Anda di halaman 1dari 16

BAB ll

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Orang Tua

1. Pengertian Orang tua

Orang tua yaitu komponen keluarga yang terdiri atas ayah dan ibu, serta

merupakan hasil dari suatu ikatan penikahan yang sah yang dapat membentuk

suatu keluarga. Orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik, mengasuh serta

membimbing anak-anaknya untuk dapat mencapai tahapan tertentu sehingga

mengantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. 1 Pengertian

orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena orang tua

merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh

keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.

Menurut Arifin keluarga yaitu suatu kelompok yang terdiri atas dua

orang atau lebih yang dihubungkan dengan pertalian darah, pernikahan atau

adopsi (hukum) yang mempunyai tempat tinggal bersama. Selanjutnya, Abu

Ahmadi mengemukakan mengenai fungsi keluarga yaitu sebagai suatu

pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan di dalam atau diluar keluarga.2

Sedangkan pengertian orang tua menurut beberapa ahli yaitu sebagai

berikut:

1
Hendi dan Rahmadani Wahyu Suhendi, Pengantar Studi Sosiolog Keluarga, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2000), 41.
2
Ibid, 4.

8
9

a. Rosyi Datus Saadah, mengemukakan yaitu orang tua sebagai salah satu

institusi masyarakat terkecil yang terdiri atas ayah, ibu yang di dalamnya

terjalin hubungan interaksi yang sangat erat.

b. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, orang tua yaitu ibu dan ayah

yang mengayomi dan melindungi anak-anaknya dan seisi rumah.

c. Suparyanto, mengartikan orang tua sebagai dua orang individu yang

bergabung karena hubungan dbarah, perkawinan, dan adopsi dalam satu

rumah tangga, yang berinteraksi dengan lainnya dalam peran

menciptakan serta mempertahankan budaya.3

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan orang tua adalah ibu dan ayah yang memiliki tugas yaitu

memberikan kasih sayang, mengawasi, memelihara, melindungi dan

membimbing anak-anak mereka.

2. Fungsi Orang Tua

Keluarga mempunyai tujuan serta fungsi utama dan suci sepanjang masa.

Tujuan dan fungsi keluarga diantaranya sebagai berikut:

a. Pemeliharaan serta kesinambungan suku bangsa. Artinya dengan adanya

keluarga, maka keberlangsungan suatu bangsa akan terus ada karena

tergantikan oleh generasi penerus setelahnya.

b. Perlindungan moral. Artinya keluarga menjadi benteng tempat

terpeliharanya moral.

3
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter ( Yogyakarta, Ar Ruz Media : 2013), 43
10

c. Stabilitas psiko-emosional (cinta dan kebijakan). Artinya keluarga menjadi

tempat tercapainya rasa cinta dan kebahagiaan.

d. Sosialisasi serta orientasi nilai. Artinya di dalam keluarga menjadi tempat

terjadinya interaksi antar individu di tingkat terkecil dalam masyarakat

yang berorientasi pada nilai.

e. Keterjaminan sosial dan ekonomi. Artinya keluarga berfungsi sebagai

tempat jaminan dalam bersosial dan ekonomi

f. Memperluas ikatan keluarga serta membentuk kesatuan sosial dalam

bermasyarakat.

g. Dorongan untuk berusaha dan berkorban.4 Artinya setiap individu dalam

keluarga didorong untuk memiliki rasa berkorban dengan yang lain.

Keluarga tidak dapat terbentuk tanpa adanya orang tua. Zakiah Daradjat

dkk menjelaskan bahwa fungsi orang tua yaitu sebagai berikut:

a. Orang tua berfungsi sebagai pendidik yang bertugas untuk memberikan

pengetahuan, sikap dan ketrampilan kepada anggota keluarga yang lain di

dalam kehidupannya.

Perintah untuk mendidik anak adalah bentuk realisasi iman. Perintah

ini diberikan secara umum kepada kepala rumah tangga tanpa

memperhatikan latar belakang pendidikan dan kelas sosial. Setiap ayah

wajib memberikan pendidikan kepada anaknya tentang agamanya dan

4
Muhammad Thalib, Ensiklopedi Keluarga Sakinah XIII, (Praktik Rasulullah Mendidik Anak),
(Yogyakarta: Pro-U Media, 2008), 6.
11

memberi keterampilan untuk bisa mandiri dalam menjalani hidupnya kelak.

Jadi, berilah pendidikan yang bias mengantarkan si anak hidup bahagia di

dunia dan bahagia di akhirat. 5

Berkaitan dengan hal ini Allah SWT berfirman dalam QS At Tahrim

ayat 6:

‫دَا ٌد‬C‫ ةٌ ِغاَل ظٌ ِش‬C‫يَااَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا قُوْ ا اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَ ْهلِ ْي ُك ْم نَارًا َوقُوْ ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َماَل ئِ َك‬

َ‫اَل يَ ْعصُوْ نَ هٰللا ِ َما اَ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُوْ نَ َما ي ُْؤ َمرُوْ ن‬

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan

batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak

mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan kepada mereka

dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.(Q.S. at Tahrim: 6).

b. Orang tua sebagai pemimpin keluarga yang bertugas untuk mengatur

kehidupan anggota.

c. Orang tua sebagai contoh yang menjadi tipe ideal di dalam kehidupan

dunia.

Secara konseptual, Islam menganjurkan agar orang tua ( ayah dan

ibu) dalam kehidupan keluarga bersama anak-anaknya, dapat menjadi

teladan atau kesalehan yang akan dikuti anak-anaknya. Kesalehan orang

tua akan berdampak pada perkembangan kepribadian anak-anaknya, yang

5
Alfiah, Hadis Tarbawi (Pendidikan Islam Dalam Tinjauan Hadist Nabi), (Pekanbaru: Kreasi
Edukasi, 2015), 61
12

nantinya akan berdampak baik pula terhadap kehidupan anak ditengah

masyarakat kerena keluhuran orang tuanya. 6

d. orang tua sebagai Penanggung jawab di dalam kehidupan baik fisik,

materiel serta mental spiritual semua anggota keluarga.

Secara umum dapat dimengerti bahwasannya orang tua berpengaruh

terhadap perkembangan perilaku serta kepribadian anaknya disebabkan oleh

perilaku, sikap serta kepribadian orangtua.7 Sehingga fungsi orang tua sangat

mendominasi pada diri anak dalam kepribadiannya.

3. Hak Dan Kewajiban Orang Tua

Dalam upaya mewujudkan generasi penerus yang tangguh dan

berkualitas, diperlukan suatu usaha yang konsisten dan berkesinambungan dari

orang tua di dalam melaksanakan tugas memelihara, mengasuh serta mendidik

anak-anak mereka baik lahir maupun batin sampai anak tersebut dewasa dan

atau mampu berdiri sendiri, dimana tugas ini merupakan kewajiban orang tua.

Begitu pula halnya terhadap pasangan suami istri yang berakhir perceraian,

ayah dan ibu tetap berkewajiban untuk memelihara, mengasuh dan mendidik

anak-anaknya.8

Secara sederhana kewajiban orang tua kepada anak, Diantaranya adalah

orang tua wajib memenuhi hak-hak (kebutuhan) anaknya, seperti hak untuk

6
Abd. syahid dan kamaruddin, “peran orang tua dalam pendidikan islam pada anak”, dalam Al-
Liqo: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. V, No. 1, (Indragiri Hilir: STAI Auliaurrasyidin), 168.
7
Lubis Salam, Keluarga Sakinah, (Surabaya : Terbit Terang, t.th), 80.
8
Mahmud Gunawan dkk, Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga, (Jakarta: Akademia
Permata , 2013), 132.
13

melatih anak menguasai cara-cara mengurus diri, seperti cara makan, buang air,

berbicara, berjalan berdoa, sungguh sungguh membekas dalam diri anak karena

berkaitan erat dengan perkembangan dirinya sebagai pribadi. Sikap orang tua

sangat memengaruhi perkembangan anak. Sikap menerima atau menolak, sikap

kasih sayang atau acuh tak acuh, sikap sabar atau tergesa-gesa, sikap

melindungi atau membiarkan secara langsung memengaruhi reaksi emosional

anak.9

Melalui pengasuhan, perawatan serta pengawasan secara kontinu, diri

serta kepribadian anak terbentuk. Melalui naluri bukan dengan teori, orang tua

mendidikk dan membina anak-anaknya. Kewajiban orang tua terhadap anaknya

dalam hal pengasuhan, pemeliharaan dan pendidikan anak, ajaran Islam

menggariskannya sebagai berikut10:

a. Memelihara dan membesarkannya, tanggung jawab ini merupakan

dorongan alami untuk dilaksanakan karena si anak memerlukan

makan, minum dan perawatan agar ia hidup secara berkelanjutan.11

b. Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan akidah

Orang tua berperan mendidik anak-anaknya agar berjiwa suci

dan bersih, memiliki kasih sayang dan mengajarkan kepada anak-

anaknya seperti apa yang diajarkan Luqman kepada anaknya, yaitu:

mendidik anak jangan sirik, memperkenalkan kepada anak sifat-sifat

9
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), 88
10
Ibid, 137-138
11
Zakiah Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 38
14

Allah dan nama-nama-Nya12. Hal ini dijelaskan dalam Surat Luqman

ayat 13:

‫َظ ۡي ٌم‬ َ ‫ى اَل تُ ۡش ِر ۡك بِاهّٰلل ِ‌ؕاِ َّن ال ِّش ۡر‬


ِ ‫ك لَـظُ ۡل ٌم ع‬ َ َ‫َواِ ۡذ ق‬
َّ َ‫ال لُ ۡقمٰ نُ اِل ۡبنِ ٖه َوهُ َو يَ ِعظُهٗ ٰيبُن‬

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di

waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah

kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan

(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar."13

c. Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan ibadah

Orang tua memiliki kewajiban untuk melatih anak-anaknya

membiasakan diri untuk beribadah kepada Allah SWT sebagai wujud

kesadaran tertinggi dari manusia14. Dalam pendidikan beribadah orang

tua harus mengajarkan rukun Islam kepada anak-anaknya agar anak

mengenal ibadah-ibadah yang wajib dikerjakan yaitu

1) Melatih salat.

Dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu anhu Rasulullah SAW

bersabda:

“Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun!

Dan pukullah mereka ketika berusia sepuluh tahun”.

12
Tata herawati daulay, “kewajiban orang tua terhadap anak (kajian menurut hadis)”, dalam
jurnal kajian gender anak, Vol. 04 No. 2, Desember 2020 (online), jurnal.iain-
padangsidimpuan.ac.id/index.php/JurnalGender, 104, diakses pada 09 juni 2021
13
Al Qur’an 31: 13
14
Tata herawati daulay, “kewajiban orang tua terhadap anak (kajian menurut hadis)”, dalam
jurnal kajian gender anak, Vol. 04 No. 2, Desember 2020 (online), jurnal.iain-
padangsidimpuan.ac.id/index.php/JurnalGender, 104, diakses pada 09 juni 2021
15

Mengajar mendirikan salat kepada anak berarti sekaligus

mengajar segala sesuatu yang berhubungan dengan salat tersebut.

diantaranya mengenai taharah, waktu salat, bacaan, rukun dan

syarat salat, membaca kalimat-kalimat Alquran serta mengenai

pelaksanaan salat maupun berjamaah.15

2) Ibadah puasa

Puasa merupakan ibadah ritual yang memiliki makna yang

dalam. Ia merupakan wahana latihan yang mengendalikan nafsu

dan menahan keinginan-keinginan untuk melakukan perbuatan yang

dilarang Allah. Ibadah puasa berfungsi pula sebagai wahana

memupuk dan melatih rasa kepedulian dan perhatian terhadap

sesama.16

3) Ibadah zakat

Menurut Munzier, zakat merupakan ibadah yang

berimplikasi pendidikan dengan tujuan bertakwa kepada Allah.

Sarananya memang bersifat material ekonomis tetapi dampak

edukatifnya terhadap masyarakat Islam sangat besar yaitu

tertanamnya rasa kebersamaan sebagai manusia serta kepedulian

sosial dalam suka dan duka.

15
Ibid, 105
16
Ibid.
16

Nilai edukatif yang terkandung dalam ibadah zakat yang

seharusnya menjadi milik semua manusia. Anak adalah termasuk

golongan manusia yang masih membutuhkan pertolongan dari

orang dewasa, maka yang menjadi motor pertama dalam

memberikan edukatif itu adalah orang tua. Jika anak tidak diajarkan

bagaimana tatanan hidup sosial yang baik maka kelak ketika anak

dewasa hidupnya akan jauh dari sifat kasih sayang karena tidak

terbiasa untuk bermurah hati kepada orang lain.17

4) Membaca Alquran

Nabi SAW bersabda:

ِ ْ‫ر‬CCُ‫ ِه َوتِالَ َوة ْالق‬CCِ‫ حُبُّ نَبِيِّ ُك ْم َوحُبُّ آ ِل بَ ْيت‬: ‫ا ٍل‬CC‫ص‬


‫ا ِ َّن‬CCَ‫ ف‬,‫آن‬ ِ َ‫وْ ا اَوْ الَ َد ُكم َعلَى ثَال‬CCُ‫اَ ِّدب‬
َ ‫ث ِخ‬

ِ ْ‫َح َمالَةَ ْالقُر‬


‫آن فِى ِظ ِّل هَّللا يَوْ َم الَ ِظ َّل اِالَّ ِظ َّل ِظلُّهُ َم َع اَ ْنبِيَائِ ِه َواَصْ فِيَائِه‬

“Didiklah anak-anakmu atas tiga hal; mencintai nabimu,

mencintai ahli baitnya dan membaca al-Qur‟an, karena orang

mengamalkan al-Qur‟an nanti akan mendapatkan naungan Allah

pada hari ketika tiada naungan kecuali dari-Nya bersama para

nabi dan orang-orang yang suci”18

d. Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan akhlak

Nabi SAW. Bersabda:

‫اَ ْك ِر ُموا اَوْ الَ َد ُك ْم َواَحْ ِسنُوا آ َدبَ ُك ْم‬.

17
Ibid, 106.
18
Ibid.
17

“Muliakanlah anak-anak kamu semua dan hendaklah kamu

membagusi budi pekerti mereka”

e. Tanggung jawab pemeliharaan kesehatan anak

Tanggung jawab mengenai pemeliharaan kesehatan ini meliputi,

melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah

maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya

lingkungan yang dapat membahayakan dirinya.19

f. Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan intelektual

Tanggung jawab dalam hal ini antara lain : Mendidiknya dengan

berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi

kehidupannya kelak sehingga bila ia telah dewasa mampu , berdiri

sendiri dan membantu orang lain.20

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa tanggung

jawab orang tua terhadap anak meliputi berbagai hal diantaranya membentuk

pribadi seorang anak, bukan hanya dalam tataan fisik saja (materi), juga

pada mental (rohani), moral, keberagamaan dalam kehidupan sehari-hari.

Adanya kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak

secara kontinu perlu dikembangkan kepada setiap orang tua sehingga

pendidikan yang dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiassaan yang dilihat

dari orang tua, tetapi telah disadari oleh teori-teori pendidikan modern,

19
Zakiah Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 38
20
Ibid.
18

sesuai dengan perkembangan zaman yang cenderung selalu berubah.

Tugas utama keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak

dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat tabiat

anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota

keluarga yang lain.21

B. Kajian Tentang Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Menurut bahasa akhlak yang merupakan bentuk jamak dari khuluq yang

mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti

kejadian, serta erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta, dan

makhluq yang berarti “sesuatu yang diciptakan”.22 Secara terminologi akhlak

merupakan sebuah sistem yang lengkap terdiri dari karakteristik-karakteristik

akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Dari

beberapa pengertian di atas jelas bahwa perkataan akhlak itu timbul sebagai

media yang memungkinkan adanya hubungan yang baik antara manusia

dengan sesamanya maupun dengan makhluk lainnya.

Pengertian akhlak menurut para ahli diantaranya yaitu:

a. Definisi akhlak yang digagas oleh Hamid Yunus akhlak adalah sifat- sifat

manusia yang terdidik. Jadi definisi akhlak merupakan sesuatu sistem yang

21
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 89
22
Wahid Ahmadi, Risalah Akhlak Pada Perilaku Muslim Modern,( Solo: Era Intermedia 2004),
h. 1
19

melekat pada individu yang menjadikan seseorang menjadi manusia

istimewa dari individu lainya, lalu menjadi sifat pada diri seseorang

tersebut.

b. Perspektif ibnu Maskawi akhlak merupakan suatu hal atau situasi kejiwaan

yang mendorong seseorang melakukan sutau perbuatan dengan senang,

tanpa berfikir dan perencanaan.

c. Menurut Ibrahim Anis akhlak merupakan sifat yang terpatri dalam jiwa,

yang denganya lahirlah macammacam perbuatan, baik atau buruknya

perbuatan tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.23

d. Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin akhlak adalah “Kebiasaan Kehendak”.

Hal ini dapat diartikan bahwa suatu kehendak bila telah melalui proses

pembiasaan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Adat

(kebiasaan) adalah perbuatan yang diulang-ulang. Ada beberapa syarat

agar sesuatu dapat dikatakan sebagai kebiasaan, yaitu: pertama, Adanya

kecenderungan hati padanya; kedua, Adanya pengulangan yang cukup

banyak. sehingga mudah mengerjakannya tanpa perlu pemikiran kembali.

Sedangkan yang dimaksud iradah yaitu kemenangan dari keinginan

setelah melalui kebimbangan.24

Seluruh pengertian akhlak di atas tampak tidak bertentangan, akan

tetapi mempunyai kemiripan antara satu dengan lainnya, bahkan secara isinya

23
Nasharuddin, Akhlak (ciri manusia paripurna), ( Jakarta : Rajawali Pers, 2015), h. 207
24
Hamzah Ya’qub, Etika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah (Suatu Pengantar), (Bandung:
CV. Diponegoro, 1988,) hal. 1
20

tampak saling berkaitan. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan yaitu Akhlak

adalah segala sesuatu yang terdapat pada diri seseorang baik ucapan maupun

perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga melekat pada diri

seseorang menjadi suatu kebiasaan serta dilakukan secara sadar tanpa suatu

paksaan maupun pengaruh dari faktor lain.

2. Macam-Macam Akhlak

Imam Al-Ghazali membagi akhlak menjadi dua bagian, diantaranya :

a. Akhlak yang baik (Khuluq al-Hasan)

Menurut Imam al Ghazali dalam menjelaskan pengertian akhlak yang

baik, dia menyimpulkan tentang makna akhlak yang baik dengan, “fa man-

istawat fîhi hâdzihil khishâl wa-„tadalat fa huwa husnul khuluqi muthlaqan.

Sebaliknya, bila kekuatan-kekutan itu tidak seimbang maka itulah makna

akhlak yang buruk. Al-Ghazali juga mengutip perkataan Sayyidin Ali bin Abi

Thalib ra. Yang pernah mengatakan tentang akhlak yang baik “ hakikat dari

akhlak yang baik dan mulia ialah ada pada tiga perkara; yaitu. Menjauhi

larangan Allah S.W.T., mencari yang halal dan berlapang dada kepada sesama

manusia. Beliau juga mengutip ucapan Abu Sa‟id al-Karaz yang

mendefinisikan tentang akhlak yang baik, ia mengatakan; “Hakikat akhlak yang

baik ialah, bila mana tidak ada suatu keinginan pun bagi seorang hamba selain

hanya bergantung kepada Allah SWT.25

b. Akhlak yang Buruk (Khuluq al-Sayyi‟)

25
Syamsul Rizal Mz, “Akhlak Islami Perspektif Ulama Salaf”, dalam Edukasi Islam Vol. 07
No. 1, (Bogor: Institut Ummul Quro Al-Islami), 74
21

Mengenai akhlak yang buruk (Khuluq al-Sayyi‟), menurut Al Ghazali

merupakan kebalikan atau lawan dari perbuatan bila mana kekuatan-kekuatan

yang ada pada manusia tidak seimbang. Jadi, menurut Al-Ghazali jika kekuatan

emosi terlalu berlebihan dalam arti tidak dapat dikendalikan dan cendrung liar,

maka hal itu disebut Tahawwur, semberono, nekat atau berani tanpa ada

perhitungan tanpa pemikiran yang matang Dan jika kekuatan sikap tegas

cendrung kepada menutupi kelemahan atau kekurangan, maka disebut sebagai

penakut dan lemah melaksanakan dari apa yang harusnya dikerjakan. Apabila

kekuatan syahwat cendrung terlalu berlebihan maka akan muncul sifat rakus

(Syarah). Dan, apabila sifat itu cendrung kepada kekurangan tidak stabil, maka

hal itu disebut dengan suatu kejumudan, stagnan, tidak berkembang. Dengan

demikian, menurut Al-Ghazali yang terpuji dan baik adalah berada pada porsi

di tengah-tengah, hal itulah menjadi sebuah keutamaan. 26

3. Pembinaan Akhlak Pada Anak

Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam.

Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW.

yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.

‫ار َم األَ ْخاَل ق‬ ُ ُ ‫اِنَّ َما بَ ِع ْث‬


ِ ‫ت أِل تَ ِّم َم َم َك‬

Artinya:
“Aku diutus di muka bumi untuk menyempurnakan
akhlak”. (H.R. Ahmad)

Perhatian Islam yang demikian terhadap pembinaan akhlak ini dapat

26
Ibid, 75
22

pula dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus

didahulukan daripada Pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan

lahir perbuatan- perbuatan yang baik yang pada tahap selanjutnya akan

mempermudah menghasilkan kebaikan pada seluruh kehidupan manusia pada

seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin.27

Akhlak yang baik sejalan dengan akhlak Nabi Muhammad SAW.,

dilandasi dengan iman yang dimiliki seseorang. Karena iman merupakan kunci

bagi seseorang untuk melahirkan perbuatan di dalam kehidupan, yang diatur

oleh ajaran Islam. Dengan Iman, seseorang berbuat kebajikan, seperti shalat,

puasa, berbuat baik sesama manusia, dan kegiatan lain yang merupakan

interaksi sosial ekologis dan sebagainya. Sebaliknya dengan tidak beriman

seseorang akan berperilaku yang tidak sesuai dengan akhlaqul karimah, sebab

lupa kepada Dzat yang telah menciptakannya. Keadaan demikian menunjukkan

perlu adanya pengembangan iman dengan meningkatkan Akhlak seseorang.28

Islam sangat memberi perhatian yang besar terhadap pembinaan akhlak,

termasuk cara-caranya. Cara yang dapat ditempuh untuk pembinaan akhlak

yaitu dapat dilakukan dengan pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan

berlangsung secara kontinyu. Berkaitan dengan ini Imam Al-Ghazali

mengatakan bahwa kepribadian manusia pada dasarnya dapat menerima segala

usaha pembentukan melalui pembiasaan.29 Pada usia tujuh tahun, anak-anak

27
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 158
28
Maimunah Hasan, Membentuk Akhlak Pribadi Muslim, (Yogyakarta: Pustaka Nabawi, 2002),7
29
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 164
23

dibiasakan mengerjakan shalat, dan perintah itu mulai diintensifkan menjelang

usia sepuluh tahun.30Cara lain yang dapat dilakukan dalam pembinaan akhlak

yaitu melalui keteladanan. Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya

dengan pelajaran, instruksi dan larangan, melainkan dapat juga dengan

pemberian teladan contoh yang nyata.31

30
Maimunah Hasan, Membentuk Akhlak Pribadi Muslim, (Yogyakarta: Pustaka Nabawi, 2002),
15
31
Ibid, 165

Anda mungkin juga menyukai