Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

PROSES PENDIDIKAN ISLAM

Di Susun Kelompok III:

REGITA CAHYANA UTAMI (200105033)

NANA ROHMATUL AULIA (200105034)

YASRIA RIZKIANI (200105041)

NURFAIZAH (200105054)

AHMAD FAUZAN (200105048)

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN MATARAM
2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang…………………………………………………………..……
2. Pendahuluan……………………………………………………………..……

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian dan Kegunaan Pengajaran Suatu Sistem…………………...…


2. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Sistem Pengajaran…….….
3. Komponen-Komponen Sistem Pengajaran………………………….….…..
4. Proses Belajar Mengajar…………………………………………….…..…..

BAB III PENUTUP

Kesimpulan …………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah menganugrahkan rahmat dan
karunianya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah tentang “PROSES
PENDIDIKAN ISLAM” guna memenuhi salah satu tugas kelompok yang telah ditentukan.
Sehingga sangat mungkin makalah ini mempunyai banyak kekurangan. Dalam konteks inilah
kritik dan saran menjadi bagian penting bagi penyusun dalam penyempurnaan penulisan
selanjutnya.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada habibana wanbiyanna
Muhammad SAW tak lupa kepada keluarganya sahabatnya dan mudah-mudahan syafaatnya
sampai kepada kita semua. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
BAB I

PENDAHULUAN

Sistem adalah suatu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling
berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan. Berdasarkan pengertian diatas, maka ada
1
tiga hal penting yang menjadi suatu sistem.2

Pertama, sistem pasti memiliki tujuan, kedua sistem selalu mengandung proses atau rangkaian
suatu kegiatan dan ketiga, proses dalam suatu sistem selalu melibatkan dan memanfaatkan
berbagai komponen atau unsur-unsur tertentu.

Pengajaran dengan sistem merupakan dua hal yang tidak terpisahkan karena dalam proses belajar
dan mengajar harus menggunakan system agar mempunyai tujugan yang jelas.

Belajar dan mengajar selalu berkaitan karena seseorang yang belajar pasti ada yang mengajar
sehingga terjadi interaksi antara keduanya yang disebut proses belajar mengajar. Proses belajar
mengajar ada dua sudut pandang yakni dari siswa dan dari guru. Karena siswa sebagai pelaku
belajar dan guru sebagai pelaku mengajar.

Jadi proses belajar mengajar merupakan kegiatan belajar dan mengajar yang mempunyai system
yang jelas sehingga proses tersebut dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

1
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Hadlari Nawawi. Pendidikan Islam. Usaha Nasional : Surabaya.

1987.Ibrahim, R dan Syaodih, Nana S. Perencanaan Pengajaran Rineka Cipta: Jakarta. 2003.Jakiyah Darajat, Prof DR. Ilmu
Pendidikan Islam 1995. Bumi Aksara: Jakarta.
BAB II

PEMBAHASAN

PROSES PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Dan Kegunaan Pengajaran Suatu Sistem

Sistem adalah suatu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling
berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan. Berdasarkan pengertian diatas, maka ada
tiga hal penting yang menjadi suatu sistem. Pertama, sistem pasti memiliki tujuan, kedua sistem
3
selalu mengandung proses atau rangkaian suatu kegiatan dan ketiga, proses dalam suatu sistem
selalu melibatkan dan memanfaatkan berbagai komponen atau unsur-unsur tertentu.45

Pengajaran dikatakan suatu sistem karena pengajaran adalah kegiatan yang bertujuan, yaitu
mengajar siswa. Pengajaran sebagai suatu sistem merupakan suatu pendekatan mengajar yang
menekankan hubungan sistemik antara berbagai komponen dalam pengajaran. Hubungan sistemik
mempunyai arti bahwa komponen yang terpadu dalam suatu pengajaran sesuai dengan fungsinya..
Hubungan sistemik atau penekanan kepada sistem merupakan ciri yang pertama dan ciri yang
kedua adalah penekanan kepada perilaku yang dapat diukur atau diamati. Sistem bermanfaat untuk
merancang atau merencanakan proses pengajaran. Oleh karena itu, proses perencanaan yang
sistematis dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa keuntungan diantaranya:

a. Melalui sistem perencanaan yang matang, pendidika akan mencapai hasil yang optimal.

b. Melalui sistem perencanaan yang sistematis, setiap pendidik akan bisa menggambarkan
hambatan yang akan di hadapi dan didapat menentukan strategi yang bisa dilakukan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.

2
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Hadlari Nawawi. Pendidikan Islam. Usaha Nasional : Surabaya.

1987.Ibrahim, R dan Syaodih, Nana S. Perencanaan Pengajaran Rineka Cipta: Jakarta. 2003.Jakiyah Darajat, Prof DR. Ilmu
Pendidikan Islam 1995. Bumi Aksara: Jakarta.
c. Melalui sistem perencanaan, pendidik akan dapat menentukan berbagai langkah dalam
6
memanfaatkan berbagai sumber dan fasilitas yang ada untuk mencapai tujuan.

B. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Sistem Pengajaran

a. Faktor Pendidik

Pendidik adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi
pengajaran. Dalam proses pengajaran pendidik tidak hanya berperan sebagai teladan bagi siswa,
tetapi juga sebagai pengelola pengajaran (Manager of Learning).7

Menurut Dunkin (1974) ada sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas proses pengajaran
8
dilihat dari faktor pendidik, yaitu:

* Teacher Formatif Experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup pendidik
yang menjadi latar belakang mereka.

* Teacher Training Experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan


aktivitas dan latar belakang pendidikan pendidik tersebut.

* Teacher Properties, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru.

b. Faktor Siswa

Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya.
Perkembangan akan adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo
perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidaklah sama. Seperti halnya pendidik,
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pengajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek

3
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Hadlari Nawawi. Pendidikan Islam. Usaha Nasional : Surabaya.

1987.Ibrahim, R dan Syaodih, Nana S. Perencanaan Pengajaran Rineka Cipta: Jakarta. 2003.Jakiyah Darajat, Prof DR. Ilmu
Pendidikan Islam 1995. Bumi Aksara: Jakarta.
latar belakang siswa yang menurut Dunkin disebut Pupil Formative Experience serta faktor sifat
9
yang dimiliki siswa (pupil properties).10

Sikap dan penampilan siswa didalam kelas juga merupakan aspek lain yang bisa mempengaruhi
proses pengajaran. Ada kalanya ditemukan siswa yang sangat aktif dan ada pula siswa yang
pendiam. Semua itu akan mempengaruhi proses pengajaran di dalam kelas.

c. Faktor Sarana Dan Prasarana

Sarana adalah segal sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses
pengajaran, misalnya media pengajaran, alat-alat praktek dan lain sebagainya, sedangkan
prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses
pengajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan lain
sebagainya.11

Ada beberapa keuntungan bagi sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang lengkap
pertama, kelengkapan sarana dan prasarana dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru
mengajar. Kedua, kelengakapan sarana dan prasarana dapat memberikan berbagai pilihan pada
siswa yang belajar karena setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda.

d. Faktor Lingkungan

Dilihat dari segi lingkungan, ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses pengajaran, yaitu
faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial psikologis. Faktor organisasi kelas yang didalamnya
meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses

4
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Hadlari Nawawi. Pendidikan Islam. Usaha Nasional : Surabaya.

1987.Ibrahim, R dan Syaodih, Nana S. Perencanaan Pengajaran Rineka Cipta: Jakarta. 2003.Jakiyah Darajat, Prof DR. Ilmu
Pendidikan Islam 1995. Bumi Aksara: Jakarta.
pengajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar kurang efektif untuk mencapai tujuan
12
pengajaran.13

Faktor lainnya yaitu iklim sosial-psikologis maksudnya adalah keharmonisan hubungan antara
orang yang terlibat dalam proses pengajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi secara internal maupun
eksternal. Secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah
dan yang eksternal adalah hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar.

C. Komponen-Komponen Sistem Pengajaran

Tujuan, merupakan komponen yang sangat penting dalam proses pengajaran dan komponen
pertama yang utama.14

* Si atau materi pelajaran, merupakan komponen kedua dalam sistem pengajaran. Materi pelajaran
merupakan inti dalam proses pengajaran.

* Strategi atau metode adalah komponen yang juga mempunyai fungsi yang sangat menentukan.
*Keberhasilan pencapaian tujuan sangat di tentukan oleh komponen ini.

* Alat dan sumber, walaupun fungsinya sebagai alat bantu akan tetapi memiliki peran yang tak
kalah pentingnya, karena perkembangan tekhnologi saat ini memungkinkan siswa dapat belajar
dari mana saja.

5
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Hadlari Nawawi. Pendidikan Islam. Usaha Nasional : Surabaya.

1987.Ibrahim, R dan Syaodih, Nana S. Perencanaan Pengajaran Rineka Cipta: Jakarta. 2003.Jakiyah Darajat, Prof DR. Ilmu
Pendidikan Islam 1995. Bumi Aksara: Jakarta.
* Evaluasi merupakan komponen terakhir dalam sistem pengajaran. Evaluasi bukan saja berfungsi
untuk melihat keberhasilan siswa dalam pengajaran tetapi juga berfungsi sebagai umpan balik bagi
pendidik atas kinerjanya.15

D. Proses Belajar Mengajar

a. Pengertian Belajar

Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkat laku pada diri individu berkat adanya interaksi
antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih
mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam bahasa asingnya : ”Learning is a Change In
the individual due to intruction of that individual and his environment, which fells a need and
makes him more capable of dealing adequately with his environment (W.H Burton, The Guidance
of Learning Activites, 1984).

Dalam pengertian ini terdapat kata change atau “Perubahan” yang berarti bahwa seseorang yang
telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek
pengetahuannya, keterampilannya, maupun dalam sikapnya. Perubahan tingkah laku dalam aspek
pengetahuannya ialah dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sebagai mana diungkapkan salam Al-
Qur’an (Q.S. Al-Fath ayat :23). 16

Emest R. Hilgard dalam bukunya Introduction to Psychology mengemukakan: “We may define
learning as the process by which an activity originates or is changed through responding to
asituation, provid the change cannot be attributed to growth or the temporary state of the organism
(as fatque or under drugs)”. Terjemahan bebasnya ialah “ Belajar adalah suatu proses dimana
ditumbulkan atau diubahnya suatu kegiatan karena mereaksi suatu keadaan. Perubahan itu tidak

6
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Hadlari Nawawi. Pendidikan Islam. Usaha Nasional : Surabaya.

1987.Ibrahim, R dan Syaodih, Nana S. Perencanaan Pengajaran Rineka Cipta: Jakarta. 2003.Jakiyah Darajat, Prof DR. Ilmu
Pendidikan Islam 1995. Bumi Aksara: Jakarta.
di sebabkan oleh suatu proses pertumbuhan (seperti kelelahan atau karena pengaruh obat-
obatan).17”

H.C. Witherington dalam bukunya Educational Psycology mengemukakan bahwa: “ Belajar


adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari
reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian”. Ketiga definisi
tersebut menunjukan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan
manusia. Perubahan tingkah laku ini bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat
fisiologis atau proses kematangan. Perubahan yang terjadi karena belajar dapat berupa perubahan-
perubahan dalam kebiasaan, kecakapan-kecakapan atau dalam ketiga aspek yakni pengetahuan
(kognitif), sikap (affektif) dan keterampilan (psikomotor). Kegitan belajar merupakan kegiatan
yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini mengandung arti bahwa berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang
dialami oleh peserta didik atau siswa.

b. Pengertian Mengajar

Pengertian mengajar yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan, antara lain yang
dikemukakan berikut ini. Jerome S. Bruner dalam bukunya Toward a Theory Of Intruction
mengemukakan bahwa ” Mengajar adalah menyajikan ide, problem, atau pengetahuan dalam
bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh setiap siswa”. Mengajar ini juga sama
pentingnya dengan belajar. Karena tanpa ada yang mengajar belajarpun tidak akan maksimal,
walau ada sebagian kecil orang yang dapat belajar otodidak tanpa adanya seorang pengajar).
Tuntutan mengajar ini telah di contohkan dalam Al-Qur’an langsung oleh Allah SWT. Kepada
Nabi Isa AS. Yaitu dalam (Q.S. Al-Maidah ayat : 110)18

7
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Hadlari Nawawi. Pendidikan Islam. Usaha Nasional : Surabaya.

1987.Ibrahim, R dan Syaodih, Nana S. Perencanaan Pengajaran Rineka Cipta: Jakarta. 2003.Jakiyah Darajat, Prof DR. Ilmu
Pendidikan Islam 1995. Bumi Aksara: Jakarta.
Teknik untuk menyederhanakan bahan yang akan disajikan tersebut menurut Bruner adalah
dengan cara enactive, iconic, dan symbolic. Penyajian enactive adalah penyajian suatu bahan

pelajaran dalam bentuk gerak atau dalam bentuk psikomotor. Cara penyajian ini amat sederhana,
kongkret, bahkan dapat di katakan primitif. Penyajian iconic melibatkan penggunaan grafik dalam
penyajian suatu ide, objek atau prinsip. Cara penyajian ini lebih abstrak bila dibandingkan dengan
penyajian enactive. Sedangkan penyajian symbolic adalah dengan menggunakan bahasa dan
penyajian hendaknya mengikuti perkembangan jiwa anak.19

Dengan demikian, guru dapat memilih cara penyajian mana yang akan diterapkan dalam
menyampaikan materi pelajarannya terhadap siswanya, dengan memperlihatkan tingkah
perkembangan jiwa anak tersebut. Bruner percaya bahwa semua hal dapat diajarkan pada semua
tingkat usia. Bruner berpendapat bahwa guru perlu sekali menganalisis benar-benar bahan
pelajaran yang harus dipelajari siswa, menentukan tingkat kesukaran, dan menentukan cara
penyajiannya yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan kewajiban anak yang akan
mempelajarinya. Untuk keperluan ini, guru perlu benar-benar memperhatikan predisposisi siswa
dalam belajar dan pengalaman-pengalaman belajar yang pernah dipelajari atau dialaminya, serta
struktur pengetahuan yang harus ia ajarkan kepada siswa-siswanya.20

Mengingat mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral. Maka
berhasilnya pendidikan siswa secara formal terletak pada tanggung jawab guru dalam
melaksanakan tugas mengajar. Mengajar merupakan suatu perbuatan atau pekerjaan yang bersifat
unik, tetapi sederhana. Dikatakan unik karena berkenaan dengan manusia yang belajar, yakni siswa
dan guru yang mengajar serta bertalian erat dengan manusia di dalam Masyarakat.

c. Proses Belajar dan Mengajar

8
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Hadlari Nawawi. Pendidikan Islam. Usaha Nasional : Surabaya.

1987.Ibrahim, R dan Syaodih, Nana S. Perencanaan Pengajaran Rineka Cipta: Jakarta. 2003.Jakiyah Darajat, Prof DR. Ilmu
Pendidikan Islam 1995. Bumi Aksara: Jakarta.
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa Latin ”Processus” yang berarti ”berjalan ke depan”.
Menurut Chaplin (1972), proses adalah any change in any object or organism, particulary a

behavioral or phsychological change. (proses adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah
laku atau kewajiban).21

Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif afektif, dan psikomotor
yang terjadi dalam siswa. Jadi pengertian proses belajar dan mengajar ialah sebuah kegiatan yang
integral antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar dalam
proses mengajar.22

a. Fase-fase Dalam Proses Belajar

Menurut Jorome S.Bruner dalam proses belajar, siswa menempuh tiga fase, yaitu sebagai berikut:

ü Informasi (tahap penerimaan materi)

ü Fase-fase Transformasi (tahap pengubahan materi)

ü Fase Evaluasi (tahap penilaian materi)

b. Proses Belajar Mengajar Ditinjau Dari Sudut Siswa23

1. Macam-macam keterampilan intelektual, Gagne membedakan macam-macam belajar, dari


keterampilan intelektual yang terkandung didalamnya. Ada delapan tipe yaitu:

· Belajar tanda-tanda, merupakan kegiatan belajar yang paling sederhana sebab hanya
melibatkan penggunaan ketrampilan akan tanda-tanda.

9
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Hadlari Nawawi. Pendidikan Islam. Usaha Nasional : Surabaya.

1987.Ibrahim, R dan Syaodih, Nana S. Perencanaan Pengajaran Rineka Cipta: Jakarta. 2003.Jakiyah Darajat, Prof DR. Ilmu
Pendidikan Islam 1995. Bumi Aksara: Jakarta.
· Belajar simulasi respons, adalah kegiatan belajar yang membentuk menjalin hubungan antara
suatu rangsangan dengan respons atau jawaban.24

· Rangkaian kegiatan, misal belajar yang didalamnya terdapat rankaian kegiatan

· Belajar hubungan verbal, dimulai dengan mengenal hubungan antara sebuah benda dengan
namanya dst

· Belajar membedakan.

· Belajar konsep

· Belajar aturan atau hukum-hukum

· Belajar memecahkan masalah.

2. Belajar menerima, menghafal, diskaveri, dan bermakna

Ausuble dan Robinson (1969) mengemukakan adanya empat macam bentuk belajar yaitu:

Belajar menerima dan belajar diskaveri. Belajar menerima adalah suatu bentuk belajar dengan
peranan siswa lebih pasif, karena mereka lebih banyak menerima yang disampaikan oleh guru.
Belajar diskaveri disebut juga belajar inkuiri yaitu kegiatan belajar dimana siswa lebih aktif karena
ada sejumlah proses mental yang dilakukan siswa.25

Belajar menghafal dan belajar bermakna belajar menghafal yaitu belajar dengan cara menghafal,
akan tetapi jika hanya dengan menghafal maka siswa hanya akan mengerti secara verbal oleh
karena itu siswa harus belajar bermakna yakni siswa belajar dengan memahami agar apa yang ia
hafal akan lebih dimengerti

10
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Hadlari Nawawi. Pendidikan Islam. Usaha Nasional : Surabaya.
1987.Ibrahim, R dan Syaodih, Nana S. Perencanaan Pengajaran Rineka Cipta: Jakarta. 2003.Jakiyah Darajat, Prof DR. Ilmu
Pendidikan Islam 1995. Bumi Aksara: Jakarta.
Belajar di sekolah dan di luar sekolah kegiatan belajar di sekolah yakni belajar dibawah bimbingan
dan pengawasan guru langsung. Sedangkan belajar di luar sekolah yaitu belajar dari lingkungan
sosial siswa26

Belajar secara klasikal, kelompok dan individual kegiatan belajar klasikal yaitu dengan cara
menerima dan menghafal. Belajar kelompok yaitu belajar secara bersama-sama. Belajar individual
yaitu belajar dengan cara pemberian tugas secara individu.

Belajar teori dan praktek

c. Proses Belajar Mengajar Ditinjau Dari Sudut Guru

Mengajar secara ekspositori yaitu dengan metode ceramah dan demokrasi.

Mengajar dengan mengaktifkan siswa yaitu dengan cara tanya jawab, diskusi, pengamatan dan
percobaan, mengajar kelompok, latihan, pemecahan masalah, dan metode pemberian tugas.

11
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Hadlari Nawawi. Pendidikan Islam. Usaha Nasional : Surabaya.

1987.Ibrahim, R dan Syaodih, Nana S. Perencanaan Pengajaran Rineka Cipta: Jakarta. 2003.Jakiyah Darajat, Prof DR. Ilmu
Pendidikan Islam 1995. Bumi Aksara: Jakarta.
BAB III

KESIMPULAN

Dari penjelasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pengajaran dengan
sistem merupakan dua hal yang tidak terpisahkan karena dalam proses belajar dan mengajar harus
menggunakan system agar mempunyai tujugan yang jelas. Belajar dan mengajar selalu berkaitan
karena seseorang yang belajar pasti ada yang mengajar sehingga terjadi interaksi antara keduanya
yang disebut proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar ada dua sudut pandang yakni dari
siswa dan dari guru. Karena siswa sebagai pelaku belajar dan guru sebagai pelaku mengajar.27

Jadi proses belajar mengajar merupakan kegiatan belajar dan mengajar yang mempunyai
system yang jelas sehingga proses tersebut dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

12
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Hadlari Nawawi. Pendidikan Islam. Usaha Nasional : Surabaya.

1987.Ibrahim, R dan Syaodih, Nana S. Perencanaan Pengajaran Rineka Cipta: Jakarta. 2003.Jakiyah Darajat, Prof DR. Ilmu
Pendidikan Islam 1995. Bumi Aksara: Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. 28

Hadlari Nawawi. Pendidikan Islam. Usaha Nasional : Surabaya. 1987. 14

Ibrahim, R dan Syaodih, Nana S. Perencanaan Pengajaran Rineka Cipta: Jakarta. 2003.

Jakiyah Darajat, Prof DR. Ilmu Pendidikan Islam 1995. Bumi Aksara: Jakarta. 14

13 Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Hadlari Nawawi. Pendidikan Islam. Usaha Nasional : Surabaya.

1987.Ibrahim, R dan Syaodih, Nana S. Perencanaan Pengajaran Rineka Cipta: Jakarta. 2003.Jakiyah Darajat, Prof DR. Ilmu
Pendidikan Islam 1995. Bumi Aksara: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai