Anda di halaman 1dari 23

NETRALITAS ASN &

PENGAWASAN PEMILIHAN
Bawaslu Kabupaten Lamongan
(Miftahul Badar)

w: bawaslu.lamongan.go.id | f: Bawaslu Lamongan | fp: Bawaslu Lamongan | ig: bawaslu.lamongan | y: balatv


PILKADA 2020

9 Provinsi dan 240 Kerawanan: Dibutuhkan Sinergitas


Kabupaten/Kota Konflik antar pendukung Kementerian/Lembaga dan
19 Kabupaten/Kota di paslon, Pemda dalam menjaga
Kampanye Hitam, kesuksesan, kelancaran dan
Jawa Timur
kedamaian dalam
Politik Uang,
pelaksanaan Pilkada
Netralitas ASN di Daerah Serentak
Obyek & Perihal Pengawasan

Netralitas ASN TNI POLRI

Proses
Penyelenggaraan KPU Peserta Masyarakat

Pelaksananaan
Rekomendasi, DKPP Bawaslu KASN, dll.
Putusan, Keputusan
Regulasi:
UU 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR 1
SIPIL NEGARA PP 37 TAHUN 2004 TENTANG LARANGAN
2 PNS MENJADI ANGGOTA PARTAI POLITIK

PP 53 TAHUN 2010 TENTANG


3
DISIPLIN PNS
4 SURAT EDARAN KEPALA BKN
NOMOR: 02/SE/2016
5 TANGGAL 5 OKTOBER 2016
SE MENPAN NOMOR:
B/71/M.SM.00/2017
TANGGAL 27 DESEMBER 2017 6 SE MENPAN NOMOR:
B/36/M.SM.00/2018
UU 7 TAHUN 2017
7 TANGGAL 02 FEBRUARI 2018
UU 10 TAHUN 2016
8 PERATURAN BAWASLU
NOMOR: 06 TAHUN 2018
UU 5 Tahun 2014: Netralitas
• Setiap Pegawai ASN tidak berpihak dari segala bentuk
pengaruh manapun dan tidak memihak kepada kepentingan
siapapun (Penjelasan Pasal 2 huruf f)
• Pegawai ASN harus bebas dari pengaruh dan intervensi
semua golongan dan partai politik (Pasal 9 Ayat 20)
Netralitas
Mengapa?
Tanggung Jawab Sebagai Pelayan Publik
1 Menjaga marwah, ASN tidak terpengaruh pada kepentingan orang perorang atau kelompok
tertentu Sebagai pengayom masyarakat, ASN tidak terpengaruh sirkulasi kekuasaan
politik

Kewenangan dan Kekuasaan


2 ASN dengan Kewenangan dan Kekuasaan yang dimilikinya sangat rentan untuk dipengaruhi
dan mempengaruhi, serta berpihak pada salah satu pasangan calon.

Merupakan Objek Pengawasan


3 Isu netralitas ASN menjadi salah satu obyek pengawasan, tidak hanya oleh Bawaslu,
tetapi juga oleh Komisi ASN, dan masyarakat pada umumnya.
NETRALITAS ASN
PP 37 2004
Larangan menjadi anggota Parpol
Pasal 2:
1) Pegawai Negeri Sipil dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.
2) Pegawai Negeri Sipil yang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik diberhentikan
sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Pasal 3:
1) Pegawai Negeri Sipil yang akan menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik wajib
mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil.
2) Pegawai Negeri Sipil yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberhentikan
dengan hormat sebagai Pegawai Ncgeri Sipil.
3) Pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berlaku terhitung mulai akhir bulan
mengajukan pengunduran diri.
PP 53 2010
Larangan memberikan dukungan
Pasal 4 Angka 14:
Memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu
Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan.
Pasal 4 Angka 15:
Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan cara:
a. terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah;
b. menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye;
c. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu
pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau
d. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang
menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,
ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya,
anggota keluarga, dan masyarakat.
SE KEPALA BKN
NOMOR: 02/SE/2016 TANGGAL 16 OKTOBER 2016

LARANGAN

Pemberian dukungan kepada calon Kepala Daerah dan atau Wakil Kepala
Daerah meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung termasuk dengan menggunakan media sosial seperti Twitter,
Facebook, WhatsApp, BBM, Line, SMS, lstagram, Path, Blog, dan sejenisnya
SURAT MENPAN
NOMOR: NO. B/71/M.SM.OO.OO/2017
• PNS dilarang melakukan perbuatan yang mengarah pada keberpihakan salah satu calon
atau perbuatan yang mengindikasikan terlibat dalam politik praktis/berafiliasi dengan
partai politik, semisal:
– Melakukan pendekatan terhadap partai politik terkait rencana pengusulan dirinya ataupun
orang Iain sebagai bakal calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah.
– Memasang spanduk/baliho yang mempromosikan dirinya ataupun orang Iain sebagai bakal
calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah.
– Mendeklarasikan dirinya sebagai bakal calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah.
– Menghadiri deklarasi bakal calon/bakal pasangan calon Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah dengan atau tanpa menggunakan atribut bakal pasangan calon/atribut partai
politik.
………
– Mengunggah, menanggapi (seperti like, komentar, dan sejenisnya) atau
menyebarluaskan gambar/foto bakal calon/bakal pasangan calon Kepala Daerah, visi
misi bakal calon/bakal pasangan calon Kepala Daerah, maupun keterkaitan Iain dengan
bakal calon/bakal pasangan calon Kepala Daerah melalui media online maupun media
sosial.
– Melakukan foto bersama dengan bakal calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan
mengikuti simbol tangan/gerakan yang digunakan sebagai bentuk keberpihakan.
– Menjadi pembicara/narasumber pada kegiatan pertemuan partai politik.
UU 10 2016
• Pejabat negara, pejabat daerah, pejabat aparatur sipil negara, anggota
TNI/POLRI, dan Kepala Desa atau sebutan lain/Lurah dilarang membuat
keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu
pasangan calon (Pasal 71)

• Setiap pejabat negara, pejabat Aparatur Sipil Negara, dan Kepala Desa atau
sebutan lain/Lurah yang dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 71, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
bulan atau paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling sedikit
Rp600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) atau paling banyak Rp6.000.000,00
(enam juta rupiah). (Pasal 188)
Penyebab Pelanggaran Netralitas ASN

43,4% 12,1%
Motif untuk Mendapatkan/ Kurangnya Pemahaman Aturan/Regulasi
Mempertahankan tentang Netralitas ASN
Jabatan/Materi/Proyek

7,7% 15,4%
Adanya Intervensi/Tekanan dari Pimpinan Adanya Hubungan Kekeluargaan/Kekerabatan
dengan Calon (Kolusi & Nepotisme)

6,6%
Tidak Menjawab
2,7%
Pemberian Sanksi Lemah
5,5%
Kurangnya Integritas ASN untuk Bersikap 1,1%
Netral
Hasrat terjun ke Politik

4,9%
Ketidaknetralan ASN Dianggap sebagai 0,5%
Hal Lumrah Dilema ASN Karena Memiliki Hak Pilih

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui kuesioner Tahun 2018


MODUS PELANGGARAN NETRALITAS ASN
Ajakan/Kampanye di Medsos (Like,
Komentar, Link, Foto dg Calon
dengan gerakan dukungan)

Memfasilitasi Tempat dan


Kendaraan Dinas untuk kampanye

Mengikuti bakti sosial, Senam


Bersama, Pengajian Bersama
dengan Calon Kepala Daerah

Mengundang Calon Kepala Daerah


untuk mengisi acara kedinasan;

Menghadiri Deklarasi dan


Mengantar pendaftaran Calon di
KPU

Menjadi Tim Sukses/Tim Ahli


Pemenangan Calon Kepala Daerah
INDIKATOR NETRALITAS ASN

Tidak terlibat sebagai


1 pelaksana/tim
kampanye
4
Tidak memakai atribut PNS
dalam kegiatan kampanye

Tidak melakukan mobilisasi

2 ASN lain/warga untuk


menghadiri kampanye 5 Tidak membagi-bagi uang
dan/atau materi lainnya kepada
pemilih

Penggunaan media sosial tidak mendukung aktivitas


3 kampanye (like status paslon, selfie dengan paslon, dll
SANKSI

Moral

Hukuman
Disiplin

Pidana
Pembinaan & Pengawasan

Pejabat Yang Bawaslu


Berwenang • (Pemilu, Pemilihan)
• (PPK)
KEWAJIBAN PPK atau Penjabat/Pelaksana Tugas
Kepala Daerah dan Pejabat yang Berwenang

SE MENPAN NOMOR: B/71/M.SM.00/2017


TANGGAL 27 DESEMBER 2017

a. Mengupayakan terus menerus terciptanya iklim yang kondusif dan memberikan Huruf F
kesempatan kepada PNS untuk melaksanakan hak pilihnya secara bebas dengan tetap angka 2
menjaga netralitas.
b. Melakukan pengawasan kepada bawahannya sebelum, selama, dan sesudah masa
kampanye agar tetap menaati peraturan perundang-undnagan dan ketentuan kedinasan
yang berlaku.
c. Mengambil tindakan dengan melaporkan dan mengkoordinasikan kepada Bawaslu
Provinsi dan Panitia Pengawasa Pemilu Kabupaten/Kota secara berjenjang sesuai
dengan kewenangannya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
TERIMA KASIH
www.bawaslu.lamongan.go.id

Bawaslu Lamongan

@Bawaslu.Lamongan

@Bawaslu.Lamongan

Anda mungkin juga menyukai