Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kewajiban Belajar Berdasarkan
Surah Al ankabut ayat 19-20 dan Surah Al Alaq 1-5”. Tak lupa sholawat dan salam marilah
kita limpah curahkan kepada guru besar kita yakni Nabi Muhammad SAW, tanpa adanya beliau
mungkinkah kita terbebas dari zaman kebodohan. Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas
mata kuliah Tafsir Tarbawi. Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada:

Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada kami, orangtua kami yang
selalu memberikan doa dan dukungan dalam menuntut ilmu. Rekan rekan mahasiswa dan
seluruh pihak yang bersedia memberikan partisipasi dalam penyusunan makalah ini.

Manusia pasti memiliki kekuragan seperti halnya dalam pembuatan makalah ini pun kami
banyak sekali kekurangan. Untuk itu, kami selalu mengharap kritik dan saran dari pembaca guna
kemajuan bersama

Akhir kata dari penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Penulis

                                                                                                        
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Banyak manusia didunia ini yang mengingkari Allah dan mengingkari semua
ciptaannya. Padahal manusia setiap hari telah melihat panorama semesta dan fenomena-
fenomena yang selalu ada dan pernah hilang dari pandangannya. Namun keseriusannya
telah hilang karena sudah biasa melihatnya dan juga karena sering terulang.

Al-Qura’an telah mengembalikan perhatian mereka kepada keagungan dan tanda-


tanda kekuasaan Allah yang sangat mengagumkan itu. Yaitu melalui dalil-dalil, serta
bukti wujud yang dapat dilihat dan dirasakan oleh perasaan.

Oleh karena itu penting bagi kita untuk mempelajari tafsir surat Al-Ankabut:19-
20. Pada ayat 19, manusia disuruh merenungkan segala yang terjadi dialam semesta ini,
mulai dari permulaan penciptaan sampai penciptaan tersebut terulang-ulang. Al-Qur’an
menjadikan alam semesta sebagai media pemaparan ayat-ayat keimanan dan
petunjuknya. Sedangkan ayat 20, mengajak manusia untuk berjalan dibumi dan
memperhatikanciptan Allah dan tanda-tanda kekuasaan dalam ciptaannya, baik dalam
benda mati maupun makhluk hidup. Sehingga mereka memahami zat yang telah
menciptakan semua itu akan dengan mudah mengulang ciptaannya tanpa kesulitan.

Dan pada surah Al-Alaq ayat 1-5 mempelajari tentang pentingnya belajar yang
berawal dari perintah untuk membaca . seperti yang terdapat dalam ayat yang pertama
yang memiliki arti ; Bacalah . hal tersebut merupakan sebuah bukti keterkaitan belajar
dengan surah Al Alaq , bahwasannya manusia belajar dan mendapat ilmu dengan cara
membaca.

Melalui makalah ini saya akan membahas lebih lanjut tentang penciptaan
makhluk dialam semesta ini dari surat Al-Ankabut ayat 19-20 dan surah Al Alaq ayat 1-5
BAB II

PEMBAHASAN

A. QS. Al-Ankabut ayat 19-20

1. Kandungan Q.S Al- An kabut ayat 19-20 dan kaitannya dengan Pengajaran
dalam Ilmu Pendidikan Islam.

Artinya:

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan


(manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang
demikian itu adalah mudah bagi Allah”.

Penjelasan dari Ayat 19:

Mereka lengah sehingga tidak memperhatikan atau memikirkan bagaimanaAllah


SWT memulai penciptaan segala sesuatu pertama kali dan tanpa contoh sebelumnya.
Setelah Allah mencipta dan yang diciptakan itu binasa, dia mengulanginya kembali
dengan diciptakannya kemalisesuatu yang lain dan serupa dengan apa yang telah binasa.
Atau Allah SWT menciptakan manusia, dan setelah kematiannya dia mengembalikan
manusia yang telah mati itu hidup kembali untuk mempertanggungjawabkan segala
amalnya. Sesungguhnya penciptaan dan pengulangannya itu yang hanya dapat dilakukan
oleh Allah adalah mudah bagi-Nya.

Artinya:

“Katakanlah, berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah


menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi.
Sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu”.

Penjelasan dari ayat 20


Berjalanlah dimuka bumi kemana saja kaki kamu mebawa kamu, lalu dengan
segera walau baru beberapa langkah kamu melangkah, perhatikanlah bagaimana Allah
SWT memulai penciptaan makhluk yang beraneka ragam. Seperti manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya. Kemudian Allah SWT menciptakannya lagi di lain
kali setelah penciptaan pertama waktu itu. Sesungguhnya Allah SWT mahakuasa atas
segala sesuatu.

2.     Tafsir

a.     Tafsir Ibnu Katsir

Allah SWT memberitahukan tentang Al-Khalil a.s bahwasannya dia


menegaskan hari kiamat kepada kaumnya yang mengingkariya. Penegasannya itu
melalui hasil penciptaan Allah yang dapat mereka lihat pada diri mereka sendiri
setelah sebelumnya mereka bukan apa-apa. Zat yang memulai penciptaan dari
tiada adalah berkuasa pula untuk mengembalikannya. Dan itu mudah bagi-Nya.

Penegasan itu juga dilakukan dengan mengambil pelajaran dari penciptaan


langit dan bumi, makhluk-makhluk yang ada pada keduanya, dan benda-benda
yang ada diantara keduanya yang menunjukkankepada adanya pembuat sebagai
pencipta yang mutlak, yang mengatakan kepada sesuatu “Jadilah”, maka ia pun
menjadi. Karena itu Allah SWT berfirman, “Dan apakah mereka tidak
memperhatikan bagaimana Allah menciptakan pada permulaan, kemudian dia
mengulanginya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”.
Ayat ini seperti firman Allah SWT, “ Dialah yang memulai penciptaan kemudian
mengulanginya dan pengulangan itu lebih mudah bagi-Nya.

Firman Allah SWT, “ Katakanlah, ‘Berjalanlah dimuka bumi, lalu


perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan dari permulaan, kemudian Allah
menjadikannya sekali lagi”, pada hari kiamat. “Sesungguhnya Allah maha kuasa
atas segala sesuatu”. Konteks ayat ini seperti firma Allah SWT, “ Kami akan
memperlihatkan kepada mereka ayat-ayat kami yang terdapat diufuk dan pada diri
mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Dia adalah hak”.
b.      Tafsir Al Misbah

Kata yarau terambil dari kata ra’a yang dapat berartimelihat dengan mata


kepala atau mata hati/memikirkan atau memperhatikan. Sementara ulama antara
lain Thabathaba’i memahami kata tersebut dalam arti dengan mata
hati/memikirkan bukan melihat dengan mata kepala. Tetapi ulama lain seperti
Thahir Ibn Asyur memahaminya dalam kedua makna diatas. Kejadian manusia
dan kematiannya atau munculnya tumbuhan dan lainnya, dapat terlihat sehari-hari
dengan mata kepala manusia yang mau melihatnya. Demikian juga ia dapat
dipikirkan dan direnungkan oleh siapapun, walau tidak melihat dengan mata
kepala. Kedua pendapat diatas benar, hanya saja yang pertama benar jika
obyek melihat adalah asal-usul kejadian alam, yang tentu saja tidak dapat dilihat
kecuali melalui mata hati atau pikiran dengan melalui riset dan
penelitian.  Sedangkan pendapat yang dikemukakakn oleh Ibn Asyur juga benar,
jika obyek penglihatan adalah kelahiran dan tumbuhan yang memang dapat
disaksikan dengan pandangan mata.

Kata  yubdi’u terambil dari kata  bada’a. Kata yang terdiri dari


huruf   ba’, dal dan hamzah, berkisar maknanya pada memulai sesuatu. Orang
yang terkemuka dinamai bad’u, karena namanya biasa disebut terlebih dahulu.

Allah yang memulai penciptaan dipahami dalam arti “Dia yang


menciptakan segala sesuatu pertama kali dan tanpa contoh sebelumnya”. Ini
mengandung arti bahwa Allah ada sebelum adanya sesuatu. Dia yang mencipta
dari tiada, maka wujudlah segala sesuatu yang dikehendakin-Nya.

Banyak penjelasan dikemukakan melalui ayat-ayat guna membuktikan


kekuasaan Allah dan keniscayaan hari kiamat. Kaum musyrikin belum juga
menyambut baik penjelasan-penjelasan itu, karena itu ayat diatas memerintahkan
Nabi Muhammad SAW bahwa:Katakanlah kepada mereka: “Kalau kamu belum
juga memercayai keterangan-keterangan diatas antara lain yang disampaikan oleh
leluhur kamu dan bapak para Nabi yakni Nabi Ibrahim,
makaberjalanlah dimuka bumikemana saja kaki kamu membawa
kamu, lalu dengan segera walau baru beberapa langkah kamu
melangkah.Perhatikanlah bagaimana Allah memulai penciptaan makhluk yang
beraeka ragam-manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya-kemudian
Allahmenjadikannya dikali lain setelah penciptaan pertama kali itu.Sesungguhnya
Allah maha kuasa atas segala sesuatu.

Kata an-nasy’ah terambil dari kata an-nasy’ yaitu kejadian. Patron yang


digunakan ayat ini yang menunjukkan terjadinya sekali kejadian. Atas dasar itu
sementara ulama memahaminya sebagai menunjuk kepada satu kejadian yang
terjadi sekaligus tidak berulang-ulang atau bertahap, dalam hal ini adalah kejadian
kebangkitan semua manusia diakhirat kelak.[4]

3.  APLIKASI QS. Al-Ankabut 19-20 DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Orang-orang yang mengingkari semua ciptaan Allah dan manusia disuruh


merenungkan segala yang terjadi dialam semesta ini, mulai dari permulaan penciptaan
sampai penciptaan tersebut terulang-ulang.

Pada ayat 20, menjelaskan bahwa mengajak manusia untuk berjalan dibumi dan
memperhatikan ciptaan Allah dan tanda-tanda kekuasaannya dalam ciptaannya, baik
dalam benda mati maupun makhluk hidup.

Allah memperintahkan manusia supaya memperhatikan bagaimana Allah


menciptakan makhluk dari permulaannya. Manusia melihat dibumi ini sesuatu yang
menunjukkan proses penciptaan kehidupan yang pertama dan bagaimana permulaan
penciptaan makhluk itu, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi.
4.     ASPEK TARBAWI

1.      Melakukan perjalanan, dengannya seseorang akan menemukan banyak


pelajaran berharga baik melalui ciptaan Allah yang terhampar dan beraneka ragam,
maupun dari peninggalan lama yang masih tersisa puing-puingnya.

2.      Melakukan pembelajaran, penelitian, dan percobaan (eksperimen) dengan


menggunakan akalnya untuk sampai kepada kesimpulan bahwa tidak ada yang kekal
didunia ini, dan bahwa dibalik peristiwa dan ciptaan itu, wujud satu kekuatan dan
kekuasaan yang maha besar.

b. Kandungan Q.S Al-‘Alaq: 1-5 Kaitannya dengan Pengajaran dalam Ilmu


Pendidikan Islam.

Surah Al-‘Alaq ini dinamai juga surah Al Qalam atau Iqra. Surah ini termasuk
dalam kategori dalam kategori surah Makiyah dengan jumlah ayatnya sebanyak 19 ayat.
Dalam surah Al-‘Alaq ini, ditegaskan bahwasanya Nabi Muhammad Saw diperintahkan
oleh Allah SWT untuk membaca yang dibarengi dengan kekuatan (Qudrat) Allah
bersama manusia dan penjelasan sebagai sifat-sifat-Nya. Kemudian Allah SWT
menjelaskan perumpamaan yang menunjukan terhadap sebagai penentang individunya
berikut balasan pahala yang menjalankan amalnya.
Para ulama tafsir pada umumnya berpendapat bahwa ayat pertama sampai dengan
ayat kelima termasuk ayat-ayat yang pertama kali diturunkan oleh Allah SWT kepada
Nabi Muhammad Saw, yaitu pada waktu beliau berkhalwat di gua Hira’. Menurut Abudin
Nata yang dikutip dari Ibn Katsir menjelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw pertama kali
menerima lima ayat surah Al-‘Alaq ketika beliau sedang bertahannuts (beribadah) di gua
Hira’. Pada saat itu Malaikat Jibril datang kepada Nabi Muhammad Saw dan
menyuruhnya membaca ayat-ayat tersebut, dan setelah tiga kali malaikat Jibril tersebut,
barulah Nabi dapat membaca kelima ayat tersebut.
Pada saat itu Nabi Muhammad Saw merasakan sesuatu yang sangat berat,
berkeringat dan perasaan yang sulit digambarkan, hingga beliau meminta istrinya
(Sayyidah Khadijah) untuk menyelimutinya dengan tujuan menghilangkan perasaan
cemas, kaget dan sebagainya. Setelah diselimuti oleh Khadijah, Khadijah kemudian
berkata, bergembiralah engkau wahai suamiku! Karena Allah tidak mungkin menyia-
nyiakanmu selama-lamanya. Engkau adalah orang yang senantiasa benar dalam ucapan,
rela menanggung penderitaan, memberi perhatian terhadap orang-orang yang lemah dan
selalu menegakkan kebenaran.
Dalam QS. Al-‘Alaq ayat pertama tersebut, secara harfiah menurut Al Maraghi
ayat tersebut dapat diartikan : “Jadilah engkau seorang yang dapat membaca berkat
kekuasaan dan kehendak Allah yang telah menciptakanmu, walaupun sebelumnya engkau
tidak melakukannya”. Secara ringkas, makna kandungan surah ini adalah wahai
Muhammad jadilah engkau menjadi seorang pembaca! Padahal sebelumnya tidak pernah
menjadi pembaca. Kemudian bacalah apa yang telah diwahyukan Allah kepadamu.
Janganlah kamu mengira-ngira karena memang kamu tidak dapat membaca dan menulis.

Sementara itu menurut Baiquni, ayat tersebut juga mengandung perintah agar
manusia memilki keimanan, yaitu berupa keyakinan terhadap adanya kekuasaan dan
kehendak Allah SWT, juga mengandung pesan ontologis tentang sumber ilmu
pengetahuan. Pada ayat tersebut Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad Saw agar
membaca. Sedangkan yang dibaca itu objeknya bermacam-macam. Yaitu ada yang
berupa ayat-ayat Allah yang tertulis sebagaimana surah Al-Alaq itu sendiri, dan dapat
pula ayat-ayat Allah yang tidak tertulis seperti yang terdapat pada alam jagad raya
dengan segala hukum kausalitas yang ada di dalamnya, dan pada diri manusia. Berbagai
ayat tersebut jika dibaca dalam arti ditelaah, diobservasi, diidentifikasi, dikategorisasi,
dibandingkan, dianalisa dan disimpulkan dapat menghasilkan ilmu pengetahuan.Allah-
lah yang menjadikan kamu berkemampuan untuk membaca dan memberikan ilmu yang
engkau tidak pernah mengetaui sesuatu apapun sebelumnya.
Demkian pula kaummu. Allah-lah yang Maha Tahu untuk mewahyukan
kepadamu Al-Qur’an agar kamu membacakannya kepada manusia di muka bumi,
sedangkan kamu tidak pernah mengetahui sebelumnya tentang apa yang dimaksud
dengan kitab itu.
Allah SWT berulangkali memerintahkan untuk membaca, karena memang
manusia dapat membaca bila diperintahkan secara berulangkali. Dengan demikian maka
perintah untuk membaca kepada Nabi itu pun berulangkali. Kita dapat melihat bahwa
Allah SWT memerintahkan Nabinya-Nya untuk membaca secara umum dan lebih husus
membaca Al-Qur’an, maka Dia itu sang Maha Mulia yang tidak pernah bakhil terhadap
makhluk-Nya dan khususnya terhadap Rasul-Nya. Dia-lah yang telah mengajari dengan
pena dan mengajari manusia sesuatu yang tidak pernah diketahuinya.

Kemudian dalam QS. Al-‘Alaq pada ayat kedua, secara harfiah kata ( ‫ ) علق‬yang
terdapat pada ayat tersebut menurut Al-Asfahani berarti ( ‫ )دم جا مدة‬berarti darah yang
beku. Sedangkan menurut Al-Maraghi ayat tersebut menjelaskan bahwa: Dia-lah Allah
yang menjadikan manusia dari segumpal darah menjadi makhluk yang paling mulia, dan
selanjutnya Allah SWT memberi potensi (Al-Qudrah) untuk berasimilasi dengan segala
sesuatu yang ada di alam jagad raya yang selanjutnya bergerak dengan kekuasaan-Nya,
sehingga menjadi makhluk yang sempurna dan dapat menguasai bumi dengan segala
isinya. Kekuasaan Allah itu dapat diperlihatkan ketika Dia memberikan kemampuan
membaca kepada Nabi Muhammad Saw, sekalipun sebelum itu Ia belum pernah
membaca.
Menurut Abudin Nata, pemahaman yang komprehensif tentang manusia ini
sebagai hal yang sangat penting dan urgen dalam rangka merumuskan berbagai kebijakan
yang berkaitan dengan rumusan tujuan pendidikan, dan metode pendidikan.
Dengan demikian kita dapat merumuskan tujuan pendidikan dengan unkapan
bahwa pendidikan adalah upaya membina jasmani dan rohani manusia dengan segenap
potensi yang ada ada keduanya secara seimbang, sehingga dapat melahirkan manusia
yang seutuhnya. Dan demikian pula kita dapat merumuskan materi pendidikan dengan
ungkapan bahwa materi pendidikan harus berisi bahan-bahan pelajaran yang dapat
menumbuhkan, mengarahkan, membina, mendidik, dan mengembangkan potensi-potensi
jasmaniah dan rohaniah tersebut secara seimbang.
Selanjutnya dalam ayat ketiga pada QS. Al-‘Alaq ini, menurut Al-Maraghi bahwa
pengulangan kata ( ‫ )اقرأ‬pada ayat tersebut didasarkan pada alasan bahwa membaca itu
tidak akan membekas dalam jiwa kecuali dengan diulang-ulang dan membiasakannya.
Perintah Allah untuk mengulang membaca berarti pula mengulangi apa yang dibaca.
Dengan cara demikian, bacaan tersebut mejadi milik orang yang membacanya.
Kata ( ‫ )اقرأ‬sebagaimana telah diungkapkan di atas mengandung arti yang sangat luas.
Seperti mengenali, mengidentifikasi, mengklasifikasi, membandingkan, menganalisa,
menyimpulkan dan membuktikan. Semua pengertian ini secara keseluruhan terkait
dengan proses mendapatkan dan memindahkan ilmu pengetahuan. Dengan demikian ayat
ini erat kaitannya dengan metode pendidikan, sebagaimana halnya dijumpai pada metode
Iqra dalam dalam proses mempelajari membaca Al-Qur’an. Sedangkan dihubungkan kata
iqra dengan sifat Tuhan Yang Maha Mulia sebagaimana terlihat pada ayat tersebut di
atas, mengandung arti bahwa Allah SWT memuliakan kepada siapa saja yang
mengharapkan pemberian anugerah dari-Nya, sehingga dengan lautan kemuliaan-Nya itu
mengalir nikmat berupa kemampuan membaca pada orang tersebut.

Kemudian ayat keempat dari Q.S. Al-‘Alaq ini kata ( ‫ )القلم‬menurut Al-Asfahani
berarti potongan dari suatu yang agak keras seperti kuku dan kayu, serta secara khusus
digunakan untuk menulis (pena). Sedangkan menurut tafsir Al-Maraghi ayat tersebut
menjelaskan bahwa Dia-lah Allah yang menjadikan kalam sebagai media yang digunakan
manusia untuk memahami sesuatu, sebagaimana mereka memahaminya melalui ucapan.

Lebih jelas, beliau menjelaskan bahwa al-qalam itu adalah alat yang keras dan
tidak mengandung unsur kehidupan alias benda mati, dan tidak pula mengandung unsur
pemahaman. Namun digunakannya al-qalam untuk memahami sesuatu bagi Allah
bukanlah masalah yang sulit. Dan dengan bantuan al-qalam ini pula manusia dapat
memahami masalah yang sulit. Allah memiliki kekuasaan untuk menjadikan seseorang
sebagai pembaca yang baik. Penghubung yang memiliki pengetahuan sehingga ia
menjadi manusia yang sempurna. Pada perkembangan selanjutnya, pengertian al-qalam
ini tidak terbatas hanya pada alat tulis yang hanya bisa digunakan oleh masyarakat
tradisional di pesantren-pesantren. Namun secara subtansial al-qalam ini dapat
menampung seluruh pengertian yang berkaitan dengan segala sesuatu sebagai alat
pentimpan, merekam, syuting film dan sebagainya. Dalam kaitan ini maka al-qalam dapat
mencakup alat pemotret berupa kamera, alat perekam berupa recording, alat penyimpan
data berupa komputer, video campact disc (VCD). Berbagai peralatan ini selanjutnya
terkait dengan bidang teknologi pendidikan.
Dari uraian kandungan surah Al-‘Alaq di atas memberikan penjelasan kepada kita
bahwa wajibnya kita menjadi pribadi yang rajin membaca atau belajar, kita ketahui
bersama bahwa membaca adalah pintu pertama yang dilalui oleh ilmu untuk masuk ke
dalam otak dan hati manusia. Ayat di atas juga mengisyaratkan kepada manusia terutama
ummat Muhammad Saw agar ketika telah memperoleh ilmu pengetahuan, maka sejatinya
harus disampaikan kepada manusia yang lainnya, sebagaimana yang dicontohkan oleh
Allah SWT dan Nabi Muhammad Saw.

      

BAB III
PENUTUP

E.     Kesimpulan

Kesimpulan dari surat Al-Ankabut ayat 19-20 antara lain:

1.        Pada ayat 19, manusia disuruh merenungkan segala yang terjadi alam
semesta ini. Dalam ciptaan Allah tidak ada sesuatu yang sulit baginya.

2.        Pada ayat 20, mengajak manusia untuk berjalan dibumi Allah dan
memperhatikan ciptaan Allah dan tanda-tanda kekuasaannya dalam ciptaannya. Sehingga
mereka memahami zat yang telah menciptakan semua itu akan dengan mudah mengulang
ciptaannya tanpa kesulitan.

Allah memulai kehidupan ini dan mengulangnya dengan kekuasaannya yang


mutlak yang tak terikat dengan pola pandang manusia yang terbatas.

Kesimpulan dari surah Al-Alaq ayat 1-5 antara lain :

1. Ayat pertama : Secara ringkas, makna kandungan surah ini adalah wahai
Muhammad jadilah engkau menjadi seorang pembaca.
2. Ayat kedua : Dengan demikian kita dapat merumuskan tujuan pendidikan
dengan unkapan bahwa pendidikan adalah upaya membina jasmani dan rohani
manusia dengan segenap potensi yang ada ada keduanya secara seimbang.
3. Ayat ketiga : terlihat pada ayat tersebut , mengandung arti bahwa Allah SWT
memuliakan kepada siapa saja yang mengharapkan pemberian anugerah dari-
Nya, sehingga dengan lautan kemuliaan-Nya itu mengalir nikmat berupa
kemampuan membaca pada orang tersebut.

4. Ayat Ke-empat : Dari uraian kandungan surah Al-‘Alaq di atas memberikan


penjelasan kepada kita bahwa wajibnya kita menjadi pribadi yang rajin
membaca atau belajar, kita ketahui bersama bahwa membaca adalah pintu
pertama yang dilalui oleh ilmu untuk masuk ke dalam otak dan hati manusia.
DAFTAR PUSTAKA

http://ghufron-dimyati.blogspot.com/?m=1

https://googleweblight.com/i?u=https://penunggukhilafah.wordpress.com/2014/11/15/nilai-
nilai-pendidikan-pendidikan-dalam-qs-al-alaq-1-5/&hl=id-ID

Anda mungkin juga menyukai