Anda di halaman 1dari 54

MODUL SKB BIDAN

Haid dan Siklusnya

Hormon Pengendali Proses Menstruasi

a. Hormon kelenjar hipofisis--hipotalamus


Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesterone darah
menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus untuk
mensekresi gonadotropin realising hormone (Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi
folikel stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi perkembangan folikel de Graaf ovarium dan
produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis
anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH). LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-
13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi, korpus luteum
menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi
(Bobak, 2004)

b. Hormon ovarium (estrogen dan progesteron)

Indung telur (Ovarium) menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan progesteron.
Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pemeliharaan organ-organ

Definisi Proses Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan periodik dari rahim yang dimulai sekitar
14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Bobak,
2004).

Fase-fase pada siklus menstruasi

1) Siklus Endomentrium (Bobak, 2004),

 Fase menstruasi Fase ini adalah fase yang harus dialami oleh seorang wanita dewasa setiap
bulannya. Sebab melalui fase ini wanita baru dikatakan produktif. Oleh karena itu fase
menstruasi selalu dinanti oleh para wanita, walaupun kedatangannya membuat para wanita
merasa tidak nyaman untuk beraktifitas. Biasanya ketidaknyamanan ini terjadi hanya 1-2 hari,
dimana pada awal haid pendarahan yang keluar lebih banyak dan gumpalan darah lebih
sering keluar.Pada fase menstruasi, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan
disertai pendarahan. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada
awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon)menurun atau

1
pada kadar terendahnya, sedangkan siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru
mulai meningkat.
 Fase proliferasi Pada fase ini ovarium sedang melakukan proses pembentukan dan
pematangan ovum. Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang
berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Permukaan
endometriumsecara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan
berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi tebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali
lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Pada fase proliferasi terjadi peningkatan
kadar hormon estrogen, karena fase ini tergantung pada stimulasi estrogenyang berasal dari
folikel ovarium.
 Fase sekresi/luteal Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasisampai sekitar tiga hari
sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius
yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus.
Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. Umumnya pada fase pasca
ovulasi wanita akan lebih sensitif. Sebab pada fase ini hormon reproduksi (FSH, LH, estrogen
dan progesteron)mengalami peningkatan. Jadi pada fase ini wanita mengalami yang namanya
Pre Menstrual Syndrome (PMS). Beberapa hari kemudian setelah gejala PMS maka lapisan
dinding rahim akan luruh kembali.
 Fase iskemi/premenstrual Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus Luteum
yang mensekresi estrogen dan progesterone menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen
dan progesterone yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke
endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari
lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.
2) Siklus Ovarium

Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran FSH, kemudian
kelenjar hipofisis mengeluarkan LH (lutenizing hormon).Peningkatan kadar LH merangsang
pelepasan oosit sekunder dari folikel. Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur
didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi.
mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur (folikel de Graaf)
terjadi ovulasi, sisa folikel yang kosong di dalam ovarium berformasi menjadi korpus luteum.
Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional pada 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi
hormon estrogen dan progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan
kadar hormon progesterone menurun. Sehingga lapisan fungsional endometrium tidak dapat
bertahan dan akhirnya luruh.
2
DISMENOREA disebut juga kram menstruasi atau nyeri menstruasi. Dalam bahasa Inggeris,
dismenorea sering disebut sebagai “painful period” atau menstruasi yang menyakitkan (American
College of Obstetritians and Gynecologists, 2015).

AMENOREA adalah keadaan dimana menstruasi berhenti atau tidak terjadi pada masa subur atau
pada saat yang seharusnya menstruasi terjadi secara teratur

POLIMENOREA merupakan kelainan siklus menstruasi yang menyebabkan wanita berkali-kali


mengalami menstruasi dalam sebulan, bisa dua atau tiga kali atau bahkan lebih. Normalnya, siklus
menstruasi berlangsung selama 21- 35 hari dengan durasi sekitar 2-8 hari.

MENORAGIA Apa yang dimaksud dengan Menoragia? Menoragia adalah istilah medis untuk
perdarahan menstruasi yang berlebihan. Dalam satu siklus menstruasi normal, perempuan rata-rata
kehilangan sekitar 30-40 ml darah selama sekitar 5-7 hari haid

3
Konsep Kebidanan
A. DEFINISI BIDAN
1. Menurut ICM dan FIGO
Istilah Bidan berasal dari kata “Widwan” berasal dari Bahasa Sanksekerta yang
berarti “Cakap” (Klinkert, 1892). Di samping itu terdapat istilah “Membidan” yang artinya
mengadakan sedekah bagi penolong persalinan yang minta diri setelah bayi berumur 40
hari.Sedangkan dalam Bahasa Inggris “Midwife” berarti with woman as birth, the renewal
of life continues through the ages. “With Woman” maksudnya adalah pada saat
mendampingiperempuan selama proses persalinan dan pada saat memberikan pelayanan
kebidanan, seorang bidan harus mempunyai rasa empati, keterbukaan, menumbuhkan
rasa saling percaya (trust), bidan harus mengetahui pikiran dan perasaan serta proses
yang dialami ibu dan keluarganya.
Secara Internasional pengertian bidan dan praktiknya telah diakui oleh International
Confederation of Midwives (ICM) tahun 1972 dan International Federation of
International Gynecologist and Obstetrian (FIGO) tahun 1973, WHO dan badan–badan
lainnya. Pada tahun 1990 pada petemuan Dewan di Kobe, ICM menyempurnakan definisi
tersebut yang kemudian disahkan oleh FIGO (1991) dan WHO (1992)

2. Menurut WHO
Menurut WHO Bidan adalah seseorang yang telah diakui secara reguler dalam
program pendidikan kebidanan sebagaimana yang diakui yuridis, dimana ia ditempatkan
dan telah menyelesaikan pendidikan kebidanan dan telah mendapatkan kualifikasi serta
terdaftar disahkan dan mendapatkan ijin melaksanakan praktik kebidanan.

B. FILOSOFI BIDAN
Filosofi merujuk pada pengertian keyakinan dan nilai yang dianut oleh sesorang
yang mempengaruhi perilaku seseorang, sehingga Filosofi Kebidanan dapat diartikan
sebagai keyakinan/cara pandang dan nilai yang dianut oleh seorang bidan dalam
memberikan pelayanan kebidanan. Falsafah disebut juga filosofi atau filsafat.

C. PARADIGMA KEBIDANAN
Bidan dalam bekerja memberikan pelayanan keprofesiannya berpegang pada
paradigma, berupa pandangan terhadap manusia / perempuan, lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan / kebidanan dan keturunan.

4
D. PERAN BIDAN
Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang
sesuai dengan kedudukan dalam suatu sistem. Dalam melaksanakan profesinya bidan
memiliki peran sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti.

1. Peran sebagai Pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas mandiri,
tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan.
a. Tugas mandiri
Tugas-tugas mandiri bidan, yaitu:
1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang
diberikan
2) Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan melibatkan
mereka sebagai klien. Membuat rencana tindak lanjut tindakan / layanan
bersama klien.
3) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal
4) Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan
melibatkan klien / keluarga
5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
6) Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan
klien / keluarga
7) Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan
pelayanan keluarga berencana
8) Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksidan
wanita dalam masa klimakterium serta menopause
9) Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga
dan pelaporan asuhan.

b. Tugas Kolaborasi
Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:

1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi


kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
2) Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan

5
pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
3) Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
4) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi
serta keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga
5) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi serta
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga
6) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.
7) Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi serta pertolongan
pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakankolaborasi
bersama klien dan keluarga.

c. Tugas ketergantungan
Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu:
1) Menerapkan manajamen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai
dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga.
2) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus kehamilan
dengan risiko tinggi serta kegawatdaruratan,
3) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa
persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.
4) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa
nifas yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan
klien dan keluarga.
5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu
dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan
melibatkan keluarga.
6) Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan
klien/keluarga.

6
2. Peran sebagai Pengelola
Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar
kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.
a. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan. Bidan bertugas; mengembangkan
pelayanan dasar kesehatan di wilayah kerja.

b. Berpartisipasi dalam tim. Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program
kesehatan sektor lain melalui dukun bayi, kader kesehatan, serta tenaga kesehatan
lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.
3. Peran sebagai Pendidik
Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh
kesehatan bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader.
a. Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien
b. Melatih dan membimbing kader .
4. Peran Sebagai Peneliti / Investigator
Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara
mandiri maupun berkelompok, mencakup:
a. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.
b. Menyusun rencana kerja pelatihan.
c. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
d. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
e. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
f. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program
kerja atau pelayanan kesehatan.

E. FUNGSI BIDAN
Fungsi merupakan pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan peranannya.
Berdasarkan peran bidan seperti yang dikemukakan di atas, maka fungsi bidan adalah
sebagai berikut.

1. Fungsi Pelaksana
a. Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup hal-hal sebagai berikut
b. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta masyarakat
(khususnya kaum remaja) pada masa praperkawinan.
c. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan
7
kasus patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
d. Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
e. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi.
f. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
g. Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
h. Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan prasekolah
i. Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan wewenangnya.
j. Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem
reproduksi, termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan menopause sesuai
dengan wewenangnya.

2. Fungsi Pengelola
Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga,


kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat
yang didukung oleh partisipasi masyarakat.
b. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya.
c. Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
d. Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan
pelayanan kebidanan
e. Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.

3. Fungsi Pendidik
Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait
dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga berencana.
b. Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai dengan bidang
tanggung jawab bidan.
c. Memberi bimbingan kepada para bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan di
masyarakat.
d. Mendidik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang keahliannya.

8
4. Fungsi Peneliti

Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup hal-hal sebagai berikut:


a. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau
berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
b. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.

9
Kehamilan

Definisi Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai


fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional.
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu,
trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu
ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2014)

A. PERUBAHAN PADA SISTEM REPRODUKSI.

1. Uterus Ibu hamil uterusnya tumbuh membesar akibat pertumbuhan isi konsepsi intrauterin.
Hormon Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan, hormon progesteron berperan untuk
elastisitas/kelenturan uterus.Taksiran kasar pembesaran uterus pada perabaan tinggi fundus:

a. Tidak hamil/normal : sebesar telur ayam (+ 30 g)


b. Kehamilan 8 minggu : telur bebek
c. Kehamilan 12 minggu : telur angsa
d. Kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat
e. Kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat
f. Kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat
g. Kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphoid
h. Kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid i. minggu : 3 sampai 1 jari bawah
xyphoid

Ismus uteri, bagian dari serviks, batas anatomik menjadi sulit ditentukan pada kehamilan
trimester I memanjang dan lebih kuat. Pada kehamilan 16 minggu menjadi satu bagian dengan
korpus, dan pada kehamilan akhir, di atas 32 minggu menjadi segmen bawah uterus. Serviks uteri
mengalami hipervaskularisasi akibat stimulasi estrogen dan perlunakan akibat progesteron (tanda
Goodell).Sekresi lendir serviks meningkat pada kehamilan memberikan gejala keputihan. Ismus
uteri mengalami hipertropi kemudian memanjang dan melunak yang disebut tanda Hegar.Berat
uterus perempuan tidak hamil adalah 30 gram, pada saat mulai hamil maka uterus mengalami
peningkatan sampai pada akhir kehamilan (40 minggu) mencapai 1000 gram (1 kg).

2. Vagina / vulva. Pada ibu hamil vagina terjadi hipervaskularisasimenimbulkan warna merah ungu
kebiruan yang disebut tanda Chadwick. Vagina ibu hamil berubah menjadi lebih asam, keasaman
(pH) berubah dari 4 menjadi 6.5 sehingga menyebabkan wanita hamil lebih rentan terhadap

10
infeksi vagina terutama infeksi jamur. Hypervaskularisasi pada vagina dapat menyebabkan
hypersensitivitas sehingga dapat meningkatkan libido atau keinginan atau bangkitan seksual
terutama pada kehamilan trimester dua.

3. Ovarium Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta, terutama fungsi produksi
progesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium tenang/ beristirahat. Tidak terjadi
pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal
menstruasi.

B. PERUBAHAN PADA PAYUDARA.

Akibat pengaruh hormon estrogen maka dapat memacu perkembangan duktus (saluran) air susu
pada payudara. sedangkan hormon progesterone menambah sel-sel asinus pada payudara.
Hormon laktogenik plasenta (diantaranya somatomammotropin) menyebabkan hipertrofi dan
pertambahan sel-sel asinus payudara, serta meningkatkan produksi zat-zat kasein, laktoalbumin,
laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum. Pada ibu hamil payudara membesar dan tegang, terjadi
hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar Montgomery, terutama daerah areola dan papilla
akibat pengaruh melanofor, puting susu membesar dan menonjol. Hypertropi kelenjar sabasea
(lemak) muncul pada aeola mamae disebut tuberkel. Montgomery yang kelihatan di sekitar puting
susu. Kelenjar sebasea ini berfungsi sebagai pelumas puting susu, kelembutan puting susu
terganggu apabila lemak pelindung ini dicuci dengan sabun. Puting susu akan mengeluarkan
kholostrum yaitu cairan sebelum menjadi susu yang berwarna putih kekuningan pada trimester
ketiga.

C. PERUBAHAN PADA SYSTEM ENDOKRIN.

Progesteron : Pada awal kehamilan hormon progesteron dihasilkan oleh corpus luteum dan
setelah itu secara bertahap dihasilkan oleh plasenta. Kadar hormon ini meningkat selama hamil
dan menjelang persalinan mengalami penurunan. Produksi maksimum diperkirakan 250 mg/hari.

Hormon HCG ini diproduksi selama kehamilan. Pada hamil muda hormon ini diproduksi oleh
trofoblas dan selanjutnya dihasilkan oleh plasenta. HCG dapat untuk mendeteksi kehamilan
dengandarah ibu hamil pada 11 hari setelah pembuahan dan mendeteksi pada urine ibu hamil
pada 12–14 hari setelah kehamilan. Kandungan HCGpada ibu hamil mengalami puncaknya pada 8-
11 minggu umur kehamilan. Kadar HCG tidak boleh dipakai untuk memastikan adanya kehamilan
karena kadarnya bervariasi, sehingga dengan adanya kadar HCG yang meningkat bukan
merupakan tanda pasti hamil tetapi merupakan tanda kemungkinan hamil.

D. PERUBAHAN PADA KEKEBALAN.

11
Pada ibu hamil terjadi perubahan pH pada vagina, sekresi vagina berubah dari asam menjadi lebih
bersifat basa sehingga pada ibu hamil lebih rentan terhadap infeksi pada vagina.

E. PERUBAHAN PADA SISTEM PERNAPASAN.

Wanita hamil sering mengeluh sesak napas yang biasanya terjadi pada umur kehamilan 32 minggu
lebih, hal ini disebabkan oleh karena uterus yang semakin membesar sehingga menekan usus dan
mendorong keatas menyebabkan tinggi diafragma bergeser 4 cm sehingga kurang leluasa
bergerak.

Menentukan umur hamil sangat penting untuk memperkirakan persalinan.

Umur hamil dapat ditetukan dengan:


1. Mempergunakan rumus Naegle.

Rumus Naegle memperhitungkan umur kehamilan berlangsung selama 288 hari. Perhitungan
kasarnya dapat dipakai dengan menentukan hari pertama haid dan ditambah 288 hari, sehingga
perkiraan kelahiran dapat ditetapkan. Rumus Naegle dapat dihitung hari ha id pertama
ditambah tujuh dan bulannya ditambah sembilan.
Contohnya, haid hari pertama tanggal 15 Januari 2021, maka penghitungan perkiraan kelahiran
adalah 15 + 7 = 22; 1 + 9 = 10 sehingga dugaan persalinan adalah 22 Oktober 2021.
2. Gerakan pertama fetus.

Dengan memperkirakan terjadinya gerakan pertama fetus pada umur hamil 16 minggu. maka
perkiraan umur hamil dapat ditetapkan. Perkiraan ini tidak tepat
3. Perkiraan tingginya fundus uteri.

Mempergunakan tinggi fundus uteri untuk memperkirakan umur hamil terutama tepat pada
hamil pertama. Pada kehamilan kedua dan seterusnya perkiraan ini ku-rang tepat.

12
Persalinan
Ada beberapa pengertian persalinan, yaitu sebagai berikut :

1. Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian perubahan yang
besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melaui jalan lahir (Moore, 2001).
2. Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang diawali
dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat pengeluaran bayi sampai
dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana proses persalinan ini akan
berlangsung selama 12 sampai 14 jam (Mayles, 1996).
3. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002).
4. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Prawirohardjo, 2002).
A.MACAM MACAM PERSALINAN

1. Persalinan Spontan Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri,
melalui jalan lahir ibu tersebut.
2. Persalinan Buatan Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi
forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria.
3. Persalinan Anjuran Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.
B.PERSALINAN BERDASARKAN UMUR KEHAMILAN

1. Abortus Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau bayi dengan berat
badan kurang dari 500 gr.

2. Partus immaturus Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28 minggu atau bayi
dengan berat badan antara 500 gram dan 999 gram.

3. Partus prematurus Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau bayi
dengan berat badan antara 1000 gram dan 2499 gram.

4. Partus maturus atau aterem Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu
atau bayi dengan berat badan 2500 gram atau lebih.

5. Partus postmaturus atau serotinus Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42 minggu

13
Kala I

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan servix hingga mencapai
pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi menjadi dua
fase yaitu fase laten dan fase aktif.

a. Fase laten persalinan


 Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan servix
secara bertahap
 Pembukaan servix kurang dari 4 cm
 Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam
b. Fase aktif persalinan Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maximal, dan
deselerasi
(1) Fase accelerasi (fase percepatan) dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.
(2) Fase dilatasi maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang dicapai dalam 2 jam. (3) Fase
deselerasi (kurangnya kecepatan) dari pembukaan 9 cm sampai 10 cm selama 3 jam.
Kala II

a. Pengertian Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi

b. Tanda dan gejala kala II Tanda-tanda bahwa kala II persalinan sudah dekat adalah:

1. Ibu ingin meneran


2. Perineum menonjol
3. Vulva vagina dan sphincter anus membuka
4. Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
5. His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali.
6. Pembukaan lengkap (10 cm )
7. Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara rata-rata 0.5 jam
8. Pemantauan

Kala III
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban
 Berlangsung tidak lebih dari 30 menit
 Disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta
 Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian oksitosin untuk
kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan
14
 Tanda-tanda pelepasan plasenta :
1. Perubahan ukuran dan bentuk uterus
2. Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta sudah
terlepas dari Segmen Bawah Rahim
3. Tali pusat memanjang
4. Semburan darah tiba tiba

Kala IV
 Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu
 Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung
 Masa 1 jam setelah plasenta lahir
 Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, 30 menit pada
jam kedua setelah persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil, perlu dipantau lebih
sering
 Observasi intensif karena perdarahan yang terjadi pada masa ini
 Observasi yang dilakukan :
1. Tingkat kesadaran penderita.
2. Pemeriksaan tanda vital.
3. Kontraksi uterus.
4. Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400- 500cc.

15
LANGKAH PERSALINAN NORMAL

16
Partograf
a. Pengertian

Beberapa pengertian dari partograf adalah sebagai berikut:

1) Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPKKR, 2007).
2) Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan (Sarwono,2008).

3) Partograf atau partogram adalah metode grafik untuk merekam kejadian-kejadian pada
perjalanan persalinan (Farrer, 2001).

b. Tujuan
Adapun tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:

1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui pemeriksaan dalam.

2) Mendeteksi apakah proses persalinan bejalan secara normal. Dengan demikian dapat
pula mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantuan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan
proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,
membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu
dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir (
JNPK-KR, 2008). Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu
penolong persalinan untuk :

 Mencatat kemajuan persalinan

 Mencatat kondisi ibu dan janinnya

 Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran


 Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan

 Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan
tepat waktu (JNPK-KR, 2008).
c. Penggunaan partograf

Partograf harus digunakan:

1) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting
dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal
maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau,
mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun
yang tidak disertai dengan penyulit

17
2) Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, Puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit, dll)

3) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan
kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter Umum,
Residen dan Mahasiswa Kedokteran) (JNPK-KR,2008).

d. Pengisian partograf

Pengisian partograf antara lain:

1) Pencatatan selama Fase Laten Kala I Persalinan Selama fase laten, semua asuhan,
pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dilakukan secara terpisah, baik
di catatan kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal
dan waktu harus dituliskan setiap kali 9 membuat catatan selama fase laten persalinan.
Semua asuhan dan intervensi juga harus dicatatkan. Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai
dan dicatat dengan seksama, yaitu :
a) Denyut jantung janin : setiap 30 menit

b) Frekwensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 30 menit

c) Nadi : setiap 30 menit

d) Pembukaan serviks : setiap 4 jam

e) Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam

f) Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam

g) Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2 – 4 jam


h) Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan (JNPK-KR,2008). 2) Pencatatan selama fase aktif
persalinan Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi yang dimulai pada
fase aktif persalinan; dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil – hasil
pemeriksaan selama fase aktif persalinan, meliputi:

a) Informasi tentang ibu :

(1) Nama, umur

(2) Gravida, para, abortus (keguguran)

(3) Nomor catatan medik nomor Puskesmas


(4) Tanggal dan waktu mulai dirawat ( atau jika di rumah : tanggal dan waktu penolong
persalinan mulai merawat ibu)

b) Waktu pecahnya selaput ketuban

c) Kondisi janin:

(1) DJJ (denyut jantung janin)

(2) Warna dan adanya air ketuban)


18
(3) Penyusupan ( moulase) kepala janin.

d) Kemajuan persalinan

(1) Pembukaan serviks

(2) Penurunan bagian terbawah janin atau persentase janin 10

(3) Garis waspada dan garis bertindak

e) Jam dan waktu

(1) Waktu mulainya fase aktif persalinan

(2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.


f) Kontraksi uterus : frekuensi dan lamanya

g) Obat – obatan dan cairan yang diberikan:

(1) Oksitisin

(2) Obat- obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.

h) Kondisi ibu :

(1) Nadi, tekanan darah, dan temperatur

(2) Urin ( volume , aseton, atau protein)

i) Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom tersedia di sisi
partograf atau di catatan kemajuan persalinan) (Sarwono, 2009).
e. Mencatat temuan pada partograf

Adapun temuan-temuan yang harus dicatat adalah :


1) Informasi Tentang Ibu Lengkapi bagian awal ( atas ) partograf secara teliti pada saat
memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan ( tertulis sebagai : „jam atau pukul‟ pada
partograf ) dan perhatikan kemungkinan ibu datang pada fase laten. Catat waktu
pecahnya selaput ketuban.
2) Kondisi Janin Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung
janin ( DJJ ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin)

a) Denyut jantung janin Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit ( lebih sering jika ada tanda-
tanda gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukan DJJ. Catat DJJ
dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ.
Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas bersambung.
Kisaran normal DJJ terpapar pada patograf diantara 180 dan 100. Akan tetapi penolong
harus waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160.
b) Warna dan adanya air ketuban Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan
pemeriksaan dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat semua
temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang
19
berikut ini :
U : Selaput ketuban masih utuh ( belum pecah )

J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium

D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah

K : Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi ( kering )

c) Penyusupan (Molase) tulang kepala janin Penyusupan adalah indikator penting tentang
seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu.
Semakin besar derajat penyusupannya atau tumpang tindih antara tulang kepala semakin
menunjukan risiko disporposi kepala panggul ( CPD ).
Gunakan lambang-lambang berikut ini :

0 : Tulang-tulang kepala janin terpish, sutura dengan mudah dapat dipalpasi

1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan

2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan

3 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan (JNPK-KR,2008).

f. Kemajuan persalinan

Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10
yang tertera di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Nilai setiap angka sesuai dengan
besarnya dilatasi serviks dalam satuan sentimeter dan menempati lajur dan kotak tersendiri.
Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukan penambahan dilatasi
serviks sebesar 1 cm. Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah janin
tercantum angka 1-5 yang sesaui dengan metode perlimaan. Setiap kotak segi empat atau kubus
menunjukan waktu 30 menit untuk pencatatan waktu pemeriksaan, DJJ, kontraksi uterus dan
frekwensi nadi ibu.

1) Pembukaan servik Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap
temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda „X‟ harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai
dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Perhatikan :

a) Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan besarnya
pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
dalam 13

b) Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan serviks dari
hasil pemeriksaan dalam harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih angka yang sesuai
dengan bukaan serviks ( hasil periksa dalam ) dan cantumkan tanda „X‟ pada ordinat

20
atau titik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada
c) Hubungkan tanda „X‟ dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus) (JNPK-
KR,2008).

2) Penurunan bagian terbawah janin Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala


(perlimaan) yang menunjukan seberapa jauh bagian terendah bagian janin telah memasuki
rongga panggul. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti
dengan turunnya bagian terbawah janin. Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah
janin baru terjadi setelah pembukaan serviks mencapai 7 cm (JNPK-KR,2008). Berikan tanda
„O‟ yang ditulis pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil palpasi kepala
diatas simfisis pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda “O” di garis angka 4. Hubungkan tanda
„O‟ dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
3) Garis waspada dan garis bertindak Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm
dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan
adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis
waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan
kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit .Garis bertindak
tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks
telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka hal ini menunjukan
perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan (JNPK-KR,2008). Jam dan waktu
Setiap kotak pada partograf untuk kolom waktu (jam) menyatakan satu jam sejak
dimulainya fase aktif persalinan (JNPK-KR,2008). Kontraksi uterus Di bawah lajur waktu
partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan “ kontraksi per 10 menit “ di sebelah luar
kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat
jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan
jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak kontraksi
yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mencerminkan temuan dari hasil
pemeriksaan kontraksi. Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu
kali 10 menit, maka lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi (JNPK-KR,2008). Obat-obatan
dan cairan yang diberikan

1) Oksitosin Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30


menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam tetes
per menit.

2) Obat-obatan lain Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan


I.V dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya (JNPKKR,2008). Halaman
belakang partograf Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk

21
mencatat hal- hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta
tindakan – tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga IV ( termasuk
bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan.
Nilau dan catatkan asuhan yang telah diberikan pada ibu dalam masa nifas
terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong persalinan
mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik, terutama pada
pemantauan kala IV ( mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain
itu, catatan persalinan ( yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula
digunakan untuk menilai memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan
asuhan persalinan yang bersih dan aman (JNPKKR,2008). Kontraindikasi
pelaksanaan patograf Berikut ini adalah kontraindikasi dari pelaksanaan patograf.

1) Wanita hamil dengan tinggi badan kurang dari 145 cm.

2) Perdarahan antepartum

3) Preeklampsi berat dan eklampsi


4) Persalinan prematur

5) Persalinan bekas sectio caesaria (SC)

6) Persalinan dengan hamil kembar

7) Kelainan letak

8) Keadaan gawat janin


9) Persalinan dengan induksi

3) 10)Hamil dengan anemia berat

4) 11)Dugaan kesempitan panggul (Ujiningtyas, 2009). Keuntungan dan kerugian


pelaksanaan partograf

1) Keuntungan

a) Tersedia cukup waktu untuk melakukan rujukan (4 jam) setelah perjalanan persalinan
melewati garis waspada.
b) Di pusat pelayanan kesehatan cukup waktu untuk melakukan tindakan.

c) Mengurangi infeksi karena pemeriksaan dalam yang terbatas 2) Kerugian Kemungkinan


terlalu cepat lakukan rujukan, yang sebenarnya dapat dilakukan di tempat (Ujiningtyas,
2009).

22
BBL

Metode kehilangan panas pada BBL

Tabel imunisasi dasar

23
Tabel Jadwal DDTK

KEGAWATDARURATAN DI MASA KEHAMILAN


A. Kegawatdaruratan kehamilan muda
ABORTUS
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsisebelum janin dapat hidup diluar, tanpa
mempersoalkan sebabnya sebelum usia kehamilan mencapai 22 mg atau berat janin < 500 gram.
Angka kejadian abortus 80 terjadi pada TM 1. Adapun penyebab aboatus antara lain
a. Faktor janin: yang paling sering ditemui adalah 50% karena kelainan kromosom

b. Faktor maternal: factor maternal yang berperan adalah umur ibu, infeksi pada ibu,
penyakit vaskuler seperti hipertensi, penyakit jantung, kelaianan endokrin
(progesterone kurang, disfungsi tiroid, defisiensi insulin.
c. Kelianan imunologi

d. Kelainan uterus seperti hypoplasia uterus, mioma, serviks incompeten

24
e. Psikosomatik

f. Faktor eksternal bisa karane rasiasi, zat kimia, obat-obatan


Adapun macam-macam abortus adalah sebagi berkut:

ABORTUS IMINENS

Adalah abortus yang sedang berlangsung atau mengancam/treated abortion/ miscaririage


di diagnosa bila terjadi pada usia < 20 minggu dan terjadi pengeluaran darah pervagina.
Perdarahan dapat berlanjut selama beberapa hari/berulang, dapat juga disertai dengan nyeri
perut bagian bawah atau nyeri punggung bawah seperti saatmenstruasi.
Dasar diagnosis aboartus iminens

1. Anamnesa : Perdarahandari jalan lahir (biasnay sedikit) tidak ada nyeri perut atau
ringan
2. Periksa dalam : ostium uteri tertutup, dan ukiran uterus sesuai umur kehamilan

3. Pemeriksana penunjang: Gambaran USG masih utuh dan terdapat tanda kehidupan
janin/embrio.

Penetalaksanaan yang dapat dilalukan adalah:

1. Pertahankam kehamilan

2. Ibu diminta tirah baring dan tidak melakukan aktifitas seksual sampai gejala
perdarahan hilang atau selama 3x 24 jam
3. Tidak perlu pengobatan khusus

25
4. Jika perdarahan berhenti pantau kondisi ibu selanjutnya

5. Bila perdarahan tidak berhenti nilai kondisi janin dengan USG, nilai adanya penyebab
lain.

ABORTUS INSIPIENS

Abortus insipiens adalah abortus yang sedang berlangsung (inevitable abortion).


Terjadi pada usia < 20 minggu mengalami perdarahan banyak, terkadang disertai gumplan
darah dan nyeri karena konytraksi uterus dan terdapat dilatasi serviks. Biasanya jani sudah
meninggal sehingga upaya mempertahankan kehamilan pada keadaan ini merupakan
kontradiksi.

Dasar diagnose klinis

1. Anamnesis : Perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri/kontraksi Rahim

2. Pemeriksana dalam : ostium uteri terbuka, hasil konsepsi masih terdapat di dalam
Rahim, ketuban teraba utuh

Penataksanaan

1. Lakukan koseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak nyaman
selama tindakan evakuasi, serat memebrikan informasi mengenai kontrasepsi pasac
keguguran
2. Bila perdarahn tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan

3. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu dan disertai perdarahan tangani dnegan
pengosoangn uetris melalui tindakan kuretas
4. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu berikan infus oksitosin 10 IUdalam dektrose 5%
500 ml dimulai 8 tetes permenit dan dinaikan sampai terjadi abortus komplit
5. Bila janin sudah lahir dan plasenta masih tertinggal lakukan manual plasenta

6. Pemberian uterotonika pasca evakuasi

7. Pemberian antibiotic selama 3 hari

ABORTUS INKOMPLIT

Abortus inkomplit (incomplete abortion /miscarriage) di diagnose bila hasil konsepsi


telah lahir atau berada di vagian tetapi sebagin masih tertinggal, bias any jaringan plasenta.

26
Perdarahan biasanya terus berlangsung dapat banyak dan membahayakn ibu. Ostium uteri
terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang di anggap sebagai benda asing (corpus
allienum) sehingga uterus akan berusaha mengeluarkan dengan berkontraski sehingga ibu
merasa nyeri tetapi tidak sehebt pada abortus insipiens.
Dasar diagnose klinis
1. Anamnesis: perdarahan dari jalan lahir, biasanya banyak, disertai nyeri/kontraksi
Rahim, bila [erdarahan banyak ibu bisa mengalami syok
2. Pemeriksaan dalam: Ostium uteri terbuka dan sisi jaringan hasil konsepsi dapat teraba
Penatalaksanaan
1. Lakukan konseling

2. Perbaikan keadaan umum

3. Bila terjadi syok berikan cairan infus Nacl Fisiologis atau RL dna bila Hb < 8gr.dl berikan
trasnfusi
4. Evakuasi hasil konsepsi baik dengan metode digital atau kuretasi

5. Pemberian uterotonika

6. Pemberian antibiotic selama 3 hari

ABORTUS KOMPLIT

Abortus komplit (complete abortion/miscarriage) Bila hasil konsepsi lahir lengkap dan
kuretase tidak perlu dilakukan. Pada kasus abortus komplit jaringan yang lahir harus
diperiksa kelengkapanya untuk membedakan dengan kelaianna tropoblas ( mola hidatosa).
Pada perdarahan komplit perdarahan segera berkurang setelah isi Rahim dikeluarkan dan
berhenti total selambat-lambatnya setelah 10 hari, karena pada masa ini luka Rahim telah
sembuh dan epitelisasi telah selesai. Serviks juga segera menutup kembali.
Penatalaksanaan

1. Tidak perlu dilakukan evakuasi

2. Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan menawarkan


kontrasepsi pasca keguguran
3. Observasi keadaan ibu

4. Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu.


Tabel 1. Macam-macam abortus

27
Diagnosis Perdarahan Nyeri perut Uterus Setviks Gejala khas
Abortus Sedikit Sedang sesuai usia Tertutup Tidak ada
imines gestasi ekspulsi
jaringan
konsepsi
Abortus Sedang- Sedang- Sesuai usia Terbuka Tidak ada
insipiens banyak hebat kehamilan ekspulsi
jaringan
konsepsi
Abortus Sedang- Sedang- Sesuai usia Terbuka Ekspulsi
inkomplit banyak hebat kehamilan jaringan
konsepsi
Abortus sedikit Tanpa/sedikit Lebih kecil Terbuka/tertutup Eksplsi seluruh
komplit dari usia jaringan
gestasi konsepsi

ABORTUS HABITUALIS

Abortus habitualis terjadi bila aboartus spontan berulang sebanyak 3 kali berturut-
turut atau lebih (habitual abortion, recurrent miscarriage, recuirrent pregnancy loss). Lebih
sering terjadi pada primi tua. Penyebab abortus habitualis anatara lain kelainan genetic
(kromosal), kelainan hormonal atau imunologik, kelainan anatomis. Adapaun
penetalksanaan yang dilakukan bergantung pada etiologi, misal pada kelainana anatomi
servik inkompeten dapat dilakukan shirodkar.
Table 1 Macam-macam abortus

Gambar 1 Abortus

28
MOLA HIATIDOSA

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal yang disebabkan oleh kelainan villi
khorionik yang mengalami perubahan hidrofik. Manifestasi klinik
1. Perdarahan pervagian berupa bercakhingga berjumlah banyak

2. Mual dan muntah hebat

3. Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan

4. Nyeri perut

5. Serviks terbuka

6. Keluar jaringan seperti anggur Diagnosis


1. Anamnesa: perdarahan pervagina, hiperemesia gravidarum, gejala emboli paru

2. Pemeriksaan fisik: uterus lebih besar dari umur kehamilan, kista lutein, balotemen
negative, denyut jantung negative.
Penatalaksaan

1. Perbaikan keadaan umum

2. Curetas untuk mengeluarkan jaringan mola, lakukan curetase ke dua bila TFU lebih 20
minggu sedudah hari ke 7
3. Pemeriksaan ginekologi, radiologi dan kadar beta hCG lanjutan untuk deteksi dini
keganasan. Terjadinay proses keganasan bisa berlangsung anatara 7 hari- 3 tahun
pasca mola.

KEHAMILAN EKTOPIK

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi diluar Rahim (uterus). Kehmailan ektopik
dapat berupa kehamilan tuba, kehamilan ovarial, kehamilan servikal, kehamilan intraabdominal.
Apabila terjadi rupture di lokasi implantasi kehamilan, maka akan terjadi keadaan perdarahan
massif dan nyeri abdomen dan nyeri abdomen akut yang disbut kehamilan ektopik terganggu.
Manifestasi klinis

1. Amenorea

2. Gejala kehamilan muda


3. Nyeri perut bagian bawah

4. Perdarahan vagian berwarna coklat tua

5. Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila servik digerakan , neyri pada

29
perabaan, dan kavum douglasi menonjol karean ada bekuan darah.
Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan laboratot=rium: kadar Hb, leukosit, tes kehamilan bila baru


terganggu
2. Dilatasi curetase

3. Kuldosintesis

4. USG

5. Laprasokopi, laporostomi
Diagnosis
Penegakan diagnosis pada kehamilan ektopik belum terganggu sulit sehingga perlu
pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosa. Peengakan pada kehamilan ektopik
terganggu melalui:
1. Anamnesis: amenorea dan kadang terdapat tanda kehamilan muda, nyeri perut
bagian bawah, perdarahan pervaginam setelah nyeri perut bagian bawah.
2. Pemeriksaan umum: Penderita tampak kesakitan dan pucat, dapat terjadisyok
karena perdarahan dalam rongga perut.
3. Pemeriksaan gynekologi: Ditemukan tanda kehamilan muda, nyeri saat servik di
goyangkan, kavum douglasi menonol berisi darah dan nyeri bila di raba
4. Pemerksaan labiratorium: hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel
darah merah meningkat.
Penatalaksanaan

1. Restorasi cairan tubuh dengan cairan krsitaloid Nacl 0.9% atau RL

2. Rujuk ke RS

3. Laporotomi

B. Kegawatdaruratan Kehamilan lanjut


Solusio Plasenta
Terlepasnya plasenta dari tempat implantasi sebelum waktunya. Normalnya plasenta
lahir setelah bayi lahir. Solusio plasenta adalah lepasnya sebagian atau seluruh plasenta yang
terimplantasi normal diatas 22 minggu dan sebelum lahirnya anak. Perdarahan pada solusio
plasenta mencari jalan keluar anatar selaput janin dan dinding Rahim yang akhirnya keluar
dari serviks sehingga terjadi perdarahan keluar. Tetapi juga terdapat perdarahan yang
berkumpul dibelakang plasenta membentuk hematom retro plasenta, perdarahan seperti
30
ini disebut perdarahan tersembunyi. Pada kasus perdarahan tersembunyi menimbulkan
tanda yang lebih khusus karena seluruh perdarahan tertahan di dalam dan menambah
volume uterus. Adapun kejadian solusiso plasenta di dengan perdarahan di desidua basalis
yang menyebabkan hematom desidua yang mengangkat lapisan-lapisan di atasnya. Adapun
perbedaan perdarahan pada solusio plasenta sebagi berikut:
Table 2. Perdarahan solusio plasenta

Perdarahan keluar (relealed Perdarahan tersembunyi (Concealed


hemorrhage)
hemorarrhage)
 Biasanya plasenta terlepas inkomplet  Pelepasan plasenta biasanya komplit
 Jarang disertai pre eklamsia  Sering disertai pre eklamsia
 Merupakan 80% perdarahan pada  Merupakan 20% dari perdarahan pada
soluiso plasenta solusio lasenta
Manifestasi Klinis

1. Anamnesis: Perdarahan biasanya pada TM 3, perdarahan pervagina berwarna kehitaman,


nyeri perut, uterus tegang, perdarahan pervaginam banyak, syok dan kematian janin intra
uterin
2. Pemeriksaan fisik: tanda vital dapat normal ampai menunjukan tanda syok

3. Pemeriksaan obstetric: nyeri tekan uterus dan tegang, bagian janin sukar dinilai, denyut
jantung sukar dinilai atau tidak ada, air ketuban bercampur darah.
Faktor penyebab yang di duga menjadi penyebab solusio plasenta

1. Hipertensi kronik

2. Pre eklamsia

3. Tali pusat pendek


4. Trauma

5. Gizi

6. Usia lanjut

7. Multiparitas

8. Merokok, konsusmsi alkhohol


Diagnosis
1. Solusio plasenta ringan: rupture pada sinus marginalis atau terlepasnya sebgaian kecil
plasenta yang tidak berdarah banyak dan menyebabkan perdarahan pervagina
berwarna kehitaman atau sedikit. Peruta agak tegang dan bagian janin masih bisa
31
diraba.
2. Solusio plasenta sedang: Plasenta terlepas lebih dari seperempat. Tanda dan gejalan
dapat timbul perlahan atau mendadadk dengan gejala sakit perut terus-menerus dan
terjadi perdarahan pervagina. Dinding uterus teraba tegang terus menerus dan nyeri
tekan sehingga bagian-bagian janin sulit di raba.
3. Solusio plasenta berat:Plasenta terlepas lebih dari dua pertiga permukaanya. Terjadi
syok dan bayi meninggal. Uterus snagta tegang seperti papan dan sangat nyeri. Terjadi
kelaianan pembekuan darah.
Penatalaksanaan

1. Bila syok

- Infus cairan

- Berikan )2

- Rujuk ke RS

- Atasi syok

- Bila janin hidup lakukan SC

- Bila janin mati pembukan < 6 lakukan SC; bila pembukaan > 6 cm pecahkam
ketuban dan infusoksitosin

-
2. Bila tidak syok

- Infus cairan

- Bila janin hidup SC


- Bila janin mati pecahkan keruban, infusoksitosin, partus pervagina dalm 6 jam
(plasenta yang terlepas semakin meluas, perdarahan bertambah)
PLASENTA PREVIA

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi seluruh
atau sebagian ostium uteri internum. Plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapt menutupi seluruh atau sebagian jalan lahir.
Manifestasi Klinis

1. Anamnesis: Perdarahan jalan lahir berwarna merah segar tanpa rasa nyeri, tanpa sebab,
terutama pada multigravida pada kehamilan, stelah 20 mg.
2. Pemeriksaan fisik: pada pemeriksaan luar bagian terbawah janin belum masuk pintu
atas panggul
32
3. Pemeriksaan inspekulo: perdarahan berasal dari ostium uteri ekterna.
Diagnosis:
Berdasarkan derajat abnormalitas , plasenta previa di bagi mejadi:

1. Plasenta previs totalis: Ostium internum serviks tertutup sama seklai

2. Plasenta previa parsialis: Ostium internum serviks tertutup sebagian jaringan plasenta

3. Plasenta previa marginalis: tepi plasenta terletak pada bagian pinggir Ostium internum
servik
4. Plasenta letak rendah: Implantasi plasenta terletak pada sekmen bawah uterus hingga
letak tepi plasenta sangat dekat dengan Ostium internum.
Penatalaksanaan

1. Bila ad syok, atasi syok

2. Rujuk ke RS

3. Bila kehamilan aterm bila plasenta previa lakukan SC; bila plasenta letak rendah bisa
partus pervagina
4. Bila kehamilan belum aterm Konservatif, rawat, kortikosteroid untuk pematangan
paru-paru janin
5. Bila perdarahan ulang dan banyak lakukan sc.

Tabel 3: perbedaan solusio plasenta dan plasenta previa

Solusi plasenta Plasenta previa


Perdarahan  Disertai nyeri  Tanpa nyeri
 Segera di susul partus  Berulang sebelum partus
 Keluar hanya sedikit  Keluar banyak
 Drah berwarna kehitaman  Darah merah segar
Palpasi Bagian anak sukar ditentukan Bagian terendah janin masih
tinggi
Bunyi jantung anak Biasanya tidak ada Biasanya jelas
Pemeriksaan dalam  Tidak teraba plasenta Teraba jaringan plasenta
 Ketuban menonjol
Selaput ketuban Robek normal Robek marginal

33
PERSALINAN PREMATUR

Persalinan premature adalah persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 37


minggu. Faktor predisposisi atau risiko terhadap persalinan premature adalah hipertensi,
usia ibu, solusio plasenta, plasenta previa, ketuban pecah dini, servik incompetens, riwayat
persalinan preterm sebelumnya, kehamilan ganda.
Manifestasi klinis

1. Kontraksi uterus yang terautur minimal 2 kali dalm 10 menit

2. Pada fase aktif, intensitas dan frekuensi kontraksi meningkat saat pasien melakukan
aktifitas
3. Menanyakan yang termasuk dalam factor risiko

4. Usia kehamilan kurang dari 37 inggu

5. Tbj sesuai dengan UK

6. Presentasi janin abnormal sering ditemukan pada persalinan preterm


Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap

2. Urinalisis

3. USG untuk melihat TBJ, posisi janin dan letak plasenta

Penatalaksanaan

1. Tata laksana umum

Tata laksana umum mencakup pemberian tokolitik, kortikosteroid dan antibioticprofilaksis.


2. Tata laksana khusus

a. Tidak perlu tokolitik bila :

 Usia kehamilan UK < 24 minggu dan diatas 34 minggu

 Pembukaan > 3 cm

 Ada tanda korioamnionitis, pre eklamsia atau perdarahan aktif

 Ada gawat janin

 Terdapat kalianan konginteal atau janin meninggal.


b. Terapi konservatif, dengan memberikan tokolitik, kortikosteroid dan atibiotik bila:
34
 Usia kehamilan 24-34 minggu

 Dilatasi servik < 3 cm

 Tidak ada tanda korioamnionitis, pre eklamsia atau perdarahan aktif

 Tidak ada gawat janin

c. Tokolitik hanya diberikan pada 48 jam pertama utuk memberikan kesempatan


pemberian kortikosteroid. Adapun obat tokolitik yang dapat digunakan adalah:
Nifedipin 3x 10 mg peroral

d. Berikaan kortikosteroid untuk pematangan paru janin. Obat pilihanya:

 Deksametason 6 mg IM setiap 12 jam sebanyak 4 kali ATAU

 Betametason 12 mg IM setiap 24 jam sebnayak 2 kali

e. Antibiotik profilaksis diberikan sampai bayi lahir. Pilihan antibiotic yang rutin
diberikan untuk persalinan pre term adalah:
 Ampisilin 2 gr IV setiap 6 jam atau

 Klindamicin 3x300 mg PO

PERSALINAN POSTMATUR/ KEHAMILAN LEWAT WAKTU

Persalinan Postmatur/ Kehamilan Lewat waktu adalah kehamilan yang melewati usia
kehamilan 42 minggu (294 hari). Diagnosa usia kehamilan lebih dari 42 minggu didapatkan dari
perhitungan usia kehamialn terhitung sejak hari pertama haid terakhir. Manifestasi klinik
1. Keadaan klinis yang dapat ditemukan adalah gerakan janin yang jarang, secara
objektif kurang dari 7 kali/20 menit atau secara objektif dengan CTG kurang dari 10
kali/20 menit
2. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi:

a. Stadium I: kulit kehilangan vernik kaseosa dan terjadi maserasi sehingga kulit
kering, rapuh dan mudah mengelupas
b. Stadium II: Seperti stadium 1 disertai pewranaan meconium (kehijauan) di kulit

c. Stadium III: Seperti stadium 1 disertai pewranaan kekuningan pada kuku, kulit
dan talipusat
Pemeriksaan penunjang

1. USG untuk memastikan usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas plasenta

35
2. CTG untuk emnilai ada atau tidaknya gawat janin

Penatalaksanaan: bila keadaan janin baik tunda pengakiran kehamilan selama 1 minggu dengan
menilai gerakan janin dan bial kondisi, Induksi persalinan.

PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA

Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan terjadi pada kehamilan lebih
dari 20 minggu. Merupakan slah satu penyebab utama kematian ibu. Adapun klasifikasi dapat
dibeagi menjadi sebgai berikut:
1. Hipertensi dalam kehamilan

Tekanan darah > 140/90 mmHg untuk pertama kalinya selama kehamilan, tidak
terdapat protein uria, tekanan darah kembali normal dalam waktu 12 minggu pasca
persalinan
2. Preeklamsia ringan

Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu, protein uria ≥ 1+
pada pengukuran dengan dipstick urine atau kadar protein total ≥ 300 mg/24 jam
3. Preekalmsia berat

Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau tekanan darah diastolic ≥110 mmHg. Kadar
protein dalam kencing ≥ ++ pada pengukuran dipstick urine atau kadar protein total
sebesar 2 gr/24 jam. Kadar kreatinin darah melebihi 1,2 mg/dL kecuali telah diketahui
meningkat sebelumnya. Tanda gejala tambahan lainnya dapat berupa keluhan
subyektif berupa nyeri kepala, nyeri uluhati, dan mata kabur. Ditemukannya
proteinuria ≥ 3 gram, jumlah produksi urine ≤ 500 cc/24 jam (oliguria), terdapat
peningkatan kadar asam urat darah, peningkatan kadar BUN dan kreatinin serum
serta terjadinya sindroma HELLP yang ditandai dengan terjadinya hemolisis ditandai
dengan adanya icterus, hitung trombosit ≤ 100.000, serta peningkatan SGOT dan SGPT
4. Preeklamsia super impos ditegakkan apabila protein awitan baru ≥ 300 mg/24 jam
pada ibu penderita darah tinggi tetapi tidak terdapat protein uria pada usia
kehamilan sebelum 20 minggu.
5. hipertensi kronis ditegakkan apabila hipertensi telah ada sebelum kehamilan atau
yang didiagnosis sebelum usia kehamilan 20 minggu, atau hipertensi pertama kali
didiagnosis setelah usia kehamilan 20 minggu dan terus bertahan setelah 12 minggu
pasca persalinan.
Metode Skrining pre eklamsia/eklamsia

1. Anamnesa
36
Anamnesa factor risiko preeklamsia meliputi:

a. Usia ibu: Primigravida dengan usia dibawah 20 tahun dan semua ibu dengan usia
diatas 35 tahun dianggap lebih rentan untuk mengalami preeklamsia/eklamsia.
b. Ras

c. Metode kehamilan: Kehamilan yang tidak terjadi secara alamiah (inseminasi dan
sebagainya) berisiko 2 kali lipat untuk terjadinya preeklamsia.
d. Merokok selam hamil
e. Riwayat penyakit dahulu (Hipertensi, preeklamsia pada kehamilan terdahulu,
penyakit Ginjal, penyakit Autoimun, Diabetes Mellitus, Metabolik sindrom, Obesitas
dll).
f. Riwayat penyakit keluaraga

g. Paritas: Primigravida memiliki insidensi hipertensi hampir 2 kali lipat dibandingkan


multigravida
h. Kehamilan sebelumnya: Kehamilan dengan riwayat preeklamsi sebelumnya berisiko
mengalami preeklamsia kembali pada kehamilan sekarang
2. Pemeriksaan tekanan darah

Pengukuran tekanan darah saat ANC digunakan iuntuk memantau kenaiakn tekanan darah.
Hipertensi didefinisikan sebagai hasil pengukuran sistolik menetap (selama setidaknya 4 jam)
>140–150 mmHg, atau diastolic 90–100 mmHg. Pengukuran tekanan darah bersifat sensitif
terhadap posisi tubuh ibu hamil sehingga posisi harus seragam, terutama posisi duduk, pada
lengan kiri setiap kali pengukuran. Apabila tekanan darah
≥160/100 maka kita dapat menetapkan hipertensi. Pengukuran tekanan darah dapat berupa
tekanan darah Sistolik, Tekanan Darah Diastolik dan MAP (Mean Arterial Pressure). Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa MAP trimester 2 >90 mmHg berisiko
3.5 kali untuk terjadinya preeklamsia, dan tekanan darah diastole >75 mmHg pada usia
kehamilan 13–20 minggu berisiko 2.8 kali untuk terjadinya preeklamsia. MAP merupakan
prediktor yang lebih baik daripada tekanan darah sistol, diastol, atau peningkatan tekanan
darah, pada trimester pertama dan kedua kehamilan.
3. USG Dopler

Pada pasien Preeklamsia terdapat perubahan patofisiologis yaitu:

a. Gangguan implantasi tropoblast

b. Perfusi uteroplacenta yang berkurang dan mengarah ke disfungsi endotel yang


menyebabkan edema, protein uria dan hemokonsentrasi; vasospasme yang

37
menyebabkan hipertensi, oliguria, iskemia organ, solusio placenta dan terjadinya
kejang-kejang; aktifasi koagulasi yang menyebabkan trombositopenia; dan pelepasan
zat molekul berbahaya (sitokin dan lipid peroksidase) yang menyebabkan penurunan
perfusi uteriplacenta lebih lanjut dan pelepasan molekul vasoaktif seperti
prostaglandin, nitritoksida, dan endotelin, yang seluruhnya menurunkan perfusi
uetroplacenta.
c. Aliran uteroplacenta bertahanan tinggi

Akibat patofisiologis diatas, terdapat tiga lesi patologis utama yang terutama berkaita
dengan preeklamsia dan eklamsi yaitu:
1. Perdarahan dan nekrosis dibanyak organ, sekunder terhadap konstriksi kapiler

2. Endoteliosis kapiler glomerular

3. Tidak adanya dilatasi arteri spiral

4. Serum Biomarker Penatalaksanaan pre eklamsia


a. Antikonvulsan

Pemberian magnesium sulfat (MgSO4) merupakan pikihan untuk mencegah dan mengatasi
kejang. Sebelum pemberian MgSO4 periksa frekuesi pernafasan > 16x/menit, refllek patella (+),
urin minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir. Hentikan pemberian MgSO4 bila frekuemsi nafas <
16x/menit. Reflek patella (-) dan urin < 30ml/jam. Siapkan antidotum jika terjadi henti nafas,
berikan ventilasi, kalsium glukonat 1 g (20 ml dalam larutan 10%) perlahan-lahan sampai
pernafasan mulai kembali.
b. Penanganan umum

Jika tekanan diastolic tetap lebih 110mmHg, berikan obat antihipertensi sampai tekanan diastolic
diantara 90-100 mmHg
Pasang infus dengan jarum besar

INTRA UTERI GROWTH RETALDATION

Merupakan bayi dengan berat berat yang kurang dari normal (kecil). Namun perlu
diketahui, bahwa tidak semua bayi yang lahir kecil itu tidak normal hal ini disebabkan karena
factor keturunan dan keluarga yang memang juga kecil.
Penyebab IUGR:
 Gangguan penyaluran oksigen dan nutrisi ke bayi dalam Rahim
 Kurangnya nutrisi dalam rahim membuat pertumbuhan bayi terganggu sehingga menjadi
berat bayi menjadi lebih kecil dari norma
 Penyebab utama adalah gangguan plasenta (ari-ari), dimana fungsi plasenta tida berjalan
38
dengan baik untuk menyalurkan nutrisi ke bayi
Masalah bayi yang dilahirkan dengan IUGR:
 Pada bayi kecil dan prematur, risiko kematian tinggi, risiko perawatan di NICU tinggi dan
lama
 Problem dengan menyusui dan makan bayi
 Problem bayi untuk mengatur suhu tubuhnya, mudah kedinginan (hipothermia)
 Kadar gula darah cenderung rendah
 Risiko infeksi tinggi
 Risiko gangguan saraf cukup tinggi
 Efek jangka panjang bayi IUGR saat dewasa cenderung berisiko terkena penyakit jantung
dan metabolik (kencing manis dll).
Polihidramnion

Polihidramnion (hidramnion) adalah kondisi ketika jumlah cairan amnion berlebihan/


melebihi 2000 ml. Sampai saat ini penyebab hidramnio belum diketahui, pada banyak kasus
hidramnion berhubungan dengan kelaianan malformasi janin, khususnya kelaianan sistem syaraf
pusat dan traktus gastrointestinal. Secara teori hidramnion bisa karena:
a. Produksi air ketuban bertambah

b. Pengaliran air ketuban terganggu

c. Pada kasus atresia esophagus air ketuban yang seharusnya dikeluarkan dan diganti yang
baru dengan cara ditelan janin, di absorbs oleh usus kemudaian dialirkan ke plasenta untuk
akhirnya masuk peredaran darah ibu tdk adapat dilakukan.
Tanda dan gejala polihidramnion:

a. Pembesaran uterus, lingkar abdomen dan tinggifundus uteri jauh melebihi ukuran perkiraan
usia kehamilan.
b. Dinding uterus tegang, sehingga auskultasi DJJ sulit/tidak terdengar saat palpasi bagian kecil
dan besar tubuh janin sulit ditenatukan
c. Letak janin berubah

d. Dapat menyebabkan dyspnea, udema vulva dan ekstrimitas bawah


Dampak Polihidarmnion:
a. Persalinan preterm

b. Malpresentasi janin
c. Absrupsio plasenta

d. Prolaps tali pusat

39
e. Disfungsi uterus selam persalinan

f. Perdarahan pasca salin


Penatalaksanaan:
a. Hidramnion yang ringan tidak perlu dapat pengobatan khusus, konseling dengan diet
pantang garam.
b. Lakukan konsul ke spesialis, bial terdapat anomaly konginetal maka perlu diakukan
dukungan emosi
c. Bila telah memberikan gangguan mekanik, penderita harus dirujuk

OLIGOHIDRAMNION

Oligohidramnion adalah suatu keadaan ketika cairan amnion sangat sedikit. Kondisi ini biasanya
terjadinya akibat insufisiensi uteroplasenta. Gejala dan tanda oligohidramnion adalah sebagai
berikut:
a. ‘Molding” uterus mengelilingi janin
b. Janin dapat diraba dnegan mudah
c. Ballotemant negative
d. Pertambahan TFU berlangsung lambat
Penatalaksanaan:
Secara konservatif:
 Tirah baring
 Pemberian cukup cairan
 Asupan nutris yangs eimbang
 Pemantauan kesejahteraan janin (menghitung gerakan janin, NST, DJJ)
 Pengukuran volume cairan amnion dengan USG secara teratur

SYOK DALAM KEBIDANAN

Syok adalah suatu kondisi dimana terjadi kegagalan pada sistem sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ2 vital. Curigai atau antisipasi syok jika
terdapat satu atau lebih kondidis berikut:
1. Perdarahan pada awal kehamilan (seperti abortus, kehamilan ektopik atau mola)

2. Perdarahan pada kehamilan lanjutatau pada saat persalinan (plasenta previa, solusio
plasenta, rupture uteri)
3. Infeksi seperti pada abortus tidak aman, amnionitis, metritis

4. Trauma (seperti perlukaan uterus , rupture, abortus, robekan jalan lahir)


40
Tanda dan gejala

Diagnosis syok jika ada tanda dan gejala :

1. Nadi cepat dan lemah (> 100 x/menit)

2. Tekanan darah yang rendah (sistolik < 90 mmhg)

3. Kesadaran penderita menurun, berkeringat, gelisah, tidak sadar

4. Kulit teraba dingin, lembab dan pucat

5. Nafas dangkal dan kadang tidak teratur > 30kali/menit

6. Jumlah urin < 30 ml/jam


Jenis dan klasifikasi syok
1. Syok hemoragik

Adalah syok yang disebbakan oleh perdarahan yang banyak. Bisa terjadi pada kasus perdarahan
pada kehamilan muda, khamilan lanjut, dan perdarahan pasca persalinan seperti atonia uteri
dan laserasi jalan lahir.
2. Syok Neurogenik

Syok yang terjadi karena rasa sakit yan berat dapat disebbakan oleh karena kehamilan ektopik
yang terganggu, solusio plasenta, persalinan dengan forcep, rupture uteri dll.
3. Syok Kardiogenik

Syok yang terjadi karena kontraksi otot jantungyang tidak efektif yang disebabkan oleh infark
otot jantung dan kegagalan jantung. Sering dijumpai pada penyakit-penyakit katupjantung.
4. Syok toksik

Merupakan suatu gangguan menyeluruh pembuluh darah disebabkan oleh lepasnya toksin.
Penyebab utama adalah infeksi bakteri gram nagatif. Sering dijumpai pada abortus septic,
korioamnionitis, dan infeksi pascapersalinan
5. Syok anafilatik

Syok yang sering terjadi akibat alergi/hipersensitif terhadap obat-obatan. Penyebab syok yang
lain seperti emboli air ketuban, udara atau thrombus, komplikasi anastesi dan kombinasi seperti
pada abortus inkompletus (hemoragik dan ensotoksin) dan kehamilan ektopik terganggu dan
rupture uteri (hemoragik dan neurogenik).
Penatalaksanaan

Penatalaksaan utama dalam menangani kegawatdaruratan adalah dengan memperhatiana ABC


yaitu menjaga fungsi saluran nafas (Airway), pernafasan (Breathing) dan sirkulasi darah

41
(Circulation). Adapau penanganan syok adalah sebgai berikut:
1. Prinsip dasar, bertujuan untuk malkaukan penanganan awal dan khusus:

a. Menstabilkan kondisi pasien

b. Memperbaikai volume cairan sirkulasi darah

c. Mengefieisnkan sistem sirkulasi darah

d. Cari penyebab syok

2. Tata laksana umum

a. Cari bantuan

b. Pemeriksaan cepat dan pastikan jalan nafas bebas

c. Panatau tanda vital (Nadi, tekanan darah, pernafasan dan suhu)

d. Baringkan ibu miring untuk meminimalisisr risiko aspirasi bila ibu muntah

e. Hangatkan ibu

f. Naikan kaki untuk menambah jumlah darah yang kembali ke jantung

g. Pasasng infus (2 jalur bila memungkinkan0

h. Berikan caiaran kristaloid (NaCl 0.9% arau RL) 1 liter habis dalam 15-20 menit;
dilanjutkan berikan cairan pemberian cairan sampai 2 liter pada 1 jam pertama
i. Pasang katetr urin

j. Pantau tanda vital dan kondisi ibu tiap 15 menit

k. Tanda bahwa kondisi ibu stabil atau ada perbaikan:

- Tekanan darah sistolik > 100 mmHg

- Denyut nadi < 90x/menit

- Produksi urin > 30 ml/jam

- Status mental membaim (gelisah berkurang)


3. Tata laksana khusus

a. Syok hemoragik

- Ambil langkah berurutan untuk menghentikan perdarahan (oksitosin, masase


uterus, kompresi bimanual, perispan tindakan pembedahan)

42
- Tranfusi segera bila Hb < 8gr%

- Nilai ulang keadaan ibu dalam 20-30 menit setelah pemberian cairan, nilai ulang
untuk melihat tanda-tanda perbaikan.
b. Syok septik

- Ambils ampel darah, urin, pus/nanah untuk kultru mikroba

- Berikan kombinasi antibiotic untuk mengobati infeksi aerobd an anaerob dan


diteruskan sampai ibu bebas demam selama 48 jam
 Ampisilin 2g IV setiap 6 jam Ditambah

 Gentamsian 5mg/

- Nilai ulang keadaan ibu untuk menilao tanda perbaikan

c. Syok anafilatik

syok yang sering terjadi akibat alergi/hipersensitif terhadap obat-obatan. Penyebab


syok yang lain seperti emboli air ketuban, udara atau thrombus, komplikasi anastesi
dan kombinasi seperti pada abortus inkompletus (hemoragik dan ensotoksin) dan
kehamilan ektopik terganggu dan rupture uteri (hemoragik dan neurogenik).

KEGAWATDARURATAN MASA PERSALINAN

KONSEP DASAR DISTOCIA

1. Distocia Kelaianna tenaga atau His


a. His hipotonik
Keliana pada kontraksi uterus lebih singakt dan jarang daripada biasanya atau disebut inersia
uteri primer. Bila muncul setelah berlangsungnya his kuat untuk waktu yang lamadinakan dengan
inersia uteri sekunder.
Penanaganan yang dilakukan adalah memeriksa keadaan servik, presentasi serta posisi janin,
turunya kepala janin dalam panggul dankeadana panggul. Memperbaiki keadaan umum pasien ,
kosongkan kandung kemih. Berikan oksitosin 5 IU dalam larutan glukosa 5% dan diberikan secara
IV.
b. His Hipertonik
His normal, tonus otot diluar his biasa kelainanya terletak pada kekuatan his. Bahaya partus
presipitatus terjadi perlukaan lahir khususnya servik uteri, vagina dan perineum. Sedangkan
pada bayi dapat mengalami perdarahan dalam tengkorak. Penanganan pada partus presipitatus

43
tidak banyak yang dilakukan karena biasanya bayi sudah lahir sebelaum ada penolong. Biasanya
ibu yang pada persalinan dulu mengalami partus precipitatus akan berulang, oleh sebab itu ibu
perlu di rawat sebelum persalinan.
c. His yang tidak terkoordinasi
His berisfat berubah-ubah, tonus otot uterus meningkat diluar his dan kontraksinya tidak
berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi dan bagian2nya. Tidak
adanya koordinasi di antara kontraski bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak
efisien dan mengadakan pembukaan. Penanganan yang diberikan adalah diobati secara
simtomatis karena belum ada obat yang dapat memperbaiki kondisi fungsional antara bagian-
bagian uterus. Usaha yang dapatdilakukan adalah mengurangi tonus otot dan mengurangi
ketakutan penderita dapat dilakukan dengan pemberian anlgetik.
2. Distocia kelainan alat kandungan
a. Vulva
Kelainan yang dapat menyebabkan dystocia yaitu:
 Odema : Bisa timbul waktu hamil, biasanya sebagai gejala preeklamsi tetapi dapat
pula mempunyai sebab lain misal gangguan gizi. Pada persalinan lama pada penderita
di biarkan meneran terus , dapat timbul pada edem vulva.
 Stenosis pada vulva: Biasanya terjadi sebagai akibat dari perlukaan dan radang, yang
menyebabkan ulkus yangs embuh dengan parut yang dapat menimbulkan kesulitan.
Walaupun dapat diatasi dengan ,melalukan episiotomy cukup luas.
 Tumor: Tumor dalam bentuk neoplasma jarang ditemukan di vulva, lebih sering
terdapat kondiloma akuminta, kista, abses glandula bartolini.
b. Vagina
Septum vagina lebih sering terjadi. Septum vagina lengkap biasnaya tidak menimbulkan dystocia
kareana bagian vagina yang satu umumnya cukup lebar, baik untuk koitus, maupun untuk
lahirnya janin. Selain septum terdapat juga tumor vagina yang dapat
menyebabkan risiko, tergantung jenos dan besarnya tumor, perludipertimbangkan apakah
perslainan dapat berlangsung pervaginaatau harus diselesaikn secara SC.
c. Uterus/servik
 Servik uteri
Kondisi dimana struktur servik abnormal yang disebabkan karena kelainan konginetal
atau di dapat. Kelainan konginetal, jaringan parut, stenosis atau servik tidak
berkembang. Distocia karena kelaianna yang di dapat di sebabkan karena fibrosis dan
infeksi, pembedahan dan radiasi. Meskipun kontraksi uterus normal, swrvik tidak
membuka dan terasa kaku dank eras, oleh karena itu persalinan pervagina tidak dapat
dilakukan dan di anjurkan secara SC.
44
 Uterus
Distocia karena mioma uteri dpat terjadi apabila letak mioma utetri menghalangi
lahirnya janin pervagina, mioma uteri menyebabkan inersia uteri persalinan. Bila
miom merupakan halamgan bagi lahirnya janin pervagina maka perlu dilakukan SC.
3. Distocia kelainan letak janin
a. Bayi Besar
Bayi besar bareta badan lebih dari 4000 garam. Diagnosis dilakukan pemeriksaan yang teliti
adanya DKP (disporposicepalo pelvik) perlu dilakukan. Besarnya kepala janin dan tubuh janin
dapat di ukur menggunakan USG. Beberapa kasus pada panggul normal janindengan berat badan
kurang 4500 gram tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran terjadi karena dystocia
ahu yang dapat menyebabkan kesukaran kelahiran sehingga bayi dapat meninggal akibat
asfiksia.
b. Hydrocepahlus
Kepala yang sangat besar yang disebbakan akrena peningkatan jumlah cairan serebrospinal yang
meluas ke otak. Tulang krnaila lembut, fontanela besar dan sutura lebar. Keadaan ini
menyebabkan obstruksi persalinan jika tidak di diagnosis dengan sef=gera. Pada palpasi abdomen
kepala teraba besar di bagian atas pinggir terba abokong. Diagnosis di tetapkan dengan USG.,
radiografik dan pemeriksaan oervagina. Bila tidak segera di lakuka pertolongan, bahay rupture
uteri akan mengancam. Ruptur uteri pada hidrocepahlus dapat terjadi ssebelum pembukan
lengkap, karena tengkoran yang besar ikut meregangkan segman bawah Rahim.
c. Ancephalus
Ansephalus adalah kondisi diaman tulang tengkorak tidak ada dan hamper tidak ada
perkembangan otak. ], yang terbukadan tampak masa gelap dan merah.

PERSALINAN LETAK SUNGSANG


Persalinan letak sungsang merupakan perslinan pada bayi dengan presentasi bokong dimana
bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri sedag bokong
merupakan bagian terbawah di daerahpintu atas panggul atau simfisis.

45
Gambar 2 macam-macam letak sungsang

Pada leatk kepala, kepala yang merupakan bagian terbesar lahir terlebih dahulu, sedangkan
persalinan letak sungsang justru kepala yang merupakan bagian terbesar bayi akan lahir teakhir.
Persalinan kepala pada letak sungsang tidak mempunyai mekanisme meulage karenan susunan
tulang dasar kepala yang rapat dan padat, sehingga hanya mempunyai 8 mneit, setelah badan
bayi lahir. Keterbatasan waktu persalinan kepala dan tidak mempunyai mekanisme maulage
dapat menimbulkan kematian bayi yang besar.

Etiologi

1) Factor ibu
a) Keadaan janin
(a) Rahim arkuatis
(b) Septum pada Rahim
(c) Uterus dupleks
(d) Mioma bersama kehamilan
b) Keadaan plasenta
(a) Plasenta letak rendah
(b) Pelasenta previa
c) Keadaan jalan lahir
(a) Kesempitan panggul
(b) Deformitas tulang panggul
(c) Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala
2) Factor janin
(a) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
(b) Hidrosefalus atau anensefalus
(c) Kehamilan kembar
(d) Hidramnion atau oligohidramnion
(e) Prematuritas
Tanda dan gejala
1) Pemeriksaan abdominal
Letakanya memanjang, diatas panggul terasa massa lunak dan tidak terasa seperti
kepala, pada fundus uteri teraba kepala. Kepala lebih keras dan kebih bulat dari
bokong dan kadang-kadang dapat dipantulkan (ballotement)

2) Auskultasi

46
Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan sedikit lebih tinggi dari umbilicus.
Auskultasi denyut jantung janin daoat terdengar di atas umbilicus jika bokong janin
belum masuk pintu atas panggul. Apabila bokong sudah masuk pintu atas panggu, DJJ
biasanya terdengar di lokasi yang lebih rendah.

3) Pemeriksaan dalam
Teraba 3 tonjolan tulang yaitu tuber ossis ischia dan ujung os sacrum, pada bagian
diantara 3 tonjolan tulang tersebut dapat diraba anus, kadang-kadang pada
presentasi bokong murni sacrum tertarik ke bawah dan teraba oleh jari-jari
pemeriksa, sehingga dapat dikelirukan dengdan kepala oleh karena tulang yang
keras.

Penatalaksanaan Persalinan letak sungsang


a. Pada saat masuk kamar bersalin perlu dilakukan penilaian secara cepat dan cermat
mengenai : keadaan selaput ketuban, fase persalinan, kondisi janin serta keadaan
umum ibu.
b. Dilakukan pengamatan cermat pada DJJ dan kualitas his dan kemajuan persalinan.
c. Persiapan tenaga penolong persalinan dan asisten penolong

Pertolongan persalinan pervagina (spontan bracht) terdiri dari 3 tahapan:


1. Fase Lambat pertama
 Mulai dari lahirnya bokong sampai umbilicus
 Disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak perlu ditangani secara tergesa-
gesa mengingat tidak ada bahaya pada ibu dan anak yang mungkin terjadi.
2. Fase cepat
 Mulai lahirnya umbilikus sampai mulut.
 Pada fase ini, kepala janin masuk panggul sehingga terjadi oklusi pembuluh darah
talipusat antara kepala dengan tulang panggul sehingga sirkulasi uteroplasenta
terganggu.
 Disebut fase cepat oleh karena tahapan ini harus terselesaikan dalam 1-2 kali
kontraksi uterus (sekitar 8 menit).
3. Fase lambat kedua
 Mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala.
 Fase ini disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak boleh dilakukan secara
tergesa-gesa untuk menghidari dekompresi kepala yang terlampau cepat yang
dapat menyebabkan perdarahan intrakranial.
PARTUS LAMA
47
Partus lama merupakan fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau
lebih, bayi belum lahir. Dilatasi servisk di kanan garis waspada persalinan aktif. Partus lama adalah
persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primigravisa dan lebih dari 18 jam pada
multigravida.

Etiologi

1) His inadekuat
2) Faktor janin (mal presentasi, mak posisi, janin besar)
3) Factor jalan lahir (panggul sempit, kelainan seviks, vagina, tumor) Factor lain
(predisposisi) : paritas dan interval kelahiran dan ketuban pecah dini
Tabel 4 Diagnosis Kelainan Partus Lama

Diagnosa

a. Distocia pada kala I fase aktif: grafik pembukaan servik pada partograf berada diantara garis
waspada dan garis bertindak atau sudah memotong garis bertindak
b. Fase ekspulsi (kala II) memanjang: tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah janin
pada persalinan kala II dengan batasan waktu maksimal 2 jam pada nulipara dan 1 jam pada
multipara.
Penatalaksanaan partus lama

a. Tata laksana umum: segera rujuk ibu ke Ruamh sakit yang memiliki palayanan sc

b. Tata laksana khusus

1. Tentukan penyebab persalinan lama

 Power: his tidak adekuat (his <3x/10 menit dan durasi < 40 detik)

 Passenger: malpresentasi, malposisi, janin besar

48
 Passege: panggul sempit, kelainan servik atau vagina, kelainan jalan lahir

2. Sesuaikan tata laksana dengan penyebab

 Lakukan agmentasi perslainan dengan oksitosin atau amniotomi bila terdapat


gangguan power dan pastikan tidak ada gangguan passage atau passenger
 Lakukan tindakan operatif (VE, forcep, Sc) untuk gangguan passenger dana tau
passage dan gangguan paower yang tidak dapat diatasi dengan augmentasi.
3. Berikan antibiotic

4. Pantau tanda gawat janin

MALPOSISI, MAL PRESENTASI, DAN DISPORPOSI KEPAMA PANGGUL (CPD)

A. Malposisi

Malposisi adalah posisi abnormal vertek kepal janin (dengan ubun-ubun kecil sebagai
penanda) terhadap panggul ibu. Adapaun jenis malposisi:
 Posisi oksiput posterior: pada pemeriksaan vaginal oksiput kea rah sacrum, sinsiput di
anterior akan mudah diraba saat kepala defleksi
 Posisi oksiput lintang: Posis oksiut janin masih lintang terhadap rongga panggul ibu hingga
akhir persalinan kala I karena gagal berotasi ke psosisi oksiput anterior.
Penatalaksanaan:

1. Dapat terjadi rotasi sponatn pada sekitar 90% kasus

2. Lakukan secsio apabula terdapat perslainan macet, gawat janin

3. Jika ketuban utuh pecahkan ketuban

4. Jika pembukaan servik belum lengkap dan tidak ada obstruksi, lakukan augmentasi
persalinan dengan oksitosin
B. Malpresentasi

Malpresentasi meliputi semua presentasi selain vertek. Adapun factor predisposisinya


adalah:
a. Multipara

b. Kehamilan multiple

c. Polihidramnion/oligohidramnion
d. Paertus preterm

49
e. Plasenta previa

Macam-macam malpresentasi:

1. Presentasi dahi

Pada pemeriksaan abdominal kepala janin lenih separo diatas pelvis. Pada pemeriksaan vaginal
oksiput lebih tinggidari sinsiput, teraba fontanel anterior dan orbita, bagian kepala masuk pintu
atas panggul 9PAP) yaitu antara tulang orbita dan daerah ubun-ubun besar. Janin berada pada
diametr terbesar sehingga sulit lahir pervagina. Penatalksanaan yang diberikan dengan
melakukan section.
2. Presentasi muka

Pada pemeriksaan vagina akan mudah meraba bagian muka seperti mulut dan bagian rahang,
tulang pipi, orbita. Kepala janin berada dalam psosis defleksi maksimal. Penatalaksanaan pada
presentasi muka adalah jangan dilakukan VE, bila memungkinakan lakuakn persalinan prvagina
dan bila tidak memungkinkan lakukan secsio.
3. Presentasi majemuk

Adalah terjadinya proplaps ekstrimitas bersamaan dengan bagian terendah janin


(kepal/bokong). Penatalaksanaan pada kasus presentasi majemuk adalah melakukan reposisi
bila prosedur gagal atau terjadiproplaps tali pusat lalukan SC. Persalinan ppervagian hanya bisa
terjadi bila janin sangat kecil atau mati dan maserasi.
4. Presentasi bokong

5. Letak lintang

Pada pemeriksaan abdominal sumbu panjang janin teraba melontang, pada bagian pelvis teraba
kosong. Pada pemeriksaan vaginal sebelum inpartu tidak teraba bagian pada pelvis, tetapi saat
inpartu yang teraba adalah bagian kecil janin. Penatalaksanaan lakukansection

Gambar 3 Mal presentasi

C. DISPORPOSI KEPAMA PANGGUL (CPD)

Adalah hambatan lahir yang diakibatkan oleh disparitas ukiran kepal janin dan pelvis. Untuk
menetukan CPD dengan melihat terhentinya kemajuan pembukaan servik dan penuruan
kepala meskipun his adekuat. CPD terjadi karena janin besar dan/atau panggung ibu sempit.
50
Faktor risiko CPd yaitu pada perabaan arkus pubis < 90 derajat, teraba promotorium, teraba
spina iskhiadika, teraba linea iniminata, bagian bawah janin tidak masuk panggul (pada
primigarvida). Aspaun penalaksaan yang diberikan adalah lakukan Sc.

PERDARAHAN POSTPARTUM

Perdarahanpostpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah persalinan
pervaginam atau labih dari 1.000 cc setelah persalinan abdominal. Untuk mementukan
perdarahankarena sulitnya melakukan estimasi jumlah darah yang keluar maka, disebut
perdarahan ketika menyebbakan perubahan tanda vita pada pasien seperti lemah, gelisah,
keringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan darah sistolik < 90 mmHg, denyut nadai >
100x/menint dan kadar Hb < 8gr/dl. Perdarahan postpartum dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Perdarahan postpartum dini (eraly postpartum hemorrhage)/ perdarahan postpartum
primer yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah kala III.
b. Perdarahan postpartum lambat (late postpartum hemorrhage)/ perdarahan postpartum
sekunder yaitu perdarahan yang terjadi pada masa nifas, setlah 24 jam kala III.
Faktor penyebab perdarahan postpartum adalah:

a. Atonia uteri

b. Luka jalan lahir

c. Retensio plasenta

d. Gangguan pembekuan darah


Tabel 5. Penilaian klinik derajat syok

Volume kehilangan Tekanan darah Tanda dan gejala Derajat syok


darah (sistolik)
500-1.000 ml (10- Normal Palpitasi, takikardi, Terkompensasi
15%) pusing
1.000-1.500 ml (15- Penurunan ringan Lemha, takikardi, Ringan
25%) (80-100 mmHg) berkeringan
1.500-2.000 ml (25- Penurunan sedang Gelisah, pucat, Sedang
35%) (70-80 mmHg) oligouri
2.000-3.000 ml (35- Penurunan tajam (50- Pingsan, hipoksi, berat
50%) 70 mmHg) anuria

Faktor risiko
51
a. Penggunaan obat-obatan (magnesium sulfat)

b. Partus presipitatus

c. Solusio plasenta

d. Uterus yang terlalu teregang (gemeli, hidramnion)

e. Partus lama

f. Persalinan dengan pacuan

g. Riwyat perdarahan pascasalin


Diagnosa
a. Pemeriksaan fisik: pucat dan dapat disertai tanda-tanda syok

b. Pemeriksaan obstetric: uterus lembek, bila kontraksi uterus baik, perdarahan bisa karena
luka jalan lahir
c. Pemeriksaan ginekologi: dilakukan bila dalam keadaan baik atau telah diperbaiki, dapat
diketahui kontraksi uterus, luka jalan lahir dan retensi sisa plasenta
Penatalaksanaan

Penetalaksanaan perdarahan postpartum ditangani dengan resusitasi cairan dan penanganan


perdarahan postpartum serta kemungkina syok dan identifikasi pernyebab terjadinya
perdarahan. Resusitasi cairan diberikan dengan mmebrikan cairan kristaloid melalui
intravena yang dipsang 1 atau 2 jalur. Transfusi darah diperlukan bila didaptkan Hb , 8gr/dl

ATONIA UTERI

Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot myometrium uterus untuk berkontraksi dan
memendek. Atonia uteri terjadi bila dalam waktu 15 detik setelah plasenta lahir, tidak muncul
kontraski utrus. Dalam hal ini uterus menjadi lunak dan pembuluh darah pada daerah bekas
perlekatan plasenta menjadi terbuka lebar. Pada kondisi normal setelah plasenta lahir, otot-otot
rahim akan berkontraksi secara sinergis. Otot – otot tersebut saling bekerja sama untuk
menghentikan perdarahan yang berasal dari tempat implantasi plasenta. Namun sebaliknya pada
kondisi tertentu otot – otot rahim tersebut tidak mampu untuk berkontraksi/kalaupun ada
kontraksi kurang kuat. Kondisi demikian akan menyebabkan perdarahan yang terjadi dari tempat
implantasi plasenta tidak akan berhenti dan akibatnya akan sangat membahayakan ibu
Gejala

a. Uterus tidak berkontraski dan lembek

b. Perdarahan terjadi segera setelah bayi lahir, perdarahn banyak dan tidak merembes,
52
darah bergumpal.
c. Tanda lain adalah terjadinya syok
Faktor penyebab
a. Persalinan lama

b. Penggunaan obat-obatan

c. Overdistensi uterus (macrosomia, gemeili, hidramnion)

Penatalaksanaan

a. Kenali dan tegakan diagnosis kerja atonia uteri

b. Masase uterus, berikan oksitosin dan ergometrin intravena

c. Bila tidak perbaikan dilakukan kompresi bimanual dan kemudian dipasang tampon
uterovaginal padat, bila berhasil di pertahan kan 24 jam.
d. Kompresi bimanual interna berfungsi untuk menjepit pembuluh darah didalam myometrium
(sebgai pengganti mekanisme kontraksi)

Gambar 4. Kompresi bimanual interna

RETENSIO PLASENTA

Retensio plasenta adalah sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam rongga Rahim
hingga atau lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. Retensio plasenta terdiri dari bebrapa jenis
yaitu:
a. Plasenta adhesive adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehigga
menyebbakan kegagaln mekanisme separasi fisiologis
b. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai sebagian
lapisan myometrium.
c. Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai atau melewati
lapisan myometrium.
d. Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus myometrium
53
hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
e. Plasenta inkarserata adalah tertahanya plasenta di dalam cavum uteri karena konstriksi
ostium uteri.
Penatalaksanaan

Dilakukan dengan manual plasenta yaitu:

a. Pasang infus RL

b. Tangan kanan masuk secar obstetric

c. Tangan kiri menahan fundus untuk mencegah korporeksi


d. Setelah sampai di cavum uteri, cari bagain plasenta yang telah terlepas, dengan
menggunakan sisi bagian ulna lpaskan plasenta.
e. Keluarkan plasenta dengan meyakinkan tidak ada bagian yang tertinggal

Gambar 5. Manual Plasenta

54

Anda mungkin juga menyukai