Abstrak
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
dengan mengimplementasikan pembelajaran blended learning yaitu perpaduan antara
e-learning dan pembelajaran di kelas. Implementasi model blended learning dilakukan
secara serempak yaitu sejak pertemuan pertama sampai selesai kuliah. Tindakan yang
direncakan, dilakukan dan dikembangkan mengacu pada model dasar PTK yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
dilakukan modifikasi di beberapa aspek sehingga sesuai dengan kebutuhan yang
ditetapkan.
A. Pendahuluan
Manajemen Industri merupakan salah satu mata kuliah yang diajarkan dalam
kurikulum Jurusan Pendidikan Teknik Elektro. Mata kuliah ini bersifat teori dan
diberikan pada semester empat dengan nilai kredit dua SKS. Mata kuliah Manajemen
Industri termasuk jenis mata kuliah yang tidak sulit untuk dipelajari karena materi yang
terkandung di dalamnya merupakan penerapan konsep yang dapat diimplementasikan di
industri. Pembelajaran mata kuliah Manajemen Industri yang dilakukan selama ini
masih menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab. Sumber belajar
menggunakan modul yang dikembangkan dosen, materi pelengkap berupa buku, artikel
1
dan majalah. Sebagai pendukung digunakan materi yang bersumber dari internet.
Implementasi pembelajaran di kelas dibantu dengan penggunaan multimedia berbasis
komputer untuk menyampaikan pesan-pesan yang bersifat abstrak sehingga mudah
difahami oleh mahasiswa. Selain itu digunakan juga internet dan e-learning untuk
membantu mahasiswa dalam mendapatkan materi-materi yang relevan secara online.
Hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah ini menunjukkan hasil yang baik
terlihat dari mahasiswa yang memperoleh nilai C hanya 3 % dan 97 % memperoleh nilai
B ke atas dengan rincian sebagai berikut : nilai A sebesar 12 %, A- sebesar 15 %, B+
sebesar 34 %, B sebesar 19 %. Dan sisanya B- 17 % dan C 3 %. Distribusi nilai ini
menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang selama ini berjalan dapat berlangsung
dengan baik yang ditandai oleh tingginya nilai mahasiswa dan tingkat kehadiran
mahasiswa di kelas yang mencapai 87 %.
Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran mata kuliah Manajemen
Industri adalah kurang optimalnya proses belajar mengajar di kelas yang diakibatkan
oleh banyaknya hari libur, kegiatan ilmiah mahasiswa dan dosen sehingga kualiah yang
direncanakan 16 pertemuan mengalami kendala dalam implementasinya. Dosen dan
mahasiswa perlu merevisi jadwal kuliah agar dapat memenuhi 16 kali pertemuan seperti
yang direncanakan pada RPP.
Permasalahan-permasalahan seperti yang telah dikemukan di atas memerlukan
usaha penyelesaian yang tidak mudah untuk dilakukan. Penelitian ini diharapkan dapat
memberi sumbangan untuk memberikan solusi dalam meningkatkan motivasi dan
kompetensi mahasiswa pada mata kuliah Manajemen Industri. Melalui penerapan model
blended learning, proses pembelajaran tidak hanya terbatas di kelas melainkan dapat
dikembangkan di luar kelas tanpa terhalang oleh ruang dan waktu. Mahasiswa dan
dosen dapat melakukan proses pembelajaran tanpa harus bertemu di kelas melainkan
cukup melalui media komputer dalam jaringan.
2
proses pembelajaran tetap dilaksanakan dengan tatap muka antara dosen dan mahasiswa
secara optimal. E-learning sebagai pembelajaran jarak jauh hanya digunakan sebagai
pelengkap atau supplemen pembelajaran konvensional. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Hartoyo (2009), model Blended Learning memberikan manfaat yang
cukup besar bagi peningkatan kualitas pembelajaran.
Blended learning merupakan istilah yang sekarang ini banyak digunakan pada
model pembelajaran dimana implementasi pembelajaran dilakukan melalui kombinasi
antara pembelajaran konvensional dan pembelajaran dengan menggunakan bantuan
teknologi informasi dan komunikasi (Thorne, 2003). Istilah blended learning telah
digunakan untuk menjelaskan berbagai konteks pembelajaran yang mengkaitkan
pembelajaran dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi baik pada
sektor korparat, pembelajaran jarak jauh, pengembangan profesionalisme dan di
perguruan tinggi (Purwaningsih, 2009). Lebih lanjut Purwaningsih menjelaskan bahwa
kecenderungan implementasi di berbagai pendidikan tinggi adalah menggunakan
kombinasi antara pembelajaran konvensional dan pembelajaran online.
Penerapan model blended learning merupakan perpaduan antara pembelajaran
di kelas dengan pembelajaran dengan e-learning. E-Learning digunakan sebagai
pelengkap atau suplemen pembelajaran di kelas dimana dimana silabus, RPP, materi
perkuliahan, dan tugas-tugas disediakan di web sehingga mahasiswa dapat
mengaksesnya. Pada saat tertentu jika dosen berhalangan hadir di kelas, pembelajaran
tetap berlangsung dengan memanfaatkan fasilitas e-learning yang telah dikembangkan,
mahasiswa bisa mengakses sumber belajar dan mengerjakan tugas yang bisa diakses
dan di upload di e-learning. E-learning juga menyediakan fasilitas informasi yang
berkaitan dengan perkuliahan dan fasilitas diskusi melalui forum apabila terdapat
beberapa hal yang perlu didiskusikan baik yang berkaitan dengan materi perkuliahan,
kejelasan tugas, dan lain sebagainya.
Blended learning dipandang sebagai pendekatan pedagogis yang menerapkan
berbagai pendekatan pembelajaran ketimbang dilihat dari seberapa besar delivery
system antara face-to-face dibandingkan dengan secara online. Blended learning
mengkombinasikan secara arif, relevan dan tepat antara potensi face-to face dengan
potensi teknologi informasi dan komunikasi yang demikian pesat berkembang saat ini
sehingga memungkinkan:
3
Terjadinya pergeseran paradigma pembelajaran dari yang dulunya lebih berpus at
pada guru menuju paradigma baru yang berpusat pada siswa (student-centered
elarning).
Terjadinya peningkatan interaksi atau interaktifitas antara siswa dengan guru,
siswa dengan siswa, siswa/guru dengan konten, siswa/guru dengan sumber
belajar lainnya.
Terjadinya konvergensi antar berbagai metode, media sumber belajar serta
lingkungan belajar lain yang relevan.
Blended learning dapat juga dipandang sebagai suatu kontinuum antara tatap
muka konvensional sampai dengan online penuh. Dengan demikian ada beberapa
bentuk kontinum blended learning, diantaranya adalah sebagai berikut:
Online penuh, dimana tidak ada face to face sama sekali.
Online penuh, tapi ada option/pilihan untuk melakukan face-toface walaupun
tidak dipersyaratkan.
Kebanyakan online penuh, tapi ada beberapa hari tertentu dilakukan face-to-face
baik di kelas atau di lab atau ditempat kerja langsung (jika itu on the job
training).
Kebanyakan online penuh, tapi siswa tetap belajar konvensional dalam kelas
atau lab setiap hari.
Kebanyakan belajar konvensional di kelas atau lab, tapi siswa dipersyaratkan
mengikuti aktifitas online tertentu sebagai pengayaan atau tambahan.
Pembelajaran konvensional penuh, walaupun ada aktifitas online walaupun tidak
dipersyaratkan bagi siswa untuk mengikutinya.
Full pembelajaran konvensional.
C. Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (class action research) yang
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Manajemen
Industri. Pelaksanaan tindakan dilakukan berdasarkan model dasar penelitian tindakan
kelas yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Subjek penelitian adalah
mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
4
Negeri Yogyakarta yang mengambil mata kuliah Manajemen Industri pada semester
genap tahun ajaran 2009/2010.
5
pembelajaran dari situs E-Learning yaitu http://besmart.uny.ac.id atau melalui blog
http://muhal.wordpress.com.
6
2. Implementasi Tindakan
a. Siklus 1
2) Pengamatan
1. Mendengarkan 74 %
2. Aktif bertanya dan merespon < 25 %
3. Mengerjakan tugas 72 %
4. Mengikuti Kuiz 76 %
5. Kehadiran di kelas 84 %
6. Aktivitas di E-Learning 76 %
7. Rata-rata lama akses e-learning 23 Menit
7
Gambar laporan aktivitas mahasiswa pada e-learning
Dari ilustrasi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pada tahap pertama
penelitian tindakan kelas hasilnya mahasiswa hanya berfikir bahwa e-learning hanya
sebatas download materi (modul) kuliah. Mereka belum memahami secara benar
pembelajaran berbasis e-learning sehingga mereka tidak mau mengakses fasilitas-
fasilitas lainnya di e-learning yang sebenarnya mempunyai manfaat yang sangat besar.
8
Kebanyakan mahasiswa hanya mengandalkan kuliah di kelas secara konvensional untuk
memahami materi kuliah
3) Refleksi
a) Setelah mengetahui hasil dari sikulus pertama yang masih belum memberikan hasil
yang memuaskan, peneliti mengadakan perenungan atau refleksi mengenai strategi
yang perlu dilakukan berkaitan dengan peningkatan motivasi dan prestasi
mahasiswa. Pada tahap ini peneliti mengadakan penelusuran mengenai penyebab
utama belum optimalnya usaha yang dilakukan pada siklus pertama melalui
berbagai cara diantaranya diskusi, pendekatan kepada mahasiswa dan perenungan.
Dengan perenungan ini akhirnya peneliti menemukan benang merah upaya
peningkatan motivasi dan kompetensi kepada mahasiswa ternyata berawal dari
kurangnnya informasi mengenai kepastian tugas yang diberikan terhadap penilaian.
b) Setelah peneliti menemukan benang merah permasalahan yang dihadapi pada siklus
pertama, peneliti menyusun rencana perbaikan tindakan yang akan dilaksanakan
pada siklus kedua. Pada tahap kedua, mahasiswa dikumpulkan kembali di kelas
melalui perkuliahan biasa lalu diberikan penjelasan mengenai bagaimana
mengoptimalkan media e-learning dalam pembelajaran. Pada pertemuan di kelas
mahasiswa kembali diberikan motivasi mengenai kiat sukses mengikuti kuliah
Manajemen Industri.
b. Siklus 2
a) Setelah melalui tahap refleksi, peneliti mencoba untuk membuat rencana perbaikan
tindakan yang dilakukan pada siklus yang kedua yaitu dengan mengubah stratetegi
pembelajaran yang ada. Pada siklus kedua mahasiswa diminta untuk lebih aktif
dalam pembelajaran baik di kelas maupun di e-learning.
9
b) Dalam pertemuan dengan mahasiswa diberikan penjelasan dan diskusi mengenai
permasalahan yang dihadapi mahasiswa selama mengikuti perkuliahan ini baik di
kelas maupun dengan metode e-learning.
2) Pengamatan
1. Mendengarkan 92 %
2. Aktif bertanya dan merespon 55 %
3. Mengerjakan tugas 92 %
4. Mengikuti Kuiz 84 %
5. Kehadiran di kelas 84 %
6. Aktivitas di E-Learning 76 %
7. Rata-rata lama akses e-learning 23 Menit
10
Gambar laporan aktivitas mahasiswa pada e-learning
Tabel data hasil belajar mahasiswa pada Mata Kuliah Manajemen Industri Semester
Genap 2009/2010
1 Eko Fery 56 80
2 Arief Janu 30 80
3 Ifa Fauziana 76 85
4 Feri Sasana 45 80
5 Istu Nugroho 88 85
6 Kafrawi 56 85
7 Dinni 68 85
8 Agus Subekti 31 80
9 Andreas 45 85
10 Ahmad Thoriq 33 85
11 M. Irfan 45 80
12 Nugra Anggrianto 53 80
13 Giri Eko 76 75
14 Fajran 45 80
15 Adip Triyanto 65 85
16 Beni Sujatmiko 57 80
17 Wahyu Wijayanto 57 80
11
18 Candra Ari Untoro 30 85
19 Bayu Winarno 40 80
20 Dwi Kadirah 61 80
21 Gagas 0 75
22 Ahmad Syarif 40 80
23 Bayu Segara 0 0
24 Erwin 58 80
25 Wina 55 80
26 Agus Purwanto 53 80
27 Rizka 76 80
28 M. fathurakhman 58 80
29 Uditya 55 85
30 Widya 58 80
31 Rahmawati 80 80
32 Purwoko 25 0
33 Heri Nurrohman 56 85
34 Ismail Sofyan 0 85
Putut Said * 25 80
Zainul Fikri 0 0
Hasil tes menunjukkan mahasiswa mempunyai nilai yang lebih baik disbanding
pada hasil tes siklus 1. Hal ini menujukkan keberhasilan tindakan yang dilakukan sudah
sesuai dengan indikator yang diharapkan.
3) Refleksi
a) Setelah mengetahui hasil dari sikulus kedua, langkah berikutnya peneliti melakukan
refleksi untuk membandingkan hasil siklus kedua dengan siklus pertama dan
selanjutnya membandingkan dengan indicator capaian kinerja. Hasil dari siklus
kedua ini menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan telah memberikan hasil
sesuai yang diharapkan.
12
A. Pembahasan
Peningkatan motivasi mahasiswa dapat dilihat dari indikator pada laporan pada
e-learning dimana terjadi peningkatan frekuensi dan waktu akses e-learning yang berarti
mahasiswa melakukan pembelajaran yang lebih banyak. Peningkatan motivasi beajar ini
mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kompetensi mahasiswa yang ditandai
dengan rata-rata skor tes mahasiswa dari 67,11 menjadi 78,4.
13
BAB V
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Alan, Jonathan Ritter & David Stavens, 2001 “The Online Learning Handbook,
Developing and Using web-Based Learning” New York : Stylus Pulishing
inc.
2. Ali, M, 2009, “Implementasi Model Blended Learning pada Mata Kuliah Medan
Elektromagnetik”, Simposium Nasioal Penelitian Pendidikan, Pusat
Pengkajian Penelitian dan Kebijakan Nasional, Jakarta
3. Ali, M, dkk, 2008, “Studi Pemanfaatan E-Learning sebagai media pembelajaran
bagi guru dan siswa SMK di Yogyakarta”, Prosiding Seminar Internasional
ICT, Program Pascasarjana (PPs) UNY, Y ogyakarta.
4. Farhad Saba, 2001, “Distance Education : An Introduction” . Saba & Associates.
2001 http://www.distance-educa-tor.com/portals/research_deintro.html
5. Hartoyo, dkk, 2009, ” Peningkatan Efektivitas dan Fleksibilitas Pembelajaran
Teknik Pendingin dan Tata Udara Melalui Model Pembelajaran Hydrid
Learning (Perpaduan Antara Pembelajaran Konvensional dan E-Learning)”,
Laporan penelitian PHKI UNY, Yogyakarta.
6. Int, 1996 Chapter 1 : Introduction to Distance Learning;
http://www.indiana.edu/~scs/dl prime.html.
7. Surjono, H (2008). Pengantar E-Learning dan Penyiapan Materi. Moddul Pelatihan
E-Learning Universitas Negeri Yogyakarta UPT Puskom UNY 4 – 6
November 2008.
8. Thorne, K. (2003). Blended learning: How to integrate online and traditional
learning. London: Kogan Page.
15