mencari jalan keluar bagi pasangan suami istri yang tidak bisa mempunyai
anak secara normal, tetapi mereka mengembangkannya untuk proyek-proyek maksiat
yang diharamkan di dalam Islam, bahkan mereka benar-benar telah menghidupkan
kembali pernikahan yang pernah dilakukan orang-orang jahiliyah Arab sebelum
kedatangan Islam, yaitu para suami menyuruh para istri untuk datang kepada orang-
orang yang mereka anggap cerdas dan pintar atau pemberani agar mereka mau
menggauli para istri tersebut dengan tujuan anak mereka ikut menjadi cerdas dan
pemberani. Hal sama telah dilakukan di Amerika dimana mereka mengumpulkan sperma
orang-orang pintar dalam bank sperma, kemudian dijual kepada siapa yang
menginginkan anaknya pintar dengan cara enseminasi buatan dan bayi tabung.
Namun, para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-
istri yang dititipkan di rahim perempuan lain. “Itu hukumnya HARAM”. Para ulama
menegaskan, di kemudian hari hal itu akan menimbulkan masalah yang rumit dalam
kaitannya dengan warisan.
Para ulama MUI dalam fatwanya juga memutuskan, bayi tabung dari sperma yang
dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya HARAM”. Sebab, hal ini
akan menimbulkan masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab
maupun dalam hal kewarisan.
Lalu bagaimana dengan proses bayi tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari
pasangan suami-istri yang sah? MUI dalam fatwanya secara tegas menyatakan hal
tersebut hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan hubungan kelamin
antarlawan jenis di luar penikahan yang sah alias zina.
Hal itu didasarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah
SAW bersabda, “Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah
SWT, dibandingkan perbuatan seorang lelaki yang meletakkan spermanya (berzina) di
dalam rahim perempuan yang tidak halal baginya.”Maka dapat kita simpulkan bahwa
Bayi tabung itu di Bolehkan ( Mubah) jika sperma dan sel telur berasal dari pasangan
suami istri yang sah.
1. Sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang tidak sah
2. Penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-istri yang dititipkan di rahim
perempuan lain
3. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia
Menurut pandangan atau pendapat saya, hukum yang telah digariskan oleh agama Islam
mengenai bayi tabung ini sudah sangat jelas dan sesuai dengan logika kita. Bayangkan
saja jika anak yang dihasilkan dari bayi tabung tsb berasal dari sperma dan ovum
pasangan suami istri yang tidak sah, secara akal sehat juga hal tsb termasuk kedalam
perzinahan, oleh karena itu hukumya HARAM. Tetapi jika sperma dan sel telurnya
berasal dari suami istri yang sah, hanya tempat untuk melakukan pembuahan tidak
berada di dalam rahim wanita tapi di suatu wadah khusus( tabung) yang dibuat
sedemikian rupa sehingga menyerupai dengan tempat pembuahannya yang asli yaitu
rahim. Temperatur dan situasnya juga dibuat pwesis sama dengan aslinya.
Kesimpulan
Jadi kesimpulan yang dapat kita ambil yaitu pelaksanaan bayi tabung dalam pandangan
Islam hukumnya mubah (boleh), dengan syarat sperma dan ovum diperoleh dari
pasangan suami-istri yang sah kemudian sel hasil pembuahan tersebut dimasukan
kembali kedalam rahim isteri yang sah.
Sebaliknya, ada beberapa hal yang membuat pelaksanaan bayi tabung menjadi haram
yaitu:
Sperma yang diambil dari pihak laki-laki disemaikan kepada indung telur pihak
wanita yang bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.
Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada sperma yang
diambil dari pihak lelaki yang bukan suaminya kemudian dicangkokkan ke dalam
rahim si wanita.
Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari sepasang suami
istri, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim wanita lain yang bersedia
mengandung persemaian benih mereka tersebut.
Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan wanita lain
kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si istri.
Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari seorang suami
dan istrinya, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya yang lain.
Sperma yang diambil berasal dari sperma suami yang telah meninggal dunia.
KLONING
Pada zaman modern ini, telah berkembang satu teknologi baru yang mampu
memduplikasi makhluk hidup dengan sama persis, teknologi ini dikenal dengan nama
teknologi kloning. Kloning adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang
sama dengan induknya pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan,
maupun manusia. Kloning telah berhasil dilakukan pada tanaman sebagaimana pada
hewan belakangan ini.
Tujuan kloning pada tanaman dan hewan pada dasarnya adalah untuk memperbaiki
kualitas tanaman dan hewan, meningkatkan produktivitasnya, dan mencari obat alami
bagi banyak penyakit manusia –terutama penyakit-penyakit kronis– guna menggantikan
obat-obatan kimiawi yang dapat menimbulkan efek samping terhadap kesehatan
manusia.
Definisi cloning dalam agama islam adalah pembiakkan dengan teknik membuat
keturunan dengan kode genetik yang sama dengan induknya. Istilah loning atau klonasi
berasal dari kata clone (bahasa Greek) atau klona, yang secara harfiah berarti
potongan/pangkasan tanaman. Dalam hal ini tanam-tanaman baru yang persis sama
dengan tanaman induk dihasilkan lewat penanaman potongan tanaman yang diambil dari
suatu pertemuan tanaman jantan dan betina.
Melihat asal bahasa yang digunakan, dapat dimengerti bahwa praktek perbanyakan
tanaman lewat penampangan potongan/pangkasan tanaman telah lama dikenal manusia.
Karena tidak adanya keterlibatan jenis kelamin, maka yang dimaksud dengan klonasi
adalah suatu metode atau cara perbanyakan makhluk hidup (atau reproduksi) secara
aseksual. Hasil perbanyakan lewat cara semacam ini disebut klonus/klona, yang dapat
diartikan sebagai individu atau organisme yang dimiliki genotipus yang identik.
Dari pemahaman tentang sifat sel organisme tadi, jika ditinjau secara umum, maka pada
manusia dapat juga terjadi, misalnya pada kelahiran kembar satu telur. Masing-masing
anak di sini merupakan klonus yang memiliki susunan genetis identik.
Kloning terhadap manusia adalah merupakan bentuk intervensi hasil rekayasa manusia.
Kloning adalah teknik memproduksi duplikat yang identik secara genetis dari suatu
organisme. Klon adalah keturunan aseksual dari individu tunggal. Setelah keberhasilan
kloning domba bernama Dolly pada tahun 1996, para ilmuwan berpendapat bahwa tidak
lama lagi kloning manusia akan menjadi kenyataan. Kloning manusia hanya
membutuhkan pengambilan sel somatis (sel tubuh), bukan sel reproduktif (seperti sel
telur atau sperma) dari seseorang, kemudian DNA dari sel itu diambil dan ditransfer ke
dalam sel telur seseorang wanita yang belum dibuahi, yang sudah dihapus semua
karakteristik genetisnya dengan cara membuang inti sel (yakni DNA) yang ada dalam
sel telur itu. Kemudian, arus listrik dialirkan pada sel telur itu untuk mengelabuinya agar
merasa telah dibuahi, sehingga ia mulai membelah. Sel yang sudah dibuahi ini kemudian
ditanam ke dalam rahim seorang wanita yang ditugaskan sebagai ibu pengandung. Bayi
yang dilahirkan secara genetis akan sama dengan genetika orang yang mendonorkan sel
somatis tersebut.
Manfaat Kloning
Dampak Kloning
Perdebatan tentang kloning dikalangan ilmuwan barat terus terjadi, bahkan dalam hal
kloning binatang sekalipun, apalagi dalam hal kloning manusia. Kelompok kontra
kloning diwakili oleh George Annos (seorang pengacara kesehatan di universitas
Boston) dan pdt. Russel E. Saltzman (pendeta gereja lutheran). menurut George Annos,
kloning akan memiliki dampak buruk bagi kehidupan, antara lain :
Disini menyatakan bahwa logika syari’at Islam dengan nash-nashnya yang mutlak,
kaidah-kaidahnya yang menyeluruh, dan berbagai tujuan umumnya, melarang praktik
kloning pada manusia. Karena jika kloning ini dilakukan pada manusia, maka akan
mengakibatkan berbagai kerusakan sebagai berikut :
Untuk menyikapi berbagai macam masalah mengenai kloning manusia, bisa memakai
pertimbangan, sebagai berikut:
Pertimbangan Teologi
Dalam hal ini al-Qur’an megisyaratkan adanya intervensi manusia didalam proses
produksi manusia.Sebagaimana termaktub dalam firmanNya Q.S.al-Mukminun ayat
13-14 :
13. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim).
14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami
jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang
paling baik.
Ayat ini mengisyaratkan unsur manusia ada tiga yaitu; unsur jasad (jasadiyah), unsur
nyawa (nafs), dan Unsur ruh (ruh). Bahwa asal penciptaan Manusia (Adam) dari
Tanah. Pada manusia biasa melalui proses reproduksi yaitu memerlukan laki-laki
dan perempuan, namun jika dilihat kembali proses kloning yang tidak lagi
membutuhkan laki-laki dan perempuan untuk menciptakan suatu generasi baru,
maka hal ini sangat bertentangan dengan ayat tersbut diatas.
Pertimbangan Etika
Dari sudut pertimbangan moral bahwa berbagai macam riset atau penelitian
hendaknya selalu dikaitkan dengan Tuhan, karena riset dengan tujuan apapun tanpa
dikaitkan dengan Tuhan tentu akan menimbulkan resiko, meskipun manusia di muka
bumi adalah sebagai khalifah, namun dalam mengekpresikan dan
mengaktualisasikan kebesaran kreatifitasnya tersebut seyogyanya tetap mengacu
pada pertimbangan moral dalam agama.
Pertimbangan Hukum
Dari beragam pertimbangan mungkin pertimbangan hokum inilah yang secara tegas
memberikan putusan, khususnya dari para ulama’ fiqh yang akan menolak mengenai
praktek kloning manusia selain memakai dua landasan pertimbangan di atas.
Larangan ini muncul karena alasan adanya kekhawatiran tingginya frekuensi mutasi
pada gen produk kloning sehingga akan menimbulkan efek buruk pada kemudian
hari dari segi pembiayaan yang sangat mahal dan juga dari sudut pandang ushul fiqh
bahwa jika sesuatu itu lebih banyak madharat-nya dari pada manfaatnya maka
sesuatu itu perlu ditolak. Dalam masalah ini terdapat beberapa pendapat ulama
tentang kloning manusia diantaranya; Muhammad Quraish Shihab mengatakan, tidak
pernah memisahkan ketetapan-ketetapan hukumnya dari moral sehingga dalam kasus
kloning walaupun dalam segi aqidah tidak melanggar wilayah qodrat Illahi, namun
karena dari moral teknologi kloning dapat mengantar kepada perpecahan manusia
karena larangan lahir dari aspek ini. Munawar Ahmad Anas mengatakan bahwa
paradigma al-Qur’an menolak kloning seluruh siklus kehidupan mulai dari
kehidupan hingga kematian, adalah tindakan Illahiyah. Manusia adalah agen yang
diberi amanah oleh Tuhan, karena itu penggandaan manusia semata-mata tak
diperlukan (suatu tindakan yang mubadzir).
KESIMPULAN
Definisi kloning adalah pembiakkan dengan teknik membuat keturunan dengan kode
genetik yang sama dengan induknya. Prosedur Kloning : Kloning dilakukan dengan
cara mengambil sel tubuh (sel somatik) yang telah diambil ini selnya (nukleus) dari
tubuh manusia yang selanjutnya ditanamkan pada sel telur (ovum) wanita. Kloning bisa
dilakukan kepada hewan, tumbuhan,embrio dan juga manusia. Walaupun dengan alasan
untuk memperbaiki keturunan; agar lebih cerdas, rupawan lebih sehat, lebih kuat dll,
kloning manusia hukumnya haram.
Ahmad Ta’rifin, M.A, Ilmu Alamiah Dasar, STAIN Press, Pekalongan, 2010
http://dolite.blogspot.com/2009/11/hukum-kloning-dalam-perspektif-agama.html
http://blog.uin-malang.ac.id/rizkialfajri/2010/08/27/kloning-dalam-perspektif-islam/
http://adehumaidi.com/knowledge/teknologi-kloning