323 103 1 PB
323 103 1 PB
Abstract. It has been more than two decades since Shari’a Economic Law was intro-
duced and vastly grew in Indonesia. For that reason, a thourough study is needed to
describe the principles, types, and implementation of ‘akad’ (deal) in this special law.
This study reveals that a deal in Shari’a Finance & Economic Law is consisted of sev-
eral principles, i.e. balance, fairness, and consensualism. Meanwhile, types of deal to
be found in Shari’a Economic and Finance Law are buying and selling, renting, out-
come distribution, service/fee, and pure saving. Under the new law and regulation,
there’s a lot possibility of service could be offered by Shari’a Bank than conventional
management bank.
Keywords: akad, Sharia’ Economic Finance and Law, Sharia’ Bank
Abstrak. Sistem ekonomi dan keuangan Syariah telah diperkenalkan lebih dari dua
dekade lamanya di Indonesia. Saat ini, sistem tersebut telah mencapai perkembangan
yang luarbiasa. Karena itu, penting kiranya mengkaji prinsip-prinsip, jenis-jenis, dan
pelaksanaan akad dari perspektif hukum yang khas ini. Kajian berikut memperlihatkan
asas-asas yang berlaku dalam kesepakatan sistem syariah terdiri dari prinsip
keseimbangan, keadilan, dan konsensualisme. Sementara jenis-jenis kesepakatan
yang berlaku di antaranya adalah pembelian dan penjualan, penyewaan, bagi hasil,
jasa/tarif, dan simpanan murni. Di bawah undang-undang dan regulasi yang baru,
Bank Syariah memiliki potensi penawaran jasa yang lebih banyak dibandingkan bank
yang dikelola secara konvensional.
Kata Kunci: akad, sistem keuangan dan undang-undang syariah, Bank Syariah
lam dibatasi dengan larangan makan harta sesama konvensional modern (multi finance company). Hal
dengan jalan bathil (Q.S. 4:29). Yang dimaksud ini karena beragamnya akad (perjanjian) yang
dengan makan harta sesama dengan jalan bathil dapat digunakan dalam transaksi tersebut.
adalah makan harta orang lain dengan cara yang Dari segi etimologi, akad antara lain berarti
tidak dibenarkan dan tidak sah menurut hukum ikatan antara dua perkara, baik ikatan secara
Syariah. nyata, maupun ikatan secara maknawi, dari satu
Asas kosensual berlandaskan pada kaidah segi maupun dari dua segi. Pengertian akad dalam
hukum Islam pada asasnya perjanjian (akad) itu arti khusus adalah Perikatan yang ditetapkan
adalah kesepakatan para pihak dan akibat dengan ijab Kabul berdasarkan ketentuan syara,
hukumnya adalah apa yang mereka tetapkan yang berdampak pada objeknya (R. Syafe’i, 2004:
melalui janji. 45).
Asas janji itu mengikat berlandaskan pada Menurut S. Anwar (2007:65), istilah “akad”
perintah dalam Al Qur’an agar memenuhi janji. dalam hukum Islam disebut “perjanjian” dalam
Dalam kaidah ushul fikih, perintah itu pada hukum Indonesia. Kata akad berasal dari kata al-
asasnya menunjukkan wajib. Di antara ayat dan aqd yang berarti mengikat,menyambung atau
hadits dimaksud adalah, ….dan penuhilah janji, m enghubungk an (ar- rabt). Selanjutnya,
sesungguhnya janji itu akan dimintak an dikemukakan akad (perjanjian) menurut Pasal 262
pertanggungjawabannya (Q.S.17:34). Mursyid al-Harian,yaitu pertemuan ijab yang
Hukum perjanjian Islam menekankan diajukan oleh salah satu pihak dengan Kabul dari
perlunya keseimbangan dalam perjanjian. pihak lain yang menimbulkan akibat hukum pada
Keseimbangan ini dapat berupa keseimbangan objek akad. Definisi akad menurut Syamsul Anwar
antara yang diberikan dengan yang diterima sendiri, yaitu pertemuan ijab dan Kabul sebagai
maupun keseimbangan dalam memikul risiko. pernyataan kehendak dua pihak atau lebih untuk
Asas kemaslahatan dimaksudkan agar akad melahirkan suatu akibat hukum pada objeknya.
yang dibuat oleh para pihak bertujuan untuk Selanjutnya S. Anwar menguraikan tentang
mewujudkan kemaslahatan bagi mereka dan tidak perkembangan hukum perjanjian syariah di Indo-
boleh menimbulkan kerugian (mudharat) atau nes ia m ulai dari masa hukum adat, m asa
keadaan yang memberatkan (masyaqqah). VOC,masa kekuasaan kolonial Belanda dan masa
Asas amanah mengandung arti bahwa para Indonesia merdeka. Dari uraiannya dapat dilihat
pihak yang melakukan akad harus memiliki itikad bahwa hukum Islam, khususnya hukum perjanjian
baik dalam bertransaks i dengan pihak secara historis dan sosiologis telah berlaku di
lainnya.Dalam perjanjian Islam dituntut adanya Indonesia. Setelah fase kemerdekaan peluang
amanah misalnya memegang rahasia, atau yuridis-konstitusional bagi pemberlakuan hukum
memberikan informasi yang sesungguhnya, tidak perjanjian syariah lebih terbuka. Sejak dasawarsa
bohong. terakhir abad lalu hukum perjanjian Islam
Dalam hukum Islam keadilan merupakan mendapat dorongan baru untuk berkembang
perintah Allah yang tertera dalam Al Qur’an, karena lahirnya lembaga keuangan dan bisnis
berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat dengan sy ariah,khus us ny a bank s yariah yang
takwa (Q.S. 5:8). Keadilan merupakan tujuan menjadikannya sebagai dasar berpijaknya.
yang hendak diwujudkan oleh semua hukum. Beberapa bentuk akad telah diformalkan dalam
Peraturan Bank Indonesia (S. Anwar,2007). Hal ini
Jenis Akad dan Implementasi pada Usaha sesuai dengan Pembinaan Hukum Nasional yang
Bank Syariah berprinsip (Gemala, 2005: 75-77): (1) Hukum Is-
lam yang disebut dan ditentukan oleh peraturan
Lembaga keuangan merupakan financial perundang-undangan dapat berlaku langsung
intermediary (lembaga perantara keuangan) uang tanpa harus melalui hukum adat; (2) Republik In-
berfungsi menghimpun dan menyalurkan dana donesia wajib mengatur suatu masalah sesuai
kepada masyarakat. Lembaga keuangan terdiri dari dengan hukum Islam sepanjang hukum itu hanya
Lembaga Keuangan Bank (LKB) dan Lembaga berlaku bagi pemeluk agama Islam; (3) Kedudukan
Keuangan Bukan Bank (LKBB). Banyak produk atau hukum Islam dalam sistem hukum Indonesia sama
jasa yang ditawarkan oleh bank maupun lembaga dan sederajat dengan hukum adat dan hukum
keuangan bukan bank kepada masyarakat. barat; (4) Hukum Islam juga menjadi sumber
Bank syariah sama halnya dengan bank pembentukan hukum nasional selain hukum adat,
konvensional berfungsi sebagai intermediary in- hukum barat dan hukum lainnya yang tumbuh dan
stitution namun jasa yang ditawarkan bank syariah berkembang dalam Negara Republik Indonesia.
kepada masyarakat bukan saja jasa yang dapat Dengan demikian, sistem hukum Nasional
diberikan oleh suatu bank konvensional (commer- Indonesia telah memberikan jaminan kebebasan bagi
cial bank), melainkan juga jasa-jasa yang setiap individu untuk menentukan sendiri hukum apa
biasanya diberikan oleh suatu lembaga–lembaga yang bisa diberlakukan bagi dirinya terutama yang
Tabel 1
Akad Syariah dan Implementasinya pada Bank Syariah
14 sewa beli (leasing ending Al Bai’u al Takjiri a. Pemanfaatan barang berakhir dengan
with ownership) kepemilikan
15 Jual beli valuta asing Al Sarf a. Mata uang
berkaitan dengan aktivitas keperdataan. Kebebasan produk yang berdasarkan prinsip ini adalah akad
tersebut meliputi kebebasan dalam menentukan isi mudharabah dan akad musyarakah. Lebih jauh
(materi) yang disepakati para pihak yang melakukan mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar
hubungan hukum, cara-cara pelaksanaan, serta baik untuk produk pendanaan (tabungan dan
penyelesaian jika terjadi sengketa. Oleh karena itu, deposito) maupun pembiayaan, sementara
tidak ada halangan sedikitpun bagi umat Islam jika musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan.
menghendaki pemberlakuan syariah dalam Akad mudharabah ini selain digunakan
hubungan keperdataan di antara sesama mereka dalam perbankan syariah juga digunakan dalam
(Mardjono dalam A. Karim, 2010: 462). asuransi syariah. Dana yang terkumpul dari
Berkaitan dengan akad yang digunakan nasabah perusahaan asuransi syariah (premi)
dalam Lembaga Keuangan Syariah, hasil diinvestasikan berdasarkan syariah dengan sistem
musyawarah (ijma Internasional) para ahli bagi hasil (mudharabah). Sedangkan pada
ekonomi Muslim beserta dan para ahli fiqih dan asuransi konvensional investasi dana dilakukan ke
academi Fiqih di Mekah pada tahun 1973, lembaga keuangan yang menggunakan bunga.
menyimpulkan bahwa konsep dasar hubungan Prinsip ini merupakan suatu sistem yang
ekonomi berdasarkan syariah Islam dalam sistem menerapkan tata cara jual beli, di mana bank atau
ekonomi Islam dapat diterapkan dalam operasional LKBB akan membeli terlebih dahulu barang yang
lembaga keuangan bank maupun lembaga dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai
keuangan bukan bank (Muhammad, 2002: 35-50) agen bank melakukan pembelian barang atas
Secara garis besar, hubungan ekonomi nama bank, kemudian bank menjual barang
berdasarkan syariah Islam ditentukan oleh hubungan tersebut kepada nasabah dengan harga beli
akad yang terdiri dari lima konsep akad. Bersumber ditambah keuntungan (margin). Prinsip ini bisa
dari kelima konsep dasar inilah dapat ditemukan jenis- digunakan bank atau lembaga keuangan lainnya
jenis akad yang dapat digunakan dalam usaha lembaga seperti BMT.Akad yang digunakan adalah akad bai
keuangan bank syariah dan lembaga keuangan bukan bistaman ’ajil atau akad murabahah.
bank syariah untuk dioperasionalkan. Kelima konsep Prinsip ini secara garis besar terbagi
tersebut adalah (1) prinsip simpanan; (2) prinsip bagi menjadi dua jenis, (1) Ijarah, sewa murni, seperti
hasil; (3) prinsip jual beli; (4) prinsip sewa; dan (5) halnya penyewaan traktor dan alat-alat produk
prinsip jasa. lainnya (operating lease). Dalam teknis perbankan,
Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas bank dapat membeli dahulu equipment yang
yang diberikan oleh Bank Islam yang memberikan dibutuhkan nasabah kemudian menyewakan dalam
kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk waktu dan harga yang telah disepakati kepada
menyimpan dananya dalam bentuk wadi’ah. Akad nasabah; (2) bai al takjiri atau ijarah al muntahiyah
wadi’ah dapat biasa diberikan untuk tujuan investasi bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli,
guna mendapatkan keuntungan seperti halnya dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki
tabungan dan deposito. Dalam dunia perbankan barang pada akhir masa sewa (financial lease).
konvensional al-wadi’ah identik dengan giro. Prinsip ini meliputi s eluruh lay anan
Sistem ini adalah suatu sistem yang nonpembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk
meliputi tatacara pembagian hasil usaha antara yang berdasarkan prinsip ini antara lain bank
peny edia dana dengan pengelo la dana. garansi, kliring, inkaso, jasa transfer, pembayaran
Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara rekening telepon, listrik, dan lain-lain. Secara
bank dengan penyimpanan dana maupun antara Syari’ah prinsip ini didasarkan pada konsep al ajr
bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk wal umulah.
Tabel 2
Usaha Bank Umum dan BPR/BPRS
Usaha Bank Umum dan BUS Pasal 16 dan 17: Bank Umum Pasal 19 dan 20: BUS dapat
dapat melakukan 18 macam melakukan 32 macam usaha.
usaha UUS dapat melakukan 21
macam usaha
BPR/BPRS Pasal 13: BPR dapat melakukan Pasal 21: BPRS dapat
4 macam usaha. melakukan 5 macam usaha