Anda di halaman 1dari 7

1.

Pada saat terjadi inflamasi terjadi pelepasan prostaglandin yang berlebih besar sehingga
mengakibatkan
2. Eseptornyeri terhadap stimulus mekanik dan kimiawi disebut
3. Zat pirogen endogen memicu pelepasan prostaglandin di daerah preoptik
4. Anti inflamasi yang selektif terhadap COX 1/2 inhibitor
5. Obat NSAID yang termasuk golongan Salisilat
6. Anti-inflamasi
7. Komplikasi GI yang mungkin terjadi akibat pemberian obat NSAID
8. COX 1 & COX 2 membantu meningkatkan produksi prostaglandin dari senyawa
9. Komplikasi GI yang mungkin terjadi akibat pemberian kombinasi obat NSAID dengan
10. Dalam pengobatan inflamasi untuk mencegah terjadinya ganguan GI digunakan
kombinasi obat
11. Gumpalan darah beku disebut
12. Cedera dibagian kardiovaskular yang mengakibatkan kematian prematur sel-sel pada
jaringan kardiovaskular disebut
13. Golongan obat vasodilator adalah
14. Golongan obat yang memacu kontraksi jantung
15. Golongan obat diuretik
16. Bahasa awam dari angina pektoris adalah
17. Kekurangan pasokan darah (iskemia) pada otot jantung dapat mengakibatkan
18. Irama jantung yang terlalu cepat karena ada permaslahan di kardiovaskular disebut
19. Penyebab masalah gangguan di GI adalah
20. Obat yang dapat digunakan dalam pengobatan ulkus peptikum
21. Penyebab infeksi virus yang mengenai saluran pernafasan dan bersifat self limited
disebut
22. Dalam penatalaksanaan Common Cold anti bakteri tidak diberikan kecuali terdapat
infeksi yang bersifat
23. Pengobatan dengan menghilangkan atau mengurangi gejala
24. Antihistamin generasi ke-1 &2
25. Dekongestan merupakan golongan obat antagonis reseptor alfa dan beta yang dapat
mempengaruhi
26. Komplikasi dari common cold
27. Hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan
28. Hormon dapat dihasilkan oleh organisme
29. Kematian sel yang terprogram didalam tubuh disebut
30. Hormon dalam tubuh berada pada
31. Insulin merupakan hormon golongan
32. Kelompok hormon yang dapat larut dalam air disebut
33. Lokasi reseptor hormon
34. Berdasarkan radius aksinya hormon parakrin berjalan cukup pendek untuk berinteraksi
dengan reseptor
35. Pada mekanisme kerja hormon, enzim akan menghasilkan AMP siklik dengan mengubah
36. Pada sel hati dan otot, AMP siklik dipicu oleh adrenalin sehingga menghambat enzim
yang dibutuhkan untuk pembentukan
37. Hormon yang berfungsi mengaktifasi gen adalah
38. Kontraindikasi dari terapi hormon
39. Fungsi sistem saraf otonom
40. fungsi dari saraf simpatik
41. klasifikasi obat otonom
42. Reseptor simpatik beta 2
43. Obat sistem saraf otonom yang mempunyai kerja memfasilitasi pelepasan norepinefrin
amfetamin, metamfetamin, efedrin, pseudoefedrin, fenilpropanolamin (PPA) adalah
44. Agonis reseptor simpatis beta 2
45. Obat yang menimbulkan efek adrenergik melalui pelepasan NE ( nor epinefrin) yang
tersimpan dalam ujung saraf adrenergik
46. Agonis selektif reseptor α2
47. Antagonis adrenoseptor ( α- Bloker) selektif
48. Antagonis adrenoseptor β (β - Bloker)
49. Tanda dan gejala asma yang dirasakan pasien
50. Jaringan paru terpejan oleh faktor ekstrinsik dan intrinsik yang merangsang respon
bronkokonstriksi disebut
51. faktor intrinsik yang dipengaruhi oleh lingkungan dan genetik
52. Pengobatan asma dapat dilakukan dengan menggunakan golongan obat
53. Peningkatan siklik AMP menyebabkan relaksasi otot polos, stabilisasi sel mast dan
stimulasi otot rangka merupakan mekanisme kerja
54. Hipersensitifitas terjadi dalam pemberian obat pada pemaparan ke dua karena obat oleh
tubuh dianggap sebagai
55. Produksi histamin yang berlebih dapat mengakibatkan
56. Obat golongan H2 bloker
57. obat yang dapat memblok H4
58. Pada pemberian Metilxantin yang lebih dari 35 mcg/mL dapat menyebabkan
59. Bahan alam yang ditemukan pada tumbuhan dan hewan yang dipergunakan untuk
memelihara kesehatan dan membantu berbagai fungsi tubuh disebut
60. merupakan vitamin yang larut air
61. Fungsi vitamin A
62. Kebutuhan vitamin D per hari
63. Nama lain dari vitamin E
64. Obat yang dapat berinteraksi dengan vitamin E, yang dapat menyebabkan pendarahan
65. Sumber utama vitamin
66. Kondikasi klinis vitamin K
67. Fungsi vitamin B
68. Indikasi klinis vitamin B6
69. Antibiotik harus mempunyai sifat
70. Vitamin yang berfungsi sebagai koenzim dalam mensintesis asam lemak dan asam
piruvat yaitu,
71. Vitamin yang hanya dapat diproduksi oleh bakteri pencernaan
72. Sering makan telur mentah dapat menyebabkan defisiensi vitamin
73. Vitamin yang biasa digunakan bersamaan dengan pasien yang TBC
74. Vitamin yang berhasil diisolasi pada tahun 1960-an dan dapat digunakan untuk
mengatasi penyakit beri-beri yaitu,
75. Sumber vitamin B A
76. Penyebab utama dari PPOK
 1.Perokok
 Polusi udara
 Bahan kimia & debu
 Genetika
 Usia

77. Tanda dan Gejala PPOK


→ Gejala PPOK seringkali tidak muncul sampai terjadi kerusakan paru-paru yang
signifikan, dan biasanya memburuk dari waktu ke waktu, terutama jika paparan rokok
terus berlanjut. Untuk bronkitis kronis, gejala utama adalah produksi batuk dan lendir
(sputum) setidaknya selama tiga bulan dalam dua tahun berturut-turut.

Gejala PPOK yang lain diantaranya adalah:

 Sesak napas, terutama saat aktivitas fisik


 Mengi
 Sesak pada dada
 Kelebihan lendir dari paru-paru
 Batuk kronis yang menghasilkan lendir (dahak) yang mungkin jernih, putih,
kuning atau kehijauan
 Kuku dan bibir pucat
 Penurunan berat badan secara drastis
 Pembengkakan pada kaki atau pergelangan kaki

78. Prinsip terapi pada PPOK

→  Edukasi dan motivasi untuk berhenti merokok

• Farmakoterapi: bronkodilator, steroid, mukolitik, antioksidan

• Terapi non-farmakologis

• Rehabilitas: latihan fisik, latihan pernapasan

• Terapi oksigen jangka panjang (15 jam sehari) pada PPOK Stadium III

• Nutrisi • Pembedahan pada PPOK berat 

79. Bronkodilator yang digunakan untuk penyakit PPOK

→ Obat bronkodilator tipe antikolinergik ini adalah obat yang utamanya digunakan pada
pasien PPOK, meski bisa juga digunakan untuk pasien asma.

Antikolinergik paling sering digunakan dengan inhaler. Namun, lebih disarankan


menggunakan nebulizer jika gejalanya cukup parah.

80. Kombinasi bronkodilator yang memilki efek lebih baik dibanding dengan penggunaan
tunggal

→ Agonis adrenoseptor beta-2 selektif atau ipratropium bromida

81. Untuk menghindari efek samping yang tinggi dari kotiskosteroid maka dilakukan,
→ Oleh karena berbagai efek samping di atas, penggunaan kortikosteroid harus sesuai
dengan petunjuk dokter, baik berapa dosisnya, berapa kali minum dalam sehari, dan
untuk diminum berapa harinya. Masyarakat tidak disarankan untuk mengonsumsi atau
menambah-kurangi dosis obat ini tanpa petunjuk dokter. Untuk mengurangi efek
samping kortikosteroid, pasien dapat mengikuti tips berikut:

Jangan meminum kortikosteroid saat lambung kosong, untuk mengurangi efek samping
terhadap sistem pencernaan

Gunakan spacer pada kortikosteroid inhalasi, untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi


jamur di rongga mulut

Lakukan penyuntikan di tempat berbeda, maksimal penyuntikan kortikosteroid di tempat


yang sama yaitu tiga kali

Pada daerah kulit yang tipis atau lipatan, gunakalah steroid dengan potensi lemah

Hati-hati pada penggunaan sekitar mata, karena dapat menyebabkan glaukoma atau
katarak

82. Kenapa rentang terapetik dari metilxhantin harus diawasi dengan ketat

→ karena reaksi efek samping jarang terjadi pada level serum teofilin yang <20 mcg/mL.
Pada level lebih dari 20 mcg/mL : mual muntah diare sakit kepala insomnia iritabilitas.
Pada level yg lebih dari 35mcg/mL : hiperglisemia, hipotensi, aritma jantung, takikardia
(lebih besaar fari 10 mcg/mL pada bayi prematur), seizure, kerusakan pada otal dan
kematian

83. Antibiotik digunakan dalam pengobatan PPOK apabila,

→ Jadi terapi antibiotic pada pasien PPOK hanya diberikan pada pasien yang memang
menunjukan gejala eksaserbasi yang diakibatkan oleh bakteri. Sementara itu untuk
perawatan jangka panjangnya tetap mengikuti program yang direkomendasikan oleh
GOLD yaitu berdasarkan kategori penyaktnya.

84. Fungsi enzim lipase

→ Menguraikan lemak

85. vitamin yang larut lemak,

→ E, D, A, K

86. Obat yang dapat berinteraksi dengan vitamin D

→ alumunium, antikejang, prednisone, atau obatpencahar, cholestyramine dan orlistat,


calcipotriol, digoxin dan verapamil, diuretik dan diltiazem

87. Efek samping vitamin B


→ jika dikonsumsi berlebih dapat memicu masalah syaraf

88. Kelebihan/over dosis vitamin C dapat menyebabkan

→ memicu timbulnya batu ginjal, diare dan gangguan pencernaan, zat besi terlalu tinggi,
ketidakseimbangan nutrisi, memicu osteofit (pnonjolan tulang pada sendi)

89. Katalisator yangbekerja terhadap proses – proses dari suatu sistem kehidupan

→ Biokatalisator

90. Biolegulator yang terpentingdalam suatu sistem hidup

→ Enzim, vitamin, mineral, serta hormon

91. Fungsi enzim urease

→ Menguraikan ureum

92. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kerja enzim

→ Konsentrasi enzim, konsentrasi subtrat, kondisi suhu, pengaruh pH, pengaruh


inhibitor

93. Enzim yang digunakan untuk anti-inflamasi

→ Papase yg bersalah dari pepaya

94. virus yang mengenai saluran pernafasan

→ pernapasan atas

influenza dan Parainfluenza, Thinoviruses, Epstein-Barr
Virus (EBV), Respiratory Syncytial Virus (RSV), Streptococcus grup
A, Pertussis, serta Diphteria

Pernapasan bawah

Influenza A, Human metapneumovirus (hMPV), Respiratory syncytial


virus (RSV), Varicella-zoster virus (VZV), H. influenzae, Streptococcus pneumoniae,
Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus aureus, Enterobacteria dan bakteri anaerob.

95. Obat yang dapatmenghambat pengeluaran mediator inflamasi seperti

→ COX2 inhibitor

96. Prostaglandinberperan dalam

→ menghambat pengeluaran mediator inflamasi yang menimbulkan reaksi radang


berupa panas , nyeri, merah, bengkak, dan gangguan fungsi
97. Berdasarkanmekanisme kerjanya, obat anti inflamasi terbagi menjadi

→ 1. Golongan anti inflamasi non steroid (AINS) Contoh : Parasetamol, aspirin,


antalgin/metampiron, asam mefenamat, ibuprofen

2. Golongan steroid Contoh : hidrokortison, deksametason, prednison

98. Obat antirematik non steroid

→ meloxicam, diclofenac, ibuprofen

99. Seorang anak 9 th, mengalami kekurangan gizi dan infeksi di saluran pernapasan. Dokter
memberikan obat sulfametoksazol yang mempunyai ikatan protein plasma kuat.
Melihat keadaan pasien diatas maka diperlukan pengurangan dosis obat karena obat akan
banyak beredar dalam bentuk bebas sehingga mengakibatkan ?

→ penyalahgunaan , resistensi, atau efek samping yg serius, mual, muntah, ruam,


gangguan daarah (neuropenia, trombositopenia, agranulositosis dan purpura), reaksi
alergi, diare, stomatis, glositis, anoreksia, artralgia, mialgia, eosinofilia, batuk, nafas
singkat, infiltrat paru meningitis aseptik, sakit kepala, depresi, konvulsi, ataksia, tinitus,,
anemia megaloblastik karena trimetoprim, gangguan elektrolit, kristalaruia, gangguan
ginjal termasuk nefritis interstisialis.

100.Yang dimaksud LD50adalah

→  dosis tertentu yang dinyatakan dalam miligram berat bahan uji per kilogram berat
badan (BB) hewan uji yang menghasilkan 50 % respon kematian pada populasi hewan
uji dalam jangka waktu tertentu

101.Dalam pengujian toksisitas secara prinsipnya mencari,

→ Letal dosis yang menyebabkan kematian 50% pada hewan percobaan

102.Pemeriksaan perubahan genetika dari pengujian toksisitas dapat di lihat dari,

→ Dosis toksik yang jika diberikan dalam jumlah tertentu maka akan menyebabkan
keracunan

103. Pemeriksaantoksikologi obat bertujuan untuk

→ Toksisitas adalah kemampuan suatu bahan atau senyawa kimia untuk menimbulkan
kerusakan pada saat mengenai bagian dalam atau permukaan tubuh yang peka.

→ Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi
dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan uji

104. Menentukan batas keamanan dalam uji toksikologi dapat dihitung dengan rumus
→ Bila hingga dosis 5000 mg/kg BB (pada tikus) tidak menimbulkan kematian, maka uji tidak
perlu dilanjutkan dengan menggunakan dosis bahan uji yang lebih tinggi

105. Model patologik yang biasa digunakan untuk percobaan toksikologi kecuali,

→ Untuk dapat mengetahui informasi efek toksik dari suatu obat atau bahan tertentu, maka
dapat diperoleh dari percobaan menggunakan hewan uji sebagai model yang dirancang pada
serangkaian uji toksisitas yang meliputi uji toksisitas akut oral, toksisitas subkronis oral,
toksisitas kronis oral, teratogenisitas, sensitisasi kulit, iritasi mata, iritasi akut dermal, iritasi
mukosa vagina, toksisitas akut dermal, dan toksisitas subkronis dermal.
Kriteria hewan uji yg digunakan dalam uji toksisitas adalah mencit, tikus, marmut, kelinci

106. Klasifikasi keracunan berdasarkan waktu terjadinya

 - Keracunan akut
 Terjadi mendadak → diagnosa lebih mudah ditegakkan
 Sering mengenai banyak orang
 Gejala sering menyerupai sindrom penyakit (toxidrom)

 Keracunan kronik
 Gejala timbul perlahan & lama sesudah pajanan → diagnosis sulit
ditegakkan
 Ciri khas : zat penyebab diekskresi >24 jam, t1/2 panjang →akumulasi
 Manifestasi kronik pada organ tertentu oleh zat kimia dg t1/2 pendek
akibat akumulasi (ex : nekrosis papila ginjal akibat analgesik)

Anda mungkin juga menyukai