Disusun Oleh:
NIM 131913143055
2019
TINJAUAN PUSTAKA
EFUSI PLEURA
Akumulasi cairan di
rongga pleura
Ganggguan ventilasi
Produksi asam
Asidosis Respirtorik lambung meningkat Metabolisme
anaerob,
penumpukan laktat
Kelemahan fisik
3. Pemeriksaan diagnostik
1) Foto Toraks
Efusi pleura biasanya terdeteksi pada foto toraks postero anterior
posisi tegak jika jumlah cairan sampai 200 – 250 ml. Foto toraks
lateral dapat mendeteksi efusi pleura sebesar 50 – 75 ml. Tanda awal
efusi pleura yaitu pada foto toraks postero anterior posisi tegak maka
akan dijumpai gambaran sudut kostofrenikus yang tumpul baik dilihat
dari depan maupun dari samping. Dengan jumlah yang besar, cairan
yang mengalir bebas akan menampakkan gambaran meniscus sign
dari foto toraks postero anterior. Ketinggian efusi pleura sesuai
dengan tingkat batas tertinggi meniskus. Adanya pneumotoraks atau
abses dapat mengubah tampilan meniskus menjadi garis yang lurus
atau gambaran air fluid level. (Roberts JR et al, 2014).
2) USG Toraks
Ada beberapa keuntungan dari penggunaan USG toraks untuk
menilai suatu efusi pleura. USG toraks merupakan prosedur yang
mudah dilakukan dan merupakan tindakan yang tidak invasif dan dapat
dilakukan di tempat tidur pasien. USG toraks lebih unggul daripada foto
toraks dalam mendiagnosis efusi pleura dan dapat mendeteksi efusi
pleura sekecil 5ml. meskipun beberapa hal yang detail hanya bisa
terlihat pada CT scan, USG dapat mengidentifikasi efusi yang
terlokalisir, membedakan cairan dari penebalan pleura, dan dapat
membedakan lesi paru antara yang padat dan cair. USG juga dapat
digunakan untuk membedakan penyebab efusi pleura apakah berasal
dari paru atau dari abdomen. Selain itu USG dapat dilakukan di tempat
tidur pasien yang sangat berguna untuk identifikasi cepat lokasi
diafragma dan tingkat interkostal untuk menentukan batas atas efusi
pleura. (Roberts JR et al, 2014).
3) CT Scan Toraks
CT scan toraks lebih sensitif dibandingkan dengan foto toraks,
biasanya untuk mendeteksi efusi pleura yang sangat minimal dan
mudah menilai luas, jumlah, dan lokasi dari efusi pleura yang
terlokalisir. Lesi lokulasi bisa tampak samar – samar pada foto toraks
biasa. Pada gambaran CT scan toraks, cairan yang mengalir bebas
akan membentuk seperti bulan sabit dapa daerah paling bawah,
sedangkan penumpukan cairan yang terlokalisir akan tetap berbentuk
lenticular dan relatif tetap berada dalam ruang tersebut. Selain itu, CT
scan toraks dapat digunakan untuk menilai penebalan pleura,
ketidakteraturan, dan massa yang mengarah keganasan dan penyakit –
penyakit lain yang menyebabkan efusi pleura eksudatif. (Roberts JR et
al, 2014)
4) Torakosintesis untuk diagnostik
Torakosintesis yang dilanjutkan dengan analisis cairan pleura dapat
dengan cepat mempersempit diagnosis banding efusi pleura. Sebagian
besar cairan pleura berwarna kekuningan. Temuan ini tidak spesifik
karena cairan berwarna kekuningan terdapat pada berbagai kasus efusi
pleura. Namun tampilan warna lain efusi pleura dapat membantu
untuk mendiagnosis penyebab efusi pleura. Cairan yang mengandung
darah dapat ditemukan pada kasus pneumonia, keganasan, dan
hemotoraks.
5) Biopsi Pleura
Pada kasus efusi pleura yang belum tegak diagnosisnya di mana dicurigai
disebabkan oleh keganasan dan nodul pada pleura tampak pada CT scan
dengan kontras, maka biopsi jarum dengan tuntunan CT scan merupakan
metode yang tepat. Biopsi jarum Abram hanya bermakna jika dilakukan di
daerah dengan tingkat kejadian tuberkulosis yang tinggi, walaupun
torakoskopi dan biopsi jarum dengan tuntunan CT scan dapat dilakukan
untuk hasil diagnostik yang lebih akurat. (Havelock T et al, 2010).
6) Torakoskopi Torakoskopi merupakan pemeriksaan yang dipilih untuk
kasus efusi pleura eksudat di mana diagnostik dengan aspirasi cairan
pleura tidak meyakinkan dan dicurigai adanya keganasan. (Havelock T et
al, 2010).
7) Pemeriksaan Lain Pada Kondisi Tertentu (Havelock T et al, 2010)
a) Pleuritis tuberkulosis
Ketika dilakukan biopsi pleura, maka sampel harus dikirim untuk
pemeriksaan histologi dan kultur untuk menegakkan diagnosis
tuberkulosis. Biopsi pleura melalui torakoskopi merupakan
pemeriksaan yang paling akurat untuk mendapatkan hasil positif untuk
kultur mikobakterium (dan juga sensitivitas obat). Penanda tuberkulosis
pleura dapat bermakna di negara - negara dengan angka kejadian
tuberkulosis yang rendah. Adenosine deaminase (ADA) adalah penanda
yang paling sering digunakan.
b) Rheumathoid Arthritis yang berhubungan dengan efusi pleura Sebagian
besar efusi pleura yang disebabkan oleh Rheumathoid Arthritis
menunjukkan kadar glukosa yang sangat rendah yaitu kurang dari <1,6
mmol/L (29 mg/dl).
c) Kilotoraks dan pseudokilotoraks Pada kasus terduga kilotoraks atau
pseudokilotoraks maka cairan pleura harus diperiksakan untuk menilai
kristal kolesterol, kilomikron, kadar trigliserida cairan pleura dan kadar
kolesterol cairan pleura.
4. Komplikasi
Komplikasi pada efusi pleura adalah sebagai berikut:
1. Kollaps paru: terjadi karena jika paru-paru dikelilingi kumpulan
cairan dalam waktu yang lama
2. Empyema: bila cairan terinfeksi menjadi abses, yang akan
membutuhkan drainase yang lama.
3. Pneumothoraks
4. Gagal napas
5. Asuhan keperawatan umum pada klien dengan efusi pleura
Pengkajian
1. Identitas
2. Terdiri dari nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan, suku
bangsa, agama, tanggal MRS, No rekam medik
3. Status kesehatan saat ini
a) Keluhan Utama
Kebanyakan efusi pleura bersifat asimptomatik, gejala yang
timbul sesuai dengan penyakit yang mendasarinya. Pneumonia
akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada
pleuritik, ketika efusi sudah membesar dan menyebar
kemungkinan timbul dispnea dan batuk. Efusi pleura yang
besar akan mengakibatkan napas pendek. Tanda fisik meliputi
deviasi trakea menjauhi sisi yang terkena, dullness pada
perkusi, dan penurunan bunyi pernapasan pada sisi yang
terkena.
b) Alasan Masuk Rumah Sakit
Meningkatnya tekanan hidrostatik (misalnya akibat gagal
jantung), Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma
(misalnya hipoprotinnemia), meningkatnya permeabilitas
kapiler (misalnya infeksi bakteri), berkurangnya absorbs.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien dengan efusi pleura akan diawali dengan adanya keluhan
seperti batuk, sesak napas, nyeri pleuritis, rasa berat pada dada,
dan berat badan menurun.
d) Riwayat Kesehatan Terdahulu
1. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Klien dengan efusi pleura terutama akibat adanya infeksi
non-pleura biasanya mempunyai riwayat penyakit
tuberkulosis paru.
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ditemukan data penyakit yang sama ataupun
diturunkan dari anggota keluarganya yang lain, terkecuali
penularan infeksi tuberkulosis yang menjadi faktor
penyebab timbulnya efusi pleura.
e) Riwayat Pengobatan
Mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada
masa lalu seperti pengobatan untuk effusi pleura malignan
termasuk radiasi dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi
diuretic.
4. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a. Kesadaran
Klien dengan efusi pleura biasanya akan mengalami
keluhan batuk, sesak napas, nyeri pleuritis, rasa berat pada
dada, dan berat badan menurun.
b. Tanda-tanda vital
c. RR cenderung meningkat dan klien biasanya dispneu, vokal
premitus menurun, suara perkusi redup sampai pekak
bergantung pada jumlah cairannya, auskultasi suara napas
menurun sampai menghilang, egofoni
2) Body System
1. Sistem pernapasan
Gejala: kesulitan bernapas, batuk, riwayat bedah
dada/trauma
Tanda: takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan pada
dada, retraksi interkostal, bunyi napas menurun dan fermitus
menurun (pada sisi terlibat), perkusi dada: hiperresonan
diarea terisi udara dan bunyi pekak diarea terisi cairan.
Observasi dan palpasi: gerakan dada tidak sama (paradoksik)
bila trauma atau kemps, penurunan pengembangan (area
sakit).
2. Sistem kardiovaskuler
Inspeksi pada efusi pleura letak ictus cordis normal yang
berada pada ICS 5 pada linea medioclaviculaus kiri selebar 1
cm, palpasi frekuensi jantung dan teratur tidaknya denyut
jantung, perkusi terdengar suara pekak adanya pergeseran
jantung Karena pendorongan cairan efusi pleura dan
auskultasi bunyi jantung I dan II tunggal atau gallop dan
bunyi jantung III gejala payah jantung serta adanya murmur
3. Sistem persarafan
Inspeksi tingkat kesadaran pada pemeriksaan GCS dalam
keadaan composmentis, somnolen atau koma.
4. Sistem perkemihan
Pengukuran volume output urine dilakukan dalam
hubungannya dengan intake cairan. Oleh karena itu, perawat
perlu memonitor adanya oliguria, karena itu merupakan
tanda awal syok.
5. Sistem pencernaan
Pada klien efusi pleura didapatkan indikasi mual dan
muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat
badan.
6. Sistem integument
Pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan.
7. Sistem musculoskeletal
Pada pasien efusi pleura diperhatikan adanya edema
peritibial, feel pada kedua ekstremitas dan kekuatan otot
antara bagian kiri dan kanan.
8. Sistem endokrin
Pada pasien efusi pleura tidak terdapat gangguan pada
system endokrin.
9. Sistem reproduksi
Pada pasien efusi pleura tidak ditemukan adanya gangguan
pada system genetalia.
10. Sistem penginderaan
Pada pasien efusi pleura tidak ditemukannya kerusakan pada
penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan.
11. Sistem imun
Pada pasien efusi pleura terjadinya peningkatan tekanan
pada kapiler subpleura atau limfatik
12. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan
didapati menghilangnya sudut kostrofenik. Bila cairan
lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan
melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di
mediastinum.
b. Torakosentesis
Aspiran cairan pleura berguna sebagai sarana untuk
diagnostik maupun terapeutik. Torakosentesis sebaiknya
dilakukan pada posisi duduk. Lokasi aspirasi adalah pada
bagian bawah paru di sela iga ke-9 garis aksila posterior
dengan memakai jarum abbocath nomor 14 atau 16.
Pengeluaran cairan sebaiknya tidak lebih dari 1000-
1500cc pada setiap kali aspirasi. Jika aspirasi dilakukan
sekaligus dalam jumlah banyak, maka akan
menimbulkan syok pleural (hipotensi) atau edema paru.
Edema paru terjadi karena paru-paru terlalu cepat
mengembang.
c. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan. Pemeriksaan
histologis satu atau beberapa contoh jaringan pleura
dapat menunjukkan 50-75% diagnosis kasus pleuritis
tuberculosis dan tumor pleura. Bila hasil biopsi pertama
tidak memuaskan dapat dilakukan biopsy ulangan.
Komplikasi biopsi adalah pneumotorak, hemotorak,
penyebaran infeksi atau tumor pada dinding dada.
13. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada efusi pleura antara lain:
1. Tirah baring
Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan
oksigen karena peningkatan aktivitas akan meningkatkan
kebutuhan oksigen sehingga dispneu akan semakin
meningkat pula.
2. Antibiotik
Pemberian antibiotik dilakukan apabila terbukti terdapat
adanya infeksi. Antibiotik diberikan sesuai dengan hasil
kultur kuman.
3. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain,
diberikan obat (tetrasiklin,Kalk, dan biomisin) melalui
selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan
pleura dan mencegah cairan terakumulasi kembali.
Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif
2. Defisit nutrisi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Luaran Intervensi
Keperawatan
1. Pola napas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan
efektif asuhan napas:
keperawatan 3x24 Observasi:
jam diharapkan 1. Monitor pola
pola napas klien napas klien.
normal dengan 2. Monitor bunyi
kriteria hasil: napas
1. Dispneu tambahan.
tidak ada 3. Monitor
2. Frekuensi sputum
napas (jumlah,
normal warna, aroma)
Terapeutik:
1. Posisikan semi
fowler atau
fowler
2. Lakukan
fisioterapi
dada jika perlu
3. Lakukan
penghisapan
lendir kurang
dari 15 detik
4. Berikan
oksigen
Edukasi:
1. Ajarkan Teknik
batuk efektif
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik,
jika perlu.
Cooley H,M,J., Jones R., Imig D., Villarruel F,A.(2013). Using Family
Paradigms to Improve Evidence Based Practice. American Jurnal
of Speech. Language Pathology 18,3 : 21 – 212.
Havelock T, Teoh R, Laws D, Gleeson F. BTS Pleural Disease Guideline
Group. Pleural procedures and thoracic ultrasound: British
Thoracic Society pleural disease guideline 2010. Thorax.
2010;65(Suppl 2):61–76
Lee YCG and Fysh ETH. 2013. Indwelling pleural catheter changing the
paradigm of malignant effusion management. Journal of Thoracic
Oncology; 6(4):655-657.
Light RW. 2013. Pleural diseases sixth edition. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Roberts, M. E., Neville, E., Berrisford, R. G., Antunes, G. and Ali, N. J. 2014.
Management of A Malignant Pleural Effusion: British Thoracic
Society Pleural Disease Guideline 2010. Thorax Journal. 65:32-40
WOC ASIDOSIS METABOLIK
Asam meningkat (konsumsi
Ginjal tidak mampu
metanol, etilen glikol,
buang asam
overdosis aspirin) Penyakit DM
Asidosis Metabolik
Asidosis Keasaman
Koma
berat meningkat
Produksi asam
meningkat
Asam
lambung
meningkat
Nafsu makan
Defisit nutrisi Nausea/vomiting
turun