Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KELOMPOK

“KURIKULUM DI NEGARA JEPANG”

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Nilai mata kuliah Pengembangan Kurikulum

Dosen Pengampu : Dr. Marliza Oktapiani,M.Pd

Disusun Oleh :

Ahmad Hidayat (3120180159) Lala Fitriana (3120180018)

Choirunnisa (3120180154) Muhammad Ashim (3120180030)

Daly Saputra (3120180025) Nur Kodriyah (3120180024)

Dedi Suherlan (3120180144) Nurafifah Az Zahra (3120180077)

Dwi Oktaviani (3120180087) Putri Fadillah Maulida (3120180084)

Fahdli Banu Aprelian Widarto (3120180116) Rizka Alif Via (3120180006)

Jauhari LA (3120180164) Yuda Nurzaman (3120180041)

UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim.. Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu WaTa’ala Yang Maha Esa,
karena dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kurikulum di
Jepang” mata kuliah pengembangan kurikulum ini dengan penuh kemudahan, dan tanpa
pertolongan Allah Subhanahu WaTa’ala mungkin makalah ini tidak dapat saya selesaikan.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan Nabi agung kita, yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua,
yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang
sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Tujuan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan serta agar pembaca lebih
memahami isi dan maksud makalah ini.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Marliza Oktapiani, M.Pd selaku dosen mata kuliah Pengembangan Kurikulum
yang telah memberikan bimbingan, nasehat, motivasi dan berbagai pengalaman
kepada penulis dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
2. Teman-teman kelompok 2 atas Kerjasama nya dalam penyusunan makalah ini dan
tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapat berkah dari Allah
SWT. Dan akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
karena keterbatasan ilmu yang kami miliki. Untuk itu kami dengan kerendahan hati
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak demi
membangun makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata, makalah Mata Kuliah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Semoga
Allah Subhanahu WaTa’ala Yang Maha Esa selalu meridhoi segala usaha kita semua. Aamiin
Wassalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh …..

Bekasi 4 November 2021

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................

DAFTAR ISI .....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................

B. Rumusan Masalah .........................................................................................

C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum .............................................................................

B. Kurikulum dan sistem Pendidikan di Jepang ..........................................

C. Kurikulum dan sistem Pendidikan di Jepang ..........................................

D. Perbandingan Kurikulum & Sistem Pendidikan di Jepang Dan di Indonesia

E. Sistem Pendidikan di Jepang Dan di Indonesia ......................................

BAB III PENUTUP ...........................................................................................

A. Kesimpulan .....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Jepang memiliki sistem pendidikan yang baik di dunia, dikarenakan Jepang sudah
memiliki banyak fasilitas yang mendukung dan juga SDM yang mumpuni. Negara Jepang
dijadikan patokan oleh negara berkembang sebagai kiblat untuk meningkatkan kualitas
pendidikan (Johan 2018). Saat ini Indonesia merupakan negara yang memiliki kualitas
pendidikan yang kurang baik, menurut PISA Negara berkembang yaitu negara Indonesia saat
ini berada pada daftar ke 72 dari daftar 77 negara, ini dikarenakan kompetensi guru dan
sistem pendidikan yang masih rendah di Indonesia. Sistem pendidikan di Indonesia harus
banyak belajar dari negara Jepang. Negara Jepang dari dulu hingga saat ini unggul dari segi
teknologi dan juga dari segi pendidikannya, hal ini dikarenakan negara Jepang merupakan
negara maju yang memiliki kualitas yang unggul. Di Negara Jepang juga yang diajarkan di
sekolah itu bukan hanya tentang materi pelajaran, tetapi juga tentang norma-norma yang
berlaku, seperti sopan santun, kejujuran, empati dan simpati. Di Jepang anak-anak sekolah
dasar tidak akan mendapatkan ujian hingga sampai di kelas empat. Di negara Jepang ujian
yang akan dilaksankan sebelum anak mencapai kelas 4 Sekolah Dasar adalah ujian-ujian
yang tidak berat, ujian yang sederhana yang tidak terlalu membebani anak-anak.
Untuk usia dari 0-3 tahun pertama anak-anak di Jepang lebih diajarkan berkaitan
dengan tata krama, sopan santun, membangun kepribadian yang baik dan mengikuti nilai
serta norma yang ada. Di Negara Jepang kepribadian yang baik, disiplin, taat dengan
peraturan tidak kalah penting dengan kepintaran yang diajarkan di dalam kelas. Di negara
Indonesia masih banyaknya orangtua dan guru menuntun peserta didik dari segi akademis
saja dan terkadang mengenyampingkan proses yang seharusnya juga dicapai dengan jalan
yang baik.
Di Indonesia lebih baik nilai tinggi daripada kejujuran, contohnya banyak sekali guru
yang membantu peserta didik untuk lulus Ujian Nasional (UN) dengan cara membagikan
kunci jawaban agar akreditasi dari sekolah tidak turun, hal inilah yang membuat kualitas
pendidikan di Indonesia semakin menurun. Sejatinya yang harus dikembangkan dari diri
seorang peserta didik itu tidak hanya ranah kognitifnya saja, tetapi juga ranah afektif dan
psikomotorik. Pendidikan di Indonesia diyakini masih sangat konservatif, kurang terbaharui
dan masih jauh dari kata inovatif. Sangat penting adanya peningkatan yang signifikan bagi
negara Indonesia dari segi sistem pendidikan baik dari kurikulum, kompetensi guru dan juga
fasilitas yang merata yang ada di Indonesia.
Jepang bisa menjadi negara percontohan di bidang pendidikan, dikarenakan
keunggulan-keunggulan yang dimiliki. Indonesia sebagai negara berkembang juga tidak salah
belajar lebih banyak dengan negara Jepang bagaimana untuk menjadi lebih baik lagi dari
sistem pendidikan yang ada. Ada beberapa hal dari pola pendidikan di Jepang yang bisa
dijadikan pedoman baru di Indonesia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Intinya
agar negara Indonesia jauh lebih baik lagi kedepannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian kurikulum?
2. Bagaimana kurikulum dan sistem Pendidikan di Jepang?
3. Bagaimana kurikulum dan sistem Pendidikan di Indonesia?
4. Bagaimana Perbandingan Kurikulum & Sistem Pendidikan di Jepang Dan di
Indonesia?
5. Bagaimana sistem Pendidikan di jepang dan Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian kurikulum
2. Untuk mengetahui bagaimana kurikulum dan system Pendidikan di Jepang
3. Untuk mengetahui bagaimana kurikulum dan system Pendidikan di Indonesia
4. Untuk mengetahui Perbandingan Kurikulum & Sistem Pendidikan di Jepang Dan di
Indonesia
5. Untuk mengetahui sistem Pendidikan di Jepang dan di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus
sebagai pedoman dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran. Kurikulum
mencerminkan falsafah hidup bangsa, ke arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan
itu kelak ditentukan oleh kurikulum yang digunakan oleh bangsa tersebut. Arifin
(2012 : 15) mengatakan kurikulum sebagai seperangkat mata pelajaran atau materinya
yang akan dipelajari, atau yang akan diajarkan guru kepada peserta didik. Bagi
kebanyakan peserta didik, kurikulum identik dengan tugas pelajaran, latihan atau isi
buku pelajaran. Bagi guru, kurikulum seringkali diasosiasikan dengan petunjuk atau
pedoman tentang konten kurikulum (materi pelajaran) yang akan diajarkan kepada
peserta didik di samping strategi, metode atau teknik mengajar serta buku sumber
materi ajar. Sementara Hamalik (2001 : 13), menyatakan kurikulum dapat dianggap
sebagai suatu jembatan yang penting, untuk mencapai suatu titik akhir perjalanan,
yang ditandai dengan perolehan ijazah. Lebih jauh, Djauhari (2010) mengatakan
kurikulum adalah semua pengalaman peserta didik yang dirancang, diarahkan,
diberikan dan dipertanggungjawabkan oleh lembaga pendidikan. Pengalaman peserta
didik harus disajikan dalam proses pembelajaran yang tepat, yang harus diterapkan
baik untuk pengembangan profil keilmuannya, maupun untuk mengembangkan profil
keprofesian dan profil sosial, serta didukung oleh lembaga pendidikan yang kondusif.
Di lain pihak, Sukmadinata (1997 : 12) menyatakan kurikulum sebagai suatu sistem
keseluruhan memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan: tujuan, materi,
metode, organisasi, dan evaluasi. Komponen - komponen ini menjadi dasar utama
dalam upaya pengembangan sistem pembelajaran di lembaga pendidikan. Para
administrator seperti pimpinan institusi, pejabat struktural di bidang pendidikan, para
pakar pendidikan, para pengajar, bahkan orang tua siswa sendiri, tidak hanya terlibat
secara langsung atau tidak langsung dalam proses pengembangan kurikulum, tetapi
juga seharusnya turut aktif dalam implementasi suatu kurikulum. Berdasarkan
definisi-definisi kurikulum yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa
kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan di lembaga pendidikan. Sebagai
syarat mutlak, berarti kurikulum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pendidikan atau proses pembelajaran. Komponen materi dan kegiatan belajar peserta
didik harus ada pada proses pembelajaran. Hal ini penting mengingat pembelajaran
tanpa keterlibatan aktif peserta didik mempelajari konten atau materi, itu berarti hanya
sekedar informasi bagi peserta didik, belum menjadi pengetahuan atau pengalaman
belajar apalagi kompetensi siswa.

B. Kurikulum & Sistem Pendidikan di Jepang


Bangsa Jepang, walaupun sudah maju di berbagai bidang kehidupan termasuk
di bidang pendidikan tetapi dalam rangka mempersiapkan diri secara lebih baik lagi,
maka pengembangan kurikulum terus ditingkatkan demi kemajuan-kemajuan kualitas
pendidikan di negara Jepang itu sendiri. Kurikulum di Jepang disusun oleh bagian
perencanaan kurikulum yang terdapat dalam Kementrian Pendidikan. Penyusunan
kurikulum Jepang lebih ditekankan pada sistem pendidikan di sekolah, bukan pada
perubahan mata pelajaran atau metode mengajar. Sifatnya fleksibel dan responsif
dalam konteks penerapan kurikulumnya memungkinkan para pendidik untuk
melakukan pengembangan dan penyesuaian - penyesuaian pada tataran implementatif
didalam kelas. Menurut Chibi (2014 : 11), kurikulum Jepang, pertama kali
dikeluarkan pada tahun 1947, bertepatan dengan lahirnya UU pendidikan di Jepang,
selanjutnya berkali-kali mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1951, 1956, 1961,
1971, 1980, 1992, 2002, dan 2011. Hal-hal yang ditegaskan oleh Kementerian
Pendidikan Jepang terkait dengan menyusun kurikulum adalah:
1) Standar kurikulum nasional
2) Mengutamakan keharmonisan pertumbuhan jasmani dan rohani siswa
3) Menyesuaikan dengan lingkungan sekitar
4) Memperhatikan step perkembangan siswa
5) Memperhatikan karakteristik course pendidikan/jurusan pada level SMA.
Panduan kurikulum Jepang disebut Gakushū Shidōyōryō (GS) yang diakui
secara hukum, sehingga pelanggaran terhadapnya akan dikenai sanksi hukum. GS
merupakan panduan kurikulum untuk SD (shōgakkō), SMP (chūgakkō), SMP & SMA
satu atap (chūtōkyōikugakkō), SMA (kōtōgakkō), dan SLB
(tokubetsushiengakkō).Sedangkan untuk panduan kurikulum Taman Kanak-Kanak
(yōchien) disebut yōchienkyouikuyōryō. Untuk penyusunan dan publikasi kurikulum
dilakukan tiga tahun sebelum diterapkan. Misalnya untuk reformasi kurikulum SMP
yang direncanakan akan diterapkan pada tahun 2012, telah terselesaikan
penyusunannya sekaligus diumumkan ke publik pada bulan Maret 2011 untuk
mendapatkan masukan. Reformasi kurikulum ini dengan tujuan memacu kreativitas
para guru termasuk guru bidang studi termasuk guru matematika dalam merancang
dan mengimplementasikan pengalaman belajar bagi para peserta didik di kelas.
Pengembangan profesional guru dilakukan secara terus-menerus sebab Jepang
menyadari karena miskin sumber daya alam maka pengembangan sumber daya
manusia (termasuk guru), dilakukan secara terus-menerus.
Karakteristik kurikulum SD di Jepang hampir sama dengan kurikulum SD di
Indonesia. Kurikulum SD di Jepang meliputi bahasa Jepang, ilmu sosial, matematika,
ilmu pengetahuan, pendidikan moral, musik, seni dan kerajinan, kerumahtanggaan
dan pendidikan jasmani. Perbedaannya dengan kurikulum SD di Indonesia terlihat
pada mata pelajaran seikat suka (kebiasaan hidup) yang diajarkan di kelas 1 dan 2 SD.
Mapel ini bertujuan untuk membiasakan anak-anak dengan cara hidup mandiri sehari-
hari kepada anak-anak yang baru menyelesaikan pembelajaran di TK. Pembelajaran
bahasa Jepang dan berhitung diajarkan lebih banyak dibandingkan pelajaran lainnya.
Sedangkan sekolah-sekolah agama lebih banyak mengajarkan pendidikan agama
(Kristen, Buddha, Sinto) sebagai bagian dari pendidikan moral. Selain itu, pendidikan
estetika berupa musik dan menggambar juga diajarkan dalam porsi besar di kelas 1
dan 2 Sekolah Dasar.
Untuk kurikulum SMP meliputi bahasa Jepang, matematika, ilmu sosial, ilmu
pengetahuan, bahasa Inggris, musik, seni, pendidikan jasmani, pendidikan moral, dan
klub ekskul. Pelajaran bahasa asing diajarkan dalam bentuk mapel pilihan,
diantaranya bahasa Inggris, bahasa Perancis, dan bahasa Jerman. Semua mata
pelajaran dialokasikan waktu pembelajaran integrated course diberikan lebih besar
(90 jam) dibandingkan dengan mapel di SD. Mata pelajaran bahasa Inggris dijadikan
mapel wajib SMP. Sementara mata pelajaran pilihan yaitu bahasa Jepang, IPS,
Matematika, IPA, Musik, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Keterampilan/Home
Making. Dan bahasa Asing, merupakan perbedaan khas antara kurikulum SMP di
Indonesia dan Jepang.
Selanjutnya, karakteristik kurikulum SMA di Jepang paling sering berubah-
ubah. Perubahan tampak pada nomenklatur mata pelajaran, kategorisasi, dan sistem
penjurusan. Sifat khas kurikulum SMA adalah kompleksnya mapel yang diajarkan.
Pelajaran bahasa Jepang dikelompokkan lebih detail menjadi pendidikan bahasa
Jepang, literatur klasik dan literatur modern. Untuk kurikulum bahasa Asing, Jepang
memperkenalkan bahasa Inggris, bahasa Jerman, dan bahasa Perancis. Sementara,
penjurusan dilakukan sejak kelas 3 SMA, dan jurusan yang ada pada dasarnya adalah
jurusan rika (IPA) dan bunka (budaya/sosial).
Penjurusan dikembangkan dengan melihat nilai mata pelajaran, yang ada
hubungannya dengan jurusan teknik, pertanian, perikanan, kesejahteraan masyarakat,
sesuai kebutuhan lapangan. Selain itu, sekolah juga membagi lebih detail penjurusan
menjadi jurusan yang dipersiapkan untuk menghadapi ujian masuk Universitas Negeri
dan jurusan yang memilih Universitas Swasta. Lebih jauh, pendidikan dasar di Jepang
dilengkapi dengan tokubetsukatsudou, sebagai aktivitas khusus atau semacam
ekstrakurikuler di Indonesia, tetapi agak berbeda karena kegiatan ini meliputi OSIS,
kegiatan kelas, kegiatan klub olahraga dan seni, event sekolah dan pendidikan moral.
Event sekolah seperti festival sekolah (gakkousai) dipersiapkan perkelas dengan
bimbingan penuh dari wali kelas. Jumlah jam pelajaran di SMP sebanyak 385 jam, hal
ini dimaksudkan memberikan waktu dan ruang kepada guru dalam melaksanakan
Yutorikyouiku. Yutorikyouiku dalam kaitannya dengan sistem pendidikan di Jepang
dapat meningkatkan kedisiplinan siswa dalam belajar. Chibi (2014) menyatakan
bahwa pelaksanaan Yutorikyouiku, pemerintah menerapkan 5 hari sekolah, yaitu dari
hari Senin sampai Jumat. Tujuan kebijakan ini adalah agar siswa dapat lebih banyak
memanfaatkan waktunya dengan keluarga dan belajar lebih banyak di lingkungannya
dan atau mengikuti berbagai les privat.
Pendidikan di Jepang ada yang formal yaitu Pendidikan di Sekolah,
selanjutnya ada juga pendidikan yang berbasis moral yaitu merupakan sistem
pendidikan yang bangun dari rumah dan yang ketiga sekaligus yang terakhir adalah
pendidikan yang muncul dari masyarakat itu sendiri yang biasanya juga disebut
pendidikan seumur hidup/long life learner. Di Jepang wajib belajar mulai dari usia 6
tahun hingga usia 15 tahun. Setiap keluarga yang memiliki anak pada rentang usia 6-
15 tahun akan diberikan pemberitahuan untuk menyekolahkan anak-anak di sekolah.
Di Jepang juga ada sekolah negeri yang biasanya disebut koritsu gakko. Sekolah
negeri itu di kepalai atau diselenggarakan oleh pemerintah kota atau yang disebur
prefektur. Tetapi ada beberapa juga sekolah yang dikelola oleh prefektur dan
pemerintah pusat. Untuk sekolah swasta disebut juga dengan shiritsu gakko yang
diselenggarakan oleh badan hukum. Di sekolah negeri biasanya siswa mulai masuk
dari hari senin hingga hari jumat, sedangkan sekolah swasta hingga hari sabtu. Di
sekolah Jepang biasanya membagi setahun ajaran menjadi tiga catur wulan dan dibagi
atas tiga musim, yaitu musim gugur/fall, musim salju/snow serta musim
panas/summer yang waktunya cenderung lama dan panjang. Di Jepang juga ada
Taman Kanak-kanak yang biasanya disebut dengan youchien, ada juga sekolah
hoikuen. Perbedaan antara youchien dengan hoikuen adalah apabila youchien jam
sekolahnya mulai pukul 08.50-13.30, sedangkan youchien mulai dari 07.00-19.00
waktunya lebih lama dan lebih panjang, youchien diperuntukkan untuk anak-anak
yang orangtuanya bekerja. Untuk anak-anak yang ingin dimasukkan ke youchien
harus ada surat keterangan bahwa kedua orangtua bekerja.

C. Sistem Pendidikan di Indonesia


Sistem pendidikan yang ada di negara Indonesia saat ini yaitu sistem
pendidikan nasional. Sistem ini adalah memberikan siswa pengetahuan yang bersifat
akademis, mengasah keterampilan kognitif, serta membina sikap positif kepada
peserta didik sejak kecil. Sistem pendidikan Indonesia juga berorientasi pada nilai,
sejak sekolah dasar peserta didik diberi pengajaran tentang kejujuran, kedisiplinan
dan rasa tenggang rasa. Di negara Indonesia juga menganut sistem pendidikan
terbuka, disini maksudnya adalah siswa diminta untuk saling berkompetensi,
mengembangkan kreatifitas yang dimiliki seluas-luasnya serta melakukan sesuatu
yang lebih inovatif. Sistem pendidikan di Indonesia beragam, beragam disini
maksudnya adalah peserta didik merupakan siswa yang berasal dari background suku,
bahasa, culture dan keyakinan. Di Negara Indonesia juga ada pendidikan formal dan
non formal. Sistem pendidikan di Indonesia juga disesuaikan dengan perubahan
zaman, pendidikan di Indonesia sebaiknya mengikuti perubahan era dan perubahan
yang lebih inovatif dari waktu ke waktu oleh karena itu kurikulum di Indonesia sering
berubah-rubah dikarenakan zaman yang berubah, seperti saat ini Indonesia sudah
menggunakan K13. Jenjang pendidikan yang ada di Indonesia dimulai dari jenjang
yang paling awal yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan PAUD ini
diperuntukkan untuk anak-anak mulai dari usia 0-6 tahun, pendidikan PAUD
diperuntukkan untuk anak-anak lebih mengembangkan, menumbuhkan baik dari segi
jasmani dan rohani anak. Selanjutnya setelah PAUD akan dilanjutkan dengan
pendidikan dasar ini jenjangnya dari kelas satu hingga kelas enam, sehingga total
waktunya adalah enam tahun dan dilanjutkan dengan tiga tahun pada Sekolah
Menengah Pertama. Selanjutnya dilanjutkan dengan Sekolah Pendidikan Menengah
ini dikenal atau disebut SMA selama 3 tahun waktu yang ditempuh. Pendidikan tinggi
ini lebih luas, karena didalamnya ada D3, S1, S2, S3, dan spesialis.

D. Perbandingan Kurikulum & Sistem Pendidikan di Jepang Dan di Indonesia


Dengan memperhatikan kurikulum pendidikan di Jepang tersebut, dapatlah
kiranya dibuat suatu perbandingan kurikulum pendidikan di Jepang dengan di
Indonesia sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.

No Unsur komponen Gakusyuus Hidouryou Kurnas di Indonesia


yang dicermati Jepang
1. Karakteristik Menyesuaikan kondisi dan Berkembang sejalan dengan
kurikulum pemikiran, dan berkembang perkembangan teori dan
sejalan dengan perkembangan praktek di lapangan
teori dan praktek pendidikan
yang dianutnya.
2. Program Kurikulumnya tunggal, Kurikulumnya satu disiplin
pendidikan pada misalnya musik saja, melukis ilmu, terutama ilmu terapan,
junior College saja, atau sastra inggris. misalnya akademi ilmu
(Akademik) Kebanyakan untuk wanita, ekonomi. Tujuannya lebih
dengan tujuan untuk diarahkan untuk menjadi
meningkatkan kemampuan tenaga terampil yang siap
wanita sebagai ibu rumah kerja
tangga.
3. Perkembangan Lebih menekankan pada Tampaknya masih bertumpu
kurikulum sekolah sistem pendidikan di sekolah, pada mata pelajaran, belum
bukan pada perubahan mata pada sistem pendidikannya.
pelajaran atau metode Dimulai dari Rencana
mengajar. Pelajaran 1947, 1952, 1964,
Gakusyuushidouryouryou Kurikulum 1968, 1975,1984,
(kurikulum) pertama kali 1988, 1994, Suplemen 1999,
dikeluarkan pada tahun 2004 (KBK), 2006 (KTSP),
1947,bertepatan dengan 2013 (Kurikulum Nasional)
lahirnya UU pendidikan di
Jepang. Selanjutnya berkali-
kali mengalami pembaharuan
yaitu pada tahun 1951, 1956,
1961, 1971, 1980, 1992,
2002, dan 2011.
4. Kurikulum SD Meliputi bahasa Jepang, ilmu Perbedaan nya pada mata
sosial, matematika, ilmu pelajaran seikatsuka
pengetahuan, pendidikan (kebiasaan hidup) yang
moral, musik, seni dan diajarkan di kelas 1 & 2
kerajinan, kerumahtanggaan, Sekolah Dasar. Alokasi waktu
dan pendidikan jasmani pembelajaran bahasa daerah
,pembelajaran bahasa Jepang dan berhitung lebih sedikit
dan berhitung diajarkan lebih dibandingkan mata pelajaran
banyak dibandingkan lainnya.
pelajaran lainnya.
5. Kurikulum SMP Meliputi bahasa Jepang, Perbedaan pada khas bahasa
Matematika, ilmu sosial, ilmu Asing, dimana mata pelajaran
pengetahuan, musik, seni, bahasa Inggris Indonesia
pendidikan jasmani, sebagai mata pelajaran wajib.
pendidikan moral, dan klub
ekskul. Sedangkan mapel
pilihan, di antaranya bahasa
Inggris, bahasa perancis, dan
bahasa Jerman.
6. Kurikulum SMA Sering berubah- ubah, pada Mata pelajaran yang di
nomenklatur mata pelajaran tetapkan tidak berubah –
dan kategorisasi. Pelajaran ubah. Perbedaan pada khas
bahasa Jepang di bahasa Asing, dimana mata
kelompokkan lebih detail pelajaran bahasa Inggris
menjadi pendidikan bahasa Indonesia sebagai mata
Jepang. Literature klasik dan pelajaran wajib. Penjurusan
literature modern. Untuk dilakukan sejak kelas 2 SMA
bahasa Asing, Jepang
memperkenalkan bahasa
Inggris, bahasa Jerman, dan
bahasa Perancis. Sementara,
penjurusan dilakukan sejak
kelas 3 SMA.
7. Hari efektif 5 hari (Senin s.d Jum’at) 6 hari (Senin s.d Sabtu)
Belajar
8. Kemunduran Kemunduran pendidikan di Pelaksanaan pendidikan di
Pendidikan Jepang ditandai antara lain: Indonesia lebih longgar, tidak
menurutnya minat bersekolah seketat Jepang, namun tanda-
anak-anak, kedisiplinan yang tanda kemunduran pendidikan
mulai rapuh, dan prestasi di Jepang tampaknya juga
belajar yang menurun. terjadi di Indonesia.

9. Perkembangan Dilakukan secara terus Dilakukan secara terus


profesionalisme menerus.Jepang menyadari menerus, antara lain melalui
Guru karena miskin sumber daya Sertifikasi Guru dan Uji
alam maka pengembangan Kompetensi Guru agar
sumber daya manusia memenuhi kompetensi
(termasuk guru) perlu pedagogik, kepribadian
dilakukan terus menerus. sosial, dan profesional.
10. Peningkatan mutu Dimulai dengan peningkatan Peningkatan mutu pendidikan
pendidikan mutu pembelajaran di dalam dilihat dari sistem pendidikan
kelas, sistem pendidikan di dan hasil ujian Nasional di
sekolah, dan bukan pada Sekolah.
perubahan mata pelajaran atau
metode mengajar.
11. Prinsip Mengajar Ada tiga prinsip mengajar Prinsip mengajar yang
yaitu Tanoshii jogyou (kelas digunakan guru adalah
harus menyenangkan), tradisional, dengan anggapan
Wakaru ko (anak harus yang penting siswa bisa
mengerti), Dekiru ko (anak menerima dan mengerti
harus bisa). materi dengan baik. Dimana
guru menjelaskan rumus-
rumus dan dalil-dalil
matematika kemudian siswa
berlatih dengan soal-soal
yang ada dalam buku paket.
12. Metode Dengan menerapkan metode Guru sebagai fasilitator, dan
pembelajaran tutor sebaya (Peer Learning) menganut sistem
atau yang disebut Lesson pembelajaran tradisional.
Study, Pendekatan open-
ended, problem solving, dan
kontekstual.
13. Struktur Pada umumnya persoalan Pada umumnya, siswa
Pembelajaran yang disajikan kepada siswa menonton bagaimana guru
Matematika merupakan soal-soal yang mendemontrasikan
bersifat problem solving, atau penyelesaian soal-soal di
menggunakan bentuk papan tulis dan siswa
representasi materi pelajaran mengcopy apa yang telah di
yang beragam. tuliskan oleh gurunya. Dan
pada umumnya guru
menjelaskan Matematika
dengan mengungkapkan
rumus-rumus dan dalil-dalil
terlebih dahulu, baru siswa
berlatih dengan soal-soal
yang tersedia dalam buku
paket.
14. Pelaksanaan Ujian Tidak ada pelaksanaan Ujian Pelaksanaan Ujian Nasional
Nasional Nasional (UN)

E. Sistem Pendidikan di Jepang Dan di Indonesia


Berikut ini akan dijelaskan perbandingan antar sistem pendidikan yang ada di
Indonesia dengan sistem pendidikan yang ada di Jepang :
1) Jam Sekolah
Jam sekolah di Jepang di mulai dari pukul 08.00 - 15.00, sedangkan di Indonesia
mulai dari pukul 07.15 - 15.15, di Indonesia lebih lama satu jam. Di Jepang, apabila
siswa datang terlambat maka akan dimintakan surat perjanjian untuk tidak
mengulanginya lagi, di Indonesia siswa diberi hukuman seperti berdiri di tiang
bendera, menyabut rumput, dll.
2) Etika dan Kedisiplinan
Murid atau siswa di Jepang baru mengikuti ujian mata pelajaran ketika sudah berada
di grade empat atau setara dengan anak yang berumur 10 tahun, dikarenakan pada
usia tiga tahun awal anak-anak diberikan pemahaman yang penting berkaitan dengan
tata cara berperilaku sehari-hari serta nilai sopan santun. Di Indonesia kedisiplinan
masih harus ditingkatkan lagi begitu juga etika yang mengalami kemerosotan, bahkan
di Indonesia sangat sulit bagi anak untuk mengantri ketika berbelanja.
3) Bidang Studi Pelajaran yang ada di Sekolah
Bidang studi yang dipelajari di sekolah yang ada di Jepang lebih sedikit dibanding
dengan mata pelajaran yang ada di Indonesia, sehingga siswa bisa lebih fokus ke mata
pelajaran yang ia senangi. Di Indonesia siswa diharapkan bisa menguasai banyak
mata pelajaran, hal itu membuat siswa merasa tertekan dan merasa jenuh di sekolah.
4) Pola Pikir Siswa
Murid di Jepang lebih banyak diajarkan bagaimana memecahkan suatu
masalah/problem solving, berpikir lebih kritis dalam proses pembelajaran. Di
Indonesia anak-anak lebih sering diajak untuk menghafal oleh guru yang ada di
sekolah.
5) Transportasi
Murid di Jepang lebih disarankan untuk berjalan kaki ke sekolah, menggunakan
sepeda atau menggunakan sarana transportasi umum. Di Indonesia banyak siswa ke
sekolah membawa motor dan mobil. Di Jepang anak-anak berjalan kaki atau
mengendarai sepeda agar lebih sehat dan bersemangat pergi ke sekolah.
6) Perlengkapan Sekolah
Di sekolah anak-anak Jepang apabila memasuki kelas menggunakan sepatu khusus di
sekolah agar kotoran tidak masuk ke dalam lantai sekolah, siswa juga menggunakan
tas yang diberikan dari pihak sekolah. Di Indonesia anak-anak menggunakan barang-
barang mewah untuk pergi ke sekolah dan itu memperlihatkan kelas anak-anak mana
yang kaya dan kurang.
7) Menu Makan Siang
Siswa di Jepang setiap makan siang selalu memakan makanan yang sama dan juga
minum minuman yang sama serta bersama dengan gurunya di dalam kelas. Di
Indonesia siswa makan makanan yang disukainya sesuai dengan seleranya, di
Indonesia anak-anak bisa dengan bebas apakah ingin membawa makanan dari rumah
atau jajanan sekolah.
8) Kebersihan Sekolah
Di Jepang siswa setiap pulang sekolah jam 3 sore anak-anak bergotong-royong untuk
membersihkan lingkungan sekolah yang disebut dengan O-Soji, tidak ada petugas
sekolah yang bertugas untuk membersihkan lingkungan sekolah. Di Indonesia anak-
anak membersihkan sekolah di pagi hari sebelum masuk ke kelas.
9) Seragam Sekolah
Siswi di Jepang menggunakan pakaian seperti baju pelaut dan laki-lakinya
menggunakan seragam seperti militer, bajunya tebal dan lengan panjang. Di Indonesia
memiliki baju seragam yang berbeda-beda seperti merah putih, batik, dan pramuka.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sistem pendidikan Indonesia lebih mengedepankan kekayaan kognitif peserta
didik, seperti nilai akademis, nilai ujian dan nilai ulangan harian lainnya. Sistem
pendidikan Indonesia kurang mengedepankan aspek afektif dan kognitif, hal ini perlu
ditingkatkan lagi agar pendidikan di Indonesia lebih maju dan lebih berkembang
kedepannya. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki kesempatan yang luas
untuk belajar dari negara-negara maju seperti negara Jepang, negara Jepang terkenal
dengan sistem pendidikannya yang bagus dan juga teknologinya yang berkembang
pesat. Sistem pendidikan di Jepang merupakan sistem pendidikan yang unggul.
Jepang sebagai negara maju memiliki kelebihan-kelebihan yang bisa ditiru oleh
negara lain.
Seperti sistem pendidikan di Jepang yang juga memperhatikan aspek afektif,
kognitif dan psikomotorik. Sopan santun, tata krama, kedisiplinan serta menanamkan
nilai-nilai norma sejak dini. Nilai raport, nilai ujian tidak terlalu penting, hanya
digunakan untuk seleksi masuk Perguruan Tinggi, masuk SMA ataupun masuk SMP.
Perbandingan sistem pendidikan antara negara Indonesia dengan Jepang
dijadikan untuk bahan evaluasi untuk kelanjutan kedepannya. Tidak dipungkiri bahwa
Indonesia saat ini sudah mengalami kemajuan di bidang pendidikan, tetapi tetap harus
dilakukan evaluasi agar pendidikan di Indonesia selalu kearah kemajuan, sehingga
mampu menciptakan generasi emas yang akan datang di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA

 Asriati, N. (2012). "Mengembangkan Karakter Peserta Didik Berbasis Kearifan


Lokal Melalui Pembelajaran di Sekolah." Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora
3(2): 106-119.

 Baidhawy, Z. (2005). Pendidikan agama berwawasan multikultural. Erlangga.

 Connie Chairunnisa, C., I. Istayatiningtias, et al. (2019). Pengembangan Model


Pendidikan Karakter Di Sekolah Menengah Pertama. Mitra Wacana Media.
 Fittryati, S. A. (2020). Perancangan sekolah pendidikan anak usia dini (paud) di
Sidoarjo dengan pendekatan arsitektur ramah anak menurut permendikbud no. 137
tahun 2014, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
 Johan, T. S. B. (2018). Perkembangan Ilmu Negara dalam Peradaban Globalisasi
Dunia. Deepublish.
 Kurniawan, C. (2017). Wawasan Pendidikan: Studi Komparatif Sistem Pendidikan Di
Beberapa Negara Maju (Korea Selatan Dan Jepang).
 Muzaki, A. (2020). Implementasi Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah Di
Lembaga Pendidikan Formal NU (Studi Kasus di SMK Ma’arif 2 Sleman).
 Novi Handayani, N. (2017). Pengaluran dan Penokohan Dalam Novel Umibe No
Kafuka Karya Haruki Murakami (Kajian Struktural)
 Sahban, M. A. and M. SE (2018). Kolaborasi Pembangunan Ekonomi di Negara
Berkembang. SAH MEDIA.
 Soetantyo, S. P. (2013). Peranan dongeng dalam pembentukan karakter siswa
sekolah dasar. Jurnal Pendidikan 14(1): 44-51.
 Sudarsana, I. K. (2016). Pemikiran tokoh pendidikan dalam buku lifelong learning:
policies, practices, and programs (Perspektif Peningkatan Mutu Pendidikan di
Indonesia). Jurnal Penjaminan Mutu 2(2): 44-53.
 Sulfemi, W. B. (2019). Kompetensi Profesionalisme Guru Indonesia dalam
Menghadapi MEA.
 Suryaningrum, C., T. M. Ingarianti, et al. (2016). Pengembangan model deteksi dini
anak berkebutuhan khusus (ABK) pada tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) di
kota Malang. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan 4(1): 62-74.
 Zarman, W. (2017). Ternyata Mendidik Anak Cara Rasulullah Mudah & Efektif,
Kawan Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai