Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


ACARA II
UJI KELARUTAN

DISUSUN OLEH:

NAMA: FERZA AYU SAPUTRI


NIM: G1A020020

PROGRAM STUDI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2021
ACARA II
UJI KELARUTAN

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan praktikum
a. .Mengetahui kelarutan zat organik dalam bebrapa pelarut
b. Menentukan golongan suatu zat organik berdasarkan kelarutannya
2. Waktu praktikum
Jumat, 5 November 2021
3. Tempat praktikum
4. Lantai II, Laboratorium Kimia Lanjut, R.C.1.2, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram

B. LANDASAN TEORI

Kelarutan didefenisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat


terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif
didefenisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk
membentuk dispersi molekuler homogen. Larutan dinyatakan dalam mili liter
pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat
akan larut dalam 500 ml air. Kelarutan dapat pula dinyatakan dalam satuan
molalitas, molaritas dan persen. Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan
sebagai sediaan “cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat
larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara
peracikan atau penggunaanya, tidak dimasukkan kedalam golongan produk
lainnya”.

Kelarutan merupakan keadaan suatu senyawa baik padat, cair ataupun gas
yang terlarut dalam padatan , cairan, atau gas yang akan membentuk laruta
homogen. Kelarutan tersebut bergantung pada pelarut yang digunakan serta
suhu dan tekanan. Dibidang farmasi, kelarutan memiliki peran penting dalam
menentukan bentuk sedian dan untuk menentukan konsentraasi yang dicapai
pada sirkulasi sistemik untuk menghasilkan respon farmakologi. (Yoga dan
Rini, 2018)

Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan


konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut
tersebut. Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut
sampai batas daya melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh. Larutan
jenuh adalah suatu laarutan dimana zat yang terlarut berada dalam
kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Sedangkan larutan tidak jenuh
atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam
konsenrasi dibawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna
pada temperatur tertentu.

Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas pelarut yaitu oleh
momen dipolnya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionic dan zat polar
lainnya. Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alcohol dalam segala
perbandingan dengan melarutkan gula dan senyawa polihidroksi lain. Etanol
memiliki kelarutan yang mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dan dalam
eter P.

Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat
terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH
larutan, dan untuk jumlah yang lebih kecil, bergantung pada terbaginya zat
terlarut. Kebanyakan bahan kimia menyerap panas bila dilarutkan dan
dikatakan mempunyai panas larutan negatif yang menyebabkan meningkatnya
kelarutan dengan kenaikan suhu. Kelarutan suatu zat akan bertambah seiring
dengan meningkatnya suhu.

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat-Alat Praktikum

a. Batang pengaduk

b. Penjepit kayu

c. Pipet tetes

d. Pipet volume 1 ml

e. Rak tabung reaksi

f. Rubber bulb

g. Tabung reaksi

2. Bahan-Bahan Praktikum

a. Aquades (H2O12)

b. Asam sulfat (H2SO4) pekat

c. Butanol (C4H10O)

d. Detil eter ( (C2H9)2 O)

e. Kertas lakmus biru

f. Kertas lakmus merah

g. Larutan anilin (C6H5NH2)


h. Larutan asam klorida (HCl) 5%

i. Larutan asetildehid (C2H6O)

j. Larutan asam fosfat (H3PO4) 85%

k. Larutan natrium hidroksida (NaOH) 5%

l. Larutan natrium bikarbonat (NaHCO3) 5%

m.Padatan asam benzoat (C6CH5COOH)

n. Padatan naftalena (C10H8

D. SKEMA KERJA
 Anilin + H2O
Tidak larut
 Asam benzoat
 Asetaldehi
 Butanol
 Naftalena

+ H2O
Larut
Tidak larut + NaOH + Dietil Eter
+ Dietil Eter
Larut
Larut
HCl 5% NaHCO3 5%

Tidak larut
Tidak larut Larut
La
k La
H2SO4 96% La k
Se Ti m k
te us m m
Tidak larut Larut da La
ng La
ta us
k rut us m
ah k
La bir er
H3PO4 85% m
be
lar rut us
rw
ut ta
k
be
S1 S2
I N2 N1 MM B A2 A1 rw SA SB
E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Hasil Pengamatan
No Perlakuan Hasil Pengamatan

1. Reaksi pada Floroglusinol


 Floroglusinol + H2O  Saat ditambah H2O menjadi larut
 Saat ditambah dietil eter menjadi larut
 + dietil eter  Saat uji lakmus biru, lakmusnya
 Uji lakmus biru berubah menjadi warna merah
2. Reaksi pada Anilin
 Anilin + H2O  Saat ditambah H2O anilin tidak larut
dan menggumpal

 Saat ditambah NaOH 5% anilin juga


tidak larut, dengan warna agak
memudar
 + NaOH 5%  Saat ditambah HCl anilin menjadi
larut dengan warna bening

 + HCl 5%  Dikarenakan sudah larut sebelumnya


maka tidak ditambah H2SO4 pekat dan
H3PO4
 + H2SO4 pekat 98%
 + H3PO4 85%
3. Reaksi pada Asam Benzoat
 Asam benzoat + H2O  Saat ditambah H2O menjadi
menggumpa dan tidak larut
 Saat ditambah NaOH , tetap
menggumpal dan tidak larut
 Tidak ditambah NaHCO3
+ NaOH 5%
 + NaHCO3 5%
4. Reaksi pada Asetildehid
 Asetildehid + H2O  Saat ditambah H2O , menggumpal
dan tidak larut

 Saat ditambah NaOH pun asetildehid


tidak larut
+ NaOH
+ HCl Saat ditambah HCl masih tidak larut
dan menggumpal

Kemudian saat ditambah H2SO4


Asetildehid larut
+ H2SO4
Dan saat ditambahkan H3PO4
warnanya berubah menjadi merah
kecoklatan.

5. Reaksi pada Butanol


 Butanol + H2O  Saat ditambah H2O butanol tidak
menggmpal namun juga tidak larut

+ NaOH 5%  Saat ditambah NaOH berubah keruh


dan tidak larut

 Saat ditambah HCl warnanya menjadi


bening dan tidak larut

 + HCl 5%  Saat ditambah H2SO4 , butanol


menjadi larut dan berwarna bening
 + H2SO4 pekat 96%
 + H3PO4  Dan saat ditambah H3PO4 warnanya
menjadi ungu bening
6. Reaksi pada Naftalena
 Naftalena + H2O  Saat ditambah H2O , naftalena tidak
menyatu , tidak larut

 Saat ditambah NaOH, menggumpal


dan tidak larut
+ NaOH 5%
 Saat ditambah HCl, berwarna bening
dan tidak larut
+ HCl 5%
 Saat ditambah H2SO4 pekat, berwarna
bening dan tidak larut
+ H2SO4 pekat 98%
2. Tabel Kelarutan Percobaan
Kelarutan dalam Kelas
Kertas kelaruta
Sampel
Lakmus n
Dietil NaH
Air NaOH CO HCl H₂S H₃PO
eter O₄ ₄

Floroglus SA
in √ √ - - - - - Menjadi
warna
ol
merah
Asetildeh × - × - × √ √ - N1
id
Butanol × - × - × √ √ - N1

Asam I
× - × - × × - -
Benzoat
Naftalena × - × - × × - - I

Anilin × - × - √ - - - B

3. Tabel Kelarutan Sebenarnya


Kelarutan dalam Kelas
Kertas
Sampel kelarutan
Lakmus
Dietil NaO NaH H₃P
Air CO HCl H₂
eter H SO O₄


Floroglus
√ √ - × - - - - A2
ino l

Tidak S1
Asetildeh √ √ - - - - - berubah
ida warna
× - N2
Butanol × - × - × √
Asam - - A1
× - √ √ - -
benzoat
- - I
Naftalena × - × - × ×
√ - N1
Anilin × - × - × √

Keterangan : (√) : larut


(×) : tidak larut
(−) : tidak dilakukan
F. ANALISIS DATA
Tabel Kelas Kelarutan
Kelas
Golongan Senyawa Organik
kelarutan
Garam dari asam organik (RCO2Na, RSO3Na); amina
S2 hidroksida (RNH3Cl), asam amino, karbohidrat (gula),
polyhydroxy compounds, dsb.
Asam karbolsilik mono fungsional dengan lima karbon
SA
ataudi bawahnya, asam-asam arisulfonik.
SB Amina mono fungsional dengan enam atom karbon
atau di bawahnya.
S1 Alkohol mono fungsional, aldehid, keton. ester, nitril,
dan anida dengan lima karbon.
Asam organik kuat, asam karboksilik dengan lebih dari
A1 enam karbo, pherol dengan susunan letak gugus pada ortho atau
para.
Asam organik lemah, fenolenol, oxim, inidies, sulfo
A2 amida, tiofenol, semua yang memiliki karbon lebih dari lima.
Amina alifatik dengan delapan atau lebih atom karbon
B penyusunnya, anilin (hanya untuk satu fenol yang
berkaitan dengan nitrogen), beberapa eter.
Bermacam-macam senyawa netral yang memiliki gugus
MN nitrogen atau sulfur dan memiliki lebih dari lima atom karbon.
Alkohol, aldehid, keton, ester dengan satu fungsional grup dan
terdiri dari lima atom karbon atau lebih yang kurang dari
N sembilan,eter, epoxides, alkena, alkil, dan
beberapa senyawa aromatis.
I Hidrokarbon jenuh, halo alkana, asilhalida, senyawa
aromatik lain yang itdak reaktif, dietileter.

G. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini membahas tentang uji kelarutan. Tujuan dari
praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui kelarutan zat organik dalam
beberapa pelarut dan menentukan golongan suatu zat organik berdasarkan
kelarutannya. Kelarutan didefenisikan dalam besaran kuantitatif sebagai
konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan
secara kualitatif didefenisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat
untuk membentuk dispersi molekuler homogen. Kelarutan suatu bahan dalam
suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi maksimum larutan yang dapat
dibuat dari bahan dan pelarut tersebut.
Pada pencampuran pertama dengan Aquades (H2O), untuk asetildehid
hasilnya tidak larut dan menggumpal, butanol hasilnya tidak menggumpal
namun juga tidak larut dikarenakan tidak menyatu, asam benzoat juga tidak
larut saat dicampur aquades, begitupula dengan naftalena. Selanjutnya
pencampuran dengan NaOH 5%, Semua larutan seperti butanol, asam benzoat,
anilin, naftalena serta asetildehid tidak ada yang larut saat dicampur.
Kemudian pencampuran ketiga yaitu HCl saat dicampur dengan anilin bisa
larut dan berwarna bening, sedangkan butanol tidal larut, berwarna bening
sama seperti naftalena, untuk asetil dehid dan asam bezoat jug tidak laarut
saat dicampur HCl. Pencampuran keempat yaitu dengan dtambah H2SO4 saat
dicampur dengan butanol menjadi larut dan berwarna bening begitupula
dengan asetildehid juga menjadi larut dengan warna agak kemerahan,
sedangkan untuk naftalena dan asam benzoat setelah dicamput tetap tidak
larut. Saat asetildehid dicampur dengan H3PO4 warnanya berubah menjadi
merah kecoklatan, sedangkan butanol saat ditambahkan H3PO4 warnanya
menjadi ungu bening. Untuk florogusinol ditambah aquades dan dietil eter
menjadi larut dan saat dilakuan pengujian dengan kaertas lakmus berwarna
biru lakmusnya berubah menjadi merah.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat perbedaan tiap-tiap larutan
apabila dicampur dengan pelarutnya ada yang larut dan ada pula yang tidak
larut. Hal tersebut dari tiap-tiap larutan yaitu ada Anilin, Asam Benzoat,
Asetildehid, Butanol, Floroglusino l dan Naftalena yang dicampur dengan
pelarutnya yaitu Aquades (H2O) , NaOh 5%, HCl 5%, H2SO4 96%, dan H3PO4
pekat. Kemudian setelah membandingkan antara tabel hasil pengamatan
dengan tabel kelarutan sebenarnya terdapat banyak perbedaan, bahkan yang
sama itu hanya Naftalena. Hal tersebut disebabkan oleh hasil yang diperoleh
setelah melakukan percobaan dan pencampuran tidak sesuai. Kemungkinan
hal tersebut disebabkan oleh kurang teliti dalam melihat endapanya, atau
terlalu sebentar dikocok sehingga kemungkinan belum larut semuanya.

H. KESIMPULAN
a. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dikeahui kelarutan beberapa
zat organik seperti Anilin, Asam Benzoat, Asetildehid, Butanol,
Floroglusino dan Naftalena dalam beberapa pelarut yaitu Aquades (H2O) ,
NaOh 5%, HCl 5%, H2SO4 96%, dan H3PO4 pekat. Ada beberapa pelarut
yang walaupun telah dicampur dengan pelarutnya namun tetap tidak larut
atau tidak menyatu. Adapula yang larut atau bercampur dengan pelarutnya.
Hal yang menyebabkan larut atau tidaknnya yaitu bisa disebabkan oleh
penyesuaian teori yang walaupun sudah dicampur namun tetap tidak larut,
dan adapula yang disebabkan oleh kurangnya teliti dalam mengamati dan
pencampuran yang dilakukan kemungkinan takaran ukurannya tidak sesuai.
b. Berdasarkan kelarutan senyawa-senyawa organik didalam air, eter, NaOH,
dan H2SO4, maka asetil dehid termasuk golongan S1, butanol termasuk
golongan N, asam benzoat termasuk dalam golongan A2, dan anilin
termasuk dalam golongan N. Air (H2O) merupakan pelarut paling efektif
untuk menentukan kepolaran suatu senywa.

I. SARAN
Diharapkan untuk praktikan agar kedepannya lebih teliti dan lebih baik
lagi dalam melakukan praktikum.
DAFTAR PUSAKA

Hart. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga


Yoga ,P.A.P Willybrordus dan Rini Hendriani. 2018. Teknik
Peningkatan Kelarutan Obat. Jurnal Farmaka. 14(2): 288-289
Paneo, Mohammad Aprianto, Taofik Rusdiana dan Dolih Gozali. 2019.
Pengaruh Penambahan Vitamin E-TPGS (D-a-Tocopherol
Polyethyleneglycol succinat) Terhadap Peningkatan Kelarutan Obat.
Jurnal Farmaka. 15(3): 7

Anda mungkin juga menyukai