Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saluran pemasaran usahatani jeruk di Desa kerta
tahun 2013 dengan mengidentifikasi saluran pemasaran yang terbentuk, menghitung jumlah marjin
pemasaran dan farmer share, serta menghitung efisiensi pemasaran pada masing-masing lembaga
pemasaran.
Data yang digunakan berupa data kulitatif dan kuantitatif, sedangkan berdasarkan sumbernya
ada data primer dan data sekunder. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat lima pola saluran pemasaran jeruk di Desa Kerta
yaitu: (1) pola saluran I: petani─pedagang pengecer─konsumen, (2) pola saluran II: petani─pedagang
pengepul─pedagang pengecer─konsumen, (3) pola saluran III: petani─pedagang pengepul─pasar Jawa
(Jakarta), (4) pola saluran IV: petani─pedagang pengepul─pasar (Solo), (5) pola saluran V:
petani─pedagang pengepul ─ pasar (Surabaya). Pola I memiliki jumlah marjin sebesar Rp.5.000,00/kg
dan farmer share sebesar 61,53%, pola II memiliki marjin sebesar Rp.8.000,00/kg dan farmer share
sebesar 42,85%, saluran III, IV dan saluran V memiliki margin yang sama yaitu sebesar Rp.7.500,00/kg
dan untuk farmer share sebesar 48,27%. Tingkat efisiensi dari lembaga pemasaran belum efisien
karena persentasenya >5%. Pada pola II untuk pedagang pengepul sebesar 14,71%, dan pada pola III,
IV dan V sebesar 13,79%. Pada saluran I untuk pedagang pengecer sebesar 8,46%, sedangkan pada
saluran II untuk pedagang pengecer sudah efisien dengan jumlah persentase 1,42%. Dilihat secara
keseluruhan saluran I memiliki persentase paling kecil yaitu sebesar 8,46% dibandingkan saluran II
sebesar 16,13%, dan saluran III, IV dan V masing-masing memiliki persentase sebesar 13,79% hal ini
mengindikasikan bahwa saluran yang pendek lebih efisien dari saluran yang panjang.
Abstract
This study aims to determine the marketing channel citrus farm in the village of Kerta in 2013 by
identifying marketing channels are formed, calculate the amount of marketing margin and farmer share,
and compute efficiency for each marketing agencies.
The data used in the form of qualitative and quantitative data, while based on the source there
are primary and secondary data. The tupe of this research is descriptive approach. Data collection was
done with interviews and documentation.
In 2013 the results showed that the pattern of orange marketing channels in Kerta village, there
are five patterns of marketing channels, namely: (1) channel patterns I: Farmers ─ Retailer ─ Consumer,
(2) channel Pattern II: Farmers ─ Merchant Collectors ─ Retailers ─ Consumers, (3) channel pattern III:
Farmers ─ Merchant Collectors ─ Market Java (Jakarta), (4) channel pattern IV: Farmers ─ Marchant
Collectors ─ Market (Solo), (5) V channel patterns: Farmers ─ Marchant Collectors ─ Market
(Surabaya). In channel pattern I the marketing margin is Rp. 5000.00/ kg and the farmer share is 61.53
Vol:4 No: 1 Tahun: 2014
%, channel II has a marketing margin of Rp. 8000.00/ kg and the farmer share of 42.85 %, in channels
III, IV and V have the same amount of margin is Rp. 7,500.00/ kg and for the farmer share of 48.27 %.
The level of efficiency of the marketing agency is not efficient because the percentage is >5 %. In the
second channel for merchants collectors of 14.71 %, and the channel III, IV and V of 13.79 %. In the first
channel to retailers by 8.46 %, while the second channel for retailers has been streamlined with the total
percentage of 1.42 %. Viewed as a whole citrus marketing channel in the Village Kerta yet efficient. The
most efficient marketing channel is the first channel that has the smallest percentage of the amount by
8.46 % as compared to the other channel is the channel II was 16.13 %, and the channel III, IV and V
each have a percentage of 13.79%. This is to tell the short marketing channel more effecien than the
long marketing channel.
Desa Kerta merupakan salah satu Sebagai sentra produksi jeruk dan
desa yang berada di Kecamatan Payangan sebagi komuditas unggulan, aspek
yang menjadi sentra produksi jeruk. pemasaran sangat penting dalam
Berdasarkan data dari kantor kepala Desa memasarkan hasil pertanian. Bila
luas wilayah Desa Kerta adalah 1.442 Ha mekanisme pemasaran baik, maka semua
terdiri dari pemukiman 32,1 Ha, lahan pihak yang terlibat akan diuntungkan.
sawah 153 Ha, lahan perkebunan 936,53 Kemampuan dalam memasarkan barang
Ha, hutan lindung 11,27 Ha dan lahan yang dihasilkan akan dapat menambah
untuk fasilitas umum 0,20 Ha. Tofografi aset dalam upaya peningkatan dan
Vol:4 No: 1 Tahun: 2014
pendek rantai pemasaran suatu barang mengeluarkan biaya paling besar mendapat
khususnya hasil pertanian, maka akan bagian yang paling kecil. sedangkan
terjadi: (1) biaya tenaga kerja semakin pedagang pengecer yang mengeluarkan
rendah, (2) margin tataniaga juga semakin biaya paling sedikit mendapat keuntungan
rendah, (3) harga yang harus dibayarkan yang lebih besar.
konsumen semakin rendah, dan (4) harga
yang diterima petani (produsen) semakin Dari permasalahan yang ada
tinggi”. terdapat rumusan masalah mengenai
bagaimana pola saluran pemasaran jeruk
Berdasarkan studi pendahuluan dari petani/ produsen sampai ke konsumen
terlihat bahwa margin pemasaran yang akhir di Desa Kerta Tahun 2013. Berapa
terjadi antara petani dan pedagang jumlah marjin dan farmer share dari
pengecer di Desa Kerta cukup besar yaitu masing-masing pola saluran pemasaran
Rp 7.000,00/ kg jeruk. Hal ini terjadi jeruk di Desa Kerta pada Tahun 2013. Pola
karena panjangnya saluran pemasaran saluran pemasaran manakah yang paling
yang dilalui untuk sampai pada konsumen efisien dalam pemasaran jeruk dari
akhir. Share keuntungan yang diterima oleh produsen kepada konsumen akhir di Desa
masing-masing lembaga pemasaran cukup Kerta padaTahun 2013. Hal ini bertujuan
bervariasi. Besarnya margin tersebut untuk memperoleh temuan deskriptif
didistribusikan untuk pedagang pengepul mengenai saluran pemasaran jeruk serta
pada biaya sebesar 20,01% dan pada hasil perhitungan jumlah marjin dan farmer
keuntungan sebesar sebesar 42,86%, share dari masing-masing saluran
sedangkan untuk pedagang pengecer pada pemasaran dan untuk mengetahui saluran
biaya sebesar 1,43% dan untuk pemasaran jeruk yang paling efisien dalam
keuntunganya sebesar 35,71%. Untuk pemasaran jeruk di Desa Kerta.
share harga, petani hanya menerima
bagian sebesar 41,67%. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
Berdasarkan data di atas dan sesuai deskriptif kuantitatif. Seluruh data diperoleh
dengan pendapat Daniel (2002) dan melalui pengumpulan data di lapangan
Mubyarto (1995), sudah jelas bahwa pola yang dilakukan dengan menggunakan
pemasaran jeruk di Desa Kerta belum metode wawancara dan metode
efisien karena selain jalur pemasaranya dokumentasi. Dalam penelitian ini, data
yang panjang juga belum mampu akan dianalisis secara deskriptif dan
mengadakan pembagian yang adil dari kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan
keseluruhan harga yang diterima konsumen untuk menggambarkan pola saluran
terahir kepada semua pihak yang ikut serta pemasaran jeruk, sedangkan analisis
dalam kegiatan dan tataniaga barang itu. kuantitatif digunakan untuk mengetahui
Dari data di atas terlihat tidak terjadi efisiensi pemasaran jeruk di Desa Kerta.
pembagian secara adil, karena petani yang Untuk mengetahui pola saluran pemasaran
melakukan kegiatan produksi yaitu dari jeruk dan marjin pemasaran digunakan
pembibitan sampai pemeliharaan dan analisis saluran pemasaran, sedangkan
panen mendapat bagian yang lebih kecil untuk mengetahui bagian harga yang
dari pedagang pengecer yang hanya diterima petani digunakan analisis farmer
melakukan kegiatan pembelian pada share. Dari hasil ini akan diketahui
pedagang pengepul dan menjualnya ke mengenai pola pemasaran jeruk serta
konsumen. Bagian harga yang diterima apakah saluran pemasaran tersebut efisien
petani jauh lebih kecil dari biaya yang ataukah tidak. Saluran pemasaran yang
dikeluarkan dalam pemeliharaan efisien adalah saluran yang nilai marjin
sedangkan bagian keuntungan dari pemasaran paling kecil dan farmer share
pedagang pengecer jauh lebih besar dari paling besar.
biaya yang dikeluarkannya. Hal inilah yang
menyebabkan saluran pemasaran jeruk di Metode analisis data yang digunakan
Desa Kerta tidak efisien karena petani yang adalah analisis pemasaran dan analisis
Vol:4 No: 1 Tahun: 2014
Petani ─ Pedagang Pengepul ─ Pasar yaitu, pada pola saluran I farmer share
(Solo) yang diterima petani sebesar 61,53%, pada
Petani ─ Pedagang Pengepul ─ pola saluran II sebesar 42,85%, dan pada
Pasar (Surabaya) pola saluran III, IV dan V farmer share yang
diperoleh petani yaitu sebesar 48,28%.
Margin Pemasaran dan Farmer Share
Saluran Pemasaran Jeruk Efisiensi Saluran Pemasaran Jeruk Di
Margin Pemasaran Desa Kerta Tahun 2013
Margin pemasaran merupakan Terlalu panjangnya saluran
selisish antara harga beli konsumen pemasaran yang dilalui menyebabkan
dengan harga jual produsen. Margin saluran pemasaran jeruk menjadi kurang
pemasaran ini merupakan salah satu cara efisien karena selain kualitas buah jeruk
untuk melihat apakah saluran pemasaran yang menurun, margin pemasaran semakin
tersebut efisien atau tidak. Semakin besar dan bagian yang diterima petani akan
margin tataniaga (Daniel, 2002). Apabila semakin kecil. Pada tabel 4.1 diketahui
semakin besar margin pemasaran akan bahwa secara keseluruhan efisiensi
menyebabkan harga yang diterima petani pemasaran pada masing-masing lembaga
panjang tataniaga (semakin banyak pemasaran jeruk belum efisien karena
lembaga yang terlibat) maka semakin besar persentasenya > 5%, sedangkan kreteria
produsen semakin kecil dan semakin yang ditentukan jika pemasaran dianggap
mengindikasikan sebagai sistem efisien yaitu persentasenya < 5%. Pada
pemasaran yang tidak efisien. Besarnya saluran II untuk pedagang pengepul masih
margin pemasaran untuk masing-masing belum efisien karena persentasenya
saluran pemasaran yaitu pada pola saluran 14,71%, sedangkan untuk saluran III, IV
I besar marjin sebesar Rp 5.000,00,/ kg dan V besarnya sama yaitu jumlah
pada saluran II besar marjin sebesar Rp. persentasenya sebesar 13,79%.
8.000,00,/ kg pada saluran III, IV dan V Sedangkan saluran I untuk pedagang
memililiki jumlah marjin yang sama yaitu pengecer juga belum efisien karena
sebesar Rp 7.500,00,/ kg. persentasenya sebesar 8,46%, dan untuk
Sedangkan untuk persentase marjin pedagang pengecer saluran II saluran
dari kelima pola saluran pemasaran jeruk di pemasaranya sudah efisien dengan tingkat
Desa Kerta Tahun 2013 sebagai berikut. persentase sebesar 0,69%. Dari ke lima
Pada saluran I memiliki persentase sebesar saluran pemasaran yang ada dalam
38,46%, pada saluran II memiliki pemasaran komuditas jeruk di Desa Kerta
persentase marjin sebesar 57,14% dan dilihat dari persentase dari keseluruhan
pada saluran III, IV dan V memiliki lembaga pemasaran yang terlibat saluran I
persentase marjin sebesar 53,14%. merupakan saluran yang paling efisien
dengan melihat tingkat persentase sebesar
Farmer Share 8,47% atau saluran I persentasenya yang
Farmer share adalah persentase paling kecil dibandingkan pada saluran
harga jual petani terhadap harga ditingkat yang lainya.
pengecer atau harga yang dibayar
konsumen akhir. Besarnya bagian harga
yang diterima petani pada masing-masing
pola saluran pemasaran jeruk di Desa Kerta
Vol:4 No: 1 Tahun: 2014
Tabel 4.1 Efisiensi Saluran Pemasaran Jeruk di Desa Kerta Kecamatan Payangan Tahun
2013
dan ada juga yang dijual ke pasar Jawa sebagai tanda jadi kepada petani. Jumlah
(Jakarta), Pasar Solo dan Pasar Surabaya. uang yang diberikan tergantung dari berapa
Untuk pola pemasaran jeruk di Desa Kerta keseluruhan harga jeruk yang sudah
dapat dijelaskan sebagai berikut. disepakati antara petani dan pedagang
Petani ─ Pedagang Pengecer ─ pengepul. Keadaan seperti ini yang
Konsumen menyebabkan banyak petani jeruk
Saluran ini jarang digunakan oleh menggunakan pola saluran pemasaran II
petani jeruk. Walaupun pedagang pengecer karena sudah adanya keterikatan antara
biasanya membeli jeruk dengan harga yang petani dan pedagang pengepul sehingga
yang lebih mahal dari harga pedagang petani cendrung menjual hasil panen
pengepul saluran ini jarang digunakan oleh kepada pedagang pengepul.
petani. Biasanya para petani di Desa Kerta Petani ─ Pedagang Pengepul ─
menghasilkan produk jeruk dengan Pasar Jawa (Jakarta)
kapasitas banyak (>100 kg) sedangkan Pola saluran pemasaran ini, yang
pedagang pengecer hanya mampu menjadi konsumen akhir dari produk jeruk
membeli dalam jumlah yang sedikit (< 50 yang dihasilkan oleh petani di Desa Kerta
kg). Saluran ini digunakan oleh petani jeruk adalah konsumen yang ada di Pulau Jawa
apabila jumlah panennya tidak banyak atau (Jakarta). Petani jeruk hanya menjual hasil
jika ada permintaan dari pedagang jeruk kepada pedagang pengepul dan
pengecer terhadap hasil panen jeruk. nantinya pedagang pengepul ini yang akan
Petani ─ Pedagang Pengepul ─ menyalurkan ke konsumen yang ada di
Pedagang Pengecer Konsumen Pulau Jawa (Jakarta). Pedagang pengepul
Saluran yang kedua ini merupakan dalam saluran ini biasanya mendapat
saluran pemasaran yang dominan pesanan dari pelanggannya yang ada di
digunakan oleh petani jeruk. Petani di Desa Jakarta. Dalam hal ini harga jeruk sangat
Kerta lebih banyak menggunakan saluran ditentukan oleh kualitas buah jeruk yang
II, karena pedagang pengepul dapat dihasilkan dan jumlah persediaan buah
menyerap produksi jeruk dalam jumlah jeruk yang ada. Jika persediaan jeruk baik
yang banyak serta ada kerja sama antara di petani maupun di gudang pedagang
pedagang pengepul dengan petani jeruk. pengepul sedikit maka harga yang
Sebelum buah jeruk siap untuk dipanen ditawarkan akan tinggi, sebaliknya jika
terlebih dahulu petani mencari/ persediaan jeruk masih mencukupi maka
menawarkan kepada pedagang pengepul harga yang ditawarkan kepada petani akan
untuk mengecek langsung ke kebun jeruk rendah. Dalam hal harga dari Pulau Jawa
berapa kg jeruk yang dihasilkan dan berapa (pasar Jakarta) biasanya pedagang
harga keseluruhan jeruk, biasanya ada pengepul mendapat informasi langsung dari
kesepakatan antara petani dengan langganan yang ada di Pulau Jawa (pasar
pedagang pengepul mengenai harga yang Jakarta). Pedagang pengepul mencari
disepakati. Setelah ada kesepakatan harga, informasi berapa jeruk yang dipesan dan
pedagang pengepul yang mempunyai menyesuaikan dengan persediaan yang
tanggung jawab terhadap buah jeruk yang ada.
dibeli dari petani sebelum jeruk dipanen. Petani ─ Pedagang Pengepul ─ Pasar
Pedagang pengepulah yang melakukan (Solo)
pemeliharaan sebelum jeruk dipanen, Pada saluran pemasaran ini yang
seperti obat-obatan untuk penyemprotan. menjadi konsumen akhir adalah Pasar
Keadaan seperti ini dilakukan oleh (Solo). Sama halnya dengan saluran
pedagang pengepul untuk menjaga kualitas pemasaran yang ketiga pedagang pengepul
buah jeruk yang akan dipanen. Pedagang mendapat pesanan dari pelanggan dari
pengepul yang terlibat dalam pemasaran Pasar Solo. Perbedaannya biasanya dalam
jeruk di Desa Kerta meliputi (UD. Tani hal harga yang ditawarkan dan jumlah
Subur, UD. Rikan Abadi dan UD. Guna pesanan yang diminta.
Asih). Selain melakukan pemeliharaan Petani ─ Pedagang Pengepul ─ Pasar
sebelum jeruk dipanen biasanya pedagang (Surabaya)
pengepul terlebih dahulu membayar uang
Vol:4 No: 1 Tahun: 2014
yang diterima petani hanya sebesar semakin besar. Semakin panjang tata niaga
48,27%. Saluran ini dapat dikatakan semakin besar pula marjin pemasaran, dan
panjang karena jarak antara produsen akan mengindikasikan saluran pemasaran
dengan konsumen yang sangat jauh, untuk tersebut semakin tidak efisien, sedangkan
sampai ke tangan konsumen di Pulau Jawa bila jumlah marjin pemasaran semakin kecil
harus melalui beberapa pedagang semakin efisien saluran pemasaran yang
perantara yang terlibat dalam proses ada. Berdasarkan pendapat Daniel (2002),
pemasaran jeruk. sudah jelas bahwa pola saluran pemasaran
Pola saluran IV: Petani ─ Pedagang jeruk di Desa Kerta belum efisien karena
Pengepul ─ Pasar (Solo) jalur pemasaran yang panjang. Untuk
Pada pola saluran pemasaran IV sampai ke konsumen akhir hasil produksi
pada dasarnya sama dengan saluran petani di Desa Kerta harus melewati
pemasaran III pada saluran ini yang beberapa pedagang perantara. Semakin
menjadi konsumen akhir adalah Pasar banyak lembaga pemasaran yang terlibat
(Solo). Penelitian juga dilakukan sampai dalam proses pemasaran atau semakin
pedagang pengepul saja, sehingga jumlah panjangnya saluran pemasaran selain
marjin dan farmer share tidak didasarkan mengeluarkan biaya pemasaran yang lebih
pada harga konsumen namun hanya besar juga akan mengurangi kualitas buah
berdasarkan pada harga jual pedagang jeruk itu sendiri, sehingga yang akan terjadi
pengepul yang ada di Desa Kerta. adalah semakin memperbesar perbedaan
Pola Saluran V: Petani ─ Pedagang harga produsen dengan harga konsumen
Pengepul ─ Pasar (Surabaya). menyebabkan tidak terjadi pembagian
Pada pola saluran pemasaran V, secara adil antara harga di tingkat produsen
sama halnya dengan pola saluran dengan harga ditingkat konsumen akhir.
pemasaran III dan IV hanya yang menjadi Menurut Muyarto (1995) tata niaga
konsumen akhirnya adalah konsumen di dianggap efisien apabila memenuhi dua
pasar Surabaya. Penelitian juga dilakukan syarat yaitu mampu menyampaikan hasil-
sampai pedagang pengepul saja jumlah hasil dari petani produsen kepada
marjin dan farmer share tidak didasarkan konsumen dengan biaya murah dan
pada harga konsumen namun hanya mampu mengadakan pembagian secara
berdasarkan pada harga jual pedagang adil dari keseluruhan harga yang
pengepul. dibayarkan konsumen terakhir kepada
Berdasarkan pembahasan di atas semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan
dapat diketahui bahwa saluran pemasaran produksi dan tata niaga barang itu.
jeruk di Desa Kerta belum efisien karena Berdasarkan pembahasan di atas dapat
jumlah marjinnya cukup besar yaitu pada dilihat bahwa pemasaran produk jeruk
saluran I sebesar Rp.5.000,00/ kg dan pada belum efisien karena panjangnya saluran
saluran II sebesar Rp. 8.000,00/ kg yang dilalui sehingga biaya pemasaran
sedangkan pada saluran III, IV dan saluran menjadi lebih besar serta belum mampu
V jumlah marjin dan farmer share tidak mengadakan pembagian secara adil
diketahui secara pasti karena pemasaranya diantara pihak-pihak yang terlibat dalam
ke Pulau Jawa (Jakarta, Solo, dan pemasaran. Karena petani yang
Surabaya). Sedangkan untuk bagian harga mengeluarkan biaya yang cukup besar
yang diterima petani pada saluran I sebesar untuk pemeliharaan mendapat bagian yang
61,53% dan pada saluran II sebesar jauh lebih kecil dibandingkan dengan
42,85%. Dari ke lima saluran pemasaran dengan pedagang pengepul dan pedagang
tersebut, saluran pemasaran I yang paling pengecer yang mengeluarkan biaya yang
efisien dari saluran pemasaran lainya lebih sedikit dan mendapat keuntungan
karena pola saluran pemasaran I yang lebih besar dari yang diperoleh
merupakan saluran yang paling pendek. produsen (petani).
Hal ini sesuai dengan pendapat Daniel
(2002) bahwa semakin banyak lembaga Efisiensi Saluran Pemasaran
pemasaran yang terlibat dalam proses Mengingat salah satu produk
pemasaran maka marjin pemasaran akan pertanian jeruk yang mudah rusak (busuk),
Vol:4 No: 1 Tahun: 2014
saluran pemasaran yang paling pendek di Hanafiah, dan Seafuddin. 1986. Tataniaga
antara saluran pemasaran yang lainya. Hasil Perikanan. Jakarta: Universitas
Semakin pendek pola saluran pemasaran Indonesia.
jeruk maka semakin efisien pemasarannya.
Berdasarkan hasil penelitian dan Kotler, Philip. 1999. Marketing. Jilid 1.
analisis data, maka dapat diberikan saran Jakarta: Erlangga.
yaitu para petani supaya lebih
meningkatkan kerja sama dengan anggota -------. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi
kelompok tani dalam memperoleh informasi Melinium. Jakarta: Prenhalindo
pemasaran produksi jeruk, serta dalam Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller,2008.
penanganan hama dan cara pemeliharaan
Manajemen Pemasaran. Edisi
jeruk yang baik. Dalam meningkatkan
produktivitas hasil produksi jeruk petani duabelas. Jakarta: Macanan Jaya
tidak boleh ragu dalam pemeliharaan, Cemerlang.
misalnya dalam penyemprotan pemupukan
dan pemeliharaan lainya. Pemerintah Mubyarto. 1995. Pengantar Ilmu Pertanian.
melalui Dinas Pertanian dan Peternakan Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Pustaka
diharapkan memberikan bantuan fasilitas LP3ES.
bagi petani baik berupa peralatan maupun
Rahardi. F, dkk. 1999. Agribisnis Tanaman
dalam bentuk pupuk dan obat-obatan, dan
Buah. Jakarta: Penebar Swadaya.
memberikan sosialisasi tentang cara
pendanggulangan penyakit dan membantu Soekartawi. 1996. Panduan Membuat
dalam pemasaran hasil produksi jeruk. Usulan Proyek Pertanian dan
Pedesaan. Yogjakarta: ANDI.
DAFTAR PUSTAKA
Abednego. 2008. Analisis Pengaruh -------.2005. Agribisnis Teori Dan
Saluran Pemasaran dan Harga Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja
Terhadap Pendapatan Petani Jeruk Grafindo.
Manis Di Daerah Sukanalu,
Kecamatan Barusjahe, Kabupaten -------,2010. Agribisnis Teori Dan
Karo. Sekripsi (tidak diterbitkan). Aplikasinya. Jakarta: PT Raja
Universitas Sumatra Utara Medan. Grafindo Persada.
Abdulah Thamrin dan Francis Tantri. 2012. -------. 2002. Prinsip Dasar Manajemen
Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT
Pemasaran Hasil-hasil Pertanian.
Raja Grafindo Persada.
Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Adnany, Zaky. 2008. Sistem Tataniaga
Komuditi Salak Pondoh Di Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Kuantitatif Kualitatif dan dan R&D.
Jawa Tengah. Sekripsi (tidak Bandung: CV. ALFABETA.
diterbitkan). Institut Pertanian Bogor.
Suharyanto. 2005. Analisis Pemasaran dan
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Tata Niaga Anggur di Bali. Sekripsi
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (tidak diterbitkan). Balai Pengkajian
Jakarta: PT. Rineka Cipta. Teknologi Pertanian Bali.
Boyd, dkk. 2000. Manajemen Pemasaran Swastha, Basu dan Irawan. 1990.
Suatu Pendekatan Strategis Dengan Manajemen Pemasaran Modern.
Oreintasi Global. Edisi Kedua Jilid 2. Yogjakarta: Liberty.
Jakarta: Erlangga.
Syamsi, Ibnu. 2004. EfisiensinSistem dan
Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Prosedur Kerja. Edisi Revisi. Jakarta:
Pertanian. Cetakan Pertama. Bumi Aksara.
Jakarta: Bumi Aksara.