ii
I. PENDAHULUAN
Optik merupakan bagian/ cabang dari ilmu fisika yang mempelajari karakter/
sifat-sifat dari cahaya dan interaksinya dengan materi. Dalam ilmu fisika dikenal 2
1) Optik Gelombang :
2) Optik Geometri :
panjang gelombang
Sifat-sifat gelombang dari cahaya dipelajari dalam Optik Fisis (Physical Optics)
atau optik gelombang (Wave Optics). Sifat-sifat yang sering dimanfaatkan dalam optik
gelombang, antara lain Difraksi, Interferensi, dan Polarisasi. Sifat ini sering digunakan
dalam peralatan optik seperti Compact Discs (CD), Grating difraksi atau Polariser.
yang terdiri dari getaran-getaran vektor medan listrik (E) dan magnet (B), saling tegak
lurus satu sama lainnya dan sefase. Gelombang elektromagnetik juga merupakan
gelombang transversal dan gelombang bidang dengan kecepatan rambat dalam ruang
1
2
bebas (free space), adalah c = 3 x 108 m/s. Besaran c dikenal dengan kecepatan cahaya
Skema/ diagram medan listrik E dan medan magnet B pada bidang 3 dimensi
Medan E dan B saling tegak lurus merambat dengan kecepatan c dalam arah z,
Cahaya putih biasa arah getar gelombangnya fluktuaktif dengan arah sembarang.
Secara alami, cahaya ini belum/ bukan merupakan cahaya terpolarisasi seperti
misalnya cahaya dari matahari, lampu dalam klas, atau nyala lilin, akan tetapi dapat
3
dibuat agar menjadi terpolarisasi dengan instrumen optik yang dikenal dengan
1) Pemantulan (Reflection)
2) Penyerapan (Absoption)
3) Pembiasan (Refraction)
4) Hamburan (Scattering)
pada sudut polarisasi, yaitu p , yang dikenal dengan sudut Brewster’s. Ilustrasinya
Jika cahaya tak polarisasi melewati suatu film Polaroid, maka molekul-molekul
penyusun film Polaroid akan menyerap sebagian cahaya yang melaluinya, sehingga
hanya cahaya tertentu saja yang berhasil melewatinya. Ilustrasi untuk fenomena ini
Untuk Polaroid (Polariser) yang ideal, maka intensitas (irradiansi) output atau
intensitas yang keluar dari polaroid (I) sama dengan 1/2 dari intensitas yang datang/
Pembiasan terjadi ketika seberkas cahaya lewat dari 1 material/ bahan ke bahan
lainnya. Pada kedua permukaan bahan terjadi perubahan arah berkas cahaya.
6
Gambar 8. Pembiasan
Berkas cahaya yang dibiaskan mengalami beberapa derajat polarisasi dan terjadi
pada bidang tegak lurus permukaan. Cahaya yang datang pada suatu bahan (Kristal)
Polarisasi cahaya terjadi secara parsial dari langit (sky). Polarisasi disebabkan
Warna biru dilangit disebabkan oleh karena adanya hamburan cahaya matahari
Rayleigh, yang lebih efektif terjadi pada panjang gelombang pendek. Hamburan
mana panjang gelombang cahaya lebih panjang dari pada panjang gelombang partikel
yang dilewatinya.
8
Deskripsi Matematik
Polarisasi Linier :
Hanya medan listrik E yang berosilasi dan arahnya tetap. Ekspresi osilasi dari
(1)
𝑬𝑦 (𝑧, 𝑡) = 𝒋̂𝐸0𝑦 𝑐𝑜𝑠(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡 + 𝜀 )
Contoh :
frekuensi sudut dan merambat dalam arah z positif dengan bidang getarnya pada
Jawab :
Polarisasi Lingkaran :
dan amplitudonya E0x = E0y = E0 , maka bentuk kedua komponen gelombang adalah :
Ilustrasi untuk keadaan polarisasi lingkaran (R-state dan L-state) disajikan pada
Gambar 11.
Medan E berputar searah jarum jam. Karena amplitude konstan, maka ujung E
membentuk suatu lingkaran (circular helix) dengan frekuensi sama. Keadaan medan
seperti ini dikatakan terpolarisasi lingkaran kanan (right circularly polarized), R-state.
Besarnya E adalah konstan dan berotasi berlawanan arah jarum jam, karena itu terjadi
polarisasi lingkaran kiri (left circularly polarized), L-state . Keadaan polarisasi seperti
Bentuk skalar dari komponen-komponen gelombangnya (ingat: E0x = E0y = E0, dan
𝐸𝑥
= 𝑐𝑜𝑠(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡)
𝐸0
𝐸𝑦
= 𝑠𝑖𝑛(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡)
𝐸0
Ke-2 persamaan di atas bila diolah secara matematik, maka dapat kita bentuk menjadi
𝐸𝑥 2 𝐸𝑦 2
( ) + ( ) = 𝑐𝑜𝑠 2 (𝑘𝑧 − 𝜔𝑡) + 𝑠𝑖𝑛2 (𝑘𝑧 − 𝜔𝑡) = 1 (9)
𝐸0 𝐸0
Polarisasi Elips
Besar dan arah E berubah, menyapu (sweeps) suatu lintasan berbentuk elips
elips, yaitu :
2
𝐸𝑦 𝐸𝑥 2 𝐸𝑥 𝐸𝑦
( ) + ( ) + 2 ( ) ( ) cos 𝜀 = 𝑠𝑖𝑛2 𝜀
𝐸0𝑦 𝐸0𝑥 𝐸0𝑥 𝐸0𝑦 (11)
Buatlah skets untuk E(0,t) pada t = 0, t = T/4, t = T/2, t = 3T/4, dan t = T yang
Polarisator/ Polariser
mana medan E yang paralel dengan sumbu optik kristal ditransmisikan dengan sedikit
Dalam hal ini, berkas cahaya yang tak terpolarisasi (misanya microwaves), yang
lewat kawat paralel, akan menyebabkan terjadinya perubahan arah getar gelombang.
Berkas cahaya yang ditransmisikan merupakan berkas cahaya terpolarisasi linier tegak
14
15
Dua polaroid disusun secara linier (Gambar 14b). Cahaya tak terpolarisasi
datang dengan amplitude E0, dan sumbu transmisi polariser membentuk sudut
transmisi adalah :
E = E0 cos
𝐼(0) = 𝐼0 = (𝐸0 )2
Atau,
E0 z
E
transmission axis
Nilai intensitas rata-rata untuk 1 siklus merupakan nilai rata-rata terhadap waktu
I I 0 cos 2 I 0 / 2 (13)
intensitasnya.
Jadi, Polariser 1 akan mereduksi intensitas yang datang (I0) sebesar 1/2, sehingga
1
intensitas/ irradiansi yang keluar dari Polariser 1 adalah 𝐼1 = 2 𝐼0
17
Pada Polariser 2 (Analiser), intensitas yang datang (I1) tereduksi dengan faktor cos2 ,
1
sehingga intensitas yang keluar dari Analiser adalah I = 2 𝐼0 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃
Contoh :
yang mana ke 2 sumbu transmisi dari polariser membentuk sudut 90o. Jika
intensitas cahaya yang datang adalah I0, tentukanlah intensitas yang keluar dari
Jawaban :
I1 = I0/2
18
I2 = I1cos2
Tugas :
1. Cahaya tak terpolarisasi dengan intensitas I0 datang pada susunan tiga filter
polarizer pertama.
Jawaban :
I1 I 0 / 2
I 2 I1 cos2 45
I 0 0,5
1
2
0,25 I 0
2. Cahaya dengan intensitas I0 datang pada tiga lapis polaroid. Polaroid pertama
dan ketiga disilangkan, yang mana sumbu mudah/transmisi keduanya
19
membentuk sudut 90o satu sama lain. Polaroid yang tengah/ kedua membentuk
sudut dengan sumbu polaroid pertama.
a. Sketlah susunan ke-3 polaroid tersebut dan tunjukkanlah bahwa intensitas
output adalah
I0 2
I= sin (2θ)
8
Jawaban :
a)
1 1
𝐼1 = 2 𝐼0 𝐼2 = 𝐼1 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃 = 2 𝐼0 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃
𝐼3 = 𝐼2 𝑐𝑜𝑠 2(𝜋⁄2 − 𝜃 )
1
= 𝐼0 𝑐𝑜𝑠 2(𝜃 )𝑐𝑜𝑠 2 (𝜋⁄2 − 𝜃 )
2
1
= 𝐼0 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃 𝑠𝑖𝑛2 𝜃
2
𝑠𝑖𝑛(𝜃 + 𝜃) = 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑐𝑜𝑠𝜃 + 𝑐𝑜𝑠𝜃 𝑠𝑖𝑛𝜃
= 2𝑐𝑜𝑠𝜃 𝑠𝑖𝑛𝜃
sin2 2𝜃 = 4cos 2 𝜃sin2 𝜃
1 2
sin 2𝜃 = cos 2 𝜃sin2 𝜃
4
20
1
𝐼 = I3 = 𝐼0 𝑠𝑖𝑛2 2𝜃
8
1
b) 𝐼 = 8 𝐼0 𝑠𝑖𝑛2 2𝜃
8𝐼
= 𝑠𝑖𝑛2 2𝜃
I0
⁄
8𝐼 1 2
𝑠𝑖𝑛 2𝜃 = ( 𝐼 )
0
8 x 0,1I0 1⁄2
𝑠𝑖𝑛 2𝜃 = ( ) = 0,894
I0
2𝜃 = sin−1 (0,894) = 63,435o atau 𝜃 = 31,7o
(a) (b)
p + t = 900
𝑛𝑖 𝑠𝑖𝑛𝜃𝑝 = 𝑛𝑡 𝑠𝑖𝑛𝜃𝑡
𝑛𝑖 𝑠𝑖𝑛𝜃𝑝 = 𝑛𝑡 𝑐𝑜𝑠𝜃𝑝
𝑛𝑡
tan 𝜃𝑝 = (hukum Brewster’s) (14)
𝑛𝑖
Birefringence : Keadaan dari polarisasi bergantung pada indeks bias bahan yang
membiaskan gelombang datang menjadi berkas-berkas cahaya, yaitu ordinary (o) dan
extraordinary (e). Jadi, cahaya yang datang dikonversi menjadi dua berkas cahaya
Plat 1/2 merupakan suatu elemen optik yang dapat menghasilkan fase relatif
atau . Dalam hal ini elemen optik mengubah berkas polarisasi yang datang
menjadi berkas polarisasi yang baru. Arah sumbu optik yang sejajar/ parallel
terhadap negatif retarder dikenal sebagai sumbu cepat (fast axis), sedangkan
arah sumbu optik yang tegak lurus terhadap retarder dikenal sebagai sumbu
Plat 1/4 gelombang merupakan elemen optik yang dapat menghasilkan fase
relatif antara komponen o-wave dan e-wave sama dengan 900 atau /2.
23
Biasanya elemen optik tersebut terbuat dari quartz, mica atau dari bahan plastik
polimetrik organik.
Pada gambar 21 terlihat bahwa, elemen optik yang berupa plat 1/4 gelombang
(quarter-wave plate), kemudian diorientasikan pada sudut 450 satu sama lain
Soal latihan :
melalui suatu plat 1/4 gelombang (quarter wave) yang sumbu cepat sepanjang
arah y. Dengan asumsi bahwa amplitudo berkas cahaya yang datang E0,
𝑖̂ 𝐸0 𝑠𝑖𝑛(𝑘𝑦 − 𝜔𝑡) )
2. Sebuah plat 1/2 gelombang untuk cahaya merah (r = 780 nm) ditempatkan
pengaruh dari susunan tersebut pada berkas cahaya merah yang datang yang
tak terpolarisasi. (Jawab : cahaya yang keluar merah, terpolarisasi linier dan
Aplikasi Polarisasi
Hal yang sama juga terdapat pada beberapa kacamata yang dilapisi oleh lapisan
2. Analisis Stres
Frinji dapat terjadi dan dianalisis pada bagian blok transparan akibat adanya
Kristal cair (LCD) merupakan zat yang mempunyai perilaku seperti cairan dan
Tegangan listrik pada Liquid Crystal Diode (LCD) ketikan dinyalakan atau
receiver (Gambar a). Antena mengubah medan magnet B menginduksi ggl dan
Soal latihan :
Jelaskan mengapa langit tampak berwarna biru pada siang hari dan merah pada
Parameter Stokes
S0 = 2I0
S1 = 2I1 – 2I0
(15)
S2 = 2I2 – 2I0
S3 = 2I3 – 2I0
Keadaan polarisasi elips hanya valid dalam waktu sesaat (hanya bergantung t),
sehingga berlaku :
2
𝐸𝑦 (𝑡) 𝐸𝑥 (𝑡) 2 𝐸𝑥 (𝑡) 𝐸𝑦 (𝑡)
( ) +( ) + 2( )( ) cos 𝜀 = 𝑠𝑖𝑛2 𝜀 (17)
𝐸0𝑦 (𝑡) 𝐸0𝑥 (𝑡) 𝐸0𝑥 (𝑡) 𝐸0𝑦 (𝑡)
yang mana = 𝜀𝑦 − 𝜀𝑥
Untuk mendapatkan parameter Stokes, integral rata-rata terhadap waktu dan lakukan
E 2
0x E 0y
2
E
2 2
0x E 0y
2
2E
2
0x E 0y cos ε 2E 0x E 0y sin ε
2 2
(18)
28
29
2 ⟩ 2 ⟩
𝑆0 = ⟨𝐸0𝑥 𝑇 + ⟨𝐸0𝑥 T =I
2 ⟩ 2 ⟩
𝑆1 = ⟨𝐸0𝑥 𝑇 − ⟨𝐸0𝑥 T =Q
𝑆0
𝑆
Dalam bentuk vektor kolom ditulis : S = [ 1] (19
𝑆2
𝑆3 )
Keadaan/ kondisi polarisasi dapat dilihat dari nilai parameter-parameter Stokes yang
• S1 = S2 = S3 = 0 Tak terpolarisasi
• S1 0, S2 0, S3 = 0 Terpolarisasi Linier
Vektor Jones
Representasi dalam bentuk kolom vektor gelombang resultan dari komponen skalar
ditulis :
𝐸𝑥 (𝑡)
𝑬(𝑡) = [ ]
𝐸𝑦 (𝑡)
𝐸 𝑒 𝑖𝜑𝑥
̃ = [ 0𝑥 𝑖𝜑 ]
𝑬
𝐸0𝑦 𝑒 𝑦
𝑖𝜑
̃ 𝒉 = [𝐸0𝑥 𝑒 𝑥 ]
𝑬
0
0
̃𝒗 = [
𝑬 𝐸0𝑦 𝑒 𝑖𝜑𝑦 ]
𝐸̃ = 𝐸̃ℎ + 𝐸̃𝑣
31
𝑖𝜑𝑥
̃ = [ 𝐸0𝑥 𝑒 ]
𝑬 (21)
𝐸0𝑥 𝑒 𝑖𝜑𝑥
1
= 𝐸0𝑥 𝑒 𝑖𝜑𝑥 [ ]
1
1
[ ] Polarisasi linier ( P-State) dengan sudut +45o
1
1 1
𝐸̃45 = [ ] Lihat Tabel
√2 1
1
𝐸̃ℎ = [ ]
0
0
𝐸̃𝑣 = [ ]
1
sebesar 90o atau /2. Bentuk fase (kz - t) y - /2, sehingga
𝐸0𝑥 𝑒 𝑖𝜑𝑦
𝐸̃𝑅 = [ ]
𝐸0𝑥 𝑒 𝑖(𝜑𝑦 −𝜋⁄2)
1
𝐸̃𝑅 = [ ]
𝑒 −𝑖𝜋⁄2
1
=[ ]
−𝑖
1 1
𝐸̃𝑅 = [
]
√2 −𝑖
32
1 1
𝐸̃𝐿 = [ ]
√2 𝑖
2 1
𝐸̃𝑅 + 𝐸̃𝐿 = [ ] Lihat Tabel
√2 0
Matriks Mueller
Contoh 1.
1 1 0 0 1
1 1 1 0 0 ] [ 0]
𝑆𝑡 = [
2 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
1⁄2 𝑆0
⁄ 𝑆
= [1 2] [ 1]
0 𝑆2
0 𝑆3
Artinya :
Contoh 2.
𝑆0 4
𝑆1 2
[ ]=[ ]
𝑆2 0
𝑆3 3
S0 = 4 intensitas/ irradiansi = 4
33
Bila gelombang tesebut ditransverse oleh plat 1/4 gelombang dengan sumbu cepat
vertikal, maka :
1 0 0 0 4
𝑆𝑡 = [ 0 1 0 0] [ 2 ]
0 0 0 −1 0
0 0 1 0 3
4
2
=[ ]
−3
0
Matriks Jones
Vektor Stokes dan matriks Mueller tidak bisa menjelaskan efek dari interferensi.
Ketika informasi fase menjadi hal yang penting (seperti misalnya dalam kasus radio-
astronomi, maser), maka kita harus menggunakan formalisme Jones, yaitu vektor
Elemen optik mentransmisikan 𝐸̃𝑖 menjadi 𝐸̃𝑡 , prosesnya dapat dijelaskan secara
𝑎11 𝑎12
𝐴 = [𝑎 𝑎22 ]
21
Sehingga :
Contoh :
elemen optik plat 1/4 gelombang dengan sumbu cepat vertikal (arah y), sehingga
𝐸̃ 1 0 1
[ ̃𝑡𝑥 ] = [ ][ ]
𝐸𝑡𝑦 0 −𝑖 1
1
𝐸̃𝑡 = [ ] berkas yang ditransmisikan berupa berkas polarisasi
−𝑖
𝐸̃𝑡 = 𝐴𝑛 … 𝐴1 ̃𝐸𝑖
Contoh :
1 0 1 0 1
𝐸̃𝑡 = [ ][ ][ ]
0 −𝑖 0 −𝑖 1
1 0 1
=[ ][ ]
0 − 𝑖 −𝑖
1
=[ ]
−𝑖
Hasil ini menunjukkan bahwa, keadaan polarisasi yang terjai adalah polarisasi
Soal-soal Latihan :
1. Sebuah polarizer ideal diputar pada laju antar sepasang serupa polarizer
yang mana I1 adalah rapat fluks/ intensitas/ irradiansi yang keluar dari
3. Suatu zat berada dalam air dengan indeks bias ni = 4/3. Seberkas cahaya
datang mengenai zat dan mengalami polarisasi bila cahaya datang
4. Dua berkas cahaya inkoheren yang diwakili oleh (1,1,0,0) dan (3,0,0,3)
(b) Tentukan parameter Stokes berkas cahaya gabungan dan jelaskan keadaan
polarisasinya.
(d) Apa cahaya yang dihasilkan oleh tumpang tindih berkas incoherent (1, 1.
Jawaban :
36
4. a) E1 = (1,1,0,0)
Keadaan Polarisasinya : Irradiansi/ Intensitas relative =1
Polarisasi linier horizontal
E2 = (3,0,0,3)
Keadaan polarisasinya : Irradiansi/ Intensitas relative = 3
Polarisasi lingkaran kanan (PR)
Jenis cahaya yang dihasilkan adalah cahaya tak terpolarisasi, dengan kata
lain merupakan cahaya natural/ alami.
37
Polarisasi merupakan peristiwa/ fenomena yang unik dari sifat cahaya sebagai
gelombang elektromagnetik yang dapat diamati dengan instrumen optik dan dapat
kehidupan manusia terutama dalam optik modern. Diharapkan dengan adanya modul
ini mahasiswa dapat lebih mudah mengerti dan memahami fenomena polarisasi dan
aplikasinya.
39
VI. DAFTAR PUSTAKA
California
3. --
40