Anda di halaman 1dari 4

Kelompok 3 Pajak :

Wildan Firmansyah H P(Ketua) K6419078


Salma Khanza R (Anggota) K6419065
Sri Utari Yuliastuti (Anggota) K6419072
Wida Syafira (Anggota) K6419077

Analisis terkait dengan kontroversi kenaikan cukai khususnya pada produk rokok di Indonesia?
berikan juga rekomendasi kelompok Anda atas kebijakan yang seharsnya dikeluarkan oleh
pemerintah seperti apa?

Analisis terkait kontroversi kenaikan cukai pada produk rokok di Indonesia Pemerintah telah
memutuskan rata-rata kenaikan tarif cukai hasil tembakau 2021 sebesar 12,5%. Apresiasi dan
dukungan setinggi-tingginya kepada Presiden Joko Widodo dan Kementerian Keuangan, serta
Kementerian/Lembaga lain yang mendorong kebijakan ini.

Disini kami setuju, dengan kenaikan tersebut karena dapat meningkatkan fungsi cukai yang
sesungguhnya, yaitu pengendalian konsumsi dan pengawasan peredaran terhadap barang
berbahaya yang mengganggu kesehatan masyarakat, khususnya rokok. Sebagaimana diketahui,
peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing menjadi salah satu dari
tujuh agenda Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, maka
kesehatan masyarakat menjadi poin penting yang harus diperhatikan. Hal ini dapat dihubungkan
dengan Faktor harga menunjukkan semakin mahal harga rokok maka semakin kecil peluang anak
merokok. Di samping kewajiban negara untuk melindungi generasi bangsa dari jeratan produk
adiksi berbahaya, kenaikan cukai hasil tembakau juga dapat menjadi alat untuk pemulihan
ekonomi dalam konteks pandemi COVID-19.

Rekomendasi:

Kebijakan yg dikeluarkan pemerintah khususnya pada produk rokok yang berbahan dasar
tembakau dapat digantikan dengan mengolah dengan cara lain agar bisa menekan korban yang
diakibatkan oleh konsumsi rokok. Pemanfaatan tanaman tembakau selama ini masih sebatas pada
daunnya sebagai bahan baku rokok. Namun seiring perkembangan teknologi, tanaman tembakau
dapat menghasilkan berbagai macam produk turunan melalui proses ekstraksi. Direktur Tanaman
Semusim dan Rempah Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Hendratmojo
Bagus Hundoro mengatakan bahwa hasil panen tembakau selama ini baru sebatas diolah menjadi
produk rokok. Menurutnya pemanfaatan tembakau perlu ditingkatkan dengan melakukan
diversifikasi guna menghasilkan berbagai macam produk turunan selain rokok. Diversifikasi
produk tembakau ini dapat membantu petani tembakau memperoleh nilai tambah. Tanaman
tembakau bisa diolah menjadi asap cair tembakau yang berfungsi sebagai pestisida nabati. Selain
itu, hasil ekstraksi tembakau juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku produk farmasi maupun
produk kosmetik. pengembangan ekstraksi tembakau masih membutuhkan perjalan yang
panjang. Selain perlunya kajian dan penelitian terkait kandungan dan ekstraksi tembakau, perlu
juga kajian dari sisi ekonomi agar investor tertarik membangun industri ekstraksi tembakau di
Indonesia.

Pengamat ekonomi pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Prima Gandhi menambahkan bahwa
diversifikasi produk melalui ekstraksi tembakau berpotensi menjadi salah satu solusi untuk
meningkatkan kesejahteraan petani. IPB beberapa waktu lalu mengadakan kajian di empat kota
penghasil tembakau selama enam bulan. Dalam kajian lapangan itu, ditemukan banyak limbah
tembakau yang dibuang begitu saja oleh petani. Padahal, limbah tanaman tembakau bisa
dimanfaatkan untuk menghasilkan berbagai produk melalui ekstraksi. Berdasarkan kajian IPB
tersebut, direkomendasikan perlunya adanya pengembangan produk ekstraksi dari limbah
tanaman tembakau. Kedepan, diharapkan potensi pengembangan produk ekstraksi tembakau ini
dapat terus digali dan dapat menjadi sumber pemasukan tambahan bagi petani maupun
pemasukan bagi negara.
Bukti Kelompok

Anda mungkin juga menyukai