Anda di halaman 1dari 2

Imunofluoresens

Bahan biopsi untuk pemeriksaan histopatologis diambil dari lesi kulit yang
representatif, sedangkan untuk DIF test bahan biopsi diambil dari bagian lesi dan perilesi.
Hasil DIF test dapat dilaporkan dengan mempertimbangkan kondisi, lokasi, dan pola deposit
kompleks imun, perluasan, dan intensitas fluorosensi.
Indirect immunofluorescence (IIF) test dilakukan dengan prosedur langkah ganda,
yaitu pertama-tama antibodi primer tanpa fluorokrom akan berikatan dengan antigen jaringan
sehingga terbentuk kompleks imun, selanjutnya ditambahkan antibodisekunder yang
mengandung fluorokrom untuk berikatan dengan antibodi primer. IIF test bertujuan untuk
mengetahui apakah sudah terbentuk autoantibodi yang tersirkulasi di serum pasien. Tingkat
sensitivitas IIF pada umumnya lebih rendah dari DIF test.
Selain DIF dan IIF, metode lainnya adalah Salt Split Skin Test, yaitu pemeriksaan
yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan lokasi autoantibodi in vivo pada penyakit bulosa
(di dasar, atap, atau pada kedua sisi dermoepidermal junction). Dua jenis Salt Split Skin Test,
yaitu direct dan indirect salt split skin test. Direct SSST menggunakan spesimen biopsi kulit,
sedangkan indirect SSST menggunakan substrat NHS (normal human skin) dan pada
umumnya lebih unggul dibandingkan direct SSST. Meskipun sudah ditemukan metode
diagnosis yang praktis seperti DIF, IIF, dan SSST, namun untuk penegakkan diagnosis Auto-
immune Blistering Disease / AIBD memerlukan beberapa pemeriksaan lain, yaitu
histopatologi, ELISA, serta immunoblotting.
Pada grup penyakit pemfigus (pemfigus vulgaris/ PV, pemfigus foliaceus/ PF, drug-
induced pemphigus/ DIP, paraneoplastic pemphigus/ PNP) terjadi mekanisme mediasi oleh
IgG kepada protein kaderin desmosomal (desmoglein 3/ Dsg3 dan desmoglein 1/ Dsg1) dan
diagnosis dapat ditegakkan apabila ditemukan autoantibodi terhadap Dsg3. Pemeriksaan
menggunakan ELISA sebaiknya dilakukan untuk mendiagnosis PV dan PF (sensitivitas 96%
dan spesifisitas 99%). Pada pewarnaan imunokimia dapat terlihat deposit berbentuk seperti
jala pada DIP dan granula kasar perisitoplasmik pada pemfigus idiopatik. Teknik
immunoblotting digunakan untuk mendeteksi evoplakin dan periplakin pada PNP. DIF dapat
digunakan untuk mendiagnosis pemfigus IgA, dapat terlihat deposit di bagian atas epidermis.
Pada grup penyakit pemfigoid (bullous pemphigoid/ BP, mucous membrane
pemphigoid/MMP, epidermolysis bullosa acquisita/ EBA, gestational pemphigoid/GP) dapat
dibedakan dengan pemeriksaan ELISA. Pada BP dapat ditemukan autoantibodi yang
menarget protein hemidesmosom pada antigen DEJ (BPAG1 & BPAG2). Meskipun DIF
merupakan pemeriksaan yang paling sensitif untuk BP, namun untuk membedakan BP
dengan MMP, GP (ditemukan BP180(NC16a)), dan EBA, tetap memerlukan pemeriksaan
ELISA. DIF dapat digunakan untuk mendiagnosis EBA dengan menarget antigen spesifik
untuk EBA, yaitu COL7. IIF jarang digunakan karena tidak spesifik maupun sensitif untuk
grup pemfigoid.
Kekurangan dari teknik imunnofluoroscence adalah terkadang masih dapat terjadi
hasil positif palsu dan negatif palsu. Hasil negatif palsu pada umumnya terjadi karena alasan
teknis (kontaminasi formalin, medium transpor yang kurang tepat, waktu pengiriman sampel
terlambat), dapat diatasi dengan pengulangan pengambilan sampel biopsi. Teknik
immunofluorescence juga memerlukan fasilitas laboratorium yang sudah maju dan tenaga
kerja terlatih.
Kelebihan dari teknik immunofluorescence adalah dapat membantu penegakkan
diagnosis, mengklasifikasikan berbagai macam penyakit bula autoimun, mengklarifikasi
diagnosis, monitoring efek terapi dan prognosis.

Anda mungkin juga menyukai