Anda di halaman 1dari 69

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

R 55 TAHUN
DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2

DI RUANG MELATI III RS PINNA

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk kelulusan


program kejurusan keperawatan

Di susun oleh:

SITI NUR KHASANAH

0043872753

SMK AL MUHADJIRIN 2 KOTA BEKASI

Jln. Pulau Jawa Raya Perumnas 3 Bekasi Timur

2021
LEMBARAN PERSETUJUAN

Telah diperiksa dan distujui oleh pembibing untuk disidangkan pada sidang
laporan tugas akhir program kejuruan keperawatan SMK AL Muhadjirin 2 bekasi
dengan judul:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R 55 TAHUN


DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2

DI RUANG MELATI III RS PINNA

TAHUN 2021

Bekasi, 2021 Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing DU/DI Pembimbing Sekolah

( Chairunisa, Amd.Keb) (Tria Leo Nita,S.Kep.Ns)

Waka Kurikulum Kepala Program Keahlian

(Tateng Maulana,S.Pd) (Saiyah sayanti,Amk)

Mengetahui

Kepala sekolah SMK AL Muhadjirin 2 bekasi

(Mamad Surahmad,S.Pd)

i
LEMBARAN PENGESAHAN

Telah disidangkan dan dinyatkan Lulus Sidang Tugas Akhir pada program jurusan
Keperawatan di SMK AL Muhadjirin2 bekasi pada dengan judul:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R 55 TAHUN


DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2

DI RUANG MELATI III RS PINNA

TAHUN 2021

Bekasi,2021

Tim penguji Tanda tangan

1 ( )

2 ( )

3 ( )

Mengetahui:

Kepala Sekolah SMK AL Muhadjirin 2 bekasi


(Mammad surahmad,S.Pd)

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur, saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat Allah
SWT dan juga hidayah-nya saya dapat menyelesaikan makalah asusahan
keperawatan yang berjudul DIABETES MELITUS TIPE 2. Dalam penyusunan
makalah ini, saya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, saya
mengucapkan terimkasih kepada:
1. Kepada Allah SWT
2. Kepada Nabi muhammad SAW
3. Kepada kedua orang tua saya cintai
4. Bapak Mammad Surahmad,S.Pd selaku Kepala Sekolah SMK AL
Muhadjirin 2 Kesehatan Bekasi Timur.
5. Bapak Tateng Maulana,S.Pd.selaku Waka Kurikulum SMK AL
Muhadjirin 2 Kesehatan Bekasi Timur.
6. Bapak Handono,S.H selaku Kesiswaan SMK AL Muhadjirin 2 Kesehatan
Bekasi Timur.
7. Ibu Andriyanti Yasmin Harsudita,S.SI selaku waka program Bidang
Sarana prasarana SMK AL Muhadjirin 2 Kesehatan Bekasi Timur.
8. Ibu saiyah sayanti, AMK selaku kepala program Bidang Studi
Keperawatan SMK AL Muhadjirin 2 Kesehatan Bekasi Timur.
9. Ibu Tria Leo Nita,S.Kep.Ns selaku guru pembimbing pembuatan asuhan
keperawatan ini.
10. Chairunnisa,Amd.Keb selaku pembimbing praktek di rumah sakit pinna
11. Seluruh guru SMK AL Muhadjirin 2 Kesehatan Bekasi Timur.
12. Teman-teman SMK Al muhadjirin 2 Kesehatan Bekasi Timur.

Saya menyadari bahwa, makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak demi sempurnannya makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi saya maupun pembaca.

iii
DAFTAR ISI

LEMBARAN PERSETUJUAN...........................................................................
LEMBARAN PENGESAHAN............................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
A. Latar Belakang .......................................................................................
1.1 Tujuan......................................................................................................
A. Tujuan umum.....................................................................................
B. Tujuan khusus....................................................................................
1.2 Manfaat penulisan....................................................................................

BAB II KONSEP PENYAKIT................................................................................


2.1 Definisi...............................................................................................................
2.2 Etiologi...............................................................................................................
2.3 Manifestasi klinis...............................................................................................
2.4 Patofisiologis.....................................................................................................
2.5 Pathway..............................................................................................................
2.6 Pemeriksaan
penunjang.........................................................................................
2.7 Penatalaksanaan.................................................................................................
A. Penatalaksanaan keperawatan..................................................................
B. Penatalaksanaan medis.............................................................................
2.8 Komplikasi........................................................................................................

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..................................................


3.1 Pengkajian...................................................................................................
3.2 Diagnosa keperawatan................................................................................
3.3 Intervensi...................................................................................................

iv
BAB IV KASUS.......................................................................................................
4.1 Pengkajian......................................................................................................
4.2 Data fokus......................................................................................................
4.3 Analisa data....................................................................................................
4.4 Diagnosa keperawatan...................................................................................
4.5 Intervaransi.....................................................................................................
4.6 Implementasi..................................................................................................
4.7 Evaluasi..........................................................................................................

BAB V PENUTUP....................................................................................................
5.1 Kesimpulan...................................................................................................
5.2 Saran...............................................................................................................

v
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO 2017 Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis


yang terjadi akibat prankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh
tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Secara
umum, terbagi 2 Diabetes Melitus, yaitu Diabetes Melitus tipe 1 yang
ditandai dengan kekuranganya produksi insulin dan tipe 2 disebabkan
penggunaan insulin yang kurang efektif oleh tubuh (Pusdatin Kemenkes RI,
2014). Diabetes melitus terdapat sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel dan
Bare,2015). Menurut (American Diabetes Asociation 2017 ) Diabetes Melius
juga merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan
karakteristik hipeglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja
insulin, atau kedua – duanya.
Atlas diabetes edisi ke-7 tahun 2015 dari IDF menyebutkan bahwa dari
catatan 220 negara di seluruh dunia, jumlah penderita diabetes diperkirakan
akan naik 415 juta orang di tahun 2015 menjadi 642 juta pada tahun 2040.
Hampir setengah dari angka tersebut berada di Asia, terutama india, cina,
pakistan, dan indonesia. Fakta yang mengerikan adalah terdapat 1 orang per
6 detik atau10 orang per menit yang meninggal akibat diabetes. Diabetes
telah merenggut nyawa 5 juta orang dewsa di tahun 2015. Angka ini jauh
melebihi catatan WHO 2013 untuk penyakit lainnya misalnya kematian
lantaran HIV/AIDS 1,5 juta, karena tuberkulosa paru-paru 1,5 jutadan
500.000 kematian akibat malaria ( Hans Tandra, 2018).
Data World Health Organization (2015) telah mencatat Indonesia
dengan populasi 230 juta jiwa, menduduki kedudukan keempat di dunia
dalam hal jumlah penderita diabetes terbesar setelah Cina, India, dan

1
Amerika Serikat. Bahkan Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi
diabetes mencapai 14,7% di perkotaan dan 7,2 % di pedesaan. Dengan
asumsi penduduk berumur di atas 20 tahun pada 2010 mencapai 148 juta
jiwa, diperkirakan ada 21,8 juta warga kota dan 10,7 juta warga desa
menderita diabetes. Menurut American Diabetes Asociation (ADA,2015),
Diabetes Melitus dapat di klasifikasikan menjadi beberapa tipe yakni, DM
tipe 1, DM tipe 2. Diabets Melitus tipe 2 merupakan salah satu jenis yang
paling banyak ditemukan yaitu lebih dari 90-95%. Dimana faktor
pencetus berupa obesitas, mengosumsi makanan instan terlalu banyak, makan
karbohidrat, merokok dan stres, kerusakan pada sel prankreas dan kelainan
hormonal.
Berdasarkan data yang diperoleh Di Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi
Timur DM tipe-2 cenderung mengalami peningkatan. Pada Tahun 2012
jumlah pasien dengan diabetes melitus sebanyak 153, tahun 2013 jumlah
pasien 177, sedangkan tahun 2014 mengalami peningkatan yang cukup tinggi
menjadi 189 pasien,dari sekian banyak pasien ini rata-rata berusia >30 tahun
(Medical Record, 2012, 2013 dan 2014). Sedangkan Pada akhir bulan
Desember 2014, peneliti melakukan wawancara terhadap pasien diabetes
melitus sebanyak 12 orang di Ruang Medikal Bedah Rumah Sakit Mitra
Keluarga Bekasi Timur, 11 atau 92% dari mereka tidak memahami tentang
perawatan kaki dan cara pencegahan terjadinya luka diabetes di kaki.
Sedangkan Pasien yang dirawat karena diabetes melitus tipe-1 dan 2 pada
tahun 2014 sebanyak 189 orang, dan yang mengalami luka kaki sebanyak 31
orang atau sebanyak 16 %.
Peran perawat terhadap penyakit Diabetes Melitus adalah memberikan
asuhan keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya kuratif
yaitu memberikan pengobatan kepada pasien berdasarkan pementauan diatas,
penulis tertarik membahas Asuhan Keperarawatan pada NY. R dengan
Diabetes Melitus Tipe II Diruang inap Melati IV Kelas III RS Pinna Bekasi
Timur.

2
1.1 Tujuan

A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan terhadap klien dangan Diabetes
Melitus tipe 2 di Rs Pinna Bekasi Timur.
B. Tujuan Khusus
a. Untuk melakukan hasil pengkajian Keperawatan pada Ny.R dengan
Diabetes Melitus tipe 2 Rs Pinna Bekasi Timur.
b. Untuk melakukan Diagnosa Keperawatan pada Ny.R dengan Diabetes
Melitus tipe 2 Rs Pinna Bekasi Timur.
c. Untuk melakukan Perencanaan Keperawatan pada Ny.R dengan
Diabetes Melitus tipe 2 Rs Pinna Bekasi Timur.
d. Untuk melakukan Pelaksanaan Keperawatan pada Ny.R dengan
Diabetes Melitus tipe 2 Rs Pinna Bekasi Timur.
e. Untuk melakukan Evaluasi Keperawatan pada Ny.R dengan Diabetes
Melitus tipe 2 Rs Pinna Bekasi Timur.

1.2 Manfaat Penulisan


1. Teoritis
Hasil penulisan Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus ini diharapkan dapat
memberikan informasi dan pengetahuan tentang asuhan keperawatan
pada keluarga PS dengan diabetes mellitus tipe II pada Ny. R di RS
Pinna Bekasi Timur.
2. Praktisi
1.) Sebagai bahan masukan yang diperlukan dalam pelaksanaan praktik
pelayanan keperawatan khususnya pada keperawatan pada
keluarga PS dengan diabetes mellitus tipe II pada Ny. R di RS
Pinna Bekasi Timur.

3
2.) Institusi Pendidikan
Sebagai bahan informasi dalam kegiatan proses belajar mengajar
tentang asuhan keperawatan pada keluarga PS dengan diabetes
mellitus tipe II pada Ny. R di RS Pinna Bekasi Timur.
3.) Bagi Pembaca
Untuk memperoleh pengetahuan tentang perawatan pada keluarga
PS dengan diabetes mellitus tipe II pada Ny. R di Rs Pinna Bekasi
Timur.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Dasar Penyakit Diabetes Melitus

2.1 Definisi
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika
pankreas tidak cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak
efisien menggunakan insulin itu sendiri. Insulin adalah hormon yang
mengatur kadar gula darah. Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula
darah, adalah efek yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam waktu
panjang dapat terjadi kerusakan yang serius pada beberapa sistem tubuh,
khususnya pada pembuluh darah jantung (penyakit jantung
koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal ginjal)
(WHO, 2011).

Menurut (M. Clevo Rendy dan Margareth Th, 2019). Diabetes mellitus
adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.
metabolisme yang termasuk dalam kelompok gula darah yang melebihi batas
normal atau hiperglekemia <120 mg/dl atau 120 mg%. Diabetes mellitus
klinis memiliki gangguan metabolisme dengan hiperglikemia, akibat suatu
defisiensi sekresi insulin yang berkurang efektifitas biologisnya.

Diabetes Melitus juga disebut kencing manis atau penyakit kronik yang
terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin dan tidak dapat
menggunakan insulin (resistensi insulin), pada diagnosa kadar gulkosa di
dalam darah. Insulin merupakan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar
pankreas yang berperan dalam memasukkan gulkosa, dari aliran darah ke
sel-sel tubuh yang digunakan sebagai sumber energi denagn ditandai

5
terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme kabohidrat, lemak dan
protein yang dihubungkan dengan kekurangan insulin. Gejala yang
dikeluarkan pada pasien diabetes melitus yaitu poldipsia, poliluria, poligafia,
penurunan berat badan, kemudian (Restyana,2015).

2.2 Etiologi
1.) Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (DM tipe II)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor
genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Resistensi ini ditingkatkan oleh kegemukan, tidak
beraktivitas, penyakit, obat-obatan dan pertambahan usia. Pada
kegemukan, insulin mengalami penurunan kemampuan untuk
mempengaruhi absorpsi dan metabolisme glukosa oleh hati, otot
rangka, dan jaringan adiposa. DM tipe II yang baru didiagnosis sudah
mengalami komplikasi.
2.) Menurut Priscilla LeMone, dkk, 2016 adapun faktor-faktor resiko
DM tipe II yaitu:
1. Riwayat DM pada orang tua dan saudara kandung. Meski tidak
ada kaitan HLA yang terindentifikasi, anak dari penyandang DM
tipe II memiliki peningkatan resiko dua hingga empat kali
menyandang DM tipe II dan 30% resiko mengalami, intoleransi
aktivitas (ketidakmampuan memetabolisme karbihodrat secara
normal).
2. Kegemukan, didefinisikan kelebihan berat badan minimal 20%
lebih dari berat badan yang diharapkan atau memiliki indeks massa
tubuh (IMT) minimal 27 kg/m. Kegemukan, khususnya viseral
(lemak abdomen ) dikaitkan dengan peningkatan resistensi insulin.
3. Tidak ada aktivitas fisik.
4. Ras/etnis.
5. Pada wanita, riwayat DM gestasional, sindrom ovarium polikistik
atau melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4,5 kg.

6
6. Hipertensi (≥ 130/85 pada dewasa), kolesterol HDL ≥ 35 mg/dl
dan atau kadar trigliserida ≥ 250 mg/dl.

2.3 Manifestasi Klinis


Penyandang DM tipe II mengalami awitan, manifetasi yang lambat dan
sering kali tidak menyadari penyakit sampai mencari perawatan kesehatan
untuk beberapa masalah lain. Polifagia jarang dijumpain dan penurunan
berat badan tidak terjadi. Manifestasi lain juga akibat hiperglikemi,
penglihatan buram, keletihan, paratesia, dan infeksi kulit.

Menurut PERKENI (2015) , penyakit diabetes melitus ini pada awalnya


seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari penderita. Tanda awal yang dapat
diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat
langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar
gula dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine) penderita
kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering
dilebung atau dikerubuti semut.

Menurut PERKENI gejala dan tanda tanda DM dapat digolongkan


menjadi 2 yaitu:

1) Gejala akut penyakit DM


Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap, bahkan mungkin tidak
menunjukan gejala apapun sampai saat tertentu. Pemulaan gejala
yang ditunjukan meliputi:
a. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (poliphagi)
Pada diabetes,karena insulin bermasalah pemaasukan gula kedalam
sel sel tubuh kurang sehingga energi yang dibentuk pun kurang itun
sebabnya orang menjadi lemas. Oleh karena itu, tubuh berusaha
meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan rasa lapar
sehingga timbulah perasaan selalu ingin makan

7
b. Sering merasa haus (polidipsi)
Dengan banyaknya urin keluar, tubuh akan kekurangan air atau
dehidrasi.untu mengatasi hal tersebut timbulah rasa haus sehingga
orang ingin selalu minum dan ingin minum manis, minuman manis
akan sangat merugikan karena membuat kadar gula semakin tinggi.
c. Jumlah urin yang dikeluarkan banyak (poliuri)
Jika kadar gula melebihi nilai normal , maka gula darah akan keluar
bersama urin,untu menjaga agar urin yang keluar, yang mengandung
gula,tak terlalu pekat, tubuh akan menarik air sebanyak mungkin ke
dalam urin sehingga volume urin yang keluar banyak dan kencing pun
sering.Jika tidak diobati maka akan timbul gejala banyak minum,
banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun
dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah
lelah dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual
(PERKENI,2015) .
2) Gejala kronik penyekit DM
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM
(PERKENI,2015) adalah:
a. Kesemutan
b. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum
c. Rasa tebal dikulit
d. Kram
e. Mudah mengantuk
f. Mata kabur
g. Biasanya sering ganti kaca mata
h. Gatal disekitar kemaluan terutama pada wanita
i. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
j. Kemampuan seksual menurun
k. Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin
dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg

8
2.4 Patofisilogi
Menurut (Smeltzer, 2015 dan bare, 2015) Diabetes melitus tipe I. terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta prankreas
dihancurkan oleh proses autoimun. Sehingga Hiperglikemi puasa
mengakibatkan produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.
1. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dihati, meskipun
tetap berada dalam darah yang akan menimbulkan hiperglikemia
prospandial. jika kosentrasi glukosa dalam darah tinggi maka ginjal tidak
dapat menyerap kembali glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
akan muncul dalam urine (glikosuria).
2. Glukosa sksn mengaalami kelebihan yang dieksresikan kedalam urine,
ekresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan,
keadaan ini dinamakan diuresis ostomik, yang mengakibat kehilangan
cairan yang berlebihan,serta pasien akan mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliurea), dan rasa haus (polidipsi).
3. Difisiensi insulin juga akan menganggu metabilisme protein dalam lemak
yang menyebabkan:
a. penurunan berat badan
b. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat
menurunan simpanan kalori.
c. kelelahan dan kelemahan dalam keadaan normal insulin mengendalikan
1) glikogenolisis (pemecahan glikosa yang tersimpan)
2) glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam asam amino
dan subtansi lain)
Namun pada penderita difisiensi insulin, proses dapat terjadi tanpa
hambatan dan lebih lanjut yang akan menimbulkan hipergikemia.
Oleh karena itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan asam menganggu
keseimbangan asam basa dalam tubuh apabila jumlahnya berlebih.

9
3) Ketoasidosis disebabkan oleh tanda- tanda gejala seperti:
a. nyeri abdomen
1. mual
2. muntah
3. hiperventilasi
4. nafas berbaun aseton
5. penurunan kesadaran
6. koma
7. kematian.
Pemberian insulin bersama dengan cairan dan elektrolit, sesuai kebutuhan.
Serta dapat memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut untk
mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis.
1. Diet dan latihan
2. pemantauan kadar gula darah yang sering
3. terapi.
DM tipe II merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik utama
yang terjadi adanya hiperglikemia kronik. Meskipun belum jelas, faktor
genetik ini dikatakan yang memiliki peranan sangat penting dengan
munculnya Diabets Melitus tipe II.
1. Faktor genetik d a p a t berinterksi dengan faktor lingkungan seperti:
a. gaya hidup
b. obesitas
c. rendah aktivitas fisik
d. diet
e. tingginya kadar asam lemak bebas
Mekanisme terjadinya DM tipe II umunya disebabkan dengan:
a. resistensi insulin
resistensi insulin dapat mencegah terbentuknya glukosa dalam darah,
yang harus terjadi peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.
b. sekresi insulin

10
sekresi insulin yang berupakan ciri khas DM tipe II, yang masih terdapat
dalam insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan
lemak dan produksi badan keton yang menyertainya, karena itu
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada DM tipe II, meskipun tidak
terkontrol juga dapat menimbulkan masalah akut lainya:
1) Hiperglikemik
2) Hiporosmolar Non-Ketotik (HHNK)
c. penurunan reaksi intra sel
insulin menjadi tidak efektif yang menstimulasi pengambilan glukosa
oleh jaringan.
Pada penderita toleransi glukosa dapat terganggu, dengan keadaan yang terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa y a n g akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. jika sel sel B
tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin, maka kadar glukosa
akan meningkat dan terjadinya DM tipe II. Meskipun terjadi gangguan Akibat
intoleransi glukosa yang berlangsung lambat(selama bertahun tahun) dan
progesif, maka DM tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalannya
dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan, seperti:
a. kelelahan
b. iritabilitas
c. poliuria
d. polidipsia
e. luka pada kulit yang lama sembuh
f. infeksi vagina
g. pandangan kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi.).

11
2.5 Pathway

Reaksi Autoimun Obesitas, usia, genetik

DM tipe I
Dm tipe II
Sel beta pankreas hancur
Sel beta pankreas rusak
Defisiensi insulin

Anabolisme proses Liposis meningkat Penurunan


pemakaian
Kerusakan pada
Geliserol asam
antibodi gulkosa
lemak bebas

Kekebalan
hiperglikemia
tubuh
ateroskierosis katogenesis

Neoropati
poliphagi
sensori perifer ketonuria

Klien merasa polidipsia


Makro Mikro katoasidosis
sakit pada luka
veskuler vaskuler
poliurea
Nyeri abdomen,
Jantung maul, muntah, dan
Nyeri akut
selebrasi koma
Retina
ginjal
Miocroad infark Ketidakefektifan
gula darah
penyumbatan

Nerkrosis luka

Ischemic darah Viskolita


ganggren jaringan

Aktivitas Ketidak perfusi


terganggu jaringan perifer

12
Intoleransi aktivitas Kerusakan integritas kulit
2.6 Pemeriksaan Penunjang

A. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan darah
Kadar Glukosa Darah

No Normal

1. Glukosa darah sewaktu >200 mg/dl


2. Glukosa darah puasa >140 mg/dl

3. Glukosa darah 2 jam setelah makan >200 mg/dl

(Menurut WHO,2015)

2. Pemeriksaan fungsi tiroid


peningkatan aktivitas hormon tiroid yang dapat meningkatkan glukosa
darah dan kebutuhan insulin.
3. Urine
Pemeriksaan yang didapatkan adanya glukosa dalam urine. Yang
dilakukan dengan cara:
a. Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine :
1) hijau ( + )
2) kuning ( ++ )
3) merah ( +++ )
4) merah bata ( ++++ ).
4. Kultur pus
Untuk mengetahui jenis kuman pada luka lalu diberikan antibiotik yang
sesuai dengan jenis kuman.

2.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan

13
Menurut PERKENI 2015 komponen dalam penatalaksan DM yaitu:
a. Diet
A. Syarat diet hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
B. Prinsip diet DM,adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/ tidak
C. Dalam melaksanakan diet diabetes sehari hari hendaknya
diikuti pedoman 3 J yaitu:
1) Jumlah kalori yang diberikan harus habis,jangan dikurangi
atau ditambah
2) Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya
3) Jenis makanan yang manis harus dihindari

Penentuan jumlah kalori diet Diabetes Melitus harus


disesuaikan oleh status gizi penderita,penetuan gizi
dilaksankan dengan menghitung percentage of relative body
weight ( BPR=berat badan normal) dengan rumus

a. BPR= BB(kg) X 100% TB(cm) -100


Keterangan :
1. Kurus (underweight) :BPR<90%
2. Normal (ideal) :BPR 90% -110%
3. Gemuk (overweight) :BPR >110%
4. Obesitas apabila :BPR> 120%
a) Obesitas ringan :BPR 120% -130%
b) Obesitas sedang :BPR 130% - 140%
c) Obesitas berat :BPR 140 – 200%

14
d) Morbid :BPR > 200%
b. Olahraga
Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi
penderita Diabetes Melitus adalah:
1. Meningkatkan kepekaan insulin
apabila dikerjakan setiap 11/2 jam sesudah
makan, berarti pula mengurangi insulin resisten
pada penderita dengan kegemukan atau
menambah jumlah reseptor insulin dan
meningkatkan sensivitas insulin dengan
reseptornya
2. Mencegah kegemukan bila ditambah olahraga
pagi dan sore
3. Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplai
oksigen
4. Meningkatkan kadar kolestrol – high density
lipoprotein
5. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang,
maka olahraga akan dirangsang pembentukan
glikogen baru
6. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida
dalam darah karena pembakaran asam lemak
menjadi lebih baik
c. Edukasi/penyuluhan
Harus rajin mencari banyak informasi mengenai
diabetes dan pencegahannya. Misalnya mendengarkan
pesan dokter, bertanya pada dokter, mencari artikel
mengenai diabetes
d. Pemberian obat-obatan
Pemberian obat obatan dilakukan apabila
pengcegahan dengan cara (edukasi, pengaturan makan,

15
aktivitas fisik) belum berhasil, bearti harus diberikan
obat obatan
e. Pemantauan gula darah
Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin
,bertujuan untuk mengevaluasi pemberian obat pada
diabetes. Jika dengan melakukan lima pilar diatas
mencapai target,tidak akan terjadi komplikasi.
f. Melakukan perawatan luka
a) Pengertian
Melakukan tindakan perawatan menganti balutan,
membersihkan luka pada luka kotor
b) Tujuan
1) Mencegah infeksi
2) Membantu penyembuhan luka
c) Peralatan
1. Bak Instrumen yang berisi
a. Pinset Anatomi
b. Pinset Chirurgis
c. Gunting Debridemand
d. Kasa Steril
e. Kom: 3 buah
2. Peralatan lain terdiri dari:
a. Sarung tangan
b. Gunting Plester
c. Plester atau perekat
d. Alkohol 70%/ wash bensin
e. Desinfektant
f. NaCl 0,9%
g. Bengkok: 2 buah,1 buah berisi larutan
desinfektan
h. Verband

16
i. Obat luka sesuai kebutuhan
d) Prosedur Pelaksanaan
1. Tahap pra interaksi
a. Melakukan Verifikasi program terapi
b. Mencuci tangan
c. Menempatkan alat di dekat pasien dengan
benar
2. Tahap orientasi
a. Memberikan salam dan menyapa nama
pasien
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur
tindakan pada keluarga/klien
c. Menanyakan kesiapan klien sebelum
kegiatan dilakukan.
3. Tahap kerja
a. Menjaga Privacy
b. Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat
terlihat jelas
c. Membuka peralatan
d. Memakai sarung tangan
e. Membasahi plaster dengan alkohol/wash
bensin dan buka dengan menggunakan
pinset
f. Membuka balutan lapis terluar
g. Membersihkan sekitar luka dan bekas plester
h. Membuka balutan lapis dalam
i. Menekan tepi luka (sepanjang luka) untuk
mengeluarkan pus
j. Melakukan debridement
k. Membersihkan luka dengan menggunakan
cairan NaCl

17
l. Melakukan kompres desinfektant dan tutup
dengan kassa
m. Memasang plester atau verband
n. Merapikan pasien
4. Tahap Terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang
dilakukan
b. Berpamitan dengan klien
c. Membereskan alat-alat
d. Mencuci tangan
e. Mencatat kegiatan dalam lembar/ catatan
keperawatan
f. Melakukan observasi tingkat kesadaran dan
tanda tanda vital
g. Menjaga intake cairan elektrolit dan
nutrisi jangan sampai terjadi hiperhidrasi
h. Mengelola pemberian obat sesuai program
2. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi dengan Insulin
1. Monoterapi
untuk terapi kombinasi yang digunakan dalam
mempertahankan kontrol glikemik. Apabila terapi
kombinasi oral gagal dalam mengontrol glikemik maka
pengobatan diganti menjadi insulin setiap harinya.
Meskipun aturan pengobatan insulin pada pasien prevalensi
lebih tinggi dari faktor-faktor yang meningkatkan risiko
hipoglikemia, yang dapat menjadi masalah bagi penderita
diabetes pasien lanjut usia.
2. Alat yang digunakan untuk menentukan dosis insulin yang
tepat yaitu:

18
a) jarum suntik insulin premixed atau predrawn yang
dapat digunakan dalam terapi insulin. Yang
diperlukan untuk penyesuaian dosis pada tiap pasien.
pasien diabetes melitus memerlukan insulin kerja
sedang pada awalnya, kemudian ditambahkan insulin
kerja singkat untuk mengatasi hiperglikemia setelah
makan.
b) jenis insulin regular (R) dan insulin kerja sedang, dan
insulin digunakan sesuai dengan keadaan fisiologis
tubuh,serta terapi insulin diberikan sekali untuk
kebutuhan basal dan tiga kali dengan insulin prandial
untuk kebutuhan setelah makan. terapi insulin yang
diberikan dapat divariasikan sesuai dengan
kenyamanan penderita selama terapi insulin mendekati
kebutuhan fisiologis.
b. Obat Antidiabetik Oral
1. Sulfonilurea
Pada pasien lanjut usia lebih dianjurkan menggunakan
OAD generasi kedua yaitu:
a) Glipizid
Glipizid lebih dianjurkan karena metabolitnya tidak
aktif sedangkan 18 metabolit gliburid bersifat aktif.
b) Gliburid
Glipizid lebih dianjurkan karena metabolitnya tidak
aktif sedangkan 18 metabolit gliburid bersifat aktif.
1. Golongan Biguanid Metformi
pada pasien lanjut usia tidak menyebabkan
hipoglekimia jika digunakan tanpa obat lain, namun
harus digunakan secara hati-hati pada pasien lanjut usia
karena dapat menyebabkan anorexia dan kehilangan berat
badan. Pasien lanjut usia harus memeriksakan kreatinin

19
terlebih dahulu. Serum kretinin yang rendah disebakan
karena massa otot yang rendah pada orangtua.
2. Penghambat Alfa Glukosidase/Acarbose
Obat ini merupakan obat oral yang menghambat
alfaglukosidase, suatu enzim pada lapisan sel usus, yang
mempengaruhi digesti sukrosa dan karbohidrat kompleks.
Sehingga mengurangi absorb karbohidrat dan
menghasilkan penurunan peningkatan glukosa postprandial.
obat tersebut dapat dipertimbangkan pada pasien lanjut
usia yang mengalami diabetes 19 ringan.
Efek samping gastrointestinal dapat membatasi
terapi tetapi juga bermanfaat bagi mereka yang menderita
sembelit. Dan Fungsi hati akan terganggu pada dosis tinggi,
tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah klinis. 4.
Thiazolidinediones memiliki tingkat kepekaan insulin yang
baik dan dapat meningkatkan efek insulin dengan
mengaktifkan PPAR alpha reseptor. Rosiglitazone telah
terbukti aman dan efektif untuk pasien lanjut usia dan tidak
menyebabkan hipoglekimia. Namun, harus dihindari pada
pasien dengan gagal jantung. Thiazolidinediones adalah
obat yang relatif .

2.8 Komplikasi
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada penderita DM tipe II
akan menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe II terbagi
menjadi dua berdasarkan lama terjadinya yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronik (Smeltzel dan Bare, 2015; PERKENI , 2015)
a. Komplikasi Akut
1) Ketoasidosis Diabetik (KAD)
KAD merupakan komplikasi akut DM yang di tandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl),

20
disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton
(+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/Ml) dan
terjadi peningkatan anion gap (PERKENI,2015).
2) Hipoglikemi
Hipoglikemi ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah
hingga mencapai <60 mg/dL. Gejala hipoglikemia terdiri dari
gejala adrenergik (berdebar, banyak keringat, gemetar, rasa lapar)
dan gejala neuro- glikopenik (pusing, gelisah, kesadaran menurun
sampai koma) (PERKENI,2015).
3) Hiperosmolar Non Ketonik (HNK)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat
tinggi (600-
1200 mg/dl), tanpa tanda dan gejala asidosis,osmolaritas plasma
sangat meningkat (330-380 mOs/ml),plasma keton (+/-), anion gap
normal atau sedikit meningkat (PERKENI, 2015).
b. Komplikasi Kronis (Menahun)
Menurut Smeltzer 2015,kategori umum komplikasi jangka panjang
terdiri dari:
1) Makroangiopati:
pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh
darah otak
2) Mikroangiopati:
pembuluh darah kapiler retina mata (retinopati diabetik) dan
Pembuluh darah kapiler ginjal (nefropati diabetik)
3) Neuropatid :
suatu kondisi yang mempengaruhi sistem saraf, di mana serat-serat
saraf menjadi rusak sebagai akibat dari cedera atau penyakit
4) Komplikasi dengan mekanisme gabungan:
rentan infeksi, contohnya tuberkolusis paru, infeksi saluran
kemih,infeksi kulit dan infeksi kaki. dan disfungsi ereksi.

21
BAB III

ASKEP TEORI

3.1 Pengkajian
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam pengkajian
perlu dikaji biodata pasien dan data data untuk menunjang diagnosa. Data
tersebut harus seakurat akuratnya, agar dapat digunakan dalam tahap
berikutnya, meliputi nama pasien,umur, keluhan utama
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
esktremitas, luka yang sukar sembuh Sakit kepala, menyatakan

22
seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi,
koma dan bingung.
b. Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien Diabetes Melitus mempunyai Riwayat hipertensi,
penyakit jantung seperti Infark miokard Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
2. Pengkajian Pola Gordon
a. Pola persepsi
Pada pasien gangren pada kaki diabetik yang terjadi karena
perubahan persepsi dan tatalaksana hidup sehat karena kurangnya
pengetahuan tentang dampak gangren pada kaki diabetik, sehingga
menimbulkan persepsi negatif terhadap diri dan kecendurangan
untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang
lama, lebih dari 6 juta dari penderita Diabetes Melitus tidak
menyadari akan terjadinya resiko pada tangan diabetik, bahkan
mereka takut akan terjadinya amputasi (Debra Clair,Jounal Februari
201).
b. Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi
insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga
menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak
minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme
yang dapat mempengarui status kesehatan penderita. Nausea,
vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek , mual muntah.
c. Pola eliminasi

Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang


menyebabkan pasien sering kencing(poliuri) dan pengeluaran
glukosa pada urine(glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada
gangguan.

23
d. Pola ativitas dan latihan

Kelemahan, susah berjalan dan bergerak, kram otot, gangguan istirahat


dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan
bahkan sampai terjadi koma. Hingga adanya luka gangren dan
kelemahan otot pada tungkai bawah yang menyebabkan penderita
tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara maksimal, dan
penderita mudah mengalami kelelahan.

e. Pola tidur dan istirahat


Istirahat tidak efektif adanya poliuri, nyeri pada tangan, sehingga
klien mengalami kesulitan tidur.
f. Kongnitif persepsi
Pasien dengan gangren cendrung mengalami neuropati/mati
rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri.
Pengecapanpun mengalami penurunan, gangguan penglihatan.
g. Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh yang menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang
sukar sembuh , lamanya perawatan, banyaknya baiaya perawatan
dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan
gangguan peran pada keluarga (self esteem)
h. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau, menyebabkan
penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.
i. Seksualitas
Angiopati daoat yang terjadi pada pebuluh darah diorgan
reproduksi, sehingga menyebabkan gangguan potensi sek,
gangguan kualitas maupun ereksi seta memberi dampak dalam
proses ejakulasi serta orgasme. Adanya perdangan

pada vagina, serta organisme menurun dan terjadi impoten. Risiko


lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan dengan nefropatai.

24
j. Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan, perjalannya penyakit kronik, persaan
tidak berdaya karena ketergantungan sehingga menyebabkan
reasi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah
tersinggung, dapat menyebabkan penderita tidak mampu
menggunakan mekanisme koping yang kontruktif/adaptif.
k. Nilai kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh
serta luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam
melaksanakan ibadah tetapi mempengarui pola ibadah penderita.
3. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Vital Sign
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu.
Tekanan darah dan pernafasan pada pasien dengan pasien Diabetes
Melitus bisa tinggi atau normal, Nadi dalam batas normal,
sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika terjadi infeks
b. Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan
jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau
sudah terjadi komplikasi kulit terasa gatal.
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut Biasanya tidak terjadi pembesaran


kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP (Jugularis
Venous Pressure) normal 5-2 cmH2.

d. Pemeriksaan Dada (Thorak)


Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic
pernafasan cepat dan dalam.
e. Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi. Dalam
Pemeriksaan Abdomen batas normal.

25
f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus Sering BAK
g. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa
kesemutan . Pemeriksaan Ekstremitas yang Kadang terdapat luka
pada ekstermitas bawah sehingga bisa terasa nyeri, dan bisa terasa
baal.
h. Pemeriksaan Neurologi
GCS :15, Kesadaran Compos mentis Cooperative(CMC)

3.2 Diagnosa
Keperawatan

1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin


2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik
3. Infeksi b.d peningkatan Leukosit
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas

3.3 Intervensi Keperawatan

A. Ketidakstabilan gula darah b.d resistensi insulin


1. Manajemen hiperglikemia
a. Observasi :
1) Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
2) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
b. Terapeutik :
Berikan asupan cairan oral
c. Edukasi :
Ajurkan kepatuhan terhadap diet dan olah raga
d. Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian insulin 6 Iu
2. Edukasi program pengobatan
a. Observasi :

Identifikasi pengobatan yang direkomendasi


26
b. Terapeutik :

Berikan dukungan untuk menjalani program pengobatan dengan


baik dan benar.

c. Edukasi:
1) Jelaskan mamfaat dan efek samping pengobatan
2) Anjurkan mengosomsi obat sesuai indikasi
B. Nyeri Akut b.d Agen cedera fisik
1. Manajemen nyeri
a. Observasi :
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas,intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
b. Terapeutik :
Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
c. Edukasi:
Jelaskan penyebab dan periode dan pemicu nyeri
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
2. Edukasi teknik nafas dalam
a. Observasi :
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b. Terapeutik :
Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
c. Edukasi:
1) Jelaskan tujuan dan mamafaat teknik nafas dalam
2) Jelaskan prosedur teknik nafas dalam
C. Infeksi b.d peningkatan Leukosit
1. Pengcegahan Infeksi
a. Observasi:
Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistematik

27
b. Terapetik:
1) Berikan perawatan kulit pada area edema
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
c. Edukasi:
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
d. Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian analgetik
2. Perawatan luka
a. Observasi :
1) Monitor karakteristik luka (drainase, warna ukuran, bau)
2) Monitor tanda tanda infeksi
b. Terapeutik :
1) Lepaskan balutan dan plester seccara perlahan
2) Bersihkan dengan Nacl
3) Bersihkan jaringan nikrotik
4) Berikan salaf yang sesuai kekulit
5) Pertahan teknik steril saat melakkan perawatan luka
c. Edukasi:
Jelaskan tanda,gejala infeksi
d. Kolaborasi:
Kolaborasi prosedur debridement
D. Intoleransi Aktivitas b.d imobilitas
1. Terapi aktivitas
a. Observasi :
1) Identifikasi defisit tingkat aktivitas
2) Identifikasi kemapuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
b. Terapeutik :
1) Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuiakan lingkungan
untuk mengakomodasi aktivitas yang di pilih

28
2) Libatkan keluarga dalam aktivitas
c. Edukasi:
Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
2. Manajenen program latihan
a. Observasi :
1) Identifikasi pengetahuan dan pengalaman aktivitas fisik
sebelumnya
2) Identifikasi kemampuan pasien beraktivitas
b. Terapeutik :
Motivasi untuk memulai/ melanjutkan aktivitas fisik
c. Edukasi:
Jelaskan mamnfaat aktivitas fisik

3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam
proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi
pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursallam,
2011).

3.5 EVALUASI
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana
evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode
evaluasi ini menggunakan SOAP.

29
BAB IV
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Tanggal Pengkajian : 22-7-2021

Tanggal Masuk : 22-7-2021

Jam Masuk : 15.00

Ruangan/Kelas : m3/3

Nomor Kamar : m3

Nomor Registrasi : 104256

Diagnosa Medis : Diabetes Melitus Tipe 2

1. DATA BIOGRAFI

30
A. Biodata Pasien

a. Nama Pasien : NY. R

b. Tempat/Tanggal Lahir : Palembang, 12-01-


1966

c. Status Perkawinan : Sudah Menikah

d. Agama : Islam

e. Suku Bangsa : Indonesia

f. Bahasa Yang Dipakai : Indonesia

g. Pendidikan Terkhir : SMA

h. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

i. Alamat Rumah : Prum alam pesona


wijaya.Blok P 42.
RT 05/4

Biodata Penanggung Jawab

a. Nama : Nn. N

b. Umur : 27 Tahun

c. Pendidikan : Sarjana Hukum

d. Pekerjaan : Pengacara

e. Hubungan Dengan Pasien : Anak Kandung

1. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang


1) Keluhan Utama : Badan lemas,
pusing, gula
darah tinggi dan
juga ada luka di

31
kaki sebelah kiri,
luka terasa nyeri.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang :

Pada saat pengkajian klien mengatakan badan klien terasa letih

Dan lemah, dan sering merasa haus dan lapar,klien mengatakan

klien sering mual dan muntah, dan belum BAB sejak masuk

rumah sakit, klien mengatakan sering BAK yaitu sebanyak 10

x/perhari, klien mengatakan gula darah tinggi saat masuk rumah

sakit, karena klien jarang kontrol ke rumah sakit kadar gula darah

klien yaitu: 284, klien mengatakan ada luka dikaki sebelah kanan

dan nyeri pada bagian luka,klien mengatakan tidak nyaman

dengan luka nya dikaki terdapat pus pada kaki yang luka, klien

mengatkan susah saat beraktivitas.

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu : Tidak ada

1.) Penyakit berat yang pernah dialami : Tidak ada

2.) Penyakit kronis yang pernah dialami : Tidak ada

3.) Alergi : Tidak ada

4.) Imunisasi : Tidak terkaji

5.) Kebiasan makan obat-obat : Tidak ada

6.) Oprasi yang pernah dialami : Tidak ada

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

1.) Susunan Anggota Keluarga (buat genogram 3 generasi)

32
Keterangan

: Laki- laki : Meninggal : Garis


keturunan

: Perempuan : Garis pernikahan

: Garis 1 rumah
2.) Penyakit yang pernah diderita keluarga : Hipertensi

3.) Penyakit yang diderita keluarga :-

4.) Hubungan kekeluargaan dengan pasien : Baik

2. Kebiasaan Sehari-hari
Sebelum Sakit Sesudah Sakit
Nutrisi: Nutris:
Pasien mengatakan makan Nasi Pasien mengatakan makan bubur
+lauk+pauk 3 x sehari 1 porsi habis +lauk+ pauk+buah 3 x sehari dengan
½ porsi habis

Istirahat/ tidur: Istirahat/ tidur:


Tidur siang: Tidur malam:
Tidur siang:
Pasien mengatakan tidur dengan teratur
33
Selama 2 jam(13.00-15.00) Pasien mengatakan tidur dengan tidak
Terartur selama 7 jam (21.00 -05.00)
Tidur malam:
Pasien mengatakan tidur dengan teratur
Selama 7 jam (22.00-05.00)
Eliminasi: Eliminasi:
BAK: BAK:
Pasien mengatakan 5-6 x sehari Klien mengatkan 3 x 1 hari urin
BAK dangan urin kuning
kuning
BAB:
Pasien mengatakan 1x dalam sehari BAB:
BAB warna kuning
Klien mengatakan selama 1 minggu
sekali warna kuning

Aktivitas: Aktivitas:
Pasien mengatakan beraktivitas seperti Pasien mengatakan saat sakit aktivitas
biasa setiap hari dengan normal sehari-hari dibantu oleh keluarga,
karena keadan pasien sangat lemah

Personal hygiene: Personal hygiene:


Pasien mengatakan menjaga
Selama sakit pasien tidak pernah
kebersihannya dengan mandi 2 x
mandi, mencuci rambut, dan gunting
sehari, mencuci rambut 2x sehari, dan
kuku hanya dilap basah dengan
seminggu 1x mengunting kuku
dibantu anggota keluarga
panjangnya

3. Data Pesikologis, Sosial Dan Spirtual


a. Persepsi terhadap penyakit : Tidak terkaji

b. Suasana hati/persaan : Tidak terkaji

34
a. Daya konsentrasi : Sedang

b. Memori (daya ingat) : Baik

c. Orientasi : Sedang
d. Mekanisme koping : Tidak terkaji
e. Konsep diri : Baik
1) Gambaran diri : Tidak ada masalah
2) Harga diri : pasien tidak
memiliki gangguan harga diri
3) Ideal diri : Pasien tidak
memiliki gangguan ideal diri
4) Identitas diri : Pasien tidak
memiliki gangguan indentitas diri
5) Penampilan diri :-
f. Data Sosial : pasien dapat
berkomunikasi
Dengan
keluarga/masyarakat
g. Data spirtual : Tidak terkaji

2.) PEMERIKSAAN FISIK


a. Penampilan Umum
1) Tingkat Kesadaraan : compos mentis
GCS :E:4 V:5 M:6
2) Tinggi Badan : 156 cm
3) Berat Badan : 59 kg
4) Ciri-ciri Tubuh : kulit sawo mateng
badan gemuk
b. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah : 130/90

35
2) Denyut Nadi : 90 x/mnt
3) Suhu : 36,9 ͦ C
4) Pernafasan : 22 x/mnt
c. Kepala dan Wajah
1) Struktur : Simetris
2) Rambut : Hitam
3) Kulit Kepala : Sedikit kotor
4) Wajah : Bulat
5) Keluhan : Tidak ada
d. Mata
1) Ketajaman : Penglihatan baik
2) Kelopak Mata : Menutup sempurna
3) Schelera : Putih
4) Pupil : Normal
5) Konjungtiva : Baik
6) Pergerakan Bola Mata : Bergerak normal
7) Lapangan Pandangan : Baik
8) Refleks Kornea : Normal
9) Peradangan : Tidak ada
10) Alat bantu : Tidak ada
11) Keluhan : Tidak ada
e. Hidung
1) Struktur : Simetris
2) Fungsi penciuman : Baik
3) Membran mukosa : Sedikit kemerahan
4) Sinus frontalis : Tidak terkaji
5) Sinus Maksalaris : Tidak terkaji
6) Perdarahan : Tidak terkaji
7) Keluhan : Tidak ada
f. Telinga
1) Stuktur :Simetris

36
2) Fungsi : Peradangan normal
3) Ceruman : Tidak terkaji
4) Cairan Telinga : Tidak terkaji
5) Telinga Dalam : Tidak terkaji
6) Telinga Luar : Normal
7) Alat Bantu : Tidak ada
8) Keluhan : Tidak ada
g. Mulut dan Krongkongan
1) Keadaan bibir : Sedikit kering
2) Keadaan Gusi : Kemerahan
3) Keadaan gigi : Normal
4) Keadaan Lidah : Sedikit putih
5) Kemampuan bicara : Berbicara sedikit
serak
6) Fungsi pengunyahan : Normal
7) Fungsi menelan : Nyeri
8) Fungsi mengecap : Normal
9) Kerongkongan : Tidak terkaji
10) Suara : Serak dan pelan
11) Keluhan : tidak ada

h. Leher
1) Struktur : Simetris
2) Trakea : Tidak terkaji
3) Kelenjar Thyroid : Tidak terkaji
4) Pena Jugularis : Tidak terkaji
5) Kelenjar Getah Bening : Tidak terkaji
6) Keluhan : Tidak ada
i. Dada
1) Stuktur : Normal
2) Payudara : Simetris

37
3) Aksila : Tidak ada
benjolan
4) Pernafasan
a. Pola Nafas : Normal
b. Frekuensi Nafas :-
c. Kualitas Nafas : Pernafasan
dada
d. Bunyi Nafas : Teratur
e. Penggunaan Otot : Tidak terkaji
f. Pernafasan Tambahan : Tidak ada
g. Batuk : Sedang
h. Sputum : Tidak ada
i. Keluhan : Sedikit sesak
5) Cardivaskuler
a. Ukuran Jantung : Tidak terkaji
b. Denyut Jantung : Tidak terkaji
c. Bunyi Jantung : Tidak terkaji
d. Palpitasi : Tidak terkaji
e. Edema : Tidak terkaji
f. Sianosis : Tidak terkaji
g. Keluhan lainnya Tidak terkaji
j. Abdomen
1) Struktur : Simetris
2) Bising Usus : Tidak terkaji
3) Keluhan Hiper : Tidak ada
4) Kedaan Lambung : Tidak terkaji
5) Keadaan Ginjal : Tidak terkaji
6) Kandungan Kemih : Tidak terkaji
7) Nyeri Tekanan : Tidak terkaji
8) Benjolan : Tidak terkaji
9) Kembung : Tidak terkaji

38
10) Ascites : Tidak terkaji
11) Keluhan lain : Tidak terkaji
k. Genetalia
1) Wanita
a. Struktur : Tidak terkaji
b. Rambut pubis : Tidak terkaji
c. Libia mayora : Tidak terkaji
d. Libia Minora : Tidak terkaji
e. Orivisum Uretra : Tidak terkaji
f. Vagina : Tidak terkaji
g. Keputihan : Tidak terkaji
h. Peradangan : Tidak terkaji
i. Penggunan alat KB : Tidak terkaji
j. Keluhan : Tidak terkaji
l. Rectum
1) Struktur : Tidak terkaji
2) Pigmentasi : Tidak terkaji
3) Hemaroit : Tidak terkaji
4) Ekskoriasi : Tidak terkaji
5) Abses : Tidak terkaji
6) Kista atau Massa : Tidak terkaji
7) Keluhan : Tidak terkaji
m. Esteremitas
1) Atas
a. Struktur : Lengkap dan
baik
b. Kekuatan Otot : sedikit lemah
c. Tenus Otot : Tidak terkaji
d. Rentang gerak : Tidak normal
e. Kecacatan : lemah pada
tangan kiri

39
f. Nyeri : Tidak ada
g. Troma atau Ractur : Tidak terkaji
h. Persedian : Tidak terkaji
i. Defomalitas : Tidak terkaji
j. Kejang : Tidak terkaji
k. Gangguan Motorik (Kelumpuhan) : Tidak terkaji
l. Pemasangan infus : Ada
2) Bawah
a. Struktur : Lengkap dan
baik
b. Keluhan Otot : Tidak terkaji
c. Tonus Otot : Tidak terkaji
d. Keterbatasan gerak : Tidak normal
3) Belakang
m. Punggung : Sedikit sakit
n. Kulit : Tidak terkaji

A. Hasil laboratorium
Jenis Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
lengkap
Hemoglobin 14.9 g/dl 13.2-17.3
Leuokosit H 10.20 10³ u/L 4.80 - 12.6
Eritrosit 5.27 10^6 u/L 4.40 - 5.90
Hematokrit 41.7 % 40.0 - 52.0
Trombosit 483 10³ u/L 150 - 400
PDW 12.2 fL 9.0 - 17.0
MPV 10.0 fL 9.0 - 13.0
P-LCR 24.8 % 13.0 - 43.0
MCV 79.1 fL 80.0 - 100.0
MCH 28.3 pg 26.0 - 34.0
MCHC 35.7 g/l 32.0 - 36.0
RDW-CV 12.7 % 11.5 - 14.5
RDW-SD 37.8 fL 37.0 - 54.0
RBC 3,67 10^6 u/L 4.5 - 5.5

40
Hitung Jenis
Neutrofil H 87.5 % 50 - 70
Limfsit L 8.0 % 25.0 - 40.0
Jumlah Monosit 0.30 10³ u/L 0 - 0,7
Gula darah 415 Mg/dl <200
sewaktu
Gula darah puasa 284 Mg/dl 74 - 106
Albumin 1.41 g/dL 3.8 - 5.4

B. Program pengobatan medis

NO Nama Obat Dosis Indikasi Kontra Efek samping


indikasi
1 Glikosrazol 2x1 hari Obat yang Untuk Iritasi saluran
digunakan untuk penyakit pencernaan, mual
diabetes ginjal, paru muntah perut
2 Insulin 3x6 io Obat untuk hipoglikemia kembung
Kadar insulin dalam
menegendalikan darah menurun, pusing
gula darah
3 Ondansentron 2x1 Obat mencegah hipersensitif Sakit kepala, pusing,
terhadap obat mudah mengantuk
hari mual

4 NACL 0,9 % 500 mg Untuk mengatur hipersensitif Detak jantung cepat,


jumlah air dalam iritasi, nyeri sendi
tubuh
5 metronidazole 3x1 hari Untuk membasmi Alergi Perasaan mual
bakteri dalam muntah, penurunan
tubuh nafsu makan
6 plasbumin 25% Untuk pasien Anemia berat Peningkatan air
hipoalbuminemia jantung
liur, mual muntah

41
42
C. Data fokus

Data Subjektif Data Objektif


1. Pasien mengatakan badan 1. Gula darah puasa, 284 mg/dl
lemah dan letih 2. Gula darah sewaktu, 415 mg/dl
2. Pasien mengatkan sering 3. Klien tampak lelah
merasa haus dan lapar 4. Klien tampak sering buang air kecil
3. Pasien Sering buang aiar 5. Klien tampak sering minum
kecil sebanyak 10 x 6. Klien meringis kesakitan
4. klien mengatakan nyeri pada 7. Skala nyeri 7
kaki pada kaki yang luka 8. Klien tampak gelisah
5. klien mengatkan tidak 9. Terdapat nyeri tekan di daerah kaki yang
nyaman dengan luka di luka
kakinya 10. Klien tampak mengerakan bagian yang
6. klien mengatakan luka sejak nyeri saat disentuh kakinya
3 bulan sebelum masuk 11. Klien tampak meringis kesakitan pada kaki
7. klien mengatakan ada luka 12. Terdapat pus didaerah kaki yang luka
dikaki sebelah kiri 13. Tampak edema
8. klien mengatakan luka masih 14. aktivitas klien tampak dibantu keluaraga
basah 15. saat makan klien nampak dibantu keluarga
9. klien mengtakan aktivitas 16. saat duduk klien tampak dibantu keluarga
dibantu keluarga 17. saat kekamar mandi klien tampak dibantu
10. klien mengatkan aktivitas keluarga
tebatas 18. TTV:
TD: 130/90
S: 36,9 ͦ c
N: 90 x/mnt
P: 22 x/mnt

43
4.3 Analisa Data

N Data Penyebab Masa


O
1. DS: Ketidakstabilan gula Resistensi
1. Pasien mengatakan badan lemah dan Darah ( D. 0027) insulin
letih
2. Pasien mengatkan sering merasa haus
3. Pasien Sering buang air kecil sebanyak
10 x
DO:

1. Gula darah puasa, 284 mg/dl


2. Gula darah sewaktu, 415 mg/dl
3. Klien tampak lelah
4. Klien tampak sering buang air kecil
5. Klien tampak sering minum
6. TTV:
TD: 130/90
S: 36,9 ͦ c
N: 90 x/mnt
P: 22 x/mnt

2. DS: Nyeri Akut (D.0077) Agen Ced


1. Klien mengatakan nyeri pada kakinya fisik
yang luka
2. Keluarga mengatakan pasien tidak
nyaman dengan lukanya
DO:

3. Klien meringis kesakitan


4. Skala nyeri 7
5. Klien tampak gelisah

44
6. Terdapat nyeri tekan di daerah kaki
yang luka
7. Klien tampak mengerakan bagian yang
nyeri saat disentuh kakinya
8. TTV:
TD: 130/80
S: 36,9 ͦ c
N: 90 x/mnt
P: 22 x/mnt

3. DS: Infeksi (D.0141) Peningkat


1. Klien mengatakan luka masih basah dan Leukosit
berbau
2. Klien mengatakan ada luka dikaki
sebelah kiri
3. Klien mengatakan luka sejak 3
bulan sebelum masuk
DO:

1. Terdapat pus didaerah kaki yang luka


2. Leukosit 27.33 [10³/ul}]
3. Tampak edema, terdapat (luka terbuka),
ukuran 2x2x3 cm

4. 2. Klien mengatakan aktivitas tebatas Intoleransi Aktivitas Imobilitas


DO: (D.0056)

1. Aktivitas klien tampak dibantu


keluaraga
2. Saat makan klien nampak dibantu
keluarga
3. Saat duduk klien tampak dibantu

45
keluarga
4. Saat kekamar mandi klien tampak
dibantu keluarga

4.4 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakstabilan gula darah


b.d resistensi insulin
2. Nyeri Akut b.d Agen
cedera fisik
3. Infeksi b.d peningkatan
Leukosit
4. Intoleransi Aktivitas b.d
imobilitas

4.5 Intervensi keperawatan

NO DX KEP TUJUAN DAN KH INTERVENSI RASIONALISASI PA


1. Ketidakstab Setelah dilakukan 1. Manajemen 1. Mengetahui Nu
-ilan gula tindakan keperawatan hiperglikemi keadaan umum
darah selama 1x 24 jam a) Observasi : pasien sebagai
b.d maka ketidakstabilan 1) Identifikasi standar dalam
resistensi gula darah membaik kemungkinan menuntukan
insulin KH : penyebab inetrvensi yang
(D.0027) 1. Gula darah puasa, hiperglikemi tepat.
284 mg/dl 2) Monitor tanda 2. Pemberian
2. Gula darah dan gejala oksigen yang
sewaktu, 415 hiperglikemi tepat sehingga
mg/dl b) Terapeutik : suplai oksigen
3. Klien tampak lelah Berikan asupan ke otak lancar.
4. Klien tampak cairan oral 3. Latihan gerak
sering buang air c) Edukasi : pada anggota

46
kecil Ajurkan tubuh yang
5. Klien tampak kepatuhan lemas dan
sering minum terhadap diet kebas bisa
6. TTV: d) Kolaborasi : sebagai
TD: 130/90 1) Kolaborasi fisioterapi yang
S: 36,9 ͦ c pemberian insulin mudah agar
N: 90 x/mnt 6 Iu aliaran darah
P: 22 x/mnt
2. Edukasi program lancar.
pengobatan 4. Pasien akan
a) Observasi: merasa lebih
Identifikasi nyaman
pengobatan yang 5. Sebagai terapi
direkomendasi terhadap
b) Terapeutik: gangguan
Berikan neurologis dan
dukungan untuk gangguan aliran
menjalani darah.
program 6. Pengecekan
pengobatan rutin gula darah
dengan baik dan sebagai
benar pengetahuan
c) Edukasi: pasien akan
1.) Jelaskan gula darah
mamfaat pasien secara
dan efek rutin
samping
pengobatan
2.) Anjurkan
mengosomsi
obat sesuai
indikasi

47
2. Nyeri Akut Setelah dilakukan 1. Manajemen nyeri Nu
b.d Agen
cedera tindakan a) Observasi : 1. Perilaku
Fisik Keperawatan 1x24 1.) Identifikasi beresiko ini bila
(D.0077)
jam diharapkan nyeri lokasi, tidak dicegah
menurun karakteristik, makan akan
KH : durasi, menimbulkan
1. Klien frekuensi, komplikasi
meringis kualitas,intensi yang lain
kesakitan tas nyeri terhadap pasien
2. Skala nyeri 7 2.) Identifikasi 2. Patau klasifikasi
3. Klien tampak skala nyeri nyeri
gelisah b) Terapeutik:
4. Terdapat Berikan teknik
nyeri tekan di non farmakologis
daerah kaki untuk
yang luka mengurangi rasa
5. Klien tampak nyeri
mengerakan c) Edukasi:
bagian yang Jelaskan
nyeri saat penyebab serta
disentuh periode dan
kakinya pemicu nyeri
6. TTV: d) Kolaborasi
TD: 130/80 1.) Kolaborasi
S: 36,9 ͦ c pemberian
N: 90 x/mnt analgetik
P: 22 x/mnt 2. Edukasi teknik nafas
dalam
a) Observasi :
Identifikasi
kesiapan dan

48
kemampuan
menerima
informasi
b) Terapeutik :
Sediakan materi
dan media
pendidikan
kesehatan
c) Edukasi:
1.) Jelaskan
tujuan dan
mamafaat
teknik nafas
dalam
2.) Jelaskan
prosedur
teknik nafas
dalam
Nu
3. Infeksi b.d Setelah dilakukan 1. Pengcegahan Infeksi 1. Untuk
Peningkatan tintdakan keperawatan a) Observasi: menentukan
Leukosit. selama 1x 24 jam Monitor tanda tanda gejala
(D.0141) maka tingkat infeksi dan gejala infeksi
menurun infeksi lokal dan 2. Menjaga
KH : sistematik kebersihan luka
1. Terdapat pus b) Terapetik 3. Memberikan
didaerah kaki 1.) Berikan pembersihan
yang luka perawatan pada luka agar
2. Leukosit kulit pada cepat kering
27.33 area edema 4. Pantau
[10³/ul}] 2.) Cuci tangan perkemabngan

49
3. Tampak sebelum dan pada luka
edema, sesudah
terdapat (luka kontak dengan
terbuka), pasien dan
ukuran 2x2x3 lingkungan
cm pasien
c) Edukasi
1.) Jelaskan tanda
dan gejala
infeksi
2.) Ajarkan cara
memeriksa
kondisi luka
d) Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
analgetik
2. Perawatan luka
a) Observasi :
1.) Monitor
karakteristik
luka (drainase,
warna ukuran,
bau)
2.) Monitor tanda
tanda infeksi
b) Terapeutik :
1.) Lepaskan
balutan dan
plester

50
seccara
perlahan
2.) Bersihkan
dengan Nacl
3.) Bersihkan
jaringan
nikrotik
4.) Berikan salep
yang sesuai
kulit
5.) Pertahan
teknik steril
saat
melakkanper
-wtan luka
c) Edukasi:
Jelaskan
tanda,gejala
infeksi
d) Kolaborasi:
Kolaborasi
prosedur
debridement
4. Intoleransi Setelah dilakukan 1. Terapi aktivitas 1. Perkembangan
Aktivitas tintdakan a) Observasi : dalam
b.d keperawatan 1.) Identifikasi kesehatan
Imobilitas Selama 1x24 jam defisit tingkat pasien
(D.0056) intoleransi aktivitas aktivitas 2. Bisa
membaik 2.) Identifikasi mempercepat
KH : kemapuan keringnya luka
1. Aktivitas berpartisipasi 3. Agar terhindar

51
klien tampak dalam dari infeksi
dibantu aktivitas
keluaraga tertentu
2. Saat makan b) Terapeutik:
klien nampak 1.) Fasilitasi
dibantu pasien dan
keluarga keluarga
3. Saat duduk dalam
klien tampak menyesuiakan
dibantu lingkungan
keluarga untuk
4. Saat kekamar mengakomoda
mandi klien si aktivitas
tampak yang di pilih
dibantu 2.) Libatkan
keluarga keluarga
dalam
aktivitas
c) Edukasi:
1.) Ajarkan cara
melakukan
aktivitas yang
dipilih
2.) Manajenen
program
latihan
d) Observasi :
1.) Identifikasi
pengetahuan
dan
pengalaman
52
aktivitas fisik
sebelumnya
2.) Identifikasi
kemampuan
pasien
beraktivitas
e) Terapeutik :
Motivasi untuk
memulai/
melanjutkan
aktivitas fisik
f) Edukasi:
Jelaskan
mamnfaat
aktivitas fisik

4.6 Implementasi
keperawatan
TGL/JAM DIAGNOSA TINDAKAN RESPON
KEPERAWATAN

53
22-07-2021 DX 1 Melakukan manajemen S:
08.00 hiperglikemia
1. Pasien mengatakan tidak
bisa mengontrol pola makan
2. Pasien mengatakan sering
merasa haus
3. Pasien Sering buang aiar
kecil sebanyak ± 10 x
4. Keluarga klien mengatakan
klien minum obat
O:

1. (Gula darah puasa,284)


2. Klien tampak tidak
bisa mengontrol pola makan
3. Klien tampak lelah
4. Klien tampa sering buang air
kecil
5. Klien tampak sering minum

23-07-2021 DX II Melakukan edukasi S:


program pengobatan
08.30 1. Pasien mengatakan tidak
bisa mengontrol pola makan
2. Pasien mengatakan sering
merasa haus
3. Pasien Sering buang aiar
kecil sebanyak ± 10 x
4. Keluarga klien mengatakan
klien minum obat
O:

1. (Gula darah puasa,284)


2. Klien tampak tidak
bisa mengontrol pola makan
3. Klien tampak lelah
4. Klien tampa sering buang air

54
24-07-2021 DX III Melakukan Pengcegahan S :
12.00 Infeksi 1. Klien mengatakan luka
masih basah bau
2. Klien mengatakan ada luka
dikaki sebelah kiri
O:

1. Terdapat pus didaerah kaki


yang
Luka 27.33[10^3/ul]

2. Tampak edema, terdapat


(luka terbuka),ukuran 2x2x3 cm
24-07-2021 DX IV Melakukan Perawatan S:
luka
18.35
1. Klien mengatakan luka
masih basah bau
2. Klien mengatakan ada luka
dikaki sebelah kiri
O:

3. Terdapat pus didaerah kaki


yang
Luka 27.33[10^3/ul]

4. Tampak edema, terdapat


(luka terbuka),ukuran 2x2x3 cm

55
. Melakukan S:
manajemen nyeri
1. klien mengatakan nyeri pada kaki
yang luka
2. klien mengatakan nyeri hilang
timbul
3. klien mengatakan nyeri selama 30 deti
4. Keluarga mengatakan pasien tidak
nyaman dengan lukanya
5. Klien belum memahami tentang tekn
nafas dalam
O:

1. klien tampak meringis skala nyeri7-8


2. klien tampak gelisah
3. nyeri pada kaki kanan
4. klien tampak tidak bisa melakukan
S:

1. Klien mengatakan tidak bisa


beraktivitas sendiri
2. klien mengtakan aktivitas dibantu
keluarga

56
Melakukan manajenen S:
program latihan
3. Klien mengatakan tidak
bisa beraktivitas sendiri
4. klien mengtakan aktivitas
dibantu keluarga
O:

3. aktivitas klien tampak


dibantu keluaraga
4. saat makan klien nampak
dibantu keluarga saat mau
duduk klien dibantu

57
4.7 Evaluasi
NO TGL/ JAM DIAGNOSA EVALUASI

1. Ketidakstabilan gula darah S:


berhubungan dengan
1. Pasien mengatakan tidak bisa
resistensi insulin
mengontrol pola makan
2. Pasien mengatakan sering merasa
haus
3. Pasien Sering buang aiar kecil
sebanyak ± 10 x
4. Keluarga klien mengatakan klien
minum obat
O:

1. (Gula darah puasa,284)


2. Klien tampak tidak bisa
mengontrol pola makan
3. Klien tampak lelah
4. Klien tampa sering buang air kecil
5. Klien tampak sering minum
A : Masalah belum tertasi Ketidakstabilan
gula darah

P : intervensi dilanjutkan

Melakukan manajemen hiperglikemia


Infeksi b.d Peningkatan S:

Leukosit 1. Klien mengatakan luka masih


basah bau
2. Klien mengatakan ada luka dikaki
sebelah kiri
O:
1. Terdapat pus didaerah kaki yang
Luka 27.33[10^3/ul]

2. Tampak edema, terdapat (luka


terbuka),ukuran 2x2x3 cm

A : Masalah belum teratasi gangguan

integritas kulit

P : intervensi dilanjutkan

1. Melakukan perawatan luka


3. Melakukan edukasi perawatan kulit
Nyeri Akut b.d S:
Agen cedera fisik 1. klien mengatakan nyeri pada kaki yang
luka
2. klien mengatakan nyeri hilang timbul
3. klien mengatakan nyeri selama 30 detik
4. Keluarga mengatakan pasien tidak
nyaman dengan lukanya
5. Klien belum memahami tentang teknik
nafas dalam
O:

1. klien tampak meringis skala nyeri


7-8

2. klien tampak gelisah


3. nyeri pada kaki kanan
4. klien tampak tidak bisa melakukan
teknik nafas dalam
A : Masalah belum teratasi nyeri akut

P : intervensi dilanjutkan

1. Melakukan manajemen nyeri


2. Melakukan edukasi teknik nafas dalam
Intoleransi S:
Aktivitas b.d 1. klien mengatakan nyeri tidak terasa
imobilitas lagi
2. Keluarga mengatakan pasien tidak
nyaman dengan lukanya
3. Klien sudah memahami tentang teknik
nafas dalam
O:

1. Skala nyeri 3-4


2. klien tampak sudah mulai bisa
melakukan teknik nafas dalam

A : Masalah teratasi nyeri akut

P : intervensi dihentikan
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah di lakukan pada NY. R dengan
Diabetes Melitus di Ruang Rawat Iina Melati III kelas 3 di RS PINNA BEKASI
TIMUR Pada Tanggal 22-07-2021 dapat disimpulkan:

1. Pengkajian
Pengkajian asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus dapat dilakukan
dengan baik dan tidak ada mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data
2. Diagnosa
Pada diagnosa asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus didapatakan
3 diagnosa ditinjauan kasus, yaitu:
a) Ketidakstabilan gula darah b.d resistensi insulin
b) Nyeri Akut b.d Agen cedera fisik
c) Resiko Infeksi berhubungan dengan peningkatan Leukosit
d) Intoleransi Aktivitas b.d imobilitas
3. Perencanaan asuhan keperawatan
Pada perencanaan asuhan keperawatan pasienn dengan Diabetes Melitus di ruang
inap Melasti III kelas 3 RS PINNA BEKASI TIMUR pada Tahun 2021 semua
perencanaan dapat diterapkan pada tinjauan kasus. Tujuan yang diharapkan dari
asuhan keperawatan dengan Diabetes Melitus yaitu agar gula darah membaik, nyeri
berkurang , dan gangguan integritas kulit membaik, intoleransi aktivitas membaik
4. Implementasi
Pada Implementasi asuhan keperawatan pasien dengan Diabetes Melitus diruang
Rawat inap Melati III kelas 3 di RS PINNA BEKASI TIMUR tahun 2021 Buki
hampir semua dapat dilakukan, namun ada beberapa rencana tindakan yang penulis
tidak lakukan tetapi dilakukan oleh perawat ruangan tersebut.
5. Evaluasi
pada pasien dengan Diabetes Melitus diruang rawat inap M e l a t i I I I kelas 3 RS
PINNA BEKASI TIMUR tahun 2021 dapat dilakukan dengan baik
5.2 Saran

1. Bagi siswa
Supaya bisa menjadi reverensi dalam membuat Asuhan Keperawatan
diharapkan bagi siswa agar dapat mencari informasi dan memperluas wawasan
mengenai pasien dengan Diabetes Melitus dengan adanya pengetahuan dan wawasan
yang luas, siswa akan mampu mengembangkan diri dalam masyarakat dan
memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat mengenai Diabetes Melitus , dan
faktor-faktor pencetusnya serta bagaimana pencegahan untuk kasus tersebut.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Peningkatan kualitas dan pengembangan ilmu siswa melalui studi kasus agar
dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus
3. Bagi Rumah Sakit
Bagi institusi pelayanan kesehatan, memberikan pelayanan dan mempertahankan
hubungan kerja yang baik antara tim kesehatan dan pasien yang ditujukan untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang optimal. Dan adapun untuk pasien
yang telah mengalami kasus Diabetes Melitus maka harus segera dilukukan
perawatan, agar tidak terjadi komplikasi dari penyakit Diabetes Melitus

Anda mungkin juga menyukai