Anda di halaman 1dari 95

Ketentuan Pengelolaan Limbah B3 Medis

Bagi Fasyankes
Disampaikan Pada Acara Bimbingan Teknis Pengelolaan
Limbah Medis Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Badung – Bali (22-23 Oktober 2019)

Disampaikan Oleh :
Iyan Suwargana
Widyaiswara Ahli Madya
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
2019
1
BIODATA
Nama : Drs. Iyan Suwargana, MSi
Tempat/Tgl.Lahir : Bandung, 05 Pebruari 1966
Hp/E-mail : 087770175466 / iyanplb3@yahoo.com
Pendidikan : - S1 Kimia ITB
- S2 Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan - IPB
Riwayat Pekerjaan :
• Staf Dit Pengelolaan Limbah B3 Bapedal sejak tahun 1992 sampai tahun 1995
• Kepala Bidang Pengelolaan Limbah antar Negara, Direktorat Pengelolaan Limbah B3
BAPEDAL, 1999-2001.
• Kepala Bidang Pengelolaan Limbah Padat, Pusat Pengelolaan Limbah Padat dan B3,
2001-2002.
• Kepala Bidang Pengembangan Asdep Urusan Manufaktur, Prasarana dan Jasa KLH,
2002-2005.
• Kepala Bidang Agro Industri pada Asdep Pengelolaan B3 dan Limbah B3 Manufaktur
dan Agro Industri KLH. 2005 - 2009
• Kepala Bidang Pemanfaatan Limbah B3 Pada Asdep Administrasi Pengendalian
Limbah B3 KLH, 2009 – 2010
• Asisten Deputi Verifikasi Pengelolaan Limbah B3 Pada Deputi Bidang Pengelolaan
B3, Limbah B3 dan sampah KLH, 2010 - 2011
• Widyaiswara Ahli Madya KLHK, 2013 - Sekarang
REGULASI PENGELOLAAN LIMBAH B3
Undang-undang RI No. 32 / 2009 ttg “Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup”.
Undang-Undang RI No. 23 / 2014 ttg “Pemerintahan Daerah”
PP RI No. 101 Tahun 2014 ttg “Pengelolaan Limbah B3”
PP RI No. 27 /2012 ttg “Izin Lingkungan”.
PP Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
secara Elektronik
Kepdal 01/BAPEDAL/09/1995 ttg “ Tata Cara & Persyaratan Teknik Penyimpanan &
Pengumpulan Limbah B3”
Kepdal 02/BAPEDAL/09/1995 ttg “Dokumen Limbah B3”.
Kepdal 03/BAPEDAL/09/1995 ttg “Persyaratan teknis pengolahan LB3”
Permen LH No. 14 Tahun 2013 ttg “Simbol dan Label Limbah B3”.
Permen LH No 38/2019 ttg “Jenis Kegiatan/usaha yg wajib AMDAL”.
Permen LHK No. 55/2015 ttg Tata Cara Uji Karakteristik Limbah B3
Permen LHK No. 56/2015 ttg Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah
B3 dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Permen LHK No. 63/2016 ttg Persyaratan dan Tata Cara Penimbunan Limbah B3 Di
Fasilitas Penimbusan Akhir
Permen LHK P.95/2018 Tentang Perizinan PLB3 Terintegrasi dengan izin
Lingkungan melalui Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
Permen LHK Nomor P.101/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/2018 ttg Pedoman
Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3
KETENTUAN PENGELOLAAN LIMBAH B3
Pasal 59 Ayat 1 s/d 6 UU 32/2009
1) Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan
pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan.
2) Dalam hal B3 yang telah kadaluarsa, pengelolaannya
mengikuti ketentuan pengelolaan limbah B3.
3) Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri
pengelolaan limbah B3, pengelolaannya diserahkan kepada
pihak lain.
4) Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri,
Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangannya.
5) Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota wajib mencantumkan
persyaratan lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan
kewajiban yang harus dipatuhi pengelola limbah B3 dlm izin.
6) Keputusan pemberian izin wajib diumumkan
LARANGAN DALAM PENGELOLAAN B3 DAN LIMBAH B3
Pasal 69 Ayat 1 UU 32/2009
Setiap orang dilarang :
butir b. Memasukkan B3 yang dilarang menurut per-
UU ke dalam wilayah NKRI
butir c. Memasukkan limbah yang berasal dari luar
wilayah NKRI ke media lingkungan hidup
NKRI (Pasal penjelasan : kecuali bagi yg
diatur dalam peraturan per-uu)
butir d. Memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah
NKRI
butir e. Membuang limbah ke media lingkungan
hidup
butir f. Membuang B3 dan limbah B3 ke media
lingkungan hidup
KETENTUAN PIDANA DALAM PENGELOLAAN LIMBAH B3
(UU No. 32/2009)
Pelanggaran Dalam Pidana Denda
Pengelolaan Limbah B3 Penjara
Min Maks Min Maks
Pengelolaan Limbah B3 1 thn 3 thn 1 Milyar 3 Milyar
tanpa izin (Pasal 102)
Tidak melakukan 1 thn 3 thn 1 Milyar 3 Milyar
pengelolaan limbah B3
(Pasal 103)
Pejabat berwenang tdk - 1 thn - 500 jt
melakukan pengawasan
(Pasal 112)
Impor Limbah (Pasal 105) 4 thn 12 thn 4 Milyar 12 Milyar
Impor Limbah B3 (Pasal 106) 5 thn 15 thn 5 Milyar 15 Milyar
Dumping Limbah - 3 thn - 3 Milyar
Pengelolaan Limbah B3
Definisi .......Pasal 1 butir 23 UU 32/2009

Pengurangan

Penyimpanan

Kegiatan Pengangkutan
yang
meliputi :
Pengumpulan

Pemanfaatan

Pengolahan

Penimbunan
TATA CARA MEMBACA PP 101/2014

UU 32/2009 CARA BACA PP 101/2014


• Pasal 59
(1) Setiap orang yang menghasilkan
limbah B3 wajib melakukan SETIAP ORANG
pengelolaan limbah B3 yang [PENGHASIL LIMBAH B3]
dihasilkannya.
(3) Dalam hal setiap orang tidak mampu
melakukan sendiri pengelolaan JASA [PENGUMPUL, PEMANFAAT,
limbah B3, pengelolaannya PENGOLAH, PENIMBUN LIMBAH B3]
diserahkan kepada pihak lain.
Kewenangan dalam Perizinan dan
Pengawasan PLB3
Pengelolaan Perizinan Pengawasan
Limbah B3

Pusat Provinsi Kab/Kota Pusat Provinsi Kab/Kota

Penyimpanan
v v
Pengumpulan
v v v v v v
Pengangkutan
v v
Pemanfaatan
v v
Pengolahan
v v
Penimbunan
v v 9
Permasalahan Limbah B3 Medis dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan

a. Belum semua Limbah B3 medis yang dihasilkan dilakukan Pengolahan


dengan cara yang benar:
 Pengolahan Limbah B3 medis menggunakan alat insinerator yang tidak sesuai
dengan spesifikasi berdasarkan regulasi (tidak memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3)
 Kerjasama dengan jasa Pengangkutan Limbah B3 (tidak tuntas sampai kepada Jasa
Pengolah Limbah B3 medis)
 Kerjasama dengan pihak ke tiga (Pengolah Limbah B3 medis yang belum memiliki
Izin Pengelolaan Limbah B3)

b. Belum semua Limbah B3 medis yang dihasilkan dilakukan Pengolahan :


 Fasiltas Pelayanan Kesehatan yang jauh dari akses pengangkutan Limbah B3 dan
Pengolahan Limbah B3
 Puskesmas dan Klinik Kesehatan tidak mungkin memiliki alat insinerator
 Tidak dilakukan Pengolahan, dibuang atau dibakar ditempat sampah
lanjutan…

c. Belum semua daerah Provinsi memiliki Jasa Pengelola


Limbah B3 Medis :
 Keberadaan Jasa Pengelola Limbah B3 medis tidak tersebar di semua Provinsi ( 5
Jasa Pengelola Limbah B3 medis berada di Pulau Jawa dan 1 Jasa Pengelola
Limbah B3 medis berada di Pulau Kalimantan).
---- menyebabkan biaya pengelolaan Limbah B3 medis menjadi tinggi (biaya
Pengangkutan Limbah B3 medis dari lokasi Penghasil Limbah B3 medis ke
lokasi Pengolah Limbah B3 medis )
 Tidak ada BUMD Provinsi atau Kabupaten/Kota yang menyediakan jasa
Pengelolaan Limbah B3

d. Belum semua abu sisa pembakaran Limbah B3 medis


menggunakan alat insinerator dikelola dengan benar:
 Tidak semua Fasilitas Pelayanan Kesehatan mengirim abu insinerator ke Penimbun
Limbah B3 yang telah memiliki izin dari Menteri
 Tidak semua daerah memiliki fasilitas : 1) Penimbunan Saniter, 2) Penimbunan
Terkendali, 3) Penimbusan akhir Limbah B3.
Salah satu contoh gambaran Pengolahan Limbah B3 Medis pada Puskesmas
Sumber : Kementerian Kesehatan

TPS LB3 Belum sesuai dengan Kepka Bapedal


No.1 Tahun 1995 tentang tata cara pengumpulan
limbah B3

Tempat sampah dan kantong plastik belum


sesuai dengan karaketeristik limbah

Limbah Padat B3 infeksius di musnahkan


dengan membakar bersama limbah lainnya
Incenerator Tidak Berfungsi (sampah makanan, dedaunan dll)
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
(Permen LHK 56/2015) :
a. Pusat kesehatan masyarakat;
b. Klinik pelayanan kesehatan atau
sejenis; dan
c. Rumah sakit.
Pengelolaan Limbah B3 yang timbul dari
fasilitas pelayanan kesehatan meliputi tahapan:

a. Pengurangan dan pemilahan Limbah B3;


b. Penyimpanan Limbah B3;
c. Pengangkutan Limbah B3;
d. Pengolahan Limbah B3;
e. penguburan Limbah B3; dan/atau
f. Penimbunan Limbah B3.
TUJUAN DAN BATASAN PENGATURAN

Pasal 2, PERMEN LHK P.56/Menlhk-Sekjen/2015

Peraturan Menteri ini bertujuan untuk


memberikan panduan bagi Penghasil
Limbah B3 dari fasilitas pelayanan
kesehatan dalam mengelola Limbah B3 yang
dihasilkan.
LIMBAH B3 YANG DIATUR
Pasal 4 PERMEN LHK P.56/Menlhk-Sekjen/2015

a. Limbah dengan karakteristik


infeksius;
b. benda tajam;
c. patologis;
d. bahan kimia kedaluwarsa,
tumpahan, atau sisa Ketentuan mengenai Limbah radioaktif
kemasan; sebagaimana dimaksud pada huruf e
e. radioaktif; diatur sesuai dengan peraturan
f. farmasi; perundang-undangan mengenai
g. sitotoksik; ketenaganukliran.
h. peralatan medis yang
memiliki kandungan logam
berat tinggi; dan
i. tabung gas atau kontainer
bertekanan.
PENGELOLAAN LIMBAH B3 MEDIS [sesuai
PERMEN LHK: P.56/Menlhk-Setjen/2015]
PENGURANGAN DAN
LIMBAH B3 MEDIS DIPILAH MENJADI 9 JENIS LIMBAH
PEMILAHAN

PENYIMPANAN LIMBAH B3 MEDIS DAPAT DILAKUKAN


PENYIMPANAN DALAM BANGUNAN RUMAH SAKIT/PUSKESMAS

LIMBAH B3 MEDIS DAPAT DIANGKUT DENGAN KENDARAAN


PENGANGKUTAN RODA 3 DAN KEWENANGANNYA DI DAERAH

PENGOLAHAN DAPAT MENGGUNAKAN AUTOKLAF,


PENGOLAHAN MICROWAVE, IRADIASI FREKWENSI RADIO

LIMBAH MEDIS: PATOLOGIS DAN BENDA TAJAM


PENGUBURAN
(JARUM SUNTIK, DLL) DAPAT DIKUBURKAN DAN
KEWENANGAN DI DAERAH
PENIMBUNAN
LIMBAH B3 ABU INSINERATOR DAPAT DIBUANG KE
Pasal 5 SANITARY/CONTROLLED LANDFILL (TPA SAMPAH)
Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah B3
yang timbul dari fasilitas pelayanan kesehatan
TAHAPAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS

PERTAMA MINIMISASI DAN SEGREGASI


KEDUA PENGUMPULAN DAN
PENYIMPANAN SEMENTARA

KETIGA PENGANGKUTAN
KEEMPAT PENGOLAHAN, PENGUBURAN,
DAN/ATAU PENIMBUNAN

19
MINIMISASI
 Menghindari penggunaan material yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun apabila terdapat pilihan yang lain;
 Melakukan tata kelola yang baik (good house keeping) setiap
bahan atau material yang berpotensi menimbulkan gangguan
kesehatan dan/atau pencemaran terhadap lingkungan;
 Melakukan pemisahan aliran limbah (waste stream) menurut
jenis, kelompok, dan/atau karakteristik limbah;
 Melakukan tata kelola yang baik pengadaan bahan kimia dan
bahan farmasi untuk menghindari terjadinya penumpukan
dan kadaluwarsa; dan
 Melakukan pencegahan dan perawatan berkala terhadap
peralatan sesuai jadwal.
20
CONTOH MINIMISASI

TERMOMETER MERKURI TERMOMETER DIGITAL

SPYGNOMETER MERKURI SPYGNOMETER DIGITAL


21
PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN
LIMBAH DARI RUMAH SAKIT (1)
 Limbah dari kegiatan rumah sakit harus dikelola sesuai
karakteristiknya (sampah atau limbah B3).
 Limbah benda tajam harus dikumpulkan bersama, baik yang telah
terkontaminasi atau tidak. Wadah yang digunakan harus tahan
terhadap tusukan atau goresan (puncture proof), lazimnya terbuat
dari logam atau plastik padat (high density plastic), dilengkapi
dengan penutup.
 Limbah sangat infeksius dan limbah bahan berbahaya dan beracun
lainnya harus segera dilakukan penanganan atau pengolahan sesuai
metode yang direkomendasikan.
 Limbah sitotoksik (genotoksik), umumnya dihasilkan dari rumah
sakit dan fasilitas riset, harus dikumpulkan dalam wadah yang kokoh
dan kedap serta diberikan simbol dan label “Limbah Sitotoksik
(Genotoksik)”.

22
PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN
LIMBAH DARI RUMAH SAKIT (2)
 Limbah radioaktif harus dilakukan segregasi sesuai dengan bentuk fisiknya,
padat dan cair, dan sesuai dengan waktu paruh (half-life) atau potensinya,
dan dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan di bidang
ketenaganukliran.
 Limbah farmasi kadaluwarsa/tidak digunakan dalam jumlah besar yang
tersimpan di unit pelayanan farmasi harus diserahkan ke pihak pengelola
limbah bahan berbahaya dan beracun yang telah memiliki izin untuk
pemusnahan.
 Limbah bahan kimia dalam jumlah besar harus disimpan dalam wadah
yang tahan terhadap bahan kimia untuk diserahkan ke pihak pengelola
limbah bahan berbahaya dan beracun yang telah memiliki izin untuk
pemusnahan. Penyimpanan dan pengumpulan limbah bahan kimia harus
diperhatikan kompatibilitas dan dilakukan sesuai dengan karakteristiknya.

23
PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN
LIMBAH DARI RUMAH SAKIT (3)
 Limbah dengan kadar logam berat yang tinggi (misalnya: kadmium atau
merkuri) harus dikumpulkan secara terpisah. Limbah seperti ini harus
diserahkan ke pihak pengelola limbah bahan berbahaya dan beracun yang
telah memiliki izin untuk pemusnahan.
 Wadah aerosol (misal: pengharum ruangan, pembasmi serangga) dapat
dikumpulkan dengan limbah umumnya ketika telah kosong. Wadah
aerosol dilarang dibakar, dipanaskan atau diinsinerasi.
 Wadah dan kantong yang tepat harus ditempatkan di seluruh lokasi sesuai
dengan sumber limbah sesuai kategorinya.
 Setiap orang berkewajiban untuk memastikan bahwa segregasi limbah
dilakukan sesuai kategori limbah, antara lain memindahkan limbah yang
tidak sesuai peruntukannya dari suatu wadah ke dalam wadah lain atau
kantong sesuai kategori limbah, warna, simbol dan label limbah.

24
JENIS WADAH DAN LABEL LIMBAH
MEDIS PADAT SESUAI KATEGORINYA

MERAH

KUNING

KUNING

UNGU

COKLAT
Sumber: PERMENKES 1204/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
25
CONTOH WADAH UNTUK LIMBAH
PATOLOGIS/INFEKSIUS

 WADAH DILENGKAPI DENGAN PENUTUP


 TERBUAT DARI BAHAN ANTI TUSUKAN
(PLASTIK PEJAL, LOGAM) DAN ANTI
BOCOR
 DILENGKAPI DENGAN KANTONG DAN
SIMBOL SESUAI KARAKTERISTIK LIMBAH

26
SIMBOL LIMBAH B3

Sumber: PERMEN LH 14/213 tentang Simbol & Label LB3 27


28
29
30
CONTOH WADAH
LIMBAH MEDIS &
KANTONGNYA

31
CONTOH WADAH LIMBAH MEDIS

32
CONTOH WADAH LIMBAH BENDA
TAJAM

33
KAIDAH PENGISIAN LIMBAH DALAM
WADAH ATAU KANTONG

ISI LIMBAH MAKSIMUM ISI LIMBAH DILARANG


¾ KAPASITAS DITEKAN
34
CONTOH PENANGANAN LIMBAH MEDIS YANG BENAR

1. Hanya limbah infeksius yang 2. Limbah harus ditempatkan dalam wadah


boleh dimasukkan ke dalam sesuai dengan jenis dan karakteristik limbah
wadah ini – limbah terkena (lihat KEPMENKES 1204/2004). Tarik plastik
darah atau cairan tubuh – secara perlahan sehingga udara dalam
[limbah benda tajam kantong minimum. Jangan mendorong
ditempatkan pada wadah kantong ke bawah atau melobanginya untuk
limbah benda tajam] mengeluarkan udara.
CONTOH PENANGANAN LIMBAH MEDIS YANG BENAR

3. Putar ujung 4. Gunakan kepang 5. Letakkan penutup


atas plastik untuk plastik untuk wadah dan tempat pada
membentuk membentuk ikatan tempat penyimpanan
kepang tunggal. tunggal. sementara (atau pada
lokasi pengumpulan
Dilarang mengikat
internal).
dengan model
“telinga kelinci”.
PENGIKATAN KANTONG LIMBAH YANG SALAH

Beberapa contoh pengikatan kantong limbah yang


TIDAK BENAR:
1. Kantong limbah tidak boleh dibiarkan terbuka;
2. Kantong limbah tidak boleh diikat model “kuping
anjing”;
3. Kantong limbah tidak boleh diikat dengan selotipe
atau sejenis.
CONTOH CARA BERPAKAIAN PETUGAS
PENGELOLA LIMBAH

38
PENGHASIL LIMBAH PADAT INFEKSIUS

Limbah padat infeksius dibuang


ke dalam plastik berwarna
kuning.

Jarum suntik dibuang ke


dalam tempat khusus jarum
suntik [tidak mudah bocor,
kuat dan kedap air].
Penyimpanan Limbah B3
• Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan
Penyimpanan Limbah B3
• Dilarang melakukan pencampuran Limbah B3 yang
disimpannya
• Wajib memiliki izin pengelolaan limbah B3 untuk
penyimpanan limbah B3
• Persyaratan : izin lingkungan, lokasi, fasilitan penyimpanan,
pengemasan
• Izin oleh Bupati/walikota, berlaku 5 tahun dan dapat
diperpanjang.
• Fasilitas penyimpanan : bangunan, tangki, waste pile, waste
impoundment, dan teknologi lain sesuai perkembangan
IPTEK.
• Perubahan izin dan penghentian izin
• Kewajiban pemegang izin
PERSYARATAN PENYIMPAN DAN
PENYIMPANAN LIMBAH B3
Melakukan Pengurangan dan Pemilahan Limbah B3
Melakukan penyimpanan limbah B3
Penyimpan harus merupakan suatu badan usaha
Mendapatkan izin penyimpanan limbah B3 dari kabupaten/kota
Memiliki catatan penyimpanan limbah B3
Melaporkan kegiatan penyimpanan limbah B3
Dalam hal Penghasil Limbah B3 tidak melakukan Penyimpanan Limbah
B3, Limbah B3 yang dihasilkan wajib diserahkan paling lama 2 (dua) hari
sejak Limbah B3 dihasilkan kepada pemegang Izin Penyimpanan Limbah
B3 yang tempat penyimpanan Limbah B3nya digunakan sebagai depo
pemindahan..

41
Persyaratan Fasilitas Penyimpanan Limbah B3

1. Lantai kedap (impermeable), berlantai beton atau semen dengan sistem drainase
yang baik, serta mudah dibersihakn dan dilakukan desinfeksi.
2. Tersedia sumber air atau kran air untuk pembersihan.
3. Mudah diakses untuk penyimpanan limbah.
4. Dapat dikunci untuk menghindari akses oleh pihak yang tidak berkepentingan.
5. Mudah diakses oleh kendaraan yang akan mengumpulkan atau mengangkut limbah
6. Terlindungi dari sinar matahari, hujan, angin kencang, banjir, dan faktor lain
berpotensi menimbulkan kecelakaan atau bencana kerja.
7. Tidak dapat dikases oleh hewan, serangga dan burung.
8. Dilengkapi dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik dan memadai
9. Berjarak jauh dari tempat penyimpanan atau penyiapan makanan
10. Peralatan pemberishan, pakaian pelindung, dan wadah atau kantong limbah harus
diletkkan sedekat mungkin dengan lokasi penyimpanan
11. Dinding, lantai, dan langit – langit fasilitas penyimpanan senantiasa dalam keadaan
bersih, termasuk pembersihan lantai setiap hari.
FASILITAS PENYIMPANAN LIMBAH
DALAM BANGUNAN UTAMA
CONTOH PENYIMPANAN LIMBAH MEDIS DALAM RUANGAN

Dapat dilakukan apabila:

1. Kondisi tidak memungkinkan


untuk dilakukan
pembangunan tempat
penyimpanan secara terpisah
dari bangunan utama fasilitas
pelayanan kesehatan
2. Akumulasi limbah yang
dihasilkan dalam jumlah
relatif kecil
3. Limbah dilakukan pengolahan
lebih lanjut dalam waktu
kurang dari 48 (empat puluh
delapan ) jam sejak Limbah
dihasilkan
TPS Limbah B3
CONTOH TPS LIMBAH INFEKSIUS
(COLD STORAGE)
Tata cara Penyimpanan Limbah B3 :
a. menyimpan Limbah B3 di fasilitas
Penyimpanan Limbah B3;
b. menyimpan Limbah B3 menggunakan
wadah Limbah B3 sesuai kelompok limbah B3;
c. penggunaan warna pada setiap kemasan
dan/atau wadah Limbah sesuai
karakteristik Limbah B3;
d. pemberian simbol dan label Limbah B3
pada setiap kemasan dan/atau wadah Limbah B3 sesuai
karakteristik Limbah B3.

Penggunaan Warna kemasan dan/atau wadah Limbah B3 :


a. merah, untuk Limbah radioaktif;
b. kuning, untuk Limbah infeksius dan Limbah patologis;
c. ungu, untuk Limbah sitotoksik; dan
d. cokelat, untuk Limbah bahan kimia kedaluwarsa,
tumpahan, atau sisa kemasan, dan Limbah farmasi.
KETENTUAN PENYIMPANAN LIMBAH B3 MEDIS
Menyimpan limbah B3 (dengan karakteristik infeksius;
benda tajam; patologis) paling lama :
- 2 hari, pada temperatur lebih besar dari 0OC; atau
- 90 hari, pada temperatur sama dengan atau lebih kecil
dari 0OC;
sejak Limbah B3 dihasilkan.
Menyimpan limbah B3 ( bahan kimia
kedaluwarsa, tumpahan, atau sisa kemasan;
radioaktif; farmasi; sitotoksik) paling lama :
- 90 hari, untuk limbah B3 yang dihasilkan
sebesar 50 kg per hari atau lebih, atau
- 180 hari, untuk limbah B3 yang dihasilkan kurang dari
50 kg perhari untuk limbah B3 kategori 1
Waktu Penyimpanan Limbah B3
Kategori Jumlah Maksimal Waktu Penyimpanan
Limbah B3 Limbah B3
dihasilkan 90 hari 180 hari 365 hari
Kategori 1 dan 2 ≥ 50 kg/hari √
Kategori 1 < 50 kg/hari √
Kategori 2 dari < 50 kg/hari √
sumber tidak spesifik

Kategori 2 dari < 50 kg/hari √


sumber spesifik
umum
Kategori 2 dari Tidak dibatasi √
sumber spesifik
khusus
Pemegang izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Penyimpanan Limbah B3 yang tempat penyimpanan Limbah
B3nya digunakan sebagai depo pemindahan, wajib memiliki:
a. Fasilitas pendingin yang memiliki temperatur sama dengan
atau lebih kecil dari 0oC (nol derajat celsius), apabila
Limbah B3 disimpan lebih dari 2 (dua) hari sejak Limbah
B3 dihasilkan;
b. Fasilitas Pengolahan Limbah B3 yang memiliki Izin
Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan
Limbah B3; dan/atau
c. Kerjasama dengan Pengolah Limbah B3 yang memiliki Izin
Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan
Limbah B3,
Catatan :
Ketentuan mengenai penggunaan tempat Penyimpanan
Limbah B3 sebagai depo pemindahan harus dicantumkan
dalam Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Penyimpanan Limbah B3.
 
  50
 
 
PEMILAHAN DAN PENIMBANGAN
Setelah dilakukan
pengambilan sampah medis
kemudian dilakukan
pemilahan limbah medis
infeksius

Pemilahan telah dilakukan,


kemudian dilakukan
penimbangan dan pencatatan
pada formulir pencatatan
limbah padat infeksius
KETENTUAN PENGANGKUTAN LIMBAH B3 MEDIS
Pengangkutan Limbah B3 dilakukan oleh:
a. Penghasil Limbah B3 terhadap Limbah B3 yang
dihasilkannya dari lokasi Penghasil Limbah B3 ke:
1. tempat Penyimpanan Limbah B3 yang digunakan sebagai
depo pemindahan; atau
2. Pengolah Limbah B3 yang memiliki izin Pengelolaan
Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3; atau
b. Pengangkut Limbah B3 yang memiliki Izin Pengelolaan
Limbah B3 untuk Kegiatan Pengangkutan Limbah B3, jika
Pengangkutan Limbah B3 dilakukan di luar wilayah kerja
fasilitas pelayanan kesehatan.

Pengangkutan Limbah B3 dilakukan dengan menggunakan


kendaraan bermotor :
a. roda 4 (empat) atau lebih; dan/atau
b. roda 3 (tiga). Pengangkutan Limbah B3 menggunakan kendaraan
bermotor roda 3 (tiga) hanya dapat dilakukan oleh Penghasil Limbah B3
terhadap Limbah B3 yang dihasilkannya
(1) Pengangkutan Limbah B3 menggunakan
kendaraan bermotor roda 3 (tiga) hanya dapat
dilakukan oleh Penghasil Limbah B3 terhadap
Limbah B3 yang dihasilkannya
(2) Pengangkutan Limbah B3 menggunakan
kendaraan bermotor roda 3 (tiga)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi persyaratan meliputi :
a. kendaraan bermotor milik sendiri atau
barang milik negara;
b. Limbah B3 wajib ditempatkan dalam bak
permanen dan tertutup di belakang
pengendara dengan ukuran
Ketentuan Pengangkutan Limbah B3 roda 3 :

 Harus mendapatkan persetujuan Pengangkutan Limbah B3


yang diterbitkan oleh Kepala Instansi Lingkungan Hidup:
1. Provinsi, jika Pengangkutan Limbah B3 dilakukan lintas
kabupaten/kota dalam wilayah provinsi; atau
2. Kabupaten/kota, jika Pengangkutan Limbah B3 dilakukan
dalam wilayah kabupaten/kota.

Untuk mendapatkan persetujuan Pengangkutan Limbah B3,


Penghasil Limbah B3 menyampaikan permohonan secara
tertulis kepada Kepala Instansi Lingkungan Hidup

Catatan : Bak permanen dg


lebar < 120 cm dan
< tinggi 90 cm
Persyaratan Untuk mendapatkan persetujuan Pengangkutan
Limbah B3 dengan melampirkan :
a. identitas pemohon;
b. nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang
akan diangkut;
c. nama personel yang:
1. pernah mengikuti pelatihan Pengelolaan Limbah B3; atau
2. memiliki pengalaman dalam Pengelolaan Limbah B3.
d. dokumen yang menjelaskan tentang alat angkut Limbah B3;
dan
e. tujuan pengangkutan Limbah B3 berupa dokumen
kerjasama antara Penghasil Limbah B3 dengan:
1. pemegang Izin Penyimpanan Limbah B3 yang digunakan
sebagai depo pemindahan; dan/atau
2. Pengolah Limbah B3 yang memiliki Izin Pengelolaan
Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3
Dalam hal permohonan persetujuan pengangkutan limbah B3 :
a. disetujui, Kepala Instansi Lingkungan Hidup menerbitkan
surat persetujuan Pengangkutan Limbah B3 yang paling
sedikit memuat:
1. identitas Penghasil Limbah B3 yang melakukan
Pengangkutan Limbah B3;
2. nomor registrasi, nomor rangka, dan nomor mesin alat
angkut Limbah B3;
3. nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang
akan diangkut;
4. tujuan pengangkutan Limbah B3;
5. kode manifes Limbah B3; dan
6. masa berlaku persetujuan Pengangkutan Limbah B3.
b. ditolak, Kepala Instansi Lingkungan Hidup menerbitkan
surat penolakan disertai dengan alasan penolakan.

Masa berlaku persetujuan pengangkutan limbah B3 selama 5


(lima) tahun dan dapat diperpanjang.
CONTOH ALAT ANGKUT UNTUK
PENGUMPULAN LIMBAH MEDIS

58
TATA CARA PEMBERIAN KODE
MANIFES, FORMAT MANIFES,
PENGISIAN MANIFES, DAN PELEKATAN
SIMBOL DAN LABEL LIMBAH B3 PADA
ALAT ANGKUT LIMBAH B3

Pengaturan dalam pedoman ini ditujukan untuk


Pengangkutan Limbah B3 yang dilakukan oleh penanggung
jawab fasilitas pelayanan kesehatan yang menggunakan
kendaraan bermotor roda 3 (tiga). Untuk pengangkutan
Limbah B3 menggunakan kendaraan bermotor roda 4
(empat) atau lebih dilakukan sesuai peraturan perudang-
undangan mengenai Pengangkutan Limbah B3
Dokumen/Manifest Limbah B3 ?
• Surat yang diberikan pada waktu penyerahan limbah B3
oleh penghasil limbah B3 atau pengumpul limbah B3
kepada pengangkut limbah B3, yang berisi ketentuan :
– Nama dan alamat penghasil limbah B3yang menyerahkan limbah B3
– Tanggal penyerahan limbah B3
– Nama dan alamat pengangkut limbah B3
– Tujuan pengangkutan limbah B3
– Jenis, jumlah, komposisi dan karakteristik limbah B3 yang
diserahkan

• Dokumen ini menjadi alat pengawasan untuk mengetahui


mata rantai perpindahan dan penyebaran limbah B3.
PEMBERIAN KODE MANIFES
Pemberian kode manifes Pengangkutan Limbah
B3 merupakan bagian dari penerbitan
persetujuan Pengangkutan Limbah B3
menggunakan kendaraan bemotor roda 3 (tiga)
oleh kepala instansi lingkungan hidup
kabupaten/kota atau provinsi sesuai dengan
kewenangnnya. Kode manifes diberikan kepada
setiap fasilitas pelayanan kesehatan, dan bukan
kepada setiap kendaraan bermotor roda 3 (tiga).
Ketentuan Nomor Kode Manifes
1.Untuk kabupaten/kota diatur : K(3)-[kode pelat
kendaraan daerah]-[kode sesuai huruf abjad]
0000001
2.Untuk provinsi diatur : P(3)-[kode pelat kendaraan
daerah]-[kode sesuai huruf abjad]-0000001
Keterangan: K = kabupaten/kota
P = provinsi
(3) = kendaraan bermotor roda 3 (tiga)

Contoh Pemberian kode manifes :


Nomor kode manifes: K(3)-D-A-0000001 (tujuh angka)
Keterangan: K = Kota
D = Kode pelat kendaraan Kota Bandung
Format,
Mekanisme Perjalanan dan
Cara pengisian manifest
Limbah B3
Format Manifest Limbah B3

a. Setiap lembar Manifes Limbah B3 terdiri atas 2 (dua) halaman.


Halaman depan memuat informasi yang harus diisi oleh pengirim,
pengangkut dan penerima Limbah B3 sesuai bagiannya masing-
masing dan halaman belakang berisi petunjuk cara mengisi
Manifes Limbah B3;
b. Dicetak di atas kertas dengan ukuran kertas A4 atau dengan
ukuran 21 cm x 29,7 cm (dua puluh satu centimeter kali dua
puluh sembilan koma tujuh centimeter) dengan tulisan
menggunakan huruf arial dengan ukuran huruf paling rendah 9
(sembilan);
c. Pada bagian atas di tengah halaman depan diberikan gambar
burung garuda Indonesia sesuai lambang negara Republik
Indonesia;
d. Pada bagian pojok kiri atas diberikan kode Manifes Limbah B3
sebagaimana diterbitkan oleh instansi lingkungan hidup
kabupaten/kota atau provinsi; dan
e. Setiap halaman depan lembar Manifes Limbah B3 diberikan urutan
salinan lembarannya pada tengah bawah
Format Manifest Limbah B3
Dokumen Limbah B3

Bagian Pertama: diisi oleh


pengirim/penghasil LB3

Bagian Kedua: diisi oleh


pengangkut LB3

Bagian Ketiga: diisi oleh


penerima LB3: pengolah
LB3

66
Bagaimana Dokumen Limbah B3 ?
Dokumen limbah B3 terdiri dari :
• Bagian I :
Bagian yang harus diisi oleh pengirim limbah B3

• Bagian II :
Bagian yang harus diisi oleh pengangkut

• Bagian III :
Bagian yang harus diisi oleh penerima limbah B3
Tata Cara Pengisian Manifes Limbah B3

a. Manifes Limbah B3 harus diisi dengan huruf cetak dan jelas;


b. Setiap tanda tangan wajib dilengkapi dengan cap perusahaan;
c. Nomor 1 sampai dengan nomor 12 pada bagian I diisi oleh
pengirim Limbah B3 yang mengirimkan Limbah B3 nya ke tujuan
(penerima) dengan ketentuan dari penghasil ke Pemegang Izin
Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3
yang tempat Penyimpanan Limbah B3 digunakan sebagai depo
pemindahan
d. Nomor 13 sampai dengan 22 untuk diisi oleh pengangkut Limbah
B3
e. Nomor 23 sampai dengan nomor 30 diisi oleh penerima yang
menerima Limbah B3:
f. Nomor 31 sampai dengan nomor 36 diisi setelah Limbah
dianalisis oleh penerima Limbah B3, bila Limbah B3 yang
disebutkan dalam manifes tidak sesuai atau tidak memenuhi
syarat, selanjutnya akan dikembalikan kepada perusahaan
pengirim Limbah B3:
Manifes Limbah B3 terdiri dari 6 (enam) rangkap,
dengan rincian :
1. Lembar keenam berwarna ungu : untuk disimpan oleh Pengirim Limbah
B3 setelah bagian I dan II lembar kesatu sampai dengan lembar keenam
diisi dan ditandatangani oleh pengirim dan pengangkut Limbah B3 pada
saat Limbah diangkut
2. Lembar kelima berwarna biru : untuk disimpan oleh Penerima Limbah
B3 setelah bagian III lembar kesatu sampai dengan lembar kelima diisi
dan ditandatangani oleh penerima limbah B3 pada saat limbah
diterima;
3. Lembar keempat berwarna merah muda : oleh Penerima Limbah B3
untuk dikirimkan kepada Pengirim Limbah B3;
4. Lembar ketiga berwarna biru muda : oleh Pengangkut Limbah B3 untuk
dikirimkan kepada gubernur tempat kegiatan Pengirim Limbah B3;
5. Lembar kedua berwarna kuning : oleh Pengangkut Limbah B3
dikirimkan kepada bupati/walikota tempat kegiatan Pengirim Limbah
B3;
6. Lembar asli atau lembar kesatu berwarna putih : disimpan oleh
Pengangkut Limbah B3.
Mekanisme Perjalanan dan Aliran
Manifes Limbah B3 Medis

Catatan: Pengesahan Lembar


Manifes Limbah B3 dilakukan
dengan memberikan tanda
tangan dan cap perusahaaan
pada kolom yang tersedia
dalam Manifes Limbah B3.
Waktu Penerimaan Kembali Manifes Limbah B3

Penerima Limbah B3 wajib menyampaikan


Manifes Limbah B3 kepada pengirim Limbah
B3 paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
limbah tersebut diangkut untuk dibawa ke
penerima limbah
PENGOLAHAN, PENGUBURAN
DAN/ATAU PENIMBUNAN
 PENGOLAHAN:  PENGUBURAN (DEEP
 TERMAL: BURIAL)
 AUTOKLAF  PENIMBUNAN (LANDFILL)
 MICROWAVE
 IRADIASI
 INSINERATOR
 NONTERMAL:
 DISINFEKSI KIMIAWI
 PROSES BIOLOGIS
 ENKAPSULASI
 INERTISASI
 TEKNOLOGI LAIN SESUAI
PERKEMBANGAN ILMU
PENGETAHUAN DAN
TEKNOLOGI.

73
KETENTUAN PENGOLAHAN LIMBAH B3 MEDIS
Pengolahan Limbah B3 dilakukan secara termal oleh:
1.Penghasil Limbah B3, yang dilakukan
menggunakan peralatan :
a. autoklaf tipe alir gravitasi dan/atau tipe vakum;
b. gelombang mikro;
c. iradiasi frekwensi radio; dan/atau
d. insinerator

2. Pengolah Limbah B3, hanya dapat dilakukan


menggunakan peralatan insinerator
PENGOLAHAN LIMBAH B3 SECARA TERMAL HARUS MEMENUHI PERSYARATAN:
a. Lokasi

Penghasil:
 Merupakan daerah bebas banjir, dan tidak rawan bencana alam, atau dapat
direkayasa dengan teknologi untuk PPLH
 Jarak antara lokasi Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan
Limbah B3 dengan lokasi fasilitas umum diatur dalam izin lingkungan.

Pengolah:
 Merupakan daerah bebas banjir, dan tidak rawan bencana alam, atau dapat
direkayasa dengan teknologi untuk PPLH
 Berada pada jarak paling dekat 30 meter dari:
 Jalanan umum dan/atau jalan tol;
 Daerah permukiman, perdagangan, hotel, restoran, fasilitas keagamaan
dan pendidikan;
 Garis pasang naik laut, sungai, daerah pasang surut, kolam, danau, rawa,
mata air dan sumur penduduk; dan
 Daerah cagar alam, hutan lindung, dan/atau daerah lainnya yang
dilindungi.

b. Peralatan dan teknis pengoperasian peralatan Pengolahan Limbah B3 secara


Termal.
INSINERATOR
[PERSYARATAN TEKNIS]

 Efisiensi pembakaran > 99,95%;


 Temperatur pada ruang bakar utama (primary chamber)
minimum 800oC (temperatur operasional);
 Temperatur pada ruang bakar kedua (secondary
chamber) minimum 1000oC (temperatur operasional),
dengan waktu tinggal minimum 2 (dua) detik;
 Memiliki alat pengendali pencemaran udara (misal: wet
scrubber);
 Ketinggian cerobong minimum 14 meter dari permukaan
tanah; dan
 Memenuhi baku mutu emisi.
 Pengolahan limbah sitotoksik (genotoksik) pada
temperatur > 1200oC.
Contoh Insinerator Jasa Pengolah Limbah B3
Selama pembakaran temperatur insinerator dikondisikan pada ruang bakar
pertama paling rendah 800˚C dan pada ruang bakar kedua paling rendah
1.000˚C.
BAKU MUTU EMISI UDARA UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN - RUMAH SAKIT

NO. PARAMETER KADAR MAKSIMUM SATUAN


1. Partikulat 50 mg/Nm3
2. Sulfur Dioksida (SO2) 250 mg/Nm3
3. Nitrogen Dioksida(NO2) 300 mg/Nm3
4. Hidrogen Fluorida (HF) 10 mg/Nm3
5. Hidrogen Klorida (HCl) 70 mg/Nm3
6. Karbon Monoksida (CO) 100 mg/Nm3
7. Total Hidrokarbon (sebagai CH4) 35 mg/Nm3
8. Arsen (As) 1 mg/Nm3
9. Kadmium (Cd) 0,2 mg/Nm3
10. Kromium (Cr) 1 mg/Nm3

11. Timbal (Pb) 5 mg/Nm3

12. Merkuri (Hg) 0,2 mg/Nm3

13. Talium (Tl) 0,2 mg/Nm3

14. Opasitas 10 %

15. Efisiensi Pembakaran (EP) 99,95 %


CONTOH ABU HASIL PEMBAKARAN LIMBAH MEDIS DARI INSINERATOR
Pengolahan / Pemusnahan Limbah Medis

Post-combustion Chamber
Fuel Burner
Double-Chamber 1200 oC for 2 seconds
Pyrolytic Incinerator

Medical Waste

Heat Recovery
System Pyrolytic Chamber
800 - 900 oC
PENGELOLAAN LIMBAH Padat NONB3

84
PENGELOLAAN LIMBAH TABUNG GAS

85
PENGELOLAAN LIMBAH BENDA TAJAM

86
PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

87
PENGELOLAAN LIMBAH PATOLOGIS

88
Rekaman proses desinfeksi
limbah botol infus bekas
menggunakan alat autoklaf

Contoh limbah botol infus bekas yang


telah dilakukan desinfeksi
Indikator tekanan dalam proses menggunakan alat autoklaf
desinfeksi limbah botol infus
bekas menggunakan alat autoklaf
Contoh Alat Autoklaf
PENGUBURAN (DEEP BURIAL)
 Penguburan limbah B3 medis hanya dapat dilakukan oleh penghasil limbah B3 thd limbah
yang dihasilkannya
 Lokasi penguburan limbah medis wajib memiliki izin lokasi dari bupati/walikota.
 Fasilitas penguburan limbah medis wajib mendapatkan izin dari bupati/walikota.
 Limbah medis yang dapat dilakukan pengelolaan dengan cara penguburan yaitu:
 limbah patologis dan jaringan anatomi; dan/atau
 limbah benda tajam.
 Persyaratan teknis pengolahan limbah medis dengan cara penguburan dilakukan sebagai
berikut:
 lokasi kuburan harus bebas banjir, kedap air dan berjarak sekurang-kurangnya 200 m
(lima puluh meter) dari sumur, perumahan, fasilitas umum, dan kawasan lindung;
 kedalaman kuburan sekurang-kurangnya 2 (dua) meter, diisi dengan limbah medis
sebanyak-banyaknya setengah dari jumlah volume total, dan ditutup dengan kapur
dengan ketebalan sekurang-kurangnya 50 cm (lima puluh sentimeter) sebelum ditutup
dengan tanah;
 kuburan harus dilengkapi pagar pengaman;
 apabila dilakukan penambahan limbah kedalam kuburan, tanah dengan ketebalan
sekurang-kurangnya 10 cm (sepuluh sentimeter) ditambahkan pada setiap lapisan
limbah;
 penguburan harus dilakukan dalam pengawasan yang ketat; dan
 kuburan wajib dirawat dan dicatat oleh usaha dan/atau kegiatan yang melakukan 91
penguburan.
Untuk mendapatkan persetujuan penguburan Limbah B3,
Penghasil Limbah B3 menyampaikan permohonan secara
tertulis kepada Kepala Instansi Lingkungan Hidup
kabupaten/kota dengan melampirkan:

a. identitas pemohon;
b. nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang
akan dikubur;
c. nama personel yang: 1. pernah mengikuti pelatihan
Pengelolaan Limbah B3; atau 2. memiliki pengalaman dalam
Pengelolaan Limbah B3.
d. lokasi kuburan Limbah B3 yang memiliki izin lokasi; dan
e. dokumen yang menjelaskan tentang kuburan Limbah B3 dan
tata cara penguburan Limbah B3.
Gambaran Umum Pengelolaan Limbah B3 dan Dampaknya
MENGAPA
LIMBAH B3
PERLU
DIKELOLA?
Dampak dari Pembakaran Limbah B3 DIOXIN
TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT

95

Anda mungkin juga menyukai