1 Edit LP HD Hipotensi - Veni R
1 Edit LP HD Hipotensi - Veni R
Disusun Oleh:
Veni Retnosari PO.62.20.1.19.437
A. Definisi CKD
Chronic kindey disease atau disebut juga gagal ginjal kronis. Penyakit
ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Gagal ginjal adalah suatu keadaan
klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel, pada
suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa
dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).
Menurut Brunner & Suddarth (2001), gagal ginjal kronis atau penyakit
renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversibel. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)
B. Etiologi CKD
Diabetes Melitus
Sistemik
Kongenital/bawaan
Batu ginjal
Hipertensi
Infeksi
Glomerulonephritis
C. Klasifikasi CKD
dua hal, yaitu atas dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis
etiologi. Klasifikasi atas asar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang
dihitung dengan menggunakan rumus Kockcroft-Gault (Suwitra, 2009).
Stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi glomerulus yang
Stadium I
Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminuria persisten dan LFG nya yang
masih normal yaitu > 90 ml/menit/1,72 m3
Stadium II
Kelainan ginjal dengan albuminuria persisten dan LFG antara 60-89 ml/menit/1,73
m3 c.
Stadium III
Kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 ml/menit/1,73 m3
Stadium IV
Kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29 ml/menit/1,73 m3
Stadium V
Kelainan ginjal dengan LFG < 15 ml/menit/1,73 m3
Nausea/mual
Dispneau
Anemia
Hipertensi
Edema
Gatal-gatal
E. Definisi Hipotensi
Hipotensi atau tekanan darah rendah adalah suatu keadaan dimana tekanan
darah lebih rendah dari nilai 90/ 60 mmHg atau tekanan darah cukup rendah,
sehingga menyebabkan gejala – gejala seperti pusing dan pingsan (A.J.
Ramadhan, 2010).
Hipotensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah rendah dari
90/60 mmhg sehingga menyebabkan keluhan.Namun jika tidak terjadi
keluhan dapat dikategorikan kondisi yang normal.Sedangkan Tekanan darah
adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.Tekanan puncak terjadi
saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik.Tekanan diastolik
adalah tekanan terendah yang terjadi saat ventricle beristirahat dan mengisi
ruangannya.Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan
sistolik terhadap tekanan diastolik(Oxford,2003).
F. Etiologi Hipotensi
Jika tekanan darah rendah menyebabkan gejala klinis, penyebabnya akan berada di
salah satu dari tiga kategori umum. Entah jantung tidak memompa dengan tekanan yang
cukup, dinding arteri terlalu melebar, atau tidak ada cukup cairan intravaskular
(pembuluh intra = dalam + vaskular = darah) dalam sistem (Benjamin C. Wedro, MD,
FAAEM 2015).
1. Jantung
Jantung adalah pompa listrik. Masalah dengan baik pompa atau listrik dapat
menyebabkan masalah dengan tekanan darah rendah. Jika jantung berdetak terlalu
cepat, tekanan darah bisa turun karena tidak ada cukup waktu bagi jantung untuk
mengisi di antara setiap denyut (diastole). Jika jantung berdetak terlalu lambat,
mungkin ada terlalu banyak waktu yang dihabiskan di diastol ketika darah tidak
mengalir. Jika otot jantung telah rusak, mungkin tidak ada cukup kekuatan memompa
untuk mempertahankan tekanan darah. Dalam serangan jantung (infark miokard),
otot jantung cukup mungkin akan terkejut sehingga jantung terlalu lemah untuk
memompa secara efektif. Katup jantung memungkinkan darah mengalir hanya satu
arah. Jika katup gagal, darah dapat memuntahkan mundur, meminimalkan jumlah
yang akan mengalir ke tubuh. Jika katup menjadi menyempit (stenosis), maka aliran
darah dapat menurun. Kedua situasi dapat menyebabkan hipotensi.
2. Cairan intravascular
Ruang cairan di dalam pembuluh darah terdiri dari sel-sel darah dan serum.
G. Klasifikasi Hipotensi
Tekanan darah dibawah 90/60 mmHg dikategorikan sebagai hipotensi
(Hypotension) atau tekanan darah rendah, sedangkan diatas 140/90 mmHg
sudah dikategorikan sebagai tekanan darah tinggi atau hipertensi
(Hypertension).
Jantung berdebar kencang dan tidak teratur, pusing, lemas, mual, pinsan, pandangan
buram dan kehilangan keseimbangan
2. Hipotensi Interadialisis, asympomatik hingga syok (Burton Etal, 2009) Perasaan tidak
nyaman pada perut, mual, muntah, menguap, otot terasa kram, gelisah, pusing
kecemasan.
3. Hipotensi Ortostatik, (Jeffrey B. Lanier,dkk, 2014)
I. Komplikasi Hipotensi
K. Penatalaksaanaan Hipotensi
1. Hipotensi kronik
Hipotensi kronik jarang terdeteksi dari gejala. Hipotensi yang tak bergejala
pada orang-orang sehat biasanya tak memerlukan perawatan. Dalam
mengatasi hipotensi berdasarkan penyebabnya yaitu dengan mengurangi atau
menghilangkan gejalanya.
a. Jika keluhan dirasakan klien saat keadaan diare terjadi, maka klien
dianjurkan untuk pemulihan kepada kebutuhan cairannya, yang
mempengaruhi atau mengurangi volume darah, mengakibatkan
menurunnya tekanan darah.
b. Kecelakaan atau luka yang menyebabkan pendarahan, akan
mengakibatkan kurangnya volume daran dan menurunkan aliran darah,
untuk itu yang dibutuhkan oleh penderita adalah transfusi darah sesuai
dengan yang dibutuhkan.
c. Adanya kelainan jantung bawaan seperti kelainan katup, maka penderita
harusmenjalani operasi jantung sesuai indikasi dokter, ataupun menjalani
pengobatan yang intensif untuk tidak memperburuk keadaan penderitanya.
2. hipotensi ringan
a. Minum kopi. Dosis kafein dipagi dapat memberikan efek karena kafein
dapat memacu jantung untuk bekerja lebih cepat
b. Pemberian posisi trendelenburg. Pada kasus hipotensi rendah dimana
pasien masih merespon dengan meletakkan posisi kaki lebih tinggi dari
pada punggung ( posisi trendelenburg.) posisi itu akan meningkatkan
aliran balik vena, sehingga membuat banyak darah memenuhi organ-organ
yang membutuhkan seperti bagian dada dan kepala.
c. Klien yang sedang mengalami hipotensi, diharuskan banyak istirahat, dan
membatasi aktifitas fisiknya selama keadaan ini.
d. Klien dengan hipotensi harus membiasakan diri untuk mempunyai pola
makan yang teratur dan mempunyai makanan pelengkap , seperti susu
untuk meningkatkan stamina. Karena pada umumnya penderita hipotensi
cukup lemah dan mudah lelah.
e. Jika diperlukan misalnya pada klien dengan anemia maka klien harus
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi ataupun suplemen zat
besi untuk meningkatkan sel-sel darah merah darah yang menambah
volume darah sehingga dapat meningkatkan tekanan darah penderita.
f. Penderita hipotensi dianjurkan untuk rajin berolahraga ringan, misal
jogging, untuk melatih kerja jantung secara teratur, dan melancarkan aliran
darah keseluruh tubuh.
3. hipotensi simtomatik :
b. Tambahkan lebih banyak garam pada makanan, kecuali sudah konsisi lain
yang tidak memperbolehkannya.
c. Terarur berolahraga untuk membuat kondisi jantung dan pembulu darah
menjadi lebih sehat .
d. Berhenti merokok dan jauhi asap rokok orang lain ( Dr.Indra
k.Muhtadi,2013)
Tekanan Pada perubahan posisi tubuh misalnya dari tidur ke berdiri maka
tekanan darah bagian atas tubuh akan menurun karena pengaruh gravitasi. Pada
orang dewasa normal, tekanan darah arteri rata-rata pada kaki adalah 180-200
mmHg. Tekanan darah arteri setinggi kepala adalah 60-75 mmHg dan tekanan
venanya 0. Pada dasarnya, darah akan mengumpul pada pembuluh kapasitas vena
ekstremitas inferior 650 hingga 750 ml darah akan terlokalisir pada satu tempat.
Pengisian atrium kanan jantung akan berkurang, dengan sendirinya curah jantung
juga berkurang sehingga pada posisi berdiri akan terjadi penurunan sementara
tekanan darah sistolik hingga 25mmHg, sedang tekanan diastolic tidak berubah atau
meningkat ringan hingga 10mmHg (Andhini Alfiani Putri F, 2012).
Secara reflektoris, hal ini akan merangsang baroreseptor yang terdapat didalam
dinding dan hampir setiap arteri besar didaerah dada dan leher, namun dalam jumlah
banyak didapatkan dalam diding arteri karotis interna, sedikit di atas bifurcation
carotis, daerah yang dikenal sebagai sinus karotikus dan dinding arkus aorta. Respon
yang ditimbulkan baroreseptor berupa peningkatan tahanan pembuluh darah perifer,
peningkatan tekanan jaringan pada otot kaki dan abdomen, peningkatan frekuensi
respirasi, kenaikan frekuensi denyut jantung serta sekresi zat-zat vasoaktif. Sekresi
zat vasoaktif berupa katekolamin, pengaktifan system Renin-Angiostensin
Aldosteron, pelepasan ADH dan neurohipofisis. Kegagalan fungsi reflex autonomy
inilah yang menjadi penyebab timbulnya hipotensi ortostatik, selain oleh factor
penurunan curah jantung akibat berbagai sebab dan kontraksi volume intravascular
baik yang relative maupun absolute. Tingginya kasus hipotensi ortostatik pada usia
lanjut berkaitan dengan :(Andhini Alfiani Putri F, 2012).
a. Definisi
Hemodialisis (HD) merupakan tindakan untuk membuang sisa metabolisme
tubuh dan menggantikan fungsi ginja yang rusak dengan ginjal bauatan
(dialyzer)
b. Indikasi
PGA
PGA dengan komplikasi oedema paru berat- kelebihan volume cairan
berat
PGA dengan hiperkalemia berat – aritmia
PGA dengan asidosis metabolic berat - PGA dengan toksik – uremia berat
PGK
PGK Stadium V dengan GFR <15
c. Proses Hemodialisa
Darah dari arteri pasien Arterial Blood Line (Merah) Dializer
terjadi proses pencucian (Difusi dan Ultrafiltrasi) Venous Blood
Line (Biru) kembali ke vena pasien
Difusi: Perpindahan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah melewati
membrane semipermeable
O. Askep
Pengkajian
1. Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, ras, agama, alamat, pekerjaan, pendidikan dll. Gagal
Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 tahun), usia muda, dapat terjadi
pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria.
2. Keluhan utama
Sesak napas, kencing sedikit bahkan tidak dapat kencing, gelisah, tidak selera makan
(anoreksia), mual, muntah, kembung, mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau
(ureum), gatal pada kulit.
3. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang : diare, muntah, perdarahan, luka bakar, rekasi
anafilaksis, renjatan kardiogenik.
b. Riwayat penyakit dahulu : riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran
kemih, payah jantung, hipertensi, penggunaan obat-obat nefrotoksik, benigna
prostatic hyperplasia, prostatektomi.
c. Riwayat penyakit keluarga : adanya penyakit keturunan Diabetes Mellitus atau
hipertensi.
4. Tanda vital : peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi, napas cepat dan
dalam (kussmaul), dyspnea.
Pemeriksaan Reflek:
a. Reflek bisep: ketukan jari pemeriksa pada tendon muskulus biceps brachii, posisi lengan setengah ditekuk
pada sendi siku.
Respon: fleksi lengan pada sendi siku
b. Reflek patella: ketukan pada tendon patella.
Respon: ekstensi tungkai bawah karena kontraksi muskulus quadriceps femoris
Nervus 1(Olfaktorius): Tes fungsi penciuman (pasien mampu mencium bebauan di kedua lubang hidung)
Nervus 2 (Optikus): Tes fungsi penglihatan (pasien mampu membaca dengan jarak 30 cm (normal)
Nervus 3, Nervus 4, Nervus 6 (Okulomotorius, Trokhlearis, Abdusen): Pasien mampu melihat ke segala arah
(Normal)
Nervus 5 (Trigeminus):
a. Sensorik : pasien mampu merasakan rangsangan di dahi, pipi dan dagu (normal)
b. Motorik : pasien mampu mengunyah (menggeretakan gigi) dan otot masseter (normal)
Nervus 7 (Facialis):
a. Sensorik : pasien mampu merasakan rasa makanan (normal)
b. Motorik : pasien mampu tersenyum simetris dan mengerutkan dahi (normal)
Nervus 8 (Akustikus): Tes fungsi pendengaran (rine dan weber)
Nervus 9 (Glososfaringeus) dan N10 (Vagus): pasien mampu menelan dan ada refleks muntah (Normal)
Nervus 11 (Aksesorius): pasien mampu mengangkat bahu (normal)
Nervus 12 (Hipoglosus): pasien mampu menggerakan lidah ke segala arah (normal)
B4 Penilaian :
B4 (Bladder) Sistem Perkemihan
Inspeksi: integritas kulit alat kelamin (penis/ vagina) Normalnya warna merah muda, tidak ada Fluor Albus/
Leukorea (keputihan patologis pada perempuan), tidak ada Hidrokel (kantung yang berisi cairan yang
mengelilingi testis yang menyebabkan pembengkakan skrotum.
Palpasi: Tidak ada distensi kandung kemih. Tidak ada distensi kandung kemih
B5 Penilaian :
B5 (Bowel) Sistem Pencernaan
Inspeksi: bentuk abdomen simetris, tidak ada distensi abdomen, tidak accites, tidak ada muntah,
Auskultasi: peristaltik usus Normal 10-30x/menit
B6 Penilaian :
B6 (Bone) Sistem Muskuluskeletal dan Integumen
Skala Kekuatan Otot :
0 (0) Kontraksi otot tidak terdeteksi (paralisis sempurna)
1 (10) Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau dilihat
2 (25) Gerakan otot penuh melawan gravitasi, dengan topangan
3 (50) Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 (75) Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal
5 (100) Kekuatan otot normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan
penuh
Inspeksi: warna kulit sawo matang, pergerakan sendi bebas dan kekuatan otot penuh, tidak ada fraktur, tidak
ada lesi
Palpasi: turgor kulit elastis, 3 turgor kulit ( kekenyalan, elastisitas kulit) : dengan cara dicubit didaerah perut
dengan cubitan agak lebar, sekitar 3 cm, dipertahankan selama 30 detik, kemudian dilepas. Bila kulit kembali
normal dalam waktu kurang 1 detik; turgor baik, bila 2-5 detik ; turgor agak kurang, bila 5-10 detik; turgor
kurang dan bila lebih 10 detik: turgor jelek.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Kadar BUN (normal: 5-25 mg/dL) 2 , kreatinin serum (normal:0,5-1,5 mg/dL; 45-
132,5 µmol/L[unit SI]) 2 , natrium (normal: serum: 135-145 mmol/L; urine: 40-22-
2
mEq/L24 jam), dan kalium (normal: 3,5-5,0 mEq/L; 3-5,0 mmol/L[unit SI]) ,
meningkat.
b. Analisis gas darah arteri menunjukkan penurunan pH arteri (normal: 7,35-7,45) 2 dan
kadar bikarbonat (normal: 24-28 mEq/L) 2.
c. Kadar hematokrit (normal: wanita= 36-46%, 0,36-0,46 [unit SI]; pria= 40-50%, 0,40-
0,54 [unit SI]) 2 dan hemoglobin (normal: wanita+ 12-16 g/dL; pria = 13,5-18 g/dL) 2
rendah; masa hidup sel darah merah berkurang.
d. Muncul defek trombositopenia dan trombosit ringan.
e. Sekresi aldosteron meningkat
f. Terjadi hiperglikemia dan hipertrigliseridemia
g. Penurunan kadar high density lipoprotein (HDL) (normal: 29-77 mg/dL).
h. Analisis gas darah (AGD) menunjukkan asidosis metabolic
i. Berat jenis urine (normal:1.0005-1,030) 2 tetap pada angka 1,010 Pasien mengalami
proteinuria, glikosuria, dan pada urine ditemukan sedimentasi, leukosit, sel darah
merah, dan Kristal
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Observasi
Identifikasi tanda/gejala primer Penurunan curah jantung (meliputi dispenea,
kelelahan, adema ortopnea paroxysmal nocturnal dyspenea, peningkatan
CPV)
Identifikasi tanda /gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi
peningkatan berat badan, hepatomegali ditensi vena jugularis, palpitasi,
ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu)
Monitor intake dan output cairan
Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
Monitor saturasi oksigen
Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presivitasi
yang mengurangi nyeri)
Monitor EKG 12 sadapoan
Monitor aritmia (kelainan irama dan frekwensi)
Monitor nilai laboratorium jantung (mis. Elektrolit, enzim jantung, BNP,
Ntpro-BNP)
Monitor fungsi alat pacu jantung
Periksa tekanan darah dan frekwensi nadisebelum dan sesudah aktifitas
Periksa tekanan darah dan frekwensi nadi sebelum pemberian obat (mis.
Betablocker, ACEinhibitor, calcium channel blocker, digoksin)
2. Terapeutik
Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau posisi
nyaman
Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi asupan kafein, natrium,
kolestrol, dan makanan tinggi lemak)
Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermiten, sesuai indikasi
Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi hidup sehat
Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
Berikan dukungan emosional dan spiritual
Berikan oksigen untuk memepertahankan saturasi oksigen >94%
3. Edukasi
Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
Anjurkan berhenti merokok
Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
2. Gangguan Pemenuhan Nutrisi
Penyebab
Anoreksia
Ketidakmampuan menelan makanan
Ketidakmampuan mencerna makanan
Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
Peningkatan kebutuhan metabolism
Faktor ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi)
Faktor psikologis (mis. stres, keengganan untuk makan)
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Observasi
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Identifikasi makanan yang disukai
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
2. Terapeutik
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
3. Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
P. Daftar Pustaka
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,
Edisi 1, DPP PPNI Jl. Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa, Jakarta Selatan
12610
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
Edisi 1, DPP PPNI Jl. Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa, Jakarta Selatan
12610
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019, Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Edisi
1, DPP PPNI Jl. Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa, Jakarta Selatan 12610
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 3.
Jakarta : EGC
Pearce,C Evelyn.2010.ANATOMI DAN FISIOLOGI
UNTUKPARAMEDIS.Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama
Blackwell, Wiley. 2014. Nursing Diagnoses definitions and classification 2015-
2017. United Ki ngdom: Blackwell