Anda di halaman 1dari 13

BUPATI BANGKA TENGAH

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

SALINAN
PERATURAN BUPATI BANGKA TENGAH
NOMOR 90 TAHUN 2018

TENTANG

TATA CARA PEMBERIAN CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL


DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA TENGAH,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin keseragaman, tertib


administrasi, dan disiplin dalam pemberian cuti bagi Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Bangka Tengah sehingga dalam pelaksanaannya berjalan
secara efektif dan efesien, perlu dilakukan pengaturan
mengenai Tata Cara Pemberian Cuti Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang
Tata Cara Pemberian Cuti Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang


Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4033);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan


Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah,
Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Belitung Timur di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 25, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4268);

1
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang


Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang


Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5887);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 tentang


Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 63, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6037);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang


Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6041);

8. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 24


Tahun 2017 tentang Tata Cara Permohonan dan Pemberian
Cuti PNS (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 1861);

9. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2016


tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten Bangka Tengah (Lembaran Daerah Kabupaten
Bangka Tengah Tahun 2016 Nomor 240);

10. Peraturan Bupati Nomor 16 Tahun 2017 tentang Kode Etik


Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah
(Berita Daerah Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2017
Nomor 632);

11. Peraturan Bupati Nomor 66 Tahun 2017 tentang Disiplin


Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Bangka Tengah (Berita Daerah Kabupaten Bangka Tengah
Tahun 2017 Nomor 682);

2
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PEMBERIAN CUTI


PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH
KABUPATEN BANGKA TENGAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kabupaten Bangka Tengah.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati Bangka Tengah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Bangka Tengah.
4. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah adalah sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang
mengatur wewenang pengangkatan, pemindahan, pemberian
Cuti dan pemberhentian PNS dalam hal ini adalah Bupati.
5. Perangkat Daerah adalah Perangkat Daerah di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah.
6. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah
PNS Kabupaten Bangka Tengah termasuk calon PNS
Kabupaten Bangka Tengah.
7. Calon Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disingkat CPNS
adalah pegawai yang baru dinyatakan lulus tes seleksi
penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil tahap pertama yang
selanjutnya disebut PNS.
8. Cuti Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disebut Cuti,
adalah keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan dalam
jangka waktu tertentu.
9. Pendelegasian Wewenang adalah pelimpahan sebagian
wewenang Bupati kepada Pejabat di lingkungan Pemerintah
Kabupaten Bangka Tengah.
10. Hari adalah Hari Kalender.

BAB II
PEJABAT YANG BERWENANG MEMBERIKAN CUTI DAN
PENDELEGASIAN WEWENANG PEMBERIAN CUTI

Bagian Kesatu
Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti

Pasal 2

(1) Cuti diberikan oleh Bupati selaku Pejabat Pembina


Kepegawaian.

3
(2) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :
a. Cuti tahunan;
b. Cuti besar;
c. Cuti sakit;
d. Cuti melahirkan;
e. Cuti karena alasan penting;
f. Cuti bersama;
g. Cuti di luar tanggungan negara, kecuali Cuti di luar
tanggungan Negara untuk persalinan keempat dan
seterusnya; dan
h. Cuti yang dipergunakan ke luar negeri, kecuali Cuti
besar yang akan digunakan untuk menjalankan
kewajiban agama.

Bagian Kedua
Pendelegasian Wewenang Pemberian Cuti

Pasal 3

(1) Untuk menunjang kelancaran dalam pemberian Cuti,


Bupati dapat mendelegasikan wewenang pemberian Cuti
sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (2), kepada
pejabat yang berwenang di lingkungan Pemerintah Daerah
sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan
bagian tidak dapat terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

(2) Jenis Cuti yang didelegasikan kepada pejabat yang


berwenang di lingkungan Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), adalah sebagai berikut :
a. Cuti tahunan;
b. Cuti besar;
c. Cuti sakit;
d. Cuti melahirkan; dan
e. Cuti karena alasan penting.

(3) Permohonan permintaan Cuti sebagaimana dimaksud pada


ayat (2), diajukan oleh PNS kepada pejabat yang berwenang
di lingkungan Pemerintah Daerah, dengan disertai alasan
Cuti serta catatan persetujuan oleh pejabat yang
berwenang.

(4) Bagi kepala Perangkat Daerah yang mengajukan


permohonan Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
diajukan secara berjenjang melalui kepala Perangkat
Daerah yang membidangi kepegawaian dan pemberdayaan
sumber daya manusia Daerah untuk mendapatkan
persetujuan dari pejabat yang berwenang.

(5) Bagi PNS yang bertugas di lingkungan kelurahan/desa,


permohonan permintaan Cuti sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), diajukan dan ditetapkan atau ditandatangani oleh
Camat setempat.

4
(6) Dalam hal pejabat yang berwenang di lingkungan
Pemerintah Daerah yang masih berstatus sebagai
pelaksana tugas, tidak dapat menandatangani surat
persetujuan pemberian Cuti.

BAB III
SYARAT PEMBERIAN CUTI

Bagian Kesatu
Cuti Tahunan

Pasal 4

Cuti Tahunan diberikan kepada PNS, dengan ketentuan sebagai


berikut:
a. PNS yang telah bekerja paling kurang 1 (satu) tahun secara
terus menerus;
b. lamanya hak atas Cuti tahunan adalah 12 (dua belas) hari
kerja, dan dapat digunakan dalam tahun bersangkutan/
berjalan untuk PNS yang bersangkutan dengan cara
mengajukan permintaan secara tertulis kepada Bupati atau
pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk
memberikan Cuti tahunan;
c. pengajuan permintaan Cuti tahunan dapat diberikan paling
lambat 1 (satu) minggu sebelum pengambilan Cuti tersebut
kepada pejabat yang menerima delegasi wewenang;
d. Cuti tahunan dapat digunakan berturut-turut/sekaligus
atau secara bertahap dalam tahun bersangkutan/berjalan;
e. hak atas Cuti tahunan diberikan secara tertulis oleh Bupati
atau pejabat yang menerima delegasi wewenang;
f. dalam hal hak atas Cuti tahunan yang akan digunakan di
tempat yang sulit perhubungannya, jangka waktu Cuti
tahunan tersebut dapat ditambah untuk paling lama 12
(dua belas) hari kalender;
g. hak atas Cuti tahunan yang tidak digunakan dalam tahun
yang bersangkutan, dapat digunakan dalam tahun
berikutnya untuk paling lama 18 (delapan belas) hari kerja
termasuk Cuti tahunan dalam tahun berjalan;
h. hak atas Cuti tahunan yang tidak digunakan 2 (dua) tahun
atau lebih berturut-turut, dapat digunakan dalam tahun
berikutnya untuk paling lama 24 (dua puluh empat) hari
kerja termasuk hak atas Cuti tahunan dalam tahun berjalan;
i. hak atas Cuti tahunan dapat ditangguhkan penggunaannya
oleh Bupati atau pejabat yang menerima delegasi wewenang
untuk memberikan hak atas Cuti untuk paling lama 1 (satu)
tahun, apabila kepentingan dinas mendesak;
j. hak atas Cuti tahunan yang ditangguhkan sebagaimana
dimaksud dalam huruf i, dapat digunakan dalam tahun
berikutnya selama 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk
hak atas Cuti tahunan dalam tahun berjalan;

5
k. PNS yang menduduki jabatan guru pada sekolah
yang mendapat liburan menurut peraturan perundang-
undangan, disamakan dengan PNS yang telah menggunakan
hak Cuti tahunan; dan
l. Cuti tahunan kepada PNS di lingkungan Pemerintah Daerah,
tidak dapat diberikan pada saat 5 (lima) hari sebelum dan
sesudah pelaksanaan Cuti bersama Hari Raya Idul Fitri dan
Natal, kecuali PNS yang bekerja di unit pelaksana teknis
pada Perangkat Daerah yang membidangi urusan kesehatan
atau PNS dengan alasan yang sangat penting.

Bagian Kedua
Cuti Besar

Pasal 5

Cuti Besar diberikan kepada PNS, dengan ketentuan sebagai


berikut:
a. PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun secara
terus menerus berhak atas Cuti besar paling lama 3 (tiga)
bulan;
b. ketentuan paling singkat 5 (lima) tahun secara terus
menerus, dikecualikan bagi PNS yang masa kerjanya belum
5 (lima) tahun, untuk kepentingan agama;
c. PNS yang menggunakan hak atas Cuti besar tidak berhak
atas Cuti tahunan dalam tahun yang bersangkutan;
d. untuk mendapatkan hak atas Cuti besar, PNS yang
bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis
kepada Bupati atau pejabat yang menerima delegasi
wewenang;
e. hak Cuti besar sebagaimana dimaksud dalam huruf d,
diberikan secara tertulis oleh Bupati atau pejabat yang
menerima delegasi wewenang;
f. hak Cuti besar dapat ditangguhkan penggunaannya oleh
Bupati atau pejabat yang menerima delegasi wewenang
untuk memberikan hak atas Cuti besar untuk paling lama 1
(satu) tahun apabila kepentingan dinas mendesak, kecuali
untuk kepentingan agama; dan
g. selama menggunakan hak atas Cuti besar, PNS yang
bersangkutan menerima penghasilan PNS sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga
Cuti Sakit

Pasal 6

Cuti Sakit diberikan kepada PNS, dengan ketentuan sebagai


berikut:
a. PNS yang sakit lebih dari 1 (satu) hari sampai dengan 14
(empat belas) hari, dengan ketentuan PNS yang
bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis
kepada Bupati atau pejabat yang menerima delegasi
wewenang untuk memberikan hak atas Cuti sakit dengan
melampirkan surat keterangan dokter;
6
b. PNS yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari
berhak atas Cuti sakit, dengan ketentuan PNS yang
bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis
kepada Bupati atau pejabat yang menerima delegasi
wewenang dengan melampirkan surat keterangan dokter
pemerintah;
c. dokter pemerintah sebagaimana dimaksud dalam huruf b,
merupakan dokter yang berstatus PNS atau dokter yang
bekerja pada unit pelayanan kesehatan pemerintah;
d. surat keterangan dokter sebagaimana dimaksud dalam
huruf b, paling sedikit memuat pernyataan tentang perlunya
diberikan Cuti, lamanya Cuti, dan keterangan lain yang
diperlukan;
e. hak atas Cuti sakit diberikan untuk waktu paling lama 1
(satu) tahun;
f. jangka waktu Cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam
huruf e, dapat ditambah untuk paling lama 6 (enam) bulan
apabila diperlukan, berdasarkan surat keterangan tim
penguji kesehatan yang ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan;
g. PNS yang tidak sembuh dari penyakitnya dalam jangka
waktu sebagaimana dimaksud dalam huruf f, harus diuji
kembali kesehatannya oleh tim penguji kesehatan yang
ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan;
h. apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam huruf g, PNS belum sembuh dari
penyakitnya, PNS yang bersangkutan diberhentikan dengan
hormat dari jabatannya karena sakit dengan mendapat uang
tunggu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
i. PNS yang mengalami gugur kandungan berhak atas Cuti
sakit untuk paling lama 1 1/2 (satu setengah) bulan;
j. untuk mendapatkan hak atas Cuti sakit sebagaimana
dimaksud dalam huruf i, PNS yang bersangkutan
mengajukan permintaan secara tertulis kepada Bupati atau
pejabat yang menerima delegasi wewenang dengan
melampirkan surat keterangan dokter atau bidan;
k. PNS yang mengalami kecelakaan dalam menjalankan tugas
kewajibannya sebagai PNS, sehingga yang bersangkutan
perlu mendapat perawatan berhak atas Cuti sakit sampai
yang bersangkutan sembuh dari penyakitnya;
l. Cuti sakit diberikan secara tertulis oleh Bupati atau pejabat
yang menerima delegasi wewenang kepada PNS yang
bersangkutan;
m. Cuti sakit dicatat oleh pejabat yang membidangi
kepegawaian; dan
h. selama menjalankan Cuti sakit, PNS yang bersangkutan
menerima penghasilan PNS sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

7
Bagian Keempat
Cuti Melahirkan

Pasal 7

Cuti melahirkan diberikan kepada PNS, dengan ketentuan


sebagai berikut:
a. untuk kelahiran anak pertama sampai dengan kelahiran
anak ketiga pada saat menjadi PNS, berhak atas Cuti
melahirkan;
b. untuk kelahiran anak keempat dan seterusnya, kepada PNS
diberikan Cuti besar;
c. Cuti besar untuk kelahiran anak keempat dan seterusnya
berlaku ketentuan sebagai berikut:
1. permintaan Cuti tersebut tidak dapat ditangguhkan;
2. mengesampingkan ketentuan telah bekerja paling singkat
5 tahun secara terus-menerus; dan
3. lamanya Cuti besar tersebut sama dengan lamanya Cuti
melahirkan.
d. lamanya Cuti melahirkan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, adalah 3 (tiga) bulan;
e. untuk dapat menggunakan hak atas Cuti melahirkan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, PNS yang
bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis
kepada Bupati atau pejabat yang menerima delegasi
wewenang;
f. hak Cuti melahirkan sebagaimana dimaksud dalam huruf e,
diberikan secara tertulis oleh Bupati atau pejabat yang
menerima delegasi wewenang; dan
i. selama menggunakan hak Cuti melahirkan, PNS yang
bersangkutan menerima penghasilan PNS sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kelima
Cuti Karena Alasan Penting

Pasal 8

Cuti karena alasan penting diberikan kepada PNS, dengan


ketentuan sebagai berikut:
a. diberikan kepada PNS untuk alasan ibu, bapak, isteri atau
suami, anak, adik, kakak, mertua, atau menantu sakit keras
atau meninggal dunia;
b. salah seorang anggota keluarga yang dimaksud dalam
huruf a, meninggal dunia, dan menurut peraturan
perundang-undangan, PNS yang bersangkutan harus
mengurus hak-hak dari anggota keluarganya yang meninggal
dunia;
c. melangsungkan perkawinan;
d. PNS laki-laki yang isterinya melahirkan normal/operasi
cesar dapat diberikan Cuti karena alasan penting dengan
melampirkan surat keterangan rawat inap dari unit
pelayanan kesehatan;

8
e. PNS laki-laki sebagaimana dimaksud dalam huruf d,
diberikan Cuti alasan penting paling lama 10 (sepuluh) hari
kalender bagi istrinya melahirkan normal dan diberikan
paling lama 15 (lima belas) hari kalender bagi istrinya
melahirkan operasi cesar;
f. dalam hal PNS mengalami musibah kebakaran rumah atau
bencana alam, dapat diberikan Cuti karena alasan penting
dengan melampirkan surat keterangan paling rendah dari
ketua rukun tetangga;
g. lamanya Cuti karena alasan penting ditentukan oleh Bupati
atau pejabat yang menerima delegasi wewenang paling lama
1 (satu) bulan;
h. PNS yang ditempatkan pada perwakilan Republik Indonesia
yang rawan dan/atau berbahaya dapat mengajukan Cuti
karena alasan penting guna memulihkan kondisi kejiwaan
PNS yang bersangkutan;
i. untuk menggunakan hak atas Cuti karena alasan penting,
PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan secara
tertulis dengan menyebutkan alasan kepada Bupati atau
pejabat yang menerima delegasi wewenang;
j. hak atas Cuti karena alasan penting sebagaimana dimaksud
dalam huruf i, diberikan secara tertulis oleh Bupati atau
pejabat yang menerima delegasi wewenang;
k. dalam hal keadaan yang mendesak, sehingga PNS yang
bersangkutan tidak dapat menunggu keputusan dari Bupati
atau pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk
memberikan hak atas Cuti karena alasan penting, pejabat
yang tertinggi di tempat PNS yang bersangkutan bekerja
dapat memberikan izin sementara secara tertulis untuk
menggunakan hak atas Cuti karena alasan penting;
l. pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud dalam
huruf k, harus segera diberitahukan kepada Bupati atau
pejabat yang menerima delegasi wewenang;
m. Bupati atau pejabat yang menerima delegasi wewenang
dapat memberikan hak atas Cuti karena alasan penting
setelah menerima pemberitahuan sebagaimana dimaksud
dalam huruf l; dan
j. selama menggunakan hak atas Cuti karena alasan penting,
PNS yang bersangkutan menerima penghasilan PNS sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Keenam
Cuti Bersama

Pasal 9

Cuti Bersama diberikan kepada PNS, dengan ketentuan sebagai


berikut:
a. Cuti bersama yang telah ditetapkan oleh Presiden;
b. Cuti bersama sebagaimana dimaksud dalam huruf a, tidak
mengurangi hak Cuti tahunan;

9
c. bagi PNS yang pada saat Cuti bersama, karena tugasnya
harus memberikan pelayanan kepada masyarakat, sehingga
tidak dapat melaksanakan Cuti bersama, dapat diberikan
tambahan Cuti tahunan sejumlah Cuti bersama tersebut;
d. PNS yang karena jabatannya tidak diberikan hak atas Cuti
bersama, hak Cuti tahunannya ditambah sesuai dengan
jumlah Cuti bersama yang tidak diberikan; dan
e. Cuti bersama sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dapat
dilaksanakan setelah dikeluarkan surat edaran dari Bupati
sebagai tindak lanjut ditetapkannya Keputusan Presiden.

Bagian Ketujuh
Cuti di Luar Tanggungan Negara

Pasal 10

Cuti di luar tanggungan negara diberikan kepada PNS, dengan


ketentuan sebagai berikut:
a. PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun secara
terus-menerus karena alasan pribadi dan mendesak dapat
diberikan Cuti di luar tanggungan Negara;
b. Cuti di luar tanggungan negara dapat diberikan untuk paling
lama 3 (tiga) tahun;
c. jangka waktu Cuti di luar tanggungan negara, dapat
diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun apabila ada alasan-
alasan yang penting untuk perpanjangannya;
d. Cuti di luar tanggungan negara sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, yang mengakibatkan PNS yang bersangkutan
diberhentikan dari jabatannya sehingga mengakibatkan
terjadi kekosongan jabatan, harus diisi oleh PNS yang
ditetapkan oleh Bupati;
e. untuk mendapatkan Cuti di luar tanggungan negara, PNS
yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis
kepada Bupati disertai dengan alasan;
f. Cuti di luar tanggungan negara hanya dapat diberikan
dengan surat keputusan Bupati, setelah mendapat
persetujuan dari kepala Badan Kepegawaian Negara;
g. Bupati sebagaimana dimaksud dalam huruf f, tidak dapat
mendelegasikan kewenangan pemberian Cuti di luar
tanggungan negara;
h. permohonan Cuti di luar tanggungan negara sebagaimana
dimaksud dalam huruf f, dapat ditolak apabila tidak
memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
Cuti;
i. selama menjalankan Cuti di luar tanggungan negara, PNS
yang bersangkutan tidak menerima penghasilan PNS; dan
j. selama menjalankan Cuti di luar tanggungan Negara, tidak
diperhitungkan sebagai masa kerja PNS.

10
BAB IV
KETENTUAN LAIN

Pasal 11

(1) PNS yang sedang menggunakan hak atas Cuti sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf e,
dan huruf f, dapat dipanggil kembali bekerja oleh pejabat yang
berwenang apabila kepentingan dinas mendesak.

(2) Dalam hal PNS dipanggil kembali bekerja sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), jangka waktu Cuti yang belum
dijalankan tetap menjadi hak PNS yang bersangkutan.

(3) Hak atas Cuti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)
huruf a sampai dengan huruf e yang akan dijalankan di luar
negeri, hanya dapat diberikan oleh Bupati.

(4) Dalam hal terdapat kepentingan mendesak, sehingga PNS


yang bersangkutan tidak dapat menunggu keputusan dari
Bupati atau pejabat berwenang yang menerima delegasi,
pejabat yang tertinggi di tempat PNS yang bersangkutan
bekerja dapat memberikan izin sementara secara tertulis
untuk menggunakan hak atas Cuti.

(5) Pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud pada


ayat (4), harus segera diberitahukan kepada Bupati atau
pejabat berwenang yang menerima delegasi.

(6) Bupati atau pejabat berwenang yang menerima delegasi


setelah menerima pemberitahuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), dapat memberikan hak atas Cuti kepada PNS
yang bersangkutan.

11
BAB V
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 12

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya
dalam Berita Daerah Kabupaten Bangka Tengah.

Ditetapkan di Koba
pada tanggal 31 Desember 2018

BUPATI BANGKA TENGAH,

Cap/Dto

IBNU SHALEH

Diundangkan di Koba
pada tanggal 31 Desember 2018

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN BANGKA TENGAH,

Cap/Dto

SUGIANTO

BERITA DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH TAHUN 2018 NOMOR 783

12
LAMPIRAN
PERATURAN BUPATI BANGKA TENGAH
NOMOR 90 TAHUN 2018
TENTANG
TATA CARA PEMBERIAN CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL
DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN
BANGKA TENGAH.

PENDELEGASIAN WEWENANG PEMBERIAN CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL


DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PNS Yang
No. Pejabat Jenis Cuti
Diberikan Cuti
1 2 3 4
1. Bupati 1. Cuti Diluar Esselon II, Esselon III
Tanggungan Negara. dan Esselon IV serta
2. Cuti yang Jabatan Fungsional
dipergunakan ke luar Umum/Tertentu.
negeri.
3. Cuti Bersama.

2. Sekretaris Daerah 1. Cuti Tahunan. Esselon II


2. Cuti Besar.
3. Cuti Sakit.
4. Cuti Melahirkan.
5. Cuti Karena Alasan
Penting.

3. Kepala Perangkat Daerah 1. Cuti Tahunan. Esselon III dan


yang membidangi urusan 2. Cuti Besar. Esselon IV
kepegawaian dan 3. Cuti Sakit.
pengembangan sumber daya 4. Cuti Melahirkan.
manusia daerah 5. Cuti Karena Alasan
Penting.

4. Kepala Perangkat Daerah 1. Cuti Tahunan. Jabatan Fungsional


(Sekretaris Daerah, 2. Cuti Besar. Umum/Tertentu di
Inspektur, Kepala Badan, 3. Cuti Sakit. Perangkat Daerah
Kepala Dinas, Sekretaris 4. Cuti Melahirkan. yang Bersangkutan
Dewan, Sekretaris Panitia 5. Cuti Karena Alasan
Pengawas Pemilihan Umum, Penting.
Sekretaris Komisi Pemilihan
Umum dan Camat)

BUPATI BANGKA TENGAH,

Cap/Dto

IBNU SALEH

13

Anda mungkin juga menyukai