Anda di halaman 1dari 5

DARI DESENTRALISASI HINGGA GOOD GOVERNANCE:

ANTARA HARAPAN DAN REALITAS

Abd Mu’id Aris Shofa


Program studi Ketahanan Nasional, Universitas Gadjah Mada
Jl. Bulak Sumur Yogyakarta
email: arisshofa23@gmail.com

Abstract: The decentralization in Indonesia has existed since colonial era with the enactment of
legislation ‘desentralizatie wet’ in 1903. Decentralization was expected to deliver good governance in
Indonesia government system. But even reformation has been running nearly 16 years, problems
such as corruption, mal-administration, and abuse of power still exist in Indonesia government.
These problems can be solved with stategic manner, such as preparation of the legal framework of
bureaucratic management by making changes to employment laws, bureaucracy should be managed
professionally and separate with political party, positioning adapted to the each potential employee
or technical capabilities, there should be prohibition against the politicization of the bureaucracy by
political authorities both at central and regional levels, and the last one there must be political will
from the government or society.

Key word: decentalization, good governace, bureaucratic reform

Abstrak: Desentralisasi yang ada di Indonesia sudah ada sejak jaman kolonial dengan
diberlakukannya undang-undang desentralizatie wet pada tahun 1903. Dengan diterapkannya
desentralisasi diharapkanakan melahirkan good governance dalam sistem pemerintahan di Indone-
sia. Akan tetapi era reformasi yang berjalan hampir 16 tahun ini masih terjadi permasalahan-
permasalahan, seperti korupsi, mal-administrasi dan penyalahgunaan kekuasaandalam pemerintahan
Indonesia. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan cara strategis seperti
penyusunan kerangka hukum manajemen birokrasi dengan mengadakan perubahan terhadap undang-
undang kepegawaian, birokrasi harus dikelola secara profesional dan tidak terikat dengan suatu
partai politik, penempatan posisi pegawai yang disesuaikan dengan potensi atau kemampuan teknis
masing-masing, harus ada larangan terhadap politisasi birokrasi oleh pejabat politik baik di pusat
maupun di daerah, dan yang terakhir harus ada political will dari pemerintah ataupun masyarakat.

Kata Kunci: desentralisasi, good governance, reformasi birokrasi

Keberadaan pemerintah oleh manusia modern merdeka, dalam masa pemerintahan kolonial
diperlukan untuk mencegah terjadinya kekuasaan Belanda telah memberlakukan Desentralizatie
yang sentralistik dan otoriter seperti dalam sistem Wet 1903 yang berlangsung cukup lama.
monarkhi. Selain itu, keberadaan pemerintah juga Sementara itu, dalam sejarah penyelenggaraan
memiliki fokus utamauntuk menghapuskan pemerintahan daerah di Indonesia setelah
terjadinya “homo homini lupus bellum omnium merdeka tercatat ada beberapa aturan atau
contra omnes”, yaitu mencegah manusia menjadi undang-undang mengenai penyelenggaraan
serigala bagi manusia lainnya dan mencegah agar pemerintahan daerah yang pernah berlaku, antara
yang kuat tidak sampai menguasai yang lemah. lain: UU No. 1 Tahun 1945, UU No. 22 Tahun
Saat ini kebijakan pemerintah melalui 1948, UU No. 1 Tahun 1957, UU No. 18 Tahun
kebijakan desentralisasi menjadi salah satu aspek 1965, UU No. 5 tahun 1974, UU No. 22 Tahun
yang mendapat perhatian khusus. Sejarah 1999, UU No. 32 Tahun 2004 dan yang
desentraliasi di Indonesia telah mengalami masa terakhiradalah UU No. 23 Tahun 2014. Dari setiap
yang cukup panjang. Sebelum bangsa Indonesia peraturan yang berlaku, secara substansial

1
2 Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 28, Nomor 1, Pebruari 2015

merupakan penjabaran dari amanat UUD 1945 untuk diwujudkan. Pertanyaannya adalah
Pasal 18,Pasal 18A dan 18B. Esensi dari peraturan mengapa hal itu bisa terjadi, padahal dengan
perundang-undangan tersebut tentunya munculnya reformasi, sistem demokrasi kita
dilatarbelakangi oleh kondisi ekonomi dan sosial semakin baik dengan adanya pemilihan presiden
politik yang sedang berkembang di masyarakat, dan kepala daerah (gubernur, bupati dan walikota)
oleh karena itu penyelenggaraan pemerintahan secara langsung oleh rakyat.
daerah di Indonesia berjalan amat dinamis untuk Era reformasi dan kebijakan otonomi daerah
mewakili semangat perbaikan dalam setiap yang secara massif telah mendesentralisasikan
zamannya. pengelolaan aparat birokrasi kepada pemerintah
Langkah-langkah sistem desentralisasi yang daerah, ternyata bukan membuat pelayanan publik
pernah dijalankan oleh pemerintah kolonial di daerah menjadi lebih baik dan berkualitas,
Belanda berakhir seiring dengan kemenangan melainkan sebaliknya, yaitu pelayanan publik
pasukan Jepang atas pasukan Belanda dalam semakin rumit dan membuat rakyat semakin
perang Pasifik. Kekalahan tersebut menyebabkan sengsara. Salah satu penyebab terjadinya hal
sistem pemerintahan yang dibangun oleh kolonial tersebut adalah dengan semakin banyak prilaku
Belanda berubah menjadi sistem pemerintahan korup yang dilakukan oleh penyelenggara negara.
yang diciptakan oleh Jepang. Pemerintah Praktik korupsi yang dulu hanya dilakukan oleh
pendudukan Jepang menjalankan sistem pejabat tinggi di pusat, sekarang sudah menjangkiti
pemerintahan yang bersifat sentralistik dan hirarkis hampir semua pejabat daerah (provinsi, kabupaten
komando. Permasalahan paling potensial yang akan dan kota), baik korupsi yang dilakukan oleh
muncul jika menggunakan pendekatan sistem gubernur, bupati, walikota sampai dengan korupsi
sentralistik adalah godaan akan kekuasaan. Lord yang dilakukan oleh para pegawai. Sehingga
Acton dalam (Oentarto dkk, 2004:5) mengatakan masyarakat sipil juga sudah tidak asing dan bahkan
bahwa “power tends to coorupt and absolute ikut dalam tindakan korupsi.
power corrupt absolutely” yaitu, kekuasaan Dalam hal pelayanan birokrasi publik, justru
akan cenderung pada praktik korupsi dan di era reformasi saat ini kondisinya semakin
kekuasaan yang absolut akan menimbulkan terpuruk. Hal ini ditandai dengan adanya
kecenderungan korupsi secara absolut juga. Elit penyerahan kewenangan manajemen kepega-
penguasa akan menjadi rawan atas godaan waian kepada pembina kepegawaian pada setiap
kekuasaan tersebut. Semakin banyak kroni yang daerah. Namun yang lebih menakutkan lagi apabila
dilibatkan, maka akan rawan pula terjadi para pembina kepegawaian adalah pejabat politik
penyalahgunaan kekuasaan, karena setiap kroni yang menghendaki dukungan politik langsung untuk
akan meminta ongkos yang tinggi atas dukungan melanggengkan jabatan politik. Modus yang
yang telah diberikan kepada elit penguasa. dipakai adalah mutasi, promosi jabatan besar-
besaran, dan penempatan posisi seseorang yang
REFORMASI BIROKRASI DAN KORUPSI tidak berdasarkan atas kemampuan dan kualitas
pejabat tersebut. Sehingga yang terjadi kemudian
Proses implementasi otonomi daerah yang adalah sistem like or dislike dan bisa juga
sudah berjalan sejak lama, tentu tidak selalu mengarah pada tindakan penyalahgunaan
berjalan sesuai dengan tujuan dan rel yang kekuasaan (abuse of power) yang pada akhirnya
seharusnya dilewati. Awal reformasi yang akan melahirkan tindakan korupsi.
disambut dengan suka cita dan euphoria oleh Prof. Dr. Miftah Thoha (2012:120)
masyarakat, diharapakan mampu terbit fajar baru menjelaskan bahwa di era otonomi daerah telah
untuk membawa masyarakat kepada kondisi sosial, melahirkan “raja-raja kecil” yaitu pejabat politik
ekonomi, politik dan moral yang lebih baik. Akan sebagai pemimpin tertinggi dari birokrasi di daerah.
tetapi pembentukan pemerintahan baru yang lebih Maka tidak mengherankan jika kondisi bangsa kita
baik dan demokratis, bersifat terbuka atau saat ini terjadi krisis kepemimpinan, krisis
transparan kepada masyarakat, yang pada keteladanan dan semakin masifnya tindakan
akhirnya melahirkan suatu sistem good gover- korupsi yang terjadi di daerah-daerah. Kekuasaan
nance, demi tercapainya tujuan masyarakat adil yang seharusnya adalah untuk pengabdian, justru
dan makmur, ternyata hingga kini masih menjadi yang terjadi adalah untuk pengumpulan pundi-
sebatas isu nasional dan harapan semu yang sulit pundi uang dan harta sebanyak-banyaknya dengan
Shofa, Dari Desentralisasi Hingga Goodgovernance: Antara Harapan dan Realitas 3

menghalalkan segala cara. Fenomena ini hampir lebih kepada pelengkap dari sebuah pemerintahan.
relevan dengan apa yang pernah disampaiakan oleh Kebijakan tidak lagi dikembangkan dengan
Dipo Alam (2012) bahwa sepanjang Oktober 2004 semata-mata mempertimbangkan aspek
sampai September 2012 ada 176 permohonan izin konstitusional legal formal saja, tetapi juga
pemeriksaan kepala daerah yang diajukan penegak mmpertimbangkan aspek nilai yang berkembang
hukum kepada presiden. dalam masyarakat. Kedua, Governance atau tata
Secara normatif praktik korupsi merupakan kelola pemerintahan sengaja di kembangkan untuk
realitas mal-administrasi, di mana birokrasi menjadi merespon masalah dan kepentingan publik.
tidak terkendali dan pada akhirnya organisasi Konsentrasi dari tata kelola pemerintahan adalah
birokrasi sulit diukur pelayanannya. Rose- kepentingan publik secara kolektif dan bukan pada
Ackermen (2006: 35) mengkategorikan korupsi ke kepentingan warga negara sebagai individu.
dalam tiga dimensi, yaitu: ekonomi, budaya dan Ketiga, Struktur yang dikembangkan bukanlah
politik. Pertama, korupsi dalam dimensi ekonomi struktur yang formal, rigid dan kaku, melainkan
berpangkal dari gejala yang salah dalam manjemen struktur yang informal, lentur dan longgar.
negara, di mana institusi-institusi yang dirancang Governance adalah mekanisme pengelolaan
untuk mengatur hubungan antara negara dengan sumber daya ekonomi dan sosial yang melibatkan
penduduk justru digunakan untuk memperkaya diri pengaruh sektor negara dan sektor non pemerintah
dan mendapat tambahan keuntungan bagi yang dalam suatu kegiatan kolektif. Pinto dalam Widodo
korup. Kedua, korupsi dalam dimensi budaya, (2008:107) mengatakan bahwa governace adalah
yang mana dalam hal ini korupsi digambarkan praktik penyelenggaraan kekuasaan dan
sebagai tradisi memberi suap, gratifikasi dan kewenangan oleh pemerintah dalam pengelolaan
pemberian yang lain. Ketiga, korupsi dalam urusan pemerintahan secara umum dan
dimensi politik, korupsi digambarkan sebagai pembangunan ekonomi pada khususnya. Lembaga
prilaku korup para aktor dalam menjalani hubungan Administrasi Negara (2000:1) mengartikan gov-
antara negara dengan sektor swasta atau antara ernance sebagai proses penyelenggaraan
aktor politik dengan lembaga negara. Meski sudah kekuasaan negara dalam melaksanakan
banyak regulasi dan lembaga yang dibentuk untuk penyediaan public goods and services.
memberantas korupsi di sektor pelayanan publik Governace dapat ditinjau dari apakah pemerintah
serta tindakan mal-administrasi lainnya, tetapi telah berfungsi secara efektif dan efisien dalam
tindakan korup dan penyalahgunaan kekuasaan upaya mencapai tujuan yang telah digariskan atau
(abuse of power) masih lazim terlihat di sebaliknya. UNDP (1997:9) governance diartikan
masyarakat hingga sekarang. sebagai pelaksanaan kewenangan politik, ekonomi,
dan administrasi untuk me-manage urusan-urusan
GOOD GOVERNANCE SEBAGAI SOLUSI bangsa dan negara.
Untuk mencapai cita-cita ideal governance
Konsep governance menjadi sangat penting maka harus ada 3 hal yang harus dicapai: pertama,
dan banyak di perbincangkan ketika konsep gov- Economic governance: yang mencakup proses
ernment dianggap kurang bisa menjadi leader pembuatan keputusan yang mempengaruhi
dalam mengikuti perubahan yang begitu cepat aktivitas ekonomi negara atau berhubungan
dalam ranah pelayanan publik. Perubahan yang dengan ekonomi lainnya baik secara langsung atau
dimaksud adalah bertambahnya kompleksitas tidak langsung. Karena itu economic governance
dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dalam memiliki pengaruh atau implikasi terhadap equity,
penye-lenggaraan pemerintahan sekarang ini poverty, dan quality of life. Kedua, political gov-
diperlukan pihak luar pemerintahan yang bisa ernance merujuk pada proses pembuatan
mendukung kinerja dari pemerintah dalam rangka keputusan dan implementasi kebijakan suatu
mewujudkan pelayanan publik yang lebih baik. Ada negara yang legitimate dan authoritative.Karena
3 hal yang menjadikan governance menjadi itu negara harusnya terdiri atas tiga cabang
konsep yang perlu dikembangkan: Pertama, gov- pemerintahan yang terpisah yaitu eksekutif,
ernance adalah suatu sistem administrasi yang legislatif dan yudikatif, yang bisa mewakili
melibatkan banyak pelaku dari pemerintah dan kepentingan politik yang pluralis. Ketiga, Admin-
unsur-unsur non pemerintahan. Governance istrative governance, yakni sistem implementasi
bukanlah sebagai pengganti government tetapi kebijakan yang melaksanakan sektor publik secara
4 Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 28, Nomor 1, Pebruari 2015

efisien, tidak memihak, akuntabel dan terbuka. raan pemerintahan dapat menghasilkan
Governance berlaku dan berlangsung di pembangunan yang memenuhi kebutuh-
semua tingkatan, baik nasional maupun lokal. an masyarakat dengan pengelolaan
Sementara itu Good governance dipahami pelayanan terbaik. Konsep efisiensi
sebagai tata kelola pemerintahan yang baik dalam konteks good governance juga
dengan memenuhi prinsip akuntabilitas, mencakup pemanfaatan berkelanjutan
transparansi, responsivitas, kesamaan dan sumber daya alam dan kelestarian
keadilan, efektivitas dan efisien, kepastian hukum, lingkungan hidup.
partisipatif dan representatif. Hal tersebut dalam (6) Kepastian hukum: prinsip ini
(UNESCAP 2011) dapat dijabarkan sebagai mengandung arti bahwa tata pemerin-
berikut. tahan yang baik harus menjunjung tinggi
azas kepastian hukum. Penyelenggaraan
“(1) Akuntabilitas: prinsip ini mengan- pemerintahan harus menjalankan prinsip
dung arti bahwa tata kelola pemerintahan persamaan semua orang di depan hukum
adalah suatu sistem penyelenggaraan tanpa melihat status sosial, ekonomi,
yang melibatkan kerjasama multistake- politik ataupun kekuasaan.
holder baik masyarakat sipil maupun (7) Partisipatif: prinsip ini mengandung
sektor swasta. Relasi ini bersifat saling arti bahwa seluruh elemen masyarakat
mendukung dan melengkapi dalam harus terlibat aktif dan menjadi
memenuhi kebutuhan publik. pertimbangan dalam pembuatan kebi-
(2) Transparansi: prinsip ini mengandung jakan pemerintah/negara. Mayarakat
arti bahwa pembuatan kebijakan dapat menggunakan hak politiknya untuk
pemerintahan dan pelaksana-annya telah dipilih ataupun memilih melalui
sesuai dengan aturan yang berlaku. Hal pemilu.Selain itu juga masyarakat bebas
ini juga mengandung artian bahwa dalam menyampaikan aspirasinya melalui
terdapat ketersediaan dan keterbukaan akses media informasi dan organisasi-
akses informasi yang dapat di lihat oleh organisasi.
semua masyarakat.Sehingga seluruh (8) Representative: prinsip ini mengan-
masyarkat mampu melakukan mekanis- dung arti bahwa tata pemerintahan yang
me kontrol terhadap penyeleng-garaan baik memiliki strategi untuk mengako-
pemerintahan. modasi kepentingan-kepentingan yang
(3) Responsivitas: prinsip ini mengandung berbeda dalam masyarakat. Terkait
arti bahwa tata kelola pemerintahan pemahaman hal ini sangat di perlukan
melalui struktur kelembagaannya di pemahaman dalam konteks historis,
kembangkan untuk tanggap menyikapi budaya, dan sosial dari kondisi
tantangan dan mengatasi permasalahan masyarakat.”
yang dihadapi seluruh elemen
masyarakat. IMPLEMENTASI DI INDONESIA
(4) Kesamaan dan keadilan: prinsip ini
mengandung arti bahwa tata kelola Semangat reformasi yang bergulir tahun 1998
pemerintahan yang baik harus menjadi tonggak penting bagi kehidupan demokrasi
memperhatikan kesejahteraan masyara- Indonesia. Selain bergantinya rezim kekuasaan
katnya. Hal iniberhubungan dengan yang otoriter, gerakan reformasi juga menyu-
bagaimana menciptakan tata kelola arakan pemberantasan korupsi, kolusi dan
pelayanan kepada masyarakat tanpa ada nepotisme (KKN). Selama rentang waktu 16
pengecualian dan harus didasarkan atas tahun perjuangan untuk menghapuskan KKN
azas keadilan. Sehingga masyarakat akan dengan cara reformasi birokrasi belum mencapai
merasa di hargai dan dilayani sebagai- hasil yang maksimal. Sehingga pencapaian good
mana hak masyarakat sebagai governance belum mampu memenuhi hasrat dari
warganegara. semangat perjuangan awal reformasi.
(5) Efektivitas dan efisiensi: prinsip ini Parameter pengukuran dari kurang
mengandung arti bahwa penyelengga- maksimalnya dalam mewujudkan good gover-
Shofa, Dari Desentralisasi Hingga Goodgovernance: Antara Harapan dan Realitas 5

nance tersebut tidak bisa dilepaskan dari kinerja Strategi lain untuk bisa membenahi birokrasi
birokrasi yang kurang profesional dan maraknya dapat dilakukan mencakup empat aspek penting
kasus korupsi. Selain itu Siti Zuhro (2010:1) melihat sebagai berikut: Pertama, penyusunan kerangka
birokrasi di Indonesia juga masih tidak rasional, hukum manajemen birokrasi dengan mengadakan
gemuk (kaya struktur miskin fungsi), tidak netral perubahan terhadap undang-undang kepegawaian.
dan tidak transparan. Selain itu implementasi good Kedua, birokrasi harus di kelola secara professional
governance di Indonesia masih belum maksimal dan tidak terikat dengan suatu partai politik.Ketiga,
dan cenderung stagnan karena para birokrat kita penempatan posisi pegawai yang disesuaiakn
belum mampu memisahkan antara jabatan politik dengan potensi atau kemampuan teknis masing-
dengan jabatan birokrasi (Azhari, 2011:52). masing. Keempat, harus ada larangan terhadap
Terwujudnya good governance di Indone- politisasi birokrasi oleh pejabat politik baik di pusat
sia tidak dapat dilepaskan dari berhasil tidaknya maupun di daerah (Azhari, 2011:317-318)
kinerja birokrasi. Keduanya mempunyai hubungan
yang positif, dalam arti saling mempengaruhi. SIMPULAN
Kinerja birokrasi dan pemberdayaan masyarakat
yang semakin bagus dan intensif akan berpengaruh Membangun budaya birokrasi dalam sistem
positif terhadap pembangunan bangsa dan negara. pemerintahan yang ideal adalah membangun sikap
Hubungan yang bersinergi antara pemerintah dan dan perilaku sistem yang harus diikuti secara
masyarakat, akan menghasilkan suatu pemerin- konsisten oleh pelakunya untuk menciptakan tata
tahan yang kuat dan didukung oleh masyarakat. pemerintahan yang baik dan amanah. Menjawab
Dibutuhkan keberanian melakukan perubahan permasalahan bangsa sekarang ini tentang carut
atau reformasi birokrasi untuk mewujudkan marutnya sistem birokrasi, tidakan korupsi yang
pelayanan tata kelola pemerintahan yang lebih baik. semakin massif dan sudah menjadi kebudayaan dari
Strategi yang dilakukan dapat dimulai dari proses masyarakat Indonesia mengakibatkan tidak
rekrutmen sumber daya manusia yang profesional. terwujudya good governance di masyarakat.
Birokrasi harus melakukan seleksi fit and proper Untuk menjawab semua permasalahan yang sedang
test dan menjauhkan dari sikap kolusi dan nepotisme, dihadapi dan keinginan untuk mewujudkan tujuan
birokrasi perlu memberikan penghargaan dan imbalan nasional bangsa Indonesia yang berdaulat adil dan
gaji sesuai dengan pencapaian prestasi (reward merit makmur, maka harus ada keberanian atau politi-
system) bukan hubungan kerja yang kolutif, cal will dari semua pihak untuk mau mewujudkan
diskriminatif, dan kurang mendidik (spoil system), dan mengimplementasikan peraturan-peraturan
yang paling penting juga adalah mengedepankan pola yang sudah ada secara konsekuen. Selain itu juga
reward and punishment yang mungkin selama ini harus ada tindakan konkrit dalam upaya reformasi
kurang berjalan. Birokrasi pemerintah harus netral birokrasi demi terwujudnya pemerintahan yang
dan bisa membedakan antara jabatan publik dan bersih dan akuntabel (good governance). Usulan
jabatan politik, sehingga tidak memanfaatkan fasilitas tersebut cukup realistis dan penting untuk
negara untuk kepentingan pribadi, golongan, ditindaklanjuti oleh semua pihak, baik masyarakat
kelompok atau partai politik. maupun para pemimpin demi terwujudnya good
governance.
DAFTAR RUJUKAN

Azhari. 2011. Mereformasi Birokrasi Publik In- Reformasi. Jakarta: Pustaka Sinar
donesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Harapan.
Lembaga Administrasi Negara dan Badan Thoha, Miftah. 2005. Birokrasi dan Politik di
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.
2000. Akuntabilitas dan Good Gover- Widodo, Joko. 2005. Membangun Birokrasi
nance. Jakarta: LAN dan BPKP. Berbasis Kinerja. Bayumedia Publishing:
Oentarto, dkk. 2004. Menggagas Format Malang.
Otonomi Daerah Masa Depan. Jakarta: Zuhro, R. Siti. 2010. Good Governance dan
Samitra Media Utama. Reformasi Birokrasi di Indonesia. Jurnal
Rose-ackerman, Susan, 2006. Korupsi dan Penelitian Politik LIPI, Vol 7, No. 1.
Pemerintahan: Sebab, Akibat dan

Anda mungkin juga menyukai