Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“ PERKEMBANGAN PESERTA DIDK”

Dosen Pengampu : Siti Maryam Tanjung, M. Pd. I

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD ARWANDA

JAILANI

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ISLAM DAAR AL ULUM ASAHAN-KISARAN

2020-2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan sedikit dari
ilmu-Nya Yang Maha luas sehingga upaya penulisan makalah ini dapat terselesaikan

Shalawat serta salam tak lupa kita hadiakan kepada junjungan nabi besar kita nabi
Muhammad SAW semoga dengan memperbanyak sholawat kita diakui sebagai umatnya nya dan
sekaligus memperoleh syafaat nya di akhirat kelak Aamiin ya rabbal aalamiin.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada ;


1. Umi Siti Maryam Tanjung, M. Pd. I yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk belajar psikologi pendidikan
2. Rekan-rekan yang telah membantu proses penyusunan makalah ini
3. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini

Ternyata kami menyadari dalam penyusunan makalah ini mesih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Oleh Karena itukritik dan saran yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita
semua.

Sei Balai, 22 oktober 2020

penulis

ii
DAFTAR ISI
Sampul................................................................................................................... i
Kata Pengantar...................................................................................................... ii
Daftar Isi...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah......................................................................iii
B.     Rumusan Masalah............................................................................... 1
C.     Tujuan Penulisan Masalah...................................................................1

BAB II LANDASAN TEORI


A.    Definisi Perkembangan Peserta Didik……………………………………………….2
B.     Proses Perkembangan Peserta Didik………………………………………………...2
C.     Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik………………..5
D.    Tugas Perkembangan Fase Peserta Didik…………………………………………….10
E. Prinsip-prinsip perkembangan………………………………………………………..12
BAB III PEMBAHASAN
A.    Contoh Studi Kasus……………………………………………………………….16.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


A.    Kesimpulan.......................................................................................... 17
B.     Saran.................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

ii
A.    Latar Belakang
Masalah anak seringkali terjadi karena ketidakpahaman kita terhadap kondisi fisik
maupun psikologisnya. Kita sering dikejutkan dengan perubahan anak secara tiba-tiba, misalnya
anak yang semula penurut menjadi pemberontak, anak yang semula periang menjadi
pendiam.  Masih banyak hal yang perlu kita ketahui dari perkembangan-perkembangan anak
yang sering membuat kita heran. Dengan memahami perkembangan anak sebagai peserta didik
akan mempermudah orang tua khususnya pendidik untuk agar kita mampu mendampingi anak
dan menghadapi setiap tingkah laku anak.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa definisi perkembangan peserta didik ?


2.      Bagaimana proses perkembangan peserta didik ?
3.      Apa faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik ?
4.      Bagaimana tugas perkembangan fase peserta didik ?

C.     Tujuan Pembahasan
Makalah ini bertujuan untuk :
1.      Mengetahui definisi perkembangan peserta didik.
2.      Mengetahui proses perkembangan peserta didik.
3.      Menjabarkan faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik.
4.      Mengetahui tugas perkembangan fase peserta didik.

iii
BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Definisi Perkembangan Peserta Didik


Perkembangan dapat diartikan sebagai “perubahan yang progresif dan continue
(berkesinambungan) dalam diri induvidu dari mulai lahir sampai mati”( The progressive and
continous change in the organism from to death). Pengertian lain dari perkembangan adalah
“perubahan-perubahan yang dialami individu atau organism menuju tingkat kedewasaanya atau
kematangannya ( maturation  ) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah)”. [1]
Yang dimaksud dengan sistematis, progresif, dan berkesinambungan itu adalah
sebagai berikut.
1.      Sistematis, berarti perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling kebergantungan
atau saling mempengaruhi antara bagian-bagian organisme    ( fisik dan psikis ) dan
merupakan kesatuan yang harmonis.
2.      Progresif , berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat, dan mendalam
( meluas ) baik secara kuantitatif ( fisik ) maupun kualitatif ( psikis ).
3.      Berkesinambungan, berarti perubahan pada  bagian  atau fungsi organisme itu
berlangsung secara beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan atau  loncat-
loncat. 
Secara bahasa, perkembangan adalah proses menjadi bertambah sempurna (kepribadian, pikiran,
pengetahuan dan lain-lain).1 Sedangkan menurut istilah, perkembangan adalah proses perubahan
yang berkesinambungan dan saling berhubungan yang terjadi pada setiap makhluk hidup, menuju
kesempurnaan kematangannya.2 Menurut J.P Chaplin perkembangan juga memiliki arti yang sama
dengan pertumbuhan.3 Namun, kata pertumbuhan biasanya sering diartikan sebagai proses
perubahan kuantitatif dari perubahan fisik. Adapun yang dimaksud dengan peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.4 Jika perkembangan dipahami sama dengan pertumbuhan,
maka dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan peserta didik adalah proses
perubahan fungsi-fungsi jasmani dan psikis (sosial, kepribadian, pikiran, pengetahuan dan lain
sebagainya) peserta didik yang berkesinambungan dan berhubungan menuju kesempurnaan
kematangannya.
Manusia adalah mahluk yang berdimensi biopsikososiospiritual. Sejak masih dalam kandungan,
manusia merupakan kesatuan psikofisis yang terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan da perkembangan merupakan sifat kodrat manusia yang hrs mendapat perhatian
secara seksama. Perkembangan merupakan suatu deretan perubahan-perubahan yang tersusun dan
berarti, yang berlangsung pada individu dlm jangka waktu tertentu. Lebih menujuk pada kemajuan
mental/perkembangan rohani yang melaju terus sampai akhir hayat. Merupakan proses yang
sifatnya menyeluruh/holistic mencakup proses biologis – kognitif danan psikososial. Pandangan
tradisional terhadap perkembangan lebih ditekankan pada:
1) Kematangan
2) pertumbuhan
3) perubahann yang ekstream selama masa bayi – anak-anak dan remaja.

1
Sementara perubahan selama masa dewasa dan penurunan pada usia lanjut kurang mendapat
perhatian. Pandangan kontemporer tentang perkembangan manusia menekankan pada
perkembangan rentang hidup (life-span), yakni perubahan yang terjadi selama rentang kehidupan
mulai dari konsepsi meninggal. Jadi perkembangan merupakan proses yang sifatnya
holistic/menyeluruh; mencakup proses biologis – kognitif dan psikososial.

B.     Proses Perkembangan Peserta Didik


Secara umum, proses dapat diartikan sebagai runtutan perubahan yang terjadi dalam
perkembangan sesuatu. Adapun maksud kata proses dalam perkembangan siswa ialah tahapan-
tahapan perubahan yang dialami seorang siswa, baik yang bersifat jasmaniah maupun yang bersifat
rohaniah. Proses dalam hal ini juga berarti tahapan perubahan tingkah laku siswa, baik yang terbuka
maupun yang tertutup.[2]
Proses bisa juga berarti cara terjadinya perubahan dalam diri siswa atau respons/reaksi yang
ditimbulkan oleh siswa tersebut. Proses perkembangan dengan pengertian seperti ini menurut
(Hurlock, tak pernah statis atau berhenti, karena perubahan-perubahan yang berhubungan dengan
perkembangan (developmental changes). Manusia, menurut Elizabeth B. Hurlock, tak pernah
statis , karena perubahan-perubahan senantiasa terjadi dalam dirinya dalam berbagai kapasitas
(kemampuan) baik yang bersifat biologis maupun yang bersifat psikologis.
             Secara global, seluruh proses perkembangan individu sampai menjadi “person” (dirinya
sendiri) berlangsung dalam tiga tahapan.
1.      Tahapan proses konsepsi (pembuahan sel ovum ibu oleh sel sperma ayah).
2.      Tahapan proses kelahiran (saat keluarnya bayi dari Rahim ibu kea lam dunia bebas).
3.      Tahapan proses perkembangan individu bayi tersebut menjadi seorang pribadi yang khas
(developmental of selfhood).
Perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada aspek psikis setiap individu untuk menuju
kearah yang lebih sempurna dalam kurun waktu tertentu secara kontinyu untuk mendapatkan
sesuatu hal yang baru sepanjang hayat. Perkembangan tidaklah terbatas pada semakin sempurna
tetapi juga terkandung serangkaian perubahan secara terus menerus secara pasti, melalui suatu
tahap yang sederhana ke tahap berikutnya yang semakin tinggi dan maju walaupun sulit diukur
dengan alat ukur.

Kegiatan pendidikan, khususnya pada pendidikan formal,seperti pengembangan kurikulum, Proses


Belajar Mengajar, sistem evaluasi, dan layanan Bimbingan dan Konseling merupakan beberapa
kegiatan utama dalam pendidikan yang di dalamnya membutuhkan psikologi. Pendidikan sebagai
suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya peserta didik, pendidik
administrator, masyarakat dan orang tua peserta didik.Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat
tercapai secara efektif dan efisien,maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut
seyogyanya dapat memahami tentang perilaku individu sekaligus dapat menunjukkan perilakunya
secara efek. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sudah sejak lama bidang psikologi pendidikan telah
digunakan sebagai landasan dalam pengembangan teori dan praktek pendidikan dan telah

2
memberikan kontribusi yang besar terhadap pendidikan, diantaranya terhadap pengembangan
kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaian.

Menurut Whiterington (1982:10) bahwa pendidikan adalah proses pertumbuhan yang


berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Itu artinya bahwa tindakan-tindakan
belajar yang berlangsung secara terus menerus akan menghasilkan pertumbuhan
pengetahuan dan perilaku sesuai dengan tingkatan pembelajaran yang dilalui oleh
individu sendiri melalui proses belajar-mengajar, karena itu untuk mencapai hasil yang
diharapkan, metode dan pendekatan yang benar dalam proses pendidikan sangat
diperlukan. 1. Perkembangan Fisik Peserta Didik
Anak masuk kelas satu SD atau MI berada dalam

periode peralihan dari pertumbuhan cepat masa anak anak awal ke suatu fase perkembangan yang
lebih lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya selama tahun tahun di SD. Pada usia 9
tahun tinggi dan berat badan anak laki laki dan perempuan kurang lebih sama. Sebelum usia 9 tahun
anak perempuan relatif sedikit lebih pendek dan lebih langsing dari anak laki laki.

Pada akhir kelas empat, pada umumnya anak perempuan mulai mengalami masa lonjakan
pertumbuhan. Lengan dan kaki mulai tumbuh cepat. Pada akhir kelas lima, umumnya anak
perempuan lebih tinggi, lebih berat dan lebih kuat daripada anak laki laki. Anak laki laki memulai
lonjakan pertumbuhan pada usia sekitar 11 tahun. (Baca juga perkembangan psikologi pada masa
sekolah)
Menjelang awal kelas enam, kebanyakan anak perempuan mendekati puncak tertinggi pertumbuhan
mereka. Periode pubertas yang ditandai dengan menstruasi umumnya dimulai pada usia 12 13
tahun. Anak laki laki memasuki masa pubertas dengan ejakulasi yang terjadi antara usia 13 16
tahun.

Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. Pada masa ini terjadi perubahan
fisiologis yang mengubah manusia yang belum mampu bereproduksi menjadi mampu bereproduksi.
Hampir setiap organ atau sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan perubahan ini. Anak pubertas
awal (prepubertal) dan remaja pubertas akhir (postpubertal) berbeda dalam tampakan luar karena
perubahan perubahan dalam tinggi proporsi badan serta perkembangan ciri ciri seks primer dan
sekunder.

3
Meskipun urutan kejadian pubertas itu umumnya sama untuk tiap orang, waktu terjadinya dan
kecepatan berlangsungnya kejadian itu bervariasi. Rata rata anak perempuan memulai perubahan
pubertas 1,5 hingga 2 tahun lebih cepat dari anak laki laki.

Kecepatan perubahan itu juga bervariasi, ada yang perlu waktu 1,5 hingga 2 tahun untuk mencapai
kematangan reproduksi, tetapi ada yang memerlukan waktu 6 tahun. Dengan adanya perbedaan
perbedaan ini ada anak yang telah matang sebelum anak matang yang sama usianya mulai
mengalami pubertas. (Baca juga perkembangan individu dalam psikologi pendidikan)
2. Perkembangan Sosio emosional Peserta Didik
Menjelang masuk SD, anak telah rnengembangkan keterampilan berpikir bertindak dan pengaruh
sosial yang lebih kompleks. Sampai dengan masa ini, anak pada dasarnya egosentris (berpusat pada
diri sendiri), dan dunia mereka adalah rumah keluarga, dan taman kanak kanaknya.

Selama duduk di kelas kecil SD, anak mulai percaya diri tetapi juga sering rendah diri. Pada tahap
ini mereka mulai mencoba membuktikan bahwa mereka “dewasa”. Mereka merasa “saya dapat
mengerjakan sendiri tugas itu, karenanya tahap ini disebut tahap ‘I can do it my self’. Mereka
dimungkinkan untuk diberikan suatu tugas. (Baca juga pendekatan dalam psikologi perkembangan
peserta didik)
Daya konsentrasi anak tumbuh pada kelas kelas tinggi SD. Mereka dapat meluangkan lebih banyak
waktu untuk tugas tugas pilihan mereka, dan seringkali mereka dengan senang hati
menyelesaikannya. Tahap ini juga termasuk tumbuhnya tindakan mandiri, kerjasama dengan
kelompok, dan bertindak menurut cara cara yang dapat diterima lingkungan mereka. Mereka juga
mulai peduli pada permainan yang jujur.

Selama masa ini mereka juga mulai menilai diri mereka sendiri dengan membandingkannya dengan
orang lain. Anak anak yang lebih muda menggunakan perbandingan sosial (social comparison)
terutama untuk norma norma sosial dan kesesuaian jenis jenis tingkah laku tertentu. Pada saat anak
anak tumbuh semakin lanjut, mereka cenderung menggunakan perbandingan sosial untuk
mengevaluasi dan menilai kemampuan kemampuan mereka sendiri.

Sebagai akibat dari perubahan struktur fisik dan kognitif mereka, anak pada kelas besar di SD
berupaya untuk tampak lebih dewasa. Mereka ingin diperlakukan sebagai orang dewasa.Terjadi
perubahan perubahan yang berarti dalam kehidupan sosial dan emosional mereka. Di kelas besar

4
SD anak laki laki dan perempuan menganggap keikutsertaan dalam kelompok menumbuhkan
perasaan bahwa dirinya berharga.

Tidak diterima dalam kelompok dapat membawa pada masalah emosional yang serius
Teman teman mereka menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Kebutuhan untuk diterima oleh
teman sebaya sangat tinggi. Remaja sering berpakaian serupa. Mereka menyatakan kesetiakawanan
mereka dengan anggota kelompok teman sebaya melalui pakaian atau perilaku.

Hubungan antara anak dan guru juga seringkali berubah. Pada saat di SD kelas rendah, anak
dengan mudah menerima dan bergantung kepada guru. Di awal awal tahun kelas tinggi SD
hubungan ini menjadi lebih kompleks. Ada siswa yang menceritakan informasi pribadi kepada
guru, tetapi tidak mereka ceritakan kepada orang tua mereka. Beberapa anak pra remaja memilih
guru mereka sebagai model. Sementara itu, ada beberapa anak membantah guru dengan cara cara
yang tidak mereka bayangkan beberapa tahun sebelumnya. Malahan, beberapa anak mungkin
secara terbuka menentang gurunya.

Salah satu tanda mulai munculnya perkembangan identitas remaja adalah reflektivitas yaitu
kecenderungan untuk berpikir tentang apa yang sedang berkecamuk dalam benak mereka sendiri
dan mengkaji diri sendiri. Mereka juga mulai menyadari bahwa ada perbedaan antara apa yang
mereka pikirkan dan mereka rasakan serta bagaimana mereka berperilaku.

Mereka mulai mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan. Remaja mudah dibuat tidak


puas oleh diri mereka sendiri. Mereka mengkritik sifat pribadi mereka, membandingkan diri mereka
dengan orang lain, dan mencoba untuk mengubah perilaku mereka. Pada remaja usia 18 tahun
sarnpai 22 tahun, urnumnya telah rnengembangkan suatu status pencapaian identitas.

Semoga informasi tentang proses perkembangan siswa dalam psikologi pendidikan yang
disampaikan bisa bermanfaat dan menambah wawasan. Sampai jumpai pertemuan selanjutnya yang
tidak kalah menarik. Terima kasih dan salam hangat dari penulis.

C.     Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik


Faktor yang mempengaruhi perkembangan dibagi menjadi 2, yaitu :
1.      Faktor-faktor yang berasal dari dalam berupa
a.       Bakat atau pembawaan ( nativisme )
Anak dilahirkan dengan membawa bakat-bakat tertentu. Bakat ini dapat
diumpamakan sebagai bibit yang terkandung dalam diri anak. Setiap individu
tentunya memiliki bakat yang berbeda-beda, misalnya anak yang mempunyai bakat
5
musik akan lebih mudah mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan musik dan
mempraktekkannya.
b.      Sifat-sifat keturunan
Sifat-sifat keturunan ini didapat dari orang tua atau nenek moyangnya berupa
fisik dan mental. Misalnya secara fisik yaitu bentuk hidung, bentuk badan atau suatu
penyakit. Sedangkan secara mental misalnya sifat penakut, pendiam dan sebagainya.

c.       Dorongan dan instink


Dorongan adalah suatu keinginan yang mendorong untuk melakukan sesuatu
atau bertindak pada saatnya. Sedangkan instink atau naluri yaitu suatu sifat yang
dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan tanpa didahului oleh
latihan.  Jenis-jenis tingkah laku manusia yang termasuk instink misalnya melarikan
diri karena perasaan takut dan menolak karena merasa jijik.[3]

2.      Faktor yang berasal dari luar individu diantaranya adalah sebagai berikut :
a.       Makanan
Makanan mempengaruhi perkembangan individu, hal ini terutama pada tahun-
tahun kehidupan anak. Oleh sebab itu dalam perkembangan anak tentunya harus
memperhatikan asupan makanan.
b.      Iklim
Sifat-sifat iklim, alam dan udara mempengaruhi sifat-sifat individu dan jiwa
bangsa yang berada pada iklim tersebut. Misalnya seseorang yang hidup dalam iklim
tropis yang kaya raya akan terlihat jiwanya yang lebih tenang, dibandingkan dengan
orang yang hidup di iklim dingin, karena iklim tropis tidak “sekeras” di iklim dingin
sehingga perjuangan hidupnya lebih santai.
c.       Kebudayaan atau lingkungan ( Empirisisme )
Latar belakang budaya desa, keadaan jiwanya masih murni, masih yakin akan
kebesaran dan kekuasaan Tuhan, akan terlihat lebih tenang karena jiwanya masih
berada dalam lingkungan kultur kebudayaan sendiri yang  mengandung filsafat
hidup sebagai pandangan hidup keagamaan. Sedangkan orang yang hidup dikota
sudah terpengaruh dengan kebudayaan asing. [4]
d.      Ekonomi
Orang tua yang ekonominya lemah sering kurang memperhatikan kebutuhan
anak-anaknya dengan baik, sehingga menghambat pertumbuhan jasmani dan
perkembangan jiwa anak. Bahkan terkadang tekanan ekonomi menimbulkan tekanan
jiwa  karena sering adanya konflik masalah ekonomi.
e.       Kedudukan anak dalam keluarga
Bila anak itu merupakan anak tunggal, biasanya perhatian orangtua seluruhnya
tercurah pada anak itu sehingga anak tersebut mempunyai sifat manja, menarik
perhatian dengan cara kekanak-kanakan dan sebagainya. Sedangkan anak yang
mempunyai banyak saudara , orang tua akan sibuk membagi perhatian ke anak-
anaknya sehingga anak tersebut akan lebih mandiri.
Persoalan mengenai faktor-faktor apakah yang memungkinkan atau mempengaruhi perkembangan,
dijawab oleh para ahli dengan jawaban yang berbeda-beda. Para ahli yang beraliran “Nativisme”
berpendapat bahwa perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh unsur pembawaan. Jadi
perkembangan individu semata-mata tergantung kepada faktor dasar/ pembawaan. Tokoh utama
6
aliran ini yang terkenal adalah Scopenhauer. Berbeda dengan aliran Nativisme, para ahli yag
mengikuti aliran “Empirisme” atau disebut juga aliran enviromnetalisme berpendapat bahwa
perkembangan individu itu sepenuhnya ditentukan oleh faktor lingkungan/ pendidikan, sedangkan
faktor dasar/pembawaan tidak berpengaruh sama sekali.
Aliran empririsme ini menjadikan faktor lingkungan/pembawaan maha kuasa dalam
menentukan perkembangan seseorang individu. Tokoh aliran ini adalah John Locke. Aliran yang
tampak menengahi kedua pendapat aliran yang ekstrim di atas adalah aliran “Konvergensi” dengan
tokohnya yang terkenal adalah Willian Stern. Menurut aliran Konvergensi, perkembangan individu
itu sebenarnya ditentukan oleh kedua kekuatan tersebut. Baik faktor dasar/pebawaan maupun faktor
lingkungan/pendidikan keduanya secara convergent akan menentukan/mewujudkan perkembangan
seseorang individu. Sejalan dengan pendapat ini, Ki Hajar Dewantara mengemukakan ada dua
faktor yang mempengaruhi perkembangan individu yaitu faktor dasar/pembawaan (faktor internal)
dan faktor ajar/lingkungan (faktor eksternal) (Ki Hajar Dewantara, 1977: 485). Manurut Hurlock
(1980), baik faktor kondisi internal maupun faktor kondisi eksternal akan dapat mempengaruhi
tempo/kecepatan dan sifat atau kualitas perkembangan seseorang. Tetapi sejauh mana pengaruh
kedua faktor tersebut sukar untuk ditentukan, terlebih lagi untuk dibedakan mana yang penting dan
kurang penting. Ada beberapa faktor faktor-faktor yang berkaitan dengan perkembangan seseorang
yaitu:
1. Inteligensi Inteligensi merupakan faktor yang terpenting. Kecerdasan yang tinggi disertai
oleh perkembangan yang cepat, sebaliknya jika kecerdasan rendah, maka anak akan terbelakang
dalam pertumbuhan dan perkembangan. Berdasarkan penelitian Terman LM (Genetic studies of
Genius) dan Mead TD (The age of walking and talking in relation to general intelligence) telah
dibuktikan adanya pengaruh inteligensi terhadap tempo perkembangan anak terutama dalam
perkembangan berjalan dan berbicara.
2. Seks Perbedaan perkembangan antara kedua jenis seks tidak tampak jelas. Yang nyata
kelihatan adalah kecepatan dalam pertumbuhan jasmaniyah. Pada waktu lahir anak laki-laki lebih
besar dari perempuan, tetapi anak perempuan lebih cepat perkembangannya dan ebih cepat pula
dalam mencapai kedewasaannya dari pada anak laki-laki. Anak perempuan pada umumnya lebih
cepat mencapai kematangan seksnya kira-kira satu atau dua tahun lebih awal dan pisiknya juga
tampak lebih cepat besar dari pada anak laki-laki. Hal ini jelas pada anak umur 9 sampai 12 tahun.
3. Kelenjar-kelenjar Hasil penelitian di lapangan indoktrinologi (kelenjar buntu)
menunjukkan adanya peranan penting dari sementara kelenjar-kelenjar buntu ini dalam
pertumbuhan jasmani dan rohani dan jelas pengaruhnya terhadap perkembangan anak sebelum dan
sesudah dilahirkan.
4. Kebangsaan (ras) Anak-anak dari ras Meditarian (Lautan tengah) tumbuh lebih cepat dari
anak-anak Eropa sebelah timur. Anak-anak negro dan Indian pertumbuhannya tidak terlalu cepat
dibandingkan dengan anakanak kulit putih dan kuning.
5. Posisi dalam keluarga Kedudukan anak dalam keluarga merupakan keadaan yang dapat
mempengaruhi perkembangan. Anak kedua, ketiga, dan sebagainya pada umumnya
perkembangannya lebih cepat dari anak yang pertama. Anak bungsu biasanya karena dimanja
perkembangannya lebih lambat. Dalam hal ini anak tunggal biasanya perkembangan mentalitasnya
cepat, karena pengaruh pergaulan dengan orangorang dewasa lebih besar.
6. Makanan Pada tiap-tiap usia terutama pada usia yang sangat muda, makanan merupakan
faktor yang penting peranannya dalam pertumbuhan dan perkembangan. Bukan saja makanannya,
tetapi isinya yang cukup banyak mengandung gizi yang terdiri dari pelbagai vitamin. Kekurangan
gizi/vitamin dapat menyebabkan gigi runtuh, penyakit kulit dan lain-lain penyakit.
7
7. Luka dan penyakit Luka dan penyakit jelas pengaruhnya kepada perkembangan,
meskipun terkadang hanya sedikit dan hanya menyangkut perkembangan fisik saja.
8. Hawa dan sinar Hawa dan sinar pada tahun-tahun pertama merupakan faktor yang
penting. Terdapat perbedaan antara anak-anak yang kondisi lingkungannya baik dan yang buruk.
9. Kultur (budaya) Penyelidikan Dennis di kalangan orang-orang Amerika dan Indiana
menunjukan bahwa sifat pertumbuhan anak-anak bayi dari kedua macam kultur adalah sama.
Ini menguatkan pendapat bahwa sifatsifat anak bayi itu adalah universal dan bahwa budayalah
yang kemudian merubah sejumlah dasar-dasar tingkah laku anak dalam proses perkembangannya.
Yang termasuk faktor budaya disini selain budaya masyarakat juga di dalamnya termasuk
pendidikan, agama, dsb.
Shehu sebagaimana dikutip Hasan menyatakan bahwa di dalam pandangan Allah ada faktor yang
paling penting dalam perkembangan di samping faktor hereditas dan lingkungan, yaitu faktor
ketentuan Allah (Hasan, 2006: 34). Sebagaimana hadis Rasulullah saw yang artinya: Sesungguhnya
Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang digenggam-Nya dari seluruh permukaan
bumi. Kemudian anak-anak Adam datang sesuai dengan kadar warna tanah. Di antara mereka ada
yang merah, putih, hitam, dan perpaduan warna warni tersebut, ada yang lembut ada yang kasar
(keras), ada yang jahat dan ada juga yang baik, atau di antara keduanya (H.R. Abu Dawud dan at-
Tirmidzi)
Faktor keturunan berkaitan dengan penentuan jenis kelamin anak dan kemiripan anak
dengan orangtuanya sebagai dua hadis Rasul saw sebagai berikut: Artinya:
“Sperma pria adalah putih dan sel telur wanita kekuningkuningan. Jika mereka bertemu (terjadi
pembuahan) dan sperma pria mengungguli sel telur perempuan, hasilnya akan menjadi jenis
kelamin laki-laki dengan seizin Allah, dan jika sel telur perempuan mengungguli sel sperma pria
hasilnya akan menjadi perempuan dengan seizin Allah (HR Muslim)
Hadis kedua menjelaskan bahwa kemiripan anak dengan orangtuanya merupakan salah satu
hal yang diturunkan, sebagaimana diriwayatkan Li‘an bahwa salah satu sahabat Rasul Hilal bin
Umayyah menuduh isterinya melakukan perzinahan dengan Suraikh bin as-Sahma. Nabi bersabda:
“Biarkan ia melahirkan, jika anak yang lahir menyerupainya (laki-laki itu), maka anak itu milik
laki-laki yang dituduhkan, tapi jika anak itu menyerupai ayahnya maka ia adalah anak suaminya
yang sah (HR Muslim)

Dalam zaman yang canggih ini dalam penentuan apakah seseorang benar anak dari
seseorang atau tidak selalu digunakan tes DNA. Dari hasil tes DNA dapat diketahui sejarah dan asal
mulanya seseorang. DNA mirip enskilopedi yang menyimpan informasi kesamaan dan perbedaan
antar individu (Yahya, 2005)

Penjelasan Islam tentang pengaruh faktor lingkungan dapat dilihat dari hadis Rasulullah
yang berbunyi: Artinya:
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah maka ibu bapaknyalah yang menyebabkannya
ia menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi (H.R. Bukhari).
Hadis ini menunjukkan bahwa potensi fitrah (bertauhid) anak akan tersembunyi jika
lingkungan keluarga tidak memberikan pendidikan agama yang baik kepada anak-anaknya. Baik
buruknya perkembangan jiwa beragama pada anak-anak sangat dipengaruhi oleh pendidikan agama
oleh orangtuanya atau pendidik lainnya. Argyle dalam Beit Hallami (1977:30) dalam penelitiannya
tentang hubungan keluarga dengan perkembangan anak menyimpulkan bahwa terdapat hubungan

8
yang sangat signifikan antara sikap orang tua terhadap agama dan merupakan faktor yang paling
penting dalam membentuk sikap beragama anak.
Jika dilihat dari teori proyeksi, anak-anak mengimajinasikan Tuhan melalui figur orang
tuanya. Tuhan adalah proyeksi dari orang tua. Meskipun teori ini telah banyak ditolak namun para
pengikutnya masih meyakini bahwa ketidak sempurnaan orang tua untuk memenuhi semua
keinginan anak, menyebabkan anak membutuhkan satu Zat yang Maha Sempurna yang dapat
memenuhi kebutuhannya yaitu Tuhan. Dalam beribadah anak-anak cenderung meniru orang tua.
Bandura mengatakan: “melalui identifikasi seorang anak mulai menerima sifatsifat pribadi dan
tingkah laku tertentu sebagai sesuatu yang berguna agar bisa sesuai dan diterima orang lain.
” Hal ini disebabkan karena anak memang suka meniru, apalagi meniru orangtuanya atau
pengasuhnya yang selalu dilihat atau didengarnya setiap hari. Pentingnya proses peniruan ini
mengajak kita semua untuk bisa dijadikan teladan yang baik bagi anak. Seorang anak yang selalu
melihat orangtuanya shalat, mengaji, berbuat baik, akan mempunyai kesan yang positif terhadap
pengamalan ajaran agama.
Sehingga mereka tertarik juga mengerjakan ibadah-ibadah tersebut. Daradjat menyatakan
anak-anak sangat tertarik mengenal Tuhan melalui bahasa orang-orang di sekitarnya. Pada awalnya
anak-anak mungkin acuh tak acuh mendengar nama Tuhan, namun lama kelamaan anak mulai
merasa kagum terhadap kekuasaan Tuhan yang didengarnya dari orang-orang dewasa di sekitarnya.
Kekaguman tersebut dapat juga berubah menjadi keraguan dan kegelisahan jika anak-anak merasa
dikecewakan Tuhan. Dalam percontohan, Islam sangat mengajarkan agar orangtua menjadi contoh
yang baik bagi anak-anaknya. Rasulullah selalu mengajarkan orangtua untuk menjadi contoh yang
baik bagi anak-anaknya. Misalnya Rasulullah pernah menegur seorang ibu yang berjanji akan
memberi anaknya kurma, tetapi tidak berniat memenuhi janjinya, maka Rasulullah menegur ibu
tersebut. Beliau mengatakan kalau engkau tidak memberinya kurma maka engkau telah berdusta.
Hal tersebut dapat menjadi pendidikan pada anak bahwa berdusta dibolehkan.
Penelitian Shoemaker dan Gorsuch (1982) menunjukkan bahwa sekolah memiliki pengaruh
penting dalam perkembangan agama anak. Anak-anak yang bersekolah di sekolah-sekolah berbasis
agama lebih cenderung memiliki perilaku beragama yang baik dibandingkan dengan anak-anakyang
bersekolah di sekolah umum. Namun belum dapat dipastikan yang lebih besar pengaruhnya
terhadap keagamaan anak pendidikan agama yang diberikan orang atau sekolah. Sebab orang tua
yang peduli dengan agama cenderung memasukkan anaknya ke sekolah agama sedangkan orang tua
yang kurang peduli dengan ajaran agama cenderung memasukkan anaknya ke sekolah umum
. penulis sendiri pernah melihat seorang anak muslim yang bersekolah di sekolah Katolik
membaca doa agama Katolik secara sembunyi-sembunyi sebelum makan. Hal ini dilakukannya
karena dia selalu melihat temantemannya berdoa sebelum makan di sekolah, tetapi karena doa yang
dibaca temannya berbeda dengan doa yang dibaca orang tuanya di rumah maka dia membacanya
sembunyi di balik pintu sebelum makan.
Bacaan-bacaan yang bernuansa agama di sekolah juga berpengaruh terhadap perkembangan
agama anak. Menurut Cassimir dalam Masganti, buku-buku agama, majalah-majalah agama, hiasan
bernuansa agama, dan benda-benda yang berkaitan dengan agama merupakan alat pendidikan
utama dalam pendidikan agama yang bersifat tidak disengaja atau disengaja (Masganti, 2011).
Namun meskipun kedua faktor tersebut telah diupayakan sebaikbaiknya, misalnya seorang
ayah telah memilih isteri yang baik untuk anak-anaknya dan telah mendidik dirinya menjadi ayah
yang baik, selanjutnya telah mendidik anaknya untuk menjadi baik pula, namun Allah berkehendak
lain. Manusia tidak dapat menolak kehendak Allah. Allah memberi contoh dalam al-Qur’an
bagaimana Nabi Nuh tidak dapat mengajak anaknya menjadi hamba Allah yang beriman. Demikian
9
juga kisah Luth yang tidak dapat mengajak isterinya menjadi orang yang beriman kepada Allah.
Nabi Muhammad juga tidak dapat menolak takdir Allah ketika pamannya Abu Thalib meninggal
dunia dalam kekafirannya. Nabi Ibrahim juga tidak dapat mengajak ayahnya untuk beriman kepada
Allah swt.
Beberapa peristiwa di atas menunjukkan bahwa di dalam pandangan Islam, takdir Allah
merupakan faktor penentu dalam perkembangan seseorang. Sebagaimana hadis Nabi saw yang
artinya: Sesungguhnya kejadian seseorang di antara kamu di perut ibunya adalah 40 hari pertama
berupa air mani (sperma), kemudian menjadi ‘alaqah (sesuatu yang menggantung) pada masa
seperti itu lagi (40 hari) lalu menjadi mudgah (segumpal daging) dalam masa itu (40 hari).
Kemudian malaikat diutus oleh Allah, lalu dia meniupkan ruh kepada janin, dan Allah
memerintahkan 4 (empat) hal yaitu: rezekinya, umurnya, amalnya, apakah dia orang yang celaka
atau bahagia (H.R. Muslim dari Ibnu Mas`ûd). Hadis ini menunjukkan bahwa Allah telah
menentukan takdir manusia, sebelum lahirnya, namun dengan kasih sayang Allah takdir

D.    Tugas Perkembangan Fase Peserta Didik


1.      Tugas-tugas perkembangan fase bayi dan kanak-kanak
Beberapa tugas perkembangan yang muncul dan harus dikuasai oleh anak pada fase  ini adalah :

a.       Belajar berjalan. Pada usia sekitar satu tahun, tulang dan otot-otot bayi telah cukup
kuat untuk melakukan gerakan berjalan. Berjalan merupakan puncak perkembangan
gerak pada masa bayi.
b.      Belajar mengambil makanan, Makanan merupakan kebutuhan biologis utama pada
manusia. Dengan diawali oleh kemampuan mengambil dan memakan sendiri makanan
yang dibutuhkannya, bayi telah memulai usaha memenuhi sendiri kebutuhan hidupnya.
c.       Belajar berbicara. Melalui tugas ini anak mempelajari bunyi-bunyi yang mengandung
arti dan berusaha mengkomunikasikannya dengan orang-orang di sekitarnya.
d.      Belajar mengontrol cara-cara buang air. Pengontrolan cara buang air bukan hanya
berfungsi menjaga kebersihan, tetapi juga menjadi indicator utama kemampuan berdiri
sendiri, pengendalian diri dan sopan santun.
e.       Belajar mengetahui jenis kelamin. Pengenalan tentang jenis kelamin sangat penting
bagi pembentukan peranan dirinya serta penentuan bentuk perlakuan dan interaksi baik
dengan jenis kelamin yang sama maupun yang berbeda dengan dirinya.
f.       Menguasai stabilitas jasmaniah. Pada masa bayi kondisi fisiknya sangat labil dan
peka, mudah sekali berubah dan kena pengaruh dari luar. Pada akhir masa kanak-kanak
ia harus memiliki jasmani yang stabil, kuat, sehat, seimbang agar mampu melakukan
tuntutan-tuntutan perkembangan selanjutnya.
g.      Belajar hubungan social yang baik dengan orang tua, saudara serta orang-orang dekat
lainnya. Karena anak selalu berhubungan dengan orang   lain.
h.      Belajar membedakan mana yang baik dan tidak baik serta pengembangan hati nurani.
Sesuai dengan kemampuannya anak dituntut telah mengetahui mana perbuatan yang
baik dan mana yang tidka baik, lebih jauh ia dituntut untuk melakukan perbuatan yang
baik dan menghindarkan perbuatan yang tidak baik. [5]

10
2.      Tugas-tugas perkembangan masa anak

a.       Belajar ketrampilan fisik yang diperlukan dalam permainan. Ketrampilan fisik seperti
menangkap,melempar,menendang bola, berenang,mengendarai sepeda dll.
b.      Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai individu yang
sedang berkembang, seperti dapat memelihara kesehatan dan keselamatan dirinya.
c.       Belajar berkawan dengan teman sebaya.
d.      Belajar melakukan peranan social sebagai laki-laki atau wanita.
e.       Belajar menguasai keterampilan-keterampulan intelektual dasar, yaitu membaca,
menulis, dan berhitung.

f.       Pengembangan moral, nilai dan hati nurani. Anak dituntut telah mampu menghargai
perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan moral, dapat melakukan control terhadap
perilakunya sesuai dengan moral.
g.      Memiliki kemerdekaan pribadi. Anak mampu memilih, merencanakan, dan melakukan
pekerjaan atau kegiatan tanpa tergantung pada orang tuanya atau orang dewasa lainnya.
h.      Pengembangan sikap terhadap lembaga dan kelompok social. Anak diharapkan telah
memiliki sikap yang tepat terhadap lembaga-lembaga dan unit atau kelompok-kelompok
social yang ada dalam masyarakat. [6]

4. Tugas-tugas perkembangan masa remaja

a.       Mampu menjalin hubungan yang lebih matang dengan sebaya dan jenis kelamin
lain.
b.      Mampu melakukan peran-peran social sebagai laki-laki dan wanita.
c.       Menerima kondisi jasmaninya dan dapat menggunakannya secara efektif.
d.      Memiliki keberdirisendirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
e.       Memiliki perasaan mampu berdiri sendiri dalam bidang ekonomi.
f.       Mampu memilih dan mempersiapkan diri untuk sesuatu pekerjaan.
g.      Belajar mempersiapkan diri untuk perkawinan dan hidup berkeluarga.
h.      Mengembangkan konsep-konsep dan keterampilan intelektual untuk hidup
bermasyarakat.
i.        Memiliki perilaku social seperti yang diharapkan masyarakat.
j.        Memiliki seperangkat nilai yang menjadi pedoman bagi perbuatannya. [7]

5. Tugas-tugas perkembangan masa dewasa muda

a.       Memilih pasangan hidup.


b.      Belajar hidup bersama pasangan hidup.
c.       Memulai hidup berkeluarga.
d.      Memelihara dan mendidik anak.
e.       Mengelola rumah tangga.
f.       Memulai kegiatan pekerjaan.
g.      Bertanggung jawab sebagai warga masyarakat, warga Negara.
h.      Menemukan persahabatan dalam kelompok social.

11
6. Tugas-tugas perkembangan masa dewasa

a.       Memiliki tanggung jawab social dan kenegaraan sebagai orang dewasa.


b.      Mengembangkan dan memelihara standar kehidupan ekonomi.
c.       Membimbing anak dan remaja agar menjadi orang dewasa yang bertanggung
jawab dan berbahagia.
d.      Mengembangkan kegiatan-kegiatan waktu senggang sebagai orang dewasa,
hubungan dengan pasangan-pasangan keluarga lain sebagai pribadi.
e.       Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisik sebagai
orang setengah baya.
f.       Menyesuaikan diri dengan kehidupan sebagai orang tua yang bertambah tua.

7. Tugas-tugas perkembangan pada masa usia lanjut, adalah :

a.       Menyesuaikan diri dengan kondisi fisik dan kesehatan yang semakin menurun.
b.      Menyesuaikan diri dengan situasi pension dan penghasilan yang berkurang.
c.       Menyesuaikan diri dengan kematian dari pasangan hidup.
d.      Membina hubungan dengan sesame usia lanjut.
e.       Memenuhi kewajiban-kewajiban social dan kenegaraan.
f.       Memelihara kondisi dan kesehatan.
g.      Kesiapan menghadapi kematian. [8]

E.    Prinsip-prinsip Perkembangan

Ciri-ciri perkembangan menunjukkan gejala-gejala yang secara relatif teratur.


Sehingga terjadi pola-pola perkembangan yang sistematis. Atas dasar itu, maka para ahli
merumuskan prinsip-prinsip perkembangan. Prinsip-prinsip perkembangan itu kadang-kadang
juga dipandang sebagai hukum-hukum perkembangan. Beberapa prinsip itu adalah:
1. Perkembangan fungsi-fungsi jasmaniah dan fungsi-fungsi rohaniah berlangsung
dalam proses satu kesatuan yang menyeluruh (integral).
Prinsip ini sering disebut sebagai hukum kesatuan organis (fungsional). Prinsip ini
berarti bahwa organ-organ atau fungsi-fungsi itu proses perkembangann bukan
secara sendiri-sendiri, terpisah satu sama lain. Melainkan satu dengan yang lain
saling berhubungan dan bahkan saling ketergantungan. Perkembangan fungsi pikir
misalnya, adalah tidak terpisahkan dengan perkembangan fungsi ingatan, fungsi
fantasi, fungsi motivasi dan sebagainya, bahkan tidak terpisah dengan organ-organ
jasmaniah.
2. Setiap individu mempunyai kecepatan sendiri-sendiri dalam perkembangannya.
12
Prinsip ini mengandung maksud bahwa perkembangan antara sejumlah anak
tidaklah sama,belum tentu sama pula tingkat perkembangan yang dicapainya pada
suatu saat tertentu, baik pola perkembangan seluruhnya, maupun dalam aspek
tertentu dari perkembangan itu. Dengan kata lain senantiasa terdapat perbedaan-
perbedaan individual dalam proses perkembangan anak-anak. Prinsip ini disebut
juga dengan hukum tempo perkembangan.
3. Perkembangan seorang individu, baik keseluruhan maupun setiap aspeknya,
kelangsungannya tidak konstan melaikan berirama.
Ini berarti bahwa proses perkemangan itu kadang-kadang cepat, kadang-kadang
lambat, atau mungkin berhenti untuk beberapa waktu. Perkembangan kemampuan
berbicara sebagai suatu bentuk pekembangan misalnya, padasuatu saat cepat
memperooleh kata-kata baru beserta pengertiannya dalam waktu jangka singkat,
pada saat yang lain sebaliknya, dalam waktu yang lebih lama hanya mendapat
penambahan sedikit ataupun tidak mendapatkan kosa kata yang lain lagi. Prinsip
ini disebut juga dengan hukum irama (rithme) perkembangan.
4. Proses perkembangan itu megikuti pola tertentu.
Prinsip ini menyatakan bahwa setiap aspek perkembangan kelangsungan mengikuti
aturan yang relatif tetap, sesuai dengan perkembangan itu sendiri. Misalnya,
perkembangan kecakapan berjalan, dimulai dengan berdiri sambil berpegangan
selanjutnya erdiri tanpa berpegangan, melangkah sambil jatuh sampai melangkah
dan berjalan seperti biasa.
5. Proses perkembangan berlangsung secara berkesinambungan
Dengan prinsip ini berarti apa yang sudah dicapai pada saat-saat yang lalu
merupakan bagian tak terpisahkan dengan bagian-bagian sebelumya. Oleh kareba
itu, adanya periode-periode perkembangan yang diadakan adalah sekedar untuk
memahami perkembangan, karena sebenarnya tidak ada perubahan yang
mendadak. Prinsip ini disebut juga dengan hukum kontinuitas perkembangan.
6. Antara aspek perkembangan dengan aspek perkembangan yang lain saling
berkaitan atau saling berkolerasi secara bermakna.
Dengan prinsip ini dapat dicontohkan, bahwa perkembangan kesanggupan berjalan
akan berkolerasi dengan perkembangan dan pertumbuhan otot-otot, syaraf-syaraf,
tulang-tulang kaki dan sebagainya. Prinsip ini dipandang sebagai hukum kolerasi
13
perkembangan.
7. Perkembangan berlangsung dari pola-pola yang bersifat umum menuju pola-pola
yang bersifat khusus.
Prinsi ini pada dasarnya menyatakan, bahwa perkembangan bermula dari
“globalitas” yang dengan melalui proses berangsur-angsur semakin muncul
“perincian-perincian” yang smakin beraneka ragam. Dengan kata lain
perkembangan ini disebut menuju diferensiasi. Oleh karena itu disebut juga dengan
hukum diferensiasi (Ahmad, 1993: 30-33).
Prinsip-prinsip (hukum) perkembangan di atas, sejalan dengan pendapat
Kasiram (1993:26-27) yang menyatakan bahwa pada garis besarnya peristiwa
perkembangan itu mengikuti prinsip-prinsip perkembangan sebagai berikut:
1. Perkembangan itu mengikuti pola-pola tertentu dan berlangsung secara teratur.
2. Perkembangan itu selalu menuju ke diferensiasi dan integrasi.
Dari gerakan-gerakan yang bersifat massal, berkembang menjadi gerakan-gerakan
khusus dan terjadi koordinasi dan integrasi antara organ yang satu dengan yang
lain.
3. Pertumbuhan dan perkembangan tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi berlangsung
secara berangsur-angsur secara teraur dan terus menerus.
4. Suatu tingkat perkembangan dipengaruhi oleh sifat perkembangan sebelumnya.
Terlambatnya suatu tingkat perkembangan, akann menghambat pula
perkembangan pada tingkat berikutnya. Sebaliknya sukses dalam suatu tingkat
perkembangan akan sukses juga pada perkembangan berikutnya.
5. Perkembangan adalah hasil dari peristiwa maturation, readness, dan learning.
6. Perkembangan itu antara satu anak berbeda dengan anak yang lain,baik dalam
perkembangan masing-masing organ/aspek kejiwaannya maupun cepat lambatnya
perkembangan tersebut.
Selain dari beberapa prinsip-prinsip (hukum) perkembangan di atas,
Syamsuddin (2004:85-86) mengemukakan ada beberapa hukum (Principles)
perkembangan, yaitu sebagai berikut:
1. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor-faktor pembawaan, lingkungan dan
kematangan.
2. Proses perkembangan itu berlangsung secara bertahap (progresif dan sistematik).
14
3. Bagian-bagian dari fungsi-fungsi organisme mempunyai garis perkembangan dan
tingkat kematangan masing-masing. Meskipun demikian, sebagai kesatuan organis
dalam prosesnya terdapat kolerasi dan bahkan kompensatoris antara yang satu
dengan yang lainnya.
4. Terdapat variasi dalam tempo dan irama perkembangan antar-individual dan
kelompok tertentu (menurut latar belakang jenis, geografis, dan kultural).
5. Proses perkembangan itu pada taraf awalnya lebih bersifat diferensiasi dan pada
akirnya lebih bersifat integrasi antar bagian dan fungsi organisme.
6. Dalam batas-batas masa peka, perkembangan atau pertumbuhan dapat dipercepat
atau diperlambat oleh kondisi lingkungan.
7. Laju perkembangan anak berlangsung lebih cepat pada periode kanak-kanak
daripada periode-operiode berikutnya.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan itu memiliki
prinsip-prinsip (hukum) yang menggambarkan secara umum bahwa perkemangan itu
pastinya senantiasa mengalami seluruh poin-poin yang ada didalam prinsip-prinsip
(hukum) tersebut.
Prinsip-prinsip (hukum) itu secara umum menggambarkan bahwa proses
perkembangan itu terjadi secara teratur, sitematik, bertahap dan tidak terjadi secara
tiba-tiba serta dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Kemudian dijelaskan juga dalam
prinip perkembangan peserta didik bahwa setiap individu mengalami perkembangan
yang erbeda dengan individu lainnya dan terjadi secara diferensiasi dan integrasi.
Hubungan antara Belajar dan Perkembangan
Winkel (2005:26) menyimpulkan bahwa kaitan antara belajar dan
perkembangan adalah sebagai berikut:
1. Belajar melandasi sebagian besar dari perkembangan. Yang sebagian besar
meliputi perkembangan psikis/mental dalam berbagai aspekya. Sebagian kecil
yaitu aspek pertumbuhan yang tidak bergantung pada usaha belajar walaupun
meletakkan dasar bagi perkembangan psikis/mental.
2. Adanya tahap perkembangan tertentu, berpengaruh terhadap apa yang dapat
dipelajari dan dengan cara bagaimanaharus dipelajari. Misalnya anak sebelum
berusia 6 tahun, biasanya dapat belajar berbicara dua bahasa sekaligus, dan belajar
secara spontan dari lingkungannya yang mengajak dia berbicara dua bahasa itu.
15
Selanjutnya belajar semacam itu makin lama ssemakin sulit, sehingga pada umur
12 tahun keatas, anak harus belajar secara formal kalau ingin belajar berbicara
dalam bahasa yang masih asing baginya. Meskipun belajar dengan rajin di
sekolah, namun logatnya dalam berbicara asing itu sering berbeda dengan orang
yang berbicara dalam bahasa itu sejak masih belia.
Belajar dan perkembangan merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama
lain dan masing-masing memiliki fungsi yang saling mendukung. Belajar dalam aspek
perkembangan berarti usaha yang dilakukan unnttuk mencapai tahapan-tahapan
menuju arah kematangan dalam perkembangan seorang individu, sementara
perkembangan dalam aspek belajar merupakan proses berlangsungnya perubahan-
perubahan dalam diri seseorang yang membawa penyempurnaan dalam
kepribadiaannya untuk menjadi manusia yang insan kamil.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Contoh Studi Kasus
Sebuah penelitian yang dilakukan di University of California, Los Angeles setelah
mempelajari masalah dalam (kurang lebih) 2000 keluarga, membuktikan bahwa anak tetap
menjadi korban ‘empuk’ dalam pertikaian rumah tangga. [9]
Kondisi ini dapat berpengaruh pada perilaku anak yang cenderung melakukan hal-hal
negative diluar kebiaasaannya seperti murung ,sedih berkepanjangan yang  akan membuat
seorang anak menutup diri.
Untuk itu, berdasarkan observasi yang telah dilakukan selama 30 tahun, menyatakan
bahwa kedua orangtua yang sudah tak lagi saling mencintai, sebaiknya jangan pernah hidup
bersama dalam satu atap.
Hal ini hanya akan menyakiti hati dan mental sang anak. Seorang anak yang terus-
menerus melihat pertengkaran orangtuanya, bisa menderita kelainan secara psikis dan
gangguan perilaku, saat berhubungan dengan orang lain.
Profesor Kelly Musick, sekaligus penulis buku “Are Both Parents Always Better than
One? Parental Conflict and Young Adult Well-Being”, mengungkap bahwa seorang anak
yang terlahir dan besar dalam keluarga penuh konflik, cenderung menjadi bodoh secara
akademis, dan tak sedikit juga yang akhirnya putus sekolah. Ironisnya, dalam usia belia,
mereka sudah mencoba untuk merokok, minum alkohol dan melakukan penyimpangan
secara seksual.
            Dampak  Keluarga  Broken Home bagi Perkembangan Anak Didik.
1.       Perkembangan  emosi
Emosi adalah  perpaduan dari beberapa perasaan yang  merupakan pengalaman
subjektif  yang bisa dilihat dari ekspresi wajah dan tubuh. Perceraian adalah hal negatif
yang sebaiknya dihindari agar emosi anak tidak  berdampak bagi perkembangannya.
Adapun dampak pandangan keluarga broken home terhadap perkembangan emosi
remaja menurut Wilson Madeah (1993: 42) adalah: Perceraian orang tua membuat

16
temperamen anak terpengaruh, pengaruh yang tampak secara jelas dalam perkembangan
emosi itu membuat anak menjadi pemurung, pemalas (menjadi agresif) yang ingin mencari
perhatian orang tua/orang lain. Mencari jati diri dalam suasana rumah tangga yang
tumpang dan kurang serasi. Sedangkan menurut Hetherington (Save M. Degum 1999: 197)
“Peristiwa perceraian itu menimbulkan ketidak stabilan emosi”.
Jadi keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan emosi remaja karena keluarga
yang tidak harmonis menyebabkan dalam diri remaja merasa tidak nyaman dan kurang
bahagia.
2.      Perkembangan Sosial Remaja
Sedangkan Willson Nadeeh menyatakan bahwa: Anak sulit menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Anak yang dibesarkan dikeluarga pincang, cendrung sulit menyesuaikan diri dengan
lingkungan. kesulitan itu datang secara alamiah dari diri anak tersebut.
Dampak bagi remaja putri menurut Hethagton menyatakan bahwa: Remaja putri yang tidak
mempunyai ayah berperilaku dengan salah satu cara yang ekstrim terhadap laki-laki, mereka sangat
menarik diri pasif dan minder kemungkinan yang kedua terlalu aktif, agresif dan genit.
Jadi keluarga broken home sangat berpengaruh pada perkembangan sosial remaja karena
dari keluarga remaja menampilkan bagaimana cara bergaul dengan teman dan masyarakat.
.           3.         Perkembangan Kepribadian
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
1. Perkembangan adalah “perubahan-perubahan yang dialami individu atau organism menuju
tingkat kedewasaanya atau kematangannya ( maturation) yang berlangsung secara sistematis,
progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik ( jasmaniah ) maupun psikis ( rohaniah )”.
2. Secara global, seluruh proses perkembangan individu berlangsung dalam tiga tahapan, yaitu
Tahapan proses konsepsi, Tahapan proses kelahiran, Tahapan proses perkembangan individu bayi
tersebut menjadi seorang pribadi yang khas.
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan terdiri dari faktor dalam
dan faktor luar.
4.      Tugas-tugas fase perkembangan dibagi menjadi Perkembangan fase bayi dan kanak-
kanak, perkembangan masa anak, perkembangan masa remaja,  perkembangan masa
dewasa muda, perkembangan masa dewasa, perkembangan masa usia lanjut.
5. Prinsip-prinsip perkembangan menunjukkan gejala-gejala yang secara relatif teratur,
hal tersebut diatur dalam prinsip-prinsip (hukum) perkembangan, yaitu sebagai
berikut:

1) Perkembangan dipengaruhi oleh faktor-faktor pembawaan, lingkungan dan


kematangan;

2) Proses perkembangan itu berlangsung secara bertahap (progresif dan


sistematik);

3) Bagian-bagian dari fungsi-fungsi organisme mempunyai garis


perkembangan dan tingkat kematangan masing-masing;

17
DAFTAR PUSTAKA

Desmita.2011.Psikologi Perkembangan Peserta Didik.Bandung:Rosdakarya.

Syah, Muhibbin.2004.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:Rosdakarya.

Ali, Muhammad.2011.Psikologi Remaja.Jakarta:Bumi Aksara.

Syaodih Sukmadinata, Nana.2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:Rosdakarya.

Dahlan, Djawad.2011.Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung: Rosdakarya.

http : // bbawur.blogspot.com/ 2009/03/pengaruh_broken_home.html diakses pada tanggal 12 Maret


2015 pukul 14:03

[1] Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik,  Bandung :  Rosdakarya, 2011, hlm.25


[2]  Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,  Bandung :  Rosdakarya,
2004, hlm.48
[3] Ali, Muhammad, Psikologi Remaja,   Jakarta : Bumi Aksara, 2011, hlm.10
[4] Ibid, hlm.11
[5] Syaodih Sukmadinata, Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung : Rosdakarya,
2004, hlm.120
[6] Syaodih Sukmadinata, Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, .........hlm.122
[7] Ibid,  hlm.125
[8] Dahlan, Djawad, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung : Rosdakarya, 2011,
hlm.20
[9]  http : // bbawur.blogspot.com/ 2009/03/pengaruh_broken_home.html diakses pada tanggal 12
Maret 2015 pukul 14:03
Ad-Dimasyqi, Al-Imam Ibnu Kaaîr, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim“, terj. Bahrun Abu Bakar, Tafsir
Ibnu Kasir, Juz 29, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000 Beit-Hallami, B., “Curiosity, Doubt and
Devotion: The Beliefs of Psychologist and the Psychology of Religion.” Dalam I LN. Malony (Ed.),
Current Perspectives in the Psychology of Religion. Grand Rapids: Mich. Eerdmans, 1977 Crain,
William, Theories of Development: Concepts and Applications, 3rd ed., terj. Yudi Santoso, Teori
Perkembangan: Konsep dan Aplikasi, cet.1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007 Hasan, Aliah B.
Purwakania, Psikologi Perkembangan Islami: Menyingkap Rentang Kehidupan Manusia dari
Prakelahiran Hingga Pascakematian, edisi 1, Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, 2006 Hurlock,
Elizabeth B, Developmental Psychology, Terj. Istiwidayanti dan Soedjarwo, Psikologi
Perkembangan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta: Erlangga, 1980 Kholberg, Lawrence,
Tahap-tahap Perkembangan Moral, Terj. Jhon de Santo dan Agus Cremers (Yogyakarta: Kanasius,
1995) Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan
Taman Siswa, 1977 Masganti, Psikologi Agama, cet. 2, Medan: Perdana Publishing, 2011 Maslow,
Abraham H., Motivation And Personality, ttp: Harper & Row, Publishers, 1962 Moshman, David,
Adolescent Psychological Development: Rationality, Tidak ada manusia yang sama bentuk fisiknya
secara keseluruhan. Mereka berbeda-beda dalam tinggi badan, berat badan, bentuk muka, warna
kuli, dan lain sebagainya. Allah berfirman dalam Alquran Surah ar-Rum ayat 30 tentang perbedaan
tersebut sebagai berikut: Artinya: dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan
langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang
demikan itu benar-benar terdapat tandatanda bagi orang-orang yang mengetahui. Tim Kemenag RI
18
(2010: VII: 484) menafsirkan ayat ini bahwa perbedaan warna kulit merupakan kajian yang hanya
dapat diketahui melalui ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu pemahaman terhadap Morality, and
IdentityInc. New Jersey:Lawrence Erlbaum Associated, 2005 to Cognition: Its Relevance to the
Psychological Interpretation of Anthropological and Etno-liguistic data, American Anthropologist,
58, 866-880 Yahya Harun, “Rahasia DNA”, dalam www.harunyahya.com 2005
Ahmad. (1993). Psikologi Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Hasbullah. (2009). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Kasiram, M. (1993). Ilmu Jiwa Perkembangan. Surabaya: Usaha Nasional.
Sunarto dan Hartono, Agung. (2013). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Syamsuddin, M. A. (2004). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Winkel, S.J., WS. (2005). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi

19

Anda mungkin juga menyukai