PENGAWASAN PEMILIHAN
Bawaslu Kabupaten Lamongan
(Miftahul Badar)
Proses
Penyelenggaraan KPU Peserta Masyarakat
Pelaksananaan
Rekomendasi, DKPP Bawaslu KASN, dll.
Putusan, Keputusan
Regulasi:
UU 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR 1
SIPIL NEGARA PP 37 TAHUN 2004 TENTANG LARANGAN
2 PNS MENJADI ANGGOTA PARTAI POLITIK
LARANGAN
Pemberian dukungan kepada calon Kepala Daerah dan atau Wakil Kepala
Daerah meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung termasuk dengan menggunakan media sosial seperti Twitter,
Facebook, WhatsApp, BBM, Line, SMS, lstagram, Path, Blog, dan sejenisnya
SURAT MENPAN
NOMOR: NO. B/71/M.SM.OO.OO/2017
• PNS dilarang melakukan perbuatan yang mengarah pada keberpihakan salah satu calon
atau perbuatan yang mengindikasikan terlibat dalam politik praktis/berafiliasi dengan
partai politik, semisal:
– Melakukan pendekatan terhadap partai politik terkait rencana pengusulan dirinya ataupun
orang Iain sebagai bakal calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah.
– Memasang spanduk/baliho yang mempromosikan dirinya ataupun orang Iain sebagai bakal
calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah.
– Mendeklarasikan dirinya sebagai bakal calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah.
– Menghadiri deklarasi bakal calon/bakal pasangan calon Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah dengan atau tanpa menggunakan atribut bakal pasangan calon/atribut partai
politik.
………
– Mengunggah, menanggapi (seperti like, komentar, dan sejenisnya) atau
menyebarluaskan gambar/foto bakal calon/bakal pasangan calon Kepala Daerah, visi
misi bakal calon/bakal pasangan calon Kepala Daerah, maupun keterkaitan Iain dengan
bakal calon/bakal pasangan calon Kepala Daerah melalui media online maupun media
sosial.
– Melakukan foto bersama dengan bakal calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan
mengikuti simbol tangan/gerakan yang digunakan sebagai bentuk keberpihakan.
– Menjadi pembicara/narasumber pada kegiatan pertemuan partai politik.
UU 10 2016
• Pejabat negara, pejabat daerah, pejabat aparatur sipil negara, anggota
TNI/POLRI, dan Kepala Desa atau sebutan lain/Lurah dilarang membuat
keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu
pasangan calon (Pasal 71)
• Setiap pejabat negara, pejabat Aparatur Sipil Negara, dan Kepala Desa atau
sebutan lain/Lurah yang dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 71, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
bulan atau paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling sedikit
Rp600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) atau paling banyak Rp6.000.000,00
(enam juta rupiah). (Pasal 188)
Penyebab Pelanggaran Netralitas ASN
43,4% 12,1%
Motif untuk Mendapatkan/ Kurangnya Pemahaman Aturan/Regulasi
Mempertahankan tentang Netralitas ASN
Jabatan/Materi/Proyek
7,7% 15,4%
Adanya Intervensi/Tekanan dari Pimpinan Adanya Hubungan Kekeluargaan/Kekerabatan
dengan Calon (Kolusi & Nepotisme)
6,6%
Tidak Menjawab
2,7%
Pemberian Sanksi Lemah
5,5%
Kurangnya Integritas ASN untuk Bersikap 1,1%
Netral
Hasrat terjun ke Politik
4,9%
Ketidaknetralan ASN Dianggap sebagai 0,5%
Hal Lumrah Dilema ASN Karena Memiliki Hak Pilih
Moral
Hukuman
Disiplin
Pidana
Pembinaan & Pengawasan
a. Mengupayakan terus menerus terciptanya iklim yang kondusif dan memberikan Huruf F
kesempatan kepada PNS untuk melaksanakan hak pilihnya secara bebas dengan tetap angka 2
menjaga netralitas.
b. Melakukan pengawasan kepada bawahannya sebelum, selama, dan sesudah masa
kampanye agar tetap menaati peraturan perundang-undnagan dan ketentuan kedinasan
yang berlaku.
c. Mengambil tindakan dengan melaporkan dan mengkoordinasikan kepada Bawaslu
Provinsi dan Panitia Pengawasa Pemilu Kabupaten/Kota secara berjenjang sesuai
dengan kewenangannya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
TERIMA KASIH
www.bawaslu.lamongan.go.id
Bawaslu Lamongan
@Bawaslu.Lamongan
@Bawaslu.Lamongan