Anda di halaman 1dari 5

Sekolah berjalan seperti biasa, hingga tiba waktunya istirahat.

Perempuan bernama Hanne membuka HP nya. Dia sedikit memiringkan kepalanya. ‘Galang?
batin Hanne. Notif telepon yang tidak terjawab dari Galang memenuhi lockscreen Hanne, segera ia
menelpon balik Galang.

Tut.. tut.. tut..

Halo, ada apa Lang?

Hai, baby. Gue mau bilang sesuatu, jangan kaget

Hanne tampak kebingungan dengan apa yang diucapkan Galang.

Mau bilang apa?

Gue kangen sama lu, mangkanya gue mutusin buat balik ke Indo

Serius?

Lalu Hanne membungkam mulutnya dengan tangan, dia menahan kebahagiannya itu, karena di kelas
masih ada beberapa murid. Bahkan dia sempat berdiri, namun duduk kembali. Perempuan mana
yang tidak bahagia menemui pacar yang sudah lama tidak bertemu.

Iya, tapi maaf, gue belum tau kapan baliknya

Suara Galang terdengar sedih.

Lo ngabarin gini gue udah seneng Lang, jadi nanti kabarin lagi kalo lo mau pulang, gue jemput di
bandara

Galang tersenyum mendengar apa yang dikatakan Hanne.

Yaudah, lo sekolah sana, semangat

Dih, yaudah baiii

Panggilan diputuskan oleh Galang.

Sejenak Hanne melihat HP nya dengan lockscreen foto Galang, ‘Gue kangen’ batinnya. Lalu
Hanne tersenyum lebar dan semua itu disaksikan oleh seorang laki-laki yang sering mengganggunya,
Rafael.

“Kenapa senyum senyum? Habis dapet arisan, buk?” goda Rafael lalu duduk di kursi depan meja
Hanne.

Rafael lalu menompangkan dagunya ke tangan dan menatap mata Hanne.

“Mata lo cantik ya,” ucap Rafael yang membuat Hanne melihat laki-laki itu.

Mata Hanne memang terlihat cantik karena warna matanya berwarna coklat sedikit terang,
bulu matanya juga lentik.
“Apasi!” jawab Hanne. Dia merasa sedikit terganggu.

Lalu Hanne menoleh ke arah temannya Erin dan Joy. “ke kantik yok, gue mau traktiran.” Erin
mengiyakan ajakan Hanne lalu menghampirinya, beda dengan Joy yang langsung lari ke depan papan
kelas dan mengumumkan sesuatu yang seharusnya tak ia ucapkan. “Woiii, kaliaaan yang ada di sini!
Semuanya ikut, Hanne mau traktiran.”

Hanne dan Erin menggeleng tak menyangka kelakuan temannya itu. “Temen lo, Rin,” ucap
Hanne bercanda.

Akhirnya Hanne dan Erin menyusul Joy.

“Apa apaan?” ucap Hanne yang membuat Joy melihat ke arahnya.

“Bisa diem?” imbuh Erin dengan tatapan tajamnya.

Joy terdiam, bertanya tanya dalam pikirannya, teman temannya kenapa.

Hanne mendekatkan wajahnya ke Joy “Yang mau traktir lo siapa?”

“Lu tadi kan bilang mau traktiran,” jawab Joy spontan.

“Ya tapi bukan traktir lo, tapi gue,” tunjuk Erin ke Joy.

Joy langsung pergi meninggalkan mereka berdua keluar dari kelas. Rafael yang melihat itu hanya
menggelengkan kepala dan teman temannya tertawa puas.

Tidak lama kemudian Hanne dan Erin menyusul Joy yang tengah berjalan sendirian di koridor
sekolah. Serentak Hanne dan Erin memeluk Joy dari belakang. “Lain kali jangan ngadi ngadi deh,
pake teriak teriak gajelas,” ucap salah satu teman Joy yang tak lain adalah Hanne sambil mencubit
pipinya.

“Gausah ngambek, ayok ke kantin,” lanjut Hanne.

...

“Gue mau bakso,” ucap Joy lalu memperlihatkan senyum lebarnya.

“Samain aja semua kayak lo,” balas Hanne.

“Lu yang pesen ya. Gue sama Erin cari tempat, nih uangnya.” Hanne memberikan uangnya selembar
lima puluh ribu ke Joy, lalu dibalaskan dengan jempolannya.

Erin menunjuk salah satu bangku yang kosong yang tepat berada di tengah kantin. Segera
mereka menuju ke tempat.

Mereka menunggu sambil memainkan HP masing masing, karena memang tidak ada hal
yang ingin mereka bicarakan, sampai Joy datang membawa minuman yang disusul dengan mas mas
yang membawa makanan mereka bertiga.

“Asupan datang,” ucap Joy lalu meletakkan gelas berisi es teh ke meja bebarengan dengan mas
penjual yang manaruh mangkok berisi bakso.
“Makasih, Mas,” ucap mereka bertiga pelan lalu dijawab dengan senyuman.

“Ganteeeng.”

Yang membawa makanan mereka memang tampan, tak heran jika warung baksonya selalu
ramai pengunjung perempuan, karena terpesona dengan ketampanan penjualnya, salah satunya
adalah Joy.

“Pandang terooos!” ucap Erin dengan bibir manyunnya.

Sedangkan Hanne menghiraukan teman temannya itu dan hanya menikmati baksonya.
Hanne mempunyai kebiasaan menusuk pentol dengan garpu, itu cara dia memakannya.

Belum sampai ke mulut, tangan yang memegang garpu tergenggam oleh tangan seseorang
siapa lagi kalau bukan Rafael, pentol milik Hanne itu pun tiba tiba dilahap oleh Rafael. Rafael
mengunyah dengan wajah tak berdosanya dan asik cengar cengir. Sedikit kesal dengan apa yang
dilakukan laki laki tidak sopan itu, Hanne meliriknya dan melanjutkan makannya.

“Lu nggak capek apa ganggu Hani?” ucap Erin dengan suara sedikit keras karena takut mengganggu
anak lainnya.

Tanpa menghiraukan apa yang diucapkan Erin, Rafael langsung duduk di samping kanan
Hanne. “Nggak capeklah, yang gue kejar aja bidadari, ya nggak?” ucap Rafael sambil menaik
turunkan alis tebalnya itu.

“Sweet bangeeet,” ucap Joy sambil menutup mulut dengan kedua tangannya.

“Gajelas,” sambung Hanne.

“Ih, lu kok gitu sih.”

Rafael menegakkan tubuhnya dan matanya seakan mencari keberadaan seseorang. Lalu dia
pun menemukan teman temannya yang dicari. Salah satu temannya melambaikan tangannya,
mengisyaratkan Rafael untuk bergabung.

“Gue ke temen gue dulu ya,” pamit Rafael ke Hanne yang hanya dibalas dengan melihat Rafael.

“Pergi pergi aja sana,” sahut Erin.

“Galak amat jadi orang.”

Setelah Rafael pergi menemui temannya, Joy bertanya sesuatu pada Hanne, “Han, lu nggak
ada rasa sedikit pun ke Rafael?”

“GAK.”

“Sok cuek lu.” Sebenarnya Joy tau kalau Hanne punya pacar yang sekarang berada di luar negeri.

“Gimana kalo lo comblangin gue sama Rafael?” lanjut Joy mendekatkan dirinya ke Hanne.

Hanne yang sedang meneguk es teh, mendengar apa yang diucapkan temannya itu
membuat dirinya tersedak. “Uhuk uhuk.”
“GILA!” respon Erin.

“Maksud lo? Lo suka sama dia?” tanya Hanne.

Joy tersenyum mendengar jawaban Hanne dengan raut muka yang diluar ekpetasi Joy. “Jelek
amat muka lo!” ledek Joy.

Hanne tak menghiraukan temanya itu dan melanjutkan makannya.

Karena merasa terabaikan Joy menggebrak meja dengan keras, “Heh.”

“Lu udah gila ya Joy? Comblang comblang, gak jelass lu dasar brengsekk” kata Erin yang sedari tadi
diam tiba-tiba mengeluarkan suaranya.

“Udah de, mending kalian lanjut makan. Lu juga Joy, kenapa tiba tiba bahas dia sih?” Hanne
menengahi kedua temannya itu.

Joy terdiam lalu melanjutkan makannya. Raut muka Erin juga sudah beda karena bad mood.
Bukan ini maksud Joy, “aish.”

...

“Karena kalian Senin depan akan menghadapi ujian kenaikan kelas, jadi jangan lupa belajar.
Kalian juga sebentar lagi akan naik ke kelas 12 persiapkan juga mau melanjutkan kemana. Terutama
kamu Rafael, nilai kamu dulu baik di semester awal, tolong diperbaiki untuk kedepannya,” ucap
Diana sambil merapikan buku-bukunya.

“Itu saja yang mau ibu ucapkan, kalian boleh pulang,” lanjutnya lalu pergi meninggalkan kelas
setelah mengucapkan salam.

Kali ini Erin dan Joy tidak mampir ke rumah Hanne karena ada urusan lain.

“Gue duluan,” ucap kedua teman Hanne saat keluar dari kelas sambil melambaikan tangan mereka.
Hanne membalasnya dengan anggukan.

Hanne tetap berada di dalam kelas, seorang diri. Ya, memang kebiasaanya sambil menunggu
sopir menelpon dirinya jikalau jemputannya sudah dekat dengan sekolahn. 10 menit telah berlalu,
tak ada satu pun panggilan dari Pak Jo, selaku sopirnya tersebut, dan Hanne memutuskan keluar
kelas menuju halte sekolah.

Tidak terlihat satu pun mobil yang terparkir di pinggir jalan. Hanne akhrinya mencoba
menelpon mamanya.

Ma, kenapa Hanne belom di jemput? Mana Pak Jo?

Oh iya, Maafin mama ya, Pak Jo gabisa jemput kamu sekarang. Pak Jo sekarang lagi nganterin
mama, mama lagi ada kumpulan sama temen-temen SMA mama, maaf ya.

Kenapa nggak bilang dari tadi si, Ma?


Nada Hanne cukup ditekan saat memanggil mamanya, sebal karena nggak bilangg dari awal.
Mungkin kalau bilang dari awal, dia bisa bareng teman-temannya naik angkutan umum. Di jam segini
angkutan umum sudah tidak ada karena berakhir di jam 4 sore di waktu anak sekolah mulai pulang.

Kamu naik taksi aja, ya. Jangan naik ojol!

Iya, deh.

Hanne memutuskan sambungan teleponnya.

Anda mungkin juga menyukai