Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK

ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

KODE ETIK, MANUSIA, DAN MASYARAKAT

Disusun Oleh :

KELOMPOK III
Anggi (2007010397)
Hidayah (2007010393)
Muhamad Isnan Sapri ( 2007010394 )
Muhammad Ali Shofie ( 2007010401 )

Dosen : H. Khairul Anam, SH., M.Kes,

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD


ALBANJARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
dengan kehendak-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami juga berterima
kasih kepada bapak H. Khairul Anam, SH., M.Kes, karena dengan bimbingan beliau kami dapat
melengkapi pembahasan dari makalah kami.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas akhir semester satu mata kuliah etika
dan hukum kesehatan, serta memberikan kami dan para pembaca ilmu mengenai materi kode etik,
manusia dan masyarakat.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan bagi kami sendiri.

Kuala Kapuas, 9 januari 2021

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................................iv
PENDAHULUAN................................................................................................................................iv
A. Latar belakang..........................................................................................................................iv
B. Tujuan pembahasan..................................................................................................................iv
BAB II...................................................................................................................................................v
PEMBAHASAN...................................................................................................................................v
I. Kode Etik...................................................................................................................................v
A. Pengertian kode etik...............................................................................................................v
B. Fungsi kode etik....................................................................................................................vi
C. Tujuan kode etik...................................................................................................................vi
D. Prinsip profesionalisme.........................................................................................................vi
E. Penetapan kode etik.............................................................................................................vii
F. Sanksi pelanggaran kode etik..............................................................................................vii
G. Penyebab terjadinya pelanggaran kode etik.........................................................................vii
H. Dampak apabila tidak ada kode etik...................................................................................viii
II. Manusia dan masyarakat........................................................................................................viii
A. Pengertian manusia.............................................................................................................viii
B. Manusia sebagai individu.....................................................................................................ix
C. Manusia sebagai makhluk sosial............................................................................................x
D. Pengertian masyarakat...........................................................................................................x
E. Status dan peran individu dalam masyarakat........................................................................xi
BAB III..............................................................................................................................................xiii
PENUTUP..........................................................................................................................................xiii
Kesimpulan....................................................................................................................................xiii
Saran..............................................................................................................................................xiii
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Adapun yang melatarbelakangi penyusunan makalah ini dilakukan untuk melengkapi tugas
akhir semester satu mata kuliah etika dan hukum kesehatan dan untuk menambah wawasan
mengenai materi yang disajikan. Tugas ini disusun berdasarkan materi tentang kode etik, manusia
dan masyarakat.

B. Tujuan pembahasan

Makalah ini dibuat bertujuan untuk mendapatkan nilai dari mata kuliah etika dan hukum
kesehatan serta mendalami materi dan memberikan wawasan tentang kode etik, manusia dan
masyarakat.
BAB II

PEMBAHASAN

I. Kode Etik

A. Pengertian kode etik


Kode etik berasal dari kata “kode” dan “etik”. dimana kode berarti kumpulan
peraturan atau prinsip yang sistematis dan kata etik sendiri berarti azas akhlak (moral).
Kode etik diartikan sebagai norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok atau
profesi tertentu sebagai landasan tingkah laku. Kode etik juga merupakan tanda atau
simbol berupa kata-kata, tulisan atau benda yang telah disepakati untuk maksud dan
tujuan tertentu. Seperti untuk menjamin suatu berita, keputusan atau kesepakatan
dalam organisasi. secara singkatnya definisi kode etik yaitu suatu pola aturan, tata cara,
tanda, pedoman etis ketika melakukan suatu kegiatan / suatu pekerjaan. Kode etik
merupakan pola aturan / tata cara sebagai pedoman berperilaku. Adapun a rti kode etik
menurut para ahli yaitu :

1. Abin Syamsudin Makmun


Kode etik diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan dan kode etik ini juga disebutkan sebagai
pedoman dalam berperilaku.
2. Sardiman AM
Kode etik merupakan suatu tata susila (etika) atau hal-hal yang berkaitan dengan
kesusilaan dalam mengerjakan suatu perkerjaan.
3. Oteng Susiana
Kode etik merupakan suatu pola atau tata cara etis sebagai pedoman dalam
berprilaku yang dianut oleh sekelompok orang atau masyarakat tertentu.

Sumber : CentraUsaha.com

Kode etik bukanlah merupakan kode yang kaku melainkan kode yang
dapat beradaptasi. Kode etik selalu berkembang meingkuti perubahan zaman
ke zaman. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan membuat
kode etik diciptakan di segala bidang dan profesi. Seperti misalnya kode etik
tentang euthanasia (mati atas kehendak sendiri), sejak dahulu belum
tercantum dalam kode etik kedokteran tapi kini sudah dicantumkan.
B. Fungsi kode etik
Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan dan
pengembangan bagi profesi . Fungsi seperti itu sama seperti apa yang dikemukakan
Gibson dan Michel yang lebih mementingkan pada kode etik sebagai pedoman
pelaksanaan tugas professional dan pedoman bagi masyarakat sebagai seorang
professional.
kode etik memiliki tiga fungsi utama yaitu :

1. Memberikan pedoman bagi para anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang
digariskan.
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
3. Mencegah adanya campur tangan dari luar organisasi profesi mengenai hubungan
etika dalam keanggotaan profesi. Oleh karena etika dalam profesi sangat dibutuhkan
dalam berbagai bidang.

C. Tujuan kode etik


Pada dasarnya, tujuan mengadakan atau merumuskan kode etik dalam suatu profesi
adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi. Secara umum,
tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut :

1. Menjunjung tinggi martabat kode etik dan menjaga pandangan dan kesan pihak luar
atau masyarakat, agar mereka tidak memandang rendah profesi yang bersangkutan.
Oleh karena itu, setiap kode etik yang terdapat dalam suatu profesi akan melarang
berbagai bentuk tindak tanduk anggotanya yang dapat mencemar nama baik profesi.
2. Menjaga kesejahteraan anggotanya yang mencakup hal material, spiritual, emosional
dan mental. Kode etik umumnya memuat larangan untuk perbuatan yang merugikan
kesejahteraan para anggotanya. Misalnya dalam menetapkan tarif-tarif dibawah
minimum bagi honorarium, akan dianggap perbuatan tercela dan merugikan teman
seprofesi.
3. Mengandung aturan yang membatasi tingkah laku yang tidak pantas dan tidak jujur
bagi para anggota profesi dalam berinterkasi dengan sesama rekan anggota profesi.
4. Meningkatkan kegiatan pengabdian profesi, sehingga para anggota profesi dapat
dengan mudah mengetahui tugas serta tanggung jawab pengabdiannya dalam
menjalankan tugas. Oleh karena itu, dalam kode etik dirumuskan berbagai ketentuan
yang perlu dilakukan para anggota dalam melaksanakan tugasnya.
5. Meningkatkan mutu profesi, kode etik memuat norma dan anjuran agar para anggota
profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.
6. Meningkatkan mutu organisasi, dalam kode etik semua anggota wajib untuk
berpartisipasi secara aktif dalam membina organisasi dan kegiatan-kegiatan yang
dirancang organisasi.

D. Prinsip profesionalisme
Bekerja secara profesional juga merupakan suatu bentuk ketaatan anggota profesi
dalam mematuhi peraturan dan tidak melanggar kode etik. Adapun prinsip tersebut
sebagai berikut:

1. Profesionalisme menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil (perfect result)


sehingga kita dituntut untuk selalu berusaha meningkatkan kualitas.
2. Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang diperoleh dari
pengalaman dan kebiasaan.
3. Profesionalisme juga menuntut ketekunan dan kesabaran, dimana terkadang kita
memiliki sifat tidak mudah puas atau putus asa dalam mencapai target.
4. Profesionalisme membutuhkan integritas tinggi yang tidak bisa tergoyahkan oleh
keadaan yang terpaksa dan kenikmatan hidup.
5. Profesionalisme juga memerlukan adanya kebulatan fikiran dan perbuatan, efektivitas
kerja yang tinggi akan selalu terjaga.

E. Penetapan kode etik


Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi suatu perkumpulan atau perserikatan
suatu profesi untuk para anggotanya. Penetapan kode etik lazim dilakukan pada suatu
kongres organisasi profesi. Dengan demikian, penetapan kode etik tidak boleh dilakukan
oleh orang secara perorangan, melainkan harus dilakukan oleh orang – orang yang diutus
untuk dan atas nama anggota-anggota profesi dari organisasi tersebut.
Kode etik dari suatu organisasi hanya akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam
menegakkan disiplin dikalangan profesi tersebut, jika orang yang menjalankan profesi
tersebut tergabung (menjadi anggota dalam suatu organisasi profesi tersebut). Apabila
setiap orang yang menjalankan suatu profesi secara otomatis tergabung dalam suatu
organisasi atau ikatan profesional, maka barulah ada jaminan bahwa profesi tersebut
dapat dijalankan secara murni dan baik, karena setiap anggota profesi yang melakukan
pelanggaran yang serius terhadap kode etik dapat dikenakan sanksi.

F. Sanksi pelanggaran kode etik


Sanksi pelanggaran kode etik setiap profesi dan organisasi berbeda-beda. Di sini kami
akan memberikan contoh sanksi pelanggaran kode etik kedokteran.. Berdasarkan
Mekanisme Pemberian Sanksi sesuai Pedoman Organisasi dan Tata Laksana Kerja
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran ( ORTALA MKEK ) pemberian sanksi
terhadap dokter terhukum/pelanggar etik dapat berupa penasihatan, peringatan lisan,
peringatan tertulis, pembinaan perilaku, pendidikan ulang (re-schooling), hingga
pemecatan keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), baik secara sementara atau pun
permanen. Pada umumnya sanksi etik tersebut bersifat pembinaan, kecuali pemecatan
keanggotaan yang bersifat permanen atau pencabutan keanggotaan seumur hidup.
Ketentuan pemberian sanksi secara umum dilakukan dengan tiga tahap yaitu:

1. Tahap pertama, merumuskan tujuan sanksi yang diberikan.


2. Tahap kedua, menentukan berat ringannya sanksi berdasarkan beberapa
pertimbangan: jenis pelanggaran, berat ringannya pelanggaran berdasarkan
konsensus atau ketentuan yang berlaku, riwayat pelanggaran, dan faktor-faktor
penyerta lain.
3. Tahap ketiga, pelaksanaan sanksi yang konkrit dan terawasi.

G. Penyebab terjadinya pelanggaran kode etik


Adapun penyebab terjadinya pelanggaran kode etik ni di latar belakangi karena :

1. Tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari masyarakat,


2. Organisasi profesi tidak dilengkapi dengan sarana dan mekanisme bagi
masyarakat untuk menyampaikan keluhan,
3. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang substansi kode etik profesi, dan juga
karena buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak profesi sendiri, serta
4. Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi untuk
menjaga martabat luhur profesinya.
H. Dampak apabila tidak ada kode etik
Secara umum hal terjadi apabila tidak adanya kode etik dalam dunia profesi dan
organisasi adalah :

1. Terjadi penyalagunaan profesi.


2. Kemungkinan mengabaiakan tanggungjawabnya karena tidak ada pedoman.
3. Memungkinkan setiap individu untuk mendahului atau mengutamakan kepentingan
pribadinya, seperti korupsi.
4. Apabila tanpa kode etik, seseorang bisa saja memberikan image yang buruk dari
profesinya kepada masyarakat.

II. Manusia dan masyarakat

A. Pengertian manusia

Sumber : www.pixabay.com

Secara etimologi, kata “manusia” berasal dari bahasa Sansekerta yakni dari kata
“manu” , dan bahasa Latin yakni “mens”  yang berarti berpikir, berakal budi atau
makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Manusia disebut juga
sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial merupakan mahkluk yang
berhubungan secara timbal-balik dengan manusia lain. Dalam sosiologi, mahkluk
sosial adalah sebuah konsep ideologis dimana masyarakat atau struktur sosial dipandang
sebagai sebuah "organisme hidup". Selain itu, manusia di sebut juga sebagai individu.
Adapun pengertian individu menurut para ahli sebagai berikut.

1. Menurut Marthen Luter


Individu berasal dari kata individum (Latin), yaitu satuan kecil yang tidak dapat
dibagi lagi. Individu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri
sendiri. Individu sebagai mahkluk ciptaan tuhan di dalam dirinya selalu dilengkapi
oleh kelengkapan hidup yang meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun.

 Raga, merupakan bentuk jasad manusia yang khas yang dapat membedakan
antara individu yang satu dengan yang lain, sekalipun dengan hakikat yang sama.
 Rasa, merupakan perasaan manusia yang dapat menangkap objek gerakan dari
benda-benda isi alam semesta atau perasaan yang menyangkut dengan keindahan
 Rasio atau akal pikiran, merupakan kelengkapan manusia untuk mengembangkan
diri, mengatasi segala sesuatu yang diperlukan dalam diri tiap manusia dan
merupakan alat untuk mencerna apa yang diterima oleh panca indera.
 Rukun atau pergaulan hidup, merupakan bentuk sosialisasi dengan manusia dan
hidup berdampingan satu sama lain secara harmonis, damai dan saling
melengkapi. Rukun inilah yang dapat membantu manusia untuk membentuk
suatu kelompok sosial yang sering disebut masyarakat
2. Menurut Viniagustia
Merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan
yang paling kecil dan terbatas.

B. Manusia sebagai individu


Individu adalah seseorang/seorang manusia secara utuh. Utuh di sini diartikan sebagai
suatu sifat yang tidak dapat dibagi-bagi. Merupakan satu kesatuan antara jasmaniah dan
rohaniah yang melekat pada diri seseorang.
Setiap individu mempunyai cirri khas yang berbeda dengan individu lainnya, seperti
bentuk fisik, kecerdasan, bakat, keinginan, perasaan dan memiliki tingkat pemahaman/arti
tersendiri terhadap suatu objek. Jadi individu adalah kondisi internal dari seorang manusia
yang berfungsi sebagai subjek. Manusia selaku individu mempunyai 3 naluri, yaitu:

1. Naluri mempertahankan kelangsungan hidup


Naluri mempertahankan kelangsungan hidup telah menimbulkan berbagai
kebutuhan. Salah satu kebutuhan yang paling mendasar adalah kebutuhan fisiologis
yang terdiri dari makan, minum dan perlindungan. Semua kebutuhan tersebut didapat
dari lingkungan dimana manusia tinggal, dan dalam memanfaatkan lingkungan
tersebut membutuhkan teknologi. Teknologi dapat diartikan sebagai cara-cara/alat
yang dipergunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi teknologi
tidak hanya mencakup perlatan modern/mesin saja. Panah untuk berburu, bertani
berpindah-pindah dan alat/cara sederhana lain termasuk ke dalam teknologi.
Kebutuhan manusia sangat beragam dan kebutuhan ini lebih mudah dipenuhi kalau
individu hidup berkelompok dengan individu lainnya.
2. Naluri untuk mempertahankan kelanjutan penghidupan keturunan
Naluri untuk mempertahankan keturunan, menuntut adanya kebutuhan akan rasa
aman (safety need) baik dari gangguan cuaca yang tidak nyaman, binatang
liar/manusia lain. Pakaian yang dibuat dari berbagai jenis bahan dan model
disesuaikan dengan kondisi cuaca. Perumahan dengan bermacam-macam bahan dan
juga bentuk, pada dasarnya adalah usaha untuk memperoleh rasa aman dari berbagai
gangguan. Adapun keanekaragaman bahan dan model yang dipergunakan sangat
tergantung pada lingkungan. Seperti rumah di daerah tropis umumya dibuat dari
kayu/bambu dengan model atap segitiga/kerucut dan sering kali dibawahnya tidak
langsung menyentuh tanah, tapi bertonggak/berkolong. Di iklim sedang rumah
banyak dibangun dari bata/tanah, atapnya rata/datar, sedangkan di daerah dingin
orang Eskimo membuat rumah dari es dengan bentuknya yang bukat saja. Semua itu
tergantung pada cuaca dan bahan mentah yang ada di lingkungannya. Perkawinan
selain untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia, juga merupakan cerminan dari
adanya ketergantungan individu terhadap individu lain dan adanya naluri untuk
meneruskan keturunan.
3. Naluri ingin tahu dan mencari kepuasan
Setiap manusia mempunyai naluri untuk ingin tahu tentang sesuatu yang ada di
sekitarnya, baik itu lingkungan alam maupun lingkungan manusia lainnya. Adanya
perbedaan alam seperti daratan, perbukitan, pegunungan; perbedaan penyebaran
tumbuhan dan hewan; perbedaan fisik manusia seperti ada yang berkulit hitam, putih,
sawo matang, berbadan jangkung, pendek dan sebagainya; perbedaan budaya
manusia seperti dalam hal cara makan ada yang makan pakai tangan, sendok, sendok
garpu dan pisau; perbedaan dalam berpakaian, mata pencaharian, bentuk rumah dan
sebagainya. Semua itu telah mendorong manusia untuk mencari tahu. Pertanyaan
”apa, mengapa, bagaimana dan siapa” telah melahirkan sistem pengetahuan, yang
kemudian disusun menjadi sistematis melalui aturan-aturan tertentu sehingga
melahirkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan ini pada dasarnya adalah untuk
memenuhi kebutuhan spiritual/batin manusia. Sedangkan penerapan ilmu dalam
bentuk cara dan alat untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia disebut teknologi.
Jadi teknologi adalah berbagai cara/alat untuk memenuhi kebutuhan material
manusia.
Keduanya tidak dapat dipisahkan untuk menunjang dan memenuhi kebutuhan
manusia baik selaku individu maupun masyarakat. Ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dimiliki individu tidak seluruhnya hasil dari pengalaman sendiri, tetapi lebih
banyak dari belajar dan meniru orang lain. Karena itu dalam memenuhi nalri ingin
tahu dan mencari kepuasanpun tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kelompok.

C. Manusia sebagai makhluk sosial


Manusia adalah makhluk yang tidak dapat dengan segera menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Pada masa bayi sepenuhnya manusia tergantung kepada individu lain. Ia
belajar berjalan, belajar makan, belajar berpakaian, belajar membaca, belajar membuat
sesuatu dan sebagainya, memerlukan bantuan orang lain yang lebih dewasa. Menurut
Malinowski (1949) , salah satu tokoh ilmu Antropologi dari Polandia menyatakan bahwa
ketergantungan individu terhadap individu lain dalam kelompoknya dapat terlihat dari
usaha-usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan sosialnya yang
dilakukan melalui perantaraan kebudayaan.
Rasa aman secara khusus tergantung kepada adanya sistem perlindungan dalam
rumah, pakaian dan peralatan. Perlindungan secara umum, dalam pengertian
gangguan/kelompok lain akan lebih mudah diwujudkan kalau manusia berkelompok.
Untuk menghasilkan keamanan dan kenyamanan hidup berkelompok ini, diciptakan
aturan-aturan dan kontrol-kontrol social tentang apa yang boleh dan yang tidak boleh
dilakukan oleh setiap anggota kelompok. Selain itu ditentukan pula siapa yang berhak
mengatur kehidupan kelompok untuk tercapainya tujuan bersama.

D. Pengertian masyarakat
Masyarakat dalam Bahasa Inggris disebut society, artinya sekelompok manusia yang
hidup bersama, saling berhubungan dan mempengaruhi, saling terikat satu sama lain
sehingga melahirkan kebudayaan yang sama. Pengertian sekelompok manusia di sini,
tidak mempunyai batas yang jelas harus beberapa orang, tetapi jumlahnya minimal 2
orang. Anderson dan Parker (Astrid: 1977), menyebutkan bahwa masyarakat adalah:

1. Adanya sejumlah orang,


2. Tinggal dalm suatu daerah tertentu,
3. Mengadakan hubungan satu sama lain,
4. Saling terikat satu sama lain karena mempunyai kepentingan bersama,
5. Merupakan satu kesatuan sehingga mereka mempunyai perasaaan solidaritas,
Adanya saling ketergantungan,
6. Masyarakat merupakan suatu sistem yang diatur oleh norma-norma/aturan-aturan
tertentu, dan
7. Menghasilkan kebudayaan.

Menurut Soejono Soekamto (1987), beberapa ciri masyarakat perkotaan yang


menonjol adalah:
1. Kehidupan beragama kurang karena disebabkan adanya cara berpikir yang rational,
yang berdasakan pada perhitungan-perhitungan eksak,
2. Dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain,
3.  Pembagian kerja lebih tegas dan mempunyai batas-bats yang nyata,
4. Banyak peluang mendapat kerja daripada orang desa,
5. Jalan pikiran yang rasional menyebabkan interaksi sosial berdasarkan kepentingan
daripada faktor pribadi,
6. Jalan kehidupan yang cepat mengakibatkan pentingnya faktor waktu, dan
7. Perubahan sosial tampak jelas dan cepat sebagai akibat terbukanya pengaruh dari
luar.

Sumber : radarutara. Id

E. Status dan peran individu dalam masyarakat


Setiap individu dalam masyarakat mempunyai peran (role)dan kedudukan (status)
yang berbeda. Peran adalah pola perilaku yang diharapkan dari seseorang yang
mempunyai posisi (status) tertentu. Sedangkan kedudukan (status) adalah posisi
seseorang dalam kelompok. Mengingat setiap individu mempunyai kepentingan yang
beragam, maka setiap individu mempunyai kepentingan yang beragam, maka setiap
individu dapat berstatus dan berperan di kelompok sesuai dengan kepentingan itu.
Setiap individu harus berperilaku atau berperan sesuai dengan kedudukannya agar ia
dapat diterima dan diakui keberadaanya. Karena setiap organisasi mempunyai aturan
sendiri, maka sanksi yang diberikan oleh setiap organisasi kepada anggota yang
melanggar pun berbeda pula. Sanksi ini bertujuan menjaga keutuhan, keseimbangan,
kestabilan kelompoknya sehingga tujuan kelompok dapat tercapai.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang mempunyai peran dan tugas yang berbeda.
Tugas seorang Dokter berbeda dengan guru, petani, supir atau TNI/POLRI. Tetapi
masing-masing saling membutuhkan, saling bekerja sama untuk mencapi tujuan yang
sama yaitu terpenuhinya kebutuhan dan mencapi kesejahteraan. Dengan demikian peran
dan kedudukan sangat penting untuk menjaga keseimbangan dan integritas sosial.
Kedudukan atau status seseorang dalam masyarakat ada 2 macam:

1. Ascribed status
Yaitu kedudukan yang diperoleh tanpa melalui perjuangan atau usaha sendiri.
Biasanya diperoleh melalui kelahiran, seperti anak yang bergelar raden, otomatis
anaknya juga bergelar raden. Seorang anak menjadi raja karena ayahnya adalah raja.
Status ini sering pula disebut status yang tertutup, karena setiap orang tidak bisa
menjadi anggota secara bebas. Perkawinan biasanya adalah cara untuk masuk ke
dalam status ini.
2. Achieved status
Yaitu kedudukan yang diperoleh melalui usaha atau perjuangan sendiri.
Seseorang yang menjadi direktur sebuah perusahaan karena memang ia rajin dan ulet.
Status seseorang menjadi guru karena ia berhasil masuk dan belajar dengan baik di
IKIP. Status ini bersifat terbuka artinya setiap orang dapat mencapainya atau
meraihnya karena kemampuan masing-masing individu dalam beprestasi.

Setiap status dan kedudukan mempunyai seperangkat simbol atau lambang yang
dapat mencerminkan statusnya. Seperti orang yang berstatus ekonomi tinggi
tercermin dari bentuk dan luas rumah, seorang guru tercermin sikap dan pakainnya,
seorang TNI/POLRI dari kegagahan dan pakaiannya, seseorang dari golongan ningrat
akan tampak dari cara berbicara dan sopan santunnya. Banyak simbol yang dapat
mencerminkan status atau kedudukan seseorang dalam masyarakat.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat kami tarik mengenai materi kode etik adalah Kode etik diartikan
sebagai norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok atau profesi tertentu sebagai landasan
tingkah laku. Fungsi penting kode etik adalah untuk memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi
tentang profesionalitas tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Tujuan utama suatu profesi
atau organisasi menyusun kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan
memelihara kesejahteraan para anggota, meningkatkan pengabdian anggota profesi, dan
meningkatkan mutu pofesi.
Adapun kesimpulan yang dapat kami tarik mengenai manusia dan masyarakat adalah bahwa
manusia dapat didefinisikan sebagai seseorang atau seorang secara utuh yang hidup dalam kerangka
hidup yang diyakininya, sementara masyarakat adalah sekolompok manusia yang hidup dan menetap
dalam sebuah ruang atau tempat dimana manusia tersebut saling melakukan interaksi. Setiap manusia
tidak akan bertahan hidup selama tidak hidup dalam kerangka masyarakat sebab manusia saling
membutuhkan dengan manusia yang lain sehingga lahirlah peranan bagi manusia di dalam
masyarakat, serta manusia dalam interaksi sosialnya.

Saran

Kami sadar bahwa dalam penyusunan dan pemaparan materi makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Kami membutuhkan saran dan kritikan dari para pembaca untuk lebih meningkatkan
penyusunan dan pemaparan materi yang akan datang kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Dosenpendidikan, 2020. https://www.dosenpendidikan.co.id/kode-etik/. Di akses pada 7 januari


2021.

Id.wikipedia.org, 2019. https://id.wikipedia.org/wiki/Makhluk_sosial. Di akses pada 8 januari 2021.

Jagad.id, https://jagad.id/pengertian-kode-etik/#:~:text=Kode%20etik%20merupakan%20suatu
%20pola,sekelompok%20orang%20atau%20masyarakat%20tertentu. Di akses pada 7 januari 2021.

Jaririndu.blogspot.com, https://jaririndu.blogspot.com/2012/01/makalah-individu-dan-
masyarakat.html. Di akses pada 8 januari 2021.

N, Sora, 2015. http://www.pengertianku.net/2015/02/pengertian-kode-etik-dan-tujuannya-


lengkap.html. Di akses pada 7 januari 2021.

Pelayananpublik.id, 2019. https://pelayananpublik.id/2019/08/24/tentang-manusia-pengertian-asal-


usul-dan-jenisnya/#:~:text=Sederhananya%2C%20manusia%20adalah%20hewan%20yang,(mampu
%20menguasai%20makhluk%20lain). Di akses pada 8 januari 2021.

Rozaliyani, Anna, Putri Dianita Ika Meilia, dan Nurfanida Librianty. 2018. Prinsip Penetapan Sanksi
bagi Pelanggaran Etik Kedokteran. JEKI/ilmiah.id. Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 2 No. 1 Mar
2018. http://ilmiah.id/index.php/jeki/article/viewFile/13/11#:~:text=Dalam%20ORTALA%20MKEK
%2C%20pemberian%20sanksi,secara%20sementara%20atau%20pun%20permanen. Di akses pada 7
januari 2021

Anda mungkin juga menyukai