Anda di halaman 1dari 9

PEMAHAMAN UMAT TENTANG KEHADIRAN KRISTUS DALAM

PERAYAAN EKARISTI
Drs. Don Bosco Karnan Ardijanto. M.A, Katarina Dian Andriani
STKIP Widya Yuwana Madiun
modhepr@gmail.com
STKIP Widya Yuwana Madiun
andrianicatarina@gmail.co.id
Abstract
The presence of Christ in the Eucharistic Celebration is real, but people still find
attitudes that are not appropriate to respond to the presence of Christ. Regarding this, the
problem formulation arises. 1) What is meant by the presence of Christ in the Eucharist?  2)
How do the people of Santa Maria Rejoso station, Santa Maria Blitar parish understand the
presence of Christ in the Eucharistic Celebration? The purpose of this research is to explain
the presence of Christ in the Eucharistic Celebration and the understanding of the Stasi
Santa Maria Rejoso parish of Santa Maria Blitar about the presence of Christ in the
Eucharistic Celebration. This research uses qualitative research methods with data
collection techniques through interviews. With the technique of selecting respondents using
purposive sampling technique. With the criteria of the respondents are station managers and
activists from the categorical group representatives. This research resulted in four
conclusions: first, the people have understood the presence of Christ in their daily life, the
two people understand that the Eucharist is a holy communion, the three people understand
that Christ is present at the Eucharist, and the four people also believe that apart from the
Eucharistic Celebration of Christ present.

Keywords: The Eucharistic Celebration, Christ Presence, Understanding of the People

1. PENDAHULUAN
Perayaan ekaristi merupakan salah satu karya penyelenggaraan Allah dalam
kegiatan liturgis. Dalam perayaan ekaristi tersebut Kristus sungguh hadir secara nyata
yakni dalam diri imam, dalam sabda Allah yang diwartakan, dalam rupa roti dan
anggur serta dalam jemaat yang berdoa. Dalam SC 7 dikatakan bahwa:
Ia hadir dalam Korban Misa, baik dalam pribadi pelayan, “karena
yang sekarang mempersembahkan diri melalui pelayanan imam
sama saja dengan Dia yang ketika itu mengorbankan Diri di kayu
salib, maupun terutama dalam (kedua) rupa Ekaristi. Dengan
kekuatan-Nya Ia hadir dalam Sakramen-sakramen sedemikian
rupa, sehingga bila ada orang yang membabtis, Kristus sendirilah
yang membabtis. Ia hadir dalam sabda-Nya, sebab Ia sendiri
bersabda bila Kitab suci dibacakan dalam Gereja. Akhirnya Ia
hadir, sementara Gereja memohon dan bermazmur, karena Ia
sendiri berjanji: “Bila dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-
Ku, di situlah Aku berada di antara mereka” (Mat 18: 20).

Di samping kehadiran Kristus yang sungguh nyata, dalam perayaan ekaristi


juga terdapat dua bagian pokok penting yakni liturgi sabda dan liturgi ekaristi.
Liturgi sabda merupakan saat dimana Kristus mencoba berkomunikasi dengan umat
dengan mewartakan sabda-Nya yang kemudian ditanggapi umat dengan doa.
Sedangkan liturgi ekaristi merupakan saat dimana seluruh umat bersyukur dan
bersatu dengan Kristus.
Kehadiran Kristus yang sungguh nyata dalam perayaan ekaristi hendaknya
juga ditanggapi dengan baik oleh umat, maka diperlukannya sikap batin dalam
mengikuti perayaan ekaristi. Kesiapan batin yang kurang dapat mengakibatkan
kurang fokusnya umat dalam mengikuti perayaan ekaristi seperti berbicara sendiri
saat kotbah, tidak fokus selama perayaan ekaristi berlangsung, dan juga pulang
terlebih dahulu sebelum berkat penutup. Melihat hal ini muncullah pertanyaan
bagaimana pemahaman umat terkait kehadiran Kristus dalam perayaan ekaristi?
Penelitian ini memaparkan kehadiran Kristus dalam perayaan ekaristi dan
juga pemahaman umat terkait kehadiran Kristus dalam perayaan ekaristi. Sehingga
penelitian ini bermanfaat bagi tenaga pastoral dan seluruh umat.

2. Kehadiran Kristus Dalam Perayaan Ekaristi


2.1 Perayaan Ekaristi
Perayaan Ekaristi merupakan sebuah karya keselamatan dari Allah yang
dilakukan oleh Yesus. Di mana dalam Perayaan Ekaristi menghadirkan kembali
kenangan akan kisah sengsara dan juga kebangkitan Kristus, seperti yang terdapat
dalam Lumen Gentium 5:
“…. Karya penebusan umat manusia dan pemulihan Allah telah
diawali dalam perjanjian lama. Kemudian karya itu diselesaikan
oleh Kristus melalui misteri paskah, yakni sengsara-Nya yang
suci, kebangkitan, dan kenaikan-Nya yang mulia. Dengan
demikian Kristus menghancurkan maut kita dengan wafat-Nya
dan membangun kembali hidup kita dengan kebangkitan-Nya.
Oleh sebab itu muncullah sakramen seluruh Gereja yang
mengagumkan” (LG 5).

Sebagai sebuah karya penebusan Allah, Perayaan Ekaristi juga menjadi


sumber dan puncak kehidupan umat Kristiani. Di mana seluruh kegiatan Gereja
bersumber dan berpuncak pada Perayaan Ekaristi. “Perayaan Ekaristi dikatakan
sebagai sumber, sebab dalam Perayaan Ekaristi ini Allah berkenan mengalirkan
rahmat-Nya atas diri dan hidup orang beriman Katolik yang merayakannya,
menguduskan mereka, sehingga mereka mampu memuliakan Allah dalam diri
Kristus.” (Prasetya, 2011: 12). Allah adalah sumber dari Ekaristi itu sendiri, oleh
sebab itu umat yang merayakan Ekaristi akan memperoleh rahmat yang bersumber
dari Allah.
Sedangkan, Perayaan Ekaristi dikatakan sebagai puncak di mana seluruh
kegiatan Gereja diarahkan kepada ekaristi tujuan akhir dari segala perayaan adalah
ekaristi itu sendiri. “Perayaan Ekaristi dikatakan sebagai puncak, sebab semua
sakramen yang dirayakan oleh Gereja Katolik diarahkan kepada Perayaan Ekaristi
dan dimahkotai dengannya.” (Prasetya, 2011: 13). Rahmat yang berasal dari Allah
menjadi sumber dalam kehidupan harian sekaligus menjadi puncak atau tujuan akhir.
Sebagai bentuk ucapan terima kasih atas karya keselamatan Allah yang
begitu besar menjadikan Ekaristi sebagai sebuah perayaan syukur. “… Ekaristi,
karena ia adalah ucapan terima kasih kepada Allah. Kata-kata “eucharistein” dan
“eulogein” mengingatkan pujian bangsa Yahudi, yang terutama waktu makan –
memuliakan karya Allah: penciptaan, penebusan dan pengudusan.” (KGK. 1328).
Ekaristi mengingatkan bahwa hidup ini telah diselenggarakan dengan baik oleh
Allah, sebagai penerima kebaikan Allah umat beriman hendaknya mengembangkan
sikap bersyukur. “Bersyukur itu tidak ditentukan oleh jumlah kuantitatif yang
diterima, tetapi sekecil apa pun yang diterima sudah dapat menjadi alasan untuk
bersyukur kepada Allah. Hidup penuh syukur nyatanya merupakan bentuk kehidupan
yang sehat. Orang yang jiwa dan rohaninya sakit tentulah sulit bersyukur.”
(Martasudjita, 2000: 55).
Perayaan Ekaristi juga merupakan sebuah kurban, di mana Kristus adalah
kurban itu sendiri. Kurban yang dihadirkan secara nyata dalam Perayaan Ekaristi.
Seperti yang terdapat dalam KGK 1365 yang mengajarkan bahwa:
Ekaristi juga satu kurban, karena Ia suatu kenangan akan Paska
Kristus. Sifat kurban ini sudah nyata dalam kata-kata Tuhan:
“Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu”, dan “cawan ini
adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi
kamu” (Luk 22:19-20). Dalam Ekaristi, Kristus mengaruniakan
tubuh ini, yang telah Ia serahkan di kayu salib untuk kita, dan
darah, “yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk
pengampunan dosa” (Mat 26: 28).

Perayaan Ekaristi adalah kurban Kristus sendiri yang rela menderita wafat di
kayu salib untuk umat-Nya. Hal ini terungkap sungguh nyata dalam Doa Syukur
Agung “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu”, dan “cawan ini adalah
perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu” (Luk 22: 19-20).
Tuhan Yesus adalah kurban dan pengurban dari Perayaan Ekaristi itu sendiri,
Hermans, (1992: 123) mengatakan bahwa “Ekaristi adalah suatu kurban, sebab di
sini Kristus hadir sebagai pengurban dan kurban. Dan justru gereja, khususnya gereja
lokal yang merayakan Ekaristi mempersembahkan dalam Roh kurban tak bernoda
kepada Bapa dalam perayaan kurban peringatan ini.” Di samping itu Gereja pun juga
ambil bagian dalam kurban Ekaristi.
Perayaan Ekaristi dikatakan sebagai kurban, di mana dalam Perayaan Ekaristi
tersebut peristiwa Salib yang dikurbankan Yesus di masa lalu dikenang sekaligus
dihadirkan kembali. Selain itu, jemaat yang hadir juga ikut ambil bagian dalam
pengurbanan tersebut. Perayaan Ekaristi dikatakan sebagai kurban menunjukkan
bahwa dalam Perayaan Ekaristi tersebut terdapat kurban Kristus dan juga kurban
Gereja. Di mana Kristus sebagai pengkurban itu hadir dalam diri imam yang
memimpin dan Gereja sebagai anggotanya ikut ambil bagian dalam kurban Ekaristi.
Pengurbanan Yesus di masa lampau dihadirkan kembali secara nyata pada
saat ini. Untuk itulah Perayaan Ekaristi disebut juga sebagai kenangan, mengenang
apa yang telah dikurbankan Yesus secara nyata. KGK 1362 mengatakan bahwa
Perayaan Ekaristi sebagai kenangan: “Ekaristi adalah kenangan akan Paska Kristus,
yang menghadirkan dan mempersembahkan secara sakramental kurban satu-satunya
dalam liturgi Tubuh-Nya, yaitu Gereja. Dalam semua Doa Syukur Agung, sesudah
kata-kata penetapan, kita temukan sebuah doa yang dinamakan anamneses atau
kenangan.”
Rahmat Tuhan yang begitu luar biasa untuk umat-Nya melalui pengurbanan
Yesus, saat ini dirayakan secara nyata oleh seluruh jemaat melalui Ekaristi. Perayaan
ini bukan hanya sekedar perayaan untuk mengingat-ingat tetapi sungguh
mengahdirkan kembali pengurbanan Yesus. “Perayaan Ekaristi adalah perayaan yang
mengenangkan Misteri Paskah, yaitu peristiwa wafat dan kebangkitan Tuhan. Nah,
kata ‘mengenangkan’ dalam rangka Misa Kudus ini berbeda sekali dengan sekadar
tindakan mengingat-ingat seperti usaha untuk mengenang atau membangkitkan
memori-memori masa lalu seperti di atas.” (Martasudjita, 2018: 52)
Perayaan Ekaristi dikatakan sebagai kenangan karena ekaristi adalah
kenangan akan sengsara dan kebangkitan Tuhan. Apa yang telah dilakukan Yesus
pada masa lampau, sengsara, wafat hingga bangkit sungguh dihadirkan kembali
dalam Perayaan Ekaristi pada saat ini. Bukan hanya diingat-ingat tapi dikenang dan
dihadirkan kembali dalam Perayaan Ekaristi tersebut. Pengenangan ini juga
merupakan wujud syukur atas kasih Kristus.
2.2 Kehadiran Kristus dalam Perayaan Ekaristi
Perayaan Ekaristi merupakan karya penyelenggaraan Allah sendiri. Di mana
dalam Perayaan Ekaristi tersebut Kristus sungguh-sungguh hadir secara nyata.
Kehadian Kristus tersebut terdapat dalam diri imam, dalam sabda Allah yang
diwartakan, dalam dua rupa (roti dan anggur), serta dalam jemaat yang berdoa.
Sacrosantum Consilium 7 mengajarkan bahwa:
Ia hadir dalam Kurban Misa, baik dalam pribadi pelayan, “karena yang
sekarang mempersembahkan diri melalui pelayan imam sama saja
dengan Dia yang ketika itu mengurbankan Diri di kayu salib, maupun
terutama dalam (kedua) rupa Ekaristi. Dengan kekuatan-Nya Ia hadir
dalam Sakramen-sakramen sedemikian rupa, sehingga bila ada orang
yang membabtis, Kristus sendirilah yang membaptis. Ia hadir dalam
sabda-Nya, sebab Ia sendiri bersabda bila Kitab suci dibacakan dalam
Gereja. Akhirnya Ia hadir, sementara Gereja memohon dan
bermazmur, karena Ia sendiri berjanji: Bila dua atau tiga orang
berkumpul dalam nama-Ku, di situlah Aku berada di antara mereka
(Mat 18:20).

2.1.1 Kehadiran Kristus dalam Diri Imam


Kehadiran Kristus dalam Perayaan Ekaristi secara nyata terdapat dalam diri
imam. “Jabatan yang dipangku oleh para imam khususnya dalam Perayaan Ekaristi
sungguh agung, karena mereka bertanggung jawab untuk memimpin ekaristi selaku
pribadi Kristus (in persona Christi) seraya menjadi saksi serta pelayan suatu
persekutuan.” (Komlit, 2015: 19).
Dalam KGK 1348 juga menegaskan bahwa Kristus hadir dalam diri Imam:
…. Kristus sendiri mengetahuinya; Ia adalah pelaku utama Ekaristi.
Ia adalah Imam Agung Perjanjian Baru. Secara tidak kelihatan Ia
sendiri memimpin tiap upacara Ekaristi. Sebagai wakil-Nya, Uskup
atau Imam (yang bertindak “atas nama Kristus, Kepala”) memimpin
umat, mengangkat bicara sesudah bacaan, menerima bahan
persembahan dan mengucapkan doa syukur agung….

Penyertaan Tuhan kepada umat-Nya sungguh tidak ada batasnya, terbukti


dengan kehadiran-Nya dalam setiap peristiwa. Terutama dalam Ekaristi sendiri, di
mana kehadiran-Nya sungguh nyata dalam diri Imam. Kristus yang dulu menderita
hingga wafat di kayu salib, saat ini sungguh-sungguh hadir dalam diri Imam untuk
mempimpin dan mempersembahkan Ekaristi bersama umat-Nya.
Kehadiran Kristus yang sungguh nyata dalam diri Imam, menunjukkan bahwa
jabatan yang diemban imam bukanlah jabantan yang main-main. Hanya dengan
tahbisan suci lah imam dapat mengemban tugas suci tersebut. Bahawiratma (1986:
47) mengatakan bahwa, “Tugas imam bukanlah tugas main main yang harus
dijalankan. Imam menjadi wakil Kristus, yang bertindak atas nama Kristus.” Tugas
imam dalam Perayaan Ekaristi sungguh-sungguh menjadi wakil Kristus yang
bertindak atas nama Kristus. Sebagai wakil Kristus selain menjadi pemimpin ekaristi
juga menjadi saksi iman bagi seluruh Gereja.

2.1.2 Kehadiran Kristus dalam Sabda Allah yang Diwartakan


Kehadiran Kristus selain dalam pribadi imam juga terdapat dalam Sabda
Allah yang diwartakan. Dalam PUMR no 29 mengatakan, “Bila Alkitab dibacakan
dalam gereja, Allah sendiri bersabda kepada umat-Nya, dan Kristus sendiri
mewartakan kabar gembira, sebab Ia hadir dalam sabda itu.” Hal ini menunjukkan
bahwa pembacaan sabda saat Perayaan Ekaristi menjadi bagian penting, di mana
dalam pembacaan sabda tersebut Kristus sungguh hadir sebagai sabda itu sendiri.
Dalam Perayaan Ekaristi saat Sabda Allah diwartakan, Kristus sendiri;ah yang
mewartakan dan diwartakan. Untuk itulah liturgi sabda merupakan bagian pokok
dalam Perayaan Ekaristi. Prasetya (2011: 24) menegaskan bahwa, “Liturgi Sabda
menjadi bagian penting dalam Perayaan Ekaristi, sebab Gereja Katolik meyakini
bahwa Kristus sendiri berkenan hadir di antara orang beriman ketika sabda
dibacakan. Dia sungguh hadir dan menyapa mereka yang berkumpul untuk
merayakan ekaristi.”
Kristus secara nyata berkomunikasi dengan umat-Nya saat liturgi sabda
berlangsung. Kristus mewartakan firman-Nya melalui bacaan pertama yang kemudian
ditanggapi umat dengan mazmur tanggapan. Selanjutnya, Kristus bersabda lagi dalam
bacaan kedua yang kemudian ditanggapi umat dengan bait pengantar Injil. Kristus
mewartakan sabda-Nya melalui bacaan Injil yang kemudian diberi penjelasan melalui
homili agar umat semakin memahami sabda-Nya, yang kemudian ditanggapi umat
dengan syahadat singkat. Kehadiran-Nya sungguh nyata dalam sabda Allah yang
telah diwartakan dan disinilah interaksi atau komunikasi Krustus dengan umat
sungguh terjadi.

2.1.3 Kehadiran Kristus dalam Dua Rupa


Kehadiran Kristus dalam Perayaan Ekaristi yang selanjutnya adalah terdapat
dalam dua rupa roti dan anggur. KGK no 1333 menegaskan kehadiran Kritus dalam
Dua Rupa sebagai berikut:
Di dalam Perayaan Ekaristi, roti dan anggur diubah melalui
perkataan Kristus dan seruan kepada Roh Kudus, menjadi tubuh dan
darah Kristus. Sesuai dengan petunjuk Tuhan, demi kenangan akan
Dia, Gereja melanjutkan apa yang telah Ia lakukan pada malam
sebelum sengsara-Nya sampai kedatangan-Nya kembali dalam
kemuliaan,…

Roti dan anggur yang diterima saat Perayaan Ekaristi berlangsung bukanlah
sekedar roti dan anggur biasa, melaikan tubuh dan darah Kristus yang sungguh nyata.
Selain liturgi sabda, liturgi ekaristi juga merupakan bagian pokok dalam Perayaan
Ekaristi. Perubahan roti dan anggur yang sungguh nyata terjadi saat konsekrasi.
Dalam Komkat (1996:17), menjelaskan bahwa “….. Oleh konsekrasi terjadilah
perubahan (transsubstansiasi) roti dan anggur ke dalam Tubuh dan Darah Kristus. Di
dalam rupa roti dan anggur yang telah dikonsekrasi itu, Kristus yang hidup dan
dimuliakan hadir sungguh nyata secara substansial dengan tubuh-Nya, darah-Nya,
dan kodrat ilahi-Nya.”
Hanya dengan iman lah rupa roti dan anggur sungguh menjadi tubuh dan
darah Kristus. Jika tidak dengan iman maka roti dan anggur tersebut hanyalah roti
dan anggur biasa. Hermans, (1992: 25) menegaskan “Setelah perkataan konsekrasi
diucapkan dalam Doa Syukur Agung di atas roti dan anggur, maka roti dan anggur
telah diubahkan menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Inilah sepenuhnya rahasia iman
umat Allah. Kristus hadir sendiri- Tubuh-Nya dan Darah-Nya sungguh-sungguh hadir
di dalam ekaristi senantiasa dan secara kodrati.”

2.1.4 Kehadiran Kristus dalam Jemaat yang Berdoa


Dalam Perayaan Ekaristi doa merupakan salah satu hal yang sangat utama,
dan dalam doa tersebut Kristus sungguh-sungguh hadir. “Dalam doa-doa umat
beriman yang berkumpul keliling altar Tuhan, Kristus sendiri hadir. Yesus
mengetahui ketidaksanggupan umat-Nya untuk berdoa, dan juga kemauan umat-Nya
untuk sepenuhnya menjadi milik-Nya. Ia membuat setiap doa berisi dengan
kehadiran-Nya.” (Hermans, 1992: 17).
Kristus sendiri juga bersabda “Sebab di mana ada dua tiga orang berkumpul
dalam nama-Ku di situ Aku hadir ditengah-tengah mereka.” (Matius 18:20). Di setiap
perkumpulan dalam nama Dia, Kristus selalu ada di tengah-tengahnya terutama
dalam Perayaan Ekaristi yang mana semua umat berhimpun dalam nama-Nya. Salah
satu inti pokok kehadiran Kristus adalah saat Doa Syukur Agung. Dalam PUMR 30,
“… Doa Syukur Agung menduduki tempat utama. Doa itu merupakan puncak seluruh
ibadat. Di samping itu, ada doa pembuka, doa persiapan persembahan, dan doa
komuni. Doa-doa itu disampaikan oleh imam kepada Allah atas nama seluruh umat
kudus dan semua yang hadir, dan melalui dia Kristus sendiri memimpin himpunan
umat.”
Sepanjang Perayaan Ekaristi baik itu doa yang hanya diungkapkan oleh imam
sebagai wakil Kristus ataupun doa-doa yang diungkapkan oleh umat secara pribadi,
semua itu memberikan kekuatan sendiri dan Kristus sungguh hadir di tengah-
tengahnya. “…. Begitu pula seluruh doa, ucapan, aklamasi sepanjang Misa Kudus,
tentu saja juga memberikan daya kekuatan yang hebat dalam diri umat beriman,
karena Tuhan hadir dan menggunakan perkataan ini untuk menganugerahkan rahmat-
Nya.” (Martasudjita, 2018: 32)
Doa merupakan salah satu cara yang tepat untuk berkomunikasi dengan
Tuhan. Teristimewa dalam Perayaan Ekaristi, di mana dalam Perayaan Ekaristi
semua doa dan permohonan dipersembahkan menjadi satu. Kristus sendiri hadir di
tengah-tengah umat yang berhimpun, mulai dari awal perayaan hingga akhir. Doa
syukur agung menjadi puncak dari Perayaan Ekaristi dan puncak kehadiran Kristus,
di mana imam dan seluruh umat berhimpun menjadi satu bergabung dengan Kristus
sendiri.

3. KESIMPULAN
Perayaan Ekaristi merupakan sebuah perayaan syukur atas segala karya
keselamatan Allah yang diberikan kepada umat-Nya. Karya keselamatan Allah yang
dilakukan oleh Yesus sebagai kurban dihadirkan kembali secara nyata melalui
Perayaan Ekaristi. Bukan hanya mengingat akan apa yang telah di lakukan Yesus
melainkan menghadirkan kembali secara nyata bahwa Tuhan sungguh hadir dalam
Perayaan Ekaristi. Kristus hadir secara nyata dalam diri Imam, Sabda Allah yang
diwartakan, dua rupa (roti dan anggur), dan jemaat yang berdoa.
Hasil penelitian dengan menggunakan metode kualitatif di stasi Santa Maria
Rejoso paroki Santa Maria Blitar, dengan 10 responden menghasilakan empat
kesimpulan: pertama, umat telah memahami kehadiran Kristus dalam hidup harian.
Berdasarkan pengalaman harian yang dialami umat telah memahami dan merasakan
bahwa Kristus hadir dalam hidup. Kehadiran Kristus dirasakan berdasarkan latar
belakang pekerjaan di mana umat bersyukur atas segala kebaikan Kristus melalui
pekerjaan. Kehadiran Kristus juga dirasakan secara personal dengan merasakan
ketentraman dan damai dalam diri pribadi, dan juga kehadiran Kristus dirasakan
karena relasi dengan orang-orang sekitar.
Kedua umat memahami bahwa Perayaan Ekaristi sebagai perjamuan kudus.
Terdapat banyak pandangan dan pengertian mengenai apa itu Perayaan Ekaristi.
Perayaan Ekaristi dapat dikatakan sebagai perayaan syukur, salah satu dari ketujuh
sakramen dan lain sebagainya. Pemahaman umat terkait pengertian Perayaan
Ekaristin sangat beragam, dalam penelitian ini terdapat tiga garis besar mengenai apa
itu pengertian Perayaan Ekaristi yakni: Ekaristi sebagai sarana, Ekaristi secara umum
yang meliputi Ekaristi adalah sakramen yang sering diterima dan salah satu dari
ketujuh sakramen, dan pengertian Ekaristi secara mendalam yang mana pengertian
yang diutarakan umat lebih mengarah pada Perayaan Ekaristi adalah perjamuan
kudus.
Ketiga umat memahami bahwa Kristus hadir dalam Perayaan Ekaristi.
Berdasarkan hasil penelitian kehadiran Kristus dalam Perayaan Ekaristi terdapat
dalam diri imam, dalam dua rupa atau biasa disebut Roti dan Anggur, dalam Sabda
Allah yang diwartakan dan juga dalam jemaat yang berdoa. Kehadiran Kristus dalam
Perayaan Ekaristi sungguh dirasakan oleh umat. Kemudian, yang keempat selain
kehadiran Kristus terdapat dalam Perayaan Ekaristi umat juga meyakini bahwa di luar
Perayaan Ekaristi Kristus juga hadir. Hadir dalam hidup hadiran umat, dalam pribadi
umat dan juga dalam jemaat yang berkumpul.

4. DAFTAR PUSTAKA
Banawiratma, JB, 1986, Ekaristi dan Kerjasama Imam-Awam. Yogyakarta:
Kanisius

Hermans, Mag, 1992, Perayaan Ekaristi. Flores: Nusa Indah.

Keuskupan Surabaya, Komkat, 1996, Menyambut Kehadiran Tuhan Secara


Sakramental Ekaristi. Madiun: Komkat Surabaya

Komisi Liturgi, 2002, Pedoman Umum Misale Romawi. Flores: Nusa Indah

Konferensi Waligereja Indonesia, 1995, Katekismus Gereja Katolik (terj.


Herman Embuiru). Ende: Arnold

Martasudjita, E, 2000, Mencintai Ekaristi. Yogyakarta: Kanisius.

____________ ,2018, Gereja yang Bersukacita. Yogyakarta: Kanisius

Penerbit, 2008, Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta: Obor

Prasetya, L, 2011, Ekaristi Sumber dan Puncak Hidup Kristiani. Malang:


Dioma

Anda mungkin juga menyukai