Anda di halaman 1dari 12

Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

TEKNIK GURU DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN


PADA SISWA KELAS I (STUDI KASUS DI SD NEGERI 1
BANJAR JAWA)

Ni Komang Rika Damayanti, Made Sri Indriani, Ida Ayu Made Darmayanti
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: {damayantir39@yahoo.com, Sriindriani6161@yahoo.Com,


Idaayumadedarmayanti@yahoo.Com}
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) teknik pembelajaran membaca yang
muncul dalam membaca permulaan pada siswa kelas 1 (studi kasus di SD Negeri 1 Banjar
Jawa), (2) teknik pembelajaran yang paling sering digunakan oleh guru dalam membaca
permulaan pada siswa kelas 1 (studi kasus di SD Negeri 1 Banjar Jawa), dan (3) alasan guru
memilih teknik pembelajaran tersebut dalam membaca permulaan pada siswa kelas 1 (studi
kasus di SD Negeri 1 Banjar Jawa). Subjek penelitian ini adalah guru kelas 1 SD Negeri 1
Banjar Jawa yang berjumlah 3 orang. Objek penelitian ini adalah teknik guru dalam
pembelajaran membaca permulaan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode observasi, dokumentasi, dan metode wawancara. Data dianalisis
dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah (1) munculnya
berbagai teknik pembelajaran membaca permulaa, yakni teknik pembelajaran membaca
dengan jenis teknik baca-ulang-ucap, baca-tulis, lihat-baca, lihat-ucap, dan teknik
memperkenalkan, (2) teknik pembelajaran membaca permulaan yang paling sering
digunakan guru adalah teknik pembelajaran membaca dengan jenis teknik baca-ulang-ucap,
dan (3) pemilihan teknik pembelajaran membaca permulaan yang digunakan guru didasarkan
atas pemikiran tentang karakteristik siswa yang sedang diajarkan. Berdasarkan hasil
penelitian ini, peneliti lain disarankan untuk meneliti lebih mendalam lagi tentang teknik
pembelajaran membaca permulaan.
Kata kunci: teknik guru, pembelajaran membaca permulaan, studi kasus.

Abstract
This study aimed to describe about (1) the technique of reading learning of first grade
students as beginner readers ( a case study in SD Negeri 1 Banjar Jawa), (2) the most
learning technique used by the teachers in beginning reading class of first grade students (a
case study in SD Negeri 1 Banjar Jawa), (3) the reasons why the teachers choosen the
technique of teaching beginning reading of first grade students (a case study in SD Negeri 1
Banjar Jawa). The subject of this study were the three teachers of first grade students in SD
Negeri 1 Banjar Jawa. The object of this study were the techniques used by the teachers in
teaching beginning reading. The data collection methods used in this study were the method
of observation, documentation, and interviews. The data were analyzed using descriptive
qualitative techniques. The result of this study are (1) the occurence of a variety of technique
beginning reading which is the techniques of reading learning namely technique read-repeate-
say, read-write, see-read, see-say, and introduce, (2) the most beginning reading technique
used by teachers is read-repeate-say technique, (3) the selection of teaching reading
technique used by the teachers is based on the characteristic of the students themselves.
Based of these results, other researchers are suggested to examine more deeply about the
technique of teaching beginning reading.
Keywords: teachers’ techniques, beginning reading learning, a case study.

1
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI).


PENDAHULUAN Penanaman kebiasaan membaca pada
Empat keterampilan berbahasa yang siswa SD/MI perlu dimulai dari hal yang
disajikan dalam pengajaran bahasa paling dasar terlebih dahulu, yaitu
Indonesia di sekolah-sekolah meliputi mengupayakan kelancaran membaca
keterampilan menyimak, berbicara, pada siswa. Siswa perlu diajak untuk
membaca, dan keterampilan menulis. “melek huruf” atau “melek wacana”
Sebenarnya, keterampilan tersebut dapat terlebih dahulu. Dalam mata pelajaran
dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu Bahasa Indonesia di SD/MI, kegiatan yang
keterampilan yang bersifat menerima berkaitan dengan masalah tersebut
(reseptif) yang meliputi keterampilan terwadahi dalam pembelajaran membaca
menyimak dan membaca, serta permulaan, khususnya terdapat pada
keterampilan yang bersifat jenjang kelas 1 atau kelas 2 SD/MI. Dalam
mengungkapkan (produktif) yang meliputi kondisi normal, pelaksanaan
keterampilan menulis dan membaca pembelajaran membaca permulaan
(Muchlisoh, 1992: 119). tersebut akan berjalan lancar. Artinya,
Membaca merupakan salah satu siswa dengan mudah memahami sesuatu
keterampilan berbahasa yang diajarkan yang mereka pelajari dalam kegiatan
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di membaca. Namun, tidak jarang ditemui
sekolah. Dalam kehidupan sehari-hari, berbagai permasalahan dalam
peranan membaca tidak dapat dimungkiri pembelajaran membaca permulaan.
lagi. Ada beberapa peranan yang dapat Sebagian siswa telah lancar dan tidak
disumbangkan oleh kegiatan membaca, mengalami hambatan dalam belajar
antara lain dapat membantu memecahkan membaca tetapi sebagian lainnya belum
masalah; memperkuat suatu keyakinan bahkan tidak dapat atau tidak mampu
atau kepercayaan pembaca; sebagai membaca (Winiasih, 2005: 30).
suatu pelatihan; memberi pengalaman Keterampilan membaca dan menulis,
estetis; meningkatkan prestasi; khususnya keterampilan membaca harus
memperluas pengetahuan, dan segera dikuasai oleh siswa di SD karena
sebagainya. Kegiatan membaca memiliki keterampilan ini secara langsung
nilai yang sangat strategis dalam upaya berkaitan dengan seluruh proses belajar
pengembangan diri. Membaca dapat siswa di SD. Keberhasilan belajar siswa
diibaratkan sebagai kunci pembuka dalam mengikuti proses kegiatan belajar-
gudang ilmu dan pengetahuan. Yunus mengajar di sekolah sangat ditentukan
(dalam Sudiana 2007: 3) mengibaratkan oleh penguasaan kemampuan membaca
membaca sebagai jendela yang paling mereka. Siswa yang tidak mampu
luas untuk menguasai pengetahuan. membaca dengan baik akan mengalami
Demikianlah, kemudian dikenal ungkapan kesulitan dalam mengikuti kegiatan
membaca sebagai jendela dunia, yang pembelajaran untuk semua mata
artinya melalui membaca, wawasan atau pelajaran. Siswa akan mengalami
cakrawala pengetahuan kita tentang dunia kesulitan dalam menangkap dan
menjadi sangat luas. memahami informasi yang disajikan dalam
Kebiasaan dan kegemaran membaca berbagai buku pelajaran, buku-buku
perlu ditumbuhkan sejak dini. Dalam bahan penunjang, dan sumber-sumber
rangka menumbuhkan kebiasaan dan belajar tertulis yang lain. Akibatnya,
kegemaran membaca pada suatu kemajuan belajarnya juga lamban jika
masyarakat perlu dimulai secara bertahap. dibandingkan dengan teman-temannya
Salah satu langkah awalnya adalah yang tidak mengalami kesulitan dalam
dengan menanamkan kebiasaan membaca.
membaca pada jenjang sekolah dasar. Menurut pandangan Dalman (2013:
Penanaman kebiasaan membaca 13) bahwa membaca bukan diajarkan
tersebut perlu diupayakan sejak anak sebagai suatu pokok bahasan yang berdiri
berada pada jenjang Sekolah sendiri, melainkan adalah satu kesatuan

2
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

dalam pembelajaran bahasa bersama mengenal bahasa Indonesia dengan baik


dengan keterampilan berbahasa yang lain. pun merupakan pembawa masalah yang
Kenyataan tersebut dapat dilihat bahwa tidak mudah. Mereka memerlukan teknik
dalam proses pembelajaran bahasa, pelajaran yang secara serempak bisa
keterampilan berbahasa tertentu dapat mengembangkan keterampilan menyimak,
dikaitkan dengan keterampilan berbahasa berbicara, membaca, dan menulis
yang lain. Pengaitan keterampilan (Muchlisoh, 1992: 199).
berbahasa yang dimaksud tidak selalu Dalam pembelajaran membaca,
melibatkan keempat keterampilan tentunya, teknik pembelajaran yang tepat
berbahasa sekaligus, melainkan hanya dan sesuai dengan kemampuan siswa itu
menyangkut dua keterampilan saja sangat perlu diperhatikan. Dengan kata
sepanjang aktivitas berbahasa yang lain, dalam sebuah pembelajaran
dilakukan bermakna. membaca permulaan untuk anak SD,
Pembelajaran membaca di SD teknik pembelajaran memegang peranan
dilaksanakan sesuai dengan pembedaan yang sangat signifikan. Teknik
atas kelas-kelas awal dan kelas-kelas pembelajaran akan mampu mengaktifkan
tinggi. Pelajaran membaca di kelas-kelas pemikiran siswa di dalam membaca.
awal disebut pelajaran membaca Apabila teknik pembelajaran yang
permulaan, sedangkan di kelas-kelas digunakan oleh guru tepat, tentunya,
tinggi disebut pelajaran membaca lanjut. dalam hal ini, tidak hanya siswa yang
Pelaksanaan membaca permulaan di akan diuntungkan tetapi juga guru.
kelas I sekolah dasar dilakukan dalam dua Dengan demikian, guru dituntut untuk
tahap, yaitu membaca periode tanpa buku menggunakan teknik-teknik yang tepat di
dan membaca dengan menggunakan dalam pembelajaran membaca
buku. Pembelajaran membaca tanpa buku permulaan. Selain itu, berdasarkan hasil
dilakukan dengan cara mengajar dengan wawancara dengan salah satu guru kelas
menggunakan media atau alat peraga di SD Negeri 1 Banjar Jawa Ibu Made
selain buku, seperti kartu gambar, kartu Yasmini, S.Pd.,SD., peneliti mendapatkan
huruf, kartu kata dan kartu kalimat, informasi bahwa dalam pembelajaran
sedangkan membaca dengan buku membaca permulaan guru hanya
merupakan kegiatan membaca dengan memperhatikan atau terfokus pada
menggunakan buku sebagai bahan metode yang akan digunakan. Teknik
pelajaran (Nuryati, 2007: 1-2). yang akan digunakan untuk memayungi
Menurut Badudu (1993: 131), metode tidak terlalu difokuskan. Ini berarti,
pelaksanaan pembelajaran bahasa teknik tidak terlalu dianggap penting.
Indonesia di SD ialah guru terlalu banyak Berangkat dari hal tersebut, peneliti
menyuapi, kurang menyuruh siswa aktif tertarik untuk meneliti teknik yang
membaca, menyimak, menulis, dan digunakan guru dalam pembelajaran
berbicara. Proses belajar-mengajar di membaca permulaan di SD Negeri 1
kelas tidak relevan dengan yang Banjar Jawa. Ada beberapa alasan yang
diharapkan. Akibatnya, kemampuan mendukung peneliti memilih SD Negeri 1
membaca siswa rendah. Salah satu Banjar Jawa sebagai tempat penelitian,
kesulitan yang dihadapi guru ialah yaitu a) SD Negeri 1 Banjar Jawa masih
menemukan teknik yang tepat untuk menggunakan kurikulum (KTSP) Jumlah
mengarahkan siswa di dalam membaca. guru yang akan diteliti sudah memadai,
Kadang-kadang teknik yang digunakan dan c) siswa-siswi di SD Negeri 1 Banjar
oleh guru tidak tepat dan tidak sesuai Jawa masih diajarkan pembelajaran
dengan kondisi dan kemampuan siswa. membaca permulaan sampai dengan
Salah satu tugas guru baca yang luar semester II. Selain itu, alasan peneliti
biasa sukarnya ialah menemukan teknik memilih membaca permulaan, yaitu
yang menarik bagi anak-anak yang duduk membaca permulaan adalah membaca
di kelas-kelas permulaan. Anak-anak yang awal yang diajarkan pada siswa kelas 1.
berasal dari lingkungan yang belum Dengan demikian, ketika guru

3
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

mengajarkan membaca awal sudah tentu Menulis Permulaan pada Siswa Kelas 1 di
seorang guru harus memiliki teknik-teknik SD No. 4 Sudaji, Kecamatan Sawan,
yang tepat supaya pembelajaran Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran
membaca awal yang diajarkan dapat 2010/2011. Hasil penelitian ini
mengarahkan siswa terampil membaca menunjukkan penerapan metode IIN-AAN
untuk menghadapi kegiatan membaca berbantuan media kartu huruf dapat
lanjut di kelas berikutnya. meningkatkan hasil belajar membaca dan
Berkenaan dengan penelitian yang menulis permulaan pada siswa kelas 1 di
dirancang, peneliti menemukan beberapa SD No. 4 Sudaji tahun pelajaran
penelitian sejenis yang dijadikan referensi. 2011/2012 dari nilai awal 73 sedangkan
Pada tahun (2010) adalah skripsi I Kadek setelah dilakukan tindakan siklus
Sudiantara dengan judul Penggunaan meningkat menjadi 80,39.
Media Kartu Suku Kata dalam Penelitian yang akan dilaksanakan
Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk peneliti berbeda dengan penelitian yang
Meningkatkan Kemampuan Membaca telah dilakukan oleh peneliti-peneliti
Permulaan pada Siswa Kelas 1 Semester sejenis di atas. Dari segi permasalahan
1 SD 3 Menanga, Kecamatan Rendang, yang dimunculkan juga sudah terlihat
Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran berbeda. Penelitian yang peneliti lakukan
2009/2010. Berdasarkan hasil analisis difokuskan untuk mendeskripsikan teknik
data pada siklus I presentase kemampuan guru dalam pembelajaran membaca
membaca permulaan siswa sebesar permulaan, teknik pembelajaran membaca
73,46% dengan kategori baik dan pada permulaan yang paling sering digunakan
siklus II mengalami peningkatan menjadi oleh guru, dan alasan guru memilih teknik
83,46% dengan kategori sangat baik. Ini pembelajaran membaca permulaan
menunjukkan kalau penggunaan media tersebut. Selain itu, dalam penelitian ini
kartu suku kata dalam pembelajaran tidak memperhitungkan adanya efek yang
Bahasa Indonesia dapat meningkatkan ditimbulkan akibat teknik pembelajaran
kemampuan membaca permulaan pada membaca permulaan yang digunakan oleh
Siswa kelas 1 semester 1 SD 3 Menanga guru. Jadi, peneliti hanya melihat teknik
Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian guru dalam pembelajaran membaca
selanjutnya adalah skripsi Ni Putu Fery permulaan. Untuk itu, penelitian yang
Rusmantini (2011) dengan judul berjudul teknik guru dalam pembelajaran
Penerapan Metode SAS Berbantuan Kartu membaca permulaan akan diteliti dari
Huruf untuk Meningkatkan Keterampilan kegiatan awal, inti, sampai dengan
Membaca Permulaan pada Siswa Kelas 1 kegiatan akhir.
Semester II SD No 1 Penarukan, Berdasarkan latar belakang di atas,
Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng rumusan masalah dalam penelitian ini
Tahun Pelajaran 2011/2012. Berdasarkan adalah sebagai berikut. (1) teknik
hasil analisis data pada siklus I pembelajaran apa sajakah yang muncul
presentase kemampuan membaca dalam membaca permulaan pada siswa
permulaan siswa sebesar 68,33% dan kelas 1 (Studi Kasus di SD Negeri 1
pada siklus II mengalami peningkatan Banjar Jawa)?, (2) teknik pembelajaran
menjadi 86,66%. Ini menunjukkan bahwa apakah yang sering digunakan oleh guru
penerapan metode SAS berbantuan kartu dalam membaca permulaan pada siswa
huruf dapat meningkatkan keterampilan kelas 1 (Studi Kasus di SD Negeri 1
membaca permulaan pada siswa kelas 1 Banjar Jawa)?, dan (3) apakah alasan
semester II SD No 1 Penarukan Tahun guru memilih teknik pembelajaran tersebut
Pelajaran 2011/2012. Pada tahun yang dalam membaca permulaan pada siswa
sama peneliti juga menemukan skripsi Ni kelas 1 (Studi Kasus di SD Negeri 1
Made Ayu Puspita Dewi (2011) yang Banjar Jawa)?
berjudul Penerapan Metode IIN-AAN
Berbantuan Media Kartu Huruf untuk METODE PENELITIAN
Meningkatkan Hasil Belajar Membaca dan

4
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Penelitian ini tergolong penelitian yang Landasan teori dalam kajian kepustakaan
bersifat deskriptif. Best (dalam Sukardi, tidak dimaksudkan sebagai dasar yang
2008: 157) menyatakan bahwa penelitian mengikat gerak penelitian, juga tidak
deskriptif merupakan metode penelitian bermuara pada hipotesis alternatif tertentu
yang berusaha menggambarkan dan yang perlu diverifikasi dengan data
menginterpretasikan objek sesuai dengan empiris. Teori yang disajikan lebih
adanya. Dengan metode deskriptif, berfungsi sebagai dasar pijak dan bekal
memungkinkan peneliti untuk melakukan wawasan yang memandu peneliti dalam
hubungan antarvariabel, menguji menggeluti objek penelitiannya.
hipotesis, mengembangkan generalisasi, Peneliti akan mendeskripsikan teknik
dan mengembangkan teori yang memiliki guru dalam pembelajaran membaca
validitas universal. Selain itu, penelitian ini permulaan pada siswa kelas 1 (studi
juga menggunakan pendekatan kualitatif. kasus di SD Negeri 1 Banjar Jawa) dan
Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono data yang didapat akan disajikan serta
(2007: 14) yang menyatakan bahwa diolah secara deskriptif kualitatif.
penelitian kualitatif adalah metode Dalam penelitian ini, subjek penelitian
penelitian yang dilakukan pada kondisi adalah guru yang mengajar di kelas 1 SD
yang alami (natural setting). Dalam hal ini, Negeri 1 Banjar Jawa sebanyak tiga orang
peneliti langsung mengamati sekaligus guru. Satu orang guru mengajar di kelas
berinteraksi dengan objek permasalahan 1A dan dua orang guru mengajar di kelas
dalam lingkungannya, berusaha 1B. Pemilihan guru kelas 1 SD sebagai
memahami, dan menafsirkannya. subjek penelitian mengingat bahwa guru
Dikatakan kualitatif karena penelitian ini kelas 1 mengajarkan anak yang masih
sesuai dengan beberapa ciri rancangan berumur 6-7 tahun. Hal ini, senada
kualitatif, yakni (a) dilakukan pada kondisi dengan yang dipaparkan Sunarto dan
yang alamiah, (b) bersifat deskriptif, (c) Hartono (2002: 137) dalam bukunya yang
lebih menekankan proses daripada menyatakan bahwa, belajar bahasa yang
produk, (d) analisis data secara induktif, sebenarnya baru dilakukan anak berusia
dan (e) menekankan makna (data di balik 6-7 tahun, di saat anak mulai bersekolah.
yang teramat) (Sugiyono, 2007: 22). Objek penelitian adalah masalah yang
Penggunaan rancangan deskriptif hendak dikaji (Wendra, 2009: 45). Sejalan
kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan dengan konsep tersebut, objek dalam
untuk menggambarkan secara nyata dan penelitian ini adalah teknik guru dalam
sesuai dengan teknik yang digunakan pembelajaran membaca permulaan pada
guru dalam pembelajaran membaca siswa kelas 1 (Studi Kasus di SD Negeri 1
permulaan pada siswa kelas 1 SD Negeri Banjar Jawa). Adapun masalah-masalah
1 Banjar Jawa. Penggunaan rancangan yang akan dibahas adalah (1) teknik
penelitian deskriptif kualitatif adalah pembelajaran yang muncul dalam
memberikan suatu gambaran secara membaca permulaan pada siswa kelas 1
sistematis, akurat, dan lebih menekankan (studi kasus di SD Negeri 1 Banjar Jawa),
pada data faktual. Di samping itu, teknik (2) teknik pembelajaran yang sering
yang digunakan guru dalam pembelajaran digunakan oleh guru dalam membaca
membaca permulaan sulit dinyatakan permulaan pada siswa kelas 1 (studi
dengan angka-angka. Jadi, peneliti kasus di SD Negeri 1 Banjar Jawa), dan
memutuskan untuk menggunakan (3) alasan guru memilih teknik tersebut
rancangan deskriptif kualitatif untuk dalam pembelajaran membaca permulaan
memberikan gambaran tentang kualitas pada siswa kelas 1 (studi kasus di SD
yang akan dihasilkan dalam penelitian ini. Negeri 1 Banjar Jawa). Penelitian
Selain itu, penelitian ini tidak deskriptif ini hanya mengandung satu
mempergunakan hipotesis sebagai data, yaitu data kualitatif. Data kualitatif
jawaban alternatif terhadap permasalahan berupa teknik pembelajaran yang muncul,
yang diajukan seperti yang lazim teknik pembelajaran yang sering
dilakukan dalam penelitian kuantitatif. digunakan oleh guru, serta alasan guru

5
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

memilih teknik tersebut. Sesuai dengan digunakan untuk mendapatkan data


data tersebut, penelitian ini menggunakan berupa RPP. Dari RPP tersebut, peneliti
dua metode utama (primer), yaitu metode dapat mengetahui perencanaan guru
observasi dan wawancara dan satu dalam mengajar. Perlu peneliti pertegas
metode penunjang (sekunder), yaitu bahwa metode dokumentasi ini tidak
metode dokumentasi. Untuk metode peneliti gunakan untuk menjawab
observasi, peneliti menggunakan metode rumusan masalah yang telah dirumuskan.
observasi tanpa partisipasi atau partisipasi Akan tetapi metode dokumentasi ini
pasif artinya peneliti memang hadir dalam peneliti gunakan untuk mengumpulkan
kegiatan, tetapi peneliti tidak aktif dalam data berupa RPP yang digunakan oleh
kegiatan yang dilakukan oleh subjek guru di dalam melakukan pembelajran
penelitian. Singkatnya, peneliti hanya membaca.
mengamati teknik guru dalam Penelitian ini menggunakan
pembelajaran membaca permulaan pada instrumen sebagai alat untuk mendukung
siswa kelas 1 (Studi Kasus di SD Negeri 1 penggunaan metode tersebut. Instrumen
Banjar Jawa). Observasi akan dilakukan yang digunakan dalam penelitian ini
sampai dengan data mengalami adalah lembar observasi dan alat perekam
kejenuhan. Artinya, teknik guru dalam (handycam atau HP) untuk metode
pembelajaran membaca permulaan tidak observasi. Untuk metode wawancara tidak
bervariasi lagi (teknik yang digunakan menggunakan instrumen secara konkret
sama dengan teknik sebelumnya). karena metode wawancara yang
Tentunya, dalam observasi ini, peneliti digunakan adalah metode wawancara
lakukan sesuai dengan panduan tidak berstruktur.
observasi. Metode observasi ini akan Setelah data terkumpul,
peneliti gunakan untuk memecahkan selanjutnya akan dianalisis dengan
rumusan masalah yang pertama dan menggunakan analisis data. Analisis data
kedua. adalah proses mencari dan menyusun
Metode wawancara yang peneliti secara sistematis data yang diperoleh dari
gunakan adalah wawancara tidak hasil wawancara, catatan lapangan, dan
terstruktur (unstructured interview). dokumentasi, dengan cara
Penggunaan jenis wawancara ini, mengorganisasikan data ke dalam
dimaksudkan untuk memperoleh data kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
yang lebih akurat dan mendalam dari melakukan sintesis, menyusun ke dalam
subjek penelitian sehingga subjek tidak pola, memilih yang penting dan yang akan
terikat dengan jawaban “Ya” atau “Tidak”. dipelajari, dan membuat simpulan
Kebaikan wawancara tidak berstruktur sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
adalah responden tidak menyadari dan orang lain (Sugiyono, 2007: 335).
sepenuhnya bahwa ia sedang Pada penelitian ini, metode analisis data
diwawancarai (Riduwan, 2007: 30). yang peneliti gunakan adalah metode
Wawancara ini akan peneliti lakukan analisis deskriptif kualitatif. Metode
terhadap tiga orang guru yang mengajar di analisis deskriptif kualitatif artinya jenis
kelas 1 SD Negeri 1 Banjar Jawa. Guru penelitian yang datanya dinyatakan dalam
yang pertama merupakan wali kelas 1B bentuk verbal dan dianalisis tanpa
atas nama ibu Made Yasmini, S.Pd.,SD., menggunakan metode statistik (Suandi,
guru kedua merupakan guru bantu di 2008: 7). Melalui metode analisis deskriptif
kelas 1B atas nama ibu Ni Nyoman kualitatif adapun langkah-langkah yang
Supartadi, S.Pd., dan guru ketiga dilakukan dalam tahap pemerosesan ini,
merupakan wali kelas 1A atas nama ibu Ni yakni, reduksi data (data reduction),
Kadek Warmini, S.Pd. Ketiga orang guru penyajian data (data display), dan
tersebutlah yang akan peneliti wawancarai kesimpulan (conclusion
terkait dengan rumusan masalah ketiga. drawing/verification).
Metode dokumentasi dalam Reduksi data Mereduksi data berarti
penelitian ini, metode dokumentasi merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

6
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

memfokuskan pada hal-hal yang penting, (wali kelas 1A). Dari awal sampai dengan
mencari tema dan polanya, dan akhir pembelajaran membaca permulaan
membuang yang tidak perlu (Sugiyono, terlihat berbagai teknik yang muncul.
2007: 338). Reduksi data dapat Observasi kedua peneliti lakukan pada
membantu peneliti dalam memberikan Kamis, 13 Maret 2014 terhadap tiga
gambaran yang jelas tentang hasil informan, yakni informan I (wali kelas 1B),
pengamatan dan mempermudah peneliti informan II (guru bantu kelas 1B), dan
dalam pengumpulan data. Data yang ingin informan III (wali kelas 1A). Pada
peneliti kumpulkan adalah teknik guru observasi kedua yang peneliti lakukan,
dalam pembelajaran membaca ketiga guru yang peneliti observasi terlihat
permulaaan pada siswa kelas 1 (Studi memunculkan teknik membaca permulaan
Kasus di SD Negeri 1 Banjar Jawa). yang sama seperti pada observasi
Setelah data direduksi, data akan pertama, tetapi terdapat juga teknik
disajikan secara kualitatif. Dalam membaca permulaan baru yang
penelitian kualitatif, penyajian data bisa dimunculkan. Observasi ketiga peneliti
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, lakukan pada Rabu, 19 Maret 2014
bagan, hubungan antarkategori, flowchart terhadap informan I (wali kelas IB) dan
dan sejenisnya (Sugiyono, 2007: 341). informan III (wali kelas 1A). Pada
Penyajian data dilakukan dengan observasi ketiga yang peneliti lakukan,
menguraikan hal-hal yang telah direduksi kedua guru yang peneliti observasi terlihat
ke dalam bentuk uraian sesuai dengan masih memunculkan teknik membaca
rumusan masalah. Data berupa teknik permulaan yang sama seperti pada
guru dalam pembelajaran membaca observasi sebelumnya, tetapi terdapat
permulaan pada siswa kelas 1 disajikan juga teknik membaca permulaan baru
secara jelas dan alamiah tanpa adanya yang dimunculkan. Observasi keempat
proses statistik. Tahap akhir yang akan peneliti lakukan pada Kamis, 26 Maret
dilakukan peneliti adalah penarikan 2014 terhadap dua informan, yakni
simpulan. Simpulan yang dibuat informan II (guru bantu di kelas 1A) dan
berdasarkan data yang telah disajikan informan III (wali kelas 1B). Pada
oleh peneliti tentang teknik guru dalam observasi keempat ini, informan II
pembelajaran membaca permulaan pada memunculkan teknik membaca permulaan
siswa kelas 1 SD Negeri 1 Banjar Jawa. dengan jenis teknik, yaitu teknik baca-
ulang-ucap dan baca-tulis. Sementara itu,
HASIL DAN PEMBAHASAN informan III juga memunculkan teknik
Penelitian ini dilakukan sebanyak membaca permulaan dengan jenis teknik,
empat kali, pada setiap pertemuan peneliti yaitu baca-ulang-ucap, dan baca-tulis.
meneliti dua sampai tiga orang guru. Melihat hasil observasi yang
Peneliti menemukan bahwa sebelum peneliti lakukan sebanyak empat kali,
memulai pembelajaran guru telah teknik membaca permulaan yang paling
mempersiapkan rencana pelaksanaan sering digunakan oleh ketiga informan
pembelajaran sesuai dengan silabus yang adalah teknik baca-ulang-ucap.
digunakan. Akan tetapi, pelaksanaan di Pemunculan teknik ini sangat disukai oleh
lapangan dapat berubah sesuai dengan siswa karena mereka dapat berinteraksi
situasi dan kondisi di dalam kelas. dan belajar bersama-sama dengan guru.
Berkaitan dengan teknik yang digunakan Siswa yang masih duduk di kelas rendah
guru dalam pembelajaran membaca tentunya sangat menyukai pembelajaran
permulaan pada siswa kelas 1 (studi dengan cara dituntun dan diarahkan
kasus di SD Negeri 1 Banjar Jawa), dibandingkan dengan pembelajaran
peneliti uraikan sebagai berikut. Observasi mandiri.
pertama peneliti lakukan pada Rabu, 06 Pada dasarnya, pemilihan teknik
Maret 2014 terhadap tiga orang informan. membaca permulaan tersebut disebabkan
Informan I (wali kelas 1B), informan II oleh teknik tersebut disukai dan lebih
(guru bantu di kelas 1B), dan informan III mudah pengaplikasiannya di dalam

7
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

membaca, khususnya membaca permulaan yang dimunculkan ketiga


permulaan. informan tersebut, seperti penggunaan
Selain itu, dengan menggunakan teknik membaca permulaan dengan jenis
teknik membaca tersebut, siswa menjadi teknik baca-ulang-ucap. Pemunculan
aktif dan tertarik dalam pembelajaran teknik tersebut sudah dapat membuat
membaca. Menggunakan teknik membaca proses pembelajaran menjadi bermakna
tersebut, ketiga informan lebih merasa dengan adanya proses manipulatif dari
kegiatan membaca yang mereka guru dan permainan di sela-sela
rencanakan dapat diterima dengan baik pembelajaran membaca yang tentunya
oleh siswa. Salah satunya informan I tidak melenceng dari materi yang
memaparkan bahwa ketika mengarahkan dipelajari. Pemunculan teknik secara
siswa untuk membaca beliau lebih suka bervariatif ini oleh guru, selain untuk
menggunakan teknik baca-ulang-ucap menciptakan pembelajaran yang tidak
karena siswa lebih tertarik dan siswa membosankan dan supaya pembelajaran
dapat lebih aktif. membaca memiliki makna, juga
Sementara itu, pemilihan teknik pemunculan teknik ini berdasarkan
baca-ulang-ucap disebabkan oleh dengan karakteristik siswa yang diajarkan oleh
menggunakan teknik tersebut, guru dapat guru juga sangat bervariatif.
memantapkan cara siswa di dalam Temuan kedua, dari data hasil
membaca dan mengajak siswa membaca observasi sebanyak empat kali. Teknik
dengan cara yang gembira. Selain itu, membaca permulaan yang paling sering
ketika mewawancarai informan III, beliau digunakan oleh ketiga guru yang peneliti
juga memaparkan bahwa dengan teliti adalah teknik membaca permulaan
menggunakan teknik baca-ulang-ucap, dengan jenis teknik baca-ulang-ucap.
guru dapat mengaktifkan siswa dalam Keseringan penggunaan teknik membaca
pembelajaran membaca dan tentunya 6 permulaan ini memperlihatkan bahwa guru
juga dapat memantapkan pemahaman menginginkan siswa belajar dengan
siswa tentang sesuatu yang telah dibaca. santai, menyenangkan, serta berada di
Sesuai dengan hasil yang bawah tuntunan guru. Hal itu dapat dilihat
diperoleh dalam penelitian ini, ada dari cara guru yang bervariasi di dalam
beberapa temuan yang diperoleh dalam memunculkan teknik membaca permulaan
penelitian ini. Temuan-temuan itu antara tersebut. Pemilihan teknik membaca
lain adalah sebagai berikut. Pertama, di permulaan tersebut disesuaikan guru
dalam pembelajaran membaca khususnya dengan pendekatan yang digunakan
membaca permulaan teknik yang dalam pembelajaran membaca di kelas
dimunculkan oleh ketiga guru yang telah awal, yaitu pendekatan tematik sehingga
diteliti sangat bervariatif. Kevariatifan dengan teknik membaca permulaan
teknik yang dimunculkan oleh guru tersebut guru berusaha menghidupkan
dilakukan supaya pembelajaran membaca kelas dan melibatkan diri dengan siswa
tidak membosankan. Di samping itu juga dalam proses pembelajaran hingga pada
supaya pembelajaran membaca dapat akhirnya pembelajaran yang dilakukan
memiliki makna. Hal ini sesuai dengan lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan
pendapat Purbaningrum (2009: 27) bahwa pendapat Indrawati (2009: 30) yang
pembelajaran di kelas awal berorientasi menyatakan bahwa pembelajaran pada
pada pendekatan DAP (Developmentally kelas awal lebih menekankan pada
Appropiate Practice) yang mengacu pada keterlibatan guru dan siswa dalam proses
beberapa asas yang salah satu asasnya, belajar atau mengarahkan siswa lewat
yaitu asas kebermaknaan. Asas tuntunan secara aktif dalam proses
kebermaknaan ini berarti bahwa pembelajaran sehingga siswa dapat
pembelajaran hendaknya penuh makna memperoleh pengalaman secara
dengan menciptakan banyak proses langsung dan tidak langsung, serta terlatih
manipulatif sambil bermain. Hal tersebut untuk dapat menemukan berbagai
dapat dilihat dari teknik-teknik membaca pengetahuan yang dipelajari secara

8
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

holistik, bermakna, otentik, dan aktif. demikian guru dapat menentukan teknik
Melihat teori dan praktik di lapangan (di yang sesuai dengan karakter siswa. Untuk
kelas), guru tidaklah melepaskan itu, guru harus memiliki kreativitas di
pemikiran tentang karakteristik siswa yang dalam memberikan contoh supaya dapat
berada di kelas awal yang selalu ingin ditiru oleh peserta didik dengan baik.
belajar disertai dengan permainan dan Alasan lain memilih teknik
tuntunan. Hal itulah yang menyebabkan membaca permulaan yang digunakan,
guru lebih sering menggunakan teknik yaitu teknik membaca permulaan
baca-ulang-ucap dicirikan dengan didasarkan atas pemikiran bahwa teknik
penggunaan contoh yang disertai dengan membaca permulaan tidak menyulitkan
bunyi yang jernih dan menarik. Siswa guru dan siswa dari segi waktu. Dari segi
sangat menikmati pembelajaran yang persiapan, teknik membaca permulaan
disertai dengan permainan karena pada yang digunakan oleh guru tidak diperlukan
usia yang masih kecil, mereka tidaklah sebuah persiapan yang matang karena
jenuh untuk terus bermain dan dituntun. teknik tersebut bukanlah dalam bentuk
Setelah dimunculkannya teknik baca- benda melainkan dalam bentuk lisan dan
ulang-ucap siswa terlihat lebih aktif juga teknik membaca yang digunakan
mengikuti pembelajaran membaca. tidak memerlukan banyak pengeluaran
Temuan ketiga, terkait dengan dalam pengaplikasiannya. Dengan begitu
alasan guru memilih teknik tersebut di guru dan siswa lebih dipermudah dengan
dalam pembelajaran membaca teknik membaca yang digunakan. Selain
permulaan. Berbagai teknik membaca melihat kemudahan yang ditimbulkan saat
permulaan yang digunakan oleh guru menggunakan teknik membaca tersebut,
dalam mengajarkan membaca permulaan guru juga beralasan bahwa teknik
di kelas 1 merupakan teknik yang membaca yang dipergunakan dapat
dimanfaatkan untuk menumbuhkan dimodifikasi dengan sebuah permainan.
antusias siswa dalam mengikuti Jadi, dengan adanya berbagai permainan
pembelajaran membaca dan agar siswa yang dimunculkan, guru memanfaatkan
memiliki kegemaran di dalam membaca dan menggabungkannya dengan teknik
sejak dini. Berbagai alasan muncul dalam membaca yang digunakan. Guru
memilih teknik membaca permulaan yang merasakan dengan menggunakan teknik
digunakan selama proses pembelajaran di dalam pembelajaran membaca
membaca. Memilih menggunakan teknik- membuat siswa lebih aktif dan terlihat ada
teknik tersebut oleh guru didasarkan atas kegemaran yang terpancar dari diri siswa
karakteristik siswa yang diajarkan. Siswa di dalam membaca. Apalagi siswa SD
kelas awal memiliki karakteristik yang kelas awal masih sangat memerlukan
selalu aktif, ingin tahu segalanya, selalu tuntunan dan pengarahan terlebih di
suka bermain, serta selalu suka dengan dalam kegiatan membaca. Minat,
pembelajaran yang disertai dengan kesenangan, dan karakteristik siswa
contoh. Jadi, yang disampaikan harus menjadi tolok ukur guru dalam
disertai dengan tuntunan dan dekat menggunakan teknik membaca yang
dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal dimunculkan. Dengan demikian
itu senada dengan pendapat Indrawati diharapkan, pembelajaran membaca yang
(2009: 27) yang menyatakan bahwa selama ini diberikan dapat dipahami dan
pembelajaran di SD kelas rendah bermakna bagi kehidupan sehari-hari
hendaknya menapak pada hal-hal yang siswa karena siswa SD kelas awal adalah
berada dekat dengan lingkungan peserta siswa yang baru mulai belajar bahasa
didik. Selain itu, Harjono (2005:7 21) yang sesungguhnya sehingga materi yang
memiliki pendapat bahwa guru harus diajarkan haruslah dapat melekat di benak
mampu menjadi contoh (teladan) di dalam siswa dan dapat dipahami untuk
sebuah pembelajaran. Selain itu juga guru mempermudah pembelajaran di tingkatan
harus mampu memahami karakteristik kelas yang lebih tinggi.
siswa yang diajar sehingga dengan

9
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Temuan lain, siswa memberikan kesejalanan di dalam membahas


respons yang positif ketika guru pembelajaran membaca permula pada
menerapkan teknik pembelajaran siswa kelas 1.
membaca yang dimunculkan disertai Dari uraian tersebut, keberhasilan
dengan contoh dan permainan . Respons siswa dalam pembelajaran membaca
tersebut terlihat dari suasana kelas yang permulaan tidak terlepas dari teknik yang
kondusif. Respons positif tercermin dari digunakan oleh guru, sehingga
perilaku siswa ketika mengikuti pembelajaran membaca permulaan
pembelajaran membaca permulaan. Hal menjadi lebih menyenangkan dan
ini sejalan dengan penelitian sejenis I menarik. Dalam pembelajaran ini, guru
Kadek Sudiantara tahun (2010) berjudul dapat memberikan layanan dan bimbingan
“Penggunaan Media Kartu Suku Kata yang tepat kepada siswa terkait
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pembelajaran membaca permulaan. Di
untuk Meningkatkan Kemampuan samping itu, guru juga dapat
Membaca Permulaan pada Siswa Kelas 1 mengantisipasi kemungkinan-
Semester 1 SD 3 Menanga, Kecamatan kemungkinan timbulnya kemalasan siswa
Rendang, Kabupaten Karangasem Tahun di dalam mengikuti pembelajaran
Pelajaran 2009/2010” Hasil penelitian ini membaca permulaan. Guru juga dapat
menunjukkan bahwa pada siklus I menciptakan suasana belajar yang lebih
presentase kemampuan membaca menyenangkan dengan mengajak siswa
permulaan siswa sebesar 73,46% dengan belajar membaca secara bersama-sama
kategori baik dan pada siklus II mengalami dengan disertai permainan.
peningkatan menjadi 83,46% dengan
kategori sangat baik. Ini menunjukkan SIMPULAN DAN SARAN
kalau penggunaan media kartu suku kata Berdasarkan pembahasan di atas,
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ada beberapa hal yang menjadi simpulan
dapat meningkatkan kemampuan dalam penelitian ini. Pertama, guru yang
membaca permulaan pada Siswa kelas 1 mengajarkan bahasa Indonesia,
semester 1 SD 3 Menanga Tahun khususnya, dalam pembelajaran
Pelajaran 2009/2010. Selain itu, media membaca permulaan di kelas 1 SD
kartu suku kata dapat melatih pola pikir Negeri 1 Banjar Jawa, telah memunculkan
siswa untuk mengembangkan satu sata teknik pembelajaran dalam pembelajaran
menjadi kata yang lainnya. membaca permulaan. Teknik
Temuan ini juga sejalan dengan pembelajaran yang dimunculkan antara
penelitian sejenis Ni Putu Fery Rusmantini lain, teknik pembelajaran membaca
tahun (2011) berjudul “Penerapan Metode dengan jenis teknik baca-ulang-ucap,
SAS Berbantuan Kartu Huruf untuk baca-tulis, lihat-baca, dan lihat ucap.
Meningkatkan Keterampilan Membaca Selain itu, guru juga memunculkan teknik
Permulaan pada Siswa Kelas 1 Semester pembelajaran membaca dengan jenis
II SD No 1 Penarukan, Kecamatan teknik memperkenalkan. Dalam
Buleleng, Kabupaten Buleleng Tahun pengaplikasiannya, guru telah mampu
Pelajaran 2011/2012” Penerapan metode menggunakan teknik pembelajaran
SAS berbantuan kartu huruf terbukti dapat membaca permulaan sesuai dengan
meningkatkan keterampilan membaca karakteristik siswa.
permulaan. Hal ini dapat dilihat dari hasil Kedua, Selama pembelajaran
analisis pada siklus I presentase membaca permulaan berlangsung di kelas
kemampuan membaca permulaan siswa 1 SD Negeri 1 Banjar Jawa, guru selalu
sebesar 68,33% dan pada siklus II menggunakan teknik pembelajaran
mengalami peningkatan menjadi 86,66 membaca untuk meningkatkan keaktifan
Dengan demikian, dapat disimpulkan siswa dalam pembelajaran. Berbagai
antara penelitian ini dan penelitian yang macam teknik pembelajaran membaca
pernah dilakukan oleh I Kadek Sudiantara telah dimunculkan tetapi teknik
dan Ni Putu Fery Rusmantini memiliki pembelajaran membaca yang paling

10
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

sering dimunculkan adalah teknik membaca akan berlangsung dengan baik


pembelajaran membaca dengan jenis dan tujuan pembelajaran membaca dapat
teknik baca-ulang-ucap. Keseringan tersampaikan dengan baik pula. (2)
penggunaan teknik pembelajaran peneliti lain, diharapkan dapat melakukan
tersebut, membuat siswa selalu gembiran penelitian sejenis yang lebih mendalam
dalam mengikuti pembelajaran membaca. lagi dari aspek yang dianggap penting
Di samping itu, dengan menggunakan untuk dikaji mengenai teknik pembelajaran
teknik baca-ulang-ucap intraksi antara yang digunakan oleh guru dalam
guru dan siswa dapat terjalin dengan baik. pembelajaran membaca permulaan.
Mengingat siswa yang masih duduk di
kelas rendah membutuhkan tuntunan dan DAFTAR PUSTAKA
teladan yang baik bagi mereka. Badudu. J. S. 1993. Pengajaran Bahasa
Ketiga, Pemilihan dan penggunaan Indonesia di Sekolah Menengah:
teknik pembelajaran membaca tersebut, Tinjauan dari Masa ke Masa,
oleh guru dilandaskan atas karakteristik Bambang Kaswanti Purwo (ed),
siswa yang sedang duduk di SD kelas Pelba 6. Yogyakarta: Kanasius.
awal. Siswa yang duduk di kelas 1, Dalman. 2013. Keterampilan Membaca.
cenderung ingin pembelajaran yang Jakarta: PT. Raja Garfindo
disertai dengan permainan atau Persada.
pembelajaran yang membutuhkan contoh Dewi, Ni Made Ayu Puspita. 2011.
dan tuntunan sehingga pembelajaran Penerapan Metode IIN-AAN
menjadi menarik dan bermanfaat untuk Berbantuan Media Kartu Huruf
siswa. Selain itu, pemilihan teknik untuk Meningkatkan Hasil Belajar
pembelajaran membaca tersebut, Membaca dan Menulis Permulaan
disebabkan oleh, siswa memiliki minat dan pada Siswa Kelas 1 di SD No. 4
kegemaran membaca yang masih dalam Sudaji, Kecamatan Sawan,
kapasitas sedang untuk itu guru memilih Kabupaten Buleleng Tahun
teknik pembelajaran membaca yang dapat Pelajaran 2010/2011. Skripsi
memenuhi minat dan menumbuhkan (tidak diterbitkan). Jurusan
kegemaran membaca pada diri siswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar:
sejak dini. Secara umum, siswa sangat Universitas Pendidikan Ganesha.
senang dengan pembelajaran yang Indrawati. 2009. Model Pembelajaran
disertai dengan permainan dan senang Terpadu di Sekolah Dasar untuk
akan pembelajaran yang dilakukan secara Guru SD. Jakarta: Pusat
bersama-sama. Mengingat bahwa anak Pengembangan dan
yang baru menginjak usia belajar bahasa Pemberdayaan Pendidikan dan
yang sesungguhnya perlu diberikan teknik Tenaga Kependidikan Ilmu
yang menyenangkan baginya supaya Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA).
materi atau pembelajaran membaca yang Harjono. 2005. Perencanaan Pengajaran.
diajarkan oleh guru dapat dipahami dan Jakarta: Rineka Cipta.
dapat diaplikasikan di dalam kehidupan Muchlisoh. 1992. Materi Pokok Bahasa
sehari-hari. Indonesia 3. Jakarta: Depdikbud.
Berdasarkan simpulan di atas, Nuryati, Sri. 2007. Pembelajaran
saran yang dapat disampaikan dalam Membaca Permulaan melalui
penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Permainan Bahasa di Kelas Awal
guru yang mengajarkan bahasa Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah
Indonesia, khususnya, dalam Dasar, (Online), (http://www.
pembelajaran membaca permulaan Google.com, diakses 7 Desember
hendaknya lebih meningkatkan lagi 2007).
penggunaan teknik pembelajaran Purbaningrum, Wiwin. 2009. Penggunaan
membaca sehingga teknik yang Strategi Komunikasi oleh Pemelajar
digunakan lebih kreatif dan bervariasi. ESL: Studi Kasus pada Tugas
Dengan demikian, pembelajaran Wicara di Depan Umum. Tesis

11
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

(tidak diterbitkan). Program Studi Kabupaten Karangasem Tahun


Linguistik, Universitas Indonesia. Pelajaran 2009/2010. Skripsi (tidak
Riduwan. 2007. Skala Pengukuran diterbitkan). Jurusan Pendidikan
Variabel-Variabel Penelitian. Guru Sekolah Dasar: Universitas
Bandung: Alfabeta. Pendidikan Ganesha.
Rusmantini, Ni Putu Fery. 2011. Sudiana, I Nyoman. 2007. Membaca.
Pererapan Metode SAS Malang: Universitas Negeri
Berbantuan Kartu Huruf untuk Malang.
Meningkatkan Keterampilan Sugiyono. 2007. Metode Penelitian
Membaca Permulaan pada Siswa Pendidikan. Bandung: Alfabet.
Kelas 1 Semester II SD No 1 Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian
Penarukan, Kecamatan Buleleng, Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Kabupaten Buleleng Tahun Sunarto, H dan Ny. B. Agung Hartono.
Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak 2002. Perkembangan Peserta
diterbitkan). Jurusan Pendidikan Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Guru Sekolah Dasar: Universitas Wendra, I Wayan. 2009. Penulisan Karya
Pendidikan Ganesha. Ilmiah. Buku Ajar (tidak
Suandi, I Nengah. 2008. Pengantar diterbitkan). Jurusan Pendidikan
Metodologi Penelitian Bahasa. Bahasa dan Sastra Indonesia.
Singaraja: Undiksha. Singaraja: Undiksha.
Sudiantara, I Kadek. 2010. Penggunaan Winiasih, 2005. Diagnosis Kesulitan
Media Kartu Suku Kata dalam Membaca Permulaan Siswa SD/Mi
Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui analisis Reading Readiness.
untuk Meningkatkan Kemampuan Jurnal Sekolah Dasar, (Online),
Membaca Permulaan pada Siswa Tahun 14, Nomor 1, Mei 2005,
Kelas 1 Semester 1 SD. 3 (http://www. Google.com, diakses 19
Menanga, Kecamatan Rendang, Desember 2007).

12

Anda mungkin juga menyukai