Anda di halaman 1dari 7

Nama : Gilbert Yerusalem

Nim : 1910521055
Prodi : Teknologi Industri Pertanian

1. Arti dan Lambang Burung Garuda Pancasila

Pancasila merupakan suatu ideologi dan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) yang mana Pancasila menjadi landasan dari segala keputusan bangsa dan
mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia. Garuda Pancasila ini sendiri merupakan burung
yang dahulu sudah diketahui dalam sejarah bangsa Indonesia sebagaimana menggambarkan
bahwa Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar dan kuat.
Mari kita melihat makna lambang dan penjelasan di Pancasila :
Jambul & Kepala ‘Burung
Garuda’ digambar 45 Helai
menghadap ke kanan karena bulu di 17 Helai bulu
melambangkan kebaikan dan leher pada masing-
kebenaran masing sayap

Perisai di tengah
melambangkan pertahanan
bangsa Indonesia. Masing-
masing simbol di
dalam perisai melambangk 19 Helai bulu di
an sila-sila dalam Pancasila bawah perisai atau
pada pangkal ekor

8 Helai bulu
pada ekor
Tulisan “Bhinneka Tunggal Ika”  Frasa ini
berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya adalah
“Berbeda-beda tetapi tetap satu”
Arti dari Perisai pada dada Garuda :
Makna dari  perisai ialah tameng yang telah lama dikenal di dalam budaya
masing-masing dan beradaban Nusantara sebagai senjata ampuh di mana
perisai Garuda melambangkan pertahanan, perlindungan, perjuangan diri
Pancasila : untuk mencapai suatu tujuan yang positif.
 Garis hitam tebal tepat ditengah pada bagian perisai
menggambarkan garis khatulistiwa. Gambaran itu adalah
 Bintang merupakan lambang dari sila pertama.
sebuah cerminan dari letak Indonesia sebagai negara tropis
 Bintang emas dengan perisai hitam ini melambangkan sila pertama,
yang dilintasi oleh garis khatulistiwa.
yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
 Ruang perisai mempunyai warna dasar bendera Indonesia dan
 Bintang emas ini diartikan sebagai cahaya. Cahaya ini diartikan
bagian tengahnya ada warna dasar hitam.
seperti Tuhan yang merupakan cahaya bagi setiap manusia.
 Ada lima buah ruang di dalam perisai yang mewujudkan dasar
 Bintang juga diartikan sebagai cahaya yang menyinari dasar negara
negara Pancasila.
yang lima, yaitu Pancasila.
 Kemudian juga cahaya bagi sifat negara yang lima, yaitu merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
 Sedangkan latar belakang berwarna hitam melambangkan warna alam
atau warna asli yang menunjukkan bahwa Tuhan sebagai sumber dari
segala sesuatu dan sudah ada sebelum segala sesuatu di dunia ini ada.

 Rantai merupakan makna dari sila kedua yaitu Kemanusiaan yang


Adil dan Beradab.
 Gambar rantai yang disusun atas gelang-gelang kecil berwarna emas
ini menandakan hubungan manusia satu sama lain yang saling
membantu.
 Rantai yang terdapat pada sila kedua ini terdiri dari mata rantai
berbentuk segi empat dan lingkaran yang saling terkait membentuk
lingkaran.
 Pohon beringin ini melambangkan sila ketiga, yaitu Persatuan Indonesia.
 Pohon beringin ini memiliki akar tunggal panjang yang menunjang
pohon besar ini tumbuh..
 Akar ini rumbuh sampai ke dalam tanah dan menggambarkan kesatuan
dan persatuan Indonesia.
 Pohon beringin juga memiliki akar yang menjalar di mana-mana yang
melambangkan sebagai negara kesatuan walaupun memiliki latar
belakang budaya yang bermacam-macam.
 Pohon beringin juga melambangkan pohon besar dan rindang yang bisa
digunakan oleh banyak orang sebagai tempat berteduh dibawahnya
 menggambarkan bahwa negara kita memiliki fungsi sebagai tempat
berteduh atau naungan untuk seluruh rakyatnya

 Banteng atau kepala banteng merupakan lambang dari sila keempat


 Banteng digunakan untung melambangkan sila keempat karena ia
merupakan hewan sosial yang suka berkumpul.
 Banteng juga suka berkumpul dan jiwa sosial yang tinggi, ia menjadi
salah satu kawanan hewan yang kuat.
 Hal ini juga bisa berlaku untuk menggambarkan kita sebagai masyarakat
Indonesia.
Semakin rakyatnya berkumpul, bersatu, dan bermusyawarah maka
Indonesia akan dapat mewujudkan cita-citanya. Karena itu, tidak heran jika
banteng menjadi pilihan yang tepat untuk melambangkan sila
keempat pancasila kita.

 Padi kapas ini melambangkan sila kelima, yaitu Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.
 Kapas dan padi melambangkan pangan dan sandang yang merupakan
kebutuhan pokok semua rakyat Indonesia tanpa melihat status atau
kedudukan.
 Padi atau beras melambangkan makanan pokok masyarakat Indonesia
yang biasa dikonsumsi sehari-hari. Bisa dikatakan bahwa padi
merupakan sumber kehidupan.
 Kemudian kapas adalah salah satu bahan utama dalam pembuatan
pakaian.
2. Gambar Awal Burung Garuda sampai saat ini

Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, Sultan Hamid II diangkat


menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ia
ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan sejarah
gambar lambang negara Indonesia.

Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia


Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan
Hamid II dengan susunan panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar
Dewantoro, M. A. Pellaupessy, Mohammad Natsir, dan RM Ngabehi Purbatjaraka
sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara
untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.

LAMBANG PERTAMA

Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku "Bung Hatta Menjawab" untuk
melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan
sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid
II dan karya M. Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR
adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M. Yamin ditolak karena menyertakan
sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang.

Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II),
Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk
keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga,
mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih
menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika".

LAMBANG KEDUA

Pada tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat
Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan
final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk
dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan
tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.
Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang
telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk
Rajawali – Garuda Pancasila dan disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno
kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta
sebagai perdana menteri.
AG Pringgodigdo dalam bukunya "Sekitar Pancasila" terbitan Departemen
Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan
Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu
gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih "gundul" dan "'tidak
berjambul"' seperti bentuk sekarang ini.
Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi
dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara
RIS. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang
negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes, Jakarta pada 15 Februari 1950.
LAMBANG KETIGA

Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung


Rajawali Garuda Pancasila yang "gundul" menjadi "berjambul" dilakukan. Bentuk
cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi
menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno.
Tanggal 20 Maret 1950, bentuk akhir gambar lambang negara yang telah
diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan
pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk akhir
rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi
sampai saat ini.

LAMBANG KEEMPAT

Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan


bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata
warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H.
Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974. Sedangkan Lambang Negara
yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang
diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh
Kraton Kadriyah, Pontianak.
Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Masagung (1974)
sewaktu penyerahan berkas dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan
"ide perisai Pancasila" muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang
negara. Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara
mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari
dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara.

Anda mungkin juga menyukai