Anda di halaman 1dari 10

Pembuatan Nitroselulosa Dari Selulosa Hasil Pemurnian Pelepah Sawit dengan

Hidrogen Peroksida (H2O2) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Propelan

Saragih,E*, Padil**, Yelmida**


*Alumni Teknik Kimia Universitas Riau **Jurusan Teknik Kimia Universitas Riau
Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293
erick_saragih09@yahoo.com

ABSTRACT
Nitrocellulose is a polymer used as materials for propellant. Manufacture of
nitrocellulose done with cellulose nitration process. Nitration of cellulose is a reaction force
substitution or replacement of H+ from –OH- groups in cellulose contained in the NO2+
cluster of nitric acid (HNO3). Cellulose to be used is sourced from waste palm midrib. The
purpose of this study is to obtain the best conditions of temperature and time nitration that α-
cellulose nitration process to produce nitrocellulose with a high nitrogen content. Palm
midrib cellulose purified before entering the nitration process. Stages of the purification
process a palm midrib cellulose is extraction, hydrolysis, delignification and purification
with hydrogen peroxide (H2O2). After the purification process, the next step is the process of
nitration of cellulose with a mixture of nitric acid and sulfuric acid. Nitration process is done
with the variation of temperature and reaction time. Nitrocellulose nitrogen levels will be
analyzed with Fourier Transform Infra Red Spectroscopy (FTIR). The best conditions in the
nitration process took 30 minutes with the temperature of 90 oC. Nitrogen levels were
estimated on nitrocellulose > 12% so it can be used as raw material for the manufacture of
propellants.
Keywords: FTIR, Nitration, Nitrocellulose, Palm Midrib, Propellants

I. Pendahuluan tahun 2006 mengalami peningkatan


Keamanan suatu negara merupakan dengan jumlah impor sebesar 46.750 kg
faktor penting berlangsungnya kegiatan (Badan Pusat Statistik, 2006).
ilmu dan teknologi serta kegiatan ekonomi Komponen utama pembuatan
dan sosial suatu bangsa. Oleh karena itu, nitroselulosa yaitu selulosa. Sumber
kegiatan yang berkaitan dengan selulosa cukup melimpah jumlahnya di
penyediaan senjata sangat penting bagi Indonesia. Jika ditinjau dari kuantitas dan
setiap negara. Indonesia memenuhi perkembangannya, sumber selulosa yang
kebutuhan senjata dengan cara membeli melimpah di Indonesia berbasis sawit.
dari luar negeri yaitu SAM-75 dari Uni Sawit merupakan komoditi yang paling
Soviet, Rapier dari Inggris dan Exocet dari mendominasi luas areal perkebunan di
Perancis. IPTN (Industri Pesawat Terbang Indonesia. Data pada bulan Maret 2012
Negara) dengan divisi sistem senjatanya menunjukkan luas perkebunan sawit di
memproduksi roket kecil menggunakan Provinsi Riau mencapai 2,2 juta hektar
lisensi dari Belgia. Roket militer (Anggoro, 2012). Luas kebun sawit yang
menggunakan bahan bakar propelan semakin meningkat akan menyebabkan
double base. peningkatan jumlah limbah padat yang
Di dalam negeri, belum ada industri dihasilkan seperti pelepah sawit, sabut
yang memproduksi propelan double base sawit, tandan kosong sawit dan batang
dan masih dalam tahap riset atau sawit. Oleh karena itu, limbah padat sawit
penelitian, sehingga propelan diperoleh perlu dimanfaatkan kembali untuk
dengan cara mengimpor. Adapun jumlah menghasilkan produk yang lebih
propelan yang diimpor Indonesia pada bermanfaat seperti penggunaan limbah
tahun 2002 sebesar 18.190 kg dan pada padat sawit sebagai bahan baku selulosa
untuk memproduksi nitroselulosa dengan 2.2 Bahan yang Digunakan
menggunakan reaksi nitrasi. Bahan baku yang digunakan dalam
Pada penelitian ini, limbah padat penelitian ini adalah pelepah sawit, asam
sawit yang digunakan sebagai sumber nitrat 65%, asam sulfat 98%, hidrogen
selulosa adalah pelepah sawit. Pemilihan klorida 0,1 N, natrium hidroksida 45%,
pelepah sawit sebagai sumber selulosa natrium hidroksida 17,5%, heksan,
dilakukan berdasarkan kadar selulosa dan bikarbonat, kalium bikromat 0,5 N,
ketersediaan pelepah sawit. Pelepah sawit natrium sulfat anhidrat, indikator feroin,
memiliki kadar selulosa sebesar 34,89% hidrogen peroksida 3% dan ferrous
(Padil dan Yelmida, 2009). Limbah ammonium sulfat 0,1 N.
pelepah sawit dihasilkan setiap pemanenan
buah sawit sehingga jumlahnya cukup 2.3 Variabel Penelitian
melimpah. Pemanfaatan pelepah sawit Variabel tetap pada penelitian ini
selama ini masih belum optimal. Pelepah adalah ukuran partikel 20-40 mesh, kondisi
sawit hanya diletakkan disekitar pohon operasi (konsentrasi hidrogen peroksida,
sawit atau dibakar dan dimanfaatkan nisbah larutan padatan, suhu, pH dan
sebagai pupuk tanaman. Pelepah sawit waktu reaksi) proses pemurnian pelepah
berpeluang dimanfaatkan kembali sebagai sawit dengan hidrogen peroksida,
bahan baku pembuatan nitroselulosa. perbandingan pelepah sawit dengan larutan
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh penitrasi. Variabel berubah penelitian ini
temperatur dan waktu nitrasi yang terbaik adalah temperatur reaksi nitrasi (5-10; 10-
pada proses nitrasi α-selulosa pelepah 15; 15-20 oC), waktu reaksi (30, 60, 90
sawit untuk menghasilkan nitroselulosa menit).
dengan kadar nitrogen yang tinggi.
2.4 Penyiapan Larutan Ekstrak Abu
II. Metode Penelitian Tandan Kosong Sawit (TKS)
2.1 Alat yang Digunakan Larutan pemasak yang digunakan
Alat - alat yang digunakan dalam untuk pemurnian tahap awal dari pelepah
peneltian ini adalah reaktor nitrasi, sawit adalah ekstrak abu TKS. Abu TKS
pengaduk, kondensor, desikator, kertas didapat dari hasil pembakaran tandan
saring whatman, termometer, soxhlet, satu kosong sawit dalam incenerator pada
set alat destilasi, dan labu kjedahl. pabrik CPO. Untuk memperoleh larutan
Rangkaian alat untuk proses nitrasi dapat pemasak dilakukan beberapa tahapan.
dilihat pada Gambar 3.1 Pada tahap awal abu TKS disaring
menggunakan saringan berukuran 40
mesh. Abu yang tersaring kemudian
Keterangan :
1. Statip ditambahkan air dengan perbandingan
2. Motor Pengaduk massa abu dan air 1 : 4. Larutan diaduk
3. Kondensor selama 15 menit, selanjutnya didiamkan
4. Impeller selama 48 jam hingga semua abu
5. Reaktor terendapkan. Larutan hasil ekstrak
6. Wadah
diperoleh dengan memisahkan endapan
Pendingin
8 7. Penyangga
abu dari larutan, kemudian larutan tersebut
8. Sumber Listrik disiapkan sebagai larutan pemasak (Asri,
2010). Proses pembuatan larutan ekstrak
abu TKS akan menghasilkan larutan
ekstrak abu TKS dengan pH 12,5.
Gambar 2.1 Rangkaian Alat Nitrasi
2.5 Persiapan dan Analisa Bahan 2.8 Proses Pemurnian dengan
Baku Hidrogen Peroksida
Selulosa diperoleh dari pelepah Selulosa pelepah sawit hasil
sawit. Pelepah sawit dibersihkan dari lidi hidrolisis sebanyak 12 gr ditambahkan ke
dan daunnya, kemudian dihaluskan dalam 120 ml H2O2 3%. Kemudian
menjadi ukuran yang lebih kecil. Pelepah ditambahkan ± 3 tetes NaOH sampai pH 9
sawit yang telah dihaluskan 20 – 40 mesh dan ditambahkan buffer pH 9 untuk
sebanyak 10 gr dikeringkan sampai menjaga pH. Selulosa dipanaskan pada
beratnya konstan. Setelah berat sampel temperatur 90 oC dan diaduk selama 1 jam.
konstan, dihitung kadar airnya. Setelah 1 jam, selulosa dicuci dengan
Berdasarkan hasil perhitungan kadar air aquades sampai pH nya netral (Herryawan,
pada sampel, semua pelepah sawit yang 2013).
akan digunakan pada penelitian
dikeringkan sampai kadar air yang tersisa 2.9 Proses Nitrasi
± 10%. Setelah pelepah dikeringkan, Proses nitrasi dilakukan
dilakukan analisa komponen kimia pelepah menggunakan reagen penitrasi HNO3 65%
sawit. Analisis komponen kimia bahan dan H2SO4 98% dalam reaktor nitrasi
baku bertujuan untuk mengetahui kadar untuk mendapatkan nitroselulosa. Kondisi
selulosa-α (SNI 0444-2-2009) (Zulfieni, nitrasi adalah temperatur pada 5-10 ,10-15,
2011). 15-20 oC dan waktu 30, 60, 90 menit.
Perbandingan selulosa hasil pemurnian dan
2.6 Ekstraksi asam nitrat yang digunakan adalah 5 gram
Proses ekstraksi menggunakan selulosa : asam nitrat 60 ml dengan
metode sokletasi. Tujuan proses ekstraksi kecepatan pengadukan 165 rpm. Selulosa
yaitu menghilangkan kadar ekstraktif pada pelepah sawit dan reagen penitrasi
pelepah sawit. Pelarut yang digunakan dimasukkan ke dalam reaktor dan
yaitu heksan. Proses sokletasi dilakukan dibiarkan bereaksi selama variasi waktu
selama 6 jam. Tahap ekstraksi berdasarkan reaksi. Nitroselulosa hasil reaksi dicuci
TAPPI T-222 CM-98. dengan air dan bikarbonat, kemudian
dikeringkan terlebih dahulu sebelum
2.7 Proses Hidrolisis dilakukan pengujian kadar nitrogen.
2.7.1 Proses Prehidrolisis
Proses prehidrolisis pelepah sawit 2.10 Analisa dengan Spektroskopi Infra
bertujuan untuk menghilangkan komponen Red
hemiselulosa yang terdapat pada pelepah Keberhasilan proses nitrasi diketahui
sawit. Proses prehidrolisis dilakukan dengan analisa spektrofotometer IR.
dengan pelarut ekstrak abu TKS. Pelepah Pengujian dengan spektrofotometer IR
sawit dan ekstrak TKS dengan menghasilkan spektrum FTIR dari
perbandingan 1:10 dipanaskan pada suhu nitroselulosa yang diperoleh dari tiap-tiap
100 oC selama 1 jam. variasi variabel. Spektrum FTIR dianalisa
2.7.2 Proses Cooking/Delignifikasi serapan gugus –NO2 kisaran angka
Proses cooking/delignifikasi pelepah gelombang 1390 – 1260 cm-1 dan 1660 –
sawit bertujuan untuk menghilangkan 1560 cm-1. Selain meninjau gugus –NO2,
komponen lignin yang terdapat pada gugus –OH juga ditinjau pada angka
pelepah sawit. Proses cooking/delignifikasi gelombang 3600 – 3200 cm-1 untuk
dilakukan dengan pelarut ekstrak abu TKS. mengetahui keberhasilan proses nitrasi.
Pelepah sawit dan ekstrak TKS dengan
perbandingan 1:5 dipanaskan pada suhu 2.11 Uji Nyala
100 oC selama 30 menit (Zulfieni, 2011). Nitroselulosa merupakan bahan yang
mudah terbakar. Oleh karena itu,
keberhasilan pembuatan nitroselulosa 100 86,48%

Kadar Komposisi Kimia


dapat dilihat dari uji nyala nitroselulosa 80 Ekstraktif
tersebut. Nitroselulosa dikeringkan terlebih Air
60
dahulu, kemudian dibakar dan diamati

(%)
40 Lignin
nyala apinya.
20 Selulosa
6,6% 4,54%
III. Hasil dan Pembahasan 1,075% 1,3%
0 Hemiselulosa
3.1 Komposisi Kimia Pelepah Sawit Komposisi Kimia

Bahan baku yang digunakan sebagai


sumber selulosa pada penelitian ini adalah Gambar 3.2 Komposisi Kimia Pelepah
pelepah sawit yang diperoleh dari Sawit Hasil Hidrolisis
perkebunan sawit Fakultas Pertanian
Universitas Riau. Analisa selulosa-α Zulfieni [2011] memperoleh kadar
dengan metode SNI 0444-2-2009, analisa selulosa-α sebesar 86,12% dengan proses
kadar lignin dengan metode SNI 0492- hidrolisis dan tidak jauh berbeda dengan
2008, analisa kadar ekstraktif dilakukan kadar selulosa-α yang dihasilkan pada
dengan metode TAPPI-222-CM- penelitian ini sebesar 86,48%. Pelepah
98dilakukan di Laboratorium Dasar sawit hasil hidrolisis masih memiliki kadar
Teknik Kimia Universitas Riau. ekstraktif 1,075% ; kadar air 1,3% ; kadar
Komposisi kimia pelepah sawit yang lignin 6,6% dan kadar hemiselulosa 4,54%
digunakan pada penelitian ini dapat dilihat sehingga perlu dilakukan proses
pada Gambar 3.1. pemurnian untuk memperoleh selulosa
dengan kadar selulosa-α >92%. Pemurnian
40 35,88%
yang dilakukan pada penelitian ini
Kadar Komposisi Kimia

30 26,47%
Ekstraktif menggunakan hidrogen peroksida (H2O2).
Air
18,9%
3.3 Kadar Selulosa-α Hasil Pemurnian
(%)

20
Lignin
9,05 % 9,75%
dengan Hidrogen Peroksida
10 Selulosa (H2O2)
Hemiselul Selulosa yang dimurnikan dengan
0
Komposisi Kimia osa H2O2 memiliki kadar selulosa-α sebesar
95,11%. Kadar selulosa-α yang digunakan
Gambar 3.1 Komposisi Kimia Pelepah untuk proses nitrasi lebih tinggi
Sawit dibandingkan Rahmad [2011] dan Desriani
[2012]. Rahmad [2011] menggunakan
3.2 Komposisi Kimia Pelepah Sawit selulosa dengan kadar selulosa-α sebesar
Hasil Hidrolisis 86,87% sehingga dihasilkan nitroselulosa
Kadar selulosa-α pelepah sawit dapat dengan kadar nitrogen sekitar 7,3% dan
ditingkatkan dengan proses hidrolisis. Desriani [2012] menggunakan selulosa
Pelepah sawit yang telah dikeringkan dan dengan kadar selulosa-α sebesar 86,12%
diseragamkan ukurannya dihidrolisis sehingga dihasilkan nitroselulosa dengan
dengan larutan ekstrak abu TKS. kadar nitrogen sekitar 6,8%. Berdasarkan
Komposisi kimia pelepah sawit setelah hasil yang diperoleh pada penelitian
hasil hidrolisis dapat dilihat pada gambar Rahmad [2011] dan Desriani [2012],
4.2. pemurnian lanjutan selulosa perlu
dilakukan agar dihasilkan selulosa dengan
kadar selulosa-α >92%. H2O2 bersifat
stabil pada kondisi asam dan mudah terurai
pada kondisi basa. H2O2 akan terurai
membentuk perhydroxil anion dan air pada
80
kondisi basa. Reaksi teurainya H2O2
disebut deprotonation dan dapat dilihat
pada reaksi persamaan 3.1. 60
H2O2 + OH- HOO- + H2O ........(3.1)
%T
Perhydroxil anion yang berperan dalam
40 OH NO2
proses pemurnian selulosa. Anion tersebut
dapat terbentuk dengan penambahan alkali NO2
pada H2O2 sesuai persamaan reaksi 4.1. NO2
20
4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 400
Wavenumber [cm-1]
3.4 Analisa Fourier Transform Infra
Red (FTIR) (c)
Keberhasilan proses nitrasi dapat Gambar 3.3 Spektrum FTIR Nitroselulosa
ditinjau secara kualitatif dengan spektrum pada Waktu 30 Menit dengan
Fourier Transform Infra Red (FTIR). Variasi Temperatur (a) 5 – 10
Serapan gugus –NO2 dianalisa pada o
C; (b) 10 – 15 oC; (c) 15 –
kisaran angka gelombang 1390 – 1260 cm- 20 oC
1
dan 1660 – 1560 cm-1. Selain meninjau
gugus –NO2, gugus –OH juga ditinjau Gambar 3.3 menunjukkan terdapat
pada angka gelombang 3600 – 3200 cm-1. puncak-puncak pada kisaran angka
Spektrum FTIR nitroselulosa yang gelombang 1260-1390 cm-1 dan 1560 –
dihasilkan pada waktu 30 menit dapat 1660 cm-1 yang menunjukkan adanya
dilihat pada Gambar 3.1. gugus –NO2. Puncak pada angka
80
gelombang 3200m – 3600 cm-1
menunjukkan masih adanya gugus –OH.
70 Munculnya serapan OH menunjukkan
bahwa dalam produk nitroselulosa terdapat
60
%T
NO2 ikatan hidrogen antara nitroselulosa dan
50 . air. Nitroselulosa yang dihasilkan harus
OH NO2 disimpan dalam keadaan lembab, karena
NO2
40
4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 400 nitroselulosa sangat mudah terbakar dalam
Wavenumber [cm-1]
keadaan kering. Perbandingan puncak-
(a) puncak gugus –NO2 dan –OH dapat dilihat
pada Tabel 3.1.
85 Tabel 3.1 Gugus Fungsi –NO2 dan –OH
80 pada Nitroselulosa pada Waktu
30 Menit dengan Variasi
70 Temperatur
Temperatur Temperatur Temperatur
%T
NO2 Gugus 5 – 10 oC 10 – 15 oC 15 – 20 oC
60
Fungsi Frekwen % Frekwensi % Frekwen %
si (cm-1) T (cm-1) T si (cm-1) T
OH
50 NO2 1281 46 1281 48 1281 25
NO2 NO2
45 1375 61 1375 65 1375 49
4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 400
Wavenumber [cm-1]
1656 43 1656 46 1656 24
OH 3469 41 3469 51 3469 40
(b)

Besar kadar nitrogen pada


nitroselulosa ditunjukkan dengan tingkat
ketajaman puncak yang dinyatakan dalam
% transmittan. Transmittan merupakan
fraksi daya cahaya yang diteruskan dengan nitroselulosa pada waktu 60 menit dapat
daya cahaya yang masuk. Semakin rendah dilihat pada Gambar 3.5.
%transmittan maka kadar nitrogen (gugus
92
nitro) semakin besar. Data pada Tabel 3.1
menunjukkan perbedaan nilai %T pada
masing-masing temperatur. Kadar nitrogen 80
tertinggi diperoleh pada temperatur 15 –
20 oC. Rentang temperatur 15 – 20 oC %T 70

menghasilkan nitroselulosa dengan kadar NO2


nitrogen yang lebih tinggi sebab nilai 60 OH
%transmittannya lebih rendah NO2 NO2
53
dibandingkan rentang temperatur 5 – 10 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 400

dan 10 – 15 oC. Teori kinetika reaksi


Wavenumber [cm-1]

menjelaskan temperatur reaksi yang (a)


semakin tinggi akan meningkatkan 70
tumbukan antar partikel sehingga reaksi
berlangsung lebih cepat. Reaksi nitrasi 60
selulosa merupakan reaksi eksotermis.
Reaksi eksotermis dapat dipercepat laju 50
%T
reaksinya dengan pendinginan, sedangkan NO2
reaksi endotermis dengan pemanasan dapat 40
meningkatkan laju reaksi. OH NO2 NO2
Nitroselulosa yang dihasilkan 30
mensubsitusi tiga gugus –NO2, tetapi 4000 3500 3000 2500 2000
Wavenumber [cm-1]
1500 1000 400

pertukaran gugus ketiga belum sempurna


karena puncak gugus ketiga (angka (b)
gelombang 1375 cm-1) tidak terlalu tajam
seperti puncak gugus pertama (1281 cm-1) 75
70
dan kedua (1656 cm-1). Besarnya nilai
%transmittan pada puncak dengan angka 60
gelombang 1375 cm-1 menunjukkan
%T 50
rendahnya kadar nitrogen didalamnya. Hal NO2
ini terjadi karena subsitusi atau pertukaran
40
gugus ketiga cukup sulit terjadi karena OH NO2 NO2
adanya kesesakan ruang (steric hindsauce) 30
pada polimer nitroselulosa yang terbentuk. 4000 3500 3000 2500 2000
Wavenumber [cm-1]
1500 1000 400

Gugus NO2 pada nitroselulosa dapat


dilihat pada Gambar 3.4. (c)
Gambar 3.5 Spektrum FTIR Nitroselulosa
pada Waktu 60 Menit dengan
Variasi Temperatur (a) 5 – 10
o
C; (b) 10 – 15 oC; (c) 15 –
20 oC

Gambar 3.5 menunjukkan terdapat


puncak-puncak pada kisaran angka
gelombang 1260-1390 cm-1 dan 1560 –
Gambar 3.4 Struktur Nitroselulosa 1660 cm-1 yang menunjukkan adanya
Variasi reaksi nitrasi juga dilakukan gugus –NO2. Puncak pada angka
pada waktu reaksi. Spektrum FTIR gelombang 3200m – 3600 cm-1
menunjukkan masih adanya gugus –OH. 85
Perbandingan puncak-puncak gugus –NO2 80
dan –OH dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Gugus Fungsi –NO2 dan –OH 70
pada Nitroselulosa pada Waktu
%T
60 Menit dengan Variasi 60 NO2
Temperatur
Temperatur Temperatur Temperatur
Gugus 5 – 10 oC 10 – 15 oC 15 – 20 oC 50 OH NO2 NO2
Fungsi Frekwen % Frekwensi % Frekwen %
si (cm-1) (cm-1) si (cm-1) 45
T T T 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 400
NO2 1281 57 1281 36 1281 40 Wavenumber [cm-1]
1375 73 1375 52 1375 54
(c)
1656 55 1656 33 1656 35
Gambar 3.6 Spektrum FTIR Nitroselulosa
OH 3469 59 3469 32 3469 41
pada Waktu 90 Menit dengan
Variasi Temperatur (a) 5 – 10
Data pada Tabel 3.2 menunjukkan o
C; (b) 10 – 15 oC; (c) 15 –
perbedaan nilai %T pada masing-masing 20 oC
temperatur dalam waktu 60 menit. Kadar
nitrogen tertinggi diperoleh pada Gambar 3.6 menunjukkan terdapat
temperatur 10 – 15 oC sebab nilai puncak-puncak pada kisaran angka
%transmittannya lebih rendah gelombang 1260-1390 cm-1 dan 1560 –
dibandingkan pada rentang temperatur 5 – 1660 cm-1 yang menunjukkan adanya
10 oC dan 15 – 20 oC. Spektrum FTIR gugus –NO2. Puncak pada angka
nitroselulosa pada waktu 90 menit dapat gelombang 3200m – 3600 cm-1
dilihat pada Gambar 3.6. menunjukkan masih adanya gugus –OH.
80 Perbandingan puncak-puncak gugus –NO2
dan –OH dapat dilihat pada Tabel 3.3.
70 Tabel 3.3 Gugus Fungsi –NO2 dan –OH
pada Nitroselulosa pada Waktu
60 90 Menit dengan Variasi
%T NO2
Temperatur
Temperatur Temperatur Temperatur
50 Gugus 5 – 10 oC 10 – 15 oC 15 – 20 oC
OH NO2 NO2 Fungsi Frekwen % Frekwensi % Frekwen %
si (cm-1) T (cm-1) T si (cm-1) T
40
4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 400 NO2 1281 51 1281 39 1281 52
Wavenumber [cm-1] 1375 62 1375 55 1375 65
1656 47 1656 37 1656 48
(a)
OH 3469 42 3469 43 3469 48
83

Data pada Tabel 3.3 menunjukkan


70 perbedaan nilai %T pada masing-masing
temperatur dalam waktu 90 menit. Kadar
60
%T nitrogen tertinggi diperoleh pada
50
temperatur 10 – 15 oC sebab nilai
NO2
OH
NO2
%transmittannya lebih rendah
40 NO2 dibandingkan pada rentang temperatur 5 –
35
4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 400
10 oC dan 15 – 20 oC.
Wavenumber [cm-1] Selain temperatur, waktu reaksi juga
(b) mempengaruhi reaksi nitrasi. Semakin
lama waktu reaksi maka semakin banyak
reaktan yang dikonversikan menjadi diestimasi kadar nitrogen pada
produk. Pada reaksi nitrasi selulosa, nitroselulosa mencapai >12,73%.
semakin lama waktu reaksi maka semakin Pengujian nyala nitroselulosa juga
banyak gugus –OH tersubsitusi dengan dilakukan untuk mengamati laju bakarnya.
gugus –NO2. Semakin banyak terjadi Nitroselulosa memiliki laju bakar yang
pergantian gugus maka % nitrogen lebih cepat dibandingkan selulosa sebab
nitroselulosa semakin besar. Data pada nitroselulosa memiliki gugus nitro. Laju
Tabel 3.1, Tabel 3.2 dan Tabel 3.3 bakar selulosa sangat lambat dan
menunjukkan perbedaan %transmittan menghasilkan arang sebagai sisa
setiap variasi waktu 30, 60 dan 90 menit pembakaran, sedangkan nitroselulosa
pada temperatur yang sama. Nitroselulosa memiliki laju bakar yang cepat dan habis
dengan kadar nitrogen tertinggi cenderung terbakar tanpa menghasilkan arang.
dihasilkan pada waktu 30 menit. Perbedaan laju bakar selulosa dan
Penurunan kadar nitrogen pada waktu 60 nitroselulosa dapat dilihat pada Gambar
dan 90 menit disebabkan terjadinya 3.7.
depolimerisasi dan denitrasi pada
nitroselulosa. Kondisi optimum yang
dihasilkan pada penelitian ini adalah pada
waktu 30 menit dengan temperatur 15 – 20
o
C, dimana %transmittan pada masing-
masing angka gelombang adalah 25 pada
angka gelombang 1281 cm-1, 49 pada
angka gelombang 1375 cm-1 dan 24 pada
angka gelombang 1656 cm-1. (a) (b)
Reaksi nitrasi sempurna apabila Gambar 3.7 Uji bakar terhadap (a)
terjadi trisubsitusi pada selulosa (Fengel selulosa dari pelepah sawit
dan Wagener, 1995) dan pada penelitian (b) nitroselulosa
ini cenderung dihasilkan disubsitusi pada
masing-masing variasi. Nitrasi sempurna 4 KESIMPULAN DAN SARAN
selulosa masih sulit dicapai jika dilakukan 4.1 Kesimpulan
proses nitrasi 1 tahap. Oleh karena itu, Hasil nitrasi terhadap selulosa-α
nitrasi dapat dilakukan 2 tahap. Tahap 1 pelepah sawit menghasilkan nitroselulosa
dilakukan dengan asam nitrat dalam media dengan kadar nitrogen >12,73% dan telah
asam sulfat dan tahp 2 dilanjutkan dengan bisa digunakan untuk pembuatan propelan
penambahan nitrogen trioksida (N2O3) atau bahan bakar roket. Kondisi terbaik
yang dihasilkan melalui pemanasan asam nitrasi terhadap selulosa-α pelepah sawit
sulfat (Hartaya, 2008). yaitu pada waktu 30 menit dengan
Fordham [2013] melakukan estimasi temperatur 15 – 20 oC.
kadar nitrogen pada nitroselulosa
berdasarkan derajat subsitusi gugus –NO2 4.2 Saran
pada selulosa. Nitroselulosa dengan derajat Penelitian ini masih menghasilkan
subsitusi satu memiliki kadar nitrogen pertukaran dua buah gugus –NO2 yang
>7,3% dan derajat subsitusi dua memiliki sempurna, oleh karena itu agar
kadar nitrogen >12,73% serta derajat menghasilkan pertukaran tiga buah gugus
subsitusi tiga memiliki kadar nitrogen –NO2 secara sempurna dapat dilakukan
>16,86%. Penelitian ini pada masing- nitrasi bertingkat dengan nitrogen trioksida
masing variasi variabel cenderung sehingga dihasilkan nitroselulosa dengan
menghasilkan derajat subsitusi dua, sebab kadar nitrogen yang lebih tinggi.
subsitusi gugus –OH dengan –NO2 yang
ketiga belum sempurna, sehingga jika
Ucapan Terima Kasih Hartaya, K. 2008. Pembuatan
Penulis mengucapkan terima kasih Nitroselulosa dari Bahan Selulosa
kepada bapak Padil, ST., MT dan ibu Dra. sebagai Komponen Utama Propelan
Yelmida M.Si selaku pembimbing yang Double Base, Laporan Penelitian,
telah mengarahkan dan membimbing LAPAN.
penulis selama penelitian ini. Terima kasih Hartaya, K., 2009, Analisis Kurva FTIR
kepada kedua orang tua dan keluarga yang untuk Nitroselulosa, Nitrogliserin,
telah memberikan dukungan dan motivasi dan Propelan Double Base sebagai
selama ini. Terima kasih kepada rekan- Dasar Penentuan Kadar Nitrogen
rekan Teknik Kimia Angkatan 2009 yang dalam Nitroselulosa, Laporan
telah banyak membantu penulis dalam Penelitian, LAPAN.
skripsi ini. Herryawan. 2013. Proses Bleaching
Pelepah Sawit Hasil Hidrolisis
DAFTAR PUSTAKA Sebagai Bahan Baku Nitroselulosa
Albraight, L.F., Richard V.C., and Robert dengan Variasi Suhu dan Waktu
J, 1996, Nitration : An Overview of Reaksi. Laboratorium Kimia Organik
Recent Developments and Process, Jurusan Teknik Kimia Universitas
http://pubs.acs.org [diakses 30 Riau; Pekanbaru
November 2012]. Kirk R. E dan D.F. Othmer. 1952.
Anggoro, R. 2012. 7,8 Persen Kebun Encyclopedia of Chemical
Sawit Dimiliki BUMN, Technology Vol. 8. The Interscience
http://www.antarariau.com/berita/19 Encyclopedia, Inc ; New York
019/7,8persen-kebun-sawit-dimiliki- Padil dan Yelmida A. 2009. Produksi
bumn [diakses 28 Maret 2013]. Nitroselulosa Sebagai Bahan Baku
Asri., S, 2010, Research into Pemurnian Propelan yang Berbasis Limbah
Selulosa batang Sawit Padat Sawit. Laporan Penelitian
Menggunakan Ekstrak Abu TKS, Hibah Penelitian Stranas Batch II.
Skripsi, Universitas Riau. Universitas Riau; Pekanbaru
Badan Penelitian Kehutanan Indonesia. Pari G. 2011. Pengaruh selulosa Terhadap
1997. Ensiklopedi Kehutanan Struktur Karbon Arang. J Penelitian
Indonesia Edisi Pertama. Hasil Hutan. Bogor
Departemen Kehutanan Badan Purwantoro, R Nugroho. 2008. Sekilas
Penelitian dan Kehutanan ; Jakarta Pandang Industri Sawit. Lembaga
Desriani, R. 2012. Proses Pembuatan Management Fakultas Ekonomi
Nitroselulosa dari Limbah Pelepah Universitas Indonesia
Sawit. Laboratorium Kimia Organik Rahmad, A. 2011. Proses Pembuatan
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Nitroselulosa Dari Reject Pulp
Teknik Universitas Riau dengan Variasi Waktu dan
Erlangga, B. 2012. Pembuatan Temperatur Nitrasi. Universitas
Nitroselulosa dari Kapas Riau; Pekanbaru
(Gossypium Sp) dan Kapuk (Ceiba Sa’adah. 2010. ”Produksi Enzim Selulosa
Pentandra) Melalui Reaksi Nitrasi. oleh Aspergillus niger”,
Institut Teknologi Sepuluh http://eprints.undip.ac.id/13064/1/B
November ; Surabaya AB I-V.pdf, diakses pada 4
Fordham, S. 1980. Heigh Explosives and November 2012
Propellants. 2nd edition. Pergamon Satibi, L. 2005. Nitroselulosa dari Kulit
Press ; New York Pisang. LAPAN
Giwangkara, E. G. 2007. Spektofotometri Selwitz, C. 1988. Cellulose Nitrate in
Infra Merah, http://chem-is-try. org Conservation. The Getty
[diakses 3 Desember 2012] Conservation Institute
Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi,
1997, Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian, Yogyakarta:
Liberty.
Zulfieni, W.Y., 2011. Research into
Hidrolisis Pelepah Sawit Untuk
Memurnikan Selulosa-α
Menggunakan Larutan Pemasak
dari Ekstrak Abu TKS, Skripsi,
Universitas Riau.

Anda mungkin juga menyukai