Jurnal Parenting
Jurnal Parenting
Missiliana R
Abstrak
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014, dengan maksud untuk menemukan kebu-
tuhan remaja terhadap gaya pengasuhan orangtua, melalui pemahaman parenting
belief remaja,dan dilakukan pula penelitian terhadap parenting belief orangtua untuk
menemukan belief orangtua tentang gaya pengasuhan yang tepat bagi remaja. Den-
gan mengetahui belief remaja dan orangtua, diharapkan dapat memberikan pengeta-
huan bagi orangtua dan remaja tentang pengasuhan, sehingga dapat meminimalisir
konflik yang sering muncul saat orangtua melakukan pengasuhan terhadap remaja.
Penelitian dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka, terhadap 1029 remaja
dan 607 orangtua. Subjek dapat memberikan jawaban lebih dari tiga respon, sehingga
diperoleh respon sebanyak 3657 dari remaja dan 2285 dari orangtua. Melalui pengo-
lahan data secara open koding dan kategorisasi, diperoleh 5 kategori parenting belief
yang dimiliki remaja dan orangtua. Kategori parenting belief remaja dan orangtua ada-
lah directing (mengarahkan), accepting (menerima), nurturing (memelihara), maturing
(mendewasakan), modeling (memberi contoh).
Abstract
This study was conducted in 2014. The aim of this study is to find adolescence need
to parenting styles through understanding beliefs in adolescence about parenting.
This study also conducted research on parents with adolescence to find parents belief
about proper parenting styles for adolescence. By knowing adolescence dan parents
beliefs about parenting, this study is expected to give information for parents and ado-
lescence about parenting that can reduce conflicts that arise when trying to implement
their caregiving and discipline on their adolescence. This research carried out by giv-
ing an open question for 1029 teenagers’ dan 607 parents as participants. Research
participants can provide more than three responses. Total response collected from
research participants is 3657 responses from adolescence and 2285 responses from
parents. Data analysis conducted through open coding and categorization. From data
analysis, obtained 5 parenting beliefs categories for adolescence and parents: direct-
ing, accepting, nurturing, maturing, modeling.
86
Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 2, Desember 2014
konflik antara remaja dan orangtua biasan- dengan anak, oleh karena itu orangtua dapat
ya terkait dengan area pribadi yang remaja menjadi sumber yang baik untuk mengetahui
anggap sudah mampu untuk menentukan cara pengasuhan mereka. Meskipun terdapat
sendiri, seperti pemilihan aktivitas, busana, kesulitan saat meneliti belief, yaitu pertama,
model rambut, pemilihan teman, pengaturan adanya bias saat orangtua menyampai-
kamar, pengerjaan PR ataupun pengaturan kan pemikirannya, terkait dengan keinginan
keuangan (Smetana, Daddis, Chuang, 2003). tampil baik dan menutupi kekurangan. Ked-
Perubahan remaja yang pesat secara ua, mengasuh merupakan suatu yang bersifat
biologis, kognitif dan sosial membuat remaja otomatis, sehingga seringkali orangtua tidak
memiliki waktu yang lebih banyak diluar ru- menyadari perilakunya. Belief orangtua ten-
mah tanpa pengawasan. Kesadaran orangtua tang pengasuhan dapat saja berbeda dengan
akan hal ini meningkatkan perhatian orangtua perilaku orangtua saat mengasuh.
tentang monitoring, aturan, keterlibatan re- Berdasarkan kelemahan tersebut,
maja dalam perilaku bermasalah, pengaruh maka dalam penelitian ini penggalian parent-
kelompok, dan perilaku seksual dini. Kondisi ing belief tidak hanya dilakukan pada orang-
ini membuat orangtua merasa perlu menegosi- tua tapi juga pada remaja, sehingga dapat
sasikan lagi batasan tentang kebebasan yang diketahui persamaan ataupun perbedaan dari
diijinkan. Di pihak lain, remaja menginginkan gaya pengasuhan yang diterapkan ataupun
untuk memiliki kontrol yang lebih besar dalam diterima oleh anak. Pemahaman akan kedua
hidupnya. Kesenjangan antara keinginan re- sisi penting dilakukan karena pengasuhan dan
maja dan ketidakyakinan orangtua akan kom- relasi orangtua-anak tidak hanya dipengaruhi
petensi remaja, menimbulkan ketidaksepa- oleh tingkah laku, tujuan dan belief orangtua,
haman dalam penentuan siapa yang harus tapi juga dipengaruhi oleh perilaku dan kebu-
mengambil keputusan. (Smetana, 2011) tuhan anak. Anak berperan aktif, termasuk
Ketidakmampuan memahami kebu- persepsi dan pilihan anak terhadap perilaku
tuhan anak akhirnya dapat memicu konflik orangtua yang akan dijadikan model dan ditiru-
orangtua dan anak saat orangtua melaku- nya. Oleh karena itu penting untuk memper-
kan pengasuhan. Konflik muncul saat or- hitungkan belief dan perilaku orangtua-anak
angtua meyakini bahwa baik buruknya anak dalam interaksi timbal balik orangtua-anak
adalah sepenuhnya tanggung jawab orang- (Trommsdorff , 2006; Janssens, et al. 2014),
tua. Orangtua percaya jika mereka mendidik karena belief individu tentang hubungan ber-
dengan ‘benar’, maka anak akan tumbuh peran penting dalam menentukan kualitas
menjadi individu yang ‘sempurna’. Perilaku hubungan dalam keluarga. Melalui penelitian
remaja yang mulai ‘tidak menuruti’ semua ini maka akan didapatkan gambaran ten-
keinginan orangtua dianggap sebagai pem- tang dimensi dan aspek dari parenting belief
bangkangan dan kegagalan dalam mendidik pada orangtua dan remaja di kota Bandung.
anak. Bersamaan dengan hal itu, keinginan
remaja untuk lebih sering bersama teman Pengasuhan
sebaya dan ‘menjauh’ dari orangtua diang-
gap sebagai penolakan dan penghindaran Pengasuhan (parenting) adalah se-
terhadap orangtua (Meichenbaum., Fa- buah proses yang membawa hasil akhir,
biano., Fincham, 2004; Kopko K. 2007). melindungi dan membimbing menuju kehidu-
Banyak orangtua percaya bahwa cara pan baru, menyediakan sumber daya dasar,
terbaik untuk membentuk anak yang ‘baik’ cinta, perhatian, dan nilai-nilai. Meskipun
adalah dengan mempertahankan kontrol hubungan antara setiap orang tua dan anak
pada seluruh aspek kehidupan anak. Oleh ka- adalah unik, secara umum, dapat digambar-
rena itu orangtua menjadi keras dan menuntut kan sebagai serangkaian tindakan dan in-
anak untuk menuruti keinginannya dan ber- teraksi dari orang tua untuk perkembangan
gantung sepenuhnya pada orangtua (Hoop- anaknya. Jay Belsky menjelaskan ada tiga
er, 2008). Sebaliknya, remaja yang sedang pengaruh utama pada proses pengasuhan
berusaha mencapai otonomi, menetapkan 1) Karakteristik anak dan individualitas, 2)
identitas, merasa perlu bereksplorasi lebih Sejarah pribadi orang tua dan sumber daya
banyak dibandingkan masa kanak-kanaknya psikologis, 3) Konteks sosial yang menekan
dulu. Kondisi ini menunjukkan bahwa pen- dan mendukung (Brooks, 2001).
gasuhan orangtua terhadap remaja adalah Anak-anak perlu pengasuhan orang
sesuatu yang bersifat menekan dan men- tua sesuai dengan kebutuhan individu mereka,
imbulkan stres. Relasi orangtua dan remaja jenis kelamin, urutan kelahiran, temperamen,
menjadi penuh ‘badai’ karena perbedaan pola pertumbuhan (Kopko K. 2007). Tempera-
belief tentang bagaimana pengasuhan or- men anak-anak dan individu membentuk kual-
angtua yang ‘benar’ (Smetana, J.G.2004). itas apa yang orangtua lakukan. Keinginan
Rubin & Chung (2006), menyatakan remaja untuk mandiri (sebagai ciri remaja)
bahwa orangtua merasa sangat mengetahui seringkali ditafsirkan sebagai sikap member-
anak, karena hampir setiap hari berinteraksi ontak oleh para orangtua (Smetana, 2006).
87
Identifikasi Parenting Belief Pada Remaja dan Orangtua ..... Missiliana R
Masa “badai dan stress” yang dialami dikonsep dan dipelajari (Dichtelmiller, 1992).
remaja juga akan membuat orangtua men- Belief orangtua tentang cara men-
galami “badai dan stress”, yang akan terli- gasuh anak (parenting belief) bersumber dari
hat dalam konflik anak dan orangtua, dan berbagai informasi yang orangtua terima, baik
seringnya terjadi ketidaksepahaman dalam secara ilmiah maupun tidak ilmiah (Holden,
hubungan mereka. Keluarga yang tidak sehat G.W. 2015). Secara ilmiah banyak peneliti
secara psikologis, sering terpaku pada kontrol yang mencoba menemukan belief tentang
orangtua, yaitu orangtua sebagai pemegang anak dan bagaimana membesarkannya, baik
kendali/power, dan orangtua memaksakan berdasarkan usia maupun budaya. Ide ten-
bersikap otoriter dalam berelasi dengan rema- tang apa yang baik dan buruk bagi perkem-
ja (McGue, Elkins, Walden, & Iacono, 2005; bangan anak terus mendapat perhatian dari
Renk, Liljequist, Simpson, Phares, 2005). berbagai pihak, antara lain filsuf, ahli aga-
Secara umum, parent-adolescent ma, dokter, dan psikolog. Menurut para ahli,
relationships diwarnai dengan harapan- persepsi orangtua tentang karakteristik anak
harapan remaja dan orangtuanya seringkali akan mempengaruhi cara orangtua mengas-
mengganggu saat remaja mengalami peru- uh anak.
bahan dramatis pada masa pubertas. Banyak Ide-ide dari para ahli tersebut akan
diantara para orangtua yang melihat remaja membentuk belief orangtua tentang men-
berubah dari keadaan patuh menjadi pem- gasuh anak, misalnya dokter memberikan
berontak terhadap standar yang diterapkan cara-cara pengasuhan yang baik untuk mem-
orangtua. Oleh karenanya, orangtua kian bentuk anak yang sehat, anak yang memiliki
menekan remaja untuk mematuhi standar rambut dan gigi yang sehat, anak yang sering
mereka, sementara remaja tidak dengan menangis dan mengompol. Filsuf John Locke,
segera conform dengan standar orang de- percaya bahwa anak yang kuat secara mental
wasa. Hal-hal ini dapat memicu konflik, harus dididik dengan keras, misalnya dengan
namun demikian masih banyak pula dite- memandikan bayi dengan air dingin, paka-
mukan relasi orangtua-anak yang erat dan ian dan sepatu tipis saat udara dingin, akan
hanya mengalami sedikit konflik, dan mam- membuat anak tumbuh menjadi individu yang
pu menjalin hubungan yang menyenangkan tangguh dan resilient. Sementara pandangan
(Meichenbaum., Fabiano., Fincham, 2004). ahli agama yang memandang bahwa anak
Penelitian menemukan bahwa orang- memiliki dosa bawaan merasa perlu mendidik
tua dan remaja yang tertekan, memiliki lebih dan mengarahkan anak agar anak tidak mel-
banyak irasional belief tentang relasi yang akukan dosa. Mereka memandang ayah perlu
dipercayai dan memiliki lebih banyak konflik, ikut mengasuh dengan keras, karena ayah
dibandingkan kelompok orangtua dan remaja memiliki sifat bijaksana, otoritas, kekuatan,
yang tidak tertekan (Hamamci, 2007). Studi yang akan mengalahkan kemanjaan yang di-
juga menunjukkan bahwa harapan perkem- berikan ibu. Psikolog dari aliran psikoanalisis
bangan yang tidak realistis dapat mengaki- dan behavioristik pun memberikan cara pen-
batkan ketidaksesuaian antara ibu dan bayi gasuhan yang tepat bagi anak, misalnya Wat-
(Schilmoeller & Baranowski, 1985). Harapan son, percaya bahwa pengkondisian anak ten-
yang terlalu tinggi mungkin menyebabkan tang perilaku yang baik, akan membuat anak
anak frustrasi (Hunt & Paraskevopoulos, tumbuh menjadi individu yang baik (Holden,
1980), sehingga meningkatkan kemungki- G.W. 2015).
nan perilaku hukuman pada orang tua, se- Selain dari ahli-ahli tersebut, parenting
dangkan harapan yang rendah dapat me- belief juga dibentuk berdasarkan kondisi dan
nyebabkan stimulasi bayi yang kurang cukup kekuatan sosial politik yang ada. Misalnya,
(Ninio, 1979, dalam Dichtelmiller, 1992) Orang Mesir, yang menganggap anak seba-
Pengetahuan orangtua tentang pen- gai sesuatu yang menyenangkan, melakukan
gasuhan merupakan aspek kognisi sosial dari pengasuhan anak dengan cara “parented in
orang dewasa yang terdiri dari pemahaman se- child-centered way”. Mereka memberikan cin-
seorang tentang proses perkembangan anak, ta, kasih sayang, memberikan ASI sampai usia
cara pengasuhan dan membesarkan anak, 3 tahun. Saat anak ketakutan tidur di malam
dan perkembangan norma . Banyak istilah tel- hari, mereka menemani sampai anak merasa
ah digunakan untuk menggambarkan kognisi nyaman. Orang Yunani percaya bahwa anak
tentang pengasuhan . Goodnow (1984) lebih adalah manusia yang tidak berdosa, meny-
memilih istilah umum “ide-ide“ untuk meng- enangkan, suka bermain, dan yakin bahwa
gambarkan kognisi tersebut; “referen inter- setiap anak berbeda, sehingga perlu cara
nal” (Hess, Kashigawi, Azuma, Price, & Dick- pengasuhan yang berbeda. Mereka lebih ber-
son, 1980) ; “belief“ (McGillicuddy - DeLisi , orientasi pada mengasuh daripada mendisi-
1980) ; “belief systems“ (Sigel , 1985); “model plinkan (French, 2002, dalam Holden G.W.
perkembangan“ (Sameroff , 1975); dan “teori 2015). Sementara saat ini, dalam situasi so-
naif “ (Ninio,1979). Berbagai label mencermin- sial yang semakin modern, semua informasi
kan keragaman pengetahuan orang tua telah dapat diperoleh dengan mudah, maka parent-
88
Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 2, Desember 2014
ing belief orangtua dapat terbentuk tidak han- anak terkait dengan berbagai peran, termas-
ya dari informasi yang ilmiah, tapi juga dari uk menjaga, menyayangi, mendisiplinkan,
informasi yang sulit dibuktikan keilmiahann- membentuk dan memonitor tingkah laku dan
ya. Informasi ini disebut sebagai lay theories, kesejahteraan anak. Bagaimana orangtua
yaitu teori yang muncul dari orang awam se- melakukan berbagai peran ini dipengaruhi
bagai hasil dari observasi ataupun pengala- oleh belief tentang anak dan bagaimana cara
man pribadi individu, yang belum terbukti ke- mengasuh anak (parenting belief). Parenting
benarannya dan lebih mencerminkan kearifan belief dibentuk melalui berbagai sumber baik
lokal. Pengalaman pribadi bisa diperoleh dari dari para ahli maupun dari pengalaman prib-
pengamatan individu terhadap cara pengasu- adi dan konteks budaya orangtua. Oleh ka-
ha orangtua terhadap dirinya, atau pengasu- rena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk
han anak yang dilakukan oleh orang lain. menemukan parenting belief orangtua-anak
Konsepsi orang tua tentang anak dan dalam konteks khusus di kota Bandung, agar
peran orang tua tampaknya logis untuk me- dapat dipahami belief-belief yang khas pada
wakili struktur kognitif pada orang tua. Dalam remaja dan orangtua di kota Bandung.
penelitian perkembangan kognitif, struktur
kognitif mengacu pada pola pemikiran yang Metode
stabil yang menentukan bagaimana sese-
orang memahami dan mengatur pengala- Teknik sampling yang digunakan ada-
man serta berespon terhadap pengalaman lah purposive sampling, pada 6 SMP dan
tersebut. Kognisi dari orang tua diperkira- SMA, di kota Bandung. Adapun subjek yang
kan meliputi dua dimensi yaitu dimensi per- dipilih adalah remaja berusia 10-22 tahun,
spective-taking yaitu, bagaimana orang tua masih tinggal bersama kedua orangtuanya,
mengambarkan tentang karakteristik anak dan kedua orangtuanya bersedia untuk ikut
dan pengalaman anak dari sudut pandang dalam penelitian. Jumlah subjek yang ber-
anak dan dimensi moral yaitu konsep hak hasil dijaring adalah 1029 remaja dan 607 or-
dan tanggung jawab diri saat berelasi dengan angtua (lihat Tabel 1 dan Tabel 2).
anak (Newberger, 1980).
Melihat dari hasil penelitian yang ada,
maka dapat disimpulkan bahwa mengasuh
89
Identifikasi Parenting Belief Pada Remaja dan Orangtua ..... Missiliana R
orangtua adalah : “Menurut saudara apa yang dengan tema. Tema dapat berisi dari kata
orangtua lakukan saat melakukan pengasu- yang sama, kata yang berbeda namun me-
han anak remaja? Tuliskan dalam 3-5 kalimat miliki arti yang sama, atau kata yang sama
singkat. Saat mengasuh anak remaja, orang dalam konteks yang berbeda, yang muncul
tua : ”.. Subjek dapat memberikan jawaban dalam setiap respon yang ada. Selanjutnya
lebih dari tiga respon, sehingga diperoleh re- akan dihitung frekuensi kemunculan dari tema
spon sebanyak 3241 dari remaja dan 2285 tersebut. Proses ini akan dilakukan berulang,
dari orangtua. mulai dari pemberian label, kategorisasi kecil
Setelah proses pengambilan data hingga kategorisasi besar. Hasil analisis ter-
dilakukan analisis kategori dengan tehnik hadap respon remaja maupun orangtua, pada
open coding. Proses open coding dilakukan akhirnya diperoleh 5 kategori besar.
dengan cara membaca semua jawaban dan
mengelompokkan jawaban yang sama sesuai Hasil
Tabel 3. Hasil Pengkategorian Parenting Belief Pada Orangtua
- Mengerti/kenal anak
- Menjadi sahabat
1 Accepting (menerima) - Menghargai anak
- Mendukung
- Baik/sabar 1507 41
2 Nurturing (memelihara/ - Meluangkan waktu
merawat) - Perhatian
- Memenuhi keinginan
- Menyayangi 1077 29
3 Maturing (mendewasakan) - Memberi kebebasan
- Tidak otoriter
- Memberi kepercayaan 408 11
4 Directing (mengarahkan) - Menasehati
- Mendidik
- Disiplin 309 8
5 Modeling (memberi contoh) - Menjadi teladan 14 0
Lain-lain Lain-lain 362 10
Total 3657 100
90
Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 2, Desember 2014
91
Identifikasi Parenting Belief Pada Remaja dan Orangtua ..... Missiliana R
memberi tanggung jawab, yaitu mengajar- toh terlebih dulu perilaku yang diinginkan dari
kan dan mendorong kemandirian melalui anak. Budaya asia ini jelas pula terlihat di
berbagai cara, termasuk memberikan peker- Negara Korea, yaitu ibu lebih menggunakan
jaan rumah tangga; b) memberi kebebasan strategi modeling daripada pengajaran lang-
yaitu tidak memaksakan kehendak, memberi sung dalam melatih dan mensosialisasikan
ruang bagi anak untuk mengekspresikan di- pendidikan anak (Bornstein & Cheah, dalam
rinya serta memberi anak kesempatan untuk Rubin&Chung, 2006)
mengambil keputusan; c) tidak otoriter, yaitu Selanjutnya adalah hasil pengolahan
orangtua bersikap demokratis dan adil, serta data mengenai parenting belief remaja. Ter-
tidak menempatkan diri sebagai orang yang dapat persamaan antara hasil dari orangtua
selalu benar, sehingga selalu menyalahkan dan remaja, yaitu didapatkan pula 5 aspek
anak dan menuntut anak mengikuti seluruh utama yaitu :
kemauannya, bersikap arogan dan tidak ber-
toleransi pada keinginan anak. 1. Accepting (menerima)
Mendewasakan remaja adalah upaya Menerima anak mencakup a) menger-
orangtua untuk memberi kesempatan pada ti dan mengenali anak yaitu mengerti dunia
remaja untuk mengambil tanggung jawab, remaja, mengerti keadaan, kekurangan dan
memberi kepercayaan pada anak, serta mem- perasaan anak, mau menerima anak apa
perlakukan mereka sebagai orang dewasa adanya dan memberikan toleransi pada anak;
yang sudah dapat mengambil keputusan dan b) menjadi sahabat anak yaitu mau menden-
bertanggung jawab atas keputusan yang di- garkan curhat anak, dekat, hangat dan akrab
ambilnya. Menurut Barber (1996 dalam Skin- dengan anak, terbuka dan menghargai pen-
ner, Johnson, Snyder, 2005) upaya ini disebut dapat anak; c) baik dan sabar, yaitu men-
sebagai autonomy support atau autonomy gasuh, menegur dan mendidik dengan penuh
granting, yaitu upaya orangtua mendorong kesabaran, lembut, tidak mudah marah dan
anak untuk bebas memilih, dan mengekpresi- memberikan yang terbaik bagi anak; d) meng-
kan komunikasi dengan penghargaan yang hargai anak, yaitu memperlakukan anak den-
tulus, mendorong anak untuk mencari tahu gan adil, termasuk tidak membedakan atau
secara aktif, bereksplorasi dan berani meny- membanding-bandingkan dengan saudara
ampaikan pandangan, tujuan dan keinginan- yang lain, tidak semena-mena, tidak selalu
nya. Pada dimensi ini tidak ada psychological menyalahkan, dan mau meminta maaf pada
control atau hukuman. Anak diharapkan da- anak. e) mendukung yaitu memotivasi, men-
pat menyampaikan pandangan dan opininya dorong anak untuk mencapai cita-cita dan
dan sekaligus penekanan pada kemampuan melakukan hobinya.
perencanaan dan pemecahan masalah.
2. Nurturing (memelihara)
5. Modeling (memberi contoh) Memelihara mencakup a) meluang-
Memberi contoh, yaitu memberikan kan waktu yaitu menyediakan waktu bagi
teladan dengan memberi panutan dalam ber- anak dengan menemani anak baik dalam
perilaku positif maupun dalam karakter. Pada kegiatan akademis dan non akademis; b)
orangtua ditemukan bahwa mereka menya- perhatian yaitu ortangtua menolong, peduli,
dari jika ingin mendidik anak dengan baik, peka dan mengutamakan anak; c) memenuhi
maka mereka harus berubah terlebih dulu se- keinginan yaitu orangtua tidak pelit dan me-
belum menuntut perubahan. Orangtua meny- menuhi kebutuhan dan keinginan anak baik
adari bahwa mereka menjadi role model bagi fisik maupun psikologis; d) menyayangi yaitu
anak, terutama dalam berperilaku positif. melindungi, mengasuh, merawat anak den-
Meskipun secara umum teori parent- gan tulus, sesuai dengan kebutuhan anak.
ing di Negara barat dipisahkan dari teori mod-
eling, namun cara pengasuhan anak ternyata 3. Maturing (mendewasakan)
sangat dipengaruhi budaya. Budaya turut Mendewasakan adalah upaya un-
membentuk anak melalui pembentukan pa- tuk a) memberi kebebasan yaitu orangtua
rental belief tentang cara pengasuhan anak tidak bersikap overprotective, memperlaku-
dan atribusi terhadap kemampuan anak, yang kan anak secara dewasa, membiarkan anak
selanjutnya akan mempengaruhi perilaku or- membuat pilihan dan keputusan, tidak banyak
angtua. Parental belief, yaitu ide, pengeta- bertanya dan terlalu mencampuri urusan prib-
huan, nilai, tujuan dan sikap yang dipegang adi; b) tidak otoriter yaitu orangtua bersikap
orangtua yang terkait dengan parenting be- demokratis, tidak menekan, tidak terlalu ban-
havior. Pengaruh budaya asia terhadap cara yak menuntut, tidak memaksakan kehendak
pengasuhan terlihat saat orangtua memiliki baik dalam segi akademis maupun pergaulan;
belief bahwa modeling merupakan salah satu c) memberi kepercayaan yaitu lebih memper-
cara pengasuhan yang harus diberikan orang cayai anak, tidak menuduh, dan tidak terlalu
tua. Orangtua menyadari bahwa parenting mengkhawatir atau cemas pada anak.
akan efektif kalau orangtua memberikan con-
92
Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 2, Desember 2014
93
Identifikasi Parenting Belief Pada Remaja dan Orangtua ..... Missiliana R
94