Anda di halaman 1dari 8

1.

Parameter-parameter opamp
Opamp pada dasarnya adalah sebuah penguat yang dapat memperkuat sinyal DC maupun sinyal
AC. Dalam pemakaian opamp secara praktis baik untuk penguat DC maupun penguat AC akan timbul
kesalahan-kesalahan. Kesalahan-kesalahan ini disebabkan oleh perbedaan antara opamp ideal
dengan opamp nyata yang ada dipasaran. Bila kesalahan yang terjadi cukup besar dibandingkan
dengan harga idealnya, maka kita harus memperkecil kesalahan tersebut.

Fator-faktor kesalahan yang terjadi bila opamp dipakai sebagai penguat DC adalah:
1. Input offset voltage (VIO)
2. Input bias current (IIB)
3. Input offset current (IIO)
4. Dirft

Bila opamp dipakai sebagai penguat AC maka penggunaan coupling kapasitor akan menghilangkan
kesalahan DC tersebut. Oleh sebab itu faktor kesalahan diatas tidak begitu berpengaruh pada
penguat AC. Tetapi ada maslah-masalah baru untuk penguat AC yaitu:
5. Frekuensi respon
6. Slew rate

Catatan:
• Tiap pabrik memiliki simbol (seperti VIO, IIB) yang berbeda. Misalnya seperti tabel berikut.

Simbol dari pabrik


National Semiconductor Texas Instruments
Input Offset Voltage VOS VIO
Input Bias Current IB IIB
Input Offset Current IOS IIO

• Detil lebih lengkap tentang masing-masing opamp dapat dilihat pada lembar data (datasheet)

2. Input Offset Voltage (V IO)

Idealnya, bila tegangan input 0 maka output = 0.


Kenyataannya tidak, selalu ada tegangan offset keluaran. Disebabkan karena transistor-transistor
input mempunyai harga VBE (tegangan bias) yang berbeda akibat proses fabrikasi yang kurang
sempurna.
Input offset voltage sama dengan perbedaan nilai-nilai VBE.
Untuk itu pada beberapa jenis opamp disediakan 2 buah terminal untuk mengatur offset (dapat dilihat
pada data-sheetnya). Dengan mengatur tegangan offset maka tegangan output dapat diatur menjadi
0 bila input = 0.

Rev1—Mei2004
3. Input Bias Current (I IB)

Pada perhitungan dengan opamp sering kali dianggap bahwa arus yang masuk pada terminal input
adalah = 0. Untuk opamp ideal ini bisa saja terjadi tapi tidak dalam kenyataannya adalah tidak benar.
Betapapun kecilnya arus pada terminal input opamp harus ada agar kedua transistor input dapat
bekerja.
Rangkaian pengganti opamp dihubungkan dengan Input Bias Current

IB + + IB −
Input Bias Current didefinisikan sebagai IIB = .
2
Besarnya IIB untuk general purpose opamp adalah sekitar 1µA.
Sedangkan opamp dengan FET pada inputnya mempunyai IIB
sekitar 1pA.

Misal. Opamp LMC6001AIN mempunyai nilai IIB = 25fA, digunakan


sebagai buffer untuk transducer pH.

4. Input Offset Current (I IO)

IIO didefinisikan sebagai IIO = IB + − I B− .


Harga tipikal IIO sekitar 25% dari pada IIB

Pengaruh Input Bias Current pada tegangan output

* Pengaruh IB– à kesalahan kita memasang eksternal komponen

Kasus I : voltage follower

Untuk Vi=0 mestinya Vo=0, tapi ada input bias


current.
Semakin besar Rf, Vo makin besar (untuk Vi=0).

Misal Rf=1M, untuk IB– = 1µA menghasilkan error


tegangan output sebesar 1volt !!!

Bila Vi=100mV akan muncul tegangan Vo = 1,1 volt !!!

Maka à jangan diberi Rf untuk voltage follower

Rev1—Mei2004
Kasus II : amplifier

Arus IB– tidak melewati Ri karena kedua


ujungnya bernilai 0V.

Makin besar Rf, makin besar error.

Maka à Rf tidak boleh besar-besar,


untuk penguatan tinggi, lebih baik di-
kaskade saja.

* Pengaruh IB+ à kesalahan kita memasang eksternal komponen

IB+ muncul bila opamp diberi suplai.

Rg adalah tahanan dalam sumber.

Sehingga pada terminal input V+ ada drop


tegangan sebesar –Rg. IB+

* Pengaruh input offset current (IIO)pada tegangan output

pengaruh dari IB- à Vo = Rf. IB-


pengaruh dari IB+ à Vo = -Rg. IB+

maka Vo = Rf. IB- – Rg. IB+

bila Rg = Rf maka à Vo = - Rf (IB+ – IB-)


Vo = Rf ( IB + − I B− )
Vo = Rf . IIO

dalam praktek IB+ ≠ IB- à Vo tidak bisa nol


supaya Vo bisa mendekati nol dipakai tahanan kompensasi

Rev1—Mei2004
5. Drift
Nilai Vo yang tidak dapat menjadi nol bila input = 0 dapat diminimalkan dengan menambahkan
tahanan pengkompensasi arus dan dengan mengatur pengenol tegangan offsetnya. Perlu
diingatkan bahwa prosedur me-nol-kan hanya berlaku pada suhu dan satu saat waktu saja.

Arus offset dan tegangan offset berubah bersama waktu karena usia dan karena perubahan suhu
komponen-komponennya. Perubahan tegangan pada suplai juga dapat mempengaruhi arus-arus
bias dan akhirnya arus offset berubah.

Untuk meminimkan pengaruh suhu ini, jagalah agar suhu disekitar rangkaian opamp tetap dan pilih
opamp yang mempunyai perubahan arus dan tegangan offset terhadap suhu yang kecil.

Perubahan arus offset dan tegangan offset terhadap suhu disebut dengan istilah drift. Untuk arus
offset biasanya diperinci dalam nA/°C. Dan untuk tegangan offset biasanya diperinci dalam µV/°C.

TLO3x

6. Frekuensi Respon
Frekuensi respon akan memberikan hubungan tentang perubahan besarnya gain bila terjadi
perubahan frekuensi. Setiap pabrik akan memberikan data tentang hubungan AOL dengan
frekuensi. Dan dengan melihat data tersebut dapat diketahui berapa besarnya AOL pada suatu
frekuensi tertentu.

Penguatan rangkaian non-inverting amplifier sebenarnya adalah:

A CL ideal Rf + Ri
A CL sebenarnya = dimana A CL ideal =
A ideal Ri
1 + CL
A OL

Penguatan rangkaian inverting amplifier sebenarnya adalah:

A CL ideal Rf
A CL sebenarnya = dimana A CL ideal = −
(1 − ACL ideal) Ri
1+
A OL

Rev1—Mei2004
Sehingga bila nilai AOL berubah maka nilai ACL juga akan berubah. Dan karena AOL bergantung
pada frekuensi maka ACL juga bergantung pada frekuensi.

Contoh 1

Diketahuai rangkaian non-inverting amplifier dengan ACL = 100


Carilah gain sebenarnya untuk AOL sebesar (a)100.000; (b)1000; (c)10; (d)1;
Ulangi lagi untuk rangkaian inverting dengan ACL = -100.

Jawab:

Untuk non-inverting amplifier:


A CL ideal 100
A CL sebenarnya = = = 99.9001
A CL ideal 100
1+ 1+
A OL 100.000

Untuk inverting amplifier:


A CL ideal −100
A CL sebenarnya = = = −99.8991
(1 − A CLideal) (1 + 100)
1+ 1+
A OL 100.000

Bila hasilnya ditabelkan didapatkan:

untuk AOL sebesar


100.000 1000 10 1
ACLsebenarnya, non-inverting 99.9 90.9 9.09 0.99
ACLsebenarnya, inverting -99.9 -90.8 -9.01 -0.98

TLV4110

B1 (unity-gain bandwidth) didefinisikan sebagai


frekuensi dimana penguatan open-loop sama
dengan satu.
B1 = f @ AOL=1

gambar disamping memperlihatkan bahwa


opamp tersebut mempunyai AOL=1 pada
frekuensi sekitar 2MHz.

GBW (gain bandwidth product) didefinisikan


sebagai penguatan open-loop dikalikan dengan
frekuensi.
GBW = AOL x f

Rev1—Mei2004
Informasi grafik open-loop gain vs. frekuensi juga berguna untuk menentukan daerah kerja bagi
penguat close-loop.

dapat disimpulkan bahwa:

B1
bandwidth =
A CL

Contoh 2

Diketahui bandwidth sebuah opamp 741 adalah 1MHz. Bila opamp tersebut digunakan sebagai
penguat close-loop dengan gain sebesar 100, tentukan bandwidth penguat tersebut. Bagaimana
bila close-loop gain penguat tersebut diturunkan sebesar 10?

Jawab:

Untuk penguat close-loop dengan gain 100 maka


1MHz
bandwidth = = 10kHz
100

Untuk penguat close-loop dengan gain 10 maka


1MHz
bandwidth = = 100kHz
10

jadi dengan menurunkan gain close-loop dari sebuah penguat, anda akan mendapatkan
keuntungan dengan meningkatnya daerah frekuensi kerja rangkaian.

untuk mendapatkan penguatan tinggi dengan daerah frekuensi kerja lebar, anda dapat
membayarnya dengan meng-kaskade beberapa penguat dengan gain close-loop rendah.

Rev1—Mei2004
7. Slew Rate
Pada suatu frekuensi tertentu bila opamp dipakai sebagai penguat AC mungkin akan terjadi
distorsi pada output. Hal ini disbabkan adanya batas dasar mengenai kecepatan perubahan
tegangan output. Bila sinyal input berubah sangat cepat dari kemampuan opamp itu sendiri, maka
pada output akan terjadi distorsi. Jenis kesalahan ini dinamakan slew rate.

Misal, untuk opamp 741 mempunyai slew-rate sebesar 0,5V/µs


Bila 741 diberi input pulsa dengan amplitudo 10V maka akan membutuhkan waktu selama 20 µs
untuk mencapai tegangan output 10V.

Apabila kemiringan (slope) sinyal input lebih curam dari pada kemiringan slew-ratenya maka sinyal
output yang dihasilkan akan cacat

Persamaan berikut sangat berguna untuk mengetahui hubungan frekuensi sinyal input dengan
slew-rate yang menyatakan frekuensi sinyal input maksimum sebelum menyebabkan outputnya
cacat (terdistorsi):
SR
f max =
2 πVp

dimana :
f max = frekuensi maksimum yang tidak terdistorsi
SR = slew-rate opamp
Vp = tegangan output puncak gelombang sinus

Rev1—Mei2004
Misal, opamp 741 dengan SR=0,5V/µs mempunyai Vp=10V, maka frekuensi maksimum yang tidak
terdistorsi adalah
0,5V / µs 0,5V 1
f max = = . = 7,96 kHz
2π.10V µs 2π.10V

diatas frekuensi ini sinyal output akan cacat.

Hey! Ada apa ini? Sekarang kita menemukan bahwa bandwidth opamp 741 untuk sinyal besar 10V
adalah sekitar 8kHz.
Cara untuk melebarkan bandwidth tersebut adalah dengan menurunkan amplitudo tegangan
output puncaknya. Jadi bila amplitudo puncak 1V masih diperbolehkan, bandwidthnya akan naik
menjadi 79,58 kHz

8. CMRR
(istilah ini dipakai bila opamp digunakan sebagai rangkaian differensial amplifier)

Output dari opamp pada kenyataannya adalah :

Common-Mode Rejection Ratio (CMRR) didefinisikan sebagai

dan dideskripsikan sebagai kemampuan opamp untuk membedakan dari sinyal common-mode
(biasanya berupa sinyal noise).

Misal, opamp LM741 mempunyai CMRR


sebesar 90 dB. Artinya, jika 741 didisain
sebagai differensial amplifier dengan gain A =
100 (40 dB), maka rangkaian tersebut akan
mempunyai gain ACM sebesar 0,0035 (-50 dB)
untuk setiap tegangan mode bersama.

CMRR adalah spesifikasi yang penting untuk


lingkungan penuh gangguan (noise). Untuk
rangkaian instrumentasi / sensor / presisi
minimal harus mempunyai CMRR sebesar 120
dB.

Rev1—Mei2004

Anda mungkin juga menyukai