Parameter-parameter opamp
Opamp pada dasarnya adalah sebuah penguat yang dapat memperkuat sinyal DC maupun sinyal
AC. Dalam pemakaian opamp secara praktis baik untuk penguat DC maupun penguat AC akan timbul
kesalahan-kesalahan. Kesalahan-kesalahan ini disebabkan oleh perbedaan antara opamp ideal
dengan opamp nyata yang ada dipasaran. Bila kesalahan yang terjadi cukup besar dibandingkan
dengan harga idealnya, maka kita harus memperkecil kesalahan tersebut.
Fator-faktor kesalahan yang terjadi bila opamp dipakai sebagai penguat DC adalah:
1. Input offset voltage (VIO)
2. Input bias current (IIB)
3. Input offset current (IIO)
4. Dirft
Bila opamp dipakai sebagai penguat AC maka penggunaan coupling kapasitor akan menghilangkan
kesalahan DC tersebut. Oleh sebab itu faktor kesalahan diatas tidak begitu berpengaruh pada
penguat AC. Tetapi ada maslah-masalah baru untuk penguat AC yaitu:
5. Frekuensi respon
6. Slew rate
Catatan:
• Tiap pabrik memiliki simbol (seperti VIO, IIB) yang berbeda. Misalnya seperti tabel berikut.
• Detil lebih lengkap tentang masing-masing opamp dapat dilihat pada lembar data (datasheet)
Rev1—Mei2004
3. Input Bias Current (I IB)
Pada perhitungan dengan opamp sering kali dianggap bahwa arus yang masuk pada terminal input
adalah = 0. Untuk opamp ideal ini bisa saja terjadi tapi tidak dalam kenyataannya adalah tidak benar.
Betapapun kecilnya arus pada terminal input opamp harus ada agar kedua transistor input dapat
bekerja.
Rangkaian pengganti opamp dihubungkan dengan Input Bias Current
IB + + IB −
Input Bias Current didefinisikan sebagai IIB = .
2
Besarnya IIB untuk general purpose opamp adalah sekitar 1µA.
Sedangkan opamp dengan FET pada inputnya mempunyai IIB
sekitar 1pA.
Rev1—Mei2004
Kasus II : amplifier
Rev1—Mei2004
5. Drift
Nilai Vo yang tidak dapat menjadi nol bila input = 0 dapat diminimalkan dengan menambahkan
tahanan pengkompensasi arus dan dengan mengatur pengenol tegangan offsetnya. Perlu
diingatkan bahwa prosedur me-nol-kan hanya berlaku pada suhu dan satu saat waktu saja.
Arus offset dan tegangan offset berubah bersama waktu karena usia dan karena perubahan suhu
komponen-komponennya. Perubahan tegangan pada suplai juga dapat mempengaruhi arus-arus
bias dan akhirnya arus offset berubah.
Untuk meminimkan pengaruh suhu ini, jagalah agar suhu disekitar rangkaian opamp tetap dan pilih
opamp yang mempunyai perubahan arus dan tegangan offset terhadap suhu yang kecil.
Perubahan arus offset dan tegangan offset terhadap suhu disebut dengan istilah drift. Untuk arus
offset biasanya diperinci dalam nA/°C. Dan untuk tegangan offset biasanya diperinci dalam µV/°C.
TLO3x
6. Frekuensi Respon
Frekuensi respon akan memberikan hubungan tentang perubahan besarnya gain bila terjadi
perubahan frekuensi. Setiap pabrik akan memberikan data tentang hubungan AOL dengan
frekuensi. Dan dengan melihat data tersebut dapat diketahui berapa besarnya AOL pada suatu
frekuensi tertentu.
A CL ideal Rf + Ri
A CL sebenarnya = dimana A CL ideal =
A ideal Ri
1 + CL
A OL
A CL ideal Rf
A CL sebenarnya = dimana A CL ideal = −
(1 − ACL ideal) Ri
1+
A OL
Rev1—Mei2004
Sehingga bila nilai AOL berubah maka nilai ACL juga akan berubah. Dan karena AOL bergantung
pada frekuensi maka ACL juga bergantung pada frekuensi.
Contoh 1
Jawab:
TLV4110
Rev1—Mei2004
Informasi grafik open-loop gain vs. frekuensi juga berguna untuk menentukan daerah kerja bagi
penguat close-loop.
B1
bandwidth =
A CL
Contoh 2
Diketahui bandwidth sebuah opamp 741 adalah 1MHz. Bila opamp tersebut digunakan sebagai
penguat close-loop dengan gain sebesar 100, tentukan bandwidth penguat tersebut. Bagaimana
bila close-loop gain penguat tersebut diturunkan sebesar 10?
Jawab:
jadi dengan menurunkan gain close-loop dari sebuah penguat, anda akan mendapatkan
keuntungan dengan meningkatnya daerah frekuensi kerja rangkaian.
untuk mendapatkan penguatan tinggi dengan daerah frekuensi kerja lebar, anda dapat
membayarnya dengan meng-kaskade beberapa penguat dengan gain close-loop rendah.
Rev1—Mei2004
7. Slew Rate
Pada suatu frekuensi tertentu bila opamp dipakai sebagai penguat AC mungkin akan terjadi
distorsi pada output. Hal ini disbabkan adanya batas dasar mengenai kecepatan perubahan
tegangan output. Bila sinyal input berubah sangat cepat dari kemampuan opamp itu sendiri, maka
pada output akan terjadi distorsi. Jenis kesalahan ini dinamakan slew rate.
Apabila kemiringan (slope) sinyal input lebih curam dari pada kemiringan slew-ratenya maka sinyal
output yang dihasilkan akan cacat
Persamaan berikut sangat berguna untuk mengetahui hubungan frekuensi sinyal input dengan
slew-rate yang menyatakan frekuensi sinyal input maksimum sebelum menyebabkan outputnya
cacat (terdistorsi):
SR
f max =
2 πVp
dimana :
f max = frekuensi maksimum yang tidak terdistorsi
SR = slew-rate opamp
Vp = tegangan output puncak gelombang sinus
Rev1—Mei2004
Misal, opamp 741 dengan SR=0,5V/µs mempunyai Vp=10V, maka frekuensi maksimum yang tidak
terdistorsi adalah
0,5V / µs 0,5V 1
f max = = . = 7,96 kHz
2π.10V µs 2π.10V
Hey! Ada apa ini? Sekarang kita menemukan bahwa bandwidth opamp 741 untuk sinyal besar 10V
adalah sekitar 8kHz.
Cara untuk melebarkan bandwidth tersebut adalah dengan menurunkan amplitudo tegangan
output puncaknya. Jadi bila amplitudo puncak 1V masih diperbolehkan, bandwidthnya akan naik
menjadi 79,58 kHz
8. CMRR
(istilah ini dipakai bila opamp digunakan sebagai rangkaian differensial amplifier)
dan dideskripsikan sebagai kemampuan opamp untuk membedakan dari sinyal common-mode
(biasanya berupa sinyal noise).
Rev1—Mei2004