Anda di halaman 1dari 21

PENCEGAHAN PENULARAN HIV PADA IBU HAMIL

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 6 :

1. AYU APRILIA AZ ZAHRA


2. NIDA ROZARNA
3. ARIF RAHMAN
4. FENI SUHADA
5. MUHAEPI ASMANIA
6. NIKMATUL AULIA
7. NURJUMIATI BADLI
8. RINA PUJI LESTARI
9. RIZKANU ARSHIUTAMA
10. SILKA ISLAMIYATI
11. VIONA ARDHYAS VEGA ARIESTA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI SARJANA TERAPAN
KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr.Wb. Dengan segala puji dan syukur kepada Allah


SWT kami ucapkan, karena melalui berkat dan anugerah-Nya sehingga dapat
tersusun makalah yang berjudul “PENCEGAHAN PENULARAN HIV PADA IBU
HAMIL” ini dengan baik  dan selalu bermanfaat bagi yang membacanya.
Makalah ini dibuat dengat tujuan untuk tugas semester V Keperawatan HIV
AIDS, dan juga sebagai bacaan yang bermanfaat bagi pembacanya dalam hal
mengenai  penyakit HIV/AIDS, cara penularan, dan pencegahan bagi ibu hamil.
Didalam makalah ini  berisikan tentang pembahasan mengenai HIV/AIDS.
Seperti kata pepatah yang mengatakan tak ada gading yang tak retak. Oleh
karena itu, dengan rendah hati penyusun berharap kepada para pembaca kiranya dapat
memberikan masukan, kritikan, dan tanggapan yang konstruktif guna penyempurnaan
dalam pembuatan makalah ini. Sebagai akhir kata penyusun ucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan tulisan ini.
Wassalammualaikum Wr.Wb.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan ........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
A. Pengertian Penyakit HIV/AIDS .................................................................3
B. Etiologi HIV/AIDS ...................................................................................3
C. Gejala HIV pada Ibu Hamil atau Wanita......................................................5
D. Cara Penularan HIV/AIDS dari Ibu ke Anak................................................6
E. Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Pencegahan Penularan HIV...............8
F. Upaya Penanggulangan HIV/AIDS.............................................................8
G. Program PPIA..........................................................................................9
H. Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak...............................9
I. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi...............................................10
BAB III PENUTUPAN...............................................................................................12
Kesimpulan.....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita, namun
kehamilan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin terutama pada
kehamilan trimester pertama. Wanita hamil trimester pertama pada umumnya
mengalami mual, muntah, nafsu makan berkurang dan kelelahan. Menurunnya
kondisi wanita hamil cenderung memperberat kondisi klinis wanita dengan
penyakit infeksi antara lain infeksi HIV-AIDS.
Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan
suatu  syndrome/kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Retrovirus yang
menyerang sistem kekebalan atau pertahanan tubuh. Dengan rusaknya sistem
kekebalan tubuh, maka orang yang terinfeksi mudah diserang penyakit-penyakit
lain yang berakibat fatal, yang dikenal dengan infeksi oportunistik. Kasus AIDS
pertama kali ditemukan oleh Gottlieb di Amerika Serikat pada tahun 1981 dan
virusnya ditemukan oleh Luc Montagnier pada tahun 1983.
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah penyebab penyakit
dan kematian yang terkemuka di kalangan perempuan dan anak-anak di negara-
negara dengan tingkat infeksi human immunodeficiency virus (HIV) yang tinggi.
Transmisi HIV dari ibu ke anak (Mother To Child Transmission – MCTC) adalah
rute infeksi HIVpada anak yang paling signifikan. Beberapa intervensi telah
terbukti efektif dalam mengurangi MTCT termasuk pilihan persalinan secara
caeseran, substitusi menyusui dan terapi antiretroviral selama kehamilan,
persalinan, dan pasca melahirkan. Jika intervensi ini diterapkan dengan benar
maka dapat mengurangi MTCT sebesar 2%.
Setiap ibu hamil mempunyai hak-hak khusus yang berkaitan dengan HAM
yang diakui dan dilindungi oleh Undang-Undang, antara lain di bidang kesehatan
yang dilaksanakan pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan, dimana dalam
pemeriksaan kehamilan tersebut terdapat pemeriksaan diagnostik yaitu skrining
Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS) yang selanjutnya disingkat HIV/AIDS mengingat di Indonesia penularan
HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan salah satu penyakit
menular yang dapat mempengaruhi kematian ibu dan anak.
Tujuan utama dari skrining HIV/AIDS pada ibu hamil ini sesuai dengan
UU No. 51 tahun 2013 tentang pedoman pencegahan penularan HIV dari ibu ke
anak yaitu penanggulangan HIV dan AIDS untuk menurunkan kasus HIV
serendah mungkin dengan menurunnya jumlah infeksi HIV baru, mengurangi
stigma dan diskriminasi, serta menurunnya kematian akibat AIDS (Getting to
Zero) dengan melakukan peningkatan komitmen dari berbagai pihak dan
masyarakat dalam pelaksanaan skrining HIV/AIDS untuk pencegahan penularan
HIV dari ibu ke anak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari HIV AIDS?
2. Bagaimana etiologi dari HIV/AIDS?
3. Apa saja gejala HIV/AIDS pada ibu hamil atau wanita?
4. Bagaimana cara penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi?
5.Apa saja factor yang mempengaruhi tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS?
6.Apa saja upaya dari penanggulangan HIV/AIDS?
7. Bagaimana cara kerja program PPIA?
8. Bagaimana cara pencegahan penularan HIV/AIDS dan Sifilis dari ibu ke anak?
9. Bagaimana cara pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari HIV AIDS
2. Untuk mengetahui etiologi dari HIV/AIDS
3. Untuk mengetahui gejala dari HIV/AIDS pada ibu hamil atau wanita
4. Untuk mengetahui cara penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi
5. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi tindakan pencegahan penularan
HIV/AIDS
6. Untuk mengetahui upaya dari penanggulangan HIV/AIDS
7. Untuk mengetahui cara kerja program PPIA
8. Untuk mengetahui cara pencegahan penularan HIV dan Sifilis dari ibu ke anak
9. Untuk mengetahui cara pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Penyakit HIV/AIDS


HIV (Human Immuno-deficiency Virus) adalah virus penyebab AIDS yang
menyerang sel darah putih manusia yang merupakan bagian terpenting dari
system kekebalan tubuh manusia. AIDS (Aquired Immune Deficency
Syndrome) adalah suatu sindroma atau kumpulan tanda/gejala penyakit yang
terjadi akibat tertular/terinfeksi virus HIV yang merusak system kekebalan
tubuh, bukan karena diturunkan atau dibawa sejak lahir. (Kementerian Negara
Pemberdayaan Perempuan RI, 2008)

2. Etiologi HIV/AIDS
HIV/AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL
II, LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency
Virus ( HIV ) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang
ditularkan oleh darah dan  punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T. Virus
ini ditransmisikan melalui kontak  intim (seksual), darah atau produk darah
yang terinfeksi. Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut
human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada
tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika
ditemukan lagi retrovirus  baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap
sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk
memudahkan keduanya disebut HIV. AIDS dapat menyerang semua golongan
umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko
tinggi adalah :
1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. Orang yang ketagihan obat intravena
3. Partner seks dari penderita AIDS
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak
ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes
illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak
ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi
mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai
system tubuh, dan manifestasi neurologist.
Cara penularan HIV:
1. Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang telah
terinfeksi. Kondom adalah satu–satunya cara dimana penularan HIV dapat
dicegah.
2. Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana
darah tersebut belum dideteksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang
tidak steril.
3. Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan
seseorang yang telah terinfeksi.
4. Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa
kehamilan atau persalinan dan juga melalui menyusui.
Penularan secara perinatal
1. Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV pada bayi yang
dikandungnya.
2. Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena
pada saat itu terjadi kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi
sehingga virus dari ibu dapat menular pada bayi. 7 3. Bayi juga dapat
tertular virus HIV dari ibu sewktu berada dalam kandungan atau juga
melalui ASI 4. Ibu dengan HIV dianjurkan untuk ASI.

3. Gejala HIV pada Ibu Hamil atau Wanita


Ibu hamil atau wanita yang terinfeksi virus HIV biasanya akan mengalami
beberapa keluhan masalah kesehatan. Pada wanita, gangguan reproduksi
akibat virus ini dapat terjadi seperti gangguan siklus haid, infeksi radang
panggul bahkan kemungkinan terkenanya kanker serviks.
Berikut ini tahapan gejala HIV pada ibu hamil atau wanita:
a. Tahap Pertama
Orang yang terinfeksi virus HIV akan mengalami sakit mirip seperti flu,
beberapa minggu setelah terinfeksi, selama satu hingga dua bulan. Kemudian,
setelah kondisi tersebut, HIV dapat tidak menimbulkan gejala apa pun selama
beberapa tahun. Fase ini disebut sebagai serokonversi.
Gejala HIV yang paling umum terjadi adalah:
1. Demam
2. Tenggorokan sakit
3. Muncul ruam
4. Pembengkakan noda limfa
5. Diare
6. Kelelahan
7. Nyeri otot dan sendi
Namun, gejala HIV di atas bisa saja merupakan gejala dari penyakit lain.
Untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi HIV atau tidak, harus
dilakukan tes HIV. Semakin cepat kondisi diketahui, maka tingkat
keberhasilan pengobatan akan semakin tinggi.
b. Tahap Kedua
Setelah gejala awal menghilang, biasanya HIV tidak menimbulkan gejala
lebih lanjut selama bertahun-tahun. Dalam periode ini infeksi HIV
berlangsung tanpa menimbulkan gejala.
Virus terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh. Pengidap akan
tetap merasa sehat. Bahkan, ia bisa saja sudah menularkan infeksi kepada
orang lain. Tahap ini dapat berlangsung hingga 10 tahun atau lebih.
c. Tahap Ketiga
Tahap ini disebut juga sebagai tahap HIV simtomatik. Apabila pengidap HIV
tidak mendapat penanganan tepat, virus akan melemahkan tubuh dengan
cepat. Pada tahap ketiga ini, pengidap lebih mudah terserang penyakit serius.
Tahap akhir ini dapat berubah menjadi AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrome).
Berikut adalah gejala-gejala HIV yang muncul:
1. Demam terus menerus lebih dari sepuluh hari
2. Merasa lelah setiap saat
3. Sulit bernapas
4. Diare parah
5. Infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, dan vagina
6. Muncul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang
7. Hilang nafsu makan sehingga berat badan turun drastic

4. Cara Penularan HIV/AIDS dari Ibu ke Anak


Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV /
AIDS sebagian besar masih berusia subur, sehingga terdapat resiko penularan
infeksi yang terjadi pada saat kehamilan (Richard, et al., 1997). Selain itu juga
karena terinfeksi dari suami atau pasangan yang sudah terinfeksi HIV / AIDS
karena sering  berganti-ganti pasangan dan gaya hidup. Penularan ini dapat
terjadi dalam 3 periode:
1. Periode kehamilan Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV
sangat kecil. Hal ini disebabkan karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat
ditembus oleh virus itu sendiri. Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan
memang dapat menembus  plasenta, tetapi tidak oleh HIV. Plasenta justru
melindungi janin dari infeksi HIV. Perlindungan menjadi tidak efektif apabila
ibu:
a. Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria) pada
plasenta selama kehamilan.
 b. Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan virus
pada saat itu.
c. Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun.
d. Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak langsung
berkontribusi untuk terjadinya penularan dari ibu ke anak.
2. Periode persalinan Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih
besar jika dibandingkan periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi
fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mukosa bayi dengan
darah atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama proses persalinan,
maka semakin besar pula resiko penularan terjadi. Oleh karena itu, lamanya
persalinan dapat dipersingkat dengan section caesaria.
Faktor yang mempengaruhi tingginya risiko penularan dari ibu ke anak 
selama proses persalinan adalah:
a. Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau infeksi
lainnya).
b. Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi dengan
darah ibu misalnya, episiotomy.
c. Anak pertama dalam kelahiran kembar.
d. Lamanya robekan membran
3. Periode Post Partum Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan
melalui ASI. Berdasarkan data penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui
bahwa ibu yang menyusui bayinya mempunyai resiko menularkan HIV
sebesar 10- 15% dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya.
Risiko penularan melalui ASI tergantung dari:
a. Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan
kurang berisiko dibanding dengan pemberian campuran.  
b. Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu
dan infeksi payudara lainnya.
c. Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar kemungkinan infeksi.
d. Status gizi ibu yang buruk 

5. Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Pencegahan Penularan HIV


a) Pengetahuan dan sikap
b) Umur
c) Jeniskelamin
d) Status perkawinan
e) Tingkat Pendidikan
f) Pekerjaan
g) Lama mengidap HIV-AIDS
h) Status mendapat ART (Nur Faisal, dkk. 2011)

6. Upaya Penanggulangan HIV/AIDS


Upaya kegiatan penanggulangan HIV/AIDS dilakukan sebagai upaya
meningkatkan pengetahuan yang benar dan komprehensif mengenai
pencegahan penularan HIV/AIDS, menghilangkan stigma dan diskriminasi
melalui promosi kesehatan. Salah satu promosi kesehatan yang terintegrasi
pada pelayanan kesehatan yaitu pemeriksaan asuhan antenatal. (Ina Kuswanti.
2021)
7. Program PPIA
PPIA merupakan bagian dari upaya pengendalian HIV-AIDS dan IMS lainnya
melalui pelayanan KIA. Pada saatitu, upaya yang dilakukan terfokus pada
penyusunan pedoman nasional, penyusunan modul pelatihan, pelatihan PPIA,
pembentukan jejaring pelayanan dan memulai pembenahan system pencatatan
dan pelaporan. Pada waktu itu pemeriksaan HIV pada ibu hamil hanya
dilakukan pada ibu dengan perilaku berisiko. (Kemenkes RI, 2015)

8. Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak


Upaya PPIA dilaksanakan melalui kegiatan pencegahan dan penanganan HIV
secara komprehensif dan berkesinambungan dalam empat komponen (prong)
sebagai berikut.
1. Prong 1: pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduksi.
2. Prong 2 : pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan
dengan HIV.
3. Prong 3 : pencegahan penularan HIV dan sifilis dari ibu hamil (dengan
HIV dan sifilis) kepada janin/bayi yang dikandungnya.
4. Prong 4 : dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu dengan
HIV beserta anak dan keluarganya.(Kemenkes RI, 2015)

9. Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga cara,
dan bisa dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan setelah
persalinan. Cara tersebut yaitu:
1. Penggunaan obat Antiretroviral selama kehamilan, saat persalinan dan
untuk  bayi yang baru dilahirkan
Pemberian antiretroviral (ARV) bertujuan agar viral load menjadi lebih
rendah sehingga jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh
kurang efektif  untuk menularkan HIV. Resiko penularan akan sangat
rendah (1-2%) apabila terapi ARV ini dipakai. Namun jika ibu tidak
memakai ARV sebelum dia mulai sakit melahirkan, ada dua cara yang
dapat mengurangi separuh  penularan ini. AZT dan 3TC dipakai selama
waktu persalinan, dan untuk ibu dan bayi selama satu minggu setelah
lahir.
Satu tablet nevirapine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian satu
tablet lagi diberi pada bayi 2–3 hari setelah lahir. Menggabungkan
nevirapine dan AZT selama persalinan mengurangi penularan menjadi
hanya 2 persen. Namun, resistensi terhadap nevirapine dapat muncul pada
hingga 20 persen perempuan yang memakai satu tablet waktu hamil. Hal
ini mengurangi keberhasilan ART yang dipakai kemudian oleh ibu.
Resistensi ini juga dapat disebarkan pada bayi waktu menyusui. Walaupun
begitu, terapi jangka pendek ini lebih terjangkau di negara berkembang.
2. Penanganan obstetrik selama persalinan
Persalinan sebaiknya dipilih dengan menggunakan metode Sectio caesaria
karena metode ini terbukti mengurangi resiko penularan HIV dari ibu ke
bayi sampai 80%. Apabila pembedahan ini disertai dengan penggunaan
terapi antiretroviral, maka resiko dapat diturunkan sampai 87%.
Walaupun demikian, pembedahan ini juga mempunyai resiko karena
kondisi imunitas ibu yang rendah yang bisa memperlambat penyembuhan
luka. Oleh karena itu,  persalinan per vagina atau sectio caesaria harus
dipertimbangkan sesuai kondisi gizi, keuangan, dan faktor lain.
3. Penatalaksanaan selama menyusui
Pemberian susu formula sebagai pengganti ASI sangat dianjurkan untuk
bayi dengan ibu yang positif HIV. Karena sesuai dengan hasil penelitian,
didapatkan bahwa ± 14 % bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang terinfeksi.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
HIV (Human Immuno-deficiency Virus) adalah virus penyebab AIDS yang
menyerang sel darah putih manusia yang merupakan bagian terpenting dari system
kekebalan tubuh manusia. AIDS (Aquired Immune Deficency Syndrome) adalah suatu
sindroma atau kumpulan tanda/gejala penyakit yang terjadi akibat tertular/terinfeksi
virus HIV yang merusak system kekebalan tubuh, bukan karena diturunkan atau
dibawa sejak lahir. Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang lama dapat
menyebabkan AIDS. Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan,
karena pada saat itu terjadi kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi
sehingga virus dari ibu dapat menular pada bayi. 7 3. Bayi juga dapat tertular virus
HIV dari ibu sewktu berada dalam kandungan atau juga melalui ASI 4. Ibu dengan
HIV dianjurkan untuk ASI.

s
Peran Perawat

Menurut pendapat Doheny (1982, dalam Mubarok, 2005) ada beberapa elemen peran
perawat professional dalam Mubarok, 2005 antara lain : care giver, client
advocate,conselor, educator, collaborator, coordinator change agent, consultant.

1. Care Giver, Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien


mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Pada peran ini
perawat harus mampu memberikan pelayanan kepada individu, keluarga,kelompok
atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang
bersifat sederhana sampai masalah yang kompleks. Perawat menggunakan proses
keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan mulai dari masalah fisik
sampai pada masalah psikologis (Mubarok, 2005).

2. Client Advocate, sebagai pembela klien tugas perawat disini adalah bertanggung
jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan
untuk mengambil persetujuan (inform consent) atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya. (Mubarok, 2005).

3. Conselor, peran konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan
mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang.
Didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual (Mubarok, 2005)

4. Educator yaitu sebagai pendidik klien sejalan dengan proses keperawatan dalam
fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan
kesiapan untuk belajar. Perawat membantu pasien meningkatkan kesehatannya
melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medik
sehingga pasien dan keluarganya dapat menerimanya (Gartinah, dkk, 1999).
5. Chenge of Agent (Pembawa Perubahan/Pembaharu), pembawa perubahan adalah
seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain
membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem.(Kemp, 1986). Peningkatan dan
perubahan adalah komponen esensial dari perawatan. Dengan menggunakan proses
keperawatan, perawat membantu klien unutk merencanakan, melaksanakan dan
menjaga perubahan seperti :pengetahuan, keterampilan, perasaan dan perilaku yang
dapat meningkatkan kesehatan klien tersebut.

6. Consultan sebagai konsultan perawat berperan sebagai tempat konsultasi bagi


pasien terhadap masalah yang dialami oleh pasien atau tindakan keperawatan yang
tepat untuk diberikan. Menurut CHS (1989) peran ini dilakukan atas permintaan klien
terhadap informasi tentang tujuan pelajaran pelayanan keperawatan.
Asmadi (2005) dalam Konsep Dasar Keperawatan menyebutkan bahwa salah satu
fungsi perawat adalah sebagai educator. Sebagai educator perawat berperan mendidik
individu, keluarga, masyarakat, serta tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan
lainnya. Tujuan mendidik individu, keluarga dan masyarakat sebagai klien adalah
dalam upaya menciptakan prilaku individu/masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.
Pendidikan kesehatan tidak semata di tujukan untuk membangaun kesadaran diri
dengan pengetahuan kesehatan. Lebih dari itu, pendidikan kesehatan bertujuan untuk
membangaun prilaku kesehatan individu dan masyarakat, untuk bisa menrpakkan
pengetahuan kesehtan dalam kehidupan sehari-hari.
1 Peran perawat dalam pelaksanaan program PPIA Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia telah membuat beberapa kewenanangan perawat dalam pelaksanaan
program PPIA yang tercantum dalam Pedoman Manajemen Program Pencegahan
Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak (Kemenkes RI, 2015), yaitu
a. Menganjurkan tes skrining HIV dan sifilis pada saat pelayanan antenatal dan
merujuk ibu hamil ke Puskesmas yang telah mampu melakukannya.
b. Melaksanakan kerjasama dengan kader peduli HIV-AIDS, KDS, ODHA dan LSM
HIV yang ada, serta kelompok masyarakat peduli HIV-AIDS lainnya dalam jejaring
LKB.
c. Melaksanakan rujukan kasus ke Puskesmas pengampu atau rumah sakit,
berjejaring dan memantau mutu pemeriksaan laboratorium HIV.
d. Memberikan konseling menyusui dan persalinan aman pada ibu hamil dengan
HIV.
e. Memantau kepatuhan minum obat ARV pada ibu hamil dengan HIV dan mencegah
atau memberi perawatan dasar infeksi oportunistik bila terjangkit.
f. Melakukan pemantauan pengobatan dan tumbuh kembang bagi bayi lahir dari
ibu dengan HIV.
g. Melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan alur yang disetujui.

h. Melaksanakan pemantapan mutu internal untuk pemeriksaan laboratorium HIV


dan berjejaring dengan Puskesmas pengampu untuk rujukan dan/ atau
pemantauan mutu pemeriksaan laboratorium HIV.
Seperti halnya, yang tertera pada Permenkes No. 25 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Pemeriksaan Laboratorium untuk Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Jaringan Pelayanannya, “Di daerah epidemic
terkonsentrasi, perawat dan bidan di Pustu, Polindes/ Poskesdes dan petugas di FKTP
terkait lainnya yang mampu melakukan tes HIV dan sifilis dapat melakukan tes
skrining HIV strategi 1 dan rapid tes sifilis pada ibu hamil dilayanan antenatal. Jika
hasil tes skrining HIV dan/ atau rapid tes sifilis adalah
reaktif (positif), maka ibu hamil dirujuk ke Puskesmas yang mampu memberikan
layanan lanjutan.”, dan “Pelatih tes HIV dan sifilis untuk bidan dan perawat di
daerah epidemi terkonsentrasi dilaksanakan oleh petugas laboratorium yang sudah
memiliki sertifikat sebagai pelatih pemeriksaan laboratorium HIV”.
Serta Permenkes No. 25 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Pemeriksaan Laboratorium untuk Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dan Jaringan Pelayanannya, “Didaerah epidemi meluas,
bidan dan perawat terlatih dapat melakukan tes diagnosis HIV (menggunakan
strategi III) pada ibu hamil. Diagnosis ditegakkan oleh dokter”, dan “Pelatihan tes
HIV dan sifilis untuk bidan dan perawat di daerah epidemi meluas dilaksanakan oleh
laboratorium rujukan Provinsi”, serta “Bidan/ Perawat terlatih dimaksud harus
mendapat SK Penunjukan dari Kepala Dinas Kesehatan dengan
rekomendasi dari Kepala Laboratorium Rujukan Provinsi.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan RI. 2008. Pemberdayaan Perempuan


DalamPencegahan Penyebaran HIV-AIDS. Diakses pada tanggal 6 Oktober 2021.

Faisal, Nur, dkk. 2011. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Pencegahan
Penularan HIV Oleh ODHA Pada Orang Lain. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada
Volume 10 Nomor 2. Desember

Kuswanti, Ina, dkk. 2021. Efektifitas Media Audio Visual Sebagai Upaya Promosi
Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pencegahan
Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak (PPIA). Jurnal Kebidanan Indonesia Vol 12 No 1.
Januari

Tandi, FDW, dkk. 2018. Hubungan Keterbukuaan ODHA Pada Pasangan Dengan
Tindakan Pencegahan Penularan HIV/AIDS (Melalui Safer-Sex dan PMTCT) Pada
Keluarga Di Kota Manado. Jurnal Kesmas Volume 7 Nomor 4. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Kemenkes RI. 2015. Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV Dan
Sifilis Dari Ibu Ke Anak. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI diakses tanggal 7
Oktober 2021
Doheny 1982, dalam Mubarok, 2005 ada beberapa elemen peran perawat professional
dalam mubarok 2005

Anda mungkin juga menyukai