Anda di halaman 1dari 17

ASAS-ASAS BIMBINGAN KONSELING ISLAM

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Sistematis dan Terstruktur dalam Mata Kuliah
Bimbingan Konseling Islam

Dosen Pengampu: Erna Suryani, M.Pd.I, Dra

Disusun Oleh: Kelompok 7

Ade Ilfah (0306182162)

Dwi Kartika Nst (0306183191)

Rizki Syahfitri (0306191011)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin dan
kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan “makalah” kami yang berjudul
“Asas-asas Bimbingan Konseling Islami”. Shalawat dan salam tercurahkan kepada Rasullullah
Muhammad SAW sebagai suri tauladan kita dalam kehidupan baik secara vertikal maupun
horizontal.

Makalah ini di tujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling Islam
dan juga menjadi menambah wawasan pengetahuan kami bagi pemakalah, maupun wawasan
teman-teman sekalian. Dan tak lupa pula kami ucapkan terima kasih banyak terhadap Dosen
yaitu Ibu Erna Suryani, M.Pd.I, Dra yang telah bersedia membimbing kami dalam segenap
waktu dan tempat. Kemudian, tak lupa pula atas bantuan teman-teman yang turut membantu
kelancarandalam penyusunan makalah ini.
Jika terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun adanya perbedaan pendapat dengan para
pembaca, sekiranya dapat dimaklumi dan dimohonkan kritik dan saran membangun demi
kesempurnaan tulisan ini. Sekian dan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Medan, 09 November 2021

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. Tujuan Masalah........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2

A. Pengertian Asas-asas Bimbingan Konseling Islam..................................................................2


B. Asas-asas Bimbingan Konseling..............................................................................................2
C. Asas-asas Bimbingan Konseling Islam....................................................................................7

BAB III PENUTUP......................................................................................................................13

A. Kesimpulan.............................................................................................................................13
B. Saran.......................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bimbingan dan Konseling merupakan pekerjaan pelayanan yang professional, yang


menguraikan pemahaman, penanganan dan penyikapantentang keadaan seseorang yang meliputi
unsur kognisi, afeksi, dan psikomotori. Pekerjaan ini sangat penting sekali dalam dunia
pendidikan, agar tercipta keserasian atau keharmonisan antara guru dengan siswa. Hal ini sesuai
dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1
dan 6 : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidik
adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

Keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling sangatditentukan oleh kaidah-kaidah


yang berlaku atau dalam kata lain disebut “asas”. Asas-asas bimbingan dan konseling adalah
merupakan rukun yangharus dipegang teguh dan dikuasai oleh seorang guru
pembimbing/konselor dalam menjalankan pelayanan atau kegiatan bimbingan dankonseling.
Asas-asas tersebut adalah sebagai jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan layanan bimbingan dan
konseling. Apabila asas-asas ini tidak dijalankan dengan baik, maka penyelenggaraan bimbingan
dan konseling akan berjalan tersendat-sendat atau bahkan terhenti sama sekali.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian asas-asas bimbingan konseling Islam?
2. Apa saja asas-asas bimbingan konseling?
3. Apa saja asas-asas bimbingan konseling Islam?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian asas bimbingan konseling Islam
2. Untuk mengetahui asas-asas bimbingan konseling
3. Untuk mengetahui asas-asas bimbingan konseling Islam

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asas-asas Bimbingan Konseling Islam

Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia asas ialah dasar (suatu yang menjadi tumpuan
berpikir atau berpendapat). Asas-asas ini adalah prinsip-prinsip yang dijadikan rujukan dalam
penyelenggaraan konseling dan konseling Islam. Jadi, asas bimbingan konseling dan konseling
Islam adalah dasar atau prinsipyang harus dipegang teguh dan dikuasai oleh seorang
pembimbing atau konselor dalam menjalankan pelayanan atau kegiatan bimbingan dan
konseling. Setiap kegiatan kadang-kadang ada asas yang dijadikan pegangan dalam
melaksanakan kegiatan tersebut. demikian juga dengan layanan atau kegiatan bimbingan
konseling dan bimbingan konseling Islam, ada asas yang dijadikan pegangan dan harus
ditetapkan dalam menjalankan kegiatan itu.1

B. Asas-asas Bimbingan Konseling

Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional. Sesuai dengan makna
uraian tentang kefahaman, penanganan dan penyikapan yang meliputi unsur kognisi, afeksi dan
perlakuan konselor terhadap kasus, pekerjaan profesional itu harus dilaksanakan dengan
mengikuti, kaidah yang menjamin efesien dan efektifitas proses dan lainnya. Kaidah-kaidah
tersebut didasarkan atas tuntutan keilmuan layanan di satu segi, antara lain bahwa layanan harus
didasarkan atas data dan tingkat perkembangan klien dan tuntutan optimalisasi proses
penyelenggaraan layanan dari segi lain yaitu antara lain suasana konseling ditandai oleh adanya
kehangatan, kefahaman, penerimaan, kebebasan dan keterbukaan, serta berbagai sumber daya
yang perlu diaktifkan. Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling kaidah-
kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan yang harus
diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu.

Asas-asas yang dimaksudkan adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian,


kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan dan tut
wuri handayani.2
1
Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami, (Yogyakarta: ELSAQ Press, 2007), hal. 118
2
Abu Bakar M. Luddin, Dasar-dasar Bimbingan Konseling + Konseling Islam, (Binjai: Difa Niaga, 2014), hal. 24

2
1) Asas Kerahasiaan

Asas kerahasiaan merupakan asas yang harus dipegang teguh oleh seorang konselor, jika
konselor tidak dapat memegang teguh asas kerahasiaan, maka kredibilitas konselor akan hilang.
Kredibilitas bagi konselor merupakan karakteristik yang utama, sehingga konseli akan merasa
bebas, aman, nyaman, dan terbuka dalam mengemukakan permasalahan yang dirasakan selama
mengikuti konseling. Konseling merupakan hubungan emosional yang didalamnya ada saling
percaya mempercayai, saling bertanggung jawab dan terbuka satu sama lainnya.

2) Asas Kesukarelaan

Asas kesukarelaan adalah asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya
kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) untuk mengikuti atau menjalani layanan atau
kegiatan yang diperuntukan baginya. Proses bimbingan dan konseling itu harus berlangsung atas
dasar kesukarelaan, baik dari pihak klien ataupun dari konselornya. Dalam hal ini klien
diharapkan secara suka rela tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa untuk menyampaikan
masalah yang dihadapinya berdasarkan fakta, data, dan seluk beluk yang berkenaan dengan
masalahnya itu kepada konselor. Dan hendaknya konselor dapat memberikan bantuan yang tidak
terpaksa serta disampaikan secara terbuka pula.3

3) Asas Keterbukaan

Pelayanan bimbingan dan konseling akan berjalan secara efisien dan efektif apabila
dilaksanakan dalam suasana keterbukaan, baik si terbimbing maupun si pembimbing bersikap
terbuka. Keterbukaan bukan hanya berarti “bersedia menerima bantuan dari luar” tetapi masing-
masing yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan bersama yaitu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi konseli. Misalnya dalam konseling, konseli diharapkan
dapat berbicara sejujur-jujurnya dan terbuka tentang dirinya sendiri. Kesukarelaan konseli dan
kesukarelaan konselor dapat mendorong adanya keterbukaan dalam proses konseling, dengan
demikian kemungkinan untuk berhasil dalam konseling sangat terbuka. Keberhasilan konseling
salah satunya ditentukan oleh keterbukaan khususnya konseli kepada konselor dan juga
keterbukaan konselor.

3
Giyono, Bimbingan Konseling, (Yogyakarta: Media Akademi, 2015), hal. 102-103

3
4) Asas Kekinian

Masalah konseli yang dicari solusinya dalam konseling adalah masalah-masalah yang
dihadapi konseli saat sekarang bukan masalah-masalah masa lampau dan/atau masalah-masalah
yang akan datang (masalah yang kemungkinan terjadi). Karena bisa terjadi apa yang dihadapi
oleh konseli saat sekarang merupakan akibat dari masalah masa lampau dan masalah yang akan
datang. Asas kekinian juga mengandung makna bahwa konselor tidak boleh menunda-nunda
untuk memberi bantuan kepada konseli, jika diminta bantuan oleh konseli. Misalnya, ada peserta
didik yang mengalami masalah maka konselor hendaknya segera membantunya, yang paling
penting adalah masalah yang dihadapi konseli segera dapat teratasi. Masalah sekarang apabila
tidak segera teratasi maka dapat menimbulkan masalah pada waktu mendatang. Konselor dapat
menunda memberi bantuan kepada konseli apabila menurut pertimbangan konselor penundaan
tersebut justru demi kepentingan konseli dan konselor dalam hal ini dapat mempertanggung
jawabkannya, mengapa bantuan tidak segera diberikan.

5) Asas Kemandirian

Asas kemandirian adalah asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum


bimbingan dan konseling, yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan bimbingan dan
konseling diharapkan bisa menjadi individu-individu yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan
menerima diri sendiri dan lingkungannya. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan
untuk menjadikan si terbimbing dapat berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain atau
tergantung pada konselor. Dalam memberikan bimbingan, hendaknya para petugas bimbingan
dan konseling selalu berusaha menghidupkan kemandirian pada diri orang yang dibimbing,
jangan membiarkan orang yang dibimbing itu menjadi tergantung pada orang lain, khususnya
pada konselor. Individu yang dibimbing setelah dibantu diharapkan dapat mandiri dengan ciri-
ciri pokok, diantaranya:

a) Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya


b) Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis
c) Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri
d) Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu

4
e) Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan kemampuan-kemampuan
yang dimilikinya.4

Kemandirian dengan ciri-ciri umum diatas juga haruslah disesuaikan dengan tingkat
perkembangan dan peranan klien dalam kehidupan sehari-hari. Kemandirian sebagai hasil dari
konseling menjadi arah dari keseluruhan proses konseling, dan itu harus disadari baik oleh
konselor maupun konseli.

6) Asas Kegiatan

Asas kegiatan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik
(klien) yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan
layanan bimbingan. Asas kegiatan ini merujuk pada pola konseling yang multi dimensional, yang
tidak hanya mengandalkan komunikasi verbal antara klien dan konselor. Artinya klien harus
aktif dalam menjalani proses konseling dan aktif pula dalam melaksanakan/menerapkan hasil-
hasil dari konseling.

7) Asas Kedinamisan

Asas kedinamisan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan
terhadap sasaran layanan (klien) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton,
dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya
dari waktu ke waktu. Usaha bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan dalam
diri klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Dan perubahan yang terjadi
adalah perubahan yang selalu menuju ke suatu pembaruan dan lebih maju.

8) Asas Keterpaduan

Asas keterpaduan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai
layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing
maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadukan. Pelayanan bimbingan dan
konseling berusaha untuk memadukan berbagai aspek pribadi dari klien. Sebagaimana diketahui
bahwa setiap klien itu memiliki berbagai aspek kepribadian yang tidak seimbang, serasi, dan
terpadu, sehingga hal itu bisa menimbulkan masalah. Keterpaduan yang diharapkan adalah
4
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hal. 117-119

5
keterpaduan dari diri konseli itu sendiri dan juga keterpaduan isi dan proses layanan yang
diberikan.

9) Asas Kenormatifan

Asas kenormatifan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dengan nilai dan norma-norma
yang ada. Norma-norma ini adalah norma agama, hukum, kesopanan, kesusilaan, kebiasaan
berperilaku, dan adat istiadat. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses
penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Seluruh isi layanan harus sesuai dengan norma-
norma yang ada. Selain itu, layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling juga harus dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami, menghayati, dan
mengamalkan norma-norma tersebut.

10) Asas Keahlian

Asas keahlian adalah asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Untuk
itu para konselor perlu mendapat keahlian yang secukupnya, sehingga dapat dicapai keberhasilan
usaha pemberian layanan. Keprofesionalan seorang guru pembimbing/konselor harus terwujud
baik dalam penyelenggaraan jenis- jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.

11) Asas Alih Tangan

Asas alih tangan ialah asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak
yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas
atas suatu permasalahan peserta didik (klien) agar bisa mengalihtangankan permasalahan itu
kepada pihak yang lebih ahli. Asas ini mengisyaratkan jika seorang konselor sudah mengerahkan
kemampuannya untuk membantu klien, namun klien belum dapat terbantu sebagaimana yang
diharapkan, maka konselor boleh mengalihtangankan kepada klien (konseli). Disamping
konselor juga dapat menerima pengalihtanganan kasus dari orang tua, guru-guru lain, ataupun
ahli lain, dan pada guru mata pelajaran.

12) Asas Tut Wuri Handayani

6
Asas Tut Wuri Handayani adalah asas bimbingan dan konseling yang menghedaki agar
pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang
mengayomi, mengembangan keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan, serta
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju. Asas ini
menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien
mengalami masalah dan saat menghadap kepada konselor saja, namun juga saat diluar hubungan
proses bimbingan dan konseling pun hendaknya bisa dirasakan adanya manfaat pelayanan
bimbingan dan konseling.5

C. Asas-asas Bimbingan Konseling Islam

Telah disebutkan bahwa asas-asas bimbingan konseling islami ialah dasar-dasar atau prinsip
yang harus dipegang teguh dan dikuasai oleh seorang pembimbing. Berikut adalah asas-asas
yang ada pada bimbingan dan konseling islami:

1. Asas-asas kebahagian dunia dan akherat

Bimbingan dan konseling islami tujuan akhirnya adalah membantu klien atau konseli, yakni
orang yang di bimbing, mencapai kebahagian hidup yang senatiasa di dambakan oleh setiap
muslim.6 Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Al- Baqarah :201, yang artinya yaitu:

“Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: (Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka)”.

Bagi seorang muslim kebahagiaan hidup di duniawi ini ialah kebahagiaan yang bersifat
sementara saja, dan kebahagian akhirat lah yang menjadi tujuan utama dari seorang muslim,
sebab kebahagian akhirat ialah kebahagiaan yang kekal dan abadi yang amat banyak.
Kebahagiaan akan tercapai bagi semua manusia apabila dalam kehidupan dunianya dia ingat
selalu dengan Allah swt. Dengan mengingat Allah dalam kehidupan di dunia maka seseorang
akan mendapat ketentraman. Bukan hanya mencari kebahagiaan dunia seorang manusia juga
harus mencari kebahagiaan akhirat yang dijanjikan Allah swt. Maka dari itu islam selalu

5
Abu Bakar M. Luddin, Dasar-dasar Bimbingan Konseling + Konseling Islam, (Binjai: Difa Niaga, 2014), hal. 26-
30
6
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2004), hal. 22

7
mengajarkan hidup dalam keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara kehidupan di dunia
dan kehidupan di akhirat. Sesuai dengan firman Allah, yang artinya yaitu:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan”. (Q.S. Al Qasas: 77).

2. Asas fitrah

Bimbingan dan konseling islami merupakan bantuan yang diberikan kepada  klien atau
konseli untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga gerak tingkah laku dan
tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut. Manusia menurut pandangan islam, dilahirkan
dalam atau dengan membawa fitrah, yaitu berbagai kemampuan potensial bawaan dan
kecenderungan sebagai muslim atau beragama islam. Bimbingan dan konseling membantu
klien atau konseli mengenal dan memahami fitrahnya itu, atau mengenal kembali fitrahnya
tersebut manakala pernah “tersesat”, serta menghayatinya, sehingga dengan demikian akan
mampu mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat karena bertingkah laku sesuai
fitrahnya tersebut. Sesuai dengan firman Allah, yang artinya :

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Q.S. Ar Rum:
30)

3. Asas “Lillahi ta’ala”

Bimbingan dan konseling islami diselenggarakan semata-mata niat karena Allah.


Konsekuensi dari asas ini berarti pembimbing melakukan tugasnya dengan penuh keikhlasan,
tanpa pamrih, sementara yang di bimbing pun menerima atau meminta bimbingan dan konseling
dengan ikhlas, rela dan tanpa paksaan. Karena merasa bahwa semua yang akan dilakukan adalah
karena untuk pengabdian kepada Allah semata, sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai

8
makhluk Allah yang harus senatiasa mengabdi pada-Nya. Hal ini dijelaskan dalam surah Al-
An’am ayat 162, yang artinya yaitu:

“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk


Allah, Tuhan semesta alam”.

4. Asas bimbingan seumur hidup

Manusia hidup tidak akan ada yang sempurna dan selalu bahagia. Mungkin saja manusia
akan menjumpai berbagai kesulitan dan kesusahan didalam kehidupannya. Oleh karena itulah
maka bimbingan dan konseling islami diperlukan selama hayat masih dikandung badan.
Bimbingan dan konseling ini, selain dilihat dari kenyataan hidup manusia, dapat pula dilihat dari
sudut pendidikan. Seperti telah diketahuai, bimbingan dan konseling merupakan bagian
dari sebuah pendidikan. Pendidikan sendiri berdasarkan pendidikan seumur hidup, karena belajar
menurut islam wajib dilakukan oleh semua orang islam, tanpa membedakan usia.

5. Asas kesatuan jasmani dan rohani

Manusia itu dalam hidupnya di dunia merupakan satu kesatuan jasmaniah dan juga rohaniah.
Bimbingan dan konseling islami memperlakukan kliennya sebagai makhluk jasmaniah-rohaniah,
tidak memandangnya sebagai makhluk biologis semata, atau makhluk rohaniah semata.

6. Asas keseimbangan rohaniah

Rohani manusia memiliki unsur daya kemampuan pikir, merasakan atau menghayati dan
berkehendak atau hawa nafsu, serta juga akal.7 Bimbingan dan konseling islam menyadari dan
mengakui akan keadaaan kodrat manusia itu, dengan berlandaskan atau berpijak pada firman-
firman Allah dan hadis- hadis nabi akan membantu klien yang dibimbing untuk memperoleh
keseimbangan diri dalam segi mental rohaninya. Orang yang dibimbing diajak untuk mengetahui
apa-apa yang perlu diketahui oleh nya, kemudian memikirkan apa-apa yang perlu dipikirkannya,
sehingga memperoleh keyakinan, tidak menerima begitu saja, kemudian diajak memahami dan
dihayatinya setelah berdasarkan pemikiran dan analisis yang jernih diperoleh keyakinan tersebut.

7
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2004), hal. 22

9
Dan orang yang dibimbing diajak untuk menginternalisasikan norma dengan
mempergunakan semua kemampuan rohaniah potensialnya tersebut, bukan cuma mengikuti
hawa nafsu (perasaan dangkal, kehendak) semata.

7. Asas kemaujudan individu

Bimbingan dan konseling islami memandang seseorang individu merupakan suatu maujud


(eksistensi) tersediri. Individu tersebut memiliki hak, memiliki perbedaan individu dari yang
lainnya, dan memiliki kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari haknya dan kemampuan
fundamental pontesial rohaniahnya. Mengenai hak individu nabi Muhammad saw. bersabda yang
artinya sebagai berikut:

“Bahwasanya Tuhanmu mempunyai hak atasmu yang wajib engkau tunaikan, begitu juga
dirimu dan ahlimu semuanya memiliki hak yang wajib engkau tunaikan, maka dari itu
hendaklah engkau berpuasa sewaktu-waktu dan berbuka sewaktu-waktu, berjaga malam
sewaktu-waktu (untuk beribadah atau sholat malam) dan tidur sewakti-waktu. Dekatilah ahlimu
dan berikanlah hak kepada masing-masing yang mempunyai hak”. (H.R. Bukhori).

Dan mengenai perbedaan suatu individu dapat di lihat dan dipahami dalam ayat dibawah ini:
yang artinya :

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”.  (Q.S. Al Qamar: 49).

Tentang kemerdekaan dari individu, tersirat dalam firman Allah yang artinya sebagai berikut:

“Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia
kafir."  Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum
dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling
buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”. (Q.S. Al Kahfii : 29).

8. Asas sosialitas manusia

10
Manusia merupakan makhluk sosial. Hal ini diakui dan diperhatikan dalam bimbingan dan
konseling islam. Dalam bimbingan dan konseling islam, sosialitas manusia diakui dengan
memperhatikan hak individu, dan hak individu juga diakui dalam batas tanggung jawab sosial.

9. Asas kekhalifahan manusia

Manusia, menurut Islam, diberi kedudukan yang tinggi sekaligus tanggung jawab yang
besar, yaitu sebagai pengelola alam semesta (“Khalifatullah fil ard”).8 Atau dengan kata lain,
manusia dipandang sebagai makhluk yang mengelola alam sekitar sebaik-baiknya. Sebagai
khalifah, manusia harus memelihara keseimbangan ekosistem tersebut yang diperbuat oleh
manusia itu sendiri. Bimbingan dan fungsinya tersebut untuk kebahagiaan dirinya dan umat
manusia.

10. Asas keselarasan dan keadilan

Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan, keseimbangan, keserasian, dalam segala


segi. Dengan kata lain, Islam menghendaki manusia berlaku “adil” terhadap hak dirinya sendiri,
hak orang lain. “hak” alam semesta (hewan, tetumbuhan, dsb), dan juga hak Tuhan.

11. Asas pembinaan akhlaqul-karimah

Asas ini sekaligus melingkupi tujuan dan proses konseling islami. Dari sisi tujuan konseli
diharapkan sampai pada tahap memiliki akhlak mulia. 9 Menurut pandangan islam manusia
memiliki sifat-sifat yang baik (mulia), sekaligus mempunyai sifat-sifat lemah. Sifat-sifat baik
itulah yang akan dikembangkan oleh bimbingan dan konseling islam. Bimbingan dan konseling
Islami membantu klien atau yang dibimbing, memelihara, mengembangkan, menyempurnakan
sifat-sifat yang baik tersebut.

12. Asas kasih sayang

Setiap manusia memerlukan cinta kasih dan kasih saying dari orang lain. Rasa kasih saying
ini dapat mengalahkan dan menudukkan banyak hal. Bimbingan dan konseling Islami dilakukan
dengan berlandaskan kasih dan saying, sebab hanya dengan kasih sayanglah bimbingan dan
konseling akan berhasil. Sesuai dengan hadits nabi yang artinya:
8
http://amarsuteja.blogspot.co.id/2014/07/bimbingan-dan-konseling-islam-asas.html?m=1
9
Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami, (Yogyakarta:ELSAQ Press, 2007), hal. 121

11
“Sayangilah siapa saja yang ada dimuka bumi ini, maka penghuni langit akan
meyayangimu”. (H.R. Thabrani dan Hakim, dengan sunah yang sahih).

13. Asas saling menghargai dan menghormati

Dalam bimbingan dan konseling islami kedudukan pembimbing atau konselor dengan yang
dibimbing atau klien pada dasarnya sama, perbedaannya terletak pada fungsinya saja. Yakni
pihak yang satu memberikan bantuan dan yang satu menerima bantuan. Hubungan yang terjalin
antara pihak pembimbing dengan yang dibimbing merupakan hubungan yang saling
menghormati sesuai dengan kedudukan masing-masing sebagai makhluk Allah. Pembimbing
dipandang diberi kehormatan yang dibimbing karena dirinya dianggap mampu memberikan
bantuan mengatasi kesulitanny atau untuk tidak mengalami masalah, sementara yang dibimbing
diberi kehormatan atau dihargai oleh pembimbing dengan cara yang bersangkutan bersedia
membantu atau membimbingnya.

14. Asas musyawarah

Bimbingan dan konseling Islam dilakukan dengan asas musyawarah artinya antara lain
pembimbing/konselor dengan yang di bimbing atau klien terjadi dialog yang baik. 10 Baik
konselor atau konseli satu sama lain tidak saling mendikte, tidak saling bersikap keras lagi kasar,
tidak saling menekan dan tidak ada keinginan tertekan. Semua dilakukan dengan baik-baik agar
proses bimbingan dan konseling dapat berjalan sesuai keinginan.

15. Asas keahlian

Bimbingan dan konseling islam dilakukan oleh orang-orang yang memang memiliki
kemampuan keahlian dibidang tersebut, baik keahlian dalam metodologi dan teknik-teknik
bimbingan dan konseling, maupun dalam bidang yang menjadi permasalahan bimbingan dan
konseling.

10
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2004), hal. 34

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asas-asas bimbingan dan konseling islam ialah dasar atau prinsip yang harus di pegang
teguh dan dikuasai oleh seorang pembimbing atau konselor dalam menjalankan pelayanan atau
kegiatan bimbingan dan konseling sehingga akan mendapatkan hasil yang diinginkan dari suatu
proses konseling. Asas-asas bimbingan konseling ada 12 asas yaitu kerahasiaan, kesukarelaan,
keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan,
keahlian, alih tangan, dan tut wuri handayani.

Ada 15 asas yang dimiliki bimbingan dan konseling islami yaitu: asas hidup bahagia dunia
dan akhirat, asas fitrah, asas “lillahi ta’ala”, asas bimbingan seumur hidup, asas kesatuan jasmani
dan rohani, asas keseimbangan rohaniah, asas kemaujudan individu, asas sosialitas manusia, asas
kekhalifahan manusia, asas keselarasan dan keadilan, asas pembinaan akhlakul qarimah, asas
kasih sayang, asas saling menghargai dan menghormati, asas musyawarah dan asas keahlian.

B. Saran

Dari uraian tersebut di atas, asas bimbingan dan konseling merupakan hal yang sangat
penting yang harus dipegang teguh oleh para konselor/ guru pembimbing dalam memberikan
pelayanan pada konseli/siswa. Maka dari itu penulis dapat memberikan saran kepada semua
pihak yang terlibat sebagai pelaksana pendidikan atau bisa disebut sebagai seorang guru
(pembimbing) dan calon guru (mahasiswa jurusan pendidikan), agar tetap selalu
bertanggungjawab atas keberhasilan siswa dalam rangka mencetak kepribadian yang luhur. Dan
bagi calon guru diharapkan mencari referensi lain yang berkaitan dengan bimbingan dan
konseling.

13
DAFTAR PUSTAKA

Faqih, Aunur Rahim. 2004. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII Press

Lubis, Saiful Akhyar. 2007. Konseling Islami. Yogyakarta: ELSAQ Press

Luddin, Abu Bakar M. 2014. Dasar-dasar Bimbingan Konseling + Konseling Islam. Binjai: Difa
Niaga

Giyono. 2015. Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Media Akademi

Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka
Cipta

http://amarsuteja.blogspot.co.id/2014/07/bimbingan-dan-konseling-islam-asas.html?m=1

14

Anda mungkin juga menyukai