Anda di halaman 1dari 6

MIMBAR, Vol. XXVII, No.

2 (Desember 2011): 151-156

Asas dan Jenis Akad dalam Hukum Ekonomi Syariah:


Implementasinya pada Usaha Bank Syariah

NENI SRI IMANIYATI


Fakultas Hukum, Universitas Islam Bandung. Jl. Rangga Gading No.8 Bandung 40116.
email: imaniyati@yahoo.com

Abstract. It has been more than two decades since Shari’a Economic Law was intro-
duced and vastly grew in Indonesia. For that reason, a thourough study is needed to
describe the principles, types, and implementation of ‘akad’ (deal) in this special law.
This study reveals that a deal in Shari’a Finance & Economic Law is consisted of sev-
eral principles, i.e. balance, fairness, and consensualism. Meanwhile, types of deal to
be found in Shari’a Economic and Finance Law are buying and selling, renting, out-
come distribution, service/fee, and pure saving. Under the new law and regulation,
there’s a lot possibility of service could be offered by Shari’a Bank than conventional
management bank.
Keywords: akad, Sharia’ Economic Finance and Law, Sharia’ Bank

Abstrak. Sistem ekonomi dan keuangan Syariah telah diperkenalkan lebih dari dua
dekade lamanya di Indonesia. Saat ini, sistem tersebut telah mencapai perkembangan
yang luarbiasa. Karena itu, penting kiranya mengkaji prinsip-prinsip, jenis-jenis, dan
pelaksanaan akad dari perspektif hukum yang khas ini. Kajian berikut memperlihatkan
asas-asas yang berlaku dalam kesepakatan sistem syariah terdiri dari prinsip
keseimbangan, keadilan, dan konsensualisme. Sementara jenis-jenis kesepakatan
yang berlaku di antaranya adalah pembelian dan penjualan, penyewaan, bagi hasil,
jasa/tarif, dan simpanan murni. Di bawah undang-undang dan regulasi yang baru,
Bank Syariah memiliki potensi penawaran jasa yang lebih banyak dibandingkan bank
yang dikelola secara konvensional.
Kata Kunci: akad, sistem keuangan dan undang-undang syariah, Bank Syariah

Pendahuluan alasan pokok keberadaan sistem ekonomi syariah,


yaitu keinginan masyarakat muslim untuk kaffah
Konsep Bank Syariah, khususnya dan sistem
dalam menjalankan ajaran I slam dengan
ekonomi Syariah umumnya telah menarik banyak
menjalankan seluruh aktivitas dan transaksi
negara bahkan negara-negara di mana umat Is-
ekonominya sesuai dengan ketentuan syariah
lam sebagai golongan minoritas seperti Amerika
(Hamid, 2003: 10).
Serikat dan Inggris. Negara-negara tersebut
Munculnya fenomena hukum ekonomi
gencar melakukan penelitian dan pertemuan ilmiah
syariah merupakan akibat interaksi hukum Islam
untuk memerbincangkan sistem ekonomi Islam,
dan sistem hukum Nasional, yang awalnya terbatas
seperti Islamic Finance, Syariah Issues in Islamic
pada hukum keluarga atau dalam bidang hukum
Finance, Islamic Economic and Finance. Selain di
perdata khusus seperti yang dipahami selama ini.
perbincangkan di kampus, lembaga-lembaga
(Suma, 2006: 12).
seperti Masyarakat Islam Amerika Utara (Islamic
Hukum ekonomi Islam merupakan suatu
So ciety of No rth Amerika – ISNA) secara
bidang kajian yang dewasa ini terus berkembang
berkesinambungan melakukan rangkaian panjang
baik dalam konteks “pendalaman” (deepening),
pembicaraan tentang ekonomi Islam. Walaupun
dari disiplin ini dan dari sisi keilmuannya, maupun
sistem dan praktik ekonomi syariah yang telah
dalam kaitan “perluasan” lingkup subjek ini sebagai
berkembang, - khususnya di Negara-negara Teluk-
konsekuensi perkembangan pesat atau dinamika
sejak setengah abad yang lalu, mulai terlihat marak
interaksi ekonomi internasional yang mengarah
perkembangannya di tanah air sejak dua dekade
pada “rule m aking proces s” y ang bersif at
terakhir. Perkembangan ini tidak terlepas dari
mendunia (Salam, 2006: 26).

‘Terakreditasi’ SK Dikti No. 64a/DIKTI/Kep/2010 151


NENI SRI IMANIYATI. Asas dan Jenis dan Akad dalam Hukum Ekonomi Syariah: Implementasinya pada Usaha ...

Konsep hukum ekonomi Islam diperkenalkan Sistem huk um I slam m erupak an


dan diaplikasikan pada hampir setiap bidang usaha keseluruhan aturan hukum yang disusun secara
dan strata. Pada awalnya diterapkan pada ekonomi terpadu berdasarkan asas-asas tertentu. Sistem
mikro yang kemudian berkembang pada semua hukum Islam terdiri dari sub-sub sistem yang satu
sektor dan bidang usaha. Kegiatan ekonomi Islam sama lain berkaitan dalam hubungan yang
bertumpu pada ketentuan hukum Islam. Dengan seimbang. Ahli hukum Islam klasik membuat
masuknya sistem ekonomi Islam, diharapkan perjenjangan norma-norma hukum Islam menjadi
hukum ekonomi Indonesia akan mengalami dua tingkat, yaitu (1) al-ushul (asas-asas umum),
perk em bangan pos itif y ang membangun dan (2) al-furu’(peraturan-peraturan hukum
kebers am aan dalam rangka m enciptak an kongkrit). Al-ushul (asas-asas umum) meliputi
kesejahteraan Negara dan bangsa menuju kategori yang luas sehingga mencakup juga norma-
masyarakat yang adil dan makmur (S. R. Hartono, norma filosofis dasar yang menjadi tegaknya
2007: 134). kedua norma diatas (S. Anwar: 2007, 12-14).
Berbagai institusi yang lahir dari sistem Selanjutnya Syamsul Anwar mengemukakan
ekonomi syariah tumbuh di Indonesia antara lain bahw a no rm a- no rm a hukum Is lam dapat
lembaga keuangan, baik lembaga keuangan bank dijenjangkan menjadi tiga lapis, yaitu: (1) Nilai-
maupun lem baga k euangan bukan bank . nilai dasar atau norma filosofis (al-qiyam al-
Perkembangan bank syariah diikuti dengan asasiyyah); (2) Asas-asas umum (al-ushul al-
berkembangnya lembaga keuangan syariah di luar kulliyyah), dan (3) Peraturan-peraturan hukum
struktur perbankan, antara lain, Asuransi Takaful, konkret (al-ahkam al-far’iyyah).
pasar modal syariah, pengadaian syariah, dan Peraturan hukum ko nk ret adalah
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Institusi keuangan konkretisasi dari asas umum dan terwujud baik
tersebut menggunakan berbagai akad (perjanjian) dalam ketentuan-ketentuan hukum taklifi seperti
yang sebelumnya tidak dikenal dalam hukum halal, haram, wajib, sunah dan mubah maupun
perjanjian nas io nal. Dengan tumbuh dan dalam ketentuan-ketentuan hukum wadh’i yang
berkembangnya lembaga keuangan syariah di meliputi sebab, syarat dan halangan.
Indonesia, menimbulkan permasalahan hukum Ketiga lapisan norma ini tersusun secara
terutama berkaitan dengan hukum perjanjian hierarkis. Norma yang abstrak dikonkretisasi dalam
nasional. Hal ini dikarenakan hingga saat ini untuk norma yang lebih konkret. Nilai-nilai dasar
hukum perjanjian nasional Indonesia masih dikonkretisasi dalam norma-norma antara baik
mengacu pada Buku III KUH Perdata yang berupa asas-asas hukum Islam (an-nazhariyyah
notabene lahir dari sistem hukum Eropa al-fiqhiyyah) maupun berupa kaidah-kaidah hukum
Kontinental. Oleh karena itu, penting untuk dikaji Islam (al-qawaid al-fiqhiyyah). Norma-norma
berbagai hal berkaitan dengan hukum perjanjian tengah (as as -asas um um ) hukum Is lam
yang lahir dari sistem hukum Islam atau yang dikonkretkan lagi dalam bentuk-bentuk peraturan-
popular dikenal dengan Hukum Ekonomi Syariah peratuan hukum konkret (al-ahkam al-far’iyyah).
kaitannya dengan hukum perjanjian nasional, As as -asas perjanjian m erupak an
khususnya perjanjian atau akad yang digunakan konkretisasi dari norma-norma filosofis, yaitu nilai-
oleh bank syariah. Tulisan ini akan mengkaji Asas- nilai dasar yang menjadi fondasi ajaran Islam.
asas dan jenis akad (perjanjian) dalam hukum Asas-asas perjanjian dalam hukum Islam terdiri
ekonomi syariah dan implementasinya pada usaha dari asas kebolehan (mabda’ al-ibahah), asas
Bank Syariah di Indonesia. kebebasan berkontrak (mabda’ hurriyyah at-
ta’aqud), asas konsensualisme/kesepakatan
Asas-asas Akad (Perjanjian) dalam (mabda’ ar-radha’iyyah) asas janji itu mengikat,
Hukum Ekonomi Syariah asas keseimbangan (mabda’ at-tawazun fi al
mu’awadhah), asas kemaslahatan (tidak
Seperti telah dimaklumi, bahwa sistem memberatkan), asas amanah dan asas keadilan.
hukum merupakan keseluruhan aturan hukum yang Asas ibahah atau kebolehan merupakan
disusun secara terpadu berdasarkan asas-asas asas umum hukum Islam dalam bidang muamalat
tertentu. Sebagai suatu sistem, hukum terdiri dari yang dirumuskan pada kalimat “pada dasarnya
sub-sub sistem yang satu sama lain berkaitan dalam segala sesuatu itu boleh dilakukan sampai ada dalil
hubungan yang seimbang,dan serasi tidak tumpang yang melarangnya”. Hal ini bertolak belakang
tindih,tidak berbenturan karena asas-asasnya yang dengan asas yang berlaku dalam ibadah bahwa
terpadu. sas-asas yang terdapat dalam hukum tidak ada ibadah k ecuali apa y ang telah
perdata harus senada, seirama dengan asas yang dicontohkan oleh Rosulullah Saw. Jika dihubungkan
terdapat dalam Hukum Nasional, demikian juga dengan tindakan hukum dan perjanjian maka
dengan asas-asas hukum perjanjian harus senada perjanjian apa pun dapat dibuat sejauh tidak ada
dengan asas-asas hukum Perdata (Mariam Darus larangan khusus mengenai perjanjian tersebut.
Badrulzaman, 1994: 15) Asas kebebasan berakad dalam hukum Is-

152 ISSN 0215-8175


MIMBAR, Vol. XXVII, No. 2 (Desember 2011): 151-156

lam dibatasi dengan larangan makan harta sesama konvensional modern (multi finance company). Hal
dengan jalan bathil (Q.S. 4:29). Yang dimaksud ini karena beragamnya akad (perjanjian) yang
dengan makan harta sesama dengan jalan bathil dapat digunakan dalam transaksi tersebut.
adalah makan harta orang lain dengan cara yang Dari segi etimologi, akad antara lain berarti
tidak dibenarkan dan tidak sah menurut hukum ikatan antara dua perkara, baik ikatan secara
Syariah. nyata, maupun ikatan secara maknawi, dari satu
Asas kosensual berlandaskan pada kaidah segi maupun dari dua segi. Pengertian akad dalam
hukum Islam pada asasnya perjanjian (akad) itu arti khusus adalah Perikatan yang ditetapkan
adalah kesepakatan para pihak dan akibat dengan ijab Kabul berdasarkan ketentuan syara,
hukumnya adalah apa yang mereka tetapkan yang berdampak pada objeknya (R. Syafe’i, 2004:
melalui janji. 45).
Asas janji itu mengikat berlandaskan pada Menurut S. Anwar (2007:65), istilah “akad”
perintah dalam Al Qur’an agar memenuhi janji. dalam hukum Islam disebut “perjanjian” dalam
Dalam kaidah ushul fikih, perintah itu pada hukum Indonesia. Kata akad berasal dari kata al-
asasnya menunjukkan wajib. Di antara ayat dan aqd yang berarti mengikat,menyambung atau
hadits dimaksud adalah, ….dan penuhilah janji, m enghubungk an (ar- rabt). Selanjutnya,
sesungguhnya janji itu akan dimintak an dikemukakan akad (perjanjian) menurut Pasal 262
pertanggungjawabannya (Q.S.17:34). Mursyid al-Harian,yaitu pertemuan ijab yang
Hukum perjanjian Islam menekankan diajukan oleh salah satu pihak dengan Kabul dari
perlunya keseimbangan dalam perjanjian. pihak lain yang menimbulkan akibat hukum pada
Keseimbangan ini dapat berupa keseimbangan objek akad. Definisi akad menurut Syamsul Anwar
antara yang diberikan dengan yang diterima sendiri, yaitu pertemuan ijab dan Kabul sebagai
maupun keseimbangan dalam memikul risiko. pernyataan kehendak dua pihak atau lebih untuk
Asas kemaslahatan dimaksudkan agar akad melahirkan suatu akibat hukum pada objeknya.
yang dibuat oleh para pihak bertujuan untuk Selanjutnya S. Anwar menguraikan tentang
mewujudkan kemaslahatan bagi mereka dan tidak perkembangan hukum perjanjian syariah di Indo-
boleh menimbulkan kerugian (mudharat) atau nes ia m ulai dari masa hukum adat, m asa
keadaan yang memberatkan (masyaqqah). VOC,masa kekuasaan kolonial Belanda dan masa
Asas amanah mengandung arti bahwa para Indonesia merdeka. Dari uraiannya dapat dilihat
pihak yang melakukan akad harus memiliki itikad bahwa hukum Islam, khususnya hukum perjanjian
baik dalam bertransaks i dengan pihak secara historis dan sosiologis telah berlaku di
lainnya.Dalam perjanjian Islam dituntut adanya Indonesia. Setelah fase kemerdekaan peluang
amanah misalnya memegang rahasia, atau yuridis-konstitusional bagi pemberlakuan hukum
memberikan informasi yang sesungguhnya, tidak perjanjian syariah lebih terbuka. Sejak dasawarsa
bohong. terakhir abad lalu hukum perjanjian Islam
Dalam hukum Islam keadilan merupakan mendapat dorongan baru untuk berkembang
perintah Allah yang tertera dalam Al Qur’an, karena lahirnya lembaga keuangan dan bisnis
berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat dengan sy ariah,khus us ny a bank s yariah yang
takwa (Q.S. 5:8). Keadilan merupakan tujuan menjadikannya sebagai dasar berpijaknya.
yang hendak diwujudkan oleh semua hukum. Beberapa bentuk akad telah diformalkan dalam
Peraturan Bank Indonesia (S. Anwar,2007). Hal ini
Jenis Akad dan Implementasi pada Usaha sesuai dengan Pembinaan Hukum Nasional yang
Bank Syariah berprinsip (Gemala, 2005: 75-77): (1) Hukum Is-
lam yang disebut dan ditentukan oleh peraturan
Lembaga keuangan merupakan financial perundang-undangan dapat berlaku langsung
intermediary (lembaga perantara keuangan) uang tanpa harus melalui hukum adat; (2) Republik In-
berfungsi menghimpun dan menyalurkan dana donesia wajib mengatur suatu masalah sesuai
kepada masyarakat. Lembaga keuangan terdiri dari dengan hukum Islam sepanjang hukum itu hanya
Lembaga Keuangan Bank (LKB) dan Lembaga berlaku bagi pemeluk agama Islam; (3) Kedudukan
Keuangan Bukan Bank (LKBB). Banyak produk atau hukum Islam dalam sistem hukum Indonesia sama
jasa yang ditawarkan oleh bank maupun lembaga dan sederajat dengan hukum adat dan hukum
keuangan bukan bank kepada masyarakat. barat; (4) Hukum Islam juga menjadi sumber
Bank syariah sama halnya dengan bank pembentukan hukum nasional selain hukum adat,
konvensional berfungsi sebagai intermediary in- hukum barat dan hukum lainnya yang tumbuh dan
stitution namun jasa yang ditawarkan bank syariah berkembang dalam Negara Republik Indonesia.
kepada masyarakat bukan saja jasa yang dapat Dengan demikian, sistem hukum Nasional
diberikan oleh suatu bank konvensional (commer- Indonesia telah memberikan jaminan kebebasan bagi
cial bank), melainkan juga jasa-jasa yang setiap individu untuk menentukan sendiri hukum apa
biasanya diberikan oleh suatu lembaga–lembaga yang bisa diberlakukan bagi dirinya terutama yang

‘Terakreditasi’ SK Dikti No. 64a/DIKTI/Kep/2010 153


NENI SRI IMANIYATI. Asas dan Jenis dan Akad dalam Hukum Ekonomi Syariah: Implementasinya pada Usaha ...

Tabel 1
Akad Syariah dan Implementasinya pada Bank Syariah

No Produk Pengerahan/ Penerapan Akad Imbalan/hasil yang di peroleh nasabah


penyaluran Dana

1 Giro Al Wadi’ah a. Keamanan dana


b. Pengalokasian harta berdasarkan syariah
c. bonus

2 Tabungan Al Wadi’ah a. Keamanan dana


b. Pengalokasian harta berdasarkan syariah
c. Bagi hasil yang dapat diperhitungkan harian

3 Titipan dokumen Al Wadi’ah a. Keamanan dokumen (safety box)

4 Deposito Al Mudharabah a. Keamanan dana


b. Pengalokasian harta berdasarkan syariah
c. Bagi hasil yang dapat diperhitungkan harian

5 Penyetor zakat, infaq Al Wakalah a. Keamanan danab. Pengalokasian harta


dan shadaqah berdasarkan syariah, laporan pemanfaatan
dana ZIS

6 Penerimaan pembiayaan Al-Musyarakah a. Dana/modal kerja, modal barang dagangan


Musyarakah b. Bagi hasilc. Peran serta manajemen

7 Pembeli jual jadi Al Murabahah a. Barang, modal, bahan baku,peralatan

8 Pembeli bayar tangguh Al Bai’u Bistaman a. Kemudahan angsuran


(deferred sale) ajil
9 Pembeli terima tangguh Bai’u salam a. Barang, modal, bahan baku, peralatan

10 Pembeli pesanan Bai’u isti’na a. Barang, modal, bahan baku, peralatan

11 Kontrak pembelian Bai’u istijar a. Barang jadi, bahan baku, peralatan


berkala
12 Sewa Al Ijarah a. Dana
b. Bagi hasil

13 Modal kerja Al Murabahah a. Dana kerja proyek

14 sewa beli (leasing ending Al Bai’u al Takjiri a. Pemanfaatan barang berakhir dengan
with ownership) kepemilikan
15 Jual beli valuta asing Al Sarf a. Mata uang

16 Penerima jaminan Al Kafalah/ Al a. Bank garansi


Dhamanah

17 Penerima pembiayaan Al Rahn a. Dana


gadai
18 Pengalihan utang Al Hiwalah a. Alihan utang
(factoring)
19 Pengiriman dana, Al Wakalah a. Jasa
pemindah bukuan
20 Letter of credit Al Wakalah a. Jaminan pembayaran dengan pengiriman
dana, dasar titipan

21 Letter of credit Al Musyarakah a. Jaminan pembayaran dengan pengiriman


dana, dasar musyarakah

22 Letter of credit Al Murabahah a. Jaminan pembayaran dengan pengiriman


dana, dasar murabahah

23 Kebutuhan kredit Al Qardhul hasan a. Dana, bimbingan manajemen


pembiayaan kebajikan

154 ISSN 0215-8175


MIMBAR, Vol. XXVII, No. 2 (Desember 2011): 151-156

berkaitan dengan aktivitas keperdataan. Kebebasan produk yang berdasarkan prinsip ini adalah akad
tersebut meliputi kebebasan dalam menentukan isi mudharabah dan akad musyarakah. Lebih jauh
(materi) yang disepakati para pihak yang melakukan mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar
hubungan hukum, cara-cara pelaksanaan, serta baik untuk produk pendanaan (tabungan dan
penyelesaian jika terjadi sengketa. Oleh karena itu, deposito) maupun pembiayaan, sementara
tidak ada halangan sedikitpun bagi umat Islam jika musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan.
menghendaki pemberlakuan syariah dalam Akad mudharabah ini selain digunakan
hubungan keperdataan di antara sesama mereka dalam perbankan syariah juga digunakan dalam
(Mardjono dalam A. Karim, 2010: 462). asuransi syariah. Dana yang terkumpul dari
Berkaitan dengan akad yang digunakan nasabah perusahaan asuransi syariah (premi)
dalam Lembaga Keuangan Syariah, hasil diinvestasikan berdasarkan syariah dengan sistem
musyawarah (ijma Internasional) para ahli bagi hasil (mudharabah). Sedangkan pada
ekonomi Muslim beserta dan para ahli fiqih dan asuransi konvensional investasi dana dilakukan ke
academi Fiqih di Mekah pada tahun 1973, lembaga keuangan yang menggunakan bunga.
menyimpulkan bahwa konsep dasar hubungan Prinsip ini merupakan suatu sistem yang
ekonomi berdasarkan syariah Islam dalam sistem menerapkan tata cara jual beli, di mana bank atau
ekonomi Islam dapat diterapkan dalam operasional LKBB akan membeli terlebih dahulu barang yang
lembaga keuangan bank maupun lembaga dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai
keuangan bukan bank (Muhammad, 2002: 35-50) agen bank melakukan pembelian barang atas
Secara garis besar, hubungan ekonomi nama bank, kemudian bank menjual barang
berdasarkan syariah Islam ditentukan oleh hubungan tersebut kepada nasabah dengan harga beli
akad yang terdiri dari lima konsep akad. Bersumber ditambah keuntungan (margin). Prinsip ini bisa
dari kelima konsep dasar inilah dapat ditemukan jenis- digunakan bank atau lembaga keuangan lainnya
jenis akad yang dapat digunakan dalam usaha lembaga seperti BMT.Akad yang digunakan adalah akad bai
keuangan bank syariah dan lembaga keuangan bukan bistaman ’ajil atau akad murabahah.
bank syariah untuk dioperasionalkan. Kelima konsep Prinsip ini secara garis besar terbagi
tersebut adalah (1) prinsip simpanan; (2) prinsip bagi menjadi dua jenis, (1) Ijarah, sewa murni, seperti
hasil; (3) prinsip jual beli; (4) prinsip sewa; dan (5) halnya penyewaan traktor dan alat-alat produk
prinsip jasa. lainnya (operating lease). Dalam teknis perbankan,
Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas bank dapat membeli dahulu equipment yang
yang diberikan oleh Bank Islam yang memberikan dibutuhkan nasabah kemudian menyewakan dalam
kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk waktu dan harga yang telah disepakati kepada
menyimpan dananya dalam bentuk wadi’ah. Akad nasabah; (2) bai al takjiri atau ijarah al muntahiyah
wadi’ah dapat biasa diberikan untuk tujuan investasi bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli,
guna mendapatkan keuntungan seperti halnya dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki
tabungan dan deposito. Dalam dunia perbankan barang pada akhir masa sewa (financial lease).
konvensional al-wadi’ah identik dengan giro. Prinsip ini meliputi s eluruh lay anan
Sistem ini adalah suatu sistem yang nonpembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk
meliputi tatacara pembagian hasil usaha antara yang berdasarkan prinsip ini antara lain bank
peny edia dana dengan pengelo la dana. garansi, kliring, inkaso, jasa transfer, pembayaran
Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara rekening telepon, listrik, dan lain-lain. Secara
bank dengan penyimpanan dana maupun antara Syari’ah prinsip ini didasarkan pada konsep al ajr
bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk wal umulah.

Tabel 2
Usaha Bank Umum dan BPR/BPRS

Usaha Bank UU No. 10 tahun 1998 UU No. 21 tahun 2008

Usaha Bank Umum dan BUS Pasal 16 dan 17: Bank Umum Pasal 19 dan 20: BUS dapat
dapat melakukan 18 macam melakukan 32 macam usaha.
usaha UUS dapat melakukan 21
macam usaha

BPR/BPRS Pasal 13: BPR dapat melakukan Pasal 21: BPRS dapat
4 macam usaha. melakukan 5 macam usaha

‘Terakreditasi’ SK Dikti No. 64a/DIKTI/Kep/2010 155


NENI SRI IMANIYATI. Asas dan Jenis dan Akad dalam Hukum Ekonomi Syariah: Implementasinya pada Usaha ...

Konsep akad tersebut diimplementasikan DAFTAR PUSAKA


pada bank syariah, sesuai dengan tiga usaha pokok
Anwar, S. (2007). Hukum Perjanjian Syariah Studi
bank, yaitu dalam hal penghimpunan dana,
tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalat.
penyaluran dana, dan pemberian jasa dalam lalu
Jakarta: Rajawali Pers.
lintas pembayaran. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dalam Tabel 1. Azis, A. (Tanpa tahun). Mengembangkan Bank Is-
Dasar Hukum akad –akad tersebut terdapat lam di Indonesia, Buku 2. Jakarta: Penerbit
dalam UU No.21 tahun 2008, tentang Bank Syariah, Bangkit.
berbagai Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, dan
Badrulzaman, M. D. (1994). Aneka Hukum Bisnis.
Berbagai Peraturan Bank Indonesia (PBI).
Bandung: Alumni.
Dengan menggunakan akad tersebut, maka
jenis usaha yang ditawarkan oleh Bank Syariah D. Purnamasari, Irma dan Suswinarno, (2011).
lebih beragam dibandingkan dengan jenis usaha Akad Syariah. Bandung: Penerbit Kaifa PT
yang ditawarkan oleh Bank Konvensional. Untuk Mizan Pustaka.
Bank Konvensional hal ini seperti yang diatur dalam
Dewi, G. dkk (2005). Hukum Perikatan Islam di
UU No.10 Tahun 1998, tentang Perbankan.
Indonesia. Jakarta: Kerjasama Badan Penerbit
Sedangkan untuk Bank Syariah diatur dalam UU
Fakultas Hukum UI dengan Kencana.
NO.21 tahun2008, tentang Bank Syariah, untuk
lebih jelasnya dilihat dalam Tabel 2. Hamid, L. (2003). Jejak–Jejak Ekonomi Syariah.
Jakarta: Senayan Abadi Publising.
Simpulan dan Saran
Karim, A. (2001). Ekonomi Islam : Suatu Kajian
As as - as as ak a d (pe rja nj ian ) d al am Kontemporer. Jakarta: Gema Insani Press.
Hukum Ekonomi Syariah adalah asas ibahah
————. (2001). Bank Islam: Analisis Fikih dan
(mabda’al-ibahah), asas kebebasan berkontrak
Keuangan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
( m a b da ’ h u rr i y y ah at ta ’ aq u d) , as a s
konsensualisme (mabda’ ar-radha’iyyah), asas Muhammad. (2002). Manajemen Bank syariah.
j an j i i tu m en g ik a t a s a s k e s ei m ba n ga n Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
(mabda’at-tawazun fi al mu’awadhah), asas
Salam, F. (2006). Pertumbuhan Hukum Bisnis
k em aslahatan (tidak mem beratk an), asas
Syariah di Indonesia. Bandung: Pustaka.
amanah, dan asas keadilan.
Walaupun banyak produk yang ditawarkan Syafei’, R. (2004). Fiqh Muamalah Untuk IAIN,
oleh Lembaga Keuangan Syariah, namun pada STAIN, PTAIS, dan Umum. Bandung: Penerbit
dasarnya seluruh produk tersebut mengacu pada Angkasa Setia.
lima konsep akad yang dikenal dalam Hukum
Ekonomi Syariah, yaitu prinsip simpanan murni Makalah
(wadi’ah), prinsip bagi hasil (syirkah), prinsip jual
Suma, M. A. (2006). Kedudukan dan Peran Hukum
beli (tijarah), prinsip sewa (ijarah), prinsip jasa/
Islam dalam Sistem Hukum Nasional saat ini
fee (al-ajr wahumullah).
dan arah kecenderungannya di Masa Yang Akan
Implementasi akad syariah pada Bank
Datang. Makalah pada Sem inar Arah
Syariah diatur dalam UU No.10 tahun 1998, tentang
Pembangunan Hukum Menurut UUD 1945 Hasil
perbankan: UU 21 tahun 2008, tentang Bank
Amademen, BPHN. Departemen Hukum dan
Syariah; Fatwa Dewan Syariah Nasional Mejelis
HAM RI. Jakarta, 29-31 Mei.
Ulama Indonesia (DSN-MUI), dan Peraturan Bank
Indonesia (PBI). Dengan melihat ketentuan-
ketentuan tersebut, akad-akad syariah jika Undang-undang
diimplementasikan pada usaha Bank Syariah,
UU NO. 10 tahun 1998, tentang Perubahan UU No.
maka bank syariah dapat menawarkan jasa yang
7 tahun1992 tentang Perbankan.
lebih beragam atau lebih banyak dibandingkan
dengan jasa yang dapat ditawarkan oleh Bank
UU No 21 tahun 2008, tentang Perbankan Syariah
Konvensional.

156 ISSN 0215-8175

Anda mungkin juga menyukai