Anda di halaman 1dari 12

Vol:4 No: 1 Tahun: 2014

ANALISIS SALURAN PEMASARAN USAHATANI JERUK DI DESA


KERTA KECAMATAN PAYANGAN KABUPATEN GIANYAR TAHUN
2013
I Kadek Januwiata1, I Ketut Dunia 1, Luh Indrayani 2

Jurusan Pendidikan Ekonomi


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: wiataj@yahoo.com, ketut.dunia1949@yahoo.co.id,


luhindrayani25@yahoo.com,@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saluran pemasaran usahatani jeruk di Desa kerta
tahun 2013 dengan mengidentifikasi saluran pemasaran yang terbentuk, menghitung jumlah marjin
pemasaran dan farmer share, serta menghitung efisiensi pemasaran pada masing-masing lembaga
pemasaran.
Data yang digunakan berupa data kulitatif dan kuantitatif, sedangkan berdasarkan sumbernya
ada data primer dan data sekunder. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat lima pola saluran pemasaran jeruk di Desa Kerta
yaitu: (1) pola saluran I: petani─pedagang pengecer─konsumen, (2) pola saluran II: petani─pedagang
pengepul─pedagang pengecer─konsumen, (3) pola saluran III: petani─pedagang pengepul─pasar Jawa
(Jakarta), (4) pola saluran IV: petani─pedagang pengepul─pasar (Solo), (5) pola saluran V:
petani─pedagang pengepul ─ pasar (Surabaya). Pola I memiliki jumlah marjin sebesar Rp.5.000,00/kg
dan farmer share sebesar 61,53%, pola II memiliki marjin sebesar Rp.8.000,00/kg dan farmer share
sebesar 42,85%, saluran III, IV dan saluran V memiliki margin yang sama yaitu sebesar Rp.7.500,00/kg
dan untuk farmer share sebesar 48,27%. Tingkat efisiensi dari lembaga pemasaran belum efisien
karena persentasenya >5%. Pada pola II untuk pedagang pengepul sebesar 14,71%, dan pada pola III,
IV dan V sebesar 13,79%. Pada saluran I untuk pedagang pengecer sebesar 8,46%, sedangkan pada
saluran II untuk pedagang pengecer sudah efisien dengan jumlah persentase 1,42%. Dilihat secara
keseluruhan saluran I memiliki persentase paling kecil yaitu sebesar 8,46% dibandingkan saluran II
sebesar 16,13%, dan saluran III, IV dan V masing-masing memiliki persentase sebesar 13,79% hal ini
mengindikasikan bahwa saluran yang pendek lebih efisien dari saluran yang panjang.

Kata kunci: saluran pemasaran, efisiensi pemasaran

Abstract

This study aims to determine the marketing channel citrus farm in the village of Kerta in 2013 by
identifying marketing channels are formed, calculate the amount of marketing margin and farmer share,
and compute efficiency for each marketing agencies.

The data used in the form of qualitative and quantitative data, while based on the source there
are primary and secondary data. The tupe of this research is descriptive approach. Data collection was
done with interviews and documentation.

In 2013 the results showed that the pattern of orange marketing channels in Kerta village, there
are five patterns of marketing channels, namely: (1) channel patterns I: Farmers ─ Retailer ─ Consumer,
(2) channel Pattern II: Farmers ─ Merchant Collectors ─ Retailers ─ Consumers, (3) channel pattern III:
Farmers ─ Merchant Collectors ─ Market Java (Jakarta), (4) channel pattern IV: Farmers ─ Marchant
Collectors ─ Market (Solo), (5) V channel patterns: Farmers ─ Marchant Collectors ─ Market
(Surabaya). In channel pattern I the marketing margin is Rp. 5000.00/ kg and the farmer share is 61.53
Vol:4 No: 1 Tahun: 2014

%, channel II has a marketing margin of Rp. 8000.00/ kg and the farmer share of 42.85 %, in channels
III, IV and V have the same amount of margin is Rp. 7,500.00/ kg and for the farmer share of 48.27 %.
The level of efficiency of the marketing agency is not efficient because the percentage is >5 %. In the
second channel for merchants collectors of 14.71 %, and the channel III, IV and V of 13.79 %. In the first
channel to retailers by 8.46 %, while the second channel for retailers has been streamlined with the total
percentage of 1.42 %. Viewed as a whole citrus marketing channel in the Village Kerta yet efficient. The
most efficient marketing channel is the first channel that has the smallest percentage of the amount by
8.46 % as compared to the other channel is the channel II was 16.13 %, and the channel III, IV and V
each have a percentage of 13.79%. This is to tell the short marketing channel more effecien than the
long marketing channel.

Keywords: marketing channels, marketing efficiency

PENDAHULUAN wilayah Desa Kerta didominasi perbukitan


Indonesia merupakan salah satu dan pegunungan (1.445 Ha), dan daratan
negara penghasil buah tropis yang memiliki (1.103,25 Ha) dengan tingkat kesuburan
keanekaragaman dan keunggulan cita rasa tanah yaitu sangat subur, subur dan
yang cukup baik bila dibandingkan dengan sedang. Berdasarkan data tahun 2012
buah-buahan dari negara-negara penghasil jumlah penduduk Desa Kerta 5.218 orang
buah tropis lainya, sehingga sektor dengan komposisi penduduk laki-laki 2.702
pertanian merupakan sektor yang orang dan perempuan 2.516 orang. Sumber
mendapatkan perhatian cukup besar dari pendapatan masyarakat secara mayoritas
pemerintah karena peranannya yang berasal dari sektor pertanian, perkebunan,
sangat penting dalam rangka dan peternakan serta minoritas berasal dari
pembangunan ekonomi jangka panjang sektor perdagangan, industri rumah tangga,
maupun dalam rangka pemulihan ekonomi pariwisata. Jumlah penduduk berdasarkan
pedesaan melalui pengembangan usaha mata pencarian yaitu; petani (3.652 orang),
berbasis pertanian yaitu agribisnis dan PNS (41 orang), pengerajin industri rumah
agroindustri yang berpotensi sebagai tangga (106 orang), peternak (156 orang),
komuditas unggulan. Salah satu jenis pengusaha kecil dan menengah (54 orang).
tanaman hortikultura yang sesuai di daerah
beriklim dingin adalah jeruk, yang banyak Sektor pertanian di Desa Kerta
dijumpai dan sudah cukup lama didominasi tanaman buah-buahan
dibudidayakan di Kabupaten Gianyar (holtikultura). Salah satu komuditas buah
khususnya Gianyar utara. Di Kabupaten yang dikembangkan di Desa Kerta adalah
Gianyar sentra penghasil jeruk ada di dua buah jeruk. Jenis jeruk yang ditanam di
Kecamatan yaitu Kecamatan Payangan dan Desa Kerta adalah jeruk Siem Lumajang
Kecamatan Tegalalang. Dari dua (C. microcarpa L dan C. sinensis L).
Kecamatan tersebut, Kecamatan Payangan Tanaman jeruk Siem Lumajang mulai
merupakan penghasil jeruk terbesar yang dikembangkan oleh masyarakat di Desa
sudah di kenal di Gianyar. Sentra produksi Kerta sejak tahun 2003. Luas lahan yang
jeruk di Kecamatan Payangan tersebar di bisa dimanfaatkan petani jeruk di Desa
beberapa desa yaitu Desa Puhu, Desa Kerta adalah 72 Ha dengan hasil produksi
Kerta dan Desa Buahan. 2,90 Ton/Ha.

Desa Kerta merupakan salah satu Sebagai sentra produksi jeruk dan
desa yang berada di Kecamatan Payangan sebagi komuditas unggulan, aspek
yang menjadi sentra produksi jeruk. pemasaran sangat penting dalam
Berdasarkan data dari kantor kepala Desa memasarkan hasil pertanian. Bila
luas wilayah Desa Kerta adalah 1.442 Ha mekanisme pemasaran baik, maka semua
terdiri dari pemukiman 32,1 Ha, lahan pihak yang terlibat akan diuntungkan.
sawah 153 Ha, lahan perkebunan 936,53 Kemampuan dalam memasarkan barang
Ha, hutan lindung 11,27 Ha dan lahan yang dihasilkan akan dapat menambah
untuk fasilitas umum 0,20 Ha. Tofografi aset dalam upaya peningkatan dan
Vol:4 No: 1 Tahun: 2014

pengembangan usahatani. Pemasaran kecamatan Gerokgak memiliki prospektif


hasil produksi suatu usahatani dalam yang cukup baik, hal ini ditunjukan dengan
memperoleh keuntungan yang maksimal peningkatan pendapatan pertahun dan nilai
akan tergantung dari pola distribusi atau Benefit Cost Ratio (BCR) yang cenderung
saluran pemasaran. Sebuah usahatani meningkat setiap tahun. Terdapat empat
yang produktifitasnya bagus akan gagal jika pola saluran dalam pemasaran anggur, ada
pemasaranya tidak baik. Salah satu aspek petani yang masih menggunakan jasa
pemasaran yang perlu diperhatikan dalam tengkulak, ada yang langsung menjual ke
upaya meningkatkan arus barang dari pengecer. Kesimpulanya yaitu sistem
produsen ke konsumen adalah efisiensi pemasaran anggur belum efisien.
pemasaran, karena melalui efisiensi
pemasaran selain terlihat perbedaan harga Perbedaan penelitian terdahulu
yang diterima petani sampai barang dengan penelitian yang dilakukan terletak
tersebut dibayar oleh konsumen akhir, juga pada analisis data yang dilakukan yaitu
kebanyakan pendapatan yang diterima analisis deskriptif digunakan untuk
petani maupun lembaga pemasaran yang menggambarkan pola saluran pemasaran
terlibat dalam aktivitas pemasaran. jeruk dan analisis kuantitatif digunakan
Pemasaran produk pertanian cenderung untuk mengetahui efisiensi pemasaran.
kurang efisien, karena biasanya Variabel dalam penelitian ini adalah saluran
mempunyai rantai pemasaran yang yang pemasaran dengan dimensi, (1) pola
panjang. Rantai pemasaran yang panjang saluran pemasaran (2) margin pemasaran
cenderung mempengaruhi kualitas produk, (3) farmer share dan (4) efisiensi
besarnya margin pemasaran dan harga pemasaran. Indikator yang digunakan untuk
baik di tingkat petani maupun tingkat mengetahui pola saluran pemasaran yaitu
konsumen. Menurut Soekartawi (2010) (1) sistem pemasaran langsung (2) sistem
lembaga pemasaran khususnya di negara pemasaran tidak langsung (Basu Swastha,
berkembang, yang dicirikan oleh lemahnya 2002). Untuk mengetahui margin
pemasaran hasil pertanian atau lemahnya pemasaran dan farmer share, indikator
kompetisi pasar yang sempurna, akan yang digunakan yaitu (1) harga beli
menentukan mekanisme pasar. Barang konsumen (2) harga beli produsen dan (3)
pertanian umumnya dicirikan oleh sifat perbandingan harga yang diterima
diproduksi musiman; selalu segar produsen dengan harga yang dibayar
(freshable); mudah rusak; jumlahnya konsumen. Untuk mengetahui efisiensi
banyak tetapi nilainya relatif sedikit (bulky); pemasaran pada masing-masing lembaga
lokal dan spesifik (tidak dapat diproduksi di pemasaran digunakan indikator (1) biaya
semua tempat), maka ciri ini akan distribusi. Dalam analisis pemasaran yang
mempengaruhi mekanisnme pemasaran. dibahas adalah mengenai saluran
Oleh karena itu sering terjadi harga pemasaran dan margin pemasaran.
produksi pertanian yang dipasarkan Saluran pemasaran dianalisis secara
menjadi berfluktuasi secara tajam. Maka deskriptif untuk mengetahui pola
yang sering dirugikan adalah di pihak petani pemasaran jeruk. Alur pemasaran
atau produsen. digunakan sebagai dasar dalam
menggambarkan pola saluran pemasaran
Sebagai bahan pertimbangan dalam jeruk. Sedangkan margin pemasaran dan
penelitian ini dicantumkan beberapa hasil farmer share dianalisis secara kuantitatif
penelitian terdahulu. Menurut penelitian untuk mengetahui efisiensi pemasaran.
Suharyanto (2005) dengan judul “Analisis
Pemasaran dan Tataniaga Anggur di Bali” Pola pemasaran jeruk di Desa Kerta
yang dilakukan di kecamatan Gerokgak. Kecamatan Payangan berawal dari: Petani
Data dianalisis secara deskriptif terhadap - Pedagang Pengepul - Pengecer –
kelayakan finansial, saluran pemasaran, Konsumen. Panjangnya saluran pemasaran
margin pemasaran, intergrasi pasar dan yang harus dilalui, mengakibatkan
elastisitas tranmisi harga. Hasil penelitian pemasaran jeruk menjadi kurang efisien.
menunjukan bahwa usaha tani anggur di Menurut Daniel (2002: 160), “semakin
Vol:4 No: 1 Tahun: 2014

pendek rantai pemasaran suatu barang mengeluarkan biaya paling besar mendapat
khususnya hasil pertanian, maka akan bagian yang paling kecil. sedangkan
terjadi: (1) biaya tenaga kerja semakin pedagang pengecer yang mengeluarkan
rendah, (2) margin tataniaga juga semakin biaya paling sedikit mendapat keuntungan
rendah, (3) harga yang harus dibayarkan yang lebih besar.
konsumen semakin rendah, dan (4) harga
yang diterima petani (produsen) semakin Dari permasalahan yang ada
tinggi”. terdapat rumusan masalah mengenai
bagaimana pola saluran pemasaran jeruk
Berdasarkan studi pendahuluan dari petani/ produsen sampai ke konsumen
terlihat bahwa margin pemasaran yang akhir di Desa Kerta Tahun 2013. Berapa
terjadi antara petani dan pedagang jumlah marjin dan farmer share dari
pengecer di Desa Kerta cukup besar yaitu masing-masing pola saluran pemasaran
Rp 7.000,00/ kg jeruk. Hal ini terjadi jeruk di Desa Kerta pada Tahun 2013. Pola
karena panjangnya saluran pemasaran saluran pemasaran manakah yang paling
yang dilalui untuk sampai pada konsumen efisien dalam pemasaran jeruk dari
akhir. Share keuntungan yang diterima oleh produsen kepada konsumen akhir di Desa
masing-masing lembaga pemasaran cukup Kerta padaTahun 2013. Hal ini bertujuan
bervariasi. Besarnya margin tersebut untuk memperoleh temuan deskriptif
didistribusikan untuk pedagang pengepul mengenai saluran pemasaran jeruk serta
pada biaya sebesar 20,01% dan pada hasil perhitungan jumlah marjin dan farmer
keuntungan sebesar sebesar 42,86%, share dari masing-masing saluran
sedangkan untuk pedagang pengecer pada pemasaran dan untuk mengetahui saluran
biaya sebesar 1,43% dan untuk pemasaran jeruk yang paling efisien dalam
keuntunganya sebesar 35,71%. Untuk pemasaran jeruk di Desa Kerta.
share harga, petani hanya menerima
bagian sebesar 41,67%. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
Berdasarkan data di atas dan sesuai deskriptif kuantitatif. Seluruh data diperoleh
dengan pendapat Daniel (2002) dan melalui pengumpulan data di lapangan
Mubyarto (1995), sudah jelas bahwa pola yang dilakukan dengan menggunakan
pemasaran jeruk di Desa Kerta belum metode wawancara dan metode
efisien karena selain jalur pemasaranya dokumentasi. Dalam penelitian ini, data
yang panjang juga belum mampu akan dianalisis secara deskriptif dan
mengadakan pembagian yang adil dari kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan
keseluruhan harga yang diterima konsumen untuk menggambarkan pola saluran
terahir kepada semua pihak yang ikut serta pemasaran jeruk, sedangkan analisis
dalam kegiatan dan tataniaga barang itu. kuantitatif digunakan untuk mengetahui
Dari data di atas terlihat tidak terjadi efisiensi pemasaran jeruk di Desa Kerta.
pembagian secara adil, karena petani yang Untuk mengetahui pola saluran pemasaran
melakukan kegiatan produksi yaitu dari jeruk dan marjin pemasaran digunakan
pembibitan sampai pemeliharaan dan analisis saluran pemasaran, sedangkan
panen mendapat bagian yang lebih kecil untuk mengetahui bagian harga yang
dari pedagang pengecer yang hanya diterima petani digunakan analisis farmer
melakukan kegiatan pembelian pada share. Dari hasil ini akan diketahui
pedagang pengepul dan menjualnya ke mengenai pola pemasaran jeruk serta
konsumen. Bagian harga yang diterima apakah saluran pemasaran tersebut efisien
petani jauh lebih kecil dari biaya yang ataukah tidak. Saluran pemasaran yang
dikeluarkan dalam pemeliharaan efisien adalah saluran yang nilai marjin
sedangkan bagian keuntungan dari pemasaran paling kecil dan farmer share
pedagang pengecer jauh lebih besar dari paling besar.
biaya yang dikeluarkannya. Hal inilah yang
menyebabkan saluran pemasaran jeruk di Metode analisis data yang digunakan
Desa Kerta tidak efisien karena petani yang adalah analisis pemasaran dan analisis
Vol:4 No: 1 Tahun: 2014

farmer share. Dalam analisis pemasaran, Eps = Efesiensi Pemasaran


yang dibahas adalah mengenai saluran Bp = Biaya Pemasaran
pemasaran dan marjin pemasaran jeruk di HE = Harga Eceran
Desa Kerta. Saluran pemasaran dianalisis Kriteria: - Eps < 5% Efisien
secara deskriptif untuk mengetahui pola - Eps > 5% Tidak Efisien
pemasaran jeruk di Desa Kerta. Saluran
pemasaran ditelusuri dari tingkat produsen, Dalam analisis marjin pemasaran
sampai pedagang pengecer. Alur dan farmer share hanya dilakukan
pemasaran tersebut digunakan sebagai perbandingan antara saluran pemasaran
dasar dalam menggambarkan pola saluran yang satu dengan saluran pemasaran yang
pemasaran jeruk di Desa Kerta, sedangkan lain. Saluran pemasaran yang memiliki
marjin pemasaran dan farmer share marjin pemasaran kecil dan farmer share
dianalisis secara kuantitatif untuk yang terbesar adalah saluran pemasaran
mengetahui efisiensi pemasaran. Data akan yang paling efisien, dan saluran pemasaran
dianalisis berdasarkan rumus berikut. yang memiliki marjin pemasaran terbesar
Untuk menghitung jumlah marjin dan farmer share terkecil adalah saluran
pemasaran yang diperoleh pada msing- pemasaran yang kurang efisien.
masing pola saluran pemasaran, digunakan
rumus dari Daniel (2002) sebagai berikut. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pola Saluran Pemasaran Jeruk di Desa
M = Hk – Hp Kerta Tahun 2013
Keterangan: Pemasaran produk pertanian jeruk
M = Marjin Pemasaran di desa Kerta selain dipasarkan di Desa
Hk = Harga Konsumen Kerta sendiri oleh pengecer-pengecer lokal,
Hp = Harga Produsen ada juga yang dipasarkan ke Pulau Jawa
Untuk menghitung persentase yaitu pasar Jakarta, pasar Solo dan pasar
marjin, digunakan rumus dari Hanafiah dan Surabaya. Untuk sampai ke tangan
Saefuddin (dalam Harifuddin 2011) sebagai konsumen akhir, pemasaran produk
berikut. pertanian jeruk di Desa Kerta melibatkan
lembaga pemasaran seperti pedagang
pengepul, dan pedagang pengecer. Adapun
% M=
fungsi yang dilakukan lembaga pemasaran
Keterangan: meliputi kegiatan pembelian,
% M = Persentase Marjin pengangkutan, sorting pengepakan,
HE = Harga Eceran penyimpanan dan pengiriman ke Pulau
M = Marjin Jawa yaitu pasar Jakarta, pasar Solo, dan
Untuk menghitung farmer share, pasar Surabaya.
digunakan rumus dari Utami Dewi (2006) Berdasarkan hasil wawancara
sebagai berikut. terhadap 43 responden yang terdiri dari
petani jeruk, pedagang pengepul dan
pedagang pengecer, konsumen akhir dari
produk pertanian jeruk di Desa Kerta ada
Keterangan: empat yaitu konsumen lokal (konsumen
Fs = Persentase harga yang diterima petani perorangan), konsumen di Pulau Jawa
Pf = Harga buah jeruk ditingkat petani (pasar Jakarta, pasar Solo dan pasar
Pr = Harga buah jeruk ditingkat pengecer Surabaya). Untuk saluran pemasaran jeruk
Untuk mengetahui tingkat efisiensi di Desa Kerta ada lima saluran pemasaran
pemasaran jeruk pada masing-masing yang digunakan yaitu.
lembaga pemasaran, digunakan rumus dari Petani ─ Pedagang Pengecer ─
Soekartawi (2002) sebagai berikut. Konsumen
Petani ─ Pedagang ─ Pengepul
Pedagang Pengecer ─ Konsumen
Petani ─ Pedagang Pengepul ─
Keterangan: Pasar Jawa (Jakarta)
Vol:4 No: 1 Tahun: 2014

Petani ─ Pedagang Pengepul ─ Pasar yaitu, pada pola saluran I farmer share
(Solo) yang diterima petani sebesar 61,53%, pada
Petani ─ Pedagang Pengepul ─ pola saluran II sebesar 42,85%, dan pada
Pasar (Surabaya) pola saluran III, IV dan V farmer share yang
diperoleh petani yaitu sebesar 48,28%.
Margin Pemasaran dan Farmer Share
Saluran Pemasaran Jeruk Efisiensi Saluran Pemasaran Jeruk Di
Margin Pemasaran Desa Kerta Tahun 2013
Margin pemasaran merupakan Terlalu panjangnya saluran
selisish antara harga beli konsumen pemasaran yang dilalui menyebabkan
dengan harga jual produsen. Margin saluran pemasaran jeruk menjadi kurang
pemasaran ini merupakan salah satu cara efisien karena selain kualitas buah jeruk
untuk melihat apakah saluran pemasaran yang menurun, margin pemasaran semakin
tersebut efisien atau tidak. Semakin besar dan bagian yang diterima petani akan
margin tataniaga (Daniel, 2002). Apabila semakin kecil. Pada tabel 4.1 diketahui
semakin besar margin pemasaran akan bahwa secara keseluruhan efisiensi
menyebabkan harga yang diterima petani pemasaran pada masing-masing lembaga
panjang tataniaga (semakin banyak pemasaran jeruk belum efisien karena
lembaga yang terlibat) maka semakin besar persentasenya > 5%, sedangkan kreteria
produsen semakin kecil dan semakin yang ditentukan jika pemasaran dianggap
mengindikasikan sebagai sistem efisien yaitu persentasenya < 5%. Pada
pemasaran yang tidak efisien. Besarnya saluran II untuk pedagang pengepul masih
margin pemasaran untuk masing-masing belum efisien karena persentasenya
saluran pemasaran yaitu pada pola saluran 14,71%, sedangkan untuk saluran III, IV
I besar marjin sebesar Rp 5.000,00,/ kg dan V besarnya sama yaitu jumlah
pada saluran II besar marjin sebesar Rp. persentasenya sebesar 13,79%.
8.000,00,/ kg pada saluran III, IV dan V Sedangkan saluran I untuk pedagang
memililiki jumlah marjin yang sama yaitu pengecer juga belum efisien karena
sebesar Rp 7.500,00,/ kg. persentasenya sebesar 8,46%, dan untuk
Sedangkan untuk persentase marjin pedagang pengecer saluran II saluran
dari kelima pola saluran pemasaran jeruk di pemasaranya sudah efisien dengan tingkat
Desa Kerta Tahun 2013 sebagai berikut. persentase sebesar 0,69%. Dari ke lima
Pada saluran I memiliki persentase sebesar saluran pemasaran yang ada dalam
38,46%, pada saluran II memiliki pemasaran komuditas jeruk di Desa Kerta
persentase marjin sebesar 57,14% dan dilihat dari persentase dari keseluruhan
pada saluran III, IV dan V memiliki lembaga pemasaran yang terlibat saluran I
persentase marjin sebesar 53,14%. merupakan saluran yang paling efisien
dengan melihat tingkat persentase sebesar
Farmer Share 8,47% atau saluran I persentasenya yang
Farmer share adalah persentase paling kecil dibandingkan pada saluran
harga jual petani terhadap harga ditingkat yang lainya.
pengecer atau harga yang dibayar
konsumen akhir. Besarnya bagian harga
yang diterima petani pada masing-masing
pola saluran pemasaran jeruk di Desa Kerta
Vol:4 No: 1 Tahun: 2014

Tabel 4.1 Efisiensi Saluran Pemasaran Jeruk di Desa Kerta Kecamatan Payangan Tahun
2013

Lembaga Efisiensi Pemasaran (%) Keterangan


Pemasaran
Saluran Saluran Saluran Saluran Saluran
I II III IV V
Pedagang - 14,71 13,79 13,79 13,79 Tidak Efisien
Pengepul
Pedagang 8,46 I (Tidak Efisien) dan II
Pengecer 1,42 - - - (Efisien)
Jumlah 8,46 16,13 13,79 13,79 13,79 Tidak Efisien

Pembahasan Proporsi petani jeruk menjual secara


Pola Saluran Pemasaran Jeruk di Desa langsung hasil produksi yang dihasilkan
Kerta Tahun 2013 sangat sedikit. Para petani jeruk cenderung
Pemasaran hasil produksi jeruk di menjual hasil produksinya ke pedagang
Desa Kerta untuk sampai ke tangan pengepul karena dapat membeli hasil
konsumen melibatkan beberapa lembaga produksi dalam jumlah yang banyak
pemasaran. Lembaga pemasaran bisa dibandingkan dijual ke pedagang pengecer.
merupakan suatu alternatif untuk Untuk menentukan harga jualnya para
memperkecil margin pemasaran dan petani jeruk yang ada di Desa Kerta
memperlecil harga yang harus dibayarkan biasanya mencari pedagang pengepul
konsumen akhir atau memperbesar harga untuk melihat berapa kg buah jeruk yang
yang diterima produsen. Semakin panjang diperoleh serta kualitas buah jeruk yang
lembaga pemasaran yang terlibat dalam dihasilkan. Tinggi rendahnya harga jual
proses pemasaran maka marjin tata niaga jeruk ditentukan ditentukan oleh kualitas
akan semakin besar (Daniel, 2002). buah yang dihasilkan. Biasanya pedagang
Semakin pendek lembaga pemasaran pengepul menentukan harga jeruk dari
maka akan semakin menguntungkan bagi petani secara keseluruhan. Setelah hasil
produsen petani (produsen). Desa Kerta produksi terkumpul serta melakukan proses
sebagai salah satu desa penghasil jeruk sorting dan pengepakan hasil produksi
kegiatan pertaniannya belum mengarah ke jeruk baru akan disalurkan ke pedagang
sistem agribisnis karena petani jeruk yang pengecer lokal yang ada di Desa Kerta dan
ada di Desa Kerta Kecamatan Payangan ada juga yang dipasarkan ke pasar Jawa
hanya memperhatikan aspek usahatani (Jakarta), Pasar Solo, dan pasar Surabaya.
saja tanpa memperhatikan aspek Panjangnya saluran pemasaran
pengolahan dan pemasaran karena hasil yang terlibat dalam pemasaran hasil
produksi jeruk hanya dijual dalam bentuk produksi jeruk mengindikasikan bahwa
segar. Keadaan seperti ini akan saluran pemasaran jeruk di Desa Kerta
menempatkan petani produsen pada posisi belum efisien. Berdasarkan data yang
yang kurang memberikan keuntungan yang diperoleh dari responden yang terdiri dari
lebih. Selain itu juga timbul permasalahan petani, pedagang pengepul dan pedagang
yaitu terjadi kelebihan produksi sehingga pengecer pola saluran pemasaran jeruk di
harga yang ditawarkan kepada produsen Desa Kerta terdapat lima macam pola
petani akan menjadi rendah. Dalam hal saluran pemasaran. Para petani jeruk
pemasaran hasil produksi jeruk mengalami sebagain besar menjual jeruknya ke
kebuntuan, hasil produksi hanya dijual ke pedagang pengepul dari pada langsung ke
pedagang pengepul saja tanpa mencari/ pedagang pengecer. Ini dikarenakan
mencoba memasarkan sendiri hasil pedagang pengepul dapat membeli dalam
produksi yang dihasilkan. Petani jeruk di jumlah yang banyak. Jeruk yang dibeli oleh
Desa Kerta sebagian besar menjual hasil pedagang pengepul akan disalurkan
produksinya ke pedagang pengepul saja. kembali kepada pedagang pengecer lokal
Vol:4 No: 1 Tahun: 2014

dan ada juga yang dijual ke pasar Jawa sebagai tanda jadi kepada petani. Jumlah
(Jakarta), Pasar Solo dan Pasar Surabaya. uang yang diberikan tergantung dari berapa
Untuk pola pemasaran jeruk di Desa Kerta keseluruhan harga jeruk yang sudah
dapat dijelaskan sebagai berikut. disepakati antara petani dan pedagang
Petani ─ Pedagang Pengecer ─ pengepul. Keadaan seperti ini yang
Konsumen menyebabkan banyak petani jeruk
Saluran ini jarang digunakan oleh menggunakan pola saluran pemasaran II
petani jeruk. Walaupun pedagang pengecer karena sudah adanya keterikatan antara
biasanya membeli jeruk dengan harga yang petani dan pedagang pengepul sehingga
yang lebih mahal dari harga pedagang petani cendrung menjual hasil panen
pengepul saluran ini jarang digunakan oleh kepada pedagang pengepul.
petani. Biasanya para petani di Desa Kerta Petani ─ Pedagang Pengepul ─
menghasilkan produk jeruk dengan Pasar Jawa (Jakarta)
kapasitas banyak (>100 kg) sedangkan Pola saluran pemasaran ini, yang
pedagang pengecer hanya mampu menjadi konsumen akhir dari produk jeruk
membeli dalam jumlah yang sedikit (< 50 yang dihasilkan oleh petani di Desa Kerta
kg). Saluran ini digunakan oleh petani jeruk adalah konsumen yang ada di Pulau Jawa
apabila jumlah panennya tidak banyak atau (Jakarta). Petani jeruk hanya menjual hasil
jika ada permintaan dari pedagang jeruk kepada pedagang pengepul dan
pengecer terhadap hasil panen jeruk. nantinya pedagang pengepul ini yang akan
Petani ─ Pedagang Pengepul ─ menyalurkan ke konsumen yang ada di
Pedagang Pengecer Konsumen Pulau Jawa (Jakarta). Pedagang pengepul
Saluran yang kedua ini merupakan dalam saluran ini biasanya mendapat
saluran pemasaran yang dominan pesanan dari pelanggannya yang ada di
digunakan oleh petani jeruk. Petani di Desa Jakarta. Dalam hal ini harga jeruk sangat
Kerta lebih banyak menggunakan saluran ditentukan oleh kualitas buah jeruk yang
II, karena pedagang pengepul dapat dihasilkan dan jumlah persediaan buah
menyerap produksi jeruk dalam jumlah jeruk yang ada. Jika persediaan jeruk baik
yang banyak serta ada kerja sama antara di petani maupun di gudang pedagang
pedagang pengepul dengan petani jeruk. pengepul sedikit maka harga yang
Sebelum buah jeruk siap untuk dipanen ditawarkan akan tinggi, sebaliknya jika
terlebih dahulu petani mencari/ persediaan jeruk masih mencukupi maka
menawarkan kepada pedagang pengepul harga yang ditawarkan kepada petani akan
untuk mengecek langsung ke kebun jeruk rendah. Dalam hal harga dari Pulau Jawa
berapa kg jeruk yang dihasilkan dan berapa (pasar Jakarta) biasanya pedagang
harga keseluruhan jeruk, biasanya ada pengepul mendapat informasi langsung dari
kesepakatan antara petani dengan langganan yang ada di Pulau Jawa (pasar
pedagang pengepul mengenai harga yang Jakarta). Pedagang pengepul mencari
disepakati. Setelah ada kesepakatan harga, informasi berapa jeruk yang dipesan dan
pedagang pengepul yang mempunyai menyesuaikan dengan persediaan yang
tanggung jawab terhadap buah jeruk yang ada.
dibeli dari petani sebelum jeruk dipanen. Petani ─ Pedagang Pengepul ─ Pasar
Pedagang pengepulah yang melakukan (Solo)
pemeliharaan sebelum jeruk dipanen, Pada saluran pemasaran ini yang
seperti obat-obatan untuk penyemprotan. menjadi konsumen akhir adalah Pasar
Keadaan seperti ini dilakukan oleh (Solo). Sama halnya dengan saluran
pedagang pengepul untuk menjaga kualitas pemasaran yang ketiga pedagang pengepul
buah jeruk yang akan dipanen. Pedagang mendapat pesanan dari pelanggan dari
pengepul yang terlibat dalam pemasaran Pasar Solo. Perbedaannya biasanya dalam
jeruk di Desa Kerta meliputi (UD. Tani hal harga yang ditawarkan dan jumlah
Subur, UD. Rikan Abadi dan UD. Guna pesanan yang diminta.
Asih). Selain melakukan pemeliharaan Petani ─ Pedagang Pengepul ─ Pasar
sebelum jeruk dipanen biasanya pedagang (Surabaya)
pengepul terlebih dahulu membayar uang
Vol:4 No: 1 Tahun: 2014

Pada saluran pemasaran yang hanya melalui satu pedagang perantara


kelima, sama halnya dengan pola saluran yaitu pedagang pengecer dan langsung ke
pemasaran III dan IV, perbedaanya hanya konsumen sehingga jumlah marjin
pada konsumen akhir yang menikmati dari pemasaran yang terjadi masih relatif kecil
produk jeruk yang dihasilkan di Desa Kerta. karena biaya yang dikeluarkan dalam
Pada saluran pemasaran ke III dan ke IV proses pemasaran dengan satu pedagang
yang menjadi konsumen akhirnya adalah perantara kecil yaitu Rp. 1.100,00/ kg jeruk.
konsumen yang ada di Pulau Jawa (pasar Jumlah margin tersebut didistribusikan
Jakarta) dan konsumen yang ada di Pasar pada biaya 22% dan pada keuntungan
Solo sedangkan pada saluran ini konsumen sebesar 78%. Sedangkan untuk bagian
akhirnya adalah konsumen di Pasar harga yang diterima petani (farmer share)
Surabaya. sebesar 61,53%. Bagian yang diterima
petani cukup besar karena pola saluran I
Margin Pemasaran, Farmer Share, dan relatif pendek hanya menggunakan satu
Efisiensi Saluran Pemasaran Jeruk di perantara saja.
Desa Kerta Tahun 2013 Pola Saluran II: Petani ─ Pedagang
Margin Pemasaran dan Farmer Share Pengepul ─ Pedagang Pengecer ─
Efisiensi tataniaga merupakan suatu Konsumen.
indikator dari kinerja pemasaran yang dapat Pada saluran II terlihat bahwa marjin
diukur melalui beberapa metode. Salah pemasaran pada saluran pemasaran II
satu metode yang digunakan adalah adalah sebesar Rp. 8.000,00/ kg buah
melihat selisih harga di tingkat petani jeruk. Saluran pemasaran II tergolong
dengan harga di tingkat retail (marketing panjang karena untuk sampai ke konsumen
margin) serta berdasarkan persentase akhir harus melewati pedagang pengepul
harga konsumen yang diterima oleh petani dan pedagang pengecer. Panjangnya
(farmer share). Hal ini berguna untuk saluran pemasaran yang dilewati
mengetahui posisi harga yang berlaku di menyebabkan jumlah biaya yang
tingkat konsumen dinikmati oleh petani. dikeluarkan lebih besar yaitu Rp. 2.000,00/
Farmer share memiliki hubungan negatif kg. Jumlah marjin pemasaran tersebut
dengan margin tataniaga. Semakin tinggi didistribusikan oleh pedagang pengepul
margin pemasaran maka akan pada biaya sebesar 24,75% dan pada
menyebabkan harga yang diterima petani keuntungan sebesar 43,75% oleh
(farmer share) akan semakin kecil. pedadang pengecer marjin pemasaran
Marjin pemasaran merupakan didistribusikan pada biaya sebesar 2,25%
selisih antara harga yang dibayarkan dan keuntungan sebesar 28,25%.
konsumen dengan harga yang diterima oleh Sedangkan bagian yang diterima petani
produsen (petani). Jumlah margin dalam yaitu 42,85% lebih kecil dari pola saluran I
suatu saluran pemasaran sangat ditentukan karena panjangnya saluran pemasaran
oleh panjang pendeknya saluran yang dilalui untuk sampai ke konsumen.
pemasaran dan proses pemasaran yang Pola saluran III: Petani ─ Pedagang
dilaksanakan serta keuntungan yang Pengepul ─ Pasar Jawa (Jakarta).
diharapkan oleh lembaga pemasaran yang Pada pola saluran pemasaran III
terlibat dalam proses pemasaran. Farmer penelitian hanya dilakukan sampai
share adalah persentase harga jual petani pedagang pengepul karena keterbatasan
terhadap harga di tingkat pengecer atau waktu, biaya, dan tenaga. Pada pola
harga yang dibayar konsumen. Pemasaran pemasaran III yang menjadi konsumen
dapat dikatakan efisien apabila semakin akhir dari produksi jeruk di Desa Kerta
kecil marjin pemasaran dan semakin tinggi adalah konsumen Pulau Jawa (Jakarta).
bagian harga yang diterima petani. Jumlah marjin pemasaran yang terjadi pada
Pada Pola Saluran I, marjin saluran ini adalah Rp. 7.500,00/ kg jeruk.
pemasaran yang terjadi antara petani Jumlah marjin tersebut oleh pedagang
dengan pedagang pengecer sebesar Rp. pengepul didistribusikan pada biaya
5.000,00/ kg buah jeruk. Pola saluran I, sebesar 26,66% dan pada keuntungan
merupakan saluran yang paling pendek sebesar 73,33%. Sedangkan bagian harga
Vol:4 No: 1 Tahun: 2014

yang diterima petani hanya sebesar semakin besar. Semakin panjang tata niaga
48,27%. Saluran ini dapat dikatakan semakin besar pula marjin pemasaran, dan
panjang karena jarak antara produsen akan mengindikasikan saluran pemasaran
dengan konsumen yang sangat jauh, untuk tersebut semakin tidak efisien, sedangkan
sampai ke tangan konsumen di Pulau Jawa bila jumlah marjin pemasaran semakin kecil
harus melalui beberapa pedagang semakin efisien saluran pemasaran yang
perantara yang terlibat dalam proses ada. Berdasarkan pendapat Daniel (2002),
pemasaran jeruk. sudah jelas bahwa pola saluran pemasaran
Pola saluran IV: Petani ─ Pedagang jeruk di Desa Kerta belum efisien karena
Pengepul ─ Pasar (Solo) jalur pemasaran yang panjang. Untuk
Pada pola saluran pemasaran IV sampai ke konsumen akhir hasil produksi
pada dasarnya sama dengan saluran petani di Desa Kerta harus melewati
pemasaran III pada saluran ini yang beberapa pedagang perantara. Semakin
menjadi konsumen akhir adalah Pasar banyak lembaga pemasaran yang terlibat
(Solo). Penelitian juga dilakukan sampai dalam proses pemasaran atau semakin
pedagang pengepul saja, sehingga jumlah panjangnya saluran pemasaran selain
marjin dan farmer share tidak didasarkan mengeluarkan biaya pemasaran yang lebih
pada harga konsumen namun hanya besar juga akan mengurangi kualitas buah
berdasarkan pada harga jual pedagang jeruk itu sendiri, sehingga yang akan terjadi
pengepul yang ada di Desa Kerta. adalah semakin memperbesar perbedaan
Pola Saluran V: Petani ─ Pedagang harga produsen dengan harga konsumen
Pengepul ─ Pasar (Surabaya). menyebabkan tidak terjadi pembagian
Pada pola saluran pemasaran V, secara adil antara harga di tingkat produsen
sama halnya dengan pola saluran dengan harga ditingkat konsumen akhir.
pemasaran III dan IV hanya yang menjadi Menurut Muyarto (1995) tata niaga
konsumen akhirnya adalah konsumen di dianggap efisien apabila memenuhi dua
pasar Surabaya. Penelitian juga dilakukan syarat yaitu mampu menyampaikan hasil-
sampai pedagang pengepul saja jumlah hasil dari petani produsen kepada
marjin dan farmer share tidak didasarkan konsumen dengan biaya murah dan
pada harga konsumen namun hanya mampu mengadakan pembagian secara
berdasarkan pada harga jual pedagang adil dari keseluruhan harga yang
pengepul. dibayarkan konsumen terakhir kepada
Berdasarkan pembahasan di atas semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan
dapat diketahui bahwa saluran pemasaran produksi dan tata niaga barang itu.
jeruk di Desa Kerta belum efisien karena Berdasarkan pembahasan di atas dapat
jumlah marjinnya cukup besar yaitu pada dilihat bahwa pemasaran produk jeruk
saluran I sebesar Rp.5.000,00/ kg dan pada belum efisien karena panjangnya saluran
saluran II sebesar Rp. 8.000,00/ kg yang dilalui sehingga biaya pemasaran
sedangkan pada saluran III, IV dan saluran menjadi lebih besar serta belum mampu
V jumlah marjin dan farmer share tidak mengadakan pembagian secara adil
diketahui secara pasti karena pemasaranya diantara pihak-pihak yang terlibat dalam
ke Pulau Jawa (Jakarta, Solo, dan pemasaran. Karena petani yang
Surabaya). Sedangkan untuk bagian harga mengeluarkan biaya yang cukup besar
yang diterima petani pada saluran I sebesar untuk pemeliharaan mendapat bagian yang
61,53% dan pada saluran II sebesar jauh lebih kecil dibandingkan dengan
42,85%. Dari ke lima saluran pemasaran dengan pedagang pengepul dan pedagang
tersebut, saluran pemasaran I yang paling pengecer yang mengeluarkan biaya yang
efisien dari saluran pemasaran lainya lebih sedikit dan mendapat keuntungan
karena pola saluran pemasaran I yang lebih besar dari yang diperoleh
merupakan saluran yang paling pendek. produsen (petani).
Hal ini sesuai dengan pendapat Daniel
(2002) bahwa semakin banyak lembaga Efisiensi Saluran Pemasaran
pemasaran yang terlibat dalam proses Mengingat salah satu produk
pemasaran maka marjin pemasaran akan pertanian jeruk yang mudah rusak (busuk),
Vol:4 No: 1 Tahun: 2014

sebaiknya diusahakan secepat mungkin Petani ─ Pedagang Pengecer ─


untuk sampai ke tangan konsumen ini Konsumen, (2) Pola saluran II: Petani ─
dilakukan untuk menghindari penurunan Pedagang Pengepul ─ Pedagang Pengecer
kualitas buah jeruk yang dihasilkan. ─ Konsumen, (3) Pola saluran III: Petani ─
Semakin cepat sampai ke tangan Pedagang Pengepul ─ Pasar Jawa
konsumen maka biaya pemasaran dapat (Jakarta), (4) Pola saluran IV: Petani ─
ditekan akibat dari sedikitnya lembaga Pedagang Pengepul ─ Pasar (Solo), (5)
pemasaran yang terlibat, marjin pemasaran pola saluran V: Petani ─ Pedagang
semakin kecil dan bagian yang diterima Pengepul ─ Pasar (Surabaya).
petani akan semakin besar sehingga (2) Berdasarkan ke lima pola saluran
pemasaranya akan semakin efisien.Belum pemasaran tersebut dari hasil perhitungan
adanya pembagian secara adil dari harga jumlah marjin pemasaran dan farmer share
terakhir yang dibayarkan konsumen kepada pada saluran I memiliki jumlah marjin
pihak-pihak yang terlibat dalam pemasaran pemasaran sebesar Rp. 5.000,00/ kg dan
jeruk serta saluran pemasaranya yang farmer share sebesar sebesar 61,53%,
panjang sehingga biaya yang dikeluarkan saluran II memiliki jumlah marjin pemasaran
semakin besar dan marjin pemasaran sebesar Rp. 8.000,00/ kg dan farmer share
semakin besar dan farmer share semakin sebesar 42,85%, pada saluran III, IV dan
kecil. Berdasarkan permasalahan tersebut saluran V memiliki jumlah marjin yang sama
pemasaran produk jeruk di Desa Kerta yaitu sebesar Rp. 7.500,00/ kg dan untuk
masih belum efisien karena masih farmer share sebesar 48,27%. Untuk
menempatkan petani sebagai produsen masing-masing lembaga pemasaran tingkat
belum mendapatkan pembagian secara adil efisiensi dari lembaga pemasaran untuk
dalam proses pemasaran hasil panen pedagang pengepul belum efisien karena
mereka. Secara keseluruhan tidak terjadi jumlah persentasenya >5% yaitu dapat
efisiensi pada masing-masing saluran dilihat pada saluran II jumlah
pemasaran karena persentase yang persentasenya sebesar 14,71%, dan pada
diperoleh yaitu >5%, sedangkan kreteria saluran III, IV dan V persentasenya sama
untuk dikatakan efisien dalam rumus yaitu sebesar 13,79%. Sedangkan lembaga
Soekartawi (2002) adalah <5%. Secara pemasaran untuk pedagang pengecer pada
total dari kelima saluran pemasaran yang saluran I belum efisien dengan besar
ada, efisiensi pemasaran hanya terjadi persentase yaitu sebesar 8,46%,
pada saluran dua pada pedagang pengecer sedangkan pada saluran II untuk pedagang
yaitu sebesar 1,42% lebih kecil dari 5%. pengecer sudah efisien dengan jumlah
Jika dilihat secara keseluruhan dari kelima persentase 1,42%. Dilihat secara
saluran pemasaran jeruk yang mempunyai keseluruhan saluran pemasaran jeruk di
persentase paling kecil yaitu pada saluran I Desa Kerta belum efisien yaitu pada
ini menunjukan saluran I yang paling efisien saluran pemasaran I persentasenya
dari saluran lainya. Berdasarkan hal sebesar 8,46%, pada saluran pemasaran II
tersebut dapat diketahui bahwa saluran persentasenya sebesar 16,13%, dan pada
yang paling pendek yaitu saluran I lebih saluran III, IV dan V masing-masing
efisien dari saluran pemasaran yang memiliki persentase sebesar 13,79%.
panjang. Semakin panjang saluran Dimana jumlah persentase pada masing-
pemasaran yang digunakan maka akan masing saluran pemasaran persentasenya
mengindikasikan bahwa saluran tersebut >5% sehingga dapat dikatakan saluran
dapat dikatakan tidak efisien. pemasaran jeruk di Desa Kerta belum
efisien. (3) Dari keseluruhan saluran
SIMPULAN DAN SARAN pemasaran jeruk di Desa Kerta yang terdiri
Berdasarkan hasil analisis data dan dari lima saluran pemasaran, pola saluran
pembahasan hasil penelitian pada bab pemasaran yang paling efisien adalah pola
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan saluran pemasaran I karena memiliki
sebagai berikut (1) terdapat lima saluran jumlah marjin yang kecil dan farmer share
pemasaran dalam kegiatan pemasaran yang paling besar dari saluran yang lain
jeruk di Desa Kerta, yaitu (1) pola saluran I: dan saluran pemasaran I merupakan
Vol:4 No: 1 Tahun: 2014

saluran pemasaran yang paling pendek di Hanafiah, dan Seafuddin. 1986. Tataniaga
antara saluran pemasaran yang lainya. Hasil Perikanan. Jakarta: Universitas
Semakin pendek pola saluran pemasaran Indonesia.
jeruk maka semakin efisien pemasarannya.
Berdasarkan hasil penelitian dan Kotler, Philip. 1999. Marketing. Jilid 1.
analisis data, maka dapat diberikan saran Jakarta: Erlangga.
yaitu para petani supaya lebih
meningkatkan kerja sama dengan anggota -------. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi
kelompok tani dalam memperoleh informasi Melinium. Jakarta: Prenhalindo
pemasaran produksi jeruk, serta dalam Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller,2008.
penanganan hama dan cara pemeliharaan
Manajemen Pemasaran. Edisi
jeruk yang baik. Dalam meningkatkan
produktivitas hasil produksi jeruk petani duabelas. Jakarta: Macanan Jaya
tidak boleh ragu dalam pemeliharaan, Cemerlang.
misalnya dalam penyemprotan pemupukan
dan pemeliharaan lainya. Pemerintah Mubyarto. 1995. Pengantar Ilmu Pertanian.
melalui Dinas Pertanian dan Peternakan Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Pustaka
diharapkan memberikan bantuan fasilitas LP3ES.
bagi petani baik berupa peralatan maupun
Rahardi. F, dkk. 1999. Agribisnis Tanaman
dalam bentuk pupuk dan obat-obatan, dan
Buah. Jakarta: Penebar Swadaya.
memberikan sosialisasi tentang cara
pendanggulangan penyakit dan membantu Soekartawi. 1996. Panduan Membuat
dalam pemasaran hasil produksi jeruk. Usulan Proyek Pertanian dan
Pedesaan. Yogjakarta: ANDI.
DAFTAR PUSTAKA
Abednego. 2008. Analisis Pengaruh -------.2005. Agribisnis Teori Dan
Saluran Pemasaran dan Harga Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja
Terhadap Pendapatan Petani Jeruk Grafindo.
Manis Di Daerah Sukanalu,
Kecamatan Barusjahe, Kabupaten -------,2010. Agribisnis Teori Dan
Karo. Sekripsi (tidak diterbitkan). Aplikasinya. Jakarta: PT Raja
Universitas Sumatra Utara Medan. Grafindo Persada.
Abdulah Thamrin dan Francis Tantri. 2012. -------. 2002. Prinsip Dasar Manajemen
Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT
Pemasaran Hasil-hasil Pertanian.
Raja Grafindo Persada.
Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Adnany, Zaky. 2008. Sistem Tataniaga
Komuditi Salak Pondoh Di Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Kuantitatif Kualitatif dan dan R&D.
Jawa Tengah. Sekripsi (tidak Bandung: CV. ALFABETA.
diterbitkan). Institut Pertanian Bogor.
Suharyanto. 2005. Analisis Pemasaran dan
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Tata Niaga Anggur di Bali. Sekripsi
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (tidak diterbitkan). Balai Pengkajian
Jakarta: PT. Rineka Cipta. Teknologi Pertanian Bali.
Boyd, dkk. 2000. Manajemen Pemasaran Swastha, Basu dan Irawan. 1990.
Suatu Pendekatan Strategis Dengan Manajemen Pemasaran Modern.
Oreintasi Global. Edisi Kedua Jilid 2. Yogjakarta: Liberty.
Jakarta: Erlangga.
Syamsi, Ibnu. 2004. EfisiensinSistem dan
Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Prosedur Kerja. Edisi Revisi. Jakarta:
Pertanian. Cetakan Pertama. Bumi Aksara.
Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai