Anda di halaman 1dari 9

Identifikasi Parenting Belief Pada Remaja dan Orangtua .....

Missiliana R

Identifikasi Parenting Belief Pada Remaja dan Orangtua


di Kota Bandung : Pendekatan Psikologi Psikologi Indigenous
Missiliana R, Vida Handayani
Magister Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha,
e-mail: missi.liana.r@gmail.com, vidahan@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014, dengan maksud untuk menemukan kebu-
tuhan remaja terhadap gaya pengasuhan orangtua, melalui pemahaman parenting
belief remaja,dan dilakukan pula penelitian terhadap parenting belief orangtua untuk
menemukan belief orangtua tentang gaya pengasuhan yang tepat bagi remaja. Den-
gan mengetahui belief remaja dan orangtua, diharapkan dapat memberikan pengeta-
huan bagi orangtua dan remaja tentang pengasuhan, sehingga dapat meminimalisir
konflik yang sering muncul saat orangtua melakukan pengasuhan terhadap remaja.
Penelitian dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka, terhadap 1029 remaja
dan 607 orangtua. Subjek dapat memberikan jawaban lebih dari tiga respon, sehingga
diperoleh respon sebanyak 3657 dari remaja dan 2285 dari orangtua. Melalui pengo-
lahan data secara open koding dan kategorisasi, diperoleh 5 kategori parenting belief
yang dimiliki remaja dan orangtua. Kategori parenting belief remaja dan orangtua ada-
lah directing (mengarahkan), accepting (menerima), nurturing (memelihara), maturing
(mendewasakan), modeling (memberi contoh).

Kata kunci: parenting belief, open coding, psikologi indigenous

Abstract

This study was conducted in 2014. The aim of this study is to find adolescence need
to parenting styles through understanding beliefs in adolescence about parenting.
This study also conducted research on parents with adolescence to find parents belief
about proper parenting styles for adolescence. By knowing adolescence dan parents
beliefs about parenting, this study is expected to give information for parents and ado-
lescence about parenting that can reduce conflicts that arise when trying to implement
their caregiving and discipline on their adolescence. This research carried out by giv-
ing an open question for 1029 teenagers’ dan 607 parents as participants. Research
participants can provide more than three responses. Total response collected from
research participants is 3657 responses from adolescence and 2285 responses from
parents. Data analysis conducted through open coding and categorization. From data
analysis, obtained 5 parenting beliefs categories for adolescence and parents: direct-
ing, accepting, nurturing, maturing, modeling.

Keywords: parenting beliefs, open coding, indigenous psychology

Pendahuluan angtua (Brooks, 2001; Trommsdorff, 2006).


Remaja memiliki karakteristik perkem-
Konsep pengasuhan orangtua didefin- bangan yang khas. Remaja sebagai anak
isikan sebagai proses yang meliputi pembe- yang sedang mengalami transisi ke masa de-
rian makan, menjaga dan membimbing anak wasa mengalami berbagai perubahan dalam
melewati masa perkembangan. Sejak anak dirinya baik secara biologis, psikologis dan so-
lahir dan seterusnya, orangtua harus me- sial. Perubahan ini tentu akan mempengaruhi
nyediakan kesempatan dan dukungan yang gaya pengasuhan yang akan diterapkan or-
diperlukan anak untuk berkembang menjadi angtua, mengingat kebutuhan remaja akan
pribadi yang mandiri, yang mampu berfungsi sangat berbeda dengan kebutuhan anak-
penuh dalam masyarakatnya (Janssens, et anak. Banyak orangtua yang melaporkan
al. 2014). Hal ini berarti pengasuhan orang- bahwa mengasuh remaja adalah masa tersu-
tua adalah serangkaian yang berkelanjutan lit dalam kehidupan mereka (Smetana, 2006;
dari interaksi antara orangtua dan anak, dan McGue, Elkins, Walden, & Iacono, 2005).
interaksi ini mengubah orangtua dan anak. Konflik yang seringkali terjadi antara
Pengasuhan orangtua akan selalu berubah orangtua dan anak lebih bersifat sehari-hari
bersamaan dengan perkembangan anak dan tidak terlalu penting, karena untuk sesua-
dan kebutuhan anak. Berdasarkan hal ini, tu yang penting dan menyangkut masa depan,
maka karakteristik perkembangan dari anak remaja ternyata masih meminta pengarahan
akan sangat mempengaruhi pengasuhan or- dari orangtua. Hal-hal yang sering menjadi

86
Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 2, Desember 2014

konflik antara remaja dan orangtua biasan- dengan anak, oleh karena itu orangtua dapat
ya terkait dengan area pribadi yang remaja menjadi sumber yang baik untuk mengetahui
anggap sudah mampu untuk menentukan cara pengasuhan mereka. Meskipun terdapat
sendiri, seperti pemilihan aktivitas, busana, kesulitan saat meneliti belief, yaitu pertama,
model rambut, pemilihan teman, pengaturan adanya bias saat orangtua menyampai-
kamar, pengerjaan PR ataupun pengaturan kan pemikirannya, terkait dengan keinginan
keuangan (Smetana, Daddis, Chuang, 2003). tampil baik dan menutupi kekurangan. Ked-
Perubahan remaja yang pesat secara ua, mengasuh merupakan suatu yang bersifat
biologis, kognitif dan sosial membuat remaja otomatis, sehingga seringkali orangtua tidak
memiliki waktu yang lebih banyak diluar ru- menyadari perilakunya. Belief orangtua ten-
mah tanpa pengawasan. Kesadaran orangtua tang pengasuhan dapat saja berbeda dengan
akan hal ini meningkatkan perhatian orangtua perilaku orangtua saat mengasuh.
tentang monitoring, aturan, keterlibatan re- Berdasarkan kelemahan tersebut,
maja dalam perilaku bermasalah, pengaruh maka dalam penelitian ini penggalian parent-
kelompok, dan perilaku seksual dini. Kondisi ing belief tidak hanya dilakukan pada orang-
ini membuat orangtua merasa perlu menegosi- tua tapi juga pada remaja, sehingga dapat
sasikan lagi batasan tentang kebebasan yang diketahui persamaan ataupun perbedaan dari
diijinkan. Di pihak lain, remaja menginginkan gaya pengasuhan yang diterapkan ataupun
untuk memiliki kontrol yang lebih besar dalam diterima oleh anak. Pemahaman akan kedua
hidupnya. Kesenjangan antara keinginan re- sisi penting dilakukan karena pengasuhan dan
maja dan ketidakyakinan orangtua akan kom- relasi orangtua-anak tidak hanya dipengaruhi
petensi remaja, menimbulkan ketidaksepa- oleh tingkah laku, tujuan dan belief orangtua,
haman dalam penentuan siapa yang harus tapi juga dipengaruhi oleh perilaku dan kebu-
mengambil keputusan. (Smetana, 2011) tuhan anak. Anak berperan aktif, termasuk
Ketidakmampuan memahami kebu- persepsi dan pilihan anak terhadap perilaku
tuhan anak akhirnya dapat memicu konflik orangtua yang akan dijadikan model dan ditiru-
orangtua dan anak saat orangtua melaku- nya. Oleh karena itu penting untuk memper-
kan pengasuhan. Konflik muncul saat or- hitungkan belief dan perilaku orangtua-anak
angtua meyakini bahwa baik buruknya anak dalam interaksi timbal balik orangtua-anak
adalah sepenuhnya tanggung jawab orang- (Trommsdorff , 2006; Janssens, et al. 2014),
tua. Orangtua percaya jika mereka mendidik karena belief individu tentang hubungan ber-
dengan ‘benar’, maka anak akan tumbuh peran penting dalam menentukan kualitas
menjadi individu yang ‘sempurna’. Perilaku hubungan dalam keluarga. Melalui penelitian
remaja yang mulai ‘tidak menuruti’ semua ini maka akan didapatkan gambaran ten-
keinginan orangtua dianggap sebagai pem- tang dimensi dan aspek dari parenting belief
bangkangan dan kegagalan dalam mendidik pada orangtua dan remaja di kota Bandung.
anak. Bersamaan dengan hal itu, keinginan
remaja untuk lebih sering bersama teman Pengasuhan
sebaya dan ‘menjauh’ dari orangtua diang-
gap sebagai penolakan dan penghindaran Pengasuhan (parenting) adalah se-
terhadap orangtua (Meichenbaum., Fa- buah proses yang membawa hasil akhir,
biano., Fincham, 2004; Kopko K. 2007). melindungi dan membimbing menuju kehidu-
Banyak orangtua percaya bahwa cara pan baru, menyediakan sumber daya dasar,
terbaik untuk membentuk anak yang ‘baik’ cinta, perhatian, dan nilai-nilai. Meskipun
adalah dengan mempertahankan kontrol hubungan antara setiap orang tua dan anak
pada seluruh aspek kehidupan anak. Oleh ka- adalah unik, secara umum, dapat digambar-
rena itu orangtua menjadi keras dan menuntut kan sebagai serangkaian tindakan dan in-
anak untuk menuruti keinginannya dan ber- teraksi dari orang tua untuk perkembangan
gantung sepenuhnya pada orangtua (Hoop- anaknya. Jay Belsky menjelaskan ada tiga
er, 2008). Sebaliknya, remaja yang sedang pengaruh utama pada proses pengasuhan
berusaha mencapai otonomi, menetapkan 1) Karakteristik anak dan individualitas, 2)
identitas, merasa perlu bereksplorasi lebih Sejarah pribadi orang tua dan sumber daya
banyak dibandingkan masa kanak-kanaknya psikologis, 3) Konteks sosial yang menekan
dulu. Kondisi ini menunjukkan bahwa pen- dan mendukung (Brooks, 2001).
gasuhan orangtua terhadap remaja adalah Anak-anak perlu pengasuhan orang
sesuatu yang bersifat menekan dan men- tua sesuai dengan kebutuhan individu mereka,
imbulkan stres. Relasi orangtua dan remaja jenis kelamin, urutan kelahiran, temperamen,
menjadi penuh ‘badai’ karena perbedaan pola pertumbuhan (Kopko K. 2007). Tempera-
belief tentang bagaimana pengasuhan or- men anak-anak dan individu membentuk kual-
angtua yang ‘benar’ (Smetana, J.G.2004). itas apa yang orangtua lakukan. Keinginan
Rubin & Chung (2006), menyatakan remaja untuk mandiri (sebagai ciri remaja)
bahwa orangtua merasa sangat mengetahui seringkali ditafsirkan sebagai sikap member-
anak, karena hampir setiap hari berinteraksi ontak oleh para orangtua (Smetana, 2006).

87
Identifikasi Parenting Belief Pada Remaja dan Orangtua ..... Missiliana R

Masa “badai dan stress” yang dialami dikonsep dan dipelajari (Dichtelmiller, 1992).
remaja juga akan membuat orangtua men- Belief orangtua tentang cara men-
galami “badai dan stress”, yang akan terli- gasuh anak (parenting belief) bersumber dari
hat dalam konflik anak dan orangtua, dan berbagai informasi yang orangtua terima, baik
seringnya terjadi ketidaksepahaman dalam secara ilmiah maupun tidak ilmiah (Holden,
hubungan mereka. Keluarga yang tidak sehat G.W. 2015). Secara ilmiah banyak peneliti
secara psikologis, sering terpaku pada kontrol yang mencoba menemukan belief tentang
orangtua, yaitu orangtua sebagai pemegang anak dan bagaimana membesarkannya, baik
kendali/power, dan orangtua memaksakan berdasarkan usia maupun budaya. Ide ten-
bersikap otoriter dalam berelasi dengan rema- tang apa yang baik dan buruk bagi perkem-
ja (McGue, Elkins, Walden, & Iacono, 2005; bangan anak terus mendapat perhatian dari
Renk, Liljequist, Simpson, Phares, 2005). berbagai pihak, antara lain filsuf, ahli aga-
Secara umum, parent-adolescent ma, dokter, dan psikolog. Menurut para ahli,
relationships diwarnai dengan harapan- persepsi orangtua tentang karakteristik anak
harapan remaja dan orangtuanya seringkali akan mempengaruhi cara orangtua mengas-
mengganggu saat remaja mengalami peru- uh anak.
bahan dramatis pada masa pubertas. Banyak Ide-ide dari para ahli tersebut akan
diantara para orangtua yang melihat remaja membentuk belief orangtua tentang men-
berubah dari keadaan patuh menjadi pem- gasuh anak, misalnya dokter memberikan
berontak terhadap standar yang diterapkan cara-cara pengasuhan yang baik untuk mem-
orangtua. Oleh karenanya, orangtua kian bentuk anak yang sehat, anak yang memiliki
menekan remaja untuk mematuhi standar rambut dan gigi yang sehat, anak yang sering
mereka, sementara remaja tidak dengan menangis dan mengompol. Filsuf John Locke,
segera conform dengan standar orang de- percaya bahwa anak yang kuat secara mental
wasa. Hal-hal ini dapat memicu konflik, harus dididik dengan keras, misalnya dengan
namun demikian masih banyak pula dite- memandikan bayi dengan air dingin, paka-
mukan relasi orangtua-anak yang erat dan ian dan sepatu tipis saat udara dingin, akan
hanya mengalami sedikit konflik, dan mam- membuat anak tumbuh menjadi individu yang
pu menjalin hubungan yang menyenangkan tangguh dan resilient. Sementara pandangan
(Meichenbaum., Fabiano., Fincham, 2004). ahli agama yang memandang bahwa anak
Penelitian menemukan bahwa orang- memiliki dosa bawaan merasa perlu mendidik
tua dan remaja yang tertekan, memiliki lebih dan mengarahkan anak agar anak tidak mel-
banyak irasional belief tentang relasi yang akukan dosa. Mereka memandang ayah perlu
dipercayai dan memiliki lebih banyak konflik, ikut mengasuh dengan keras, karena ayah
dibandingkan kelompok orangtua dan remaja memiliki sifat bijaksana, otoritas, kekuatan,
yang tidak tertekan (Hamamci, 2007). Studi yang akan mengalahkan kemanjaan yang di-
juga menunjukkan bahwa harapan perkem- berikan ibu. Psikolog dari aliran psikoanalisis
bangan yang tidak realistis dapat mengaki- dan behavioristik pun memberikan cara pen-
batkan ketidaksesuaian antara ibu dan bayi gasuhan yang tepat bagi anak, misalnya Wat-
(Schilmoeller & Baranowski, 1985). Harapan son, percaya bahwa pengkondisian anak ten-
yang terlalu tinggi mungkin menyebabkan tang perilaku yang baik, akan membuat anak
anak frustrasi (Hunt & Paraskevopoulos, tumbuh menjadi individu yang baik (Holden,
1980), sehingga meningkatkan kemungki- G.W. 2015).
nan perilaku hukuman pada orang tua, se- Selain dari ahli-ahli tersebut, parenting
dangkan harapan yang rendah dapat me- belief juga dibentuk berdasarkan kondisi dan
nyebabkan stimulasi bayi yang kurang cukup kekuatan sosial politik yang ada. Misalnya,
(Ninio, 1979, dalam Dichtelmiller, 1992) Orang Mesir, yang menganggap anak seba-
Pengetahuan orangtua tentang pen- gai sesuatu yang menyenangkan, melakukan
gasuhan merupakan aspek kognisi sosial dari pengasuhan anak dengan cara “parented in
orang dewasa yang terdiri dari pemahaman se- child-centered way”. Mereka memberikan cin-
seorang tentang proses perkembangan anak, ta, kasih sayang, memberikan ASI sampai usia
cara pengasuhan dan membesarkan anak, 3 tahun. Saat anak ketakutan tidur di malam
dan perkembangan norma . Banyak istilah tel- hari, mereka menemani sampai anak merasa
ah digunakan untuk menggambarkan kognisi nyaman. Orang Yunani percaya bahwa anak
tentang pengasuhan . Goodnow (1984) lebih adalah manusia yang tidak berdosa, meny-
memilih istilah umum “ide-ide“ untuk meng- enangkan, suka bermain, dan yakin bahwa
gambarkan kognisi tersebut; “referen inter- setiap anak berbeda, sehingga perlu cara
nal” (Hess, Kashigawi, Azuma, Price, & Dick- pengasuhan yang berbeda. Mereka lebih ber-
son, 1980) ; “belief“ (McGillicuddy - DeLisi , orientasi pada mengasuh daripada mendisi-
1980) ; “belief systems“ (Sigel , 1985); “model plinkan (French, 2002, dalam Holden G.W.
perkembangan“ (Sameroff , 1975); dan “teori 2015). Sementara saat ini, dalam situasi so-
naif “ (Ninio,1979). Berbagai label mencermin- sial yang semakin modern, semua informasi
kan keragaman pengetahuan orang tua telah dapat diperoleh dengan mudah, maka parent-

88
Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 2, Desember 2014

ing belief orangtua dapat terbentuk tidak han- anak terkait dengan berbagai peran, termas-
ya dari informasi yang ilmiah, tapi juga dari uk menjaga, menyayangi, mendisiplinkan,
informasi yang sulit dibuktikan keilmiahann- membentuk dan memonitor tingkah laku dan
ya. Informasi ini disebut sebagai lay theories, kesejahteraan anak. Bagaimana orangtua
yaitu teori yang muncul dari orang awam se- melakukan berbagai peran ini dipengaruhi
bagai hasil dari observasi ataupun pengala- oleh belief tentang anak dan bagaimana cara
man pribadi individu, yang belum terbukti ke- mengasuh anak (parenting belief). Parenting
benarannya dan lebih mencerminkan kearifan belief dibentuk melalui berbagai sumber baik
lokal. Pengalaman pribadi bisa diperoleh dari dari para ahli maupun dari pengalaman prib-
pengamatan individu terhadap cara pengasu- adi dan konteks budaya orangtua. Oleh ka-
ha orangtua terhadap dirinya, atau pengasu- rena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk
han anak yang dilakukan oleh orang lain. menemukan parenting belief orangtua-anak
Konsepsi orang tua tentang anak dan dalam konteks khusus di kota Bandung, agar
peran orang tua tampaknya logis untuk me- dapat dipahami belief-belief yang khas pada
wakili struktur kognitif pada orang tua. Dalam remaja dan orangtua di kota Bandung.
penelitian perkembangan kognitif, struktur
kognitif mengacu pada pola pemikiran yang Metode
stabil yang menentukan bagaimana sese-
orang memahami dan mengatur pengala- Teknik sampling yang digunakan ada-
man serta berespon terhadap pengalaman lah purposive sampling, pada 6 SMP dan
tersebut. Kognisi dari orang tua diperkira- SMA, di kota Bandung. Adapun subjek yang
kan meliputi dua dimensi yaitu dimensi per- dipilih adalah remaja berusia 10-22 tahun,
spective-taking yaitu, bagaimana orang tua masih tinggal bersama kedua orangtuanya,
mengambarkan tentang karakteristik anak dan kedua orangtuanya bersedia untuk ikut
dan pengalaman anak dari sudut pandang dalam penelitian. Jumlah subjek yang ber-
anak dan dimensi moral yaitu konsep hak hasil dijaring adalah 1029 remaja dan 607 or-
dan tanggung jawab diri saat berelasi dengan angtua (lihat Tabel 1 dan Tabel 2).
anak (Newberger, 1980).
Melihat dari hasil penelitian yang ada,
maka dapat disimpulkan bahwa mengasuh

Tabel 1. Subjek Penelitian Remaja berdasarkan Usia

Usia Kategori Frekuensi Persentase

10-13 Remaja awal 360 34.9%


14-17 Remaja madya 630 61.2%
18-22 Remaja akhir 39 3.9%

Total 1029 100%

Tabel 2. Subjek Penelitian Remaja berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-Laki 491 47.8%


Perempuan 538 52.2%

Total 1029 100%

Sedangkan orangtua yang menjadi survey melalui penyebaran kuesioner den-


responden dalam penelitian ini memiliki usia gan pertanyaan terbuka. Pertanyaan yang
berkisar antara 30-68 tahun, dengan jumlah diajukan pada remaja adalah: “Apa yang sau-
laki-laki sebanyak 218 orang (35.9%) dan dara harapkan dari orangtua saat mengasuh
perempuan 389 orang (64.1%). saudara? Tuliskan dalam 3-5 kalimat sing-
Penelitian ini menggunakan metode kat. Saya berharap : ”. Pertanyaan untuk

89
Identifikasi Parenting Belief Pada Remaja dan Orangtua ..... Missiliana R

orangtua adalah : “Menurut saudara apa yang dengan tema. Tema dapat berisi dari kata
orangtua lakukan saat melakukan pengasu- yang sama, kata yang berbeda namun me-
han anak remaja? Tuliskan dalam 3-5 kalimat miliki arti yang sama, atau kata yang sama
singkat. Saat mengasuh anak remaja, orang dalam konteks yang berbeda, yang muncul
tua : ”.. Subjek dapat memberikan jawaban dalam setiap respon yang ada. Selanjutnya
lebih dari tiga respon, sehingga diperoleh re- akan dihitung frekuensi kemunculan dari tema
spon sebanyak 3241 dari remaja dan 2285 tersebut. Proses ini akan dilakukan berulang,
dari orangtua. mulai dari pemberian label, kategorisasi kecil
Setelah proses pengambilan data hingga kategorisasi besar. Hasil analisis ter-
dilakukan analisis kategori dengan tehnik hadap respon remaja maupun orangtua, pada
open coding. Proses open coding dilakukan akhirnya diperoleh 5 kategori besar.
dengan cara membaca semua jawaban dan
mengelompokkan jawaban yang sama sesuai Hasil
Tabel 3. Hasil Pengkategorian Parenting Belief Pada Orangtua

No Kategori Besar Kategori Kecil Jumlah Persentase



- Menjadi teman bagi anak
- Berdiskusi/tempat curhat
1 Accepting (menerima) - Mengenal anak 776 34
- Mendukung
- Sabar
2 Directing (mengarahkan) - Menasehati
- Membimbing
- Mengajarkan 738 32
- Disiplin
- Mengawasi
3 Nurturing (memelihara/ - Meluangkan waktu
merawat) - Memperhatikan 218 10
- Sayang
4 Maturing (mendewasakan) - Memberi tanggung jawab
- Memberi kebebasan 210 9
- Tidak otoriter
5 Modeling (memberi contoh) - Menjadi teladan 88 4
Lain-lain Lain-lain 255 11

Total 2285 100

Tabel 4. Hasil Pengkategorian Parenting Belief Pada Remaja

No Kategori Besar Kategori Kecil Jumlah Persentase

- Mengerti/kenal anak
- Menjadi sahabat
1 Accepting (menerima) - Menghargai anak
- Mendukung
- Baik/sabar 1507 41
2 Nurturing (memelihara/ - Meluangkan waktu
merawat) - Perhatian
- Memenuhi keinginan
- Menyayangi 1077 29
3 Maturing (mendewasakan) - Memberi kebebasan
- Tidak otoriter
- Memberi kepercayaan 408 11
4 Directing (mengarahkan) - Menasehati
- Mendidik
- Disiplin 309 8
5 Modeling (memberi contoh) - Menjadi teladan 14 0
Lain-lain Lain-lain 362 10

Total 3657 100

90
Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 2, Desember 2014

Pembahasan terima sering dilabelkan sebagai kehangatan


(warmth), yaitu ekspresi afeksi, cinta, apre-
Berdasarkan hasil kategorisasi besar siasi, kebaikan, dan penghargaan, termasuk
untuk remaja dan orangtua diperoleh masing- dukungan emosional, dorongan, dan pengas-
masing 5 aspek utama parenting belief. Beri- uhan yang tulus. Ekspresi dari kehangatan
kut akan dijelaskan secara terpisah masing- dan keterlibatan tampak jelas saat anak men-
masing belief. Pada parenting belief orangtua, cari kenyamanan, tapi dapat juga terlihat saat
didapatkan 5 aspek utama yaitu : relasi orangtua-remaja sedang terfokus pada
1. Directing (mengarahkan) pengajaran dan pendisiplinan. Kehangatan
Mengarahkan merupakan proses terkait dengan beberapa konsep lain seperti
pengasuhan yang meliputi upaya orang- love, approving, closeness, connection, sup-
tua untuk a) menasehati, yaitu memberi port, positive involvement, supportive control.
saran,mengingatkan tentang baik dan buruk,
baik dalam belajar maupun bergaul; b) mem- 3. Nurturing (memelihara)
bimbing, yaitu membantu anak dalam kesu- Memelihara mencakup a) meluang-
litan, mendampingi, mengayomi yang dilaku- kan waktu yaitu mengatur, menyediakan
kan dengan bijaksana, tidak memaksa dan waktu bagi anak untuk menemani anak baik
menyudutkan anak; c) Mengajarkan, yaitu dalam kegiatan akademis maupun non akad-
memberi arahan pada hal yang positif, men- emis; b) memperhatikan yaitu mengurus dan
gajarkan yang baik, menjadi mentor dengan memenuhi kebutuhan atau keperluan anak
sikap keterbukaan; d) Disiplin yaitu menga- baik fisik maupun psikologis, termasuk mem-
jarkan aturan, ketertiban dan batasan dengan perhatikan kegiatan dan pergaulan anak; c)
ketegasan, melalui pemberian reward dan memberi kasih sayang.
punishment yang konsisten; e) mengawasi Dari hasil pengolahan data terlihat
yaitu memantau perkembangan dan kegiatan bahwa upaya pemeliharaan orangtua pada
anak baik dalam pergaulan di lingkungannya, remaja masih tetap berfokus pada pemenu-
termasuk pergaulan dalam sosial media. han fisik dan psikologis anak. Jika diband-
Dimensi ini serupa dengan dimensi ingkan dengan teori parenting style, maka
parenting style menurut Skinner, Johnson, nurturing lebih mendekati konsep respon-
Snyder (2005), yaitu structure. Structure ada- siveness dari Baumrind. Maccoby dan Martin
lah pemberian harapan yang jelas untuk per- (1983 dalam Leung & Shek, 2014) mengklasi-
ilaku matang yang dikombinasikan dengan fikasikan parenting style dalam dua dimensi
batasan yang konsisten dan tepat. Structure yaitu parental demandingness dan parental
adalah perilaku orangtua yang memberikan responsiveness. Baumrind (1991) menjelas-
informasi mengenai cara/jalan yang harus kan bahwa demandingness mengarah pada
diraih untuk mencapai suatu perilaku yang derajat orangtua mengatur perilaku anaknya,
diinginkan. Orangtua memberikan arahan, mulai dari memberikan batasan dan aturan
harapan dan aturan yang jelas dan konsisten. samapai sangat mengontrol, dan responsive-
Beberapa konstruk lain yang terkait dengan ness merujuk pada derajat penerimaan dan
structure adalah behavioral control, supervi- responsivitas orangtua dengan menemani,
sion, regulation, demandingness. Karakteris- supportif and menerima kebutuhan dan tuntu-
tik ini menjadi ciri dari parenting style authori- tan khusus dari anak.
tative. Responsiveness tampak lebih bersi-
fat psikologis daripada fisik. Sementara pada
2. Accepting (menerima). subjek penelitian ini terlihat aspek fisik masih
Pengasuhan orangtua yang meliputi menjadi perhatian orangtua terhadap remaja.
a) menjadi teman bagi anak; b) berdiskusi/ Hal ini dapat terjadi karena parenting dimen-
tempat curhat, yaitu upaya orangtua meman- sion terutama rasa saying dan kehangatan
tau anak melalui komunikasi dua arah, berd- relatif bersifat konsisten dan stabil selama in-
iskusi, dan mendengarkan keluhan anak den- dividu berkembang dari anak-anak ke remaja
gan penuh empati; c) mengenal anak yaitu (Forehand & Jones, 2002; Loeber et al.,2000;
memahami karakteristik anak, kemauan dan McNally, Eisenberg, & Harris, 1991 dalam
kebutuhannya termasuk mengenal pergaulan Schroeder&Mowen 2014). Oleh karena itu ke-
anak dengan cara mendekati anak; d) men- butuhan remaja masih dianggap serupa oleh
dukung yaitu memberi semangat, motivasi orangtua, sehingga orangtua merasa bahwa
dan dorongan agar anak meraih cita-cita, e) remaja masih perlu pengasuhan secara fisik
Sabar, yaitu melakukan pengarahan dengan termasuk hadir menemani secara fisik dalam
kesabaran, kesungguhan hati dan keuletan. setiap kegiatan anak. Kehadiran orangtua se-
Penerimaan orangtua terhadap anak cara fisik dianggap perlu untuk memberikan
membuat anak merasa terdukung, merasa rasa nyaman dan aman.
dimengerti dan dekat secara emosional den-
gan orangtua. Menurut Rohner (1986 dalam 4. Maturing (mendewasakan)
Skinner, Johnson, Snyder, 2005) perasaan di- Mendewasakan anak mencakup a)

91
Identifikasi Parenting Belief Pada Remaja dan Orangtua ..... Missiliana R

memberi tanggung jawab, yaitu mengajar- toh terlebih dulu perilaku yang diinginkan dari
kan dan mendorong kemandirian melalui anak. Budaya asia ini jelas pula terlihat di
berbagai cara, termasuk memberikan peker- Negara Korea, yaitu ibu lebih menggunakan
jaan rumah tangga; b) memberi kebebasan strategi modeling daripada pengajaran lang-
yaitu tidak memaksakan kehendak, memberi sung dalam melatih dan mensosialisasikan
ruang bagi anak untuk mengekspresikan di- pendidikan anak (Bornstein & Cheah, dalam
rinya serta memberi anak kesempatan untuk Rubin&Chung, 2006)
mengambil keputusan; c) tidak otoriter, yaitu Selanjutnya adalah hasil pengolahan
orangtua bersikap demokratis dan adil, serta data mengenai parenting belief remaja. Ter-
tidak menempatkan diri sebagai orang yang dapat persamaan antara hasil dari orangtua
selalu benar, sehingga selalu menyalahkan dan remaja, yaitu didapatkan pula 5 aspek
anak dan menuntut anak mengikuti seluruh utama yaitu :
kemauannya, bersikap arogan dan tidak ber-
toleransi pada keinginan anak. 1. Accepting (menerima)
Mendewasakan remaja adalah upaya Menerima anak mencakup a) menger-
orangtua untuk memberi kesempatan pada ti dan mengenali anak yaitu mengerti dunia
remaja untuk mengambil tanggung jawab, remaja, mengerti keadaan, kekurangan dan
memberi kepercayaan pada anak, serta mem- perasaan anak, mau menerima anak apa
perlakukan mereka sebagai orang dewasa adanya dan memberikan toleransi pada anak;
yang sudah dapat mengambil keputusan dan b) menjadi sahabat anak yaitu mau menden-
bertanggung jawab atas keputusan yang di- garkan curhat anak, dekat, hangat dan akrab
ambilnya. Menurut Barber (1996 dalam Skin- dengan anak, terbuka dan menghargai pen-
ner, Johnson, Snyder, 2005) upaya ini disebut dapat anak; c) baik dan sabar, yaitu men-
sebagai autonomy support atau autonomy gasuh, menegur dan mendidik dengan penuh
granting, yaitu upaya orangtua mendorong kesabaran, lembut, tidak mudah marah dan
anak untuk bebas memilih, dan mengekpresi- memberikan yang terbaik bagi anak; d) meng-
kan komunikasi dengan penghargaan yang hargai anak, yaitu memperlakukan anak den-
tulus, mendorong anak untuk mencari tahu gan adil, termasuk tidak membedakan atau
secara aktif, bereksplorasi dan berani meny- membanding-bandingkan dengan saudara
ampaikan pandangan, tujuan dan keinginan- yang lain, tidak semena-mena, tidak selalu
nya. Pada dimensi ini tidak ada psychological menyalahkan, dan mau meminta maaf pada
control atau hukuman. Anak diharapkan da- anak. e) mendukung yaitu memotivasi, men-
pat menyampaikan pandangan dan opininya dorong anak untuk mencapai cita-cita dan
dan sekaligus penekanan pada kemampuan melakukan hobinya.
perencanaan dan pemecahan masalah.
2. Nurturing (memelihara)
5. Modeling (memberi contoh) Memelihara mencakup a) meluang-
Memberi contoh, yaitu memberikan kan waktu yaitu menyediakan waktu bagi
teladan dengan memberi panutan dalam ber- anak dengan menemani anak baik dalam
perilaku positif maupun dalam karakter. Pada kegiatan akademis dan non akademis; b)
orangtua ditemukan bahwa mereka menya- perhatian yaitu ortangtua menolong, peduli,
dari jika ingin mendidik anak dengan baik, peka dan mengutamakan anak; c) memenuhi
maka mereka harus berubah terlebih dulu se- keinginan yaitu orangtua tidak pelit dan me-
belum menuntut perubahan. Orangtua meny- menuhi kebutuhan dan keinginan anak baik
adari bahwa mereka menjadi role model bagi fisik maupun psikologis; d) menyayangi yaitu
anak, terutama dalam berperilaku positif. melindungi, mengasuh, merawat anak den-
Meskipun secara umum teori parent- gan tulus, sesuai dengan kebutuhan anak.
ing di Negara barat dipisahkan dari teori mod-
eling, namun cara pengasuhan anak ternyata 3. Maturing (mendewasakan)
sangat dipengaruhi budaya. Budaya turut Mendewasakan adalah upaya un-
membentuk anak melalui pembentukan pa- tuk a) memberi kebebasan yaitu orangtua
rental belief tentang cara pengasuhan anak tidak bersikap overprotective, memperlaku-
dan atribusi terhadap kemampuan anak, yang kan anak secara dewasa, membiarkan anak
selanjutnya akan mempengaruhi perilaku or- membuat pilihan dan keputusan, tidak banyak
angtua. Parental belief, yaitu ide, pengeta- bertanya dan terlalu mencampuri urusan prib-
huan, nilai, tujuan dan sikap yang dipegang adi; b) tidak otoriter yaitu orangtua bersikap
orangtua yang terkait dengan parenting be- demokratis, tidak menekan, tidak terlalu ban-
havior. Pengaruh budaya asia terhadap cara yak menuntut, tidak memaksakan kehendak
pengasuhan terlihat saat orangtua memiliki baik dalam segi akademis maupun pergaulan;
belief bahwa modeling merupakan salah satu c) memberi kepercayaan yaitu lebih memper-
cara pengasuhan yang harus diberikan orang cayai anak, tidak menuduh, dan tidak terlalu
tua. Orangtua menyadari bahwa parenting mengkhawatir atau cemas pada anak.
akan efektif kalau orangtua memberikan con-

92
Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 2, Desember 2014

4. Directing (mengarahkan) menyediakan lingkungan yang sehat bagi


Mengarahkan adalah pengasuhan anak karena mereka menganggap hal ini ada-
dengan a) menasehati yaitu memberi masu- lah perilaku mengasuh yang benar (Lerner
kan tentang baik dan buruk dari perilaku and Knapp, 1975; Lerner and Spanier, 1980).
anak, tetap memantau anak saat mengambil Sementara remaja lebih fokus untuk men-
keputusan; b) mendidik yaitu mengarahkan, cari self-identity dan otonomi, yang semakin
mengajarkan hal yang baik, menegur, me- memperbesar perbedaan keterlibatan dalam
mantau dan menghukum; c) disiplin yaitu te- keluarga (Leung & Shek, 2014).
gas dalam mengarahkan, tidak memanjakan, Parenting belief tentang modeling
namun juga tidak terlalu keras, dan konsisten juga memiliki kesamaan yaitu sama-sama
dalam menerapkan aturan. berada diurutan terakhir, namun parenting
belief modeling pada remaja memiliki nilai
5. Modeling (memberi contoh) prosentase lebih kecil dari orangtua. Ini men-
Memberi contoh yaitu menjadi tel- unjukkan walaupun sama-sama menganggap
adan, panutan bagi anak dalam kehidupan modeling penting dalam pengasuhan, ternya-
sehari-hari. ta remaja tidak melihat modeling yang dilaku-
kan orangtua saat melakukan pengasuhan.
Berdasarkan hasil pengolahan data, Hal ini dapat terjadi karena mengasuh meru-
ditemukan bahwa terdapat persamaan isi pakan suatu perilaku yang bersifat otomatis,
dari parenting belief antara remaja dan or- sehingga seringkali orangtua tidak menyadari
angtua. Namun jika diperhatikan secara men- perilakunya. Belief orangtua tentang pen-
dalam, terdapat perbedaan dalam derajat gasuhan dapat saja berbeda dengan perilaku
kepentingan, yang tergambar dalam jumlah orangtua saat mengasuh, sehingga remaja
prosentase respon. Pada orangtua, urutan tidak melihat belief modeling dalam pengasu-
parenting belief dari yang tertinggi sampai han orangtua.
terendah adalah mengarahkan, menerima, Temuan lain yang dapat menjadi per-
memelihara, mendewasakan, dan memberi hatian khusus dari penelitian ini adalah 1)
contoh. Sementara pada remaja urutan par- ditemukannya unsur religiusitas dalam peng-
enting belief adalah menerima, memelihara, hayatan remaja dan orangtua, yaitu bahwa
mendewasakan, mengarahkan dan memberi mengasuh termasuk mengajarkan dan mem-
contoh. bimbing anak untuk percaya pada Tuhan,
Dari urutan tersebut dapat terlihat memberi contoh berperilaku religius dan
bahwa orangtua lebih mengutamakan untuk mendoakan remaja dalam perkembangan
melakukan pengarahan dalam mendidik re- kehidupan mereka. Orangtua juga meng-
maja, sementara remaja lebih mengutamakan hayati bahwa kemampuan mengasuh yang
penerimaan terhadap keinginan, harapan dan baik diperoleh dari penyertaan Tuhan dalam
diri mereka secara pribadi. Pengarahan men- kehidupan mereka. 2) Remaja menghayati
empati urutan keempat dalam parenting belief bahwa mereka akan lebih menghargai or-
remaja, setelah memelihara dan mendewasa- angtua saat melakukan pengasuhan, jika or-
kan, hal ini menunjukkan bahwa remaja lebih angtua menunjukkan perilaku rukun dengan
memiliki kebutuhan untuk diterima, dikasihi, pasangannya dan sependapat dalam mem-
dan diberi kepercayaan sebelum diberi perin- berikan asuhan. Hal ini dapat menjadi indikasi
tah atau pengarahan dari orang tua. bahwa pengasuhan akan efektif jika orangtua
Pandangan remaja tentang pentingn- menciptakan iklim psikologis dalam keluarga
ya kesempatan bagi mereka untuk mendewa- yang rukun dan harmonis.
sakan diri, diberikan kepercayaan dan kebe-
basan, karena mereka memandang orangtua Kesimpulan
masih terlalu mengawasi dan mengontrol
kegiatan remaja. Perbedaan dalam arti Berdasarkan hasil analisa yang di-
mendewasakan ini dapat dijelaskan melalui lakukan peneliti terhadap data yang ada,
“generational stake’’ hypothesis, yaitu kebutu- dapat ditemukan bahwa secara garis besar
han dari setiap generasi untuk melihat inter- dimensi-dimensi utama dari parenting be-
aksi keluarga dari perspektifnya secara prib- lief pada remaja dan orangtua memiliki ke-
adi, sebab setiap generasi memiliki investasi samaan, yaitu directing, nurturing, accepting,
yang berbeda dalam skenario keluarga. Oleh maturing dan modeling. Meskipun parenting
karena itu orang tua memiliki perspektif untuk belief antara remaja dan orangtua memiliki
memaksimalkan persamaan antara orangtua urutan yang berbeda.
dan remaja, sementara remaja memiliki per- Hasil penelitian ini dapat dijadikan lan-
spektif untuk meminimalisir persamaan anta- dasan untuk membuat instrument parenting
ra orangtua dan remaja, demi menunjukkan belief yang khas di kota Bandung, sehingga
otonomi dan independensi (Bengtson and dapat diperoleh pendekatan kuantitatif untuk
Kuypers, 1971). Orangtua tetap memelihara memahami parenting belief pada remaja dan
anak, membentuk keluarga yang kohesif dan orangtua.

93
Identifikasi Parenting Belief Pada Remaja dan Orangtua ..... Missiliana R

Daftar Pustaka Perceptions of the Parent–Adoles-


cent Relationship: A Longi-
Brooks, J.B. (2001). Parenting. Mayfield tudinal Investigation Developmental
Publishing Company.CA Psychology. Vol. 41, No. 6,
Beveridge & Berg. (2007). Parent– 971–984
Adolescent Collaboration: An Inter- Newberger, C. M. (1980a). The cognitive
personal Model for Understanding structure of parent- hood: Desig-
Optimal Interactions. Clinical C h i l d ning a descriptive measure. New
and Family Psychology. DOI: 10.1007/ Directions for Child Development;
s10567-006-0015-z Clinical Developmental Re-search,
Bornstein & Cheah. The Place of “Culture and 7, 45-67.
Parenting” in the Ecological Contex- Renk., Liljequist., Simpson., Phares. (2005).
tual Perspective on Develop- Gender and Age Differences in the
mental Science. In Rubin, K.H. and Topics of Parent-Adolescent Conflict.
Chung, O.B. (2006). Parenting beliefs, The Family Journal: Counseling
behaviors, and parent-child relations. and Therapy for Couples and
A cross-cultural perspective. New Families, Vol. 13 No. 2, pp 139-149
York: Psychology Press, pp.3-33 Rubbin et.al. Parenting belief and
Dichtelmiller et. al. (1992). The Relatioship Behaviors: Initial Findings From the
of Parental Knowledge to the Develop- International Consortium for the
ment of Extremely Low Birth Study of Social and Emotional
Weight Infants. Journal of Early Development (ICSSED). In Rubin,
Intervention, Vol. 16, No. 3,210-220 K.H. and Chung, O.B. (2006). Parenting
Hamamci, Z. (2007). Dysfunctional rela- beliefs, behaviors, and parent-child-
tionship beliefs in parent-late ado- relations. A cross-cultural perspec-
lescent relationship and conflict tive. New York: Psychology Press,
resolution behaviors. College Student pp. 81-103
Journal. Vol 41 Schroeder & Mowen. (2014). Parenting Style
Holden, G.W. (2015). Parenting : A Dynamic Transitions and Delinquency. Youth
Perspective. USA: SAGE Publica- Society 46: 228. DOI:10.1177/
tions, Inc 0044118X12469041
Hooper, J.O. (2008). Living with your teen- Smetana, J.G.,Barr., Metzger. (2006).
ager, the changing parent child Adolescent Development in In-
relationship. Coopera¬tive Exten- terpersonal and Societal Contexts.
sion Service, Iowa State University Annual Review Psychology. 57:255–
of Science and Technology, Ames, 84
Iowa. Diakses dari https://extension. Smetana, J.G. (2004). Parenting, Adolescent-
iastate.edu/publications/PM944B- Parent Relationships in Different
pdf, 29 maret 2013 Domains And Adolescent Adjustment.
Janssens, et al. (2014). Parents' and Presented at the Biennial
Adolescents' Perspectives on Parent- Meetings of the Society for Re
ing: Evaluating Conceptual Structure, search on Adolescence, Baltimore,
Measurement Invariance, and Criterion MD
Validity. Online : http://asm.sagepub. Smetana, J.G. (2011). Adolescents, Families,
com/content/early/2014/09/09/ and Social Development: How Teens
1073191114550477.refs.html Construct Their Worlds. Wiley-
Kopko K. (2007). Parenting Styles and Blackwell. UK
Adolescents. Ithaca; NY: Cornell Smetana, Daddis, Chuang. (2003). “Clean
University. Your Room!” A Longitudinal Inves-
Leung&Shek (2014). Parent–Adolescent tigation of Adolescent-Parent Conflict
Discrepancies in Perceived Paren- and Conflict Resolution inMiddle-
ting Characteristics and Adolescent Class African American Families.
Developmental Outcomes in Poor Journal of Adolescent Research,
Chinese Families. Jurnal of Vol. 18 No. 6, 631-650 (2003).
Child and Family Study. 23:200–- DOI:10.1177/0743558403254781
213. DOI 10.1007/s10826-013-9775-5 Trommsdorff. Parent-Child relation over
Meichenbaum., Fabiano., Fincham. In the life span : A cross-cultural
T. Patterson (Ed). (2004). Compre- perspective. In Rubin, K.H. and Chung,
hensive Handbook for Psychotherapy, O.B. (2006). Parenting beliefs,
vol 2, pp 167-188. New York : John behaviors, and parent-child relations.
wiley A cross-cultural perspective. New York:
McGue, Elkins, Walden, & Iacono (2005). Psychology Press, pp. 143-183.

94

Anda mungkin juga menyukai