Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Keberagaman
Later Belakang Peserta Didik dalam Pendidikan Terkhusus Pendidikan Inklusif”.
       Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ida Murni yang telah membimbing kami
dalam menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada orang tua dan
teman-teman  yang telah mendukung dan membantu baik dalam bentuk materi dan informasi
sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.
    
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan tentang
paragraf. Kami juga menyadari sepenuhnya dan meminta maaf bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah
disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
                                                                                      

 Padang, 27 September 2019

Kelompok V
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….….

KATA PENGANTAR……………………………………………………….……..1

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….2

BAB I PENDAHULUAN.

A. LATAR BELAKANG……………………………………………………...3
B. RUMUSAN MASALAH….......…………………………………….……...4
C. TUJUAN……………………………………………………………………4

BAB II PEMBAHASAN

A. Keberagaman peserta didik dalam pendidikan terkhusus dalam pendidikan


inklusif…………………………………………………….………………5

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN……………………………………………………….…12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………....……………...13
BAB I

PEMBUKAAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No.
20/2003, pasal 1, ayat 1) Pernyataan dalam kalimat tersebut menjadi arah bagi penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia, bahwa pendidikan itu harus diupayakan, agar semua orang memiliki
kemandirian lahir batin serta harus menjadi bagian dari warga negara yang produktif dan dapat
membangun negara dan bangsanya.
Pendidikan juga berarti suatu proses membuka, membentuk, dan mengarahkan pemikiran
kita serta merupakan transfer pengetahuan dari generasi ke generasi lain. Selama hidup
pemikiran kita terus berubah dengan sangat cepatnya. Banyak pengetahuan praktis dan faktual
dari generasi sebelumnya kemudian menjadi kuno atau usang bahkan ketika masih dalam masa
generasi itu. Oleh karena itu perubahan yang terjadi di masyarakat harus dapat direfleksikan
dalam pendidikan yang ditawarkan bagi peserta didik. Bukan hanya apa yang diajarkan tetapi
bagaimana cara mengajarkannya sangatlah penting. Selain itu, pendidikan juga diperlukan untuk
mempersiapkan peserta didik agar dapat menghadapi tantangan hidup yang senantiasa berubah.
Pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus telah diupayakan agar mereka memperoleh
kesempatan pendidikan melalui berbagai akses yang ditawarkan. Pada tahun 1980-an bangsa
Indonesia telah mencoba menyelenggarakan pendidikan integrasi atau pendidikan terpadu,
meskipun masih terbatas pada pengintegrasian antara peserta didik tunanetra dengan peserta
didik lainnya yang tidak tunanetra di sekolah reguler. Pada tahun 2000 wacana berkembang ke
arah pendidikan inklusif dan bahkan pada tahun 2001 pendidikan inklusif telah menjadi program
Direktorat Pendidikan Luar Biasa (sekarang Mohamad sugiarmin PLB 2 Direktorat Pembinaan
Sekolah Luar Biasa) Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.Selain pembinaan
Sekolah Luar Biasa (SLB),Direktorat Pembinaan SLB juga menangkap isu penting pendidikan
inklusif. Dalam pendidikan inklusif setiap individu dipandang sebagai pribadi yang unik. Di
dunia ini tidak ada dua orang yang persis sama, bahkan anak kembar satu telur sekalipun pasti
memiliki perbedaan secara nyata. Oleh karena itu dalam pendidikan inklusif harus dipahami
bahwa orang-orang yang berbeda ras atau suku, agama, kecacatan, dan anak-anak dari semua
umur harus belajar dan tumbuh dalam lingkungan secara bersama serta hidup dalam komunitas
yang sama.
Perkembangan saat ini, memandang bahwa manusia merupakan makhluk bhineka (individual
differences), kekurangan atau keunggulan adalah suatu bentuk kebhinekaan atau keberagaman
manusia. Pandangan seperti ini menunjukkan bahwa perbedaan peserta didik ke dalam
kelompok normal dan tidak normal, pintar dan bodoh menjadi tidak relevan lagi. Terlebih jika
diperhatikan adanya individu-individu yang dianggap berkekurangan atau penyandang cacat
ternyata mampu meraih prestasi tingkat dunia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana keberagaman latar belakang peserta didik dalam dunia pendidikan terkhusus
dalam pendidikan inklusif?

C. TUJUAN

Peserta didik berkebutuhan khusus sebagai bagian dari peserta didik pada umumnya
berhak untuk memperoleh pendidikan yang sama. Dan diharapkan kita mampu menghargai
keberagaman atau perbedaan tersebut meskipun dari berbagai latar belakang yang berbeda.
BAB II

PEMBAHASAN

Peserta didik berkebutuhan khusus sebagai bagian dari peserta didik pada umumnya
berhak untuk memperoleh pendidikan yang sama. Kesempatan memperoleh pendidikan tidak
terbatas hanya di sekolah khusus atau sekolah luar biasa, akan tetapi juga di sekolah umum atau
sekolah reguler, terutama sekolah yang terdekat dengan tempat tinggalnya.

Setiap anak mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri, memiliki cita-cita dan
harapannya sendiri, sehingga memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. Sistem pendidikan
bukanlah memisahkan antara peserta didik berkebutuhan khusus dengan peserta didik umumnya
yang tidak berkebutuhan khusus, melainkan sistem pendidikan yang dapat menampung
kebutuhan setiap anak dalam satu lembaga pendidikan yang dipersatukan.

Pendidikan inklusif memberikan kesempatan yang sama antara peserta didik


berkebutuhan khusus dengan peserta didik umumnya untuk menerima pendidikan dengan
kualitas yang sama dalam satu kegiatan pembelajaran dalam satu kelas. Sebagai sebuah
pendekatan yang berhubungan dengan pengembangan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan belajar seluruh peserta didik, pendidikan inklusif mengakomodasi semua peserta didik
tanpa memandang kondisi ekonomi,social, budaya daerah, fisik, mental, emosi, perilaku, dan
kondisi lainnya. Pendidikan inklusif didasarkan pada persamaan hak untuk mendapat pendidikan
tanpa diskriminasi.

A. KEBERAGAMAN PESERTA DIDIK DALAM BERBAGAI LATAR BELAKANG

Manusia merupakan makhluk ciotaan than yang memiliki Banyak kelebihan dibandingkan
Dungan makhluk ciptaan than lainnya,di camping juga memiliki keterbatasan dalam Harkat Dan
martabat sebagai manusia terkandung 5 hal.

a. Makhluk ciptaan yang paling indah Dan sempurna dalam penciptaannya.


b. Makhluk yang paling Tinggi derajatnya.
c. Manusia sebagai Khalifa di muka bump.
d. Makhluk yang memiliki ham.

1. EKONOMI
Status ekonomi adalah kelompok orang berdasarkan karakteristik ekonomi, individual,
dan pekerjaannya. Kelas sosial menunjukkan lebih dari sekedar tingkat penghasilan dan
pendidikan. Bersama kelas sosial terdapat seperangkat perilaku, harapan, dan sikap yang
ditemukan dimana-mana, yang saling bersinggungan dengan dan dipengaruhi oleh faktor-faktor
budaya lainnya. Asal kelas sosial siswa mempunyai efek yang sangat besar terhadap sikap dan
perilaku di sekolah. Hasil belajar siswa di sekolah mempunyai korelasi yang tinggi dengan latar
belakang ekonomi, karena segala kebutuhan peserta didik yang berkenaan dengan pendidikan
selalu membutuhkan sosial ekonomi keluarga, dengan artian secara umum bahwa sekolah
membutuhkan uang untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, membutuhkan sarana dan
prasarana tergantung pada jumlah uang yang ada. Latar belakang sosial ekonomi orang tua,
meliputi pendidikan, pendapatan dan pekerjaan orang tua. Jadi orang tua yang memiliki latar
belakang ekonomi yang tinggi, akan lebih mampu menyediakan berbagai kebutuhan belajar
anaknya sehingga hasil belajar anak juga akan tinggi.

2. SOSIAL
Latar belakang sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat ; yakni manusia-
manusia lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk juga kedalam faktor sosial adalah
tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku
dimasyarakat itu. Sejak dilahirkan, peserta didik telah mulai bergaul dengan orang-orang
disekitarnya. Dengan lingkungan yang pertama adalah keluarga. Dalam perkembangan anak,
peranan keluarga sangat penting dan menentukan bagi pembentukan kepribadian selanjutnya.
Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh yang bermacam-macam
pula terhadap perkembangan kepribadian anak. 
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak kecil adalah sangat mendalam
dan menentukan perkembangan pribadi anak selanjutnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh itu
merupakan pengalaman yang pertama, pengaruh yang diterima anak masih terbatas jumlah dan
luasnya, intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena berlangsung terus menerus, serta umumnya
pengaruh itu diterima dalam suasana bernada emosional. Kemudian semakin besar seorang anak
maka pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini dapat diartikan
bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan
kepribadian.

3. BUDAYA
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing peserta didik
tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan.
Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan
kepribadian antara lain:

a. Nilai-nilai (Values)
Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh
manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai anggota suatu
masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku di
masyarakat itu.

b. Adat dan Tradisi.


Adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di samping menentukan nilai-nilai yang
harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan pula cara-cara bertindak dan bertingkah
laku yang akan berdampak pada kepribadian seseorang.

c. Pengetahuan dan Keterampilan.


Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu masyarakat
mencerminkan pula tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi kebudayaan
suatu masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara kehidupannya.

d. Bahasa
Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa merupakan
salah satu faktor yang turut menentukan cirri-ciri khas dari suatu kebudayaan. Betapa erat
hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang memiliki bahasa itu. Karena bahasa
merupakan alat komunikasi dan alat berpikir yang dapat menunukkan bagaimana seseorang itu
bersikap, bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan orang lain.

e. Milik Kebendaan (material possessions)


Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju dan modern pula alat-
alat yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi
kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu.

4. DAERAH
Keberagaman peserta didik didalam pendidikannya juga dipengaruhi dari asala daerah
masing- masing peserta didik itu sendiri. Ketika peserta didik berasal dari daerah yang berbeda
dari tempatnya belajar maka anak tersebut harus bisa menerima keberagaman daerah baru itu
disamping dengan memperkenalakan kebergaman daerah asalnya kenapa, karena dengan adanya
hal ini para peserta didik yang beraal dari berbagai daerah tidak aka nada unsur diskrimknatif
dan menunjang kelancaran proses pendidikan peserta didik. Walaupun ada ciri-ciri yang pada
dasarnya sudah dibawa sejak lahir, lingkungan tetap bisa mempengaruhi inteligensi. Inteligensi
tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang
dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari
lingkungan juga memegang peranan yang amat penting.

5. FISIK
Latar belakang fisik atau biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan
keadaan jasmani, atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik,
pencernaan, pernafasaan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan,
dan sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah 
menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat kita lihat pada setiap bayi yang baru
lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh
dari keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing.
Keadaan fisik tersebut memainkan peranan yang penting pada kepribadian seseorang.
6. MENTAL
Sikap telah didefenisikan oleh para ahli dalam banyak versi bahkan hampir mencapai
puluhan devenisi tersebut pada umumnya dapat dimasukkan ke dalam tiga kerangka pemikiran
tentang sikap mental berikut ini:
a. Kerangka pemikiran yang pertama mengatakan bahwa sikap adalah : “suatu bentuk
evaluasi atau reaksi perasaan atau sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah
perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan yang tidak
mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada obyek tersebut” (Azwar,
2007:5).Dapat dikatakan bahwa sikap menurut kerangka pemikiran ini adalah terbatas
pada aspek penilaian semata (AFEK) terhadap suatu obyek.
b. Kelompok pemikiran kedua mengatakan bahwa sikap adalah semacam kesiapan
untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara  tertentu “ (Azwar, 2007 : 5).
Dapat pula dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksud adalah kecenderungan potensial
untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus
yang menghendaki adanya respon.
c. Adapun kelompok pemikiran yang ketiga adalah kelompok yang berorientasi pada
skema triadik (triadic sceheme). Menurut pemikiran ini sikap merupakan konstalasi
komponen-komponen kognitif, afetif, dan kognitif yang saling berinteraksi dalam
memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek (Azwar, 2007 : 5).
Oleh karena itu sikap merupakan kesiapan dan kesedian seseorang untuk menerima
atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu, apakah berarti
atau tidak bagi dirinya. Itulah sebabnya sikap berhubungan dengan pengetahuan dan
perasaan seseorang terhadap objek. Sikap juga dapat dipandang sebagai
kecenderungan seseorang untuk berperilaku. Sementara hasil belajar sikap nampak
dalam bentuk kemauan, minat, perhatian, perubahan perasaan. Dan sikap dapat
dipelajari dan diubah melalui proses belajar.

7. EMOSI
Menurut Allport (1937) temperamen adalah gejala karakteristik daripada sifat emosi
individu, termasuk juga mudah-tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya
bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara daripada fluktuasi dan intensitas suasana
hati. Gejala ini bergantung pada faktor konstitusional, dan karenanya terutama berasal dari
keturunan. Adapun beberapa jenis temparemen atau emosi sebagai berikut :
a. Sanguine
Seseorang yang memiliki tipe sanguine adalah orang yang ramah dan hangat, berusaha
menyenangkan hati orang lain, supel dalam bergaul, kehadirannya meramaikan suasana, mudah
tertawa tapi mudah pula terharu. Tetapi orang jenis ini punya kekurangan, seperti sembrono,
sering berbohong/membual, kurang bisa diandalkan dalam melaksanakan tanggung jawabnya,
kurang berpikir panjang, kurang tekun, jika dimarahi dia akan menangis tersedu-sedu tetapi ia
akan langsung melupakannya.

b. Melankolis
Seseorang yang memiliki tipe melankolis ini adalah orang yang tekun dalam
melakukan sesuatu, berbakat, pefeksionis, suka yang indah-indah, setia, biasanya tanpa disuruh
dia akan langsung mengerjakan tugasnya, sangat menjaga barang pribadi, hanya dengan disindir
saja dia sudah langsung tahu letak kesalahannya dan berusaha untuk memperbaikinya. Tapi
orang jenis ini sangat perasa dan cenderung pemurung, sangat sensitif dan mudah tersinggung,
kata-kata kasar yang dituju padanya akan sangat melukai hatinya dan sulit untuk dia lupakan,
cenderung pendendam dan menarik diri dari lingkungan luar serta mengasihani diri sendiri.

c. Kolerik
Seseorang yang mempunyai temperamen jenis ini merupakan orang yang berkemauan
keras, berjuang untuk mendapatkan apa yang diinginkannya (ambisius), mandiri, punya rasa
percaya diri yang kuat, suka menjadi pemimpin, aktif dan produktif. Tapi orang jenis ini
cenderung keras kepala, cenderung ingin menjadi dominan di antara teman-temannya, cenderung
bertindak agresif, dan cenderung menentang otoritas pemimpin secara terang-terangan.
d. Flegmatik
Berasal dari kata flegma yang artinya ketidakacuhan atau sikap dingin yang apatis
dan menjemukan. Keseluruhan sifat ini tampaknya kebalikan dari kolerik. Orang dengan tipe ini
adalah orang yang cinta ketenangan dan kedamaian, pendiam, tidak rewel, penurut, easy going,
dan tidak banyak menuntut. Tapi orang jenis ini terkesan lamban, pasif, kurang motivasi, egois,
pelit, tidak menyerang otoritas pemimpin secara terang-terangan, tapi sebenarnya dia keras
kepala juga dan cenderung sembunyi-sembunyi untuk tidak mematuhi peraturan. Banyak orang
yang menganggapnya sebagai pemalas karena sifat dasarnya yang sangat santai dan kurang
berambisi.

8. PERILAKU
Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi dengan
lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak tampak, dari yang
dirasakan sampai yang tidak dirasakan. Dalam interaksinya, seseorang bisa menimbulkan
perilaku yang bermacam-macam. Bila dikaitkan dengan belajar dan pendidikan, perilaku
bergeser mengalami sebuah perubahan, misalnya, perilaku buruk menjadi baik, dari tidak
terampil menjadi terampil, dari tidak tahu menjadi tahu, dan lain sebagainya.
Selama proses belajar-mengajar berlangsung, terjadi interaksi antara pengajar dan siswa.
Setiap siswa mendapat dan menghadapi tugas belajar dan pengajar harus mendampingi siswa
dalam belajar. Keberhasilan proses belajar-mengajar itu untuk sebagian dipengaruhi oleh
keadaan awal yang dimiliki siswa, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Kenyataan
ini berakibat bagi pengajar, sejauh mana ia harus mengikutsertakan keadaan awal atau ciri khas
itu sebagai salah satu titik tolak bagi perencanaan dan pengelolaan proses belajar mengajar.

Dari uraian singkat di atas, diperoleh gambaran bahwa perilaku dan karakteristik
awal siswa penting, karena mempunyai implikasi terhadap penyusunan bahan belajar dan sistem
instruksional. Oleh karena itu, dalam pembahasan selanjutnya akan dibicarakan cara
mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal mahasiswa. Hasilnya akan menjadi salah satu
dasar dalam mengembangkan sistem instruksional yang sesuai untuk mahasiswa tersebut.
Dengan melaksanakan kegiatan tersebut, masalah heterogennya siswa dalam kelas dapat diatasi,
setidaknya dapat dikurangi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setiap peserta didik memiliki latar belakang yang berbeda- beda dalam setiap pembelajaran yang
mana hal tersebut sebaiknya tidak dijadikan sebagai hal yang dapt mendeskrimnasikan masing-
masing peserta didik yang da didalam kelas.
DAFTAR PUSTAKA

Pendidikan inklusif: Konsep dan Aplikasi/Mohammad Takdir Ilahi- Jogjakarta.


Perspektif pendidikan inklusif : Pendidikan untuk Semua. Tarmansyah.
Stainkudus.ac.id
eprints.ums.ac.id

Anda mungkin juga menyukai