DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6 :
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan ........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
A. Pengertian Penyakit HIV/AIDS .................................................................3
B. Etiologi HIV/AIDS ...................................................................................3
C. Gejala HIV pada Ibu Hamil atau Wanita......................................................5
D. Cara Penularan HIV/AIDS dari Ibu ke Anak................................................6
E. Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Pencegahan Penularan HIV...............8
F. Upaya Penanggulangan HIV/AIDS.............................................................8
G. Program PPIA..........................................................................................9
H. Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak...............................9
I. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi...............................................10
BAB III PENUTUPAN...............................................................................................12
Kesimpulan.....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita, namun
kehamilan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin terutama pada
kehamilan trimester pertama. Wanita hamil trimester pertama pada umumnya
mengalami mual, muntah, nafsu makan berkurang dan kelelahan. Menurunnya
kondisi wanita hamil cenderung memperberat kondisi klinis wanita dengan
penyakit infeksi antara lain infeksi HIV-AIDS.
Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan
suatu syndrome/kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Retrovirus yang
menyerang sistem kekebalan atau pertahanan tubuh. Dengan rusaknya sistem
kekebalan tubuh, maka orang yang terinfeksi mudah diserang penyakit-penyakit
lain yang berakibat fatal, yang dikenal dengan infeksi oportunistik. Kasus AIDS
pertama kali ditemukan oleh Gottlieb di Amerika Serikat pada tahun 1981 dan
virusnya ditemukan oleh Luc Montagnier pada tahun 1983.
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah penyebab penyakit
dan kematian yang terkemuka di kalangan perempuan dan anak-anak di negara-
negara dengan tingkat infeksi human immunodeficiency virus (HIV) yang tinggi.
Transmisi HIV dari ibu ke anak (Mother To Child Transmission – MCTC) adalah
rute infeksi HIVpada anak yang paling signifikan. Beberapa intervensi telah
terbukti efektif dalam mengurangi MTCT termasuk pilihan persalinan secara
caeseran, substitusi menyusui dan terapi antiretroviral selama kehamilan,
persalinan, dan pasca melahirkan. Jika intervensi ini diterapkan dengan benar
maka dapat mengurangi MTCT sebesar 2%.
Setiap ibu hamil mempunyai hak-hak khusus yang berkaitan dengan HAM
yang diakui dan dilindungi oleh Undang-Undang, antara lain di bidang kesehatan
yang dilaksanakan pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan, dimana dalam
pemeriksaan kehamilan tersebut terdapat pemeriksaan diagnostik yaitu skrining
Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS) yang selanjutnya disingkat HIV/AIDS mengingat di Indonesia penularan
HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan salah satu penyakit
menular yang dapat mempengaruhi kematian ibu dan anak.
Tujuan utama dari skrining HIV/AIDS pada ibu hamil ini sesuai dengan
UU No. 51 tahun 2013 tentang pedoman pencegahan penularan HIV dari ibu ke
anak yaitu penanggulangan HIV dan AIDS untuk menurunkan kasus HIV
serendah mungkin dengan menurunnya jumlah infeksi HIV baru, mengurangi
stigma dan diskriminasi, serta menurunnya kematian akibat AIDS (Getting to
Zero) dengan melakukan peningkatan komitmen dari berbagai pihak dan
masyarakat dalam pelaksanaan skrining HIV/AIDS untuk pencegahan penularan
HIV dari ibu ke anak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari HIV AIDS?
2. Bagaimana etiologi dari HIV/AIDS?
3. Apa saja gejala HIV/AIDS pada ibu hamil atau wanita?
4. Bagaimana cara penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi?
5.Apa saja factor yang mempengaruhi tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS?
6.Apa saja upaya dari penanggulangan HIV/AIDS?
7. Bagaimana cara kerja program PPIA?
8. Bagaimana cara pencegahan penularan HIV/AIDS dan Sifilis dari ibu ke anak?
9. Bagaimana cara pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari HIV AIDS
2. Untuk mengetahui etiologi dari HIV/AIDS
3. Untuk mengetahui gejala dari HIV/AIDS pada ibu hamil atau wanita
4. Untuk mengetahui cara penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi
5. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi tindakan pencegahan penularan
HIV/AIDS
6. Untuk mengetahui upaya dari penanggulangan HIV/AIDS
7. Untuk mengetahui cara kerja program PPIA
8. Untuk mengetahui cara pencegahan penularan HIV dan Sifilis dari ibu ke anak
9. Untuk mengetahui cara pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi
BAB II
PEMBAHASAN
2. Etiologi HIV/AIDS
HIV/AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL
II, LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency
Virus ( HIV ) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang
ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T. Virus
ini ditransmisikan melalui kontak intim (seksual), darah atau produk darah
yang terinfeksi. Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut
human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada
tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika
ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap
sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk
memudahkan keduanya disebut HIV. AIDS dapat menyerang semua golongan
umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko
tinggi adalah :
1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. Orang yang ketagihan obat intravena
3. Partner seks dari penderita AIDS
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak
ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes
illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak
ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi
mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai
system tubuh, dan manifestasi neurologist.
Cara penularan HIV:
1. Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang telah
terinfeksi. Kondom adalah satu–satunya cara dimana penularan HIV dapat
dicegah.
2. Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana
darah tersebut belum dideteksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang
tidak steril.
3. Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan
seseorang yang telah terinfeksi.
4. Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa
kehamilan atau persalinan dan juga melalui menyusui.
Penularan secara perinatal
1. Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV pada bayi yang
dikandungnya.
2. Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena
pada saat itu terjadi kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi
sehingga virus dari ibu dapat menular pada bayi. 7 3. Bayi juga dapat
tertular virus HIV dari ibu sewktu berada dalam kandungan atau juga
melalui ASI 4. Ibu dengan HIV dianjurkan untuk ASI.
9. Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga cara,
dan bisa dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan setelah
persalinan. Cara tersebut yaitu:
1. Penggunaan obat Antiretroviral selama kehamilan, saat persalinan dan
untuk bayi yang baru dilahirkan
Pemberian antiretroviral (ARV) bertujuan agar viral load menjadi lebih
rendah sehingga jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh
kurang efektif untuk menularkan HIV. Resiko penularan akan sangat
rendah (1-2%) apabila terapi ARV ini dipakai. Namun jika ibu tidak
memakai ARV sebelum dia mulai sakit melahirkan, ada dua cara yang
dapat mengurangi separuh penularan ini. AZT dan 3TC dipakai selama
waktu persalinan, dan untuk ibu dan bayi selama satu minggu setelah
lahir.
Satu tablet nevirapine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian satu
tablet lagi diberi pada bayi 2–3 hari setelah lahir. Menggabungkan
nevirapine dan AZT selama persalinan mengurangi penularan menjadi
hanya 2 persen. Namun, resistensi terhadap nevirapine dapat muncul pada
hingga 20 persen perempuan yang memakai satu tablet waktu hamil. Hal
ini mengurangi keberhasilan ART yang dipakai kemudian oleh ibu.
Resistensi ini juga dapat disebarkan pada bayi waktu menyusui. Walaupun
begitu, terapi jangka pendek ini lebih terjangkau di negara berkembang.
2. Penanganan obstetrik selama persalinan
Persalinan sebaiknya dipilih dengan menggunakan metode Sectio caesaria
karena metode ini terbukti mengurangi resiko penularan HIV dari ibu ke
bayi sampai 80%. Apabila pembedahan ini disertai dengan penggunaan
terapi antiretroviral, maka resiko dapat diturunkan sampai 87%.
Walaupun demikian, pembedahan ini juga mempunyai resiko karena
kondisi imunitas ibu yang rendah yang bisa memperlambat penyembuhan
luka. Oleh karena itu, persalinan per vagina atau sectio caesaria harus
dipertimbangkan sesuai kondisi gizi, keuangan, dan faktor lain.
3. Penatalaksanaan selama menyusui
Pemberian susu formula sebagai pengganti ASI sangat dianjurkan untuk
bayi dengan ibu yang positif HIV. Karena sesuai dengan hasil penelitian,
didapatkan bahwa ± 14 % bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang terinfeksi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
HIV (Human Immuno-deficiency Virus) adalah virus penyebab AIDS yang
menyerang sel darah putih manusia yang merupakan bagian terpenting dari system
kekebalan tubuh manusia. AIDS (Aquired Immune Deficency Syndrome) adalah suatu
sindroma atau kumpulan tanda/gejala penyakit yang terjadi akibat tertular/terinfeksi
virus HIV yang merusak system kekebalan tubuh, bukan karena diturunkan atau
dibawa sejak lahir. Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang lama dapat
menyebabkan AIDS. Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan,
karena pada saat itu terjadi kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi
sehingga virus dari ibu dapat menular pada bayi. 7 3. Bayi juga dapat tertular virus
HIV dari ibu sewktu berada dalam kandungan atau juga melalui ASI 4. Ibu dengan
HIV dianjurkan untuk ASI.
s
Peran Perawat
Menurut pendapat Doheny (1982, dalam Mubarok, 2005) ada beberapa elemen peran
perawat professional dalam Mubarok, 2005 antara lain : care giver, client
advocate,conselor, educator, collaborator, coordinator change agent, consultant.
2. Client Advocate, sebagai pembela klien tugas perawat disini adalah bertanggung
jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan
untuk mengambil persetujuan (inform consent) atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya. (Mubarok, 2005).
3. Conselor, peran konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan
mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang.
Didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual (Mubarok, 2005)
4. Educator yaitu sebagai pendidik klien sejalan dengan proses keperawatan dalam
fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan
kesiapan untuk belajar. Perawat membantu pasien meningkatkan kesehatannya
melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medik
sehingga pasien dan keluarganya dapat menerimanya (Gartinah, dkk, 1999).
5. Chenge of Agent (Pembawa Perubahan/Pembaharu), pembawa perubahan adalah
seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain
membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem.(Kemp, 1986). Peningkatan dan
perubahan adalah komponen esensial dari perawatan. Dengan menggunakan proses
keperawatan, perawat membantu klien unutk merencanakan, melaksanakan dan
menjaga perubahan seperti :pengetahuan, keterampilan, perasaan dan perilaku yang
dapat meningkatkan kesehatan klien tersebut.
Faisal, Nur, dkk. 2011. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Pencegahan
Penularan HIV Oleh ODHA Pada Orang Lain. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada
Volume 10 Nomor 2. Desember
Kuswanti, Ina, dkk. 2021. Efektifitas Media Audio Visual Sebagai Upaya Promosi
Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pencegahan
Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak (PPIA). Jurnal Kebidanan Indonesia Vol 12 No 1.
Januari
Tandi, FDW, dkk. 2018. Hubungan Keterbukuaan ODHA Pada Pasangan Dengan
Tindakan Pencegahan Penularan HIV/AIDS (Melalui Safer-Sex dan PMTCT) Pada
Keluarga Di Kota Manado. Jurnal Kesmas Volume 7 Nomor 4. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
Kemenkes RI. 2015. Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV Dan
Sifilis Dari Ibu Ke Anak. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI diakses tanggal 7
Oktober 2021
Doheny 1982, dalam Mubarok, 2005 ada beberapa elemen peran perawat professional
dalam mubarok 2005