S1 2013 285013 Chapter1
S1 2013 285013 Chapter1
EKSTRAK ETANOL
KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP Propionibacterium acnes
DAN Staphylococcus epidermidis
NIKEN DYAH SETYANINGRUM
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
BAB 1
PENDAHULUAN
pada kelenjar sebasea yang muncul pada saat kelenjar minyak pada kulit terlalu
aktif (Kumar, 2008). Jerawat dapat terjadi pada usia muda atau tua dengan
persentase kejadian pada wanita sebanyak 27% dan 34% pada pria (Klaus, 2005).
jerawat jika tidak ditangani dapat menimbulkan depresi dan krisis kepercayaan
Obat jerawat topikal dapat dikategorikan menjadi dua yaitu obat jerawat
tanpa resep dokter yang dijual bebas di pasaran dan obat jerawat dengan resep
dokter. Obat jerawat tanpa resep dokter seperti benzoil peroksida, sulfur, dan
asam salisilat memiliki efek samping iritasi dan tak jarang mengakibatkan
parakeratolitik. Selain itu dokter pun tak jarang meresepkan antibiotik seperti
(Wasitaatmaja, 1997).
1
PENGARUH KONSENTRASI XANTHAN GUM PADA SIFAT FISIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI KRIM
EKSTRAK ETANOL
KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP Propionibacterium acnes 2
DAN Staphylococcus epidermidis
NIKEN DYAH SETYANINGRUM
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM) terhadap P. acnes sebesar 0,039
mg/mL dan nilai KBM sebesar 0,156 mg/mL. Werayut dkk. (2009) melaporkan
bahwa senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antibakteri ini adalah α
buah manggis, namun belum banyak penelitian mengenai formulasi ekstrak etanolik
kulit buah manggis dalam basis krim. Pemakaian kulit buah manggis dalam
pengobatan sebagian besar adalah dengan mengkonsumsinya secara per oral, baik
dengan mengkonsumsi rebusan kulit buah manggis, dalam bentuk ekstrak, maupun
yang sudah dibuat dalam sediaan seperti tablet atau kapsul. Salah satu tujuan
penelitian ini adalah untuk memberikan alternatif pengobatan jerawat dengan kulit
Pemilihan krim sebagai bentuk sediaan karena krim memiliki sifat umum
mampu melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu cukup lama
sebelum sediaan tersebut dicuci atau dihilangkan (Lachman dkk., 1994). Selain itu
krim lebih mudah dioleskan dan tidak berlemak layaknya sediaan salep, dimana pada
penderita jerawat sediaan berlemak dan berminyak sangat dihindari. Pada terapi
PENGARUH KONSENTRASI XANTHAN GUM PADA SIFAT FISIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI KRIM
EKSTRAK ETANOL
KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP Propionibacterium acnes 3
DAN Staphylococcus epidermidis
NIKEN DYAH SETYANINGRUM
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
jerawat umumnya menggunakan krim tipe o/w (minyak dalam air) karena tipe krim
cocok digunakan untuk penderita kulit sensitif atau kering Selain itu krim tipe o/w
memiliki sifat penyebaran pada kulit yang baik, memiliki efek dingin, serta sifatnya
gum mempengaruhi stabilitas fisik krim ekstrak etanol biji kemiri, dimana setelah 5
dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi xanthan gum terhadap sifat fisik
dan aktivitas krim o/w ekstrak kulit buah manggis, sehingga diharapkan dapat
baru pengaruh konsentrasi xanthan gum terhadap sifat fisik krim ekstrak kulit buah
B. Perumusan Masalah
ekstrak etanol kulit buah manggis yang meliputi organoleptis, pH, homogenitas,
viskositas, daya sebar, dan daya lekat, serta aktivitas antibakteri terhadap P. acnes
C. Tujuan Penelitian
gum terhadap sifat fisik krim ekstrak etanol kulit buah manggis yang meliputi
organoleptis, pH, homogenitas, viskositas, daya sebar, dan daya lekat, serta aktivitas
D. Tinjauan Pustaka
1. Manggis
a. Sistematika tanaman
Kedudukan manggis dalam sistem taksonomi tumbuhan (Backer & Van den
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Clusiaceales
Suku : Clusiaceae
Marga : Garcinia
b. Morfologi tanaman
arah ujung tanaman dan berdaun tebal, permukaan daun bagian atas berwarna
kekuningan hingga berwarna ungu kehitaman pada saat masak dan beratnya
berkisar 30-180 g. Daging buah manggis terdiri atas 5-7 segmen berwarna putih,
rasanya manis dan hanya mengandung 1-2 biji (Nakasone & Paull, 1998).
berdaging dan bergetah kuning. Pada awal pertumbuhan, kulit luar berwarna hijau
yang sangat muda dan pada tingkat kematangan berikutnya, warnanya menjadi
lebih pekat, kemudian timbul bercak coklat hingga merah, yang pada akhirnya
menjadi ungu kehitaman pada seluruh permukaan kulit apabila telah matang
c. Kandungan
(Suksamram dkk., 2002). Walker (2007) mengisolasi kurang lebih enam puluh
Huang dkk. (2001) berhasil mengisolasi 4 senyawa dari kulit buah manggis yaitu
d. Manfaat tanaman
antiinflamasi (Lin, 1996), dan menghambat HIV (Chen, 1996). Xanton dalam
PENGARUH KONSENTRASI XANTHAN GUM PADA SIFAT FISIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI KRIM
EKSTRAK ETANOL
KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP Propionibacterium acnes 7
DAN Staphylococcus epidermidis
NIKEN DYAH SETYANINGRUM
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Ekstrak kulit buah manggis mempunyai nilai KBM 0,039 mg/mL terhadap
P. acnes dan S. epidermidis. Harga KBM ini lebih rendah jika dibandingkan
dengan nilai KBM dari ekstrak tanaman lain seperti sambiloto, kirinyuh, amis-
amisan, sena (Chomnawang dkk., 2005). Ekstrak etanol buah manggis dapat
mengurangi produksi dari sel TNF-α dari sel mononuklear perifer darah secara
berdasarkan penelitian Sukatta & Rugthaworn (2008) gel anti jerawat dari ekstrak
kulit buah manggis dengan kadar 0,50% tidak menunjukkan iritasi yang berarti
pada responden.
2. Jerawat
a. Patogenesis
Jerawat terbentuk ketika kelenjar minyak pada kulit terlalu aktif, sehingga
debu, dan kotoran lain akan meneyebabkan timbunan lemak menjadi kehitaman
yang lebih dikenal dengan komedo. Komedo yang disertai dengan infeksi bakteri
bervariasi mulai dari kecil hingga besar serta berwarna merah, kadang bernanah
serta menimbulkan rasa nyeri (Jung dkk., 2004). Selain itu jerawat juga dapat
b. Pengobatan
eksaserbasi jerawat, serta memperbaiki penampilan pasien. Ada tiga hal yang
pengobatan yang diberikan dengan resep dokter dan tanpa resep dokter. Obat
jerawat tanpa resep dokter seperti benzoil peroksida, sulfur, dan asam salisilat
Pengobatan dengan resep dokter pun tak jarang menggunakan antibiotik seperti
a. Propionibacterium acnes
Kerajaan : Bacteria
Divisi : Actinobacteria
Kelas : Actinobacteridae
Bangsa : Actinomycetales
Suku : Propionibacteriaceae
Marga : Propionibacterium
toleran terhadap udara. Sel berbentuk batang yang tidak teratur, bercabang atau
PENGARUH KONSENTRASI XANTHAN GUM PADA SIFAT FISIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI KRIM
EKSTRAK ETANOL
KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP Propionibacterium acnes 10
DAN Staphylococcus epidermidis
NIKEN DYAH SETYANINGRUM
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
memecah asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam lemak yang dihasilkan
b. Staphylococcus epidermidis
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Micrococcaceae
Marga : Staphylococcus
pembentuk spora yang banyak terdapat di udara, air, dan tanah. Sel berbentuk
bola dengan diameter 1 μm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur,
dan tampak sebagai kokus tunggal, berpasangan, tetrad dan berbentuk rantai
dalam biakan cair. Koloni biasanya berwarna putih atau kuning dan bersifat
PENGARUH KONSENTRASI XANTHAN GUM PADA SIFAT FISIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI KRIM
EKSTRAK ETANOL
KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP Propionibacterium acnes 11
DAN Staphylococcus epidermidis
NIKEN DYAH SETYANINGRUM
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
sebasea (Burkhart dkk., 1999). Enzim lipase yang dimiliki S. epidermidis telah
(Kligman, 1994).
antibakteri dalam larutan, konsentrasi dalam cairan tubuh dan jaringan, serta
(Jawetz dkk., 2001). Metode pengukuran daya antibakteri ada dua macam, yaitu :
a. Dilusi
bakteri yang ditunjukkan dengan tidak adanya kekeruhan disebut Kadar Hambat
Minimal (KHM). Pada dilusi padat tiap konsentrasi sampel dicampur dengan
masing-masing digores pada media padat dan diinkubasi hingga didapat Kadar
b. Difusi
Metode difusi digunakan untuk menentukan sifat suatu bakteri uji yaitu
peka, resisten atau intermediet terhadap suatu antibakteri (Murray dkk., 1995).
pertumbuhan bakteri dari titik awal pemberian ke daerah difusi (Warsa, 1993).
Pada metode difusi ini dikenal beberapa metode, yaitu metode Kirby-Bauer (disk
diffusion) dan metode sumuran. Terdapat dua macam zona dalam pembacaan
1) Zona radikal adalah daerah di sekitar disk dimana tidak ditemukan adanya
5. Krim
a. Definisi krim
kandungan air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Berdasarkan fase internalnya, krim dibagi menjadi 2 yaitu krim minyak dalam air
(o/w) dan krim air dalam minyak (w/o). Krim w/o mengandung air kurang dari
25% dengan minyak sebagai medium pendispersi. Krim o/w mengandung air
lebih dari 31%. Krim o/w merupakan bentuk yang paling sering dipilih dalam
berminyak, dan relatif lebih mudah dibersihkan (Bergstorm & Strobber, 2008),
dan memiliki daya pendingin lebih baik. Krim w/o kurang disukai secara
dengan daya emolien lebih besar dari krim o/w (Sharma, 2008)
b. Metode pembuatan
permukaan (surface tension) antar cairan-cairan yang terdapat dalam suatu sistem
kimianya yang mampu menyatukan dua senyawa dengan polaritas yang berbeda
(Ansel, 1989).
dispersi cairan yang satu ke dalam cairan yang lain. Emulsi yang stabil didapatkan
jika emulgator membentuk lapisan tipis (film) antar permukaan, yaitu lapisan
lainnya dengan cara mengelilingi tiap butiran yang terdispersi (Lachman dkk.,
1994).
kestabilan emulsi yang terbentuk (Swarbrick dkk., 2000). Xanthan gum termasuk
ekstrak etanol biji kemiri. Emulgator ini mempunyai stabilitas dan viskositas yang
baik pada rentang pH dan suhu yang luas (Singh, 2006). Penstabilan emulsi oleh
Hal penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan krim adalah seleksi
terhadap basis yang cocok karena basis dapat mempengaruhi efek terapi krim.
Basis tidak boleh merusak atau menghambat aksi terapi obat dan dapat melepas
obat pada daerah yang diinginkan. Basis harus dapat campur secara fisika dan
kimia dengan obat. Basis yang digunakan tidak boleh merusak kestabilan krim
selama masih digunakan, stabil pada suhu kamar dan kelembaban udara, serta
1) pH
2) Viskositas
suatu cairan untuk mengalir. Semakin tinggi viskositas maka akan semakin
besar tahanannya. Viskositas dipengaruhi oleh suhu, yang untuk cairan akan
kontrol kualitas fisik krim yang bersifat kuantitatif (Betageri & Prabhu, 2002).
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas emulsi adalah viskositas
menyebabkan penurunan jumlah dan laju difusi (Baines & Morris, 1987).
3) Daya sebar
penyebaran krim pada kulit yang sedang diobati dan untuk mengetahui
kelunakan dari sediaan tersebut untuk dioleskan pada kulit. Uji ini
diletakkan di antara dua lempeng kaca dan dalam interval waktu tertentu
dibebani oleh anak timbangan. Penyebaran yang dihasilkan dapat dilihat dari
4) Daya lekat
2002).
5) Organoleptis
6. Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang merupakan pembatas terhadap lingkungan luar
tubuh manusia, baik fisik maupun kimia dan berperan penting dalam pertahanan
tubuh. Kulit berfungsi menjaga bagian dalam tubuh, membatasi keluar masuknya zat-
zat kimia dari tubuh, menjaga tekanan darah, suhu, dan sebagai mediator panas,
Kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu:
1) Lapisan Epidermis
a) Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan
terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan
lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi
d) Stratum spinosum (stratum malphigi) atau disebut pula pricle cell layer
(lapisan akanta) terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal
2) Lapisan dermis
Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal
daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat
dengan elemen-elemen seluler dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi
3) Lapisan subkutan
Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar
berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar,
b. Fungsi kulit
1) Fungsi proteksi. Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis
2) Fungsi absorpsi. Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, atau
benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu
berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat,
dan amonia.
subkutan terhadap rangsang panas yang terletak di dermis dan subkutis serta
lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal
(Wasitaatmadja, 1997).
7. Monografi bahan
a. Asam stearat
Asam stearat berupa hablur padat, keras, mengkilap, warna putih atau
kekuningan, pucat atau serbuk berwarna putih kekuningan. Bau dan rasa lemah
mirip lemak. Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol (95%), mudah larut
dalam kloroform P, dan dalam eter (Anonim, 1980). Pada formula topikal, asam
b. Lanolin
Lanolin adalah zat seperti lemak dari bulu domba Ovis aries L. yang
telah dimurnikan. Lanolin memiliki warna kuning pucat, bau lemah, dan khas.
Lanolin sangat mudah larut dalam eter P dan kloroform P, dan agak sukar larut
digunakan sebagai emulsifying agent dan basis salep dan krim o/w (Winfield,
2006).
c. Trietanolamin
mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, dan larut dalam kloroform P
d. Xanthan gum
putih atau putih kekuningan, free flowing, larut dalam air panas dan dingin,
praktis tidak larut dalam pelarut organik (Parfitt, 1999). Xanthan gum digunakan
stabil pada rentang pH 3-12 dan rentang suhu yang lebar (Singh, 2006).
PENGARUH KONSENTRASI XANTHAN GUM PADA SIFAT FISIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI KRIM
EKSTRAK ETANOL
KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP Propionibacterium acnes 22
DAN Staphylococcus epidermidis
NIKEN DYAH SETYANINGRUM
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
e. Metil paraben
Metil paraben atau nipagin berupa serbuk hablur halus berwarna putih,
hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa, agak membakar diikuti rasa tebal.
Nipagin mudah larut dalam air, benzen P, dan karbontetraklorida P, serta praktis
dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan pengawet paraben yang lain.
Konsentrasi nipagin yang biasa digunakan dalam sediaan topikal adalah 0,02%-
f. Propil paraben
Propil paraben memiliki nama lain nipasol, merupakan serbuk putih atau
hablur kecil, tidak berwarna, tidak berasa. Nipasol sangat sukar larut dalam air,
PENGARUH KONSENTRASI XANTHAN GUM PADA SIFAT FISIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI KRIM
EKSTRAK ETANOL
KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP Propionibacterium acnes 23
DAN Staphylococcus epidermidis
NIKEN DYAH SETYANINGRUM
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
sukar larut dalam air mendidih, mudah larut dalam etanol, aseton, dan dalam eter.
Gambar 10. Stuktur kimia propil paraben (Johnson & Steer, 2006b)
g. Gliserin
dan higroskopis. Gliserin praktis tidak larut dalam benzena, kloroform, minyak,
sedikit larut dalam aseton, larut dalam etanol, metanol, dan air. Pada sediaan
topikal dan kosmetik gliserin digunakan sebagai humectant dan emollient (Price,
2006)
Air murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi,
perlakuan menggunakan penukar ion, osmosis balik, atau proses lain yang sesuai.
PENGARUH KONSENTRASI XANTHAN GUM PADA SIFAT FISIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI KRIM
EKSTRAK ETANOL
KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP Propionibacterium acnes 24
DAN Staphylococcus epidermidis
NIKEN DYAH SETYANINGRUM
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Berupa cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak memiliki rasa (Anonim,
1995).
E. Landasan Teori
Salah satu tanaman yang berkhasiat untuk mengobati jerawat adalah manggis,
terutama bagian kulit buahnya. Chomnawang dkk. (2005) melaporkan bahwa pada
konsentrasi 0,039 mg/ml ekstrak kulit buah manggis memiliki aktivitas menghambat
dan membunuh bakteri P. acnes serta pada konsentrasi 0,039 mg/ml dan 0,156 mg/ml
banyak terkandung dalam kulit buah manggis pun diketahui memiliki aktivitas
terapi. Pada terapi jerawat, krim merupakan sediaan yang tepat karena lebih mudah
dioleskan dan tidak berlemak layaknya sediaan salep, dimana pada penderita jerawat
sediaan berlemak dan berminyak sangat dihindari. Bahan pembawa pada formulasi
suatu sediaan akan mempengaruhi jumlah dan kecepatan difusi zat aktif hingga dapat
krim yang terbentuk (Swarbrick dkk., 2000). Xanthan gum termasuk emulgator
hidrokoloid yang membentuk emulsi tipe o/w. Stabilisasi oleh emulgator hidrokoloid
PENGARUH KONSENTRASI XANTHAN GUM PADA SIFAT FISIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI KRIM
EKSTRAK ETANOL
KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP Propionibacterium acnes 25
DAN Staphylococcus epidermidis
NIKEN DYAH SETYANINGRUM
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
organoleptis, homogenitas, viskositas, daya sebar, dan daya lekat. Parameter tersebut
dapat dipengaruhi oleh konsentrasi xanthan gum yang digunakan. Selain itu,
akan menyebabkan penurunan difusi (Baines & Morris, 1987). Penurunan jumlah dan
laju difusi ini akan menyebabkan penurunan luas senyawa obat yang kontak dengan
media yang berisi bakteri, sehingga diameter hambat yang diberikan akan semakin
kecil.
F. Hipotesis
Variasi konsentrasi xanthan gum pada sediaan krim ekstrak etanolik kulit
buah manggis dapat mempengaruhi sifat fisik dan aktivitas antibakteri krim.
Peningkatan konsentrasi xanthan gum pada rentang konsentrasi 0,50 hingga 1,00%
dapat meningkatkan viskositas krim, daya sebar krim menurun, dan daya lekatnya