Jurnal
Jurnal
PERAYAAN EKARISTI
Drs. Don Bosco Karnan Ardijanto. M.A, Katarina Dian Andriani
STKIP Widya Yuwana Madiun
modhepr@gmail.com
STKIP Widya Yuwana Madiun
andrianicatarina@gmail.co.id
Abstract
The presence of Christ in the Eucharistic Celebration is real, but people still find
attitudes that are not appropriate to respond to the presence of Christ. Regarding this, the
problem formulation arises. 1) What is meant by the presence of Christ in the Eucharist? 2)
How do the people of Santa Maria Rejoso station, Santa Maria Blitar parish understand the
presence of Christ in the Eucharistic Celebration? The purpose of this research is to explain
the presence of Christ in the Eucharistic Celebration and the understanding of the Stasi
Santa Maria Rejoso parish of Santa Maria Blitar about the presence of Christ in the
Eucharistic Celebration. This research uses qualitative research methods with data
collection techniques through interviews. With the technique of selecting respondents using
purposive sampling technique. With the criteria of the respondents are station managers and
activists from the categorical group representatives. This research resulted in four
conclusions: first, the people have understood the presence of Christ in their daily life, the
two people understand that the Eucharist is a holy communion, the three people understand
that Christ is present at the Eucharist, and the four people also believe that apart from the
Eucharistic Celebration of Christ present.
1. PENDAHULUAN
Perayaan ekaristi merupakan salah satu karya penyelenggaraan Allah dalam
kegiatan liturgis. Dalam perayaan ekaristi tersebut Kristus sungguh hadir secara nyata
yakni dalam diri imam, dalam sabda Allah yang diwartakan, dalam rupa roti dan
anggur serta dalam jemaat yang berdoa. Dalam SC 7 dikatakan bahwa:
Ia hadir dalam Korban Misa, baik dalam pribadi pelayan, “karena
yang sekarang mempersembahkan diri melalui pelayanan imam
sama saja dengan Dia yang ketika itu mengorbankan Diri di kayu
salib, maupun terutama dalam (kedua) rupa Ekaristi. Dengan
kekuatan-Nya Ia hadir dalam Sakramen-sakramen sedemikian
rupa, sehingga bila ada orang yang membabtis, Kristus sendirilah
yang membabtis. Ia hadir dalam sabda-Nya, sebab Ia sendiri
bersabda bila Kitab suci dibacakan dalam Gereja. Akhirnya Ia
hadir, sementara Gereja memohon dan bermazmur, karena Ia
sendiri berjanji: “Bila dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-
Ku, di situlah Aku berada di antara mereka” (Mat 18: 20).
Perayaan Ekaristi adalah kurban Kristus sendiri yang rela menderita wafat di
kayu salib untuk umat-Nya. Hal ini terungkap sungguh nyata dalam Doa Syukur
Agung “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu”, dan “cawan ini adalah
perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu” (Luk 22: 19-20).
Tuhan Yesus adalah kurban dan pengurban dari Perayaan Ekaristi itu sendiri,
Hermans, (1992: 123) mengatakan bahwa “Ekaristi adalah suatu kurban, sebab di
sini Kristus hadir sebagai pengurban dan kurban. Dan justru gereja, khususnya gereja
lokal yang merayakan Ekaristi mempersembahkan dalam Roh kurban tak bernoda
kepada Bapa dalam perayaan kurban peringatan ini.” Di samping itu Gereja pun juga
ambil bagian dalam kurban Ekaristi.
Perayaan Ekaristi dikatakan sebagai kurban, di mana dalam Perayaan Ekaristi
tersebut peristiwa Salib yang dikurbankan Yesus di masa lalu dikenang sekaligus
dihadirkan kembali. Selain itu, jemaat yang hadir juga ikut ambil bagian dalam
pengurbanan tersebut. Perayaan Ekaristi dikatakan sebagai kurban menunjukkan
bahwa dalam Perayaan Ekaristi tersebut terdapat kurban Kristus dan juga kurban
Gereja. Di mana Kristus sebagai pengkurban itu hadir dalam diri imam yang
memimpin dan Gereja sebagai anggotanya ikut ambil bagian dalam kurban Ekaristi.
Pengurbanan Yesus di masa lampau dihadirkan kembali secara nyata pada
saat ini. Untuk itulah Perayaan Ekaristi disebut juga sebagai kenangan, mengenang
apa yang telah dikurbankan Yesus secara nyata. KGK 1362 mengatakan bahwa
Perayaan Ekaristi sebagai kenangan: “Ekaristi adalah kenangan akan Paska Kristus,
yang menghadirkan dan mempersembahkan secara sakramental kurban satu-satunya
dalam liturgi Tubuh-Nya, yaitu Gereja. Dalam semua Doa Syukur Agung, sesudah
kata-kata penetapan, kita temukan sebuah doa yang dinamakan anamneses atau
kenangan.”
Rahmat Tuhan yang begitu luar biasa untuk umat-Nya melalui pengurbanan
Yesus, saat ini dirayakan secara nyata oleh seluruh jemaat melalui Ekaristi. Perayaan
ini bukan hanya sekedar perayaan untuk mengingat-ingat tetapi sungguh
mengahdirkan kembali pengurbanan Yesus. “Perayaan Ekaristi adalah perayaan yang
mengenangkan Misteri Paskah, yaitu peristiwa wafat dan kebangkitan Tuhan. Nah,
kata ‘mengenangkan’ dalam rangka Misa Kudus ini berbeda sekali dengan sekadar
tindakan mengingat-ingat seperti usaha untuk mengenang atau membangkitkan
memori-memori masa lalu seperti di atas.” (Martasudjita, 2018: 52)
Perayaan Ekaristi dikatakan sebagai kenangan karena ekaristi adalah
kenangan akan sengsara dan kebangkitan Tuhan. Apa yang telah dilakukan Yesus
pada masa lampau, sengsara, wafat hingga bangkit sungguh dihadirkan kembali
dalam Perayaan Ekaristi pada saat ini. Bukan hanya diingat-ingat tapi dikenang dan
dihadirkan kembali dalam Perayaan Ekaristi tersebut. Pengenangan ini juga
merupakan wujud syukur atas kasih Kristus.
2.2 Kehadiran Kristus dalam Perayaan Ekaristi
Perayaan Ekaristi merupakan karya penyelenggaraan Allah sendiri. Di mana
dalam Perayaan Ekaristi tersebut Kristus sungguh-sungguh hadir secara nyata.
Kehadian Kristus tersebut terdapat dalam diri imam, dalam sabda Allah yang
diwartakan, dalam dua rupa (roti dan anggur), serta dalam jemaat yang berdoa.
Sacrosantum Consilium 7 mengajarkan bahwa:
Ia hadir dalam Kurban Misa, baik dalam pribadi pelayan, “karena yang
sekarang mempersembahkan diri melalui pelayan imam sama saja
dengan Dia yang ketika itu mengurbankan Diri di kayu salib, maupun
terutama dalam (kedua) rupa Ekaristi. Dengan kekuatan-Nya Ia hadir
dalam Sakramen-sakramen sedemikian rupa, sehingga bila ada orang
yang membabtis, Kristus sendirilah yang membaptis. Ia hadir dalam
sabda-Nya, sebab Ia sendiri bersabda bila Kitab suci dibacakan dalam
Gereja. Akhirnya Ia hadir, sementara Gereja memohon dan
bermazmur, karena Ia sendiri berjanji: Bila dua atau tiga orang
berkumpul dalam nama-Ku, di situlah Aku berada di antara mereka
(Mat 18:20).
Roti dan anggur yang diterima saat Perayaan Ekaristi berlangsung bukanlah
sekedar roti dan anggur biasa, melaikan tubuh dan darah Kristus yang sungguh nyata.
Selain liturgi sabda, liturgi ekaristi juga merupakan bagian pokok dalam Perayaan
Ekaristi. Perubahan roti dan anggur yang sungguh nyata terjadi saat konsekrasi.
Dalam Komkat (1996:17), menjelaskan bahwa “….. Oleh konsekrasi terjadilah
perubahan (transsubstansiasi) roti dan anggur ke dalam Tubuh dan Darah Kristus. Di
dalam rupa roti dan anggur yang telah dikonsekrasi itu, Kristus yang hidup dan
dimuliakan hadir sungguh nyata secara substansial dengan tubuh-Nya, darah-Nya,
dan kodrat ilahi-Nya.”
Hanya dengan iman lah rupa roti dan anggur sungguh menjadi tubuh dan
darah Kristus. Jika tidak dengan iman maka roti dan anggur tersebut hanyalah roti
dan anggur biasa. Hermans, (1992: 25) menegaskan “Setelah perkataan konsekrasi
diucapkan dalam Doa Syukur Agung di atas roti dan anggur, maka roti dan anggur
telah diubahkan menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Inilah sepenuhnya rahasia iman
umat Allah. Kristus hadir sendiri- Tubuh-Nya dan Darah-Nya sungguh-sungguh hadir
di dalam ekaristi senantiasa dan secara kodrati.”
3. KESIMPULAN
Perayaan Ekaristi merupakan sebuah perayaan syukur atas segala karya
keselamatan Allah yang diberikan kepada umat-Nya. Karya keselamatan Allah yang
dilakukan oleh Yesus sebagai kurban dihadirkan kembali secara nyata melalui
Perayaan Ekaristi. Bukan hanya mengingat akan apa yang telah di lakukan Yesus
melainkan menghadirkan kembali secara nyata bahwa Tuhan sungguh hadir dalam
Perayaan Ekaristi. Kristus hadir secara nyata dalam diri Imam, Sabda Allah yang
diwartakan, dua rupa (roti dan anggur), dan jemaat yang berdoa.
Hasil penelitian dengan menggunakan metode kualitatif di stasi Santa Maria
Rejoso paroki Santa Maria Blitar, dengan 10 responden menghasilakan empat
kesimpulan: pertama, umat telah memahami kehadiran Kristus dalam hidup harian.
Berdasarkan pengalaman harian yang dialami umat telah memahami dan merasakan
bahwa Kristus hadir dalam hidup. Kehadiran Kristus dirasakan berdasarkan latar
belakang pekerjaan di mana umat bersyukur atas segala kebaikan Kristus melalui
pekerjaan. Kehadiran Kristus juga dirasakan secara personal dengan merasakan
ketentraman dan damai dalam diri pribadi, dan juga kehadiran Kristus dirasakan
karena relasi dengan orang-orang sekitar.
Kedua umat memahami bahwa Perayaan Ekaristi sebagai perjamuan kudus.
Terdapat banyak pandangan dan pengertian mengenai apa itu Perayaan Ekaristi.
Perayaan Ekaristi dapat dikatakan sebagai perayaan syukur, salah satu dari ketujuh
sakramen dan lain sebagainya. Pemahaman umat terkait pengertian Perayaan
Ekaristin sangat beragam, dalam penelitian ini terdapat tiga garis besar mengenai apa
itu pengertian Perayaan Ekaristi yakni: Ekaristi sebagai sarana, Ekaristi secara umum
yang meliputi Ekaristi adalah sakramen yang sering diterima dan salah satu dari
ketujuh sakramen, dan pengertian Ekaristi secara mendalam yang mana pengertian
yang diutarakan umat lebih mengarah pada Perayaan Ekaristi adalah perjamuan
kudus.
Ketiga umat memahami bahwa Kristus hadir dalam Perayaan Ekaristi.
Berdasarkan hasil penelitian kehadiran Kristus dalam Perayaan Ekaristi terdapat
dalam diri imam, dalam dua rupa atau biasa disebut Roti dan Anggur, dalam Sabda
Allah yang diwartakan dan juga dalam jemaat yang berdoa. Kehadiran Kristus dalam
Perayaan Ekaristi sungguh dirasakan oleh umat. Kemudian, yang keempat selain
kehadiran Kristus terdapat dalam Perayaan Ekaristi umat juga meyakini bahwa di luar
Perayaan Ekaristi Kristus juga hadir. Hadir dalam hidup hadiran umat, dalam pribadi
umat dan juga dalam jemaat yang berkumpul.
4. DAFTAR PUSTAKA
Banawiratma, JB, 1986, Ekaristi dan Kerjasama Imam-Awam. Yogyakarta:
Kanisius
Komisi Liturgi, 2002, Pedoman Umum Misale Romawi. Flores: Nusa Indah