Anda di halaman 1dari 19

Skenario II

Seorang perempuan berusia 35 tahun , hamil 9 bulan diantar suaminya ke IGD PKM Pagesangan dengan
keluhan utama nyeri kepala, pandangan kabur dan nyeri ulu hati
1. Apakah kemungkinan diagnosis dari keluhan utama tersebut?
2. Data apakah yang Anda perlukan untuk menggali riwayat penyakit dan mengarahkan pada
diagnosis?

Data anamnesis yang harus digali oleh mahasiswa:


PERTANYAAN DATA
Durasi dan Onset :sejak kapan keluhan utama Keluhan muncul tiba-tiba sejak 3 jam
timbul yang lalu, terasa semakin memberat dan
disertai pandangan kabur. Nyeri kepala
bersifat menyeluruh seperti ditekan-
tekan. Belum mendapatkan pengobatan
untuk keluhannya ini
Keluhan penyerta Kedua kaki bengkak sejak dua bulan yang
lalu
Riwayat penyakit dahulu Hipertensi (-), DM(-), maag(-), tidak
pernah mengeluhkan keluhan seperti ini
sebelumnya
Riwayat penyakit keluarga Tidak ada data
Data kehamilan saat ini
1. Usia Kehamilan 1. Antara 36 sd 37 minggu
2. Riwayat persalinan 2. 1. SptB/bidan/ 3100/10thn
2. SptB/bidan/3000/8 thn
3. Hamil ini
3. Riwayat ANC 3. Pasien rutin kontrol di polindes
sebanyak 8x. Terakhir kontrol
2 minggu yang lalu, didapatkan
TD: 140/90 mm/Hg
4. Riwayat KB 4. Sebelumnya menggunakan suntik 3
bulan, berhenti injeksi sejak satu tahun
lalu

Data Pemeriksaan Fisik yang harus digali oleh mahasiswa:


PERTAYAAN DATA
Keadaan umum Pasien tampak lemah, sambil sesekali
memegangi kepalanya dengan kedua
tangannya.
Interpretasi: nyeri kepala, pandangan
kabur dan nyeri ulu hati merupakan
keluhan subyektif yang menunjukkan
adanya impending eklampsia
Kesadaran Sadar, GCS 456
Interpretasi: kesadaran pasien masih
baik
1. Tekanan darah 1. 160/110 mm/Hg
2. Nadi 2. 92 x/mnt
3. Laju pernafasan 3. 20 x/mnt
4. Tempratur 4. 36,7 C
Interpretasi: Tensi lebih dari 140/90
merupakan kriteria dari preeklampsia
Pemeriksaan fisik kepala /leher Dalam batas normal
Pemeriksaan fisik thorak Dalam batas normal
Pemeriksaan fisik abdomen Uterus membesar gravid, lain-lain dalam
batas normal
Interpretasi: Hamil aterm (9bulan)
Pemeriksaan Obstetri
1. Leopold 1 1. Bulat lunak tidak teraba lentingan
Interpretasi: bagian janin yang
2. Leopold 2 berada di fundus adalah bokong
2. Teraba bagian rata dikanan perut
ibu
Interpretasi: punggung janin
3. Leopold 3 berada dikanan perut ibu
3. Bulat keras, teraba lentingan
Interpretasi: begian terendah
4. Leopold 4 janin adalah kepala
4. Ujung jari tangan kiri dan tangan
kanan bertemu
Interpretasi : bagian terendah
janin belum masuk Pintu atas
5. Tinggi Fundus Uteri (TFU) panggul
5. TFU : 28 cm
6. Denyut Jantung Janin (DJJ) Interpretasi : janin aterm
6. DJJ : 12-11-12
7 Kontraksi uterus (his) Interpretasi : normal
7 Belum didapatkan kontraksi uterus
Interpretasi: belum inpartu
Pemeriksaan dalam (VT) Tidak dilakukan  tidak ada indikasi
Ekstremitas Tampak Edema pada kedua tungkai

Data Pemeriksaan penunjang:


PERTAYAAN DATA
Hb Sahli 1. Hb : 12,3
Urine rebus Protein urine +3
Interpretasi: adanya proteinurine
menunjukkan ada kebocoran protein di
urin  adanya komplikasi dari
preeklampsia

Learning Objective
 Mahasiswa mengetahui kemungkinan diagnosis dari keluhan utama tersebut
 Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan epidemiologi dan klasifikasi hipertensi dalam
kehamilan
 Mahasiswa mampu menyebutkan beberapa patofisiologi dari hipertensi dalam kehamilan
 Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor resiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan
 Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis hipertensi dalam kehamilan pada maternal
dan fetal.
 Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan hipertensi pada kehamilan dipusat layanan
primer serta proses perujukannya. (meliputi sikap terhadap penyakitnya dan sikap terhadap
kehamilannya)
 Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dan prognosis dari hipertensi dalam kehamilan.

Panduan untuk tutor:


Step 1.
- Mahasiswa membuat differential diagnosis dari keluhan utama dan membuat daftar pertanyaan
Step 2 dan Step 3
(Kedua step berjalan secara simultan, yaitu mahasiswa membuat pertanyaan-pertanyaan kemudian
melakukan brainstorming untuk interpretasi dan langkah selanjutnya)
- Setelah mahasiswa mengajukan beberapa pertanyaan dan mengemukakan alasan dari pertanyaan
maka tutor memberikan jawaban. Berikan data anamnesis sesuai dengan kelompok tutorial
mahasiswa (data yang diterima oleh masing-masing kelompok berbeda untuk menambah
kemampuan berpikir klinik dan akan terbahas ketika pleno).
- Jika pertanyaan belum mencukupi untuk mengerucutkan DD, tutor harus memberikan trigger
kepada mahasiswa untuk dapat menggali kembali data anamnesis yang diperlukan.
- Setelah data anamnesis mencukupi, mintalah mahasiswa untuk mengidentifikasi kemungkinan-
kemungkinan penyebab timbulnya gejala, tanda, maupun faktor risiko dan kemudian
mengerucutkan DD menjadi lebih sempit
- Selanjutnya mahasiswa diminta untuk membuat rencana pemeriksaan fisik yang diperlukan.
- Setelah mahasiswa mendapatkan seluruh data pemeriksaan fisik, minta mahasiswa untuk
menginterpretasi hasil pemeriksaan dan mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan penyebab
timbulnya tanda yang ditemukan.

Step 4
- Seperti step 4 tutorial seven jump, mintalah mahasiswa untuk membuat mind map yang
menggambarkan alur pikir mereka dalam membuat DD.
- Minta mahasiswa untuk menentukan DD
Step 5
Menentukan LO:
- Data apa yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis? (pemeriksaan penunjang yang
diperlukan)
- LO terkait skenario, yaitu tentang hipertensi dalam kehamilan
Step 6
Mencari jawaban LO
Step 7
- Menjawab LO general tentang hipertensi dalam kehamilan , tutor memberikan jawaban data
pemeriksaan penunjang yang diminta oleh mahasiswa dan meminta mahasiswa untuk
menginterpretasikan
- Menyimpulkan
KETERANGAN SKENARIO:
DIAGNOSIS :
G3P2A0H2 36/37 minggu kehamilan tunggal + Presentasi kepala + Preeklampsia berat dengan
impending eklampsia

EPIDEMIOLOGI :
Hipertensi terjadi pada 5-10 % kehamilan.Preeklampsia merupakan hipertensi dalam kehamilan
yang mempengaruhi 2- 10% kehamilan diseluruh dunia.Lebih dari 4 juta wanita hamil tiap tahunnya
terjadi preeklampsia.Diperkirakan 50.000 sampai 70.000 wanita dan 500.000 bayi mati oleh karena
preeklampsia setiap tahunnya.Bahkan preeklampsia merupakan penyebab utama mortalitas dan
morbiditas pada janin dan penyebab 15-20% kematian ibu diseluruh dunia.Data di Indonesia
menyebutkan bahwa kematian ibu tetap didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu
perdarahan, preeklampsia-eklampsia dan infeksi.Proporsi ketiga penyebab kematian ibu telah berubah,
dimana perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan preeklampsia-eklampsia
proporsinya semakin meningkat. Lebih dari 30% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010 disebabkan
oleh preeklampsia-eklampsia

KLASIFIKASI HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN


Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan “Report of the National High Blood Pressure
Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy” tahun 2000, ialah :
1. Hipertensi kronik
2. Preeklampsia – eklampsia
3. Hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia
4. Hipertensi gestational
1. Hipertensi kronik
 Mempunyai desakan darah ≥ 140/90 mmHg mmHg sebelum kehamilan, atau ditemukan
desakan darah ≥ 140/90 sebelum umur kehamilan 20 minggu
 Ditemukan desakan darah ≥ 140/90 pertama kali dalam kehamilan dan hipertensi
menetap setelah 12 minggu pasca persalinan
2. Preeklampsia
a. Kriteria minimal
 Desakan darah ≥ 140/90 mmHg ditemukan setelah umur kehamilan 20 minggu
 Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1+ dipstik
b. Kepastian diagnosis preklampsia
 Desakan darah ≥ 160/110
 Proteinuria ≥ 2 gr/24 jam atau 2+ dipstick
 Serum kreatinin ≥ 1,2 mg/dl. Kecuali sebelumnya diketahui terjadinya peningkatan
 Trombosit < 100.000/mm3
 Hemolisis mikroangiopatik (peningkatan LDL)
 Peningkatan ALT dan AST
 Nyeri kepala yang persisten atau gangguan serebral yang lain, atau gangguan visus
 Nyeri epigastrium yang menetap
3. Eklampsia
Timbulnya kejang pada preeklamsi, dimana timbulnya kejang tidak dapat dibuktikan oleh sebab lain
4. Superimposed preeklampsia (terjadi pada hipertensi kronik)
 Timbulnya proteinuria ≥ 300 mg/24 jam pada kehamilan > 20 minggu dan pada wanita
yang didapatkan riwayat hipertensi sebelumnya
 Terjadi peningkatan tiba-tiba dari desakan darah, atau penambahan proteinuria,
trombositopenia < 100.000/mm3 pada wanita hipertensi disertai adanya proteinuria
pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu
5. Hipertensi Gestasional
 Desakan darah ≥ 140/90 mmHg ditemukan pertama kali dalam kehamilan
 Tidak disertai proteinuria sampai saat berakhirnya persalinan
 Desakan darah kembali normal setelah 12 minggu persalinan
 Diagnosis akhir dari hipertensi gestasional ditegakkan setelah postpartum
 Dapat disertai gejala lain dari preeklampsia, misalnya nyeri epigastrium,
trombositopenia

PATOFISIOLOGI PREEKLAMPSIA
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas.Banyak teori
telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, namun tidak ada satupun teori
tersebut yang dianggap mutlak benar.
Beberapa patofisiologi dari preeklampsia
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel
3. Teori adaptasi kardiovaskuler
4. Teori defisiensi genetik
5. Teori defisiensi gizi
6. Teori Intorelansi imunologik antara ibu dan janin
7. Teori Inflamasi
Garis besar patofisiologi preeklampsia

FAKTOR RESIKO TERJADINYA PREEKLAMPSIA


Wanita nulipara dan muda lebih rentan terhadap terjadinya preeklampsia. Sedangkan wanita
yang lebih tua lebih berisiko untuk terjadinya hipertensi kronis superimposedpreeklampsia. Insiden
preeklampsia pada populasi nulipara berkisar 3%-10%, sedangkan pada multipara insidennya bervariasi
tetapi mempunyai angka yang lebih rendah daripada nulipara.Insiden preeklampsia dipengaruhi oleh ras
dan etnik. Dari 2400 wanita nulipara yang terdaftar pada penelitian MFMU (Maternal Fetal Medicine
Unit) preeklampsia terjadi pada wanita kulit putih 5%, 9% pada Hispanik dan 11 % pada wanita Afro-
Amerika.
Beberapa faktor risiko telah diidentifikasi dapat meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia.
MANIFESTASI KLINIS
1 .Volume plasma
Pada kehamilan nomal, volume plasma meningkat secara bermakna, (disebut hipervolemia) dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin.Peningkatan tertinggi volume plasma pada
hamil normal terjadi pada umur kehamilan 2-3 minggu. Pada preeklampsia terjadi penurunan volume
plasma antara 30 % – 40 % dibanding hamil normal., disebut hipovolemia. Hipovolemia diimbangi
dengan vasokonstriksi, sehingga terjadi hipertensi. Volume plasma yang menurun memberi dampak
yang luas pada organ-organ penting.
2. Hipertensi
Timbulnya hipertensi adalah akibat vasospasme menyeluruh dengan ukuran desakan darah ≥ 140/90
mmHg selang 6 jam
3. Fungsi Ginjal
a. Terjadi perubahan fungsi ginjal yang disebabkan oleh :
1) Menurunnya aliran darah ke ginjal, akibat hipovolemia, sehingga terjadi oliguria, bahkan anuria.
2) Kerusakan sel glomerulus, mengakibatkan meningkatnya permeabilitas membran basalis,
sehingga terjadi kebocoran dan mengakibatkan proteinuria.
Proteinuria merupakan syarat untuk diagnosis preeklampsia, namun proteinuria umumnya
timbul jauh pada akhir kehamilan, sehingga sering dijumpai preeklampsia tanpa proteinuria.
3) Terjadi “Glomerular Capillary Endotheliosis” akibat sel endothel glomerular membengkak
disertai deposit fibril.
4) Gagal ginjal akut terjadi akibat nekrosis tubulus ginjal. Bila sebagian besar kedua korteks ginjal
mengalami nekrosis maka terjadi “nekrosiskortekginjal” yang bersifat irreversibel.
5) Dapat terjadi kerusakan intrinsik jaringan ginjal akibat vasospasme pembuluh darah. Dapat
diatasi dengan pemberian DOPAMIN agar terjadi vasodilatasi pembuluh darah ginjal.
b. Asam urat serum (uric acid serum)
Umumnya meningkat : ≥ 5 mg/cc.Hal ini disebabkan karena hipovolemia, menimbulkan
menurunnya aliran darah ginjal, dan mengakibatkan menurunnya filtrasi glomerulus, sehingga
menurunnya sekresi asam urat.
c. Kreatinin
Terjadi peningkatan kadar kreatinin plasma pada preeklampsia. Hal ini disebabkan karena
hipovolemiasehingga aliran darah ginjal menurun, mengakibatkan menurunnya filtrasi
glomerulus, sehingga menurunnya sekresi kreatinin, disertai peningkatan kreatinin plasma. Dapat
mencapai kadar kreatinin plasma ≥ 1 mg/cc, dan biasanya terjadi pada preeklampsia berat dengan
penyulit pada ginjal.
d. Oliguria dan anuria
Oliguria dan anuria terjadi karena hipovolemia, sehingga aliran darah ke ginjal menurun yang
mengakibatkan produksi urine menurun (oliguria) bahkan dapat terjadi anuria.Berat ringannya
oliguria menggambarkan berat ringannya hipovolemia, sehingga dapat menggambarkan pula
berat ringannya preeklampsia.Pemberian cairan intravena hanya karena oliguria tidak dibenarkan.

4. Edema
Edema dapat terjadi pada kehamilan normal.
40 % edema dijumpai pada hamil normal
60 % edema dijumpai pada kehamilan dengan hipertensi
80 % edema dijumpai pada kehamilan dengan hipertensi dan proteinuria
Edema terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusakan sel endothel kapiler.Edema yang
patologis adalah edema yang nondependen pada muka dan tangan, atau edema generalisata,
dan biasanya disertai dengan kenaikan berat badan yang cepat.
5. Hematologis
Perubahan hematologis disebabkan oleh :
- Hipovelomia akibat vasospasme dan hipoalbuminemia
- Hemolisis mikroangiopatik akibat spasme arteriole dan kerusakan endothel
arteriole.
Perubahan tersebut dapat berupa :
a. Peningkatan hematokrit akibat hipovolemia
b. Peningkatan viskositas darah
c. Thrombositopenia : gejala dari hemolisis mikroangiopatik
Disebut thrombositopenia bila trombosit < 100.000 / cc
Hemolisis dapat menimbulkan destruksi eritrosit
6. Hepar
Perubahan pada hepar akibat vasospasme dan iskemia :
a. Terjadi “nekrosisakibat perdarahan periportal” pada lupus perifer
Keadaan ini menimbulkan peningkatan enzym hepar
b. Perdarahan ini dapat melebar dan meluas dibawah kapsula hepar disebut :“subscapular
hematoma” yang dapat menimbulkan rupture hepar, sehingga perlu pembedahan. Hematoma
subscapular inilah yang menimbulkan rasa nyeri epigastrium.
7. Neurologik
a. Nyeri kepala disebabkan hiperperfusi otak, sehingga menimbulkan vasogenik edema
b. Gangguan visus
Akibat spasme arteri retina dan edema retina terjadi :
- pandangan kabur
- skotomata
- Amaurosis : yaitu kebutaan tanpa jelas adanya kelainan +
- Ablatio retina : retinal detachment
c. Hiperrefleksi :
Hiperrefleksi sering dijumpai pada preeklampsia berat, namun bukan faktor prediksi terjadinya
eklampsia.
d. Kejang eklampsia
Penyebab kejang eklampsia belum diketahui dengan jelas. Faktor-faktor yang menimbulkan kejang
adalah edema cerebri, vasospasme cerebri , iskemia
e. Perdarahan intracranial
Perdarahan intracranial meskipun jarang, namun dapat terjadi pada preeklampsia berat dan
eklampsia
8. Kardiovaskuler
Perubahan kardiovaskuler disebabkan :
a. Peningkatan “cardiac afterload” akibat hipertensi.
b. Penurunan “cardiac preload”akibat hipovolemia.
9. Paru – paru
Penderita preeklampsia berat mempunyai risiko besar terjadinya edema paru.
Penyebab edema paru ialah :
a. Payah jantung kiri
b. Kerusakan sel endothel pada pembuluh darah kapiler paru
c. Menurunnya diuresis
10. Janin
Preeklampsia dan eklampsia memberi pengaruh buruk pada janin, yang disebabkan :
a. menurunnya perfusi uteroplasenta (karena hipovolemia, vasospasme dan kerusakan sel endothel
pembuluh darah plasenta).
b. iatrogenik prematuritas
Dampak preeklampsia dan eklampsia pada janin adalah
a. Intrauterine growth restriction (IUGR) dan oligohydramnios
b. Kenaikan morbiditas dan mortalitas janin, secara tidak langsung akibat :
- Pertumbuhan janin terhambat
- Oligohidramnion
- Prematuritas
- Solusio plasenta

TATALAKSANA PREEKLAMPSIA
Pada setiap kehamilan disertai penyulit suatu penyakit, maka selalu dipertanyakan, bagaimana :
1) sikap terhadap penyakitnya, berarti pemberian obat-obatan, atau terapi medisinal
2) sikap terhadap kehamilannya; berarti mau diapakan kehamilan ini
a) apakah kehamilan akan diteruskan sampai aterm ?
Disebut perawatan kehamilan “konservatif” atau “ekspektativ “
b) apakah kehamilan akan diakhiri (diterminasi) ?
Disebut perawatan kehamilan “aktif” atau “aggressive “
Tujuan utama perawatan preeklampsiaialah :
a. Mencegah kejang
b. Mencegah pendarahan intra cranial
c. Mencegah gangguan fungsi organ vital
d. Melahirkan bayi sehat
Sikap terhadap penyakitnya:
1. Segera masuk rumah sakit untuk rawat inap.
2. Tirah baring miring ke satu sisi (kiri)
3. Pengelolaan cairan
a. Pengelolaan cairan pada penderita preeclampsia dan eclampsia sangat penting, karena
penderita preeclampsia dan eclampsia mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan
oliguria.
b. Monitoring : input cairan (melalui oral maupun infuse ) dan output cairan (melalui urine)
menjadi sangat penting. Artinya harus dilakukan pengukuran secara tepat berapa jumlah cairan yang
keluar melalui urine.
c. Pemberian cairan :
Cairan intravena :
1) Cairan yang diberikan adalah 5 % Ringer-dectrose atau cairan garam faali
jumlah tetesan : < 125 cc/jam
2) Atau Infuse Dextrose 5%. Yang tiap 1 liternya diselingi dengan infuse Ringer lactate (60-125
cc/jam) 500 cc.
3) Dipasang Foley Catheter : untuk mengukur output urine
d. Oliguriaterjadi bila produksi urine < 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau < 500 cc/24 jam.
4. Pemberian obat anti kejang :
Magnesium Sulfat (MgSO4)
Magnesium sulfat menghambat atau menurunkan kadar acetylcholine pada rangsangan serat syaraf
dengan menghambat transmisi neuromuskuler. Tranmisi neorumuskuler membutuhkan kalsium pada
sinaps. Pada pemberian magensium sulfat, maka magnesium akan menggeser kalsium, sehingga aliran
rangsangan tidak terjadi (Terjadi kompetitif inhibitor antara kalsium dan magnesium). Kadar kalsium
yang tinggi dalam darah dapat menghambat kerja magnesium sulfat. Magnesium sulfat sampai saat ini
tetap menjadi pilihan pertama untuk anti kejang pada preeklampsia atau eklampsia.
Cara pemberian :
A. ALTERNATIF 1 (Pemberian kombinasi IV dan IM)
untuk layananprimer, sekunder dan tersier
Loading dose
- Injeksi 4g iv (MgSO4 20%) selama 5 – 10 menit
- Injeksi 10g im (MgSO4 40%)pelan (5 menit), masing – masing pada bokong kanan
dan kiri berikan 5g. Dapat ditambahkan 1mL (Lidokain 2%) untuk mengurangi
ketidaknyamanan
Maintenance Dose
- Injeksi 5g IM (MgSO4 40%)pelan (5 menit), pada bokong bergantian setiap 4 jam
hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang terakhir
B. ALTERNATIF 2 (Pemberian IV)
hanya untuk layanan sekunder dan tersier
- Injeksi 4g IV (MgSO4 dilakukan dilusi pada 100cc cairan) berikan selama 15 – 20
menit
- Lanjutkan dengan pemberian MgSO4 1g/jam dengan syringe / infusion pump
C. Jika didapatkan kejang ulangan setelah pemberian MgSO4
Tambahan 2g IV (MgSO4 20%) selama 10 menit, dapat diulang 2 kali.
Jika masih kejang kembali beri diazepam
Catatan :
- Pemberian secara infusion drip (tanpa menggunakan pump) tidak disarankan
- Syarat pemberian MgSO4 wajib dipenuhi (RR 16 – 24x/menit, refleks patela (+),
produksi urin 100cc/4jam sebelum pemberian (evaluasi tiap pemberian SM
maintenance (IM)pada ALTERNATIF 1, dan tiap 4 jam pada ALTERNATIF 2)
- Sediakan Calcium Glukonas sebagai antidotum
5. Anti hipertensi diberikan bila :
a. Desakan sistolik ≥ 180 mmHg
b. Desakan diastolik≥ 110 mmHg
Obat antihipertensi yang dapat diberikan
Obat Dosis Keterangan
200-2.400 mg/hari P.o
Labetalol terapi lini pertama
terbagi dalam 3 dosis
Tidak diberikan secara
Nifedipine 30-120 mg/hari P.o
sublingual
0,5-3 g/hari P.o terbagi tidak efektif untuk mengontrol
Methyldopa
dalam 2 sampai 3 dosis severe hipertensi
Thiazide diuretics   terapi lini kedua
Angiotensin-converting Berkaitan dengan fetal
enzyme inhibitors/ anomalies, merupakan
angiotensin receptor kontraindikasi pada kehamilan
blockers   dan masa prekonsepsi
Alur tatalaksana preeklampsia

Gambaran umum penanganan preeklampsia


Komplikasi dari Preeklampsia

1. Sindroma HELLP
Singkatan HELLP pertama kali diperkenalkan oleh Weinstein,tahun 1982, yang menjelaskan,bahwa
Sindroma HELLP,ialah preeklampsia-eklampsia yang mengalami :
H : hemolisis,
EL : elevated liver enzyme : tanda adanya disfungsi hepar
LP : low patelet count : thrombositopenia
Insidensi Sindroma HELLP : 2-12 % dari kasus preeklampsia-eklampsia.

Diagnosis sindroma HELLP,ditegakkan berdasar pemeriksaan laboratorium, yaitu


:
a. hemolisis
1) Adanya “anemia hemolitik mikroangiopatik”, yang menimbulkan kerusakan sel
erythrocyte.Dapat dilihat pada hapusan darah tepi, yang menggambarkan kerusakan erythrocyte.
2) Bilirubin total ≥ 1,2 mg/dL
3) Lactate dehydrogenase > 600 IU/L
b. Adanya disfungsi hepar : ditentukan dengan adanya peningkatan
AST : aspartate transaminase : ≥ 70 IU/L
ALT : alalanine trasaminase ≥ 70 IU/L
LDH : lactic dehydrogenase > 600IU/L
c.thrombositopenia:
Thrombositopenia : merupakan tanda paling awal dari gangguan koagulasi pada sindroma
HELLP. Thrombosit < 100.000/cc

Klasifikasi sindroma HELLP menurut klasifikasi Missippi:


Berdasar kadar thrombosit darah,maka sindroma HELLP diklasifikasi,menjadi :
Klas 1 : thrombositopenia : ≤ 50.000/cc
LDH ≥600 IU/L
AST dan/atau ALT ≥ 40 IU/L
Klas 2 : >50.000 ≤ 100.000/cc
LDH ≥600 IU/L
AST dan/atau ALT ≥ 40 IU/L
Klas 3 : > 100.000 ≤ 150.000/cc
LDH ≥600 IU/L
AST dan/atau ALT ≥ 40 IU/L
Pengobatan
a. Diagnosis dini adalah sangat penting, mengingat banyaknya penyakit yang mirip dengan
Sindroma Hellp.
b. Pengobatan sindroma HELLP juga harus memperhatikan cara2 perawatan dan pengobatan pada
preeklampsia dan eklampsia
c. Pemberian cairan intravena harus sangat hati2 karena sudah terjadi vasospasme dan kerusakan
sel endothel. Cairan yang diberikan adalah RD 5 %, bergantian RL 5 % dengan kecepatan 100 cc/jam
dengan produksi urine dipertahankan sekurang2nya 20 cc/jam.
d. Bila hendak dilakukan Sectio Caesarea dan bila trombosit < 50.000 /cc, maka perlu diberi
tranfusi trombosit. Bila trombosit < 40.000 /cc, dan akan dilakukan sectio caesarea maka perlu diberi
tranfusi darah segar.
e. Dapat pula diberikan “plasma exchange” dengan “fresh frozen plasma” dengan tujuan
menghilangkan sisa2 hemolisis mikroangiopathi
f. Pemberian “double strength dexamethasone” diberikan 10 mg.iv. tiap 12 jam segera setelah
diagnose sindroma Hellp ditegakkan
Kegunaan pemberian double strength dexamethasone ialah :
1. Untuk kehamilan preterm, meningkatkan pematangan paru janin
2. Untuk sindroma HELLP sendiri dapat mempercepat perbaikan gejala klinis dan
laboratoris
g. Perbaikan gejala klinik setelah pemberian dexamethasone dapat diketahui dengan :
1. meningkatnya produksi urine
2. meningkatnya thrombosit
3. menurunnya desakan darah
4. menurunnya kadar LDH, dan AST
h. Bila terjadi ruptur hepar sebaiknya segera dilakukan pembedahan lobektomi
2. Edema paru
3. CVA
4. PJT (pertumbuhan janin terhambat)
5. IUFD
6. DIC
7. Solusio plasenta
8. Eklampsia

DAFTAR PUSTAKA
American College of Obstetricians and Gynecologists, 2013, Task Force Hipertension in
Pregnancy
Angsar MD, 2005, Kuliah Dasar “Hipertensi Dalam Kehamilan”. Ed IV
Cuningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL,2014, Williams Obstetric
24th ed. McGraw Hill Education
Steegers EA, von Dadelszen P, Duvekot JJ, Pijnenborg R, 2010, Preeclampsia. Lancer 376,
631-44

Anda mungkin juga menyukai