Disusun Oleh :
KELOMPOK VI
NAMA : ARFIZA DIANI PUTRI ARDI
: APRILIA RIBKA PATIRAN
: BENJAMIN RONKENI
: FABIANUS LABATAR
RUANGAN : 3 ( TIGA )
SEMESTER : 1 ( SATU )
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA atas
segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang
materinya.
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Usaha mengejar kemakmuran sambil membelakangi keadilan, pasti akan makin
memperlebar jurang antara si kaya dan si miskin.Usaha lembaga bantuan hukum
bisa dilihat sebagai usaha untuk mensejajarkan keadilan dankemakmuran dan
bergerak maju, berjalan bersama-sama menuju masyarakat adil danmakmur.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
Pada dasarnya hukum acara pidana adalah hukum formal. Artinya hukum
yang digunakan untuk menegakkan hukum pidana materil. Oleh karena itu,
hukum acara pidana tidak dapat dilepaskan dengan hukum pidana materil yang
memiliki hubungan dan keterkaitan yang erat dalam pelaksanaan penegakan
hukum pidana. Dengan demikian dapat diartikan bahwa hukum acara pidana
adalah serangkaian aturan yang dibuat oleh negara yang bertujuan untuk
menegakkan hukum pidana materil. Apabila dikaitkan dengan Indonesia sebagai
negara hukum, maka Hukum Acara Pidana dapat ditemukan dalam UU No. 8
Tahun 1981 yang biasa disebutkan dengan “KUHAP”.
5
Hukum Acara Pidana adalah ilmu yang mempelajari peraturan-peraturan yang
diciptakan negara, karena adannya dugaan terjadi pelanggaran undang-undang
pidana yaitu sebagai berikut:
1.Negara melalui alat-alat menyidik kebenaran;
2.Sedapat mungkin penyidik pelaku perbuatan itu;
3.Mengambil tindakan-tindakan yang perlu guna menangkap si pembuat dan
kalau perlu menahannya;
4.Mengumpulkan bahan-bahan bukti (bewijsmateriaal) yang telah diperoleh pada
penyidikan 5.kebenaran guna dilimpahkan kepada hakim dan membawa
terdakwa ke depan hakim tersebut;
6.Hakim memberikan keputusan tenang terbukti tidaknya perbuatan yang
dituduhkan kepada terdakwa dan untuk itu menjatuhkan pidana atau tindakan
tata tertib;
7.Upaya hukum untuk melawan keputusan tersebut;
8.Akhirnya melaksanakan keputusan tentang pidana dan tindakan tata tertib.
Sedangkan di Indonesia, terdapat beberapa ahli yang mendefinisikan terkait
hukum acara pidana tersebut, yaitu :
6
menghukumnya kepada si pelanggar hukum (terdakwa) seandainya terjadi
sesuatu pelanggaran hukum pidana pihak negara diwakili oleh penuntut umum
atau jaksa di mana jaksa harus menuntut (mengajukan) tuntutan perkara itu di
muka pengadilan.
5.Yunowo mengemukakan hukum acara pidana adalah ketentuan ketentuan
yang mengatur tentang : pertama, Hak dan kewajiban dari mereka yang
tersangkut dalam proses pidana dan Kedua, tata cara dari suatu proses pidana:
a) tindakan apa yang dapat dan wajib dilakukan untuk menemukan pelaku tindak
pidana; b) bagaimana tata caranya menghadapkan orang yang didakwa
melakukan tindak pidana ke depan pengadilan; c) agaimana tata caranya
melakukan pemeriksaan di depan pengadilan terhadap orang yang didakwa
melakukan tindak pidana, serta d) bagaimana tata caranya untuk melaksanakan
keputusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Referensi selain peraturan perundang-undangan :
1.Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
2.Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, Yogyakarta: Rangkang,
2013
7
telah diperbaharui dengan Reglemen Indonesia yang dibaharui (R.I.B.), karena
tujuan dari pembaharuan itu bukanlah dimaksudkan untuk mencapai satu
kesatuan hukum acara pidana, tetapi justeru ingin meningkatkan hukum acara
pidana bagi raad van justitie. Meskipun Undang-undang Nomor 1 Drt. Tahun
1951 telah menetapkan, bahwa hanya ada satu hukum acara pidana yang
berlaku untuk seluruh Indonesia, yaitu R.I.B., akan tetapi ketentuan yang
tercantum di dalamnya ternyata belum memberikan jaminan dan perlindungan
terhadap hak asasi manusia, perlindungan terhadap harkat dan martabat
manusia sebagaimana wajarnya dimiliki oleh suatu negara hukum. Khususnya
mengenai bantuan hukum di dalam pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut
umum tidak diatur dalam R.I.B., sedangkan mengenai hak pemberian ganti
kerugian juga tidak terdapat ketentuannya. Oleh karena itu demi pembangunan
dalam bidang hukum dan sehubungan dengan hal sebagaimana telah dijelaskan
di muka, maka "Het Herziene Inlandsch Reglement" (Staatblad Tahun 1941
Nomor 44), berhubungan dengan dan undang-undang Nomor 1 Drt. Tahun 1951
(Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor
81) serta semua peraturan pelaksanaannya dan ketentuan yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan lainnya, sepanjang hal itu mengenai hukum
acara pidana, perlu dicabut karena tidak sesuai dengan cita-cita hukum nasional
dan diganti dengan undang-undang hukum acara pidana baru yang mempunyai
ciri kodifikatif dan unifikatif berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.
8
Penjelasan umum KUHAP butir 3c:
“Setiap orang yang disangka, ditangkap, bukti, dituntut dan atau dihadapkan di
muka sidang pengadilan, wajib atur tidak ada sampai adanya putusan
pengadilan yang menyatakan pengadilan yang menyetakan hukumnya dan
mendapatkan hukum tetap.”
• Asas Legalitas
Asas legalitas adalah asas hukum acara pidana yang mewajibkan semua
perkara harus dipidana sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Tersangka atau terdakwa memiliki hak, saksi memiliki hak, dan juga penegak
hukum memiliki hak yang telah diatur dalam hukum sehingga tidak bisa bertindak
semena-mena.
Objek Hukum adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek hubungan
hukum. Jika masih bingung, gampangnya Objek hukum yaitu segala sesuatu
yang berguna dan dapat dimanfaatkan oleh Subjek Hukum (Manusia atau Badan
Hukum). Biasanya Objek Hukum inilah nantinya menjadi sumber masalah hukum
yang terjadi antar subjek hukum.
9
Secara umum yang dimaksud Objek Hukum adalah Barang/Benda. Menurut
pasal 499 KUHPerdata “kebendaan adalah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak
yang dapat dikuasai oleh hak milik.
Penggolongan benda yang perlu kita ketahui yaitu:
a. Benda berwujud dan tidak berwujud
b. Benda bergerak dan tidak bergerak
c. Benda yang dan dapat dihabiskan dan tidak dapat dihabiskan
d. Benda yang dapat diganti dengan yang tidak dapat diganti
e. Benda yang sudah ada dengan benda yang masih akan dating
f. Benda yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi.
1. Pelaku
2. Hakim
3. Jaksa/Penuntut Umum
10
Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang
ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim
[pasal 1(6) KUHAP]
4. Polisi
5. Penasehat hukum
adalah seorang yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh atau berdasarkan
undang-undang untuk memberi bantuan hukum [pasal 1(13) KUHAP]
6. Saksi –saksi
PERKARA PIDANA
11
4. Terdakwa ditanya pula oleh Majelis Hakim apakah dalam keadaan
sehat dan siap untuk diperiksa di depan persidangan (apabila
menyatakan bersedia dan siap, maka sidang dilanjutkan);
5. Terdakwa kemudian ditanyakan apakah akan didampingi oleh
Penasihat Hukum (apabila didampingi apakah akan membawa
sendiri, apabila tidak membawa/menunjuk sendiri , maka akan
ditunjuk Penasehat Hukum oleh Majleis Hakim dalam hal terdakwa
diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih (pasal 56
KUHAP ayat (1));
6. Kemudian Majelis Hakim memerintahkan kepada Penuntut Umum
untuk membacakan surat dakwaan;
7. Setelah pembacaan surat dakwaan, terdakwa ditanya apakah telah
mengerti dan akan mengajukan eksepsi.
8. Dalam terdakwa atau melalui Penasehat Hukumnya mengajukan
eksepsi, maka diberi kesempatan untuk penyusunan
eksepsi/keberatan dan kemudian Majelis Hakim menunda
persidangan.
9. Setelah pembacaan eksepsi terdakwa, dilanjutkan dengan tanggapan
Penuntut Umum atas eksepsi;
10. Selanjutnya Majelis Hakim membacakan putusan sela;
11. Apabila eksepsi ditolak, maka persidangan dilanjutkan dengan acara
pemeriksaan pokok perkara (pembuktian)
12. Pemeriksaan saksi-saksi yang diajukan oleh Penuntut Umum (dimulai
dari saksi korban);
13. Dilanjutkan saksi lainnya;
14. Apabila ada saksi yang meringankan diperiksa pula, saksi ahli
Witness/expert
15. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan terhadap terdakwa;
16. Setelah acara pembuktian dinyatakan selesai, kemudian dilanjutkan
dengan acara pembacaan Tuntutan (requisitoir) oleh Penuntut Umum;
17. Kemudian dilanjutkan dengan Pembelaan (pledoi) oleh terdakwa atau
melalui Penasehat Hukumnya;
18. Replik dari Penuntut Umum;
19. Duplik;
12
20. Putusan oleh Majelis Hakim;
Hukum Pidana adalah bagian dari hukum pidana materiil, yang berisikan
perbuatan yang dilarang, subjek yang mempertanggungjawabkan, dan
hukumannya. Contohnya KUHP, dan ketentuan lain diluar KUHP misalnya UU
Tipikor. Sedangkan Hukum Acara pidana adalah bagian dari hukum pidana
formil, yang isinya adalah menegakkan ataupun mempertahankan hukum pidana
meteriil tersebut. Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana ini saling berkaitan
satu sama lain, dan saling membutuhkan.
Contoh kasus
Tahap pertama dalam hukum acara pidana adalah penyelidikan yang merupakan
rangkaian tindakan untuk mencari dan berusaha menemukan pelaku tindak
pidana.Penyelidikan juga menjadi penentu apakah terduga tindak pidana dapat
atau tidaknya dilakukan penyidikan, sebagaimana telah diatur dalam undang-
undang. Dengan demikian, penyelidikan tidak dapat terpisah dari
penyidikan.Penyelidikan adalah sub fungsi dari penyidikan yang mendahului
beberapa tindakan lain. Dengan kata lain, penyelidikan adalah penentu suatu
peristiwa (diduga tindak pidana) dapat dibawa ke tingkat penyidikan atau tidak.
13
14
BAB III
PENUTUPAN
A.KESIMPULAN
15
Daftar pustaka
https://muhamadyogi2014.wordpress.com/2018/01/21/hukum-acara-
pidana/https://pn-klaten.go.id/main/index.php/tentang-
pengadilan/kepaniteraan/kepaniteraan-pidana/650-tata-urutan-persidangan-
perkara-pidana https://www.reyfelproject.com/post/subjek-dan-objek-hukum
16