Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

RERANGKA KONSEPTUAL – SUATU MODEL

Dosen pengampu : Hj. Maslichah SE,M.Si,Ak

Disusun oleh:

Ayu Tri Andiani (21801082008)


Siela Saadatul Laili (21801082026)
Cindy Nur Chofifah (21801082033)
Abd. Goffar (21801082115)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa yang
telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di akhir nanti.
Kami selaku penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Teori
Akuntansi “Rerangka Konseptual-Suatu Model”
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami selaku penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
Dosen Teori Akuntansi yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini.

Malang, April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
2.1 Tujuan Pelaporan Keuangan..................................................................................3

2.1.1 Pemakai Dan Kepentingannya ...............................................................3

2.1.2 Aspek Sosial Tujuan Pelaporan..............................................................4

2.1.3 Tujuan Perkembangan Tujuan Pelaporan Keuangan..............................6

2.1.4 Tujuan Pelaporan Keuangan FASB........................................................9

2.1.5 Teori Dibalik Tujuan Pelaporan Keuangan FASB...............................11

2.1.6 Tujuan Pelaporan Entitas......................................................................12

2.2 Karateristik Kualitatif Infomasi...........................................................................13

2.2.1 Nilai Informasi......................................................................................15

2.2.2 Keterpahaman (Understandability)......................................................15

2.2.3 Keberpautan (Relevance)......................................................................16

2.2.4 Nilai Prediksi (Predictive Value)..........................................................16

2.2.5 Nilai Balikan (Feedback Velue)............................................................16

2.2.6 Ketepatwaktuan (Timeliness)...............................................................17

2.2.7 Keterandalan (Reliability).....................................................................17

2.2.8 Ketepatan Penyimbolan (Representational Faithfulness)....................18

2.2.9 Keterujian (Veriability).........................................................................18

2.2.10 Kenetralan (Neutrability)....................................................................19

iii
2.2.11 Keterbandingan (Comparability)........................................................19

2.2.12 Materialitas (Materiality)...................................................................19

2.2.13 Bobot Keberpautan Dan Keterandalan...............................................20

2.3 Elemen-Elemen Statemen Keuangan..................................................................20

2.3.1 Definisi Elemen...................................................................................21

2.3.2 Perubahan Posisi Keuangan.................................................................23

2.4 Pengukuran dan Pengakuan................................................................................25

2.4.1 Pelaporan dan Pelaporan Statemen Keuangan....................................26

2.4.2 Seperangkat Statemen Keuangan........................................................26

2.4.3 Pengukuran..........................................................................................27

2.4.4 Pengakuan............................................................................................27

2.5 Nilai Sekarang Dalam Pengukuran Akuntansi....................................................28

2.5.1 Pengertian Dasar..................................................................................28

2.5.2 Tujuan Nilai Sekarang Dalam Pengukuran.........................................30

2.5.3 Prinsip-Prinsip Umum.........................................................................31

2.6 Manfaat dan Keterbatasan Model........................................................................32

2.6.1 Transfer Teknologi..............................................................................32

2.6.2 Pengaruh RK FASB.............................................................................33

2.6.3 Dokumen Kebijakan............................................................................33

BAB III PENUTUP.......................................................................................................35

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................37

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rerangka konseptual versi FASB merupakan suatu model hasil perekayasaan
yang dapat dijadikan acuan penalaran untuk pengembangan rerangka acuan baru untuk
konteks lingkungan yang berbeda. Model ini dipilih karena rerangka ini merupakan
model pertama yang disusun dan memuat secara lengkap penjelasan, penalaran, dan
minimum sehingga sangat cocok untuk bahan pembelajaran dan pendidikan teori
akuntansi.
RK FASB memuat empat komponen konsep utama yaitu : tujuan pelapoaran
keuangan (bisnis dan non bisnis), karakteristik kualitatif informasi, elemen statemen
keuangan, dan pengukuran dan pengakuan (termasuk penggunaan nilai sekarang).
Rerangka ini merupakan kulminasi dari upaya-upaya sebelumnya oleh berbagai badan
dan komite mulai dari Komite Eksekutif AAA sampai Komite Trueblood. Komponen-
komponen tersebut berkaitan secara logis dan koheren serta menggambarkan tahapan
proses perekayasaan pelaporan keuangan.
Tujuan merupakan komponen utama rerangka konseptual. FASB berusaha
untuk melekatkan tujuan fungsional akuntansi dengan memfokuskan pada investor dan
kreditor sebagai pihak dominan yang dituju. Pemfokusan tersebut didasarkan atas
konteks lingkungan di Amerika.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa dan bagaimana tujuan pelaporan keuangan?
2. Bagaimana karakteristik kualitatif informasi?
3. Apa dan bagaimana elemen-elemen statemen keuangan itu?
4. Apa dan bagaimana maksud dari pengukuran dan pengakuan?
5. Apa dan bagaimana nilai sekarang dalam pengukuran akuntansi?
6. Bagaimana manfaat dan keterbatasan modal?

1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa dan bagaimana tujuan pelaporan keuangan
2. Mengetahui bagaimana karakteristik kualitatif informasi
3. Mengetahui apa dan bagaimana elemen-elemen statemen keuangan itu
4. Mengetahui apa dan bagaimana maksud dari pengukuran dan pengakuan
5. Mengetahui apa dan bagaimana nilai sekarang dalam pengukuran akuntansi
6. Mengetahui bagaimana manfaat dan keterbatasan modal

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tujuan Pelaporan Keuangan
Tujuan adalah ke arah mana segala upaya, tindakan, dan pertimbangan
dicurahkan. Penentuan tujuan pelaporan keuangan merupakan langkah yang paling
krusial dalam perekayasaan akuntansi. Tujuan pelaporan keuangan menentukan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang relevan yang akhirnya menentukan bentuk,
isi, jenis dan susunan statement keuangan. Untuk menurunkan tujuan pelaporan
keuangan, pihak yang dituju dan kepentingannya harus diidentifikasi dengan jelas
sehingga informasi yang dihasilkan pelaporan keuangan dapat memuaskan,
kebutuhan internasional pihak yang dituju. Pada gilirannya, pihak yang dituju akan
melakukan tindakan atau mengambil keputusan yang mengarah ke pencapaian
tujuan pelaporan keuangan. Dengan demikian, diharapkan tujuan yang lebih luas
(tujuan ekonomik dan sosial negara) akan tercapai.
2.1.1 Pemakai dan Kepentingannya
Dalam suatu ligkungan negara, banyak pihak potensial yang dituju
atas berkepentingan dan kepentingan mereka sangat beragam. Misalnya,
FASB merinci pemakai potensial yang dapat dituju oleh pelaporan
keuangan yaitu owner, lenders, suppliers, employees, management,
directors and customers.
Dua pendekatan dalam penentuan tujuan penyediaan informasi
(pelaporan keuangan) yaitu:
1. Menyediakan informasi untuk sehimpunan pemakai umum yang
mempunyai bermacam-macam kepentingan keputusan.
2. Menyediakan informasi untuk kelompok pemakai tertentu yang
mempunyai kepentingan tertentu yang di ketahui.

Dengan pendekatan (1) pelaporan keuangan diarahkan untuk


menghasilkan satu set data untuk berbagai pemakai dan kepentingan.
Pemakai menyusun dan mengolah kembali data tersebut menjadi informasi
yang relevan untuk keputusan atau kepentingannya.

3
Pendekatan (2) berasumsi bahwa kebutuhan informasi dan model
pengambilan keputusan para pemakai diketahui dengan pasti sehingga
dapat disusun berbagai statement/laporan khusus untuk melayani berbagai
keperluan pengambilan keputusan tiap kelompok pemakai. Dasar
pendekatan ini adalah “beda tujuan beda angka”.

2.1.2 Aspek Sosial Tujuan Pelaporan


Sebagai teknologi, pelaporan keuangan dalam suatu negara harus
direkayasa sehingga tujuan sosial dan ekonomi negara tercapai. Tujuan
nasional dapat tercapai apabila kegiatan individual dengan berbagai
motivasi untuk mencapai tujuan individualnya juga memaksimumkan
tujuan negara. Bila akuntansi harus berperan dalam l ini, maka tujuan
pelaporan keuangan harus dipertimbangkan dalam konteks tujuan keiatan
sosial atau masyarakat dalam suatu negara.
Bila tujuan masyarakat harus dicapai, tujuan siapa yang harus
dipertimbangkan? Berkaitan dengan ini, Bloom dan Elgers (1995)
mendeskripsi tiga macam tujuan pelaporan keuangan yaitu:
a. Tujuan Fungsional (Functional Objectives)
Tujuan Fungsional adalah tujuan masyarakat atau organisasi
secara keseluruhan tanpa memperhatikan tujuan/motivasi masing-
masing individual di dalamnya. Tujuan indvidul tidap dapat diamati
sedangkan tujuan fungsional dapat diidentifikasi dengan mengamati
konsekuensi- konsekueinsi dari kegiatan masyarakat atau organisasi
yang nyatanya terjadi. Dengan demikian, tujuan fungsional
merupakan tujuan normatif yang menjadi pedoman dalam pembuatan
kebijakan di tingkat nasional. Sebagai kegiatan sosial, tujuan
fungsional akuntansi dapat ditetapkan misalnya untuk:
1. Mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien
2. Membantu perusahaan uuntuk dapat memperoleh dana
untukekspansi
3. Membantu pemerintah untukmenarik pajak secara adil dan
efisien
4. Membatu para manajer dalam keputuan investasi

4
5. Mempertanggungjawaban pengelolaan keuangan Negara
6. Memfasilitasi fungsi dan pengendalian sosial
7. Mengurangi atau mencegah konflik kepentingan antara
manajer, auditor dan pemegang saham.
b. Tujuan Bersama (Common Objectives)
Tiap individual umumnya tidak hanya mempunyai satu tujuan
tetapi sehimpunan tujuan. Tujuan bersama adalah sau atau beberapa
tuhuan individual yang sama dengan tujuan individual lainnya. Kalau
tujuan fungsional disusun dengan mengidentifikasi dahulu tujuan
tujuan individual kemudian memilih tujuan-tujuan individual yang
sama untuk dijadikan tujuan kegiatan sosial.
c. Tujuan Kelompok Dominan (Dominant Group Objectives)
Bila tujuan dan model pengambilan keputusan semua individual
atau kelompok individual dapat diidenifikasi, tujuan beberapa
individual yang dominan dalam suatu kegiatan masyarakat dapat
dijadikan tujuan kegaiatan sosial masyarakat bersangkutan.

5
2.1.3 Perkembangan Tujuan Pelaporan Keuangan
Atas dasar aspek sosial diatas, tujuan pelaporan keuanngan dalam
profesi akuntansi di Amerika mengalami semacam evolusi. Perkembangan
terjadi karena pergeseran kesepakatan dalam hal siapa kelompok yang
dituju, apa kepentingannya dan seperti apa model pengambilan keputusan
yang digunakan.
Wolk, Tearney, dan Dold (2001) mendeskripsi dan membahas
perkembangan tujuan pelaporan di Amerika mulai dari dokumen yang
dihasilkan Komite Eksekutif American Accounting Association (AAA)
berupa A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) sampai
dokumen yang dihasilkan FASB berupa Conceptual Framework. Berikut
dibahas secara ringkas tujuan pelaporan yang diajukan oleh badan-badan
tersebut.
a. Tujuan versi ASOBAT (A Statement of Basic Accounting Theory)
1. Membuat keputusan yang berkaitan dengan penggunaan sumber
daya alam, manusia dan finansial yang terbatas
2. Mengarahkan dan mengendalikan sumber daya fisis dan manusia
suatu organisasi secara efektif
3. Memelihara dan melaporkan pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan kepada manajemen
4. Memberi kemudahan berjalannya fungsi dan pengendalian sosial
b. Tujuan versi APB No. 4 152
Secara umum tujuan pelaporan keuangan menurut APB No. 4
dinyatakan sebagai berikut:
“The basic purpose of financial accounting and financial
statements is to provide financial information about individual
business enterprises that is useful in making economic decisions.”
Tujuan umum tersebut selanjutnya dijabarkan lebih lanjut
menjadi:
1. To present reliable financial information about enterprises
resources and obligations, economic progress and other
changes in resources and obligations

6
2. To present information helpful in estimating earnings
potential
3. To present other financial information needed by users,
particularly owners and creditors.

Tujuan tersebut menjadi basis bagi APB untuk menentukan dan


mendefinisi elemen-elem pelaporan keuangan.

c. Tujuan versi Trueblood Committee

Buti Informasi Siapa Dituju Untuk Apa Hierarki


r Tentang Apa
1 Aspek umum Keputusan 1
perusahaan ekonomik
yang
bermanfaat
2 Kegiatan yang Keputusan 1.1
ekonomik menggantungkan ekonomik
perusahaan pada statemen
keuangan dan
mempunyai akses
terbatas untuk
mendapatkan
informasi
3 Aliran kas Investor dan Prediksi, 1.2
potensial kreditor komparasi, dan
evaluasi aliran
kas dari
investasi dan
pinjaman
4 Daya melaba Investor dan Prediksi, 1.2.1
(earning power) kreditor komparasi, dan
evaluasi aliran
laba untuk
keputusan

7
investasi dan
kredit
5 Kemampuan Investor dan Keefektifan 1.2.2
manajemen kreditor manajemen
dalam
pengelolaan
sumberdaya
6 Deskripsi dan Investor dan Prediksi, 1.2.2.1
analisis kreditor komparasi dan
transaksi dan evaluasi daya
kejadian melaba
7 Posisi keuangan Investor dan Prediksi, 1.2.2.2
kreditor komparasi dan
evaluasi daya
melaba
8 Laba periodik Investor dan Prediksi, 1.2.2.3
kreditor komparasi dan
evaluasi daya
melaba
9 Kegiatan Investor dan Prediksi, 1.2.2.4
perusahaan kreditor komparasi dan
evaluasi daya
melaba
10 Aspek umum Proses prediksi 1.3
perusahaan dalam
pengambilan
keputusan
11 Aspek Umum, Keefektifan 1.4
organisasi pemerintah, manajemen
kepemerintahan investor dan dalam
dan nonlaba kreditor pengelolaan
sumber daya
13 Kegiatan Umum (publik) Dampak dan 1.5
perusahaan peran sosial
tertentu perusahaan

8
2.1.4 Tujuan Pelaporan Keuangan FASB
FASB mendasarkan penyusunan tujuan pelaporan pada tiga aspek
landasan pikiran yaitu bahwa:
1. Tujuan pelaporan keangan ditentukan oleh lingkungan ekonomik,
hukum, politik dan sosial tempat akuntansi diterapkan.
2. Tujuan pelaporan dipengaruhi oleh karakteristik dan keterbatasan
informasi yang dapat disampaikan melalui mekanisma pelaporan
keuangan.
3. Tujuan pelaporan memerlukan suatu fokus untuk meghindari
terlalu umumnya informasi akibat terlalu banyaknya pihak pemakai
yang ingin dipenuhi kebutuhan informasinya
2.1.4.1 Konteks Lingkungan Tujuan Pelaporan
FASB menyatakan bahwa tujuan pelaporan tidak dapat
steril dari lingkungan penerapan pelaporan keuangan. Oleh
karena itu, tujuan pelaporan harus dikembangkan atas dasar sifat
kegiatan dan keputusan ekonomik para pemakai informasi.
Tujuan pelaporan FASB didasarkan atas lingkungan ekonomik,
hukum, politis, dan sosial di Amerika.
2.1.4.2 Karakteristik dan Keterbatasan Informasi
Karakteristik dan keterbatasan tersebut adalah bahwa
informasi yang disediakan melalui mekanisma pelaporan
keuangan:
1. Lebih berkaitan dengan badan usaha atau perusahaan daripada
dengan industri ekonomi secara keseluruhan
2. Lebih merupakan informasi kuantitatif yang bersifat
pendekatan daripada hasil perhitungan yang pasti
3. Sebagai besar merefleksi pengaruh transaksi dan kejadian
yang telah terjadi
4. Hanya merupakan salah satu sumber informasi yang
dibutuhkan oleh mereka yang mengambil keputusan tentang
badan usaha

9
5. Penyediaan dan penggunaannya memerlukan atau melibatkan
cost sehingga pertimbangan cost manfaar dapat membatasi
apa yang harus dilaporkan.
2.1.4.3 Fokus dan Cakupan Informasi
Pertimbangan atau penalaran FASB untuk memfokuskan
pelaporan pada pelaporan keuangan umum diuraikan berikut ini:
1. Tujuan pelaporan didasarkan pada keperluan para pemakai
eksternal yang tidak mempunyai autoritas untuk menentukan
atau akses untuk memperoleh informasi yang mereka
perlukan sehingga mereka harus menggantungkan diri pada
informasi yang disampaikan oleh manajemen kepada mereka.
2. Oleh karena itu, tujuan pelaporan disusun atas dasar gagasan
bahwa kemampuanperusahaan untuk menciptakan aliran kas
yang menguntungkan meupakan fokus atau kepeningan umum
bersama dari berbagai pemakai informasi.
3. Tujuan pelaporan berkaitan dengan penyediaan informasi luas
untuk melayani keputusan investasi dan kredit bukan hanya
dengan informasi yang dapat dituangkan dalam bentuk
statement keuangan.
2.1.4.4 Isi Tujuan Pelaporan
Tujuan utama pelaporan keuangan dalam rerangka
konseptual FASB:
1. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi hang
bermanfaat bagi para investor dan kreditor dan pemakai lain,
baik berjalan maupun potemsial, dalam membuat keputusan-
keputusan investasi, kredit dan semacamnya yang rasional.
Informasi harus terpahami bagi mereka yang mempuyai
pengentahuan yang memadai tentang berbagai kegiatan bisnis
dan ekonomik dan bersedia untuk mempelajari informasi
dengan cukup.
2. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk
membantu para pemakai, baik berjalan maupun potensial,

10
dalam menilai jumlah, saat terjadi, dan ketidakpastian
penerimaan kas mendatang dari dividen atau bungan dan
pemerolehan kas mendatang dari penjualan, penebusan atau
jatuh temponya sekuritas.
3. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang
sumber daya ekonomi suatu badan usaha, klaim terhadap
sumber sumber tersebut (kewajiban badan usaha untuk
mentransfer sumber data ekonomik ke entias lain dan ekuitas
pemilik)
2.1.5 Teori Dibalik Tujuan Pelaporan FASB
Akuntansi akan memiliki peran yang nyata dalam kehi dupan sosial
dan ekonomi kalau informasi yang dihasilkan oleh akuntansi dpat mengen
dalikan perilaku pengambil keputusan ekonomik untuk bertin dak menuju
suatu pencapaian tujuan sosial dan ekonomik negara.Salah satu tujuan
ekonomik negara a dalah alokasi sumber daya ekonomik scara efisien
sehingga sumber ekonomik yang menguasai hajat hi dup orang banyak
dapat dinikmati masyarakat secara optimal. Oleh karena itu tujuan
pelaporan keuangan dalam suatu negara harus direkayasa dengan cermat
dan penuh kesadaran akan tujuan ekonomik masyarakat.

Penalaran dalam perumusan tujuan pelaporan versi FASB

11
Karakteristik/ Fokus/Cakupan
Konteks Keterbatasan informasi:
Lingkungan: informasi: Pemakai eksternal,
Mekanisme pasar, pasar Informasi badan usaha, keputusan investasi dan
modal, pemilikan aproksimasi, historis, kreditu, penekanan
pribadi salah satu sumber, kos pada pelaporan
manfaat daripada laporan

Pelaporan Keuangan Eksternal Umum


(General purpose external financial reporting)

Fokus:
Investor dan Kreditor

Tujuan Pelaporan Keuangan

2.1.6 Tujuan Pelaporan Entitas Nonbisnis


a. Tujuan Utama (Primary Objective)
Pelaporan keuangan organisas nonbisnis harus menyediakan
informasi yang bermanfaat bagi para penyedia dana dan pemakai lain,
baik berjalanmaupun potensial, dalam membuat keputusan-keputusan
rasional tentang alokasi dana ke organisasi tersebut.
b. Tujuan Spesifik
1. Pelaporan keuangan harus menyediakan infromasi untuk membatu
para penyedia dana dan pemakai, baik berjalan maupun potensial,
dalam menilai jasa-jasa yang disediakan organisasi dan
kemampuannya untuk terus menyediakan jasa jasa tersebut.
2. Pelaporan keuangan harus menyediakan infromasi untuk membatu
para penyedia dana dan pemakai, baik berjalan maupun potensial,
dalam menilai bagaimana para manajer organisasi nonbisnis telah
melaksanakan tanggung jawab kepengurusanmya dan aspek-aspek
lain kinerjanya.

12
3. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang sumber
daya, kewajiban dan sumberdaya aset bersih organisasi, dan akibat-
akibat dari transaksi, kejadian dan keadaan ang mengubah sumber
daya dan hak atas sumber daya tersebut.

Pada mulanya, FASB mempertimbangkan organisasi-organisasi


berikut sebagai nonbisnis:
a. Unit unit kepemerintahan
b. Organisasi amal dan keagamaan
c. Intitusi sosial
d. Organisasi swasta nonprofit
Dengan satu rerangka konseptual tersebut, wilayah autoritas FASB
meliputi penyusunan standar untuk organisasi nonbisnis. Dalam
perkembangannya, unit-unit kepemerintahan dipisahkan dari lingkup
oraganisasi nonbisnis dan pelaporan keuangnnya ditangani oleh
Govermental Accountinf Standarts Boards (GASB). Hal ini terefleksi
dalam SAS No 69 yang mendeskripsi lingkup PABU sebagai rerangka
pedoman yang telah dibahas.
2.2 Karakteristik Kualitatif Informasi
Kriteria yang menjadi pedoman kebijakan akuntansi sangat erat kaitannya
dengan masalah apakah informasi suatu objek bermanfaat untuk pengambilan
keputusan bagi pihak pemakai yang dituju. Kebermanfaatan Merupakan suatu
karakteristik yang hanya dapat ditentukan secara kualitatif dalam hubungannya
dengan keputusan, pemakai, dan keyakinan pemakai terhadap informasi. Oleh
karena itu, kriteria ini secara umum disebut karakteristik kualitatif atau kualitas
informasi akuntansi.
Proses pertimbangan penentuan kebijakan akuntansi:
 Atas dasar tujuan pelaporan, apakah informasi tentang suatu objek
tertentu perlu disediakan kepada para pemakai?
 Apakah manfaat informasi melebihi kos penyediaan?
 Apakah pemakai mampu mencerna informasi tersebut?
 Apakah pemakai akan menggunakan informasi tersebut?

13
 Apakah informasi tersebut mempengaruhi keputusan?
 Apakah dilaporkan via statemen keuangan atau media pelaporan yang
lain?
Kalau pemakai tidak dapat mencerna informasi yang disajikan, akhirnya
informasi akan menjadi tidak digunakan yang berarti tidak bermanfaat kalau
disediakan. Oleh karena itu, kualitas informasi juga harus sepadan dengan kuliatas
pemakai (user-specific qualities). Pertimbangan 3 dimaksudkan FASB untuk
menentukan kualifikasi minimal para pemakai sehingga suatu informasi terpahami
(understandable) oleh mereka tanpa harus selalu disertai penjelasan rinci yang
bersifat mengajari.
Rerangka konseptual perlu menentukan kualitas informasi spesifik-keputusan
(dicision- specific qualities) yang menjadi kriteria kebermanfaatan agar penentu
kebijakan akuntansi mempunyai pedoman untuk melakukan pertimbangan 4 dan 5.
FASB merumuskan kualitas spesifik ini dalam dua kategori yaitu primer (primary)
beserta unsur-unsurnya (ingredients) dan sekunder / interaktif
(secondary/interactive).
Kualitas primer terdiri atas kelayanan atau keberpautan atau relevansi
(relevance) dan keterandalan atau realibilitas (verifiability) dan ketepatan
penyimbolan (repetantional faithfulness). Kualitas sekunder terdiri atas
keterbandingan (comparability), ketaatasasan atau konsistensi (consistency) dan
kenetralan atau netralitas (neutrality).
Hasil proses perekayasaan perumusan karakteristik kualitatif informasi yang
dilukiskan pada gambar diatas, atas dituangkan FASB dalam dalam suatu konsep
yang disebut hirerki kualitas informasi akuntansi (hierarchy of accounting
qualities ).

14
Hierarki Kualitas Informasi Akuntansi

Pengambil keputusan serta


1 karakteristiknya

2 Benefit > Kos

3 Keterpahamian

4 Kebermanfaatan keputusan

5 Keberpautan Keterandalan

Nilai balikan Ketepatwaktuan Keterujian Ketepatan


penyimbolan

Nilai prediktif Kenetralan

Keterbandingan (termasuk
keteratatasasan)

6 Materialitas

2.2.1 Nilai Informasi


Mengatakan bahwa informasi harus bermanfaat bagi para pemakai
sama saja dengan mengatakan bahwa informasi harus mempunyai nilai.
Informasi dikatakan mempunyai nilai (kebermanfaatan keputusan) apabila
informasi tersebut :
1. Menambah pengetahuan pembuat keputusan tentang keputusannya di
masa lalu, sekarang, atau masa datang.
2. Menambah keyakinan para pemakai mengenai probabilitas
terealisasinya suatu harapan dalam kondisi ketidakpastian.
3. Mengubah keputusan atau perilaku para pemakai.
2.2.2 Keterpahamian (Understandability)

15
Keterpahamian adalah kemampuan informasi untuk dapat dicerna
maknanya oleh pemakai. Dua faktor mempengaruhi keterpahamian
informasi itu sendiri. FASB menganalogi informasi sebagai alat atau
perkakas. Alat akan bermanfaat bagi pemakai kalau alat tersebut memang
alat yang cocok atau tepat dan pemakai bersedia untuk belajar mengenai
kemampuan dan cara kerja alat tersebut. Betapapun canggihnya, suatu alat
menjadi tidak bermanfaat kalau pemakai tidak mengetahui gunananya.
Sebaliknya, alat yang jelas diketahui gunanya menjadi tidak terpakai
lantaran pemakai tidak tahu dan tidak bersedia belajar cara
menggunakannya.
2.2.3 Keberpautan (Relevance)
Keberpatuan atau kerelevanan adalah kemampuan informasi untuk
membantu pemakai dalam membedakan beberapa alternatif keputusan
sehingga pemakai dapat dengan mudah menentukan pilihan. Bila
dihubungkan dengan tujuan pelaporan keuangan, keberpautan adalah
kemampuan informasi untuk membantu investor, kreditor, dan pemakai lain
dalam menyusun prediksi-prediksi tentang beberapa munculan (outcomes)
dari kejadian masa lalu, sekarang, dan masa datang atau dalam
menkonfirmasi atau mengkoreksi harapan-harapannya.
2.2.4 Nilai Prediksi (Predictive value)
Sebagi unsur keberpatuan, nilai prediktif adalah kemampuan
informasi untuk membantu pemakai dalam meningkatkan probabilitas
bahwa harapan-harapan pemakai akan munculan/hasil suatu kejadian masa
lalu atau datang akan terjadi.
Nilai prediksi disini adalah jenis dan sifat informasi yang menjadi
masukan dalam proses prediktif. Dengan kata lain, nilai prediksi adalah
kemampuan informasi dalam memperbaiki kemampuan atau kapasitas
pembuat keputusan untuk melakukan prediksi.
2.2.5 Nilai Balikan (Feedback value)
Sebagai unsur keberpautan, nilai balikan adalah kemampuan
informasi untuk membantu pemakai dalam mengkonfirmasi dan

16
mengkoreksi harapan-harapan pemakai di masa lalu. Jadi, nilai balikan
adalah kemampuan informasi untuk dijadikan basis mengevaluasi apakah
keputusan-keputusan masa lalu adalah tepat dengan datangnya informasi
tersebut.
2.2.6 Ketepatwaktuan (Timeliness)
Sebagai aspek pendukung keberpatuan, ketepatwaktuan adalah
tersedianya informasi bagi pembuat keputusan pada saat dibutuhkan
sebelum informasi tersebut kehilangan kekuatan untuk memempengaruhi
keputusan. Tersedianya informasi lama setelah suatu kejadian yang
memerlukan tanggapan atau keputusan berlalu menjadikan informasi
tersebut tidak punyai nilai lagi. Secara sendiri, ketepatwaktuan dapat
menyita keberpatuan yang melekat pada informasi.
2.2.7 Keterandalan (Reliability)
Keterandalan adalah kemampuan informasi untyk memberi
keyakinan bahwa informasi tersebut benar atau valid. Informasi akan
menjadi berkurang nilainya kalau orang yang menggunakan informasi
meragukan kebenaran atau validitas informasi tersebut.
Keterandalan sangat erat kaitanya dengan sumber informasi dan cara
merepresantasi, mendeskripsi, atau menyimbolkannya. Oleh karena itu,
keterandalan bertumpu pada ketepatan penyimbolan fenomena yang
memang dimaksudkan untuk disimbolkan dan jaminan bagi pemakai akan
kualitas penyimbolan melalui pengujian atau verifikasi data.

17
2.2.8 Ketepatan Penyimbolan (Representational faithfulness)
Ketetapatan penyimbolan adalah kesesuaian atau kecocokan antara
pengukur atau deskripsi (representasi) dan fenomena yang diukur atau
dideskripsi. Ketepatan penyimbolan dalam akuntansi menyangkut dua hal
yaitu ketepatan deskripsi atau defisional ( misalnya aset, kas, piutang, dan
kewajiban ) dan validitas pengukuran. Ketidaktepatan akan mengurangi atau
menghilangkan keterandalan informasi.

Konsep Ketepatan Penyimbolan

Realitas Kas yang akan Berbagai Keunggulan


Uang dan diterima barang di
(fisis, keuangan, akun giro kompetisi
kegiatan ekonomik) pelanggan gudang

Kesesuaian
(korespondensi)

Piutang Persediaan Goodwill


Kas
usaha Rp. 400,000 Rp. 250,000
Representasi Rp. 100,000
Rp. 200,000

2.2.9 Keterujian (Verifiability)


Secara ringkas, keterujian adalah kemampuan untuk menyakinkan
bahwa informasi merepresentasi apa yang dimaksudkan untuk direpresentasi
sesuai dengan konsensus atau bahwa cara pengukuran yang dipilih telah
diaplikasi tanpa kesalahan ataubias.
Verifikasi lebih berkaitan dengan meminimkan bias dalam proses
pengukuran (measurer bias) daripada dengan menentukan ketepatan dasar
pengukur (measurement bias). Dengan demikian, verifikasi tidak
dimaksudkan untuk menyakinkan bahwa dasar pengukuran relevan dengan
keputusan yang dituju.

18
2.2.10 Kenetralan (Neutrability)
Kenetralan adalah ketidakberpihakan pada kelompok tertentu atau
ketakberbiasan (un-biasedness) dalam perlakuan akuntasi. Ketakberbiasaan
berarti bahwa informasi disajikan tidak utuk mengarahkan kelompok
pemakai tertentu agar bertindak sesuai dengan keinginan penyedia informasi
atau untuk menguntungkan / merugikan group pemakai tertentu atau untuk
menghidari akibat/ konsekuensi tertentu bagi sekelompok pemakai.
Netral berarti tanpa tujuan dan tidak berarti bahwa informasi
akuntansi tidak mempengaruhi perilaku. Tanpa tujuan dan pengaruh
terhadap perilaku, informasi akuntansi tidak akan mempunyai nilai atau
relevansi sehingga penyediannya menjadi percuma (sia -sia).
2.2.11 Keterbandingan (Comparability)
Keterbandingan merupakan unsur tambahan yang menjadikan
informasi bermanfaat. Keterbandingan adalah kemampuan informasi untuk
membantu para pemakai mengidentifikasi persamaan dan perbedaan
anatara dua perangkat fenomena ekonomik (misalnya dua seperangkat
statemen keuangan yang merepresentasi kegiatan dua badan usaha).
Perbandingan akan bermakna (meaningful) hanya jika kuantitas
(magnitude) karakteristik bersama dihasilkan dengan dasar, standar,
prosedur, atau metoda yang sama.
2.2.12 Materialitas (Materiality)
Materialitas adalah besar-kecilnya atau magnituda suatu penghilangan
(omission) atau penyalahsajian (mistatement) informasi akuntansi yang
menjadikan besar kemungkinan bahwa perimbangan seorang bijaksana
(reasonable person) yang mengandalkan diri pada informasi tersebut
berubah atau berpengaruh oleh penghilangan / pengabaian atau
penyalahsajian tersebut. Untuk menjadi material, magnituda informasi harus
di evaluasi bersamaan dengan kondisi- kondisi yang melingkupi informasi
tersebut.

19
2.2.13 Bobot Keberpautan dan Keterandalan
Keberpatuan dan keterandalan keduanya harus melekat pada suatu
informasi agar informasi tersebut bermanfaat. Kebermanfaatan akan hilang
kalau salah satu karakteristik tidak ada. Karakteristik keberpautan dan
keterandalan juga menjadi kriteria yang keduanya harus dipenuhi dalam
pengakuan informasi untuk disajikan dalam statemen keuangan.

Panel A menggambarkan tingkat kualitas (area arsiran) yang dapat


dicapai oleh masing-masing karakteristik dalam situasi tertentu. Panel A1
menggambarkan penekanan keberpautan dengan mengorbankan
keterandalan. Sebaliknya, panel A2 melukiskan penekanan keterandalan
dengan mengorbankan keberpautan. Panel A3 menggambarkan kualitas
optimal yang mungkin dipertimbangkan oleh penyusun standar sebagai
dasar untuk menerbitkan suatu standar akuntansi.
2.3 Elemen-Elemen Statemen Keuangan
Elemen statemen keuangan adalah makna atau konstruk (construct) yang
sengaja ditentukan dalam perekayasaan akuntansi untuk menyimbolkan atau
merepresentasi realitas kegiatan usaha suatu badan usaha sehingga orang dapat

20
membayangkan realitas kegiatan tersebut secara keuangan tanpa harus
menyaksikan sendiri secara fisis kegiatan tersebut.
Elemen statemen keuangan merupakan bahan pembentuk informasi semantik
yang dikandung statemen keuangan. Informasi semantik terdiri atas elemen
(object), ukuran (size), dan hubungan (relationship). Jadi, elemen-elemen statemen
keuangan harus ditentukan atas dasar informasi semantik yang ingin disampaikan
dalam pelaporan keuangan.
Dengan kata lain, tujuan pelaporan keuangan menentukan informasi
semantik yang harus disajikan dan akhirnya menentukan banyaknya elemen
statemen keuangan.
2.3.1 Definisi Elemen
Makna atau definisi elemen mengacu pada kelas objek luas (misalnya
aset atau biaya). Rincian elemen berupa objek atau kejadian ekonomik
tertentu (misalnya kas atau penjualan barang dagangan) yang memenuhi
definisi elemen tidak tersebut sebagai elemen tetapi sebagai pos (item). Pos-
pos yang secara formal termuat dalam statemen keuangan merupakan
representasi (penyimbolan dalam kata dan angka) sumber – sumber ekonomik
tertentu suatu entitas, klaim terhadap sumber tersebut, dan perubahannya
akibat pengaruh transaksi, kejadian, atau keadaan. Artinya, simbol-simbol
(kata dan angka) melambangkan realitas operasi atau fenomena badan usaha
berupa uang tunai, bangunan, penjualan, gaji, kerusakan bangunan akibat
gempa, dan barang atau kejadian ekonomik lainnya.
 Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti
(probable) yang diperoleh atau dikuasai oleh suatu entitas sebagai hasil
transaksi tau kejadian masa lalu.
 Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang
cukup pasti timbul dari keharusan (obligation) sekarang suatu entitas
untuk mentransfer aset atau menyerahkan jasa kepada entitas lain
dimasa datang sebagai akibat dari transaksi atau kejadian masa lalu.
 Ekuitas atau aset bersih adalah hak residual terhadap aset suatu entitas
yang masih tersisa setelah mengurangi aset dengan kewajibannya.
Dalam suatu badan usaha, ekuitas adalah hal pemilikan.

21
 Investasi oleh Pemilik adalah kenaikan dalam ekuitas suatu badan
usaha sebagai akibat dari transfer ke tiap dari entitas lain sesuatu yang
bernilai untuk mendapatkan atau menaikkan hak pemilikan (atau
ekuitas) didalamnya.
 Distribusi ke Pemilik adalah penurunan dalam ekuitas suatu badan
usaha akibat pentransferan aset, penyerahan jasa, dan penimbulan
kewajiban oleh badan usaha tersebut kepada pemilik.
 Laba Komperhensif adalah perubahan dalam ekuitas suatu badan
usaha selama suatu periode yang berasal dari transaksi dan kejadian lain
dan kondisi dari sumber-sumber non-pemilik.
 Pendapatan adalah aliran masuk aset atau kenaikan aset lainnya pada
suatu entitas atau penyelesaian/pelunasan kewajiban entitas tersebut
dari penyerahan atau produksi barang, pemberian / penyerahan jasa,
atau kegiatan lain yang membentuk operasi sentral atau utama dan
berlanjut dari entitas tersebut.
 Biaya adalah aliran keluar aset tau penyerapan aset lainnya pada suatu
entitas atau penimbulan kewajiban entitas tersebut (atau kombinasi
keduannya) dari penyerahan atauproduksi barang,
pemberian/penyerahan jasa, atau kegiatan lain yang membentuk operasi
sentral atau utama dan belanjut dari entitas tersebut.
 Untung adalah kenaikan dalam ekuitas (aset bersih) yang berasal dari
transaksi perferial (ikutan) atau insidental ( kala-kala ) suatu entitas dan
dari semua transaksi atau kejadian atau keadaan lain yang
mempengaruhi entitas tersebut kecuali kenaikan sebagai akibat dari
pendapatan atau investasi oleh pemilik.
 Rugi adalah penurunan dalam ekuitas (aset bersih) yang berasal dari
transaksi perferial (ikutan) atau insidental ( kala-kala ) suatu entitas dan
dari semua transaksi atau kejadian atau keadaan lain yang
mempengaruhi entitas tersebut kecuali penurunan sebagai akibat dari
biaya atau dsitribusi ke pemilik.

22
Sepuluh elemen diatas disebut secara eksplisit oleh FASB dalam SFAC
NO.2. Walaupun aliran kas bersih disebut secara eksplisit dalam tujuan 2
pelaporan keuangan, elemen-elemen pembentuk aliran kas bersih tidak
didefinisi dalam rerangka konseptual.
FASB mendefinisi elemen aliran kas dalam bentuk standar yaitu
Statement of Financial Accounting Standards No. 95 , “Statement of Cash
Flows.” Aliran kas bersih terdiri atas tiga aliran berikut ini :
 Aliran Kas dari Kegiatan Operasi adalah aliran kas bersih (masuk
dan keluar) yang berkaitan dengan kegiatan yang meliputi semua
transaksi dan kejadian yang bukan termasuk dalam kegiatan investasi
dan pedanaan. Aliran kas dari kegiatan operasi biasanya merupakan
pengaruh terhadap kas transaksi dan kejadian lain yang dimasukkan
dalam penentuan laba.
 Aliran Kas dari Kegiatan Investasi adalah aliran kas bersih (masuk
dan keluar) yang berkaitan dengan kegiatan yang meliputi pemberian
dan pelunasan pinjaman dan pemerolehan dan penjualan instrumen
utang dan ekuitas, gedung, pabrik, perlengkapan, dan aset produktif
lainnya yaitu aset yang digunakan dalam produksi barang atau jasa oleh
badan usaha (selain material yang menjadi bagian dari sediaan badan
usaha).
 Aliran Kas dari Kegiataan Pendanaan adalah aliran kas bersih
(masuk dan keluar) yang berkaitan dengan kegiatan yang meliputi
perolehan dana dari pemilik dan pemberiaan imbalan (return on) dan
kembalian (return of) investasinya; peminjam uang dan pembayaran
jumlah yang dipinjam, atau penyelesaian utang tersebut dengan cara
lain; dan pemerolehan dan pembayaran sumber dana lain yang
diperoleh dari kreditor atas kredit jangka panjang.

Proses perekayasaan dalam menentukan elemen statemen keuangan di atas


dapat dilukiskan secara diagramatik dalam gambar berikut :

23
Tujuan Pelaporan: Karakteristik Kualitatif Informasi:
Melayani keputusan investasi dan Keberpautan dan keterandalan,
kredit dengan focus ketepatan penyimbolan

Realitas atau Fenomena:


Fisis, keuangan dan kegiatan badan
usaha

Informasi Semantik:
Posisi keuangan, perubahan posisi
keuangan, kemampuan melaba,
kemampuan menciptakan aliran kas,
kinerja manajemen, &
pertanggungjawaban manajemen

Elemen-Elemen Statemen
Keuangan

2.3.2 Perubahan Posisi Keuangan


Aset, kewajiban, dan ekuitas sebagai elemen posisi keuangan dapat
berubah akibat tiga hal yaitu kejadian (events), keadaan (circumstances), dan
transaksi (transactions).
Kejadian adalah terjadinya suatu perkara atau urusan yang mempunyai
konsekuensi terhadap suatu entitas. Misalnya, suatu entitas memasukkan
bahan baku ke mesin pengolah atau membeli bahan baku. Contoh pertama
merupakan kejadian internal dan contoh kedua merupakan kejadian eksternal.
Keadaan adalah suasana atau seperangkat kondisi yang berkembang
dari suatu kejadian atau serangkaian kejadian yang berkulminasi pada situasi
yang tak terduga atau sulit diduga. Sebagai contoh adalah kenaikan kurs dolar
secara mencolok yang menyebabkan perusahaan anak mengalami
kebangkrutan. Kenyataan bahwa perusahaan anak bankrut merupakan
keadaan yang dihadapi oleh perusahaan induk.

24
Transaksi adalah salah satu bentuk kejadian eksternal yang melibatkan
transfer sesuatu yang bernilai (manfaat ekonomik masa datang) antara dua
entitas atau lebih. Sebegai contohadalah pembelian mesin, penerbitan saham,
dan pelunasan utang. Untuk dapat disebut sebagai transaksi, suatu kejadian
harus melibatkan orang luar.
Bila dipandang dari elemen ekuitas, perubahan-perubahan posisi
keuangan akibat tiga hal tersebut dapat dikategorikan menjadi :
a. Semua perubahan dalam aset dan kewajiban yang tidak dibarengi dengan
perubahan dalam ekuitas.
b. Semua perubahan dalam aset atau kewajiban yang dibarengi dengan
perubahan dalam ekuitas.
c. Perubahan dalam ekuitas yang tidak melibatkan aset atau kewajiban.

2.4 Pengukuran dan Pengakuan


Penentuan dan pendefinisian elemen seperti dibahas diatas berkaitan dengan
masalah apa yang harus disajikan dalam statemen keuangan dan terdiri atas apa saja
seperangkat penuh statemen keuangan (a full set of financial statements). Agar
secara teknis penyusunan statemen keuangan dapat dilaksanakan dengan mudah,
diperlukan sarana (berupa buku besar atau ledgers) untuk mencatat hasil
pengukuran. Bila suatu hasil pengukuran dicatat dalam sistem pembukuan, berarti

25
informasi tersebut dengan sendirinya akan disajikan via statemen keuangan
(incorporated into financial statements).
Bila sarana pencatatan telah tersedia, masalah berikutnya adalah bagaimana
suatu objek (pos) yang terlibat dalam transaksi, kejadian, atau kondisi diukur dan
apakah hasil pengukuran dapat dicatat dalam sistem akuntansi. Pertanyaan
bagaimana dan kapan ini mendasari perlunya suatu pedoman umum tentang
pemgukuran dan pengakuan yang akan digunakan oleh penyusun standar dalam
menentukan suatu perlakuan akuntansi.
2.4.1 Pelaporan dan Pelaporan Statemen Keuangan
Telah sering disinggung bahwa walaupun tujuannya sama, pelaporan
keuangan (financial reporting) harus dibedakan dengan statemen keuangan
FASB menyatakan bahwa statemen keuangan adalah media utama atau ciri
sentral pelaporan keuangan (a central feature of financial reporting).
Tujuan penyampaian informasi oleh manajemen atau badan usaha
tidak dibatasi pada apa yang dapat dituangkan dalam statemen keuangan.
Pelaporan keuangan meliputi penyampaian informasi yang wajib secara luas
(mandatory) dan sukarela (voluntary).
Pengukuran dan pengakuan menentukan lingkup pelaporan
keuangan yang wajib disajikan melalui seperangkat penuh statemen
keuangan (wajib secara sempit atau spesifik).
2.4.2 Seperangkat Statemen Keuangan
Tujuan pelaporan, karakteristik kualitatif, dan elemen statemen
keuangan akan menentukan jenis statemen apa saja yang membentuk
seperangkat penuh statement keuangan (a full set of financial statements)
FASB menyatakan bahwa seperangkat penuh statemen keuangan
untuk suatu perioda harus menunjukkan informasi :
1. Posisi keuangan pada akhir perioda tersebut
2. Laba untuk perioda tersebut
3. Laba komprehensif untuk perioda tersebut
4. Aliran kas selama perioda tersebut
5. Investasi oleh dan distribusi ke pemilik selama perioda tersebut

26
Sebagai satu kesatuan seperangkat statemen yang terdiri atas
beberapa statemen di atas secara individual maupun kolektif mempunyai
kontribusi dalam memenuhi tujuan laporan keuangan. Tiap jenis statemen
bersifat saling melengkapi untuk mencapai tujuan tersebut sehingga semua
statemen di atas akan berartikulasi.

2.4.3 Pengukuran
Elemen atau pos harus diukur untuk membawa informasi semantik.
Pengukuran (measurment) adalah penentuan besarnya unit pengukur
(jumlah rupiah) yang dilekatkan pada suatu objek (elemen atau pos) yang
terlibat dalam suatu transaksi, kejadian, atau keadaan untuk merepresentasi
makna atau atribut (atribut) objek tersebut.
Atribut adalah sesuatu yang melekat pada suatu objek yang
menggambarkan sifat atau ciri yang dikandung objek tersebut. Atribut
pengukuran (measurment attributes) suatu elemen/pos adalah dasar
pengukuran (jumlah rupiah) yang harus dilekatkan pada suatu elemen / pos
untuk mempresentasikan secara tepat atribut yang ingin diungkapkan dari
elemen / pos tersebut dalam pelaporan keuangan. FASB mengidentifikasi
atribut pengukuran yang sekarang diterapkan dan masih dapat dilanjutkan
penggunaannya yaitu :
a. Kos historis atau perolehan kas historis (historical cost atau proceeds)
b. Kos sekarang (current cost)
c. Nilai pasar sekarang (current market value)
d. Nilai terealisasi / pelunasan neto (net realizable/settlement value)
e. Nilai sekarang atau diskunan aliran kas masa datang (present or
discounted value of future cash flows)
2.4.4 Pengakuan
Secara konseptual, pengakuan adalah penyajian suatu informasi
melalui statemen keuangan sebagai ciri sentral pelaporan keuangan. Secara
teknis, pengakuan berarti pencatatan secara resmi (penjurnalan) suatu
kuantitas (jumlah rupiah) hasil pengukuran ke dalam sistem akuntansi

27
sehingga jumlah rupiah tersebut akan mempengaruhi suatu pos dan
terefleksi dalam statemen keuangan.
Teknik pengakuan misalnya adalah bahwa penjualan diakui pada saat
faktur disiapkan dan barang telah diserahkan kepada perusahaan ekspedisi.
FASB menyatakan empat kriteria pengakuan fundamental (konseptual)
sebagai berikut :
 Definisi (definitions), Suatu pos harus memenuhi definisi elemen
statemen keuangan.
 Keterukuran (measurability), Suatu pos harus mempunyai atribut
yang berpaut dengan keputusan dan dapat diukur dengan tingkat
keterandalan yang cukup.
 Keberpautan (relevance), Informasi yang dikandung suatu pos
mempunyai daya untuk membuat perbedaan dalam keputusan pemekai.
 Keterandalan (realiability), Informasi yang dikandung suatu pos
secara tepat menyimbolkan fenomena, teruji (terverifikasi), dan netral.

Keempat kriteria di atas harus dipertimbangkan dalam konteks


karakteristik kualittif informasi yaitu memenuhi batas atas (benefit > kos)
dan batas bawah (materialitas). Bila keempat kriteria dipenuhi, masalah
berikutnya adalah kapan keempat kriteria diatas dipenuhi atau kapan suatu
hasil pengukuran dapat diakui. Oleh karen itu, diperlukan lagi kriteria saat
pengakuan (timing of recognition).

2.5 Nilai Sekarang Dalam Pengukuran Akuntansi


2.5.1 Pengertian Dasar
a. Saat Pengukuran
 Pengukuran saat pengakuan mula-mula (at initial recognition),
adalah pengukuran pada saat suatu elemen atu pos timbul dan dicatat
pertama kali akibat transaksi, kejadian, atau keadaan.
Contoh : penentuan dan pencatatan jumlah rupiah yang melekat pada
suatu mesin pada saat diperoleh.
 Pengukuran baru-mulai (fresh-start), adalah pengukuran dalam
perioda-perioda setelah pengakuan mula-mula untuk menentukan

28
jumlah rupiah bawaan (carrying amount) baru yang tidak berkaitan
dengan jumlah-jumlah rupiah sebelumnya
b. Penentuan Aliran Kasa Masa Datang
 Taksiran atau Estimasi Terbaik (Best Estimate), adalah jumlah
rupiah tunggal yang paling-boleh jadi (most-likely) dalam suatu
kisar/rentang beberapa jumlah rupiah estimasi yang mungkin terjadi.
Dalam statistika, jumlah rupiah ini merupakan modus suatu
distribusi variabel.
 Aliran Kas Estimasian (Estimated Cash Flow), adalah jumlah
rupiah tunggal yang akan diterima atau dibayar dimasa datang.
 Aliran kas harapan (Expected Cash Flow), adalah gunggung
(sum) beberapa jumlah rupiah berbobot-probabilitas (probability-
weighted amunts) dalam suatu kisar jumlah rupiah estimasian yang
mungkin terjadi

Kisaran aliran kas Probabilitas Nilai berbobot


estimasian yang
mungkin
Rp. 60,000 0,10 Rp. 6,000
Rp. 80,000 0,20 Rp 16,000
Rp. 100,000 0,40 Rp. 40,000
Rp. 120,000 0,20 Rp. 24,000
Rp. 190,000 0,10 Rp. 19,000
Aliran Kas Harapan = Rp. 105,000

c. Nilai Sekarang Aliran Kas Masa Datang


 Nilai Sekarang (Present Value, adalah pengukur sekarang aliran
kas masuk atau keluar masa datang. Misalnya, nilai sekrang Rp. X
yang tiba pada akhir period ke n dan didiskun pada tingkat bunga i
per periode dapat ditentukan dengan formula:\
1
Nilai sekarang =X
(1+ i)n
 Nilai Sekarang Harapan (Expected Present Value), adalah
gunggung beberapa nilai sekarang berbobot-probabilitas suatu kisar

29
aliran kas estimasian yang mungkin terjadi, yang semuanya
didiskusikan dengan tingkat bunga yang sama. Dalam statistika,
angka ini merupakan mean atau rata-rata berbobot.

d. Nilai Wajar
Nilai wajar (Fair Value), adalah jumlah rupiah yang disepakati untuk
suatu objek dalam suatu transaksi antara pihak-pihak yang berkehendak
bebas tanpa tekanan atau keterpaksaan. Nilai wajar suatu aset (atau
kewajiban) adalah suatu jumlah rupiah yang dengannya aset (atau
kewajiban) dapat dibeli (atau terjadi/disepakati) atau dijual (atau
dilunasi) dalam suatu transaksi antara pihak berkehendak, yaitu bukan
dari penjualan paksaan atau likuidasi.
2.5.2 Tujuan Nilai Sekarang Dalam Pengukuran
Tujuan nilai sekarang dalam pengukuran untuk menangkap
/merefleksi sedapat mungkin perbedaan ekonomik antara sehimpunan aliran
kas masa datang dan untuk mengestimasi nilai wajar. Misalnya aliran kas
Rp. 100,000 yang akan diterima 1 bulan kemudian akan berbeda nilainya
dengan aliran kas Rp. 100,000 yang akan diterima 10 tahun kemudian. Nilai
sekarang akan mampu membedakan beberapa aliran kas yang tampak sama
besarnya.

30
Nilai sekarang dapat menangkap perbedaan ekonomik antara aliran
kas kalau unsur-unsur berikut dipertimbangkan (SFAC No. 7, prg 23):
a. Suatu estimasi aliran kas masa datang atau dalam beberapa kasus
yang kompleks, serangkaian aliran kas masadatang yang tiba pada
saat berbeda
b. Harapan-harapan tentang variasi yang mungkin terjadi dalam
jumlah dan saat tibanya aliran kas tersebut
c. Nilai waktu uang yang ditunjukkan dengan Bungan bebas risiko
d. Harga atau nilai penanggungan risiko atau ketidakpastian yang
melekat pada aset atau kewajiban
e. Faktor-Faktor lain termasuk likuiditas dan ketidaksempurnaan.
2.5.3 Prinsip-Prinsip Umum
Berikut ini adalah prinsip-prinsip umum yang menjadi pedoman
penerapan nilai sekarang dalam mengukur aset dan kewajiban :
a. Sedapat-dapatnya, aliran kas estimasian dan tingkat bunga harus
merefleksi asumsi-asumsi tentang kejadian dan ketidakpastian masa
datang yang dipertimbangan dalam memutuskan apakah memperoleh
atau tidak suatu aset atau sekelompok aset dalam suatu transaksi tunai
yang bebas.
b. Tingkat bunga yang digunakan untuk mendiskusikan aliran kas harus
merefleksi asumsi-asumsi yang konsisten dengan asumsi-asumsi yang
melekat pada aliran kas estimasian agar pengaruh asumsi tidak berganda
atau malahan trabaikan
c. Aliran kas estmasian dan tingkat bunga harus bebas dari bias dan faktor
yang tidak berkaitan dengan aset atau kewajiban yang bersangkutan.
d. Aliran kas estimasian dan tingkat bunga harus merefleksi kisar
munculan yang mungkin terjadi (possible outcomes) daripada jumlah
rupiah tunggal paling boleh jadi, minimun, atau maksimum.

31
2.6 Manfaat dan Keterbatasan Model
2.6.1 Transfer Teknologi
Bila akuntansi dipandang sebagai teknologi, Rerangka Konseptual
(termasuk standar yang diturunkan darinya) dapat dipandang sebagai produk
teknologi. Dalam hal inilah harus dibedakan antara transfer teknologi dan
transfer produk.

Pada panel A, transfer teknologi dapat diartikan sebagai transfer


proses penalaran dan perekayasaan untuk menghasilkan produk yang paling
efektif untuk mencapai tujuan fungsional akuntansi Negara sasaran. Bila
parameter yang dipertimbangkan berbeda, tentu saja produk yang dihasilkan
akan berbeda pula walaupun fungsinya sama. Misalnya : sebuah baju atau
mobil.
Panel B menggambarkan transfer produk yang biasanya tanpa
mempertimbangkan faktor lingkungan tempat produk digunakan. Dalam hal
tertentu, transfer produk dapat dijustifikasikasi kalau faktor lingkungan
tidak relevan lagi atau kalau fungsi produk bersifat universal. Misalnya
produk berupa jam tangan atau computer.

32
2.6.2 Pengaruh RK FASB
Dalam kenyataannya, RK FASB memiliki pengaruh yang besar dalam
memicu dan melandasi pengembangan RK di berbagai Negara lain pada
perioda mengembangkan atau pada perioda setelah RK FASB selesai.
Gorce (1992, hlm. 124-131) membahas dengan rinci pengaruh ini
dengan menunjukkan berbagai organisasi profesi dan badan pemerintah
yang berusaha untuk mengembangkan rerangka untuk negaranya masing-
masing. Organisasi profesi tersebut adalah :
a. Australian Accounting Research Foundation (AARF)
b. International Accounting Standards Committee (IASC)
c. Canadian institute of Chartered Accountants (CICA)
d. Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW)
e. (UK) Accounting Standards Board (UKASB)
Tersedianya berbagai model RK akan memudahkan suatu negara
untuk melakukan apa yang disebut shopping for technology yaitu memilih
teknologi yang tersedia untuk ditransfer atau diadopsi karena
mengembangkan RK dari nol sangat banyak memakan tenaga, pikiran, dan
waktu.
Gore membahas dengan cukup men dalam pengaruh RK FASB
dengan menunjukkan kemiripan proses penalaran dan komponen RK yang
dikembangkan oleh organisasi tersebut dengan komponen RK FASB.
Kemiripak RK FASB dengan RK IASC membuat Gore mengeluarkan
komentar:
The similarity to the FASB’s CF are striking:it is clear that the FASB
CF had a profound effect on the drafting of the IASC’s CF, influencing it’s
structure and much of the ground covers.
2.6.3 Dokumen Kebijakan
Rerangka konseptual FASB merupakan suatu dokumen kebijakan at
politis dan bukan dokumen atau karya ilmiah. Sebagai dokumen kebijakan,
proses penyusunannya melibatkan perdebatan atau argumen yang keputusan
akhirnya dalam beberapa kasus melibatkan pemungutan suara (voting). RK

33
FASB penuh dengan muatan nilai-nilai yang dianut dalam konteks
lingkungan Amerika (value-laden).

34
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rerangka Konseptual versi FASB merupakan suatu model hasil perekayasaan
yang dapat dijadikan acuan penalaran untuk pengembangan rerangka acuan baru
untuk konteks lingkungan yang berbeda.
RK FASB memuat empat komponen konsep utama yaitu: tujuan pelaporan
keuangan (bisnis dan nonbisnis), karakteristik kualitatif informasi, elemen statemen
keuangan, serta pengukuran dan pengakuan (termasuk penggunaan nilai sekarang).
Tujuan merupakan komponen utama rerangka konseptual. Secara implisit, RK
FASB disusun dalam rangka membantu pencapaian tujuan ekonomik nasional.
Tujuan pelaporan menentukan karakteristik kualitatif informasi yang harus
disediakan. Agar bermanfaat, informasi akuntansi harus berpaut dengan keputusan
dan terandalkan. Keberpautan dan keterandalan merupakan kualitas yang harus ada
dan melekat pada tiap informasi.
Atas dasar tujuan pelaporan dan kualitas informasi, harus diidentifikasi
fenomena atau realitas dan disimbolkannya seara tepat melalui elemen statemen
keuangan. Elemen statemen keuangan adalah makna (meaning) atau konstruk yang
sengaja ditentukan untuk merepresentasi realitas kegiatan perusahaan sehingga
orang dapat membayangkan realitas tersebut tanpa harus menyaksikan sendiri
secara fisis kegiatan perusahaan. Elemen-elemen statemen keuangan harus diukur
untuk membentuk informasi semantic yaitu elemen (object), ukuran (size), dan
hubungan (relationship).
Untuk menentukan apakah elemen disajikan melalui statemen keuangan atau
media pelaporan yang lain diperlukan kriteria pengakuan atas elemen yang dipilih,
yaitu definiai keterukuran, keberpautan dan keterandalan dalam lingup kualitas
informasi batas atas (benefit > kos) dan batas bawah (materialitas).
Bagi pendidikan dan pengajaran akuntansi, RK FASB sangat bermanfaat
untuk memahami akuntansi sebagai teknologi yang pemanfaatannya memerlukan
proses perekayasaan (engineering). RK FASB menggambarkan bagaimana teori
akuntansi yang dimaknai sebagai penalaran logis diterapkan dalam dunia nyata.

35
RK merupakan dokumen kebijakan atau politis. Sebagai dokumen kebijakan,
proses penyusunannya melibatkan perdebatan yang keputusan akhirnya dalam
beberapa kasus melibatkan pemungutan suara. RK FASB penuh dengan muatan
nilai-nilai yang dianut dalam konteks lingkungan Amerika (value-laden)

36
DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono. 2014 . Teori Akuntansi : Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi


Ketiga. Yogyakarta : BPFE

Wibowo, Eko. 2017. Teori Akuntansi : Rerangka Konseptual Suatu Model.


Diakses 26 Maret 2021 di
http://ekowibowo21051996.blogspot.com/2017/09/teori-akuntansi-bab-iv-
rerangka.html?m=1

37

Anda mungkin juga menyukai