Anda di halaman 1dari 2

Hadist Sebagai Salah Satu Sumber Ajaran Agama Islam

Al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam hanya memuat prinsip-prinsip tentang ajaran
agama namun tidak membahas sampai detil ajaran agama. Didalam Al-Qur’an terdapat perintah
untuk melaksanakan salat tetapi tidak membahas secara detil bagaimana tata cara salat.
Sehingga Nabi Muhammad memberikan penjelasan bagaimana tata cara salat sebagaimana kita
bisa baca didalam hadist. Demikian pula didalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ misalnya kita
menjumpai waktu-waktu pelaksanaan salat, dirikanlah shalat mulai dari terbitnya matahari
sampai datangnya gelap malam dan dirikanlah shalat fajar. Akan tetapi meskipun disebutkan
waktu didalam Al-Qur’an tidak ada penjelasan yang sifatnya detail kapan dimulainya dan kapan
kita melaksanakan salat. Namun ternyata didalam hadits Rasulullah, Nabi Muhammad
memberikan penjelasan tentang waktu-waktu pelaksanaan salat. Al-Qur’an hanya berbicara
tentang hal-hal yang prinsip dalam beragama dan secara umum Al-Qur’an tidak membicarakan
persoalan-persoalan yang detail atau yang terkait dengan teknis kehidupan.

Hadits adalah ucapan Nabi Muhammad. Sunnah adalah ucapan dan perbuatan
persetujuan dari Nabi Muhammad dari seluruh masalah keagamaan. Sunnah itu adalah potret
kehidupan Nabi Muhammad. Perbuatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad itu kemudian
diwartakan, diberitakan, disampaikan, dari sahabat kepada generasi sesudahnya.

Ucapan-ucapan Nabi Muhammad ternyata tidak dikumpulkan semasa nabi masih hidup,
justru selama Nabi Muhammad masih hidup beliau memerintahkan kepada para sahabat untuk
menulis Al-Qur'an. Namun Ketika Nabi Muhammad meninggal dunia, terjadilah dinamika politik
ditengah umat Islam dan sebagian umat Islam di luar Kota Madinah masih belum bisa menerima
naiknya Abu Bakar sebagai khalifah. Kemudian muncullah fenomena murtadnya atau keluarnya
sebagian muslim di wilayah Yamamah dari ajaran Islam. Hadis-hadis palsu itu memang pada
awalnya muncul sebagai respon atau sebagai reaksi ketidakpuasan sekelompok orang terhadap
situasi politik yang berkembang pada saat itu.

Para ulama prihatin kalau memang ucapan-ucapan nabi ini tidak dikombinasi dan tidak
dihimpun kedalam sebuah catatan yang rapih, dikhawatirkan nanti ilmu agama ini akan hilang.
Para ulama kemudian mengembangkan satu metodologi didalam mengumpulkan ilmu hadits
Nabi. Ilmu Hadist muncul karena ada metodologi dari riset ini lahirlah ilmu Hadis barulah muncul
istilah hadits shohih. Hadist Shohih artinya hadits yang memang bisa dikonfirmasi betul-betul
berasal dari Nabi Muhammad dilihat dari jalur yang tersambung dari satu ulama ke ulama
sebelumnya ke ulama sebelumnya ke ulama sebelumnya sampai tabiin sampai kepada sahabat
lalu sampai kepada nabi. Jadi ada jalur yang bersambung dan tidak terputus ini syarat dari hadits
shohih. Yang kedua dilihat dari kualitas orang yang menyampaikan hadis karena kualitas ingatan
Itu juga berpengaruh kepada kualitas informasi yang disampaikan utuh atau tidak utuh. Yang
ketiga itu adalah kualitas ketakwaan yang disebut dengan adil sesuai antara ucapan dengan
perbuatan.

Hadits Hasan artinya baik mata rantai penyampaian betul bersambung sampai nabi tapi
ada masalah dengan kualitas orang yang menyampaikan. Hadist Daif atau lemah artinya hadist
yang mata rantainya terputus dan tidak bisa dikonfirmasi sampai kepada Nabi Muhammad.
Hadist palsu adalah hadist yang tidak jelas asal-usulnya. Kemudian dilakukan seleksi
verifikasi hadist setelah menyelesaikan pengelompokan hadist tersebut.
Hadits adalah sumber utama ajaran Islam setelah Al-Qur’an, jadi fungsi dari hadits adalah
menjelaskan Al-Qur’an. Maka jika kita membaca hadits tanpa didampingi oleh orang yang
menguasai ilmu hadits, orang yang mempelajarinya kemungkinan besar akan terjerumus
kedalam kesesatan.

Pemahaman terhadap hadits harus dilakukan dalam beberapa cara. Secara literal, secara
verbatim kata perkata, secara kontekstual, secara teleologis. Jadi ketika kita membaca hadits ini
mengusung semangat Rahmat atau tidak. kalau misalnya ditemukan satu faktor bau hadits ini
tidak mendukung semangat Rahmat maka kita coba cari penjelasannya. Jika kita bisa
mempelajari hadist dengan benar, insya Allah kita akan mendapatkan pemahaman yang utuh
bukan pemahaman yang keliru.

Nama : Sayyid Hafidzurrahman Atstsaqofi


NPM : 2106651925
Kelas : Islam-E-Fasilkom

Anda mungkin juga menyukai