Anda di halaman 1dari 14

Pengaruh Perceived Quality Terhadap Kepuasan Pengunjung di Museum Mandala Wangsit Siliwangi

Pengaruh Perceived Quality Terhadap


Kepuasan Pengunjung di Museum
Mandala Wangsit Siliwangi
(Survei terhadap Wisatawan Museum Mandala Wangsit Siliwangi)

Cynthiawati Suci Suryani, Rini Andari dan Taufik Abdullah


Universitas Pendidikan Indonesia
cynthiasuryani14@gmail.com, riniandari@upi.edu, taufikabdullah@upi.edu

Abstract— This study aims to determine and analyze the factors that affect Perceived Quality in
Mandala Wangsit Silliwangi Museum. Mandala Wangsit Siliwangi Museum is one of the tourist
destinations in Bandung with the theme of history museum in Bandung city visited by both domestic
tourists and foreign tourists. Based on data acquisition, it is known that the visit to Mandala Wangsit
Siliwangi Museum has decreased, even in 2016 & 2017 there was a very drastic decrease of visit. One of
the factors that caused the decrease of the visit was due to the low Satisfaction of tourists at Mandala
Wangsit Siliwangi Museum. Visitor Satisfaction is one of the important aspects of tourist destinations. In
this study, the independent variable (X) used is Perceived Quality which consists of Service Interaction,
Service Evidence, Product Functionality and Product Enrichment. The dependent variable (Y) used is
Visitor Satisfaction. The type of this research is descriptive verification. The method used is a survey using
systematic random sampling technique with the number of respondents as much as 100 respondents who
visited the Mandala Wangsit Siliwangi Museum. Data analysis technique and hypothesis test used is
Multiple Regression. The results showed that Perceived Quality gives a significant influence on visitor
Satisfaction. The biggest influence on visitor Satisfaction at Mandala Wangsit Siliwangi Museum is
Service Interaction. The lowest effect on the visiting decision is Product Enrichment; this aspect needs to
be improved in activity on Product Enrichment.

Keywords— Perceived Quality; Service Interaction; Service Evidence; Product Functionality; Product
Enrichment; Customer Satisfaction
Abstrak— Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi Perceived Quality di Museum Mandala Wangsit Silliwangi. Museum Mandala Wangsit
Siliwangi adalah salah satu destinasi wisata di Bandung yang bertemakan museum sejarah di Kota
Bandung dikunjungi baik oleh wisatawan nusantara (wisnus) maupun wisatawan mancanegara (wisman).
Berdasarkan perolehan data, diketahui bahwa kunjungan ke Museum Mandala Wangsit Siliwangi
mengalami penurunan, bahkan pada tahun 2016 & 2017 terjadi penurunan kunjungan yang sangat
drastis. Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan kunjungan tersebut dikarenakan rendahnya
kepuasan wisatawan di Museum Mandala Wangsit Siliwangi. Kepuasan Pengunjung adalah salah satu
aspek penting pada destinasi wisata. Dalam penelitian ini, variabel bebas (X) yang digunakan yaitu
Perceived Quality yang terdiri dari Service Interaction, Service Evidence, Product Functionality dan
Product Enrichment. Variabel terikat (Y) yang digunakan adalah Kepuasan Pengunjung. Jenis penelitian
ini adalah deskriptif verifikatif. Metode yang digunakan adalah survei menggunakan teknik systematic
random sampling dengan jumlah responden sebanyak 100 responden yang melakukan kunjungan ke
Museum Mandala Wangsit Siliwangi. Teknik analisis data dan uji hipotesis yang digunakan adalah
Regresi Berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa Perceived Quality memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap Kepuasan Pengunjung. Pengaruh terbesar pada Kepuasan Pengunjung di Museum
Mandala Wangsit Siliwangi adalah Service Interaction. Pengaruh terendah pada keputusan berkunjung
adalah Product Enrichment, aspek ini perlu ditingkatkan dalam aktivitas pada Product Enrichment.
Kata kunci— Perceived Quality; Service Interaction; Service Evidence; Product Functionality;
Product Enrichment; Customer Satisfaction

I. PENDAHULUAN pariwisata yang unggul dan berkembang,


sehingga sektor pariwisata di Indonesia saat ini
Perindustrian pariwisata pada saat ini dijadikan salah satu andalan sebagai penghasil
merupakan salah satu sektor yang dapat devisa. Potensi pariwisata di Indonesia
meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan membentang dari Provinsi Nangroe Aceh
masyarakat di Indonesia. Indonesia merupakan Darussalam sampai Provinsi Papua dengan
negara yang memiliki banyak potensi segala keanekaragaman objek pariwisata, yang

The Journal : Tourism and Hospitality Essentials Journal, Vol. 8, No. 2, 2018 - 75
Cynthiawati Suci Suryani, Rini Andari dan Taufik Abdullah

disertai dengan berbagai atraksi seni dan sejarah dan kebudayaan. Benda-benda
budaya dan ketersediaan sarana dan prasarana peninggalan tersebut diinformasikan kepada
sebagai pendukung pariwisata, sehingga masyarakat luas, agar mereka tahu, mengenal
berbagai potensi pariwisata tersebut dapat dan memahami serta menambah wawasan akan
memberikan peluang kepada Indonesia untuk nilai-nilai sejarah dan kebudayaan dari sebuah
menempati urutan pertama sebagai negara daerah.
dengan tingkat perkembangan pariwisata yang
signifikan. Beberapa museum di Kota Bandung
terdapat ilmu dan pengetahuan yang disertai
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara koleksi benda, hasil karya seni, dan penelitian
(wisman) ke Indonesia selama tahun 2017 ilmiah sehingga museum bisa dijadikan salah
mencapai 14.039.799 juta. Angka ini satu objek wisata sejarah dan pendidikan.
mengalami kenaikan sebesar 21,88% Setiap museum yang ada di Kota Bandung
dibandingkan periode yang sama tahun 2016 memiliki karakteristiknya masing-masing
sebesar 11.519.275 juta kunjungan. Pada bulan sesuai dengan jenis benda dan temanya masing-
Desember 2017 saja, jumlah kunjungan masing sehingga museum di Kota Bandung
wisman ke Indonesia sebanyak 1.147.031 juta terdiri dari museum umum dan museum
atau naik 3,03% dari sekitar 1.113.328 khusus. Data berikut menunjukan daftar nama-
kunjungan pada Desember 2016. Sedangkan nama museum yang berada di Kota Bandung:
jika dibandingkan Januari 2017 tercatat naik
36,06 %. (www.kemenpar.go.id diakses pada TABEL 1. DAFTAR NAMA-NAMA MUSEUM DI KOTA
13 Maret 2018). BANDUNG TAHUN 2018
No. Nama Destinasi Alamat
Kegiatan Pariwisata telah diandalkan 1. Sri Baduga Jl. BKR No. 185
sebagai sektor yang potensial untuk Bandung
pembangunan Jawa Barat yang berpotensi 2. Geologi Jl. Diponegoro No. 57
untuk mendatangkan para wisatawan baik Bandung
wisatawan mancanegara maupun wisatawan 3. Virajati Jl. Gatot Subroto Sesko
nusantara. Wisatawan tersebut sangat tertarik AD Bandung
4. Konferensi Asia Jl. Asia Afrika No. 5
untuk mengunjungi objek daya tarik wisata Afrika Bandung
yang ada di Jawa Barat karena objek tersebut 5. Barli Jl. Prof. Ir. Sutami No.
memiliki kualitas dan daya tarik yang tinggi. 91 Bandung
Para wisatawan juga tertarik dengan beragam 6. Wira Yuda Batara Jl. Setiabudhi No. 229
kebudayaan yang dimiliki seperti: bahasa, Bandung
sastra, aksara daerah, kesenian, kepurbakalaan, 7. Mandala Wangsit Jl. Lembong No. 38
kesejarahan, nilai tradisional dan keberadaan Siliwangi Bandung
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat (2018)
museum tentunya sangat diandalkan untuk
menarik para wisatawan. Tabel 1 menunjukan Kota Bandung
memiliki museum yang merupakan salah satu
Di samping ketertarikan tersebut, daya tarik wisata yang menyimpan berbagai
kebudayaan dan pariwisata Jawa Barat masih macam benda bersejarah, hasil karya seni yang
menghadapi sejumlah permasalahan dalam disertai berbagai informasi. Beberapa museum
perkembangannya, permasalahan tersebut di Kota Bandung dikunjungi banyak
muncul dari kelemahan interen seperti kurang wisatawan, tetapi beberapa museum masih
siapnya pelaksanaan otonomi daerah dan kurang diminati wisatawan, karena umumnya
antisipasi terhadap arus globalisasi di segala mereka menganggap museum merupakan
bidang kehidupan. Bahasa, aksara dan sastra bangunan yang menyimpan benda-benda kuno,
daerah semakin terlupakan, nilai-nilai tradisi dan sebagian museum kondisinya kurang
mulai terkikis oleh arus globalisasi, terawat.
kesejarahan, kepurbakalaan dan permuseuman
kurang terperhatikan, sehingga banyak yang Salah satu museum di Kota Bandung yang
mengalami kerusakan atau kepunahan. dikunjungi wisatawan adalah Museum
Mandala Wangsit Siliwangi. Museum Mandala
Jawa Barat memiliki beranekaragam Wangsit Siliwangi memiliki berbagai koleksi
museum yang tersebar di beberapa daerah benda yang digunakan oleh pasukan Kodam
seperti yang terdapat di Kota Bandung, Kota Siliwangi, mulai dari senjata primitif seperti
Bogor, Kabupaten Kuningan, Kabupaten tombak, panah, keris, kujang, dan bom
Majalengka, Kabupaten Subang, Kabupaten molotov, sampai dengan senjata modern seperti
Sumedang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten panser rel, meriam, dan kendaraan lapis baja.
Karawang dan Kabupaten Sukabumi. Museum Museum ini juga memamerkan koleksinya
yang tersebar di beberapa daerah tersebut secara out door, seperti berbagai peralatan
memiliki keunikan masing-masing. Museum perang yang diantaranya tank, panser, dan
tersebut umumnya berisi semua peninggalan canon serta ambulan yang dipakai sejak jaman

The Journal : Tourism and Hospitality Essentials Journal, Vol. 8, No. 2, 2018 - 76
Pengaruh Perceived Quality Terhadap Kepuasan Pengunjung di Museum Mandala Wangsit Siliwangi

penjajahan. Jalan peristiwa tata pameran semakin menurunnya tingkat kepercayaan


Museum Mandala Wangsit Siliwangi terdiri pengunjung terhadap kualitas produk yang
dari peristiwan Palagan Bandung, Perang ditawarkan oleh Museum Mandala Wangsit
Kemerdekaan, dan Perang Pasca Kemerdekaan Siliwangi yang tentunya apabila dibiarkan akan
yang disertai dengan keterangannya. Salah satu menimbulkan kerugian baik secara ekonomi
hal yang menarik dari Museum Mandala maupun citra destinasi yang memburuk.
Wangsit Siliwangi yaitu berbagai koleksi benda Satisfaction atau kepuasan adalah tanggapan
beserta sejarahnya. Jumlah pengunjung yang atau evaluasi seseorang atau konsumen
datang ke Museum Mandala Wangsit Siliwangi terhadap hasil perbandingan kinerja produk
selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya, pelayanan dengan harapan. Oleh karena itu,
tetapi terjadi penurunan drastis pada tahun dilakukan pra penelitian guna mengetahui
2016 dan 2017 seperti yang tersaji pada Tabel bagaimana kepuasan pengunjung Museum
2: Mandala Wangsit Siliwangi.

TABEL 2. PERBANDINGAN TINGKAT KUNJUNGAN Pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti
PENGUNJUNG MUSEUM MANDALA WANGSIT SILIWANGI adalah pada tanggal 19 April 2018. Pra
TAHUN 2014-2017 penelitian dilakukan dengan cara menyebar
Tahun kuesioner kepada 30 pengunjung yang
2014 2015 2016 2017 tergolong pada wisnus. Dari hasil pra-
TK 97 398 643 196 penelitian yang telah dilakukan, didapatkan
SD 6.020 7.862 4.686 4.905 hasil seperti terlihat pada Gambar 1.1:
SMP 4.178 7.006 4.172 3.233
SMA 2.955 4.756 2.280 715 25
Mahasiswa 661 1.619 591 599 20
Umum 608 986 1.513 812 20
PNS 190 311 233 266
TNI 79 17 348 1.235 15
Wisman 79 46 67 65 10
Jumlah 14.867 23.001 14.533 12.026 10 Jumlah
Sumber: Pengelola Museum Mandala Wangsit Siliwangi (2018)
Orang
Tabel 2 menjelaskan jumlah pengunjung 5
yang berkunjung ke Museum Mandala Wangsit
Siliwiangi mengalami kenaikan yang signifikan 0
pada tahun 2015 dengan kenaikan yang sangat Puas Tidak Puas
besar sedangkan pada tahun 2016, jumlah Sumber: Hasil pengolahan data (2018)
pengunjung tidak mengalami peningkatan yang
signifikan seperti tahun sebelumnya, begitu TABEL 2. HASIL PRAPENELITIAN KEPUASAN PENGUNJUNG
juga pada tahun 2017 penurunan jumlah DI MUSEUM MANDALA WANGSIT SILIWANGI
pengunjung yang lumayan drastis. Pada tahun Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa 10
2015 jumlah pengunjung yang berkunjung ke responden atau 32% responden yang mengisi
Museum Mandala Wangsit Siliwangi kuesioner pra penelitian menyatakan bahwa
mengalami peningkatan dengan jumlah yang mereka puas akan Museum Mandala Wangsit
begitu besar, dan ini terjadi karena banyak Siliwangi. Sedangkan 20 responden atau 68%
pengunjung yang mengisi liburan panjangnya responden menyatakan bahwa mereka tidak
dengan berkunjung ke Museum Mandala puas akan Museum Mandala Wangsit
Wangsit Siliwangi, dan mereka didominasi Siliwangi. Adapun ketidakpuasan tersebut
oleh siswa. timbul akibat beberapa faktor. Salah satu faktor
Menurunnya tingkat kunjungan ke Museum penyebab ketidakpuasan adalah kurangnya
Mandala Wangsit Siliwangi dapat disebabkan perawatan interior Museum Mandala Wangsit
oleh banyak hal, salah satunya adalah kurang Siliwangi dan kurangnya promosi terhadap
puasnya pengunjung atau tidak puasnya museum tersebut serta sedikit sulit
pengunjung dengan pwlayanan yang diberikan ditemukannya letak atau lokasi museum
oleh pihak Museum Mandala Wangsit tersebut dikarenakan lokasinya terletak didalam
Siliwangi dan juga disebabkan oleh bangunan kantor Bintaldam III Bandung.
bertambahnya daya tarik wisata lainnya yang Cukup sulitnya lokasi museum dari
lebih menarik dan diminati wisatawan. Masalah pengelihatan wisatawan dan juga kondisi
yang terjadi tentunya harus segera dicarikan bangunan yang kurang diperhatikan menjadi
penyelesaiannya. Karena dampak yang timbul faktor yang cukup mempengaruhi pengunjung
dari rendahnya tingkat berkunjung wisatawan untuk menjadi tidak puas akan Museum
akan berdampak buruk pada semakin Mandala Wangsit Siliwangi.
menurunnya jumlah kunjungan pengunjung ke
Museum Mandala Wangsit Siliwangi dan

The Journal : Tourism and Hospitality Essentials Journal, Vol. 8, No. 2, 2018 - 77
Cynthiawati Suci Suryani, Rini Andari dan Taufik Abdullah

Berdasarkan wawancara penulis dengan Siliwangi serta rangkuman refleksi yang ditulis
salah satu pengelola Museum Mandala Wangsit oleh pengunjung yang ditunjukan pada tabel 2:
Siliwangi, dipaparkan bahwa salah satu cara
pengelola untuk memberikan kepuasan bagi TABEL 3. GAMBARAN PERCEIVED QUALITY DI MUSEUM
pengunjungnya adalah meningkatkan MANDALA WANGSIT SILIWANGI
kenyamanan interior dan pelayanan bagi DEFINISI IMPLEMENTASI
pengunjung, melaksanakan pameran outdoor
setiap setahun sekali atau jika ada acara tertentu Perceived Quality adalah Museum Mandala Wangsit
serta melakukan kerjasama dengan pihak persepsi pelanggan Siliwangi memiliki tujuan
terhadap kualitas secara yaitu memupuk kesadaran
pemerintah dan swasta dalam menarik keseluruhan atau bersejarah agar generasi
pengunjung yang lebih banyak dan waktu keunggulan suatu produk penerus lebih menghargai
museum tersebut menerima dan melayani atau jasa dibandingkan sejarah perjuangan bangsa
pengunjung ditambah menjadi setiap hari dari dengan produk atau jasa Indonesia khususnya Jawa
yang sebelumnya hanya menerima dan lain dan dalam kaitannya Barat. Museum Mandala
melayani pengunjung setiap hari Senin sampai dengan tujuan yang Wangsit Siliwangi memiliki
diharapkan. Harapan benda koleksi bersejarah
Jumat. konsumen akan semakin yang patut dipelajari,
meningkat seiring dengan pengelola Museum Mandala
Strategi yang dimiliki Museum Mandala
perbaikan produk secara Wangsit Siliwangi mengajak
Wangsit Siliwangi sebenarnya sudah cukup terus menerus selama para wisatawan untuk
efektif jika dilihat dari tingkat kunjungan yang bertahun tahun. mengenal peninggalan
relatif tinggi walaupun mengalami penurunan. sejarah di masa peperangan
Namun pada tingkat kepuasan, lebih dari 50% Keller (2013:187) beberapa tahun yang lalu
partisipan yang sudah berkunjung merasa tidak dengan memandu para
wisatawan tersebut.
puas, hal ini disebabkan karena beberapa Perceived Quality Contohnya wisatawan akan
fasilitas dan pelayanan yang kurang di Museum didefinisikan sebagai diajak melihat dan
Mandala Wangsit Siliwangi. Choi dan Kim penilaian (persepsi) mempelajari benda koleksi
(2013) menyebutkan “Perceived Quality konsumen terhadap bersejarah yang ada sejak
indirectly influences consumer Satisfaction keunggulan suatu produk peristiwa-peristiwa yang
secara keseluruhan. terjadi di Jawa Barat dan
through value perception or that quality khususnya Kota Bandung
perception directly influences consumer Zeithaml (2013) seperti masa Penjajahan
Satisfaction.” Artinya bahwa persepsi kualitas colonial Belanda dan Jepang,
(Perceived Quality) secara tidak langsung Palagan Bandung, masa
mempengaruhi kepuasan pengunjung detik-detik Proklamasi, masa
Perang Kemerdekaan,
(Consumer Satisfaction) melalui persepsi nilai
Penumpasan DI/TII Jawa
atau bahwa persepsi kualitas tersebut secara Barat, Masa Setelah
langsung mempengaruhi kepuasan pengunjung Kemerdekaan.
(Consumer Satisfaction). Perceived Quality Museum Mandala Wangsit
dianggap penting karena ketika seorang Siliwangi menerapkan
konsumen memilih produk atau jasa yang akan program untuk rombongan
lembaga sekolah untuk
digunakan, mereka akan melihat kualitas dari menonton film dokumenter
produk mana yang cocok dengan kualitas yang yang sudah disediakan
mereka harapkan. Orang akan bersikap rasional sebelum memasuki bangunan
sesuai denga kualitas yang menurut mereka museum dan memberikan
akan bisa memenuhi kebutuhan mereka. Maka LKS serta brosur kepada para
siswa untuk diisi pada saat
perlu adanya peningkatan kualitas yang memasuki bangunan
dirasakan (Perceived Quality) oleh pengunjung museum.
di Museum Mandala Wangsit Siliwangi guna Sumber: Pengolahan data (2018)
meningkatkan kembali kepuasan pengunjung
Perceived Quality bahwa dengan fasilitas,
yang datang.
pelayanan serta program-program yang
Perceived Quality menurut Radder dan Han diberikan pengelola Museum Mandala Wangsit
(2013:1267) menyebutkan terdapat empat Siliwangi seperti benda koleksi museum,
dimensi Perceived Quality yaitu Service pelayanan pemandu museum, fasilitas
Interaction, Service Evidence, Product pendukung, film dokumenter dan brosur
Functionality dan Product Enrichment. tersebut pengunjung bisa merasakan kepuasan
Kemudian dijadikan dimensi oleh penulis melalui produk dan layanan jasa tersebut.
karena sesuai dengan implementasi dan Berdasarkan hal-hal yang telah diungkap
fenomena yang terjadi di Museum Mandala sebelumnya maka masih menjadi pertanyaan
Wangsit Siliwangi. Berikut merupakan mengenai apakah Perceived Quality akan
gambaran Heritage Tourism yang terdapat pada berpengaruh terhadap Kepuasan Pengunjung di
program kegiatan Museum Mandala Wangsit
Museum Mandala Wangsit Siliwangi. Maka

The Journal : Tourism and Hospitality Essentials Journal, Vol. 8, No. 2, 2018 - 78
Pengaruh Perceived Quality Terhadap Kepuasan Pengunjung di Museum Mandala Wangsit Siliwangi

dari itu peneliti perlu melakukan suatu bermanfaat di bidang pemasaran


penelitian mengenai “Pengaruh Perceived destinasi.
Quality Terhadap Kepuasan Pengunjung di
Museum Mandala Wangsit Siliwangi”. II. KAJIAN PUSTAKA
Berdasarkan latar belakang yang telah A. Perceived Quality
dijelaskan diatas maka dapat dirumuskan Pemasaran dalam industri pariwisata
masalah penelitian ini sebagai berikut: merupakan suatu hal yang sangat penting untuk
1. Bagaimana gambaran Perceived menentukan kesuksesan dari sebuah destinasi
Quality di Museum Mandala Wangsit atau kawasan pariwisata dengan cara
Siliwangi? memenuhi ekspektasi atau harapan dari para
2. Bagaimana gambaran Kepuasan wisatawan dengan mengetahui keinginan dan
Pengunjung di Museum Mandala kebutuhannya. Pariwisata oleh beberapa pihak,
Wangsit Siliwangi? baik itu pihak pengelola sendiri, masyarakat
3. Bagaimana pengaruh Perceived Quality sekitar, pemerintahan, penanam modal maupun
terhadap Kepuasan Pengunjung di pihak-pihak lain yang berkontribusi
Museum Mandala Wangsit Siliwangi? memberikan pengaruh bagi pertumbuhan dan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, perkembangan pariwisata.
maka berikut tujuan penelitian ini: Menurut Lovelock (2011:203) “Service
1. Untuk memperoleh temuan mengenai Quality (kualitas pelayanan) merupakan tingkat
gambaran Perceived Quality di keunggulan (excellence) yang diharapkan dan
Museum Mandala Wangsit Siliwangi. pengendalian atas keunggulan tersebut untuk
2. Untuk memperoleh temuan mengenai memenuhi keinginan pelanggan”. Penelitian
gambaran Kepuasan Pengunjung di service quality telah menjadi strategi yang baik
Museum Mandala Wangsit Siliwangi. dalam tourism marketing yang yang berusaha
3. Untuk memperoleh temuan mengenai memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen,
pengaruh Perceived Quality terhadap salah satunya dengan memperhatikan kuaitas.
Kepuasan Pengunjung di Museum Seperti Gambar 2.
Mandala Wangsit Siliwangi
Dimensions of
Kegunaan dari penelitian ini terdiri dari service quality Expected
kegunaan teoritis dan kegunaan praktis. Dalam Service
hal ini kegunaan teoritis dipengaruhi oleh teori Tangibles
lama maupun modifikasi, sedangkan kegunaan Reliability
Resposiveness Perceived
praktis berkaitan dengan kegunaan untuk Competence Service
perusahaan. Kegunaan tersebut dijabarkan Quality
Credibility
sebagai berikut: Security
1. Kegunaan teoritis dari hasil penelitian Acces
Perceived
Communication
ini dapat diharapkan yaitu Service
mengembangkan dan memperluas ilmu Sumber: Hasil pengolahan data (2018)
pemasaran pariwisata pada umumnya
dan khususnya pada destinasi GAMBAR 2 PERCEIVED SERVICE QUALITY MODEL
pariwisata dengan mengkaji serta Gambar 2 menyatakan bahwa perceived
pengetahuan mengenai peranan penting service quality adalah hasil dari perbandingan
pengaruh Perceived Quality terhadap antar expected service dan peceived service
Kepuasan Pengunjung di Museum (Shibury, 2003:85). Quality dalam service ini
Mandala Wangsit Siliwangi dikenal pula dengan istilah Gap Analysis
2. Kegunaan empiris dari hasil penelitian Model. Metode ini dikembangkan oleh
ini dapat diharapakan memberikan Zeithaml yang mengukur kualitas secara
masukan bagi pihak Museum Mandala kuantitatif dalam bentuk kuesioner (Santoso
Wangsit Siliwangi dalam meningkatkan dalam Syukri, 2014:105). Berry, Parasuraman
Kepuasan Pengunjung melalui dan Zeithaml mengembangkan rumus berikut
implementasi Perceived Quality. Selain ini (Tjiptono dalam Syuri, 2014:106):
itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi evaluasi strategi pemasaran
bagi pihak Museum Mandala Wangsit
Siliwangi. Dan penelitian ini berguna
untuk menambah pengetahuan,
wawasan dan pengalaman yang

The Journal : Tourism and Hospitality Essentials Journal, Vol. 8, No. 2, 2018 - 79
Cynthiawati Suci Suryani, Rini Andari dan Taufik Abdullah

𝑷 b. Service Evidence, yaitu keadaan atau


Q=
𝑬 kondisi sekitar seperti kondisi ruangan
Museum Mandala Wangsit Siliwangi.
Dimana:
Q = Kualitas Pelayanan 2. Product-related Quality Dimensions
P = Persepsi Pengguna Pelayanan a. Product Functionality, yaitu
E = Ekspektasi Pengguna Layanan fungsional produk seperti kemudahan
untuk menemukan lokasi Museum
Menurut para ahli, Keller (2013:187), Mandala Wangsit Siliwangi.
Halim (2017:2), Zeithaml (2013) dan Hameed b. Product Enrichment, yaitu pengayaan
(2013:183), Perceived Quality adalah persepsi produk di Museum Mandala Wangsit
pelanggan terhadap kualitas secara keseluruhan Siliwangi seperti tersedianya peta dan
atau keunggulan suatu produk atau jasa brosur.
dibandingkan dengan produk atau jasa lain dan
dalam kaitannya dengan tujuan yang B. Konsep Kepuasan Pengunjung
diharapkan. Harapan konsumen akan semakin Kepuasan (Satisfaction) berasal dari bahasa
meningkat seiring dengan perbaikan produk Latin ‘satis’ yang artinya cukup baik, memadai
secara terus menerus selama bertahun tahun. dan “facio” yang artinya melakukan atau
Perceived Quality adalah hasil evaluasi atas membuat. Oleh karena itu kepuasan dapat
kualitas sebuah produk maupun layanan, diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu
sehingga pemahaman mengenai Perceived
atau membuat sesuatu memadai. Oliver dalam
Quality tidak bisa dipisahkan dari pengertian
Zeithaml et, al (2013:80) menyatakan bahwa
kualitas itu sendiri. Perceived Quality
didefinisikan sebagai penilaian (persepsi) “Satisfaction is the consumer’s fulfillment
konsumen terhadap keunggulan suatu produk response. It is a judgment that a product or
secara keseluruhan. Perceived Quality is service feature, or the product or service itself,
actually the customer’s perception about the provides a pleasurable level of consumption-
overall quality of the brand. Perceived Quality related fulfillment”. Literatur mengenai
adalah persepsi kustomer yang sebenarnya kepuasan sangat banyak dan memiliki
tentang keseluruhan kualitas suatu merk. perbedaan yang signifikan dalam definisi
kepuasan, menurut Jalilvand et, al (2014)
Harapan konsumen akan semakin terdapat dua formulasi umum kepuasan, yaitu
meningkat seiring dengan perbaikan produk
sementara dan keseluruhan.
secara terus menerus selama bertahun tahun.
Sementara menurut Kotler dan Amstrong
Penulis memilih pengertian ini karena teori
tersebut sesuai dengan objek, yaitu Museum (2012:13) kepuasan didefinisikan sebagai The
Mandala Wangsit Siliwangi. Penjelasan extent to which a product’s perceived
tersebut bahwa untuk mengetahui penilaian performance matches a buyer’s expectations.
persepsi pengunjung terhadap kualitas suatu Menurut Zeithaml, Bitner dan Gremler
produk atau jasa saat berkunjung ke Museum (2013:80) Satisfaction is the customer’s
Mandala Wangsit Siliwangi. evaluation of a product or service in terms of
whether that product or service has met the
Dalam penelitian ini penulis menggunakan customer’s needs and expectations. Dan
teori Perceived Quality dari Radder dan Han
menurut Espejel et, al dalam Setiawan
(2013:1267) Penulis menggunakan empat
(2012:20), Kepuasan adalah sebuah respon
dimensi sesuai dengan penelitian yang
menyebutkan bahwa Perceived Quality terdiri konsumen baik secara emosional maupun
dari Service Interaction, Service Evidence, bersifat kognitif.
Product Functionality, Product Enrichment. Dari berbagai definisi yang telah
disebutkan oleh beberapa ahli tersebut, terlihat
Radder dan Han (2013:1267) menyatakan bahwa terdapat point penting yang sama antara
bahwa ada empat dimensi Perceived Quality definisi yang satu dengan yang lainnya, yaitu
yang terbagi dalam dua bagian yaitu: bahwa kepuasan merupakan suatu hasil
1. Service-related Quality Dimensions perbandingan antara harapan wisatawan dan
kinerja perusahaan. Adapun maksud dari
a. Service Interaction, yaitu interaksi perusahaan dalam penelitian ini adalah
pelayanan antara pengunjung dan Museum Mandala Wangsit Siliwangi.
pengelola Museum Mandala Wangsit
Dikarenakan kepuasan yang dimaksud adalah
Siliwangi.
kepuasan terhadap wisata sejarah dan
pendidikan, maka pemenuhan kepuasanpun
berhubungan dengan pemenuhan kepuasan

The Journal : Tourism and Hospitality Essentials Journal, Vol. 8, No. 2, 2018 - 80
Pengaruh Perceived Quality Terhadap Kepuasan Pengunjung di Museum Mandala Wangsit Siliwangi

akan sejarah dan pendidikan yang dapat ... saya Tidak,


diperoleh wisatawan, baik itu kepuasan akan Stable Disappoi berharap tetapi saya
atraksi wisata baik yang tangible maupun 4.
DisSati ntment/ lebih tapi tida bisa
komponen yang berupa intangible. sfactio Indecisio apa yang menyebutk
n n harus saya an alasan
C. Tipe Kepuasan dan Strategi Meningkatkan lakukan? spesifik.
Kepuasan Tidak,
karenan
Tjiptono dan Chandra (2008:204) meskipun
menyatakan bahwa terdapat 5 tipe kepuasan Deman saya telah
dingn Protest/ ... perlu melakukan
dan ketidakpuasan yang dijabarkan dalam 5. DisSati Oppositio banyak berbagai
demanding Satisfaction, stable Satisfaction, sfactio n perbaikan upaya,
resigned Satisfaction, stable disatisfaction, n ,ereka tidak
demanding disatifaction yang diukur melalui menanggap
i kebutuhan
komponen emosi, ekspektasi dan minat saya.
berperilaku. Berikut penjelasan yang Sumber: Tjiptono dan Chandra (2008: 204)
dijabarkan dalam Tabel 2.3 berikut:

TABEL 4. TIPE-TIPE KEPUASAN DAN KETIDAKPUASAN


Setelah kita mengetahui mengenai berbagai
KONSUMEN tipe kepuasan dan ketidakpuasan konsumen,
kita juga perlu mengetahui bagaimana strategi
KOMPONEN yang perlu dilakukan guna memberikan
MINAT kepuasan kepada konsumen, dalam hal ini
TIPE BERPERIL pengunjung.
KEPU AKU
N
ASAN (Minat Tjiptono (2008:60) menyatakan bahwa
DAN EKSPEKT Untuk setidaknya ada delapan strategi yang selama ini
o. EMOSI
KETID ASI Memilih
AKPU Penyedia
diterapkan berbagai organisasi dalam rangka
ASAN Jasa Yang memuaskan pelanggannya:
Sama 1. Strategi manajemen ekspektasi pelanggan
Lagi?)
Ya, karena Berusaha mengedukasi pelanggan agar
... harus mereka bisa benar-benar memahami peran,
hingga saat
bisa
Deman Optimism mengikuti
ini mereka hak, dan kewajibannya berkenaan dengan
mampu produk/jasa.
ding e/ perkemban
1. memenuhi
Satisfa Confiden gan
ction ce kebutuhan
ekspektasi 2. Relationship marketing
saya yang
saya di Berfokus pada upaya menjalin relasi positif
terus
masa depan
meningkat. jangka panjang yang saling menguntungkan
Ya, karena dengan stakeholder utama perusahaan.
... segala hingga saat
Stable Steadines sesuatu ini 3. Aftermarketing
2. Satisfa s/ harus sama semuanya
ction Trust seperti apa memenuhi Menekankan pentingnya orientasi pada
adanya harapan pelanggan saat ini (current customer)
saya sebagai cara yang lebih cost-effective untuk
Ya, karena membangun bisnis yang menguntungkan.
Resign Indifferen ... saya
penyedia
ed ce/ tidak bisa
3. jasa lain 4. Strategi retensi pelanggan
Satisfa Resignati berharap
tidak lebih
ction on lebih
baik. Strategi ini berusaha meningkatkan retensi
pelanggan melalui pemahaman atas faktor-
faktor yang menyebabkan pelanggan
beralih pemasok.
5. Strategi superior customer service
Diwujudkan dengan cara menawarkan
layanan yang lebih baik dibandingkan para
pesaing.
6. Technology infusion strategy
Berusaha memanfaatkan kecanggihan
teknologi untuk meningkatkan dan
memuaskan pengalaman service encounter

The Journal : Tourism and Hospitality Essentials Journal, Vol. 8, No. 2, 2018 - 81
Cynthiawati Suci Suryani, Rini Andari dan Taufik Abdullah

pelanggan, baik dalam hal customization 1. Customer Expectation (Harapan pelanggan)


dan fleksibilitas, perbaikan pemulihan
layanan, maupun penyediaan spontaneous Harapan pelanggan merupakan keyakinan
delight. tentang pelayanan yang berfungsi sebagai
standar atau titik referensi terhadap kinerja
7. Strategi penanganan komplain yang dinilai.
Secara efektif mengandalkan empat aspek 2. Customer Perceptions (Persepsi Pelanggan)
penting: (1) empati terhadap pelanggan
yang marah; (2) kecepatan dalam Kepuasan dipengaruhi oleh persepsi dari
penanganan setiap keluhan; (3) kewajaran kualitas pelayanan, kualitas produk, dan harga
atau keadilan dalam memecahkan maupun faktor situasional dan faktor pribadi.
permasalahan atau komplain; dan (4) 3. Importance of Encounter
kemudahan bagi konsumen untuk
mengkontak perusahaan. Meskipun pertemuan pertama merupakan
waktu yang penting, namun pertemuan-
8. Strategi pemulihan layanan pertemuan yang lainnya juga sebenarnya dapat
mempengaruhi kepuasan dan loyalitas
Berusaha menangani setiap masalah dan
belajar dari kegagalan produk/layanan, serta D. Hipotesis
melakukan perbaikan demi penyempurnaan Peneliti dalam menyusun hipotesis
layanan organisasi. mengenai hubungan antara Perceived Quality
dan Kepuasan Pengunjung didukung beberapa
Dimensi Kepuasan Pengunjung, Kotler dan premis berikut ini:
Keller (2012:128) menyatakan “If the 1. Menurut perspektif The American
performance falls short of expectation, the Society for Quality’s (2010) dalam Kotler
customer is dissatisfied. If it matches dan Keller (2012:131) bahwa penilaian
expectation, the customer is satisfied. If it terhadap sebuah kualitas didasarkan pada
exceeds expectations, the customer is highly karakteristik dan fitur produk atau jasa
satisfied or delight”. Berdasarkan pernyataan dibandingkan dengan harapan atau
tersebut, diketahui bahwa kepuasan kebutuhan konsumen, artinya ketika
pengunjung dipengaruhi oleh bagaimana kualitas produk atau jasa tersebut mampu
kesesuaian kinerja pengelola dengan harapan memuaskan kebutuhan konsumen maka
pengunjung. Sementara menurut Dutka dalam persepsi konsumen terhadap kualitas
Arifin (2012:35) menyebutkan bahwa terdapat adalah tinggi.
tiga dimensi dalam mengukur kepuasan 2. Allameh. et, al (2015) menyatakan
pelanggan secara universal yaitu: “Perceived Quality can be considered as
1. Attributes related to product an antecedent of Satisfaction”, persepsi
kualitas dapat menjadi hal yang
Dimensi kepuasan yang berkaitan dengan dipertimbangkan dalam kepuasan.
atribut dari produk seperti penetapan nilai yang
didapatkan dengan harga, kemampuan produk III. METODE PENELITIAN
menentukan kepuasan, dan benefit dari produk Penelitian ini menganalisis variabel bebas
tersebut dan variabel terikat. Dalam penelitian ini yang
2. Attributes related to service menjadi variabel bebas (X) yaitu Perceived
Quality yang memiliki empat sub variabel yaitu
Dimensi kepuasan yang berkaitan dengan Service Interaction (X1), Service Evidence
atribut dari pelayanan misalnya garansi yang (X2), Product Functionality (X3) dan Product
dijanjikan, proses pemenuhan Enrichment (X4). Adapun variable Y yang
pelayanan/pengiriman, dan proses penyelesaian diteliti adalah Kepuasan Pengunjung (Y).
masalah Penelitian ini dilaksanakan di Museum
3. Attributes related to purchase Mandala Wangsit Siliwangi.
Dimensi kepuasan yang berkaitan dengan Penelitian ini dilakukan pada kurun waktu
atribut dari keputusan untuk membeli atau kurang dari satu tahun, maka metode yang
tidaknya dari produsen, seperti kemudahan digunakan adalah cross sectional method. Jenis
mendapat informasi, kesopanan karyawan dan penelitian yang dilakukan yaitu penelitian
juga pengaruh reputasi perusahaan. deskriptif dan verifikatif. Penelitian deskriptif
yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari
Adapun menurut Zeithaml dkk (2013:51) dua tujuan, yaitu memperoleh hasil temuan
menyatakan bahwa terdapat tiga dimensi berupa gambaran mengenai Perceived Quality
kepuasan yaitu: dan Kepuasan Pengunjung setelah berkunjung

The Journal : Tourism and Hospitality Essentials Journal, Vol. 8, No. 2, 2018 - 82
Pengaruh Perceived Quality Terhadap Kepuasan Pengunjung di Museum Mandala Wangsit Siliwangi

ke Museum Mandala Wangsit Siliwangi. B. Gambaran Terhadap Implementasi


Penelitian verifikatif akan menguji kebenaran Kepuasan Pengunjung di Museum Mandala
hipotesis melalui pengumpulan data di Wangsit Siliwangi
lapangan, mengenai pengaruh Perceived
Quality terhadap Kepuasan Pengunjung di TABEL 6. REKAPITULASI HASIL TANGGAPAN RESPONDEN
Museum Mandala Wangsit Siliwangi. PERCEIVED QUALITY YANG DIHARAPKAN (EXPECTED)

Populasi pada penelitian ini adalah Jumlah


Sub Rata-
N Total Item %
wisatawan yang berkunjung ke Museum o.
Variable/
Skor Pertany
Rata
Skor
Mandala Wangsit Siliwangi selama tahun 2017. Dimensi Skor
aan
Menurut Uma Sekaran (2013: 241) sampel 1. Service 1722 4 430,5 27
adalah bagian dari populasi. Oleh karena itu Interactio
akan ditarik 100 sampel untuk penelitian ini n
berdasarkan rumus Slovin dengan 2. Service 1651 4 412,75 25,9
Evidence
menggunakan taraf kesalahan yaitu 0,1%. 3. Product 1721 4 430,25 27
Teknik sampling yang digunakan dalam Function
penelitian ini yaitu systematic random ality
sampling. Sytematic random sampling adalah 4. Product 1286 3 428,7 20,1
teknik yang digunakan apabila populasi Enrichme
mempunyai anggota homogen dan berstrata nt
Total 6380 15 425,4 100
secara proposional. Sumber: Hasil Pengolahan Data (2018)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan Tabel 6 terlihat hasil
Berdasarkan hasil pengolahan data, rekapitulasi yang menunjukkan bahwa
diperoleh temuan-temuan berikut: dimensi Perceived Quality yang Diharapkan
A. Gambaran Terhadap Implementasi (Expected) memiliki rata-rata skor yang lebih
Perceived Quality di Museum Mandala besar dibandingkan dengan dimensi Perceived
Wangsit Siliwangi Quality yang dirasakan (Perceived) yaitu
sebesar 425,4 dimana hal tersebut
TABEL 5. REKAPITULASI HASIL TANGGAPAN RESPONDEN menunjukkan bahwa indikator yang
TERHADAP PERCEIVED QUALITY YANG DIRASAKAN memperoleh rata-rata skor tertinggi diperoleh
(PERCEIVED)
oleh 2 dimensi yaitu Service Interaction dan
Juml Product Functionality dengan perolehan skor
ah sebesar 27%. Tingginya Service Interaction
Sub Rata-
N Total Item %
Variable/Di Rata dikarenakan para pengunjung atau wisatawan
o. Skor Perta Skor
mensi Skor yang datang ke Museum Mandala Wangsit
nyaa
n Siliwangi lebih tertarik akan interaksi sang
1. Service 1734 4 433,5 28,6 guide dari museum, sehingga para
Interaction
2. Service 1593 4 398,25 26,3
pengunjung atau wisatawan dapat memahami
Evidence apa arti sejarah didalam museum tersebut dan
3. Product 1567 4 391,75 25,9 dapat membuat ekspektasi mereka meninggi
Functionali dan juga Product Functionality pun sama.
ty
4. Product 1165 3 388,4 19,2 C. Pengujian Hipotesis Melalui Uji
Enrichment Signifikansi Secara Simultan (Uji F)
Total 6059 15 403,94 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2018) Uji Signifikansi Secara Simultan (Uji F)
digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
Berdasarkan Tabel 5 terlihat hasil bebas secara keseluruhan terhadap variabel
rekapitulasi yang menunjukkan bahwa dimensi terikat. Uji F dilakukan dengan
Perceived Quality memiliki rata-rata skor membandingkan Fhitung dan Ftabel untuk menguji
403,94 dan diperoleh hasil presentase skor signifikansi analisis regresi. Berikut adalah
tertinggi yaitu dimensi Service Interaction Tabel 4.3 menyajikan hasil uji secara simultan.
sebesar 28,6% sedangkan tanggapan terendah
adalah dimensi Product Enrichment dengan
presentase sebesar 19,2%. Adapun berdasarkan
tabel pula dapat dilihat bahwa total skor dari
kedua dimensi tersebut yaitu sebesar 6059.

The Journal : Tourism and Hospitality Essentials Journal, Vol. 8, No. 2, 2018 - 83
Cynthiawati Suci Suryani, Rini Andari dan Taufik Abdullah

TABEL 7. HASIL UJI SECARA SIMULTAN (UJI F) TABEL 8. HASIL UJI SECARA SIMULTAN (UJI T)
a
ANOVA Standar
dized
Model Sum of Df Mean F Sig. Unstandardized Coeffici
Coefficients ents
Squares Square
Std.
Regres 1149773 2874433 10.4 Model B Error Beta T Sig.
4 .000b
sion 221.034 05.258 17 (Con 40136. 5860.1
6.849 .000
Residu 2621448 2759419 stant) 716 72
1 95
al 840.526 8.321 X1 1.190 .203 .516 5.868 .000
1
3771222 X2 .482 .273 .203 1.766 .081
Total 99
061.560 X3 .765 .594 .256 1.289 .201
a. Dependent Variable: Y X4 -.532 .320 -.332 -1.663 .100
b. Predictors: (Constant), X4, X1, X2, X3 Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2018
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2018

Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa Tabel 8 menunjukkan bahwa pengaruh


Fhitung sebesar 10,417 merupakan nilai Fhitung secara parsial antara Service Interaction,
dari korelasi antara setiap dimensi Service Service Evidence, Product Functionality,
Interaction (X1), Service Evidence (X2), Product Enrichment terhadap kepuasan
Product Functionality (X3), Product pengunjung dengan cara mengetahui ttabel
Enrichment (X4) terhadap kepuasan pada derajat kebebasan (df) dan α = 5%.
pengunjung (Y) secara simultan dengan tingkat Dengan membandingkan nilai signifikansi atau
probabilitas sig. 0,000. Nilai Fhitung (10,417), dengan membandingkan thitung dengan ttabel
jika dibandingkan dengan Ftabel yaitu 2,47 yang maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
berarti bahwa setiap dimensi Service
Interaction (X1), Service Evidence (X2), 1. Service Interaction (X1) memiliki
Product Functionality (X3) dan Product nilai koefisien sebesar 1,190 dan thitung
Enrichment (X4) secara simultan memiliki sebesar 5,868. Bila dibandingkan dengan ttabel
pengaruh signifikan terhadap variabel kepuasan sebesar 1,985 maka nilai thitung lebih besar
berkunjung. dari ttabel, dan nilai signifikansi sebesar 0,000
artinya terdapat pengaruh yang signifikan
Oleh karena nilai Fhitung >Ftabel maka H0 antara Service Interaction terhadap kepuasan
ditolak dan Ha diterima. Ha : Fhitung > Ftabel pengunjung.
artinya terdapat pengaruh yang signifikan
antara Service Interaction, Service Evidence, 2. Service Evidence (X2) memiliki nilai
Product Functionality, Product Enrichment koefisien sebesar 0,482 dan thitung sebesar
terhadap kepuasan pengunjung di Museum 1,766. Bila dibandingkan dengan ttabel sebesar
Mandala Wangsit Siliwangi. 1,985 maka nilai thitung tidak lebih besar dari
ttabel, dan nilai signifikansi sebesar 0,081
D. Pengujian Hipotesis Melalui Uji artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan
Signifikansi Secara Parsial (Uji t) antara Service Evidence terhadap kepuasan
Pengujian ini bertujuan untuk melihat pengunjung.
pengaruh masing-masing variabel bebas
3. Product Functionality (X3) memiliki
terhadap variabel terikat dan signifikan atau
nilai koefisien sebesar 0,765 dan thitung
tidaknya. Selain itu, pengujian ini digunakan
sebesar 1,289. Bila dibandingkan dengan ttabel
untuk mengetahui pengaruh subvariabel mana
sebesar 1,985 maka nilai thitung tidak lebih
yang paling dominan dari keseluruhan variabel
besar dari ttabel, dan nilai signifikansi sebesar
bebas Perceived Quality yang terdiri dari
0,201 artinya tidak terdapat pengaruh yang
service interaction (X1), service evidence (X2),
signifikan antara Product Functionality
product functionality (X3) dan product
terhadap kepuasan pengunjung.
enrichment (X4). Regresi sebuah variabel
mempunyai pengaruh yang berarti terhadap 4. Product Enrichment (X4) memiliki
perubahan nilai Y dengan ketentuan nilai t hitung nilai koefisien sebesar -0,532 dan thitung
> t tabel. sebesar -1,663. Bila dibandingkan dengan
ttabel sebesar 1,985 maka nilai thitung tidak
lebih besar dari ttabel, dan nilai signifikansi
sebesar 0,100 artinya tidak terdapat pengaruh
yang signifikan antara Product Enrichment
terhadap kepuasan pengunjung.
Hasil pengujian diatas menjelaskan bahwa
secara parsial Service Interaction memiliki
pengaruh terhadap kepuasan pengunjung di

The Journal : Tourism and Hospitality Essentials Journal, Vol. 8, No. 2, 2018 - 84
Pengaruh Perceived Quality Terhadap Kepuasan Pengunjung di Museum Mandala Wangsit Siliwangi

Museum Mandala Wangsit Siliwangi karena memiliki skor terendah adalah indikator
Service Interaction Museum Mandala Wangsit ketepatan waktu guide Museum Mandala
Siliwangi mampu memberikan informasi serta Wangsit Siliwangi menemui wisatawan.
berinteraksi dengan wisatawan sehingga Sedangkan indikator yang memiliki skor
mempengaruhi wisatawan dalam kepuasan tertinggi pada dimensi Perceived Quality
pengunjung di Museum Mandala Wangsit yaitu service evidence adalah indikator
Siliwangi. kebersihan udara di Museum Mandala
Untuk Service Evidence, Product Wangsit Siliwangi, dan untuk indikator
Functionality dan Product Enrichment tidak yang memiliki skor terendah adalah
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indikator kejelasan tanda dan petunjuk di
kepuasan pengunjung di Museum Mandala kawasan Museum Mandala Wangsit
Wangsit Siliwangi, karena melalui ketiga sub Siliwangi. Adapun indikator yang memiliki
variabel tersebut Museum Mandala Wangsit skor tertinggi pada dimensi Perceived
Siliwangi belum mampu membuat kesan baik Quality yaitu product functionality adalah
terhadap bukti nyata pelayanan kenyamanan, indikator kemudahan mengakses
kejelasan, kebersihan udara, kemudahan penempatan koleksi di Museum Mandala
pengaksesan tempat dan penggunaaan fasilitas, Wangsit Siliwangi dan indikator yang
kelengkapan ketersediaan brosur, kegunaan memiliki skor terendah adalah indikator
alat-alat promosi dan kenyamanan rest area kemudahan memahami pameran yang
seperti toilet dan lain-lain di Museum Mandala
diadakan Museum Mandala Wangsit
Wangsit Siliwangi. Product Enrichment di
Museum Mandala Wangsit Siliwangi Siliwangi. Sedangkan indikator yang
mendapatkan nilai thitung lebih kecil dari ttabel memiliki skor tertinggi pada dimensi
yaitu sebesar -1,663. Hal ini dikarenakan jika Perceived Quality yaitu product
nilai tersebut ditambahkan maka akan enrichment adalah indikator kenyamanan
berdampak pada nilai dan efisiensi museum rest area seperti tempat parkir, toilet,
dalam ciri khas dan kebudayaannya, dimana masjid atau mushola di Museum Mandala
pihak Museum Mandala Wangsit Siliwangi wangsit Siliwangi, dan untuk indikator
lebih mementingkan promosi melalui yang memiliki skor terendah adalah
komunitas-komunitas pecinta sejarah dan indikator kegunaan alat-alat yang berkaitan
komunitas-komunitas lainnya yang sudah dengan promosi di Museum Mandala
berkontribusi sejak lama bersama pihak wangsit Siliwangi.
Museum Mandala Wangsit Siliwangi. 2. Tingkat kepuasan responden terhadap
Perceived Quality secara keseluruhan di
V. KESIMPULAN Museum Mandala Wangsit Siliwangi yang
A. Kesimpulan terdiri dari service interaction, service
Berdasarkan hasil dari pembahasan evidence, product functionality dan product
penelitian, maka penulis menarik kesimpulan enrichment adalah “sangat puas”. Adapun
sebagai berikut. dari beragam komponen wisata budaya
1. Tanggapan responden terhadap Perceived tangible yang ada, terdapat beberapa
Quality di Museum Mandala Wangsit indikator yang memiliki skor diatas rata-
Siliwangi secara keseluruhan yang terdiri rata atau lebih tepatnya skor diatas 1,0070
dari service interaction, service evidence, yaitu: perhatian guide museum,
product functionality dan product pengetahuan guide dan kebersihan udara
enrichment adalah “baik”. Berdasarkan museum. Sedangkan indikator yang
pengolahan data, diketahui bahwa dimensi memiliki skor dibawah rata-rata yaitu:
Perceived Quality yaitu service interaction kesukarelaan guide, ketepatan waktu, guide
memiliki rata-rata skor lebih tinggi museum, kenyamanan pada level
dibandingkan dengan ketiga dimensi penerangan didalam bangunan museum,
Perceived Quality lainnya yaitu sebesar kenyamanan pada suhu didalam bangunan
430,5. Adapun indikator yang memiliki museum, kejelasan tanda dan petunjuk di
skor tertinggi pada dimensi Perceived kawasan museum, kemudahan menemukan
Quality yaitu service interaction adalah lokas, kemudahan memahami pameran
indikator guide Museum Mandala Wangsit yang diadakan, kemudahan mengakses
Siliwangi memberikan perhatian kepada penempatan koleksi, kemudahan
wisatawan secara personal dan menggunakan fasilitas, ketersediaannya
pengetahuan guide Museum Mandala brosur atau peta, kegunaan alat-alat yang
Wangsit Siliwangi dalam menjawab berkaitan dengan promosi dan kenyamanan
pertanyaan wisatawan, lalu indikator yang rest area.

The Journal : Tourism and Hospitality Essentials Journal, Vol. 8, No. 2, 2018 - 85
Cynthiawati Suci Suryani, Rini Andari dan Taufik Abdullah

3. Berdasarkan hasil penelitian dan Evans, N. (2015). Strategic Management for


pengolahan data, diketahui bahwa Tourism, Hospitality and Events. New
Perceived Quality di Museum Mandala York : Routledge.
Wangsit Siliwangi yang terdiri dari service Halim, E. S. (2017). Pengaruh Perceived
interaction, service evidence, product Quality dan Store Location Terhadap
functionality dan product enrichment Customer Preference Pada Pelanggan
berpengaruh secara signifikan terhadap Takoyaqta di Surabaya. 1.
kepuasan pengunjung secara simultan. 26 April 2018
Sedangkan secara parsial service evidence, Hermawan, H. (2017). Pengembangan
product functionality dan product Destinasi Wisata Pada Tingkat Tapak
enrichment tidak terdapat pengaruh yang Lahan Dengan Pendekatan Analisis
signifikan signifikan terhadap kepuasan SWOT. Jurnal Pariwisata, 4, 64-74.
pengunjung. Hidayah, N. & Anjarwati, A. L. (2018).
4. Untuk Product Enrichment di Museum Pengaruh Perceived Quality
Mandala Wangsit Siliwangi mendapatkan Terhadap Niat Beli Ulang Dengan
nilai thitung lebih kecil dari ttabel yaitu sebesar Kepuasan Sebagai Variabel
-1,663 yang artinya berpengaruh negatif. Intervening (Studi Pada Pelanggan
Hal ini dikarenakan jika nilai tersebut Teh Botol Sosro Di Surabaya
ditambahkan maka akan berdampak pada Timur). Jurnal Ilmu Manajemen,(6)1.
nilai dan efisiensi museum dalam ciri khas Hoffman, K. G. & Bateson, J. E. G.
dan kebudayaannya, dimana pihak (2010). Service Marketing: Concept,
Museum Mandala Wangsit Siliwangi lebih Strategies & Cases. USA: South Wes
mementingkan promosi melalui komunitas- tern Cengage Learning
komunitas pecinta sejarah dan komunitas- Husein, U. (2010). Riset Pemasaran dan
komunitas lainnya yang sudah Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka
berkontribusi sejak lama bersama pihak Utama.
Museum Mandala Wangsit Siliwangi. Utama, I. G. & Mahadewi, N. M. (2012).
Metodologi Penelitian Pariwisata dan
Perhotelan. Yogyakarta: Andi Offset.
DAFTAR RUJUKAN Pitana, I. G. & Diarta, I. K. (2009).
Aaker, A. D. (2008). Manajemen Ekuitas Pengantar Ilmu Pariwisata.
Merek. Jakarta: Mitra Utama. Yogyakarta:Andi.
Allameh ,Sayyed M. et, al. (2015). “Factors Keller, L. K. (2013). Strategic Brand
influencing sport tourists' revisit Management (4th ed). Upper Saddle
intentions: the role and effect of River, NJ: Pearson Prentice-Hall.
destination image, Perceived Quality, Kolb, B. (2017). Tourism Marketing for
perceived value and Satisfaction”. Cities and Towns: Using Social Media
Asia Pacific Journal of Marketing and and
Logistics. Volume 27. 16 April 2018 Branding to Attract Tourists. New York:
Akdon & Riduwan. (2013). Rumus dan Data Routledge.
Dalam Analisis Statistika. Bandung: Kotler, Bowen, & Makens. 2010. Marketing
Alfabeta. for Hospitality and Tourism. Prentice
Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Hall.
Jakarta: PT. Rineka Cipta. Kotler, P. R., Bowen, J. T. & Makens, J.
Awaludin, I & Setiawan, M. (2012). Pengaruh (2014). Marketing for Hospitality and
Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan, Tourism (6th ed). London: Pearson
Nilai, Kepercayaan dan Loyalitas Education Limited.
Pelanggan. Jurnal Aplikasi Manajemen, Kotler, P. & Armstrong, G. (2012).
10 (4), 1-8. Principles of Marketing (14th ed). New
Eun, J.C. & Soo, H.K. (2013). The Study of the Jersey: Pearson Prentice Hall.
Impact of Perceived Kotler, P. & Armstrong, G. (2014).
Quality and Value of Social Enterprises Principles of Marketing. (14th ed). New
on Customer Satisfaction and Re- Jersey: Pearson Prentice Hall.
Purchase Intention. International Kotler, P. & Keller, L. K.. (2009).
Journal of Smart Home, 7, 239-252. 26 Manajemen Pemasaran (12th ed). Jakarta:
April 2018. PT. Indeks. Kelompok Gramedia.

The Journal : Tourism and Hospitality Essentials Journal, Vol. 8, No. 2, 2018 - 86
Pengaruh Perceived Quality Terhadap Kepuasan Pengunjung di Museum Mandala Wangsit Siliwangi

Kotler, P. & Keller, L. K. (2012). Marketing Eastern Mediterranean University. 30


& Management (14th ed). Upper Saddle April 2018.
River, New Jersey: Prentice Hall. Sarwono, J. (2005). Teori dan Praktik Riset
Kotler, P. & Keller, L. K. (2016). Marketing Pemasaran dengan SPSS. Yogyakarta:
Management (15th ed). United Kingdom: Andi Yogyakarta.
Pearson Education, Inc. Sekaran, U. (2011). Research Methods for
Kurniawan, H. H. (2017). Pengaruh Business (Edisi 1 dan 2). Jakarta:
Perceived Quality terhadap Brand Salemba Empat.
Loyalty melalui Mediasi Brand Image Sekaran, U. & Bougie, R. (2013). Research
dan Brand Trust. Jurnal Bisnis dan Methods for Business: A Skill-Building
Manajemen, 4, 228-239. 02 Mei 2018. Approach (6th ed).
Laetitia R. & Xiliang, H. (2013). Perceived Silalahi, U. (2012). Metode Penelitian
Quality, Visitor Satisfaction And Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Conative Loyalty In South African Sugiyono. (2001) . Metode Penelitian
Heritage Museums. International Administrasi. Bandung: Alfabeta
Business & Economics Research Journal, Suraya & Muhammad, S. 2017, E-Museum
12, 1261-1272. 11 Sebagai Media Memperkenalkan Cagar
April 2018. Budaya Di Kalangan Masyarakat”.
Lovelock, C., et al. (2011). Service Jurnal Penelitian, 11, 24-32. 04 Oktober
Marketing: People, Technology, Strategy. 2017.
7th edition. Singapore: Prentice Hall. Tjiptono, Fandy & G. Chandra. 2005.
Malhotra, N. K. (2007). Marketing Research Service, Quality & Satisfaction.
An Applied Orientation. International Edisi ketiga. Yogyakarta: Andi.
Edition: Pearson Tjiptono, F. (2008). Strategi Pemasaran.
Middleton, et.al. (2009). Marketing in Travel Edisi ketiga. Yogyakarta: Andi.
and Tourism. Oxford: Elsevier Tjiptono, F. (2008). Strategi
Noor, J. (2013). Penelitian Ilmu Manajemen, Management: Mewujudkan
Tinjauan Filosofi dan Praktis (1th ed). Layanan Prima. Edisi ketiga.
Jakarta: Kencana. Yogyakarta: Andi.
Okumus, F., et.al. (2010). Strategic Tjiptono, F. & Diana, A. (2015).
Management for Hospitality and Tourism Pelanggan Puas? Tak Cukup.
Industry. Oxford: Elsevier. Yogyakarta: Andi.
Prof. Jogiyanto Hartono, Akt., M.B.A., Tse, D.K., & Wilton, P.C. (1988).
Ph.D., CMA. (2013). Sistem Teknologi Models of Consumer Satisfaction:
Informasi Bisnis (Pendekatan Strategis). An Extension. Journal of Marketing
Jakarta: Salemba Empat. Research, 25, 204-212. 30 April
Reza, M, et al. (2012). Examining The 2018.
Structural Relationships of Electronic Wahab, S. (1997). Pemasaran Pariwisata.
Word of Mouth, Destination Image, Jakarta : PT Pradnya Paramita.
Tourist Intention: An Integrated Zeithaml, A. V., Bitner, M. J. & Gremler,
Approach. Jurnal of Destination D. D. (2013) Service Marketing:
Marketing and Management, 1, 134-143. Sixth Edition. New York: McGraw
30 April 2018. Hill
Saidani, B. & Arifin, S. 2012. Pengaruh Lainnya :
Kualitas Produk dan Kualitas Layanan Data Kunjungan Wisatawan
Terhadap Kepuasan Konsumen dan Mancanegara Bulanan. (2017).
Minat Beli Ranch Market. Jurnal Riset Retrieved Maret 13, 2018, from
Pemasaran Sains Indonesia, 3 (1). 30 http://www.kemenpar.go.id/asp/ring
April 2018. kasan.asp?c=110
Sanusi, Anwar. 2012. Metodologi Penelitian Info Wisata Museum. Retrieved April 20,
Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. 2018, from
Sarfraz, et al. (2013). Role of Physical http://www.disparbud.jabarprov.go.i
Therapy in antenatal care as perceived d/applications/frontend/index.php?
by the clients - a cross sectional survey mod=objek-
on pregnant females attending antenatal wisata&act=showDetail&catid=18.
OPD M. 34-46. 26 April 2018. UNWTO. Retrieved April 24, 2018.
Sarvari, N.G. (2012). Destination Brand
Equity, Satisfaction and Revisit Intention.

The Journal : Tourism and Hospitality Essentials Journal, Vol. 8, No. 2, 2018 - 87
Cynthiawati Suci Suryani, Rini Andari dan Taufik Abdullah

The Journal : Tourism and Hospitality Essentials Journal, Vol. 8, No. 2, 2018 - 88

Anda mungkin juga menyukai