Anda di halaman 1dari 20

GEOGRAFI EKONOMI DAN PEMBANGUNAN

“MENGINDENTIFIKASI PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH YANG


SESUAI DENGN POTENSI WILAYAH DALAM MENINGKATKAN PEMBAGUNAN
WILAYAH

(ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS)

KABUPATEN BATUBARA”

DOSEN PENGAMPU : DRA. TUMIAR SIDAURUK, M.SI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

 Erwan Syahputra
 Mely Chrisna Yanci Manullang
 Riza Fazira

KELAS A/ SEMESTER 5

PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Mengindentifikasi pusat
pertumbuhan ekonomi wilayah yang sesuai dengn potensi wilayah dalam meningkatkan
pembagunan wilayah (Analisis sektor basis dan non basis)Kabupaten batubara ”dengan tepat
waktu

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen pada mata kuliah Geografi Ekonomi dan Pembangunan dan untukmenambah wawasan
bagi pembaca dan juga penulis tentang sector basis dan non basis dikabupaten batubara

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Tumiar Sidauruk ,M.Si selaku
dosen mata kuliah Geografi Ekonomi dan Pembangunan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dibidang ini. Kami menyadari makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini kami memohon maaf sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.Terima kasih.

Medan, 22 September 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................1
1.3 Manfaat........................................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
2.1 Pusat Pertumbuhan......................................................................................................................2
2.2 Mengindentifikasi Pusat Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Yang Sesuai Dengan Potensi Wilayah
Dalam Meningkatkan Pembangunan Wilayah...................................................................................5
2.2.2 Pusat Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Yang Sesuai Dengan Potensi Wilayah Dalam
Meningkatkan Pembangunan Wilayah (Kabupaten Batu Bara).........................................................8
BAB III................................................................................................................................................14
PENUTUP...........................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................14
3.2 Saran..........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kabupaten Batu Bara adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsi Sumatra
Utara, Indonesia. Batas administrasi Kabupaten Batu Bara adalah sebelah Utara dengan
kabupaten Serdang Bedagai dan Selat Malaka, sebelah Selatan dengan kabupaten Asahan,
sebelah Barat dengan kabupaten Simalungun, dan sebelah Timur dengan kabupaten. Adapun
ibukota kabupaten terletak di Kecamatan Lima Puluh.Terbentuknya kabupaten batubara ini
sebagai kabupaten baru merupakan langkah awal untuk memulai percepatan pembangunan
menuju masyarakat lebih sejahtera. Dalam melakukan pembangunan ekonomi dibutuhkan
berbagai kriteria khusus dalam menentukan sektor-sektor basis atau sektor unggulan.
Terlebih di era globalisasi seperti saat ini, negara berkembang seperti Indonesia yang
mengharuskan setiap wilayah memiliki potensi khusus yang harus dikembangkan agar tidak
jauh tertinggal dengan perkembangan ekonomi di negara-negara maju.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana pusat pertumbuhan ekonomi wilayah kabupaten batubara?
 Apa saja teori pertumbuhan wilayah dan perwilayahan ?

 Bagaimana pusat pertumbuhan ekonomi sesuai potensi wilayah dalam meningkatkan


pembangunan wilayah kabupaten Batubara ?

1.3 Manfaat
 Untuk mengetahui mengeani pusat pertumbuhan ekonomi wilayah kabupaten
batubara
 Untuk mengetahui teori pertumbuhan wilayah dan perwilayahan
 Untuk menambah pemahaman mengenai pusat pertumbuhan ekonomi sesuai potensi
wilayah dalam meningkatkan pembangunan wilayah kabupaten Batubara.

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pusat Pertumbuhan
Pusat pertumbuhan adalah wilayah dengan tingkat pertumbuhan sangat cepat dan
dapat dijadikan pusat pembagunan sehingga memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
wilayah sekitar. Pusat pertumbuhan dapat berupa unit terkecil dari setiap wilayah, khususny
wilayah pemerintahan misalnya dalam tingkat desa. Pusat pertumbuhan merupakan wilayah
(region) beserta ruang (spatial) yng mana didalamnya terdiri dari unsur-unsur fisik dan non
fisik. Seluruh unsur tersebut mampu mendukung kelangsungan hidup penduduk yang ada dan
mampu memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan wilayah sekitar.

Dilansir dari buku Pengembangan Wilayah: Teori dan Aplikasi (2016) karya Ali Kabul
Mahi, dijelaskan bahwa pusat pertumbuhan memiliki dua definisi, yaitu:

 Fungsional

Secara fungsional, pusat pertumbuhan merupakan suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha
atau cabang industri yang sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga
mampu mendorong kehidupan ekonomi, baik ke dalam maupun ke luar.

 Geografis

Secara geografis, pusat pertumbuhan merupakan suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas
dan kemudahan. Sehingga lokasi tersebut menjadi pusat daya tarik yang menyebabkan
berbagai kalangan tertarik untuk membuka usaha. 

Ada beberapa faktor yang bisa memengaruhi perkembangan dalam wilayah pusat
pertumbuhan, antara lain:

 Lokasi, Wilayah strategis memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pertumbuhan.
Terlebih lagi jika kawasan tersebut mempunyai aksesibilitas tinggi dan fasilitas yang
memadai. Sumber daya alam, Kawasan yang mempunyai SDA melimpah dan dikelola

2
dengan baik, tentunya bisa menjadi pusat pertumbuhan dan membawa dampak besar
bagi daerah itu sendiri serta sekitarnya.
 Sumber daya manusia, berperan penting untuk memanfaatkan dan mengelola SDA,
serta melakukan kegiatan usaha lainnya.
 Topografi, Wilayah dataran rendah cenderung lebih mudah berkembang pesat
dibanding dataran tinggi. Salah satu alasannya karena faktor jalan yang mudah
diakses.
 Fasilitas penunjang, suatu wilayah harus mempunyai berbagai fasilitas penunjang,
seperti jalan, listrik, telekomunikasi, transportasi, dan lain sebagainya
 Industri, Biasanya semakin banyak kegiatan industrinya, maka daerah tersebut bisa
menjadi pusat pertumbuhan.
 Sosial budaya masyarakat, Misalnya kehidupan sosial, budaya, adat istiadat, dan
lainnya.
2.1.1 Teori pertumbuhan wilyah dan pewilayahan

Pertumbuhan wilayah berawal dari sebuah pusat pertumbuhan. Wilayah adalah Wilayah
merupakan suatu area yang punya karakteristik atau sifat khas tertentu yang membedakannya
dengan wilayah lainnya. Sedangkan, Perwilayahan (regionalisasi) merupakan proses
penggolongan wilayah berdasarkan ciri-ciri dan kriteria tertentu. Ada beberapa teori yang
membahas tentang pusat pertumbuhan wilayah yaitu teori pusat sentral (central place
theory) dan teori kutub pertumbuhan (growth pole theory).

1. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory)


Teori Tempat Sentral pertama kali dikemukakan oleh Walter Cristaller seorang ahli
geografi berkebangsaan Jerman pada tahun 1933. Menurut Christaller (dalam Jiang, period 6)
terdapat konsep yang disebut jangkauan (range) dan ambang (treshold). Range adalah jarak
yang perlu ditempuh manusia untuk mendapatkan barang kebutuhannya pada suatu waktu
tertentu saja. Treshold adalah jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk kelancaran
dan keseimbangan suplai barang. Dalam teori ini diasumsikan sebagai kota utama yang
menjadi pusat pelayanan barang dan jasa untuk daerah sekitarnya, sehingga kota utama
bertumbuh karena adanya permintaan barang dan jasa.

3
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi barang oleh masyarakat, diantaranya adalah
penduduk (distribusi, kepadatan dan struktur), permintaan dan penawaran serta harga barang
dan kondisi wilayah dan transportasi. Kondisi seperti itulah yang menjadi dasar dalam
penemuan teori ini. Teori Tempat Sentral menjelaskan mengenai tempat sentral yang
bertindak sebagai suatu lokasi yang memberikan pelayanan terhadap berbagai kebutuhan
penduduk dan terletak pada suatu tempat yang terpusat (sentral). Tempat ini memungkinkan
partisipasi manusia dalam jumlah besar baik yang terlibat dalam aktivitas pelayanan maupun
yang menjadi konsumen dari barang-barang dan pelayanan yang dihasilkannya. Menurut
teori ini, tempat sentral merupakan suatu titik simpul dari suatu bentuk heksagonal atau segi
enam. Daerah segi enam ini merupakan wilayah-wilayah yang penduduknya mampu terlayani
oleh tempat yang sentral tersebut. Berikut adalah daerah segi enam cakupan tempat sentral
tersebut:

Keterangan :

a. Titik berwarna merah adalah kota besar.


b. Titik berwarna kuning adalah kota kecil/kabupaten.
c. Titik berwrna biru adalah pasar di kota-kota kecil.

d. Titik berwarna hijau adalah pedesaan.

4
e. Garis adalah batasan-batasan

2. Teori Lokasi
Teori ini dipelopori oleh Alfred Weber seorang ahli ekonomi Jerman ini khusus untuk
kegiatan industri pengolahan. Sehingga sangat terkait dengan pengembangan kawasan
industri. Perusahaan cenderung untuk meminimumkan biaya-biaya dengan cara memilih
lokasi yang strategis dan mendekati pasar. Strategis dalam arti mudah dalam mendapatkan
bahan baku dan mudah dalam distribusi barang atau jasa. Banyak variabel yang
mempengaruhi kualitas atau suitabilitas suatu lokasi misalnya upah tenaga kerja, biaya
energi, ketersediaan pemasok, komunikasi, fasilitas pendidikan dan kualitas pemerintah
daerah dan tanggungjawabnya. Keterbatasan dari teori lokasi pada saat ini adalah bahwa
teknologi dan komunikasi modern telah mengubah signifikansi suatu lokasi tertentu untuk
kegiatan produksi dan distribusi barang. (Lincolin Arsyad, 2004).

3. Teori Model Daya Tarik


Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang paling banyak
digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang mendasarinya adalah bahwa suatu
masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap industrialis melalui pemberian
subsidi dan insentif. (Arsyad, 2004).

5
2.2 Mengindentifikasi Pusat Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Yang Sesuai Dengan
Potensi Wilayah Dalam Meningkatkan Pembangunan Wilayah

2.2.1 Teori basis ekonomi

Teori ekonomi basis menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi
suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar
daerah. Pertumbuhan industriindustri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga
kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan
peluang kerja (Arsyad, 2004).

Perekonomian regional dapat dibagi menjadi dua sektor, yaitu kegiatan-kegiatan basis
dan kegiatan-kegiatan bukan basis. Kegiatan-kegiatan basis adalah kegiatankegiatan yang
mengekspor barang-barang atau jasa-jasa ke tempat di luar batas-batas perekonomian
masyarakat yang bersangkutan atau yang memasarkan barang-barang atau jasa-jasa mereka
kepada orang-orang di luar perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan.
Kegiatankegiatan bukan basis adalah kegiatan-kegiatan yang menyediakan barang-barang
yang dibutuhkan oleh orangorang yang bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian
masyarakat yang bersangkutan. Kegiatankegiatan ini tidak mengekspor barang-barang, jadi
luas lingkup produksi mereka dan daerah pasar mereka yang terutama adalah bersifat lokal
(Glasson, 1990).

Salah satu metode yang dapat diterapkan untuk mengidentifikasikan apakah suatu sektor
atau sub sektor ekonomi tergolong kategori basis atau non basis adalah dengan menggunakan
metode Location Quotient (LQ), yaitu dengan membandingkan antara pangsa relatif
pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat wilayah terhadap pendapatan total wilayah
dengan pangsa relatif pendapatan sektor i pada tingkat nasional terhadap pendapatan total
nasional.

Apabila nilai LQ suatu sektor ekonomi ≥ 1, maka sektor ekonomi tersebut merupakan
sektor basis dalam perekonomian daerah yang bersangkutan, sedangkan bila nilai LQ suatu
sektor atau sub sektor ekonomi < 1, maka sektor atau sub sektor ekonomi tersebut merupakan
sektor non basis dalam perekonomian daerah yang bersangkutan. Menurut Widodo (2006)

6
logika dasar LQ adalah teori basis ekonomi yang intinya adalah karena industri basis
menghasilkan barang-barang dan jasa untuk pasar di daerah maupun di luar daerah yang
bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah
tersebut.

Selanjutnya, adanya arus pendapatan dari luar daerah ini menyebabkan terjadinya
kenaikan konsumsi (consumption, C) dan investasi (investment, I) di daerah tersebut. Hal
terebut selanjutnya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru.
Peningkatan pendapatan tersebut tidak hannya menaikkan permintaan terhadap industri basis,
tetapi juga menaikkan permintaan akan industri non basis (lokal). Kenaikan permintaan
(demand) ini akan mendorong kenaikan investasi pada industri yang bersangkutan dan juga
industri lain. Metode Location Quotient (LQ) merupakan perbandingan antara pangsa relative
pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat wilayah terhadap pendapatan (tenaga kerja)
total wilayah dengan pangsa relatif pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat nasional
terhadap pendapatan (tenaga kerja) nasional. Hal tersebut secara matematis dapat dinyatakan
sebagai berikut:

Dimana:

vi = pendapatan sektor i pada tingkat wilayah

vt = pendapatan total wilayah

Vi = pendapatan sektor i pada tingkat nasional

Vt = pendapatan total nasional

Apabila LQ suatu sektor (industri) ≥ 1, maka sektor tersebut merupakan sektor basis.
Sedangkan bila nilai LQ suatu sektor (industri) < 1, maka sektor tersebut merupakan sektor

7
non-basis. Asumsi model LQ ini adalah penduduk di wilayah yang bersangkutan mempunyai
pola permintaan wilayah yang sama dengan pola permintaan nasional. Asumsi lainnya adalah
bahwa permintaan wilayah akan sesuatu barang akan dipenuhi terlebih dahulu oleh produksi
wilayah, kekurangannya diimpor dari wilayah lain (Budiharsono, 2005).

Menurut Widodo (2006) teknik LQ mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan (industri)
dalam suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah itu
dengan peranan kegiatan atau sektor sejenis dalam perekonomian regional atau nasional.
Teknik LQ dapat dibedakan menjadi dua yaitu LQ statis (static Location Quotient, SLQ) dan
LQ dinamis (Dynamic Location Quotient, DLQ), teknik LQ ini membantu untuk menentukan
kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat suatu sektor. Dalam metode ini kegiatan
ekonomi suatu daerah dibagi menjadi dua golongan yaitu:

a. Kegiatan sektor yang melayani pasar di daerah sendiri maupun di luar daerah.
Sektor ini dinamakan sektor basis
b. Kegiatan sektor yang melayani pasar di daerah sendiri. Sektor ini dinamakan
sektor non basis atau sektor lokal.
Kelemahan dari metode LQ adalah bahwa kriteria ini bersifat statis karena hanya
memberikan gambaran pada satu titik waktu. Artinya bahwa sektor basis (unggulan) tahun ini
belum tentu akan menjadi unggulan pada masa yang akan datang, sebaliknya sektor yang
belum menjadi basis pada saat ini mungkin akan unggul pada masa yang akan datang.

8
Tabel Contoh Analisis Sektor Basis dan Non Basis Peranan PDRB Harga
Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2016─2020 (persen)

Lapangan Usaha/ Industry 2016 2017 2018 2019* 2020

(1 (2 (3) (4) (5) (6)


) )
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
A 19,33 19,32 19,03 18,78 19,51
Pertambangan dan Penggalian/
B 0,13 0,14 0,14 0,14 0,14
C Industri Pengolahany 48,01 47,09 47,16 46,36 45,62
D Pengadaan Listrik dan Gas 0,04 0,05 0,05 0,05 0,05
Pengadaan Air, Pengolahan Sampah,
Limbah
E dan Daur Ulang 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03

F Konstruksi 6,26 7,07 7,20 7,43 7,14


Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor
G 16,39 16,56 16,75 17,48 17,96

Transportasi dan Pergudangan


H 3,76 3,65 3,58 3,53 3,39
Penyediaan Akomodasi dan Makan
I Minum 1,21 1,22 1,21 1,23 1,13
Informasi dan Komunikasi/
J 0,44 0,45 0,45 0,46 0,49
Jasa Keuangan dan Asuransi/
K 0,32 0,32 0,31 0,30 0,29
L Real Estat 1,20 1,27 1,28 1,29 1,32
M,N Jasa Perusahaan 0,10 0,10 0,10 0,11 0,11
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan
O Jaminan Sosial Wajib 1,95 1,93 1,91 1,96 1,96

P Jasa Pendidikan 0,43 0,42 0,42 0,43 0,44


Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial/
Q 0,29 0,29 0,30 0,31 0,32
R,S,T, Jasa lainnya 0,09 0,09 0,09 0,10 0,10
U
PDRB/ GRDP 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

9
2.2.2 Pusat Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Yang Sesuai Dengan Potensi Wilayah
Dalam Meningkatkan Pembangunan Wilayah (Kabupaten Batu Bara)

Kabupaten Batu Bara adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsi Sumatra
Utara, Indonesia. DPR menyetujui Rancangan Undang-Undang pembentukannya tanggal 8
Desember 2006. Kabupaten ini diresmikan pada tanggal 15 Juni 2007, bersamaan dengan
dilantiknya Penjabat Bupati Batu Bara, Drs. H. Sofyan Nasution, S.H.

Kabupaten ini terletak di tepi pantai Selat Malaka, sekitar 175 km selatan ibu kota
Medan. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan dan beribu kota di
Kecamatan Limapuluh. Kabupaten Batu Bara adalah salah satu dari 16 kabupaten dan kota
baru yang dimekarkan pada dalam kurun tahun 2006. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
kabupaten Batubara 2021, penduduk kabupaten ini pada tahun 2020 berjumlah 410.678 jiwa
dengan kepadatan 454 jiwa.

Salah satu pusat pertumbuhan ekonomi wilayah terdapat pada Kecamatan Medang
Deras. Pada kecamatan Medang Deras ini sudah banyak mengalami kemajuan pada sektor
perekonomiannya. Sebagai salah satu contoh PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM),
perusahaan patungan antara perusahaan-perusahaan swasta Jepang dengan pemerintah
Indonesia. Perusahaan peleburan aluminium ini merupakan pabrik peleburan aluminium satu-
satunya di Asia Tenggara.

Adapun potensi yang terdapat di Kabupaten Batu Bara yaitu :

10
A. Wisata

Banyak sekali potensi wisata yang masih belum dikelola dengan baik di Kabupaten baru ini
seperti:

1. Pantai Kuala Sipare


2. Pantai Jono
3. Pantai Perjuangan (Jl. Access Road Inalum, Desa Lalang, Kec. Medang Deras, Kab.
Batubara)
4. Pantai Bunga (Kec. Talawi, Kab. Batubara)
5. Pantai Sejarah (Desa Parupuk, Kec. Lima Puluh)
6. Pulau Pandang dan Pulau Salah (Selat Malaka, Kec. Tanjung Tiram).
Sebuah pulau kecil di Selat Malaka dan banyak menyebutnya Pulau Si Angsa Dua yg
memiliki luas hanya 1 hektar. Ditempuh sekitar 2 jam dari Kuala Batubara.
7. Istana Niat Lima Laras (Desa Lima Laras, Kec. Tanjung Tiram)
8. Danau Laut Tador (Desa Laut Tador, Kec. Sei Suka)
9. Pantai Perjuangan.
Pantai Perjuangan berada di Dusun Mesjid, Desa Lalang, Kecamatan Medang Deras,
Kabupaten Batubara. Dari Medan, jaraknya sekitar 120 km.. Banyak jalan untuk
menuju ke sana. Namun yang paling efektif adalah masuk dari kawasan Kuala
Tanjung, PT Inalum. Kira-kira 15 kilometer, ada tanda arah menuju Pantai
Perjuangan. Jalan menuju pantai tak beraspal, sehingga menyulitkan kendaraan untuk
masuk ke sana. Belum lagi soal sarana pantai yang sangat minim. Pantai yang masih
tampak “garing” karena minimnya anggaran untuk peningkatan sarana dan prasarana.
11
10. Pantai Sejarah.
Pantai Sejarah Perupuk merupakan satu-satunya objek wisata pantai di Kecamatan
Limapuluh Batubara, jaraknya sekitar 17 kilometer dari Limapuluh Kota ibu kota
Kecamatan Limapuluh. Pantai Sejarah memang menjadi tumpuan wisatawan lokal
untuk berekreasi melepaskan lelah di akhir pekan dan hari besar lainnya. Bila di
Pantai Sejarah digelar berbagai pertunjukan seperti keyboard dan kegiatan motocross
dengan karcis masuk terjangkau dipastikan pengunjungnya cukup membludak dan
pihak penyelenggara meraup untung lumayan besar. Di tempat itu juga sering
dimanfaatkan mengadakan berbagai kegiatan seperti acara pelantikan maupun HUT
Parpol, Ormas dan OKP plus hiburan. Pantai Sejarah Perupuk juga terkenal sebagai
tempat pertama kalinya bala tentara Jepang mendarat di Asahan thn 1946. Pantainya
yang landai dengan pasir putih memanjang ratusan meter dijadikan tempat mandi-
mandi mulai dari anak-anak hingga orang dewasa penuh canda dan tawa ria. Di
bagian daratnya seluas beberapa hektar tumbuh pohon-pohon besar, di bawahnya
dijadikan tempat istirahat dengan menggelar tikar. Di pinggiran pantai tumbuh pohon-
pohon bakau, jadi tempat berkembang biak berbagai jenis ikan laut. Banyak
pengunjung yang datang untuk memancing ikan. Di Pantai Sejarah juga dibangun
hechery (proyek pembibitan udang) berikut bangunan sarana pendukungnya.
Bangunan hechery dengan rangka baja beratap dan berdinding kaca merupakan
bangunan antik yang banyak menjadi perhatian pengunjung. Tujuannya untuk
memenuhi permintaan bibit udang untuk para nelayan pemilik tambak, juga
dimaksudkan sebagai pendukung memajukan objek wisata Pantai.
11. Istana Lima Laras.
Istana tersebut merupakan salah satu peninggalan dari kerajaan melayu di daerah
pesisir. Letak istana tersebut sangat strategis untuk dikunjungi karena Kabupaten
Batubara telah membuka jalur pelayaran dari Port Klang Malaysia ke Batubara
langsung melalui pelabuhan Tanjung Tiram di Kabupaten Batubara tidak lagi melalui
pelabuhan Bagan Asahan di Tanjung Balai Asahan. Perjalanan dari Malaysia hanya
menempuh jarak kurang lebih 3,5 jam perjalanan.

12
B. Ekonomi

Kabupaten Batubara merupakan daerah potensial untuk berkembang menjadi daerah


industri. Betapa tidak, daerah Kuala Tanjung, salah satu desa di Kab. Batubara, telah
ditetapkan menjadi Daerah Ekonomi Khusus. Ini merupakan pengembangan wilayah industri
dari KIM (Kawasan Industri Medan). Sebagai pioneer berkembangnya wilayah ini adalah PT
Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), perusahaan patungan antara Perusahaan-
perusahaan swasta Jepang dengan pemerintah Indonesia. Perusahaan peleburan aluminium ini
merupakan pabrik peleburan aluminium satu-satunya di Asia Tenggara.

Selain itu, mengikuti jejak PT INALUM, berdiri juga PT Multimas Nabati Asahan
(MNA) yang memproduksi minyak goreng Sania. Kemudian muncul lagi PT Domba Mas,
yang kini masih tahap konstruksi. Kini menyusul lagi beberapa perusahaan besar, yang
mungkin akan beroperasi dalam waktu dekat ini seperi PLTU, PT Dairi Prima, PT AAA, dan
lain sebagainya. Selain itu, Kab. Batubara kaya akan hasil laut dan pertanian. Banyak
terdapat perkebunan yang terbentang di Kab. Batubara.

a. Pelabuhan Tanjung Tiram

Pesisir Kabupaten Batubara menyimpan banyak potensi ekonomi, salah satunya di


sektor jasa kepelabuhan dengan adanya empat dermaga yang punya fungsi serta vitalitas
masing-masing. Di Kuala Tanjung ada dermaga milik PT Inalum dan PT Multimas Nabati
yang menyokong aktivitas industri besar tersebut, kemudian Tanjung Tiram yang fungsinya
sebagai pelabuhan perikanan sekaligus lalulintas manusia, serta satunya lagi Pelabuhan
Pagurawan juga jadi sarana nelayan mengirim hasil tangkapan. Sebut saja dulu satu nama

13
Tanjung Tiram. Ini merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Batubara, sekaligus kota
di mana dermaga perikanan tersebut berada. Letaknya di sebelah timur laut Limapuluh –
ibukota kabupaten saat ini. Bagi yang sudah tahu Belawan, kota pelabuhan di utara Kota
Medan, mungkin bisa sedikit mendapat gambaran Kota Tanjung Tiram. Kota dengan
kepadatan penduduk tinggi yang tinggal di rumah atau pertokoan berhimpitan, serta banyak
aktivitas dagang ditimpali lalulintas manusia dan barang. Suasana khas kota pelabuhan.

Dermaga Pelabuhan Tanjung Tiram diresmikan pada tahun 2009, satu tahun lebih
awal dari dermaga Pelabuhan Pagurawan. Sejak dibuka, dermaga ini dimanfaatkan untuk
keberangkatan warga yang ingin ke negeri jiran Malaysia via Port Klang. Tanjung Tiram
merupakan pelabuhan yang sibuk. Selain aktivitas kapal angkut manusia – ada kapal-kapal
kecil mengangkut warga yang hendak pulang-pergi ke kampung-kampung di sekitarnya
seperti Bagan Baru, yang jika ditempuh lewat darat relatif lebih jauh – tentu saja aktivitas
kapal nelayan yang hilir mudik pergi atau pulang dari melaut dengan membawa ikan hasil
tangkapan. Banyak warga menumpukan hidup di sekitar pelabuhan, seperti pedagang, tukang
beca atau ojek.

Geliat ekonomi Tanjung Tiram ditopang aktivitas nelayan, yang membuat kawasan
ini menjadi pelabuhan perikanan terpenting di Batubara. Di sekitar pelabuhan tampak
gudang-gudang serta tempat penjemuran ikan. Ada sejumlah pabrik es untuk menopang
kebutuhan nelayan dan para toke ikan.

Wisata kuliner juga menjadi daya tarik Tanjung Tiram, aneka kuliner khususnya
seafood bisa dinikmati di sana. Banyak yang khusus datang membeli ikan, ada pula tempat
pelelangan kerang. Bagi yang ingin mendapatkan ikan dengan harga lebih murah, atau
sekadar menikmati suasana laut, bisa menyewa perahu menuju ke tengah untuk mencegat
nelayan yang baru pulang menangkap ikan. Dengan aktivitas seperti itu, ditunjang pula sektor
perdagangan lain, tak heran jika disebut Tanjung Tiram merupakan salah satu kota dengan
perputaran uang terbesar di Kabupaten Batubara.

14
C. Demografi

Jumlah penduduk Batu Bara keadaan Bulan Juni Tahun 2008 diperkirakan sebesar
380.570 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 421 jiwa per km2. Sebagian besar
penduduk bertempat tinggal di daerah pedesaan yaitu sebesar 77,11 persen dan sisanya 22,89
persen tinggal di daerah perkotaan. Jumlah rumah tangga sebanyak 85.364 rumah tangga dan
setiap rumah tangga rata-rata dihuni oleh sekitar 4,5 jiwa, sedangkan laju pertumbuhan
penduduk dari tahun 2008 sebesar 1,80 persen. Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2008
lebih sedikit dari penduduk perempuannya dengan persentase sebesar 49,90 persen dengan
rasio jenis kelamin sebesar 96,47 yang artinya dari 100 penduduk perempuan terdapat
kirakira 99 penduduk laki-laki. Bila dilihat per kecamatan maka Kecamatan Lima Puluh
merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar dengan tingkat persebaran
penduduk sebesar 22,85 persen sedangkan Kecamatan Sei Balai adalah yang terkecil yaitu
7,63 persen.

Untuk Kecamatan terpadat urutan pertama adalah Kecamatan Medang Deras dengan
kepadatan mencapai 705 jiwa per km2 disusul dan yang terjarang adalah Kecamatan Sei Suka
yaitu 311 jiwa per km2. Dilihat dari kelompok umur, persentase penduduk usia 0-14 tahun
sebesar 36,26 persen, 15-64 tahun sebesar 59,90 persen dan usia 64 tahun ke atas sebesar
3,84 persen yang berarti jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan penduduk
usia non produktif dengan rasio beban ketergantungan sebesar 66,94 artinya setiap 100 orang
penduduk usia produktif menanggung sekitar 67 orang penduduk usia non produktif.
Penduduk Batu Bara yang menganut agama Islam pada tahun 2008 sebesar 85,37 persen,
Katolik sebesar 2,27 persen, Protestan sebesar 11,59 persen, Budha sebesar 0,74 persen dan
Hindu sebesar 0,04 persen. Untuk suku bangsa yang terbanyak adalah Jawa sebesar 39,34
persen kedua suku Melayu sebesar 37,99 persen dan urutan ketiga adalah suku Batak sebesar
18,44 persen sedangkan sisanya adalah suku Minang, Banjar, Aceh dan lainnya.

15
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Kabupaten Batu Bara adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsi Sumatra
Utara, Indonesia. DPR menyetujui Rancangan Undang-Undang pembentukannya tanggal 8
Desember 2006. Kabupaten ini diresmikan pada tanggal 15 Juni 2007, bersamaan dengan
dilantiknya Penjabat Bupati Batu Bara, Drs. H. Sofyan Nasution, S.H.

Kabupaten ini terletak di tepi pantai Selat Malaka, sekitar 175 km selatan ibu kota
Medan. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan dan beribu kota di
Kecamatan Limapuluh. Kabupaten Batu Bara adalah salah satu dari 16 kabupaten dan kota
baru yang dimekarkan pada dalam kurun tahun 2006. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
kabupaten Batubara 2021, penduduk kabupaten ini pada tahun 2020 berjumlah 410.678 jiwa
dengan kepadatan 454 jiwa.

Salah satu pusat pertumbuhan ekonomi wilayah terdapat pada Kecamatan Medang
Deras. Pada kecamatan Medang Deras ini sudah banyak mengalami kemajuan pada sektor
perekonomiannya. Sebagai salah satu contoh PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM),
perusahaan patungan antara perusahaan-perusahaan swasta Jepang dengan pemerintah
Indonesia. Perusahaan peleburan aluminium ini merupakan pabrik peleburan aluminium satu-
satunya di Asia Tenggara.

3.2 Saran
Pembuatan makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan maka dari itu tim
penyusun meminta kritik dan saran dari para pembaca kepada tim penyusun agar tim
penyusun dapat menyempurnakan makalah ini dan sangat berguna bagi pembuatan makalah
di masa mendatang.

16
DAFTAR PUSTAKA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BATU BARA. 2020. Produk Domestik Bruto
Kabupaten Batu Bara Menurut Lapangan Usaha. BPS, Batu Bara

Badan Pusat Statistik Kabupaten Batu Bara. 2020. Pertumbuhan Ekonomi Batu Bara. Batu
Bara

https://www.kompasiana.com/qomariyah181910501023/5dd3e615097f3636973d4da2/analisi
s-lq-analisis-yang-mudah-digunakan-untuk-menentukan-sektor-basis-di-suatu-wilayah

https://media.neliti.com/media/publications/328181-analisis-sektor-basis-dan-sektor-non-bas-
eb4406bf.pdf

https://www.youtube.com/watch?v=HDZbyQLLGMA

Tutupoho, A. (2019). Analisis Sektor Basis dan Sektor Non Basis terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Provinsi Maluku (Studi Kasus Kabupaten Kota). Cita Ekonomika, 13(1), 1-18.

17

Anda mungkin juga menyukai