Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
NURUL ISNAINI AFIFAH
17100.77
S1/4A
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2020-2021
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DHF
Prodi : S1/4A
NIM : 1710077
Tugas Pembuatan laporan pendahuluan DHF (Dengue Haemoragic fever) untuk melengkapi
tugas Praktik Klinik Mata Kuliah Keperawtan Medikal Bedah 3
Mahasiswa
Surabaya…………….
Mengetahui
Dosen Pembimbing
Berdasarkan definisi yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang menyebabkan gangguan pada
pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan
perdarahan yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian.
1.1.3. Etiologi DHF
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok arbovirus B, yaitu
arthropod-born envirus atau virus yang disebarkan oleh artropoda. Vector utama penyakit
DBD adalah nyamuk aedes aegypti (didaerah perkotaan) dan aedes albopictus (didaerah
pedesaan). (Widoyono, 2008).
1) Virus dengue Yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk kedalam arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1, 2,
3, dan 4. Keempat Virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat
dibedakan satu dari yang lainnya secara serolis. Virus dengue yang termasuk
dalam genus flavi virus ini berdiameter 40 nanometer, dapat berkembang biak
dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel-sel
mamalia misalnya sel BHK (Babby homster kidney) maupun sel-sel artrophoda
misalnya sel Aedes Arbovirus (Soedarto, 2005 dalam Susilawati, 2008).
2) Vektor Nyamuk aedes aegepti maupun aedes albopictus merupakan vector
penularan Virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya,
nyamuk aedes aegepti merupakan vector penting di daerah perkotaan, sedangkan
di daerah pedesaan kedua nyamuk tersebut perperan dalam penularan (Soedarto,
2008). Nyamuk aedes aegepti berkembang biak pada genangan air bersih yang
terdapar bejana-bejana yang terdapat di dalam rumah (aedes aegepti) maupun
yang terdapat di luar rumah dilubang-lubang pohon, di dalam potongan bambu,
dilipatan daun dan genangan air bersih lainnya, selain itu nyamuk betina lebih
menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi
dan senja hari (Soedarto, 2008).
Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus (Arthopodborn Virus)
dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepthy. Virus Nyamuk aedes aegypti
berbentuk batang, stabil pada suhu 370 C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam
berdarah menurut (Nursalam ,2008) adalah :
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga
menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin) terjadinya:
peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh
darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel
yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat dari penurunan
produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus (Murwani 2018).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti
petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan
kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut
dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke dalam
tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pertama tama yang terjadi adalah viremia
yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal
pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan
dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
atau hepatomegali (Murwani 2018).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus
antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3
dan C5 akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin
dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang
ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan
renjatan atau syok. Hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit >20% menunjukan
atau menggambarkan adanya kebocoran atau perembesan sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena (Murwani 2018).
Membentuk &
PGE2 Hipotalamus melepaskan zat C3a, Mengaktifkan sistem
C5a komlemen
Peningkatan Permeabilitas
HIPERTERMI membran meningkat
reabsorbsi Na+ dan
H2O
DIC Kebocoran
plasma
Resiko Perdarahan
perdarahan
Mual, muntah
Pola Napas Tidak
Efektif Penekanan intra
andomen
Defisit Nutrisi
Nyeri akut
a) Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius). Demam tinggi
mendadak selama 2 sampai 7 hari kemudian menuju suhu normal atau lebih
rendah disertai nyeri kepala, nyeri punggung, nyeri tulang dan persendian, rasa
lemah serta nyeri perut.
b) Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (purpura) perdarahan.
c) Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan
(Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Faeses) berupa lendir bercampur
darah (Melena), dan lain-lainnya.
d) Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali). Pada permulaan dari demam biasanya
hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah teraba.
Bila terjadi peningkatan dari hepatomigali dan hati teraba kenyal harus
diperhatikan kemungkinan akan terjadi renjatan pada penderita.
e) Renjatan Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke-3 sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada
ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi
pada masa demam maka biasanya menunjukkan prognosis yang buruk.
f) Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
g) Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit
dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit
diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
h) Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,
penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan
sakit kepala.
i) Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
j) Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada
persendian
1.1.6. Klasifikasi DHF
Suriadi, (2010) mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4
golongan, yaitu :
a) Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7
hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
b) Derajat II : Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan
spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
c) Derajat III : Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah
dan cepat (>120x/mnt ), tekanan darah menurun, (120/80 , 120/100 , 120/110,
90/70, 80/70, 80/0, 0/0)
d) Derajat IV : Terjadi syok berat dimana nadi tidak teraba/ sangat lemah, tekanan
darah tidak teatur (denyut jantung 140x/mnt) anggota gerak teraba dingin,
berkeringat dan kulit tampak biru.
a. Pemeriksaan hematokrit (Ht) : ada kenaikan bisa sampai 20%, normal: pria 40-
50%; wanita 35-47%
b. Uji torniquit: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem antara tekanan
systole dan diastole selama 10 menit untuk dewasa dan 3-5 menit untuk anak-
anak. Positif ada butir-butir merah (petechie) kurang 20 pada diameter 2,5 inchi.
c. Tes serologi (darah filter) : ini diambil sebanyak 3 kali dengan memakai kertas
saring (filter paper) yang pertama diambil pada waktu pasien masuk rumah sakit,
kedua diambil pada waktu akan pulang dan ketiga diambil 1-3 mg setelah
pengambilan yang kedua. Kertas ini disimpan pada suhu kamar sampai menunggu
saat pengiriman.
d. Isolasi virus: bahan pemeriksaan adalah darah penderita atau jaringanjaringan
untuk penderita yang hidup melalui biopsy sedang untuk penderita yang
meninggal melalui autopay. Hal ini jarang dikerjakan.
1.1.9. Penatalaksanaan DHF
Menurut Mubarak (2009) Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai
berikut :
a. Data biografi
Identitas pasien, meliputi nama, umur, jenis kelamin , pendidikan,
pekerjaan, tanggal atau jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnose,
dan identitas penanggungjawab meliputi nama, alamat, umur, pendidikan,
pekerjaan, agama dan suku bangsa.
b. Keluhan utama
Biasanya pasien dengan penderita DHF mengeluh Sakit kepala, badan
panas dan tidak ada nafsu makan
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan
saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari
ke 3 dan ke 7 dan semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan
batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi,
sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan
bola mata terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit,
gusi (grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue,
bisa mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe
virus yang lain.
Nurarif. A.H. dan Kusuma. H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction
Prasetyono, Dwi Sunar. 2012. Daftar tanda dan gejala ragam penyakit. Jogjakarta: FlashBooks.
Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta: salemba medika
Murwani, Arita, 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi I. Yogyakarta
Soegijanto Soegeng. 2006. Demam Berdarah Dengue. Edisi kedua. Surabaya: Airlangga
University Press.
Mubarak, Chayatin. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba
Medika.
PPNI. (2016). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI