Anda di halaman 1dari 105

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING DAN PENGGILING

CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

SKRIPSI

OLEH :

JUNITA BR TARIGAN
160308057

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera Utara


RANCANG BANGUN ALAT PENGERING DAN PENGGILING
CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

SKRIPSI

OLEH :

JUNITA BR TARIGAN
160308057/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana


di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera Utara


Judul Skripsi :Rancang Bangun Alat Pengering dan Penggiling Cabai Merah
(Capsicum annuum L.)
Nama :JUNITA BR TARIGA
NIM :160308057
Program Studi : Keteknikan Pertanian

Disetujui oleh :
Komisi Pembimbing

(Adian Rindang, STP, M.Si)


NIP 198704282015042001

Mengetahui

(Dr.Taufik Rizaldi, STP, MP)


Ketua Program Studi Keteknikan Pertanian

Tanggal Lulus : 30 Juli 2020

ii

Universitas Sumatera Utara


Panitia Penguji Skripsi
Adian Rindang, STP, M.Si
Riswanti Sigalingging, STP, M.Si, Ph.D
Putri Chandra Ayu, STP, M.Si
Sulastri Panggabean, STP, M.Si

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

JUNITA BR TARIGAN: Rancang Bangun Alat Pengering dan Penggiling Cabai


Merah (Capsicum annuum L.) dibimbing oleh ADIAN RINDANG.
Alat pengering dan penggiling cabai merah (Capsicum annum L.)
merupakan alat pengering dan penggiling yang dapat menyelesaikan dua proses
dalam satu alat. Alat ini mengeringkan cabai dengan prinsip pemanasan udara
dengan memanfaatkan elemen pemanas (heater) kemudian udara panas
dihembuskan ke ruang pengering. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan
prototipe alat pengering dan penggiling cabai merah serta menguji performa alat
yang dibangun. Dari hasil perancangan alat dihasilkan alat pengering dan
penggiling dengan kapasitas 1 kg, dengan diameter dan tinggi ruang pengering 22
cm dan 17 cm. Kecepatan mata pisau yang berputar tanpa beban pada alat ini
adalah 11.000 rpm. Dari hasil pengujian alat yang dilakukan terhadap 1 kg cabai
merah selama 75 jam, diperoleh kapasitas efektif alat terhadap pengeringan dan
penggilingan masing-masing 0,01333 kg/jam dan 0,62 kg/jam. Laju pengeringan
dari alat yang dibangun adalah 0,88133 % bb/jam dari rata-rata kadar air awal
75,36 %bb dan rata-rata kadar air akhir 9,72% bb. Kadar air bubuk cabai yang
dihasilkan adalah 9,7%bb dengan kehalusan 95% lolos ayakan mesh nomor 40.
Rendemen dari pengeringan dan penggilingan dari alat ini adalah 31% dan 63%.

Kata kunci: pengering, penggiling, bubuk cabai merah

ABSTRACT

JUNITA BR TARIGAN: Design of Red Chili (Capsicum annum L.) dryer and
grinder supervised by ADIAN RINDANG.
Red chili dryer and grinder is a machine that can work two processes,
namely drying and grinding. The principle of this dryer is heating the air using
heater then distribute hot air to the drying chamber. The purpose of this study was
to produce a prototype red chili dryer and grinder and to test the performance of
red chili dryer and grinder. Red chili dryer and grinder that designed has a
capacity of 1 kg, with diameter and height of drying chamber of 22 cm and 17 cm,
respectively. The speed rotation of the blade without a load in this machine is
11,000 rpm. Results showed that the machine could dry 1 kg of red chili in 75
hours, with the effective capacity for drying and grinding were 0.01333 kg/hour
and 0.62 kg/hour, respectively. The drying rate was 0.88133%wb/hour, which
could reduce the chilies moisture content from 75.36%wb to 9.72%wb. The
moisture content of the produced chili powder was 9.7%wb with 95% fineness of
the powder passed the sieve number 40. The yield of drying and grinding from the
machine are 31% and 63%.

Keywords: drying, grinding, red chili powder

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Anom, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten

Deli Serdang pada tanggal 06 Juni 1999 dari bapak Burhan Tarigan dan ibu

Nurmin Br. Barus. Penulis merupakan anak ke dua (2) dari tiga bersaudara.

Tahun 2016 penulis lulus dari SMA Swasta Sultan Iskandar Muda Medan

dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi

Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan lulus pada pilihan

kedua di Program Studi Keteknikan Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai badan penggurus

harian (BPH) UKM BKM Al-Mukhlisin FP USU periode 2017/2018 dan

sekertaris Lembaga Mentoring Agama Islam FP USU periode 2018/2019. Penulis

pernah mengikuti seleksi mahasiswa berprestasi Fakultas Pertanian USU pada

tahun 2019 dan berhasil menjadi mahasiswa berprestasi II Fakultas Pertanian

USU 2019. Penulis juga merupakan finalis pada kegiatan Tanoto Research Award

2019.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kelurahan Pematang

Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjung Balai pada bulan Juli sampai

Agustus 2019. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN III

PKS Kebun Rambutan, Tebing Tinggi, Sumatera Utara pada bulan Januari sampai

Febuari 2020.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa atas

Berkah dan Anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

ii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa atas

Berkah dan Anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Rancang Bangun Alat Pengering dan Penggiling Cabai Merah

(Capsicum annuum L.) yang merupakan salah satu syarat untuk dapat

mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada orangtua serta keluarga besar

penulis yang selalu mendoakan dan mendukung penulis baik moral maupun

materil, terima kasih juga kepada ibu Adian Rindang, STP, M.Si selaku komisi

pembimbing yang telah banyak membimbing dan membantu penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis juga mengucapkan

terima kasih semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Keteknikan

Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

melengkapi skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga

skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Maret 2020

Penulis

iii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ............................................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
Latar Belakang.................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3
Manfaat Penelitian .............................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 4
Cabai Merah (Capsicum annuum L.) ................................................................ 4
Pengeringan Cabai .............................................................................................. 6
Blanching ............................................................................................................ 8
Prinsip Dasar Pengeringan.................................................................................. 9
Penentuan Kadar Air Bahan ............................................................................. 10
Jumlah Kalor Pengering ................................................................................... 11
Laju Pengeringan .............................................................................................. 14
Kebutuhan Daya Heater ................................................................................... 14
Dimensi Ruang Pengering ................................................................................ 15
Dinamo ............................................................................................................. 16
Kapasitas Alat ................................................................................................... 16
Rendemen ......................................................................................................... 17
Pengecilan Ukuran (Size Reduction) ................................................................. 18
Uji Organoleptik ............................................................................................... 18
Mekanisme Pembuatan Alat ............................................................................. 19
Analisis Ekonomi ............................................................................................. 20
Break Event Point (BEP) .................................................................................. 22
Net Present Value (NPV) ................................................................................. 23
Internal Rate of Return (IRR) ........................................................................... 23
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 25
Waktu dan Tempat Penelitian........................................................................... 25
Bahan dan Alat ................................................................................................. 25
Perancangan Alat .............................................................................................. 25
Prosedur Pembuatan Alat ................................................................................. 28
Prosedur Pra-penelitian..................................................................................... 28
Prosedur Pengujian Alat ................................................................................... 29
Kebutuhan Energi Pengering ............................................................................ 30
Dimensi Alat Pengering dan Penggiling Cabai ................................................ 30
Parameter Penelitian ......................................................................................... 31
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 33
Prototipe Alat Pengering dan Penggiling Cabai Merah.................................... 33
Ruang Pengering............................................................................................... 34
Kipas ................................................................................................................. 34
Rangka Alat ...................................................................................................... 35

iv

Universitas Sumatera Utara


Mata Pisau ........................................................................................................ 35
Heater ............................................................................................................... 35
Alat Pengering dan Penggiling Cabai Merah .................................................. 36
Laju Pengeringan .............................................................................................. 39
Kapasitas Efektif............................................................................................... 42
Distribusi Suhu dan RH .................................................................................... 43
Perbandingan Alat Pengering dan Penggiling yang Dibangun dengan Sistem
Pengering Lainnya ............................................................................................ 47
Hubungan Lama Pengeringan dengan Penurunan Kadar Air ........................... 48
Kehalusan Bubuk Cabai dan Kadar Air Bubuk Cabai yang Dihasilkan .......... 49
Rendemen ......................................................................................................... 50
Karakteristik Organoleptik Bubuk Cabai ......................................................... 51
Analisis Ekonomi ............................................................................................. 53
Break Event Point (BEP) .................................................................................. 53
Net Present Value (NPV) ................................................................................. 53
Internal Rate of Return (IRR) ........................................................................... 54
Analisis Perbaikan Alat ..................................................................................... 54
KESIMPULAN ..................................................................................................... 55
Kesimpulan ....................................................................................................... 56
Saran ................................................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 58
LAMPIRAN .......................................................................................................... 61

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No. Hal.
1. Komposisi Kimia Cabai Merah per 100 G Bahan .................................. 5

2. Standar Bubuk Rempah-Rempah Berdasarkan SNI 01-3709-1995 ........ 7

3. Karakteristik Alat Pengering Dan Penggiling


Cabai Merah (Capsicum annum L.) ....................................................... 38

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

No. Hal.
1. Cabai Merah ............................................................................................6

2. Desain Alat Pengering Dan Penggiling Cabai Merah .............................27

3. Ruang Pengering .....................................................................................34

4. Kipas .......................................................................................................34

5. Mata Pisau ...............................................................................................35

6. Heater......................................................................................................36

7. Alat Pengering dan Penggiling Cabai Merah ..........................................37

8. Hubungan Laju Pengeringan dengan Lama Pengeringan .......................40

9. Titik Sensor Suhu Dan RH Pada Ruang Pengering ................................44

10. Distribusi Suhu .......................................................................................45

11. Distribusi RH .........................................................................................46

12. Grafik Penurunan Kadar Air Pada Alat Pengering Dan Penggiling
Cabai Merah ............................................................................................49

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.
1. Flow Chart Penelitian .............................................................................61

2. Perhitungan Dimensi dan Konsumsi Energi Alat Pengering dan


Penggiling Bubuk Cabai Merah (Capsicum annuum L.) ........................62

3. Laju Pengeringan ....................................................................................72

4. Kapasitas Efektif Alat .............................................................................73

5. Distribusi Suhu dan RH ..........................................................................74

6. Rata-rata Penurunan Kadar Air Selama Pengeringan .............................75

7. Waktu Penggilingan Pada Setiap Ulangan ..............................................76

8. Kadar Air Bubuk Cabai yang Dihasilkan Pada Setiap


Ulangan ...................................................................................................77

9. Rendemen Pengeringan dan Penggilingan ..............................................78

10. Analisis Ekonomi ....................................................................................79

11. Kuesioner Uji Organoleptik ....................................................................88

12. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ...........................................................89

13. Gambar Teknik........................................................................................90

viii

Universitas Sumatera Utara


1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Salah satu komoditas pertanian yang diminati oleh penduduk dunia termasuk

Indonesia adalah Cabai. Cabai diolah menjadi berbagai macam olahan seperti bumbu

masakan, obat-obatan herbal sampai sebagai pewarna alami untuk kosmetik

(Tifani, 2013). Salah satu varietas dari cabai adalah cabai merah

(Capsicum annuum L), produksi cabai merah yang disampaikan oleh Kementerian

Perdagangan melalui Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri Badan Pengkajian

dan Pengembangan Perdagangan (2019), terjadi kenaikan produksi cabai pada tahun

2016 sebesar 1,04 juta ton, sedangkan pada tahun 2017 meningkat menjadi 1,21 juta

ton dan 1,12 juta ton pada tahun 2019. Peningkatan produksi cabai berbanding lurus

dengan total konsumsi cabai dari tahun 2016-2019 (Kemendag, 2019).

Beberapa sifat umum sayur-sayuran dan buah-buahan setelah panen adalah

mudah rusak, melimpah pada saat panen dan tidak seragam bentuknya. Menurunnya

kualitas produk sayur dan buah terjadi karena masih berlangsungnya proses fisiologis

sayur dan buah seperti respirasi dan transpirasi. Penanganan pascapanen yang baik

perlu dilakukan karena sayur dan buah mengalami susut atau penurunan bobot setelah

panen meliputi penurunan secara fisik, mutu, dan adanya penurunan gizi. Perlu

dilakukan teknik pengolahan pangan seperti diversifikasi olahan produk buah dan

sayur untuk memperlama daya simpan produk sehingga dapat tersedia di pasaran

tanpa mengenal musim (Pujimulyani, 2012).

Universitas Sumatera Utara


2

Kadar air cabai yang tinggi menyebabkan daya simpan cabai tidak tahan lama.

Adanya diversifikasi olahan cabai merah menjadi salah satu solusi untuk

memperpanjang umur simpan cabai merah (Zam dkk., 2019). Bubuk cabai

merupakan salah satu produk diversifikasi dari cabai merah. Peningkatan konsumsi

bubuk cabai dibuktikan dengan banyaknya makanan olahan industri pangan yang

memanfaatkan bubuk cabai sebagai bahan pendukung makanan seperti olahan mi,

ayam, keripik dan olahan lainnya yang menggunakan variasi pedas untuk menarik

minat beli konsumen. Tidak hanya digunakan untuk industri makanan, bubuk cabai

juga digunakan untuk industri kosmetik (Tifani, 2013).

Proses pengolahan cabai merah menjadi bubuk dibagi menjadi dua proses

utama yaitu pengeringan dan pengecilan ukuran (size reduction)

(Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2009). Tujuan dilakukannya pengeringan

adalah untuk menurunkan kadar air pada bahan dengan penambahan panas untuk

mendorong air pada bahan keluar sehingga cabai memiliki daya simpan yang lebih

lama. Pengeringan dapat dilakukan secara manual dengan memanfaatkan sinar

matahari dan dapat dilakukan secara mekanis dengan menggunakan alat pengering

buatan. Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari memiliki beberapa

kelemahan yaitu pengeringan yang dilakukan tergantung cuaca, memerlukan luas

daerah pengeringan yang luas dan lebih rentan terkontaminasi zat asing. Kelebihan

dari pengeringan dengan menggunakan sinar matahari adalah biayanya yang murah.

Pengeringan dengan menggunakan alat mekanis memiliki biaya yang lebih mahal jika

dibandingkan dengan pengeringan dengan memanfaatkan cahaya matahari, tetapi

Universitas Sumatera Utara


3

pengeringan dengan alat mekanis dapat dilakukan di mana saja tidak bergantung pada

cuaca dan lebih higienis (Panggabean dkk., 2017). Setelah melakukan pengeringan,

cabai kering dihaluskan atau dikecilkan ukurannya.

Tingginya konsumsi cabai dan makanan pedas dapat dijadikan peluang home

industry untuk menjalankan usaha pembuatan bubuk cabai skala kecil. Alat pembuat

bubuk cabai konvensional terdiri dari alat pengering dan penggiling untuk

mengecilkan ukuran. Alat untuk mengolah cabai merah menjadi bubuk cabai di

pasaran masih dilakukan pada dua alat yang berbeda yaitu alat pengering dan alat

penggiling. Adanya dua alat untuk dua proses penggolahan menjadikan biaya

produksi lebih mahal dan kurang efisien dalam proses pengolahan.

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang rancang bangun

alat pengering dan penggiling cabai yang dapat menyelesaikan dua proses pembuatan

bubuk cabai yaitu pengeringan dan penggilingan dalam satu alat sehingga dapat

menekan biaya produksi.

Tujuan Penelitian

1. Merancang dan membangun alat pengering dan penggiling cabai merah.

2. Mendapatkan nilai performa alat diantaranya: Laju pengeringan, kapasitas

efektif alat, rendemen, tingkat kehalusan bubuk cabai dan kadar air bubuk

cabai merah yang dihasilkan.

3. Melakukan analisis ekonomi dari alat pengering dan penggiling cabai merah.

Universitas Sumatera Utara


4

Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan

syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa sebagai sumber informasi pendukung untuk melakukan

penelitian lanjutan tentang alat pengering dan penggiling cabai merah.

3. Bagi masyarakat sebagai bahan informasi pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara


5

TINJAUAN PUSTAKA

Cabai Merah (Capsicum annuum L)

Cabai merah merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin yang

digunakan sebagai bumbu dapur dan memiliki warna dan rasa yang khas. Dalam

pengolahan cabai (Capsicum, sp.) terdapat dua jenis cabai berdasarkan ukurannya

yaitu cabai besar dan cabai kecil. Cabai besar terdiri dari cabai merah dan paprika

sedangkan cabai kecil terdiri dari cabai rawit, cabai cengek dan cabai hias. Cabai

merah (Capsicum annum L.) terdiri dari dua jenis berdasarkan bentuknya, yaitu cabai

merah keriting dan cabai merah bulat. Cabai merah keriting memiliki ciri-ciri

berbentuk memanjang dan mengeriting, berujung runcing, pedas, serta memiliki biji

yang banyak. Cabai merah bulat memiliki ciri-ciri berukuran pendek sampai panjang,

berujung tumpul atau bulat, kurang pedas dan memiliki kulit yang tebal

(Andoko, 2004).

Tabel 1. Komposisi kimia cabai merah per 100 g bahan


Cabai merah
Kandungan gizi Cabai merah segar
kering
Kadar air (%) 90,9 10
Kalori (kal) 31 311
Protein (g) 1 15,9
Lemak (g) 0,3 6,2
Karbohidrat (g) 7,3 61,8
Kalsium (mg) 29 160
Fosfor (mg) 24 370
Besi (mg) 0,5 2,3
Vitamin A (SI) 470 575
Vitamin B1 (mg) 0,05 0,4
Berat yang dapat dimakan/BBD (%) 85 85
Sumber : Direktorat gizi, Depkes RI (1981)

Universitas Sumatera Utara


6

Gambar 1. Cabai Merah

Pengeringan Cabai

Cabai kering adalah cabai yang memiliki kandungan air yang rendah karena

adanya proses thermal yang menyebabkan adanya penurunan kadar air pada cabai

sehingga tahan lama, mudah dibawa dan disimpan. Teknik pengeringan dapat

dilakukan dengan menjemur cabai di bawah sinar matahari atau menggunakan alat

pengering. Penggunaan cabai kering salah satunya adalah sebagai bumbu masakan

serta bahan setengah jadi untuk pembuatan bubuk cabai, minyak cabai, dan sambal.

Cabai kering memiliki potensi pemasaran yang lebih luas

(Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2009).

Salah satu diversifikasi dari cabai merah segar adalah bubuk cabai, bubuk

cabai diperoleh dari proses penggilingan cabai kering. Bubuk cabai banyak

dimanfaatkan sebagai salah satu komposisi produk olahan makanan pada industri

makanan seperti keripik, olahan jamur tiram, roti, dan berbagai makanan dengan level

kepedasan tertentu yang semakin menjadi tren makanan di masyarakat saat ini.

Bubuk cabai memilki ukuran partikel yang kecil dan daya simpan yang lebih lama

dari cabai segar karena bubuk cabai memiliki kandungan air yang rendah. Bubuk

Universitas Sumatera Utara


7

cabai menjadi salah satu produk yang praktis digunakan dan memiliki daya jual yang

tinggi (Sudaryati dkk., 2011).

Tabel 2. Standar bubuk rempah-rempah berdasarkan SNI 01-3709-1995


Kriteria Uji Satuan Persyaratan
Bau - Normal
Rasa - Normal
Air %b/b Maks. 12,0
Abu %b/b Maks. 7,0
Abu tak larut dalam asam %b/b Maks, 1,0
Kehalusan Lolos ayakan
%b/b Maks. 90,0
No.40
Cemaran Logam
Timbal (Pb) mg/kg Maks. 10,0
Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 30,0
Cemaran arsen (As) mg/kg Maks. 0,1
Cemaran mikroba
Angka lempeng total Koloni/g Maks. 106
Eschericia coli APM/g Maks. 103
Kapang mg/kg Maks, 104
Aflatoxin mg/kg Maks. 20,0
Sumber: SNI 01-3709-1995

Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian (2009) menyatakan bahwa suhu

pengeringan cabai yang baik tidak boleh melebihi 75°C sebaiknya 50-60 °C untuk

menurunkan kadar air menjadi 10% bb (idealnya 7-8%bb) atau bila cabai kering

sudah mudah dipatahkan. Umumnya pengurangan berat cabai awal sesudah

pengeringan adalah 50 – 60% dari berat semula.

Pengeringan cabai dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengering

selama 10-20 jam jika menggunakan oven pada suhu 60°C. Jika menggunakan

pengering hybrid, pengeringan cabai merah dapat berlangsung selama 3-4 hari dan

jika pengeringan dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari di tempat terbuka

pengeringan dengan matahari dapat berlangsung selama 8-10 hari jika cuaca baik dan

Universitas Sumatera Utara


8

12-15 hari jika cuaca kurang baik. Lama proses pengeringan berbeda untuk setiap alat

dan metode pengeringan yang digunakan. Proses pengeringan yang dilakukan

diharapkan dapat berlangsung dengan cepat untuk mempercepat produksi produk

yang dikeringkan, salah satu cara untuk mempercepat waktu pengeringan selain

faktor suhu adalah dengan melakukan blansing pada bahan yang akan dikeringkan

(Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2009).

Blanching

Blansing (blanching) merupakan proses pengolahan pangan secara thermal

dengan penambahan panas dengan suhu sedang dan bertujuan untuk menonaktifkan

enzim-enzim penyebab kebusukan pada komoditas hasil pertanian. Enzim-enzim

penyebab kebusukan menyebabkan perubahan fisik seperti perubahan warna,

perubahan penyusun kimia yang menyebabkan adanya perubahan rasa dan bau, dan

perubahan nilai gizi produk yang jika dikonsumsi bukan menjadi sumber vitamin

tetapi menjadi penyebab timbulnya penyakit pencernaan. Blansing dapat menjaga

warna sayuran, meningkatkan suhu bahan yang diblansing sehingga mempercepat

pengeringan, pencucian, menurunkan tingkat kekerasan bahan sehingga mudah pada

saat pengemasan (Devahastin, 2000).

Prosedur dalam memblansing menurut Departemen Pengolahan Hasil

Pertanian (2009) dapat dilakukan dengan merendam cabai ke dalam air panas yang

hampir mendidih (90°C) kemudian meniriskannya dan merendam ke dalam air dingin

atau dapat juga dilakukan dengan cara merendam cabai ke dalam air panas dan telah

diberi bahan pengawet yang aman untuk pengolahan makanan seperti Kalium

Universitas Sumatera Utara


9

Metabisulfit (K2S2O5) atau Natrium Bisulfit (Na2S2O5) dengan ketentuan

ditambahkan sebanyak 2g/l air (0,2%) selama 6 menit. Perendaman dengan bahan

kimia ini bertujuan untuk menghambat aktivitas enzim dan mempertahankan warna

cabai. Bahan ini merupakan bahan pengawet yang aman untuk dicampurkan dalam

proses blansing. Untuk memblansing 1 kg cabai dibutuhkan 1,5 liter air, cabai yang

telah direndam di air 90°C selanjutnya diangkat dan dimasukan ke alam air dingin,

agar proses pemanasan terhenti, setelah itu cabai ditiriskan dan dikeringkan

(Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2009).

Prinsip Dasar Pengeringan

Pengeringan merupakan perpindahan kandungan air dari bahan yang

dikeringkan ke ruang pengering atau udara sekitar bahan karena adanya perbedaan

kandungan air pada bahan dan ruang pengering atau udara sekitar bahan. Semakin

besar perbedaan antara kandungan air pada udara pengering dengan kandungan air

pada bahan, kemampuan udara membawa uap air bertambah besar. Tujuan dari

pengeringan adalah untuk mengurangi kandungan air bahan sampai batas

mikroorganisme tidak dapat tumbuh sehingga bahan pangan dapat disimpan lebih

lama. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada dua yaitu faktor yang

berhubungan dengan udara pengering dan faktor yang berhubungan dengan sifat

bahan. Faktor yang berhubungan dengan udara pengering adalah suhu, kelembaban

dan kecepatan aliran udara. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan adalah

ukuran bahan, kadar air awal sebelum pengeringan, dan tekanan parsial bahan.

Semakin tinggi suhu dan kecepatan aliran udara maka pengeringan berlangsung

Universitas Sumatera Utara


10

semakin cepat karena suhu yang tinggi akan membawa uap air pada bahan lebih cepat

dari pada suhu yang rendah dan kecepatan aliran udara yang tinggi akan membawa

uap air yang ada pada bahan keluar dari ruang pengering sehingga kelembaban udara

di ruang pengering rendah. Semakin tinggi kelembaban udara di ruang pengering

maka pengeringan berlangsung lebih lama karena kemampuan bahan melepaskan uap

air ke udara semakin kecil (Sobari, 2018).

Menurut Devahastin (2000) pengeringan merupakan suatu proses

perpindahan panas dan massa yang menyebabkan adanya perubahan secara fisik dan

kimia dari bahan yang dikeringkan dan pada gilirannya dapat menyebabkan

perubahan mutu hasil maupun mekanisme perpindahan panas dan massa.

Pengeringan terjadi melalui pemberian panas pada ruang pengering sehingga terjadi

perpindahan panas antara ruang penggering dan bahan basah. Panas yang diterima

dari bahan basah dapat mengeluarkan kandungan air pada bahan basah. Panas dapat

disediakan melalui konveksi (pengering langsung), konduksi (pengering sentuh atau

tak langsung), radiasi atau secara volumetrik dengan menempatkan bahan basah

tersebut dalam medan elektromagnetik gelombang mikro atau frekuensi radio

(Devahastin, 2000).

Penentuan Kadar Air Bahan

Terdapat tiga jenis air yang terdapat pada bahan yang akan dikeringkan, yaitu

air bebas, air terikat secara fisik, dan air terikat secara kimia. Air bebas (Free water)

merupakan air yang terdapat pada permukaan bahan. Kandungan air ini dimanfaatkan

oleh mikroorganisme untuk tumbuh. Air bebas juga dimanfaatkan sebagai salah satu

Universitas Sumatera Utara


11

bahan dalam reaksi kimia. Air bebas lebih mudah diuapkan daripada air terikat,

kandungan air pada bahan ketika air bebas diuapkan seluruhnya adalah 12 – 25 %

tergantung pada jenis bahan. Air terikat secara fisik adalah air yang terdapat dalam

jaringan matriks bahan karena adanya ikatan-ikatan fisik. Air terikat secara kimia

adalah air yang paling sulit dihilangkan, jika air terikat secara kimia ini dihilangkan

maka akan terjadi reaksi pencoklatan (browning) (Sobari, 2018).

Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air persatuan bobot

bahan (Sobari, 2018). Sobari (2018) juga menyatakan ada dua metode untuk

menentukan kadar air bahan, yaitu berdasarkan bobot kering (dry basis) dan

berdasarkan bobot basah (wet basis). Salah satu cara untuk menentukan besarnya

kandungan air pada bahan yang dikeringkan adalah dengan metode oven. Penentuan

kadar air bahan dengan metode oven dilakukan dengan cara memasukkan bahan yang

sebelumnya sudah ditimbang massanya ke dalam oven, setelah 24 jam atau sampai

tidak ada penurunan massa bahan (konstan), sampel yang dikeringkan didinginkan di

desikator kemudian ditimbang. Selisih massa awal bahan dengan massa akhir bahan

merupakan massa air yang menguap. Kadar air dapat dihitung dengan Persamaan 1.

-
Ka (%) = 100 %..................................................................................(1)

Keterangan:

W1 = masa bahan sebelum dikeringkan (gr)

W2 = massa bahan setelah dikeringkan (gr)

(ASAE, 2018).

Universitas Sumatera Utara


12

Jumlah Kalor Pengering

Jumlah kalor (panas) yang digunakan untuk pengeringan dapat dihitung

dengan menggunakan Persamaan 2.

Qd = Qt + Qw + Ql...............................................................................................(2)

Keterangan:

Qd = energi pengeringan bahan (kJ)

Qt = energi pemanasan bahan (kJ)

Qw = energi pemanasan air bahan (kJ)

Ql = energi penguapan air bahan (kJ)

Dimana energi untuk pemanasan bahan (Qt) dihitung dengan menggunakan

Persamaan 3.

Qt = mt Cp (Td Ta).........................................................................................(3)

Keterangan:

Cp = panas jenis bahan (kJ/kg °C)

Ta = temperatur awal bahan (°C)

Td = temperatur rata-rata udara pengering (°C)

mt = massa cabai (kg)

Energi pemanasan air bahan (Qw) dihitung dengan menggunakan Persamaan 4.

Qw = mat Cp air (Td Ta)..................................................................................(4)

Keterangan:

Cp air = panas jenis air (kJ/kg °C)

mat = massa air awal (kg)

Universitas Sumatera Utara


13

Energi penguapan air bahan (Ql)

Ql = mah hfg.......................................................................................................(5)

Keterangan:

hfg = panas laten air (kJ/kg)

mah = massa air yang hilang (kg)

Berat air yang diuapkan selama proses pengeringan dapat dihitung dengan

menggunakan Persamaan 6.

mah = mat maa......................................................................................................(6)

Keterangan:

mat = massa air cabai awal (kg)

maa = massa air cabai akhir (kg)

mat = mt Wa

Wa = kadar air awal bahan (%)

mkb = mt...................................................................................(7)

maa = ........................................................................................(8)

Keterangan:

wf = kadar air akhir bahan (%)

mkb = berat kering bahan (kg)

(Napitupulu dan Putra, 2012).

Universitas Sumatera Utara


14

Laju Pengeringan

Menurut Erlina dan Tazi (2009) laju pengeringan adalah seberapa besar massa

air pada bahan yang dikeringkan dapat dikeluarkan untuk mencapai kadar air yang

diinginkan per satuan waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju pengeringan

diantaranya, bentuk bahan, ukuran, volume, luas permukaan, sifat termofisik bahan

(seperti panas laten, panas jenis spesifik, konduktifitas termal dan emisivitas termal),

komposisi bahan kimia bahan (seperti kadar air awal bahan) dan keadaan di luar

bahan (seperti suhu, kelembaban dan laju aliran udara) (Erlina dan Tazi, 2009).

Periode laju pengeringan dapat dibedakan menjadi dua periode yaitu periode

dengan laju pengeringan tetap dan laju pengeringan menurun. Kedua periode ini

dibatasi oleh kadar air kritis. Akhir dari periode tetap terjadi ketika laju difusi air

dalam produk menurun. Periode laju pengeringan tetap biasanya berlangsung cepat

untuk produk pertanian (Heldman dan Singh, 2009). Laju pengeringan dapat dihitung

dengan menggunakan Persamaan 9.

Wdot ................................................................................................................(9)

Keterangan :

Wdot = laju pengeringan (%bb/jam)

KA = kadar air yang diuapkan (%bb)

= waktu pengeringan (jam)

Kebutuhan Daya Heater

Heater merupakan elemen pemanas yang dapat menghasilkan energi panas

yang dapat digunakan untuk memanaskan udara dan air disekitar heater. Heater

Universitas Sumatera Utara


15

banyak digunakan sebagai salah satu komponen dalam membuat alat pengering.

Kebutuhan daya heater perlu diketahui agar dapat memilih heater yang tepat pada

saat proses pembuatan alat yang dibangun. Daya heater disesuaikan antara kebutuhan

energi pengeringan dengan ketersediaan daya heater yang dijual di pasaran.

Kebutuhan daya heater dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 10.

P = …………………………………………….……………………….(10)

Keterangan :

P = daya listrik (W)

Qtotal = energi pengeringan (kJ)

t = waktu pengeringan (s)

Dimensi Ruang Pengering

Dimensi alat adalah ukuran panjang, lebar, dan tinggi dari alat yang

dirancang. Salah satu cara untuk menentukan dimensi alat adalah dengan menentukan

kapasitas alat yang dirancang. Setelah menentukan kapasitas alat, dimensi alat dapat

ditentukan dengan mengetahui massa jenis/kerapatan massa dari produk yang diolah

untuk mengetahui volume ruang pengering yang dibutuhkan. Volume ruang

pengering dapat diketahui dengan menggunakan Persamaan 11 untuk menentukan

dimensi alat yang akan dibangun.

……………………………….………………………..……….………….. ( 1)

Keterangan:

= kerapatan massa bahan (kg/m3)

m = kapasitas alat (kg)

Universitas Sumatera Utara


16

V = volume ruang pengering (m3)

kerapatan massa cabai dapat dicari dengan menggunakan Persamaan 12.

= 83.84 +2.55 Mw………………………….....…………………….( 2)

Mw = kadar air (%)

(Hossain dan Bala, 1999).

Dinamo

Dinamo adalah komponen yang sangat penting dalam mesin yang digunakan

sebagai sumber tenaga. Dengan menggunakan torsi dan kecepatan yang bekerja maka

daya dinamo dapat ditentukan dengan Persamaan 13.

P dinamo = Tdinamo. ω

P dinamo = 2 Tdinamo ……………….……………..……………………….( 3)

(Shigley, 1984)

Keterangan:

P dinamo = daya dinamo (watt)

n = putaran akibat motor listrik (putaran/detik)

T dinamo = torsi yang bekerja (Nmm)

Kapasitas Alat

Kapasitas efektif alat dihitung untuk mengetahui banyaknya massa cabai

merah yang dapat dikeringkan dan dihaluskan persatuan waktu. Menurut Daywin

dkk. (2008) kapasitas efektif alat dapat dihitung dengan Persamaan 14 dan 15.

KA pengering = .....................................................................................................(14)

KA penggiling = ...................................................................................................(15)

Universitas Sumatera Utara


17

Keterangan :

KA pengering = kapasitas efektif pengeringan (kg/jam)

KA penggiling = kapasitas efektif penggilingan (kg/jam)

m = massa cabai merah (kg)

mk = massa cabai merah kering (kg)

t = waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan/

menggiling bubuk cabai merah (jam)

Rendemen

Rendemen adalah besarnya keluaran (output) yang dihasilkan dari masukan

(input) yang diberi dan dinyatakan dengan persen (%). Menurut Purwono (2002),

persentase rendemen dapat dihitung dengan membandingkan massa awal bahan

dengan massa akhir bahan dan dikali 100%. Rendemen pengeringan dan rendemen

penggilingan pada alat yang dibangun dapat dihitung dengan menggunakan

Persamaan 16 dan 17.

Rp = 100 %...............................................................................................(16)

Rq = 100 %.............................................................................................(17)

Keterangan:

Rp = rendemen penggeringan (%)

Rq = rendemen penggilingan (%)

BM = berat cabai merah kering yang dihasilkan (kg)

BBM = berat bubuk cabai merah yang dihasilkan (kg)

Universitas Sumatera Utara


18

BH = berat awal cabai merah segar (kg)

BBH = berat awal cabai merah kering (kg)

Pengecilan Ukuran (Size Reduction)

Pengecilan ukuran merupakan proses mengubah ukuran pada suatu bahan

yang besar menjadi lebih kecil dengan bantuan gaya dari luar. Tiga tipe gaya yang

dapat terjadi pada alat-alat pengecilan ukuran adalah compression, impact dan shear.

Gaya Compression umumnya digunakan untuk bahan pangan yang keras seperti

untuk memecah biji gandum atau memisahkan endosperm dari membran. Gaya

impact digunakan untuk menggiling berbagai macam jenis bahan pangan termasuk

serat makanan dan gaya shear umumnya digunakan untuk mengecilkan ukuran bahan

pangan yang tidak keras. Pada setiap alat pengecilan ukuran terjadi ketiga jenis gaya

ini, tetapi umumnya ada satu jenis gaya yang mendominasi (Brenann, 2006).

Uji Organoleptik

Uji organoleptik merupakan uji atau penilaian yang dilakukan dengan

memanfaatkan panca indera seperti mata, hidung dan mulut untuk menilai aroma,

rasa, tekstur, warna, dan bentuk produk makanan, minuman ataupun obat-obatan. Uji

organoleptik bertujuan untuk mengevaluasi produk berformulasi. Evaluasi dilakukan

oleh panelis yang memberikan penilaian terhadap produk yang disajikan.

(Ayustaningwarno, 2014).

Manusia memiliki sensor untuk mendeteksi kesukaan dan ketidaksukaan

terhadap suatu produk makanan atau minuman yang dihasilkan. Sensor tersebut

adalah indera perasa sebagai alat untuk menggambarkan rasa, perasaan dan persepsi

Universitas Sumatera Utara


19

dari makanan atau minuman yang dikonsumsi. Untuk menghasilkan suatu produk

yang akan dijual, perlu diperhatikan tingkat kesukaan terhadap produk yang akan

dipasarkan. Uji sensori (uji organoleptik) dapat dijadikan sarana untuk menilai

produk yang dihasilkan apakah sesuai selera konsumen ataupun tidak. Penilaian dari

produk yang akan diuji dinilai oleh panelis. Terdapat beberapa kategori panelis yaitu

panelis perseorangan, panelis terbatas, panelis terlatih, panelis agak terlatih dan

panelis tidak terlatih (Arbi, 2003).

Panelis perseorangan merupakan panelis yang sangat ahli terhadap produk

yang akan diuji dan memiliki sensitivitas yang tinggi pada karakteristik sensori

produk yang akan diuji. Panelis terbatas terdiri dari 3-5 orang panelis dengan

sensitivitas tinggi. Panelis terlatih merupakan panelis yang memiliki sensitivitas yang

cukup baik dan terdiri dari 15-25 orang. Panelis agak terlatih merupakan panelis yang

terdiri dari 15-25 orang yang sebelumnya dilatih untuk mengetahui karakteristik

sensori tertentu. Panelis tidak terlatih merupakan orang awam yang bebas

memberikan penilaian terkait uji sensor yang tidak pernah mendapatkan pelatihan

terkait karakteristik sensori dan terdiri dari lebih dari 25 orang (Arbi, 2003).

Mekanisme Pembuatan Alat

Mengerjakan suatu pekerjaan perbengkelan diperlukan perkakas untuk

mendukung pekerjaan tersebut. Perkakas tersebut diantaranya: gerinda, mesin bor,

mesin bubut, mesin las, mesin frais, mesin asah, mesin skrap, dan mesin-mesin

lainnya (Daryanto, 1984). Dalam pembuatan alat perlu diperhatikan juga sifat-sifat

dari bahan teknik yang akan digunakan untuk pembuatan alat tersebut. Seperti sifat-

Universitas Sumatera Utara


20

sifat mekanik (kekuatan, kekerasan, serta keuletan), sifat fisik (ukuran, masa jenis,

struktur), sifat termal (pemuaian, konduktivitas), serta sifat kimia (kombinasi, segresi,

ketahan korosi) (Surdia dan Saito, 1995). Keawetan dan kekuatan dari suatu peralatan

pertanian sangat bergantung pada kualitas bahan yang digunakan.

Dalam pembuatan suatu peralatan pertanian biasanya dihindari penggunaan

bahan yang terbuat dari baja tuang dan menggantinya dengan baja cetak atau tekan.

Hal ini dilakukan untuk menekan biaya pembuatan peralatan pertanian. Bahan yang

digunakan dalam pembuatan peralatan pertanian dapat digolongkan dalam bahan

logam dan non logam (Smith dan Wilkes, 1990).

Analisis Kelayakan Ekonomi

Analisis kelayakan ekonomi merupakan salah satu kegiatan menganalisa

peluang bisnis dari suatu usaha yang diinvestasikan. Dengan adanya analisis

kelayakan ekonomi dapat diketahui keputusan-keputusan yang dapat diambil untuk

menghindari kerugian dari bisnis yang sedang atau akan dijalankan. Keuntungan

dapat dinyatakan sebagai selisih antara biaya dan pendapatan. Bagi suatu usaha, ada

dua jenis biaya, biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya

tetap yaitu biaya yang harus dikeluarkan tanpa melihat produksi barang/jasa yang

akan dijual, seperti gaji, biaya rutin kantor dan penyusutan. Biaya tidak tetap adalah

biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan produksi misalnya

pembelian bahan, sewa alat, bahan bakar dan sebagainya (Wadiyono, 2008).

Menurut Soeharno (2007), untuk mengetahui nilai biaya produksi dapat

dihitung menggunakan Persamaan 18.

Universitas Sumatera Utara


21

Biaya produksi =( ) KEA…………………...………………..(18)

Keterangan:

BTP = total biaya tetap produksi (Rp/tahun)

BTTP = total biaya tidak tetap produksi (Rp/tahun)

JK = total jam kerja pertahun (jam/tahun)

KEA = kapasitas alat (jam/satuan produksi)

Biaya tetap yang dapat diperhitungkan adalah biaya penyusutan dan biaya

bunga modal dan asuransi. Biaya penyusutan dapat dihitung menggunakan

Persamaan 19.

( -
BP = …………………………………………………………………...(19)

Keterangan:

BP = biaya penyusutan (Rp/tahun)

NA = nilai awal (harga pembuatan) alat (Rp)

NR = nilai akhir (10% dari P) (Rp)

NEA = nilai ekonomis alat (tahun)

Biaya bunga modal dan asuransi dapat dihitung menggunakan Persamaan 20.

( (
I = ………………………………………………………..……….(20)

Keterangan:

I = total persentase bunga modal dan asuransi (Rp/ tahun)

i = total tingkat bunga modal dan asuransi (% tahun)

P = nilai awal (harga pembuatan) alat (Rp)

Universitas Sumatera Utara


22

n = nilai ekonomis alat (tahun)

Biaya tidak tetap terdiri dari biaya reparasi dan biaya operator. Biaya reparasi

adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki komponen alat yang rusak atau

kerjanya sudah tidak optimal lagi. Biaya reparasi dapat dihitung dengan Persamaan

21.

( -
Biaya reparasi = ……………………..………………………….(21)

Biaya operator dapat disesuaikan dengan daerah pemakaian alat, tidak ada aturan

khusus terkait biaya reparasi.

Break Event Point (BEP)

Break Event Point (BEP) atau analisis titik impas adalah suatu analisis

ekonomi untuk mengetahui seberapa banyak barang/jasa harus diproduksi agar tidak

mengalami kerugian. Dan selanjutnya mampu berkembang sendiri (self growing).

Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol. Bila pendapatan

produksi berada dibawah titik impas maka kegiatan usaha akan menderita kerugian,

sebaliknya jika pendapatan produksi diatas titik impas berarti kegiatan usaha akan

memperoleh keuntungan. BEP dapat dihitung menggunakan Persamaan 22.

JP = ………………………………………………………………….( )
( -

Keterangan:

JP = jumlah produksi untuk mencapai titik impas

BTP = biaya tetap per tahun (Rp)

BTTP = Biaya tidak tetap per unit produksi (Rp)

Universitas Sumatera Utara


23

Net Present Value (NPV)

Net present value (NPV) merupakan kriteria yang digunakan untuk

menentukan apakah suatu usaha dapat dikatakan layak untuk di komersilkan. NPV

dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 23.

CIF COF …………………………………………………….………...……(23)

Keterangan:

CIF = cash in flow

COF = cash out flow

Cash in flow dihitung dengan mendiskontokan total nilai pemasukan dengan

nilai bunga di masa sekarang. Cash out flow dihitung dengan mendiskontokan nilai

pengeluaran dengan suku bunga di masa sekarang.

CIF = pendapatan (P/A, i, n) nilai akhir (P/F, i, n)

COF = pembiayaan (P/A, i, n)

dengan kriteria:

- NPV > 0, berarti alat tersebut layak diproduksi dan diusahakan

- NPV < 0, berarti alat tersebut tidak layak untuk diproduksi atau diusahakan

- NPV = 0, berarti investasi alat tidak untung dan tidak rugi.

Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) atau laju pengembalian adalah besarnya tingkat

bunga yang menjadi indikator apakah usaha yang dijalankan mendapatkan

keuntungan atau kerugian dalam jangka waktu yang ditentukan. Suatu usaha yang

Universitas Sumatera Utara


24

diinvestasikan dapat dikatakan layak dijalankan jika nilai IRR lebih besar dari laju

pengembalian (discount rate).

IRR dapat dihitung dengan Persamaan 24 jika p bernilai negatif dan q positif dan

dapat dihitung dengan Persamaan 25 jika p dan q positif.

IRR = p% (q% p ……………………………………..…....…….(24)

IRR = q% (q% p ……………………………………..…….…….(25)

Keterangan:

p = suku bunga paling reaktif

q = suku bunga coba-coba (> dari p)

x = NPV pada suku bunga p

y = NPV pada suku bunga q

(Kastaman, 2006).

Universitas Sumatera Utara


25

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Febuari sampai Maret 2020 di

Laboratorium Teknik Biosistem Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cabai merah keriting

dengan rata-rata berat per cabai 2,71 gram, panjang per cabai 8,11 cm, diameter

0,6607 cm dan kadar air awal cabai merah keriting 75,36%, plat stainless steel,

termokopel, thermostat, heater, kipas aksial, sakelar, kabel, besi (rangka), mata pisau,

dinamo, steker, natrium bisulfit, dan cawan aluminium. Alat-alat yang digunakan

adalah aplikasi solidworks, mesin bor, mesin las, gerinda, stopwatch, timbangan

digital, oven, hygrometer digital dan desikator.

Perancangan Alat

Alat ini dirancang untuk pengeringan dan penggilingan cabai merah menjadi

bubuk dalam satu alat yang terintegritas. Sumber panas yang digunakan untuk

menggeringkan cabai segar berasal dari heater. Selajutnya perancangan alat dibagi ke

dalam tahapan perancangan struktural dan perancangan fungsional.

Pendekatan Desain Struktural

Alat pengering dan penggiling cabai merah ini dirancang dengan kapasitas 1

kg. Sumber panas yang digunakan berasal dari heater, kemudian udara panas yang

Universitas Sumatera Utara


26

dipanaskan oleh heater dialirkan menggunakan kipas aksial ke dalam ruang

pengering.

Ruang pengering berbentuk tabung dengan diameter 22 cm dan tinggi 17 cm

yang didalamnya terdapat satu mata pisau yang dipasang vertikal dengan panjang 18

cm. Pada ruang pengering terdapat 1 termokopel yang berfungsi untuk mengukur

suhu pengeringan dan thermostat yang berfungsi untuk memutus aliran listrik ketika

suhu ruang pengering sudah melebihi suhu pengeringan cabai merah yang sudah

ditentukan.

Pendekatan Desain Fungsional

Adapun fungsi-fungsi dalam perancangan alat pengering dan penggiling cabai

merah ini adalah sebagai berikut:

- Tabung

Tabung berfungsi sebagai ruang pengering tempat cabai dikeringkan, digiling

dan tempat mata pisau berada.

- Kipas aksial

Kipas aksial berfungsi untuk mengalirkan udara panas.

- Dinamo

- Dinamo berfungsi sebagai penggerak mata pisau agar dapat berputar untuk

mengecilkan ukuran cabai merah menjadi bubuk cabai setelah proses

pengeringan.

- Heater

Heater berfungsi untuk memanaskan udara untuk mengeringkan cabai merah.

Universitas Sumatera Utara


27

- Kerangka Alat

Kerangka alat berfungsi sebagai dudukan tabung dan pendukung komponen

lainnya terbuat dari besi.

Berdasarkan perancangan struktural dan fungsional yang telah dilakukan didapat

desain alat yang akan dibangun seperti pada Gambar 2.

1. Tutup Tabung
2. Kipas
3. Outlet Udara Panas
4. Heater
5. Ruang Pengering
6. Mata Pisau
7. Dinamo
8. Rangka
Gambar 2. Desain alat pengering dan penggiling cabai merah

Skema Aliran Udara Pengering


Masuk
Udara Luar Kipas axial Heater Ruang

Keluar
Udara lembab

Universitas Sumatera Utara


28

Prosedur Pembuatan Alat

Adapun prosedur dalam membangun alat pengering dan penggiling cabai

yaitu:

1. Merancang bentuk alat pengering dan penggiling cabai.

2. Mengambar serta menententukan ukuran alat pengering dan penggiling

cabai.

3. Memilih bahan yang digunakan untuk membuat alat pengering dan

penggiling cabai.

4. Melakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai

dengan ukuran yang telah ditentukan pada gambar alat pengering dan

penggiling cabai.

5. Memotong bahan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, melakukan

pengelasan dan mengebor untuk pemasangan kerangka alat.

6. Megerindra permukaan yang terlihat kasar karena bekas pengelasan.

7. Merangkai alat dan mengecat alat. Alat dicat bertujuan untuk

memperpanjang umur alat dan menambah nilai estetika alat.

Prosedur Pra-penelitian

Prosedur pra-penelitian dilakukan untuk mengetahui lama pengeringan

cabai merah agar mencapai kadar air <10%. Prosedur pra penelitian yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan bahan dan alat

2. Mensortasi cabai merah

Universitas Sumatera Utara


29

3. Menimbang cabai merah yang akan dikeringkan dan dihaluskan sebanyak1 kg

dan diukur suhu cabai merah.

4. Mencuci cabai merah.

5. Memblanching cabai merah dengan suhu 90°C yang sudah dicampur dengan

larutan Natrium bisulfit (Na2S2O5) dengan konsentrasi 0,2 % selama 6 menit.

6. Menghidupkan heater sebagai pemanas udara pengering.

7. Memasukkan cabai merah ke dalam ruang pengering.

8. Melakukan pengambilan sampel kadar air setiap 5 jam.

9. Memasukkan sampel ke oven untuk mengetahui penurunan kadar air setiap 5

jam setelah melakukan penimbangan sampel sebelum dan sesudah masuk

oven.

10. Melakukan 3 kali ulangan.

Prosedur Pengujian Alat

Prosedur pengujian alat pengering dan penggiling cabai adalah sebagai

berikut:

1. Menyediakan bahan dan alat yang akan digunakan untuk proses

pengeringan dan penggilingan bubuk cabai.

2. Mensortasi cabai merah.

3. Menimbang cabai merah yang akan dikeringkan dan dihaluskan

sebanyak1 kg dan diukur suhu cabai merah.

4. Mencuci cabai merah.

Universitas Sumatera Utara


30

5. Memblanching cabai merah dengan suhu 90°C yang sudah dicampur

dengan larutan Natrium bisulfit (Na 2S2O5) dengan konsentrasi 0,2 %

selama 6 menit.

6. Menghidupkan heater sebagai pemanas udara pengering.

7. Memasukkan cabai merah ke dalam ruang pengering.

8. Menghidupkan mesin penggiling untuk menggiling cabai kering menjadi

bubuk cabai setelah kadar air cabai di bawah 10%.

9. Mengayak bubuk cabai dengan menggunakan ayakan mesh No. 40.

10. Melakukan tiga kali pengulangan.

11. Melakukan pengamatan parameter.

Kebutuhan Energi Pengeringan

Kebutuhan energi pengeringan diketahui untuk menghitung daya heater yang

dibutuhkan. Kebutuhan energi total yang dibutuhkan selama pengeringan adalah

penjumlahan energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu bahan, penguapan

(panas laten), dan pemanasan air bahan. Kebutuhan energi untuk menakkan suhu

bahan, penguapan dan pemanasan air bahan dapat dihitung dengan Persamaan 2- 8.

Kebutuhan daya heater dapat dihitung dengan Persamaan 10.

Dimensi Alat Pengering dan Penggiling Cabai

Dimensi alat pengering dan penggiling cabai meliputi diameter tabung ruang

pengering, panjang tabung dan diameter mata pisau. Untuk mengetahui volume

tabung pengering untuk kapasitas 1 kg dapat digunakan Persamaan 11. Kerapatan

massa cabai dapat dicari dengan menggunakan Persamaan 12. Dimensi tabung

Universitas Sumatera Utara


31

pengering disesuaikan dengan tabung yang dijual secara konvensional begitu pula

mata pisau yang digunakan.

Parameter Penelitian

Parameter yang akan diukur dalam penelitian ini meliputi:

1. Laju Pengeringan

Laju pengeringan pada alat yang dibangun dapat dihitung dengan

menggunakan Persamaan 9.

2. Kapasitas Alat

Kapasitas efektif alat dihitung untuk mengetahui banyaknya massa cabai

merah yang dapat dikeringkan dan dihaluskan persatuan waktu. Menurut Daywin

dkk. (2008) kapasitas efektif alat dapat dihitung dengan Persamaan 24 dan 25.

3. Rendemen

Rendemen adalah perbandingan antara output produk yang dihasilkan dari

suatu proses terhadap input bahan bakunya, yang dinyatakan dengan persen (%).

Menurut Purwono (2002), persentase rendemen dapat dihitung dengan menggunakan

Persamaan 10 dan 11.

4. Kadar Air

Perhitungan kadar air bahan digunakan untuk mengetahui performa alat

pengering seperti penurunan kadar air per satuan waktu, laju pengeringan dan

kapasitas efektif dari alat yang telah dirancang. Kadar air bahan dapat dihitung

dengan Persamaan 1.

Universitas Sumatera Utara


32

5. Kehalusan

Kehalusan bubuk cabai yang dihasilkan dapat ditentukan dengan

menggunakan ayakan bubuk mesh nomor 40 dengan membandingan massa bubuk

cabai yang lolos ayak dengan berat total bubuk cabai.

6. Uji Organoleptik

Dalam metode ini panelis yang diminta memberikan penilaian adalah panelis

tidak terlatih. Panelis diminta memberikan penilaian berdasarkan tingkat kesukaan

terhadap bubuk cabai merah yang dihasilkan. Skor yang digunakan adalah 5 (sangat

suka), 4 (suka), 3 (cukup), 2 (tidak suka), dan 1 (sangat tidak suka) untuk penilaian

terhadap rasa dan warna. Untuk kepedasan skor yang digunakan adalah 5 (sangat

pedas), 4 (pedas), 3 (cukup pedas), 2 (tidak pedas), dan 1 (sangat tidak pedas) dan

untuk aroma adalah 4 (harum), 3 (netral), 2 (tengik), 1 (sangat tengik).

Universitas Sumatera Utara


33

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prototipe Alat Pengering dan Penggiling Cabai Merah


(Capsicum annuum L.)

Pada penelitian ini telah dirancang dan dibangun alat pengering dan

penggiling cabai merah kapasitas 1 kg yang terintegritas dengan menggabungkan dua

proses dalam satu alat yaitu proses pengeringan dan proses penggilingan. Analisis

dan perhitungan desain dari alat pengering dan penggiling cabai merah

(Capsicum annuum L.) dari alat yang sudah dirancang dan dibangun dapat dilihat

pada Lampiran 2. Dari analisis didapat kebutuhan energi selama pengeringan adalah

2.356 kJ dengan asumsi lama pengeringan selama 20 jam dengan rata-rata suhu ruang

pengering 60 C untuk menurunkan kadar air (KA) cabai merah segar dengan asumsi

KA awal 90%bb menjadi KA <10%bb, asumsi kadar air awal cabai merah sebesar

90%bb berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ramdani, dkk (2018). Kadar air

awal dan akhir cabai diperlukan untuk menghitung kebutuhan energi pengeringan.

Kebutuhan daya heater yang digunakan selama proses pengeringan adalah 32,722

watt, sehingga daya heater yang digunakan pada prototipe alat yang sudah dibangun

adalah 100 watt dengan efisiensi heater 60%. Kebutuhan daya dinamo untuk mesin

penggiling yang dirancang adalah 158 watt dengan kecepatan putaran rancangan awal

1.400 rpm. Dari perhitungan dimensi didapat volume ruang pengering untuk

mengeringkan cabai kapasitas 1 kg adalah 3.191,42 cm3 sehingga dapat ditentukan

diameter dan tinggi ruang pengering yaitu 22 cm dan 17 cm. Penentuan diameter dan

tinggi ruang pengering disesuaikan dengan ketersediaan barang yang ada di pasaran.

Universitas Sumatera Utara


34

Ruang Pengering

Ruang pengering berbentuk tabung silinder yang memiliki tutup dan berbahan

stainless steel dengan ketebalan 3,5 mm. Dimensi ruang pengering berdiameter 22 cm

dan tinggi 17 cm. Didalam ruang pengering terdapat mata pisau yang terletak di

bagian tengah bawah ruang pengering.

Gambar 3. Ruang pengering

Kipas

Kipas diletakkan pada bagian tutup ruang pengering sebanyak 1 buah. Kipas

yang digunakan adalah fan axial blower dengan dimensi panjang 120 mm, lebar 120

mm, dan tinggi 25 mm yang terbuat dari bahan metal. Tegangan kipas yang

digunakan adalah 220 V AC dengan model kotak segi empat, berfrekuensi 50/60 Hz

dan arus 0,12/0,10 A. Kecepatan udara yang dihasilkan dari kipas ini adalah 1,2 m/s.

Gambar 4. Kipas

Universitas Sumatera Utara


35

Rangka Alat

Rangka alat menggunakan besi siku dengan ketebalan 3 mm dengan panjang

320 mm, lebar 220 mm dan tinggi 110 mm. Rangka alat berfungsi untuk menopang

ruang pengering, tempat dudukan dinamo, dudukan thermostat dan tombol on/off

(sakelar) elemen pengering dan motor penggiling.

Mata Pisau

Mata pisau yang digunakan berbahan baja putih dengan ketebalan 4 mm

dengan panjang 18 cm.

Gambar 5. Pisau
Heater

Heater diletakkan pada bagian ruang pengering sebanyak 1 buah. Heater yang

digunakan memiliki daya 100 watt dengan dimensi panjang 114 mm, lebar 35 mm

dan tinggi 25 mm. Heater yang digunakan bekerja dengan tegangan 220 V AC.

Metode pemanasan yang digunakan heater ini adalah radiasi udara dengan heating

life 3 tahun.

Universitas Sumatera Utara


36

Gambar 6. Heater

Alat Pengering dan Penggiling Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

Salah satu teknologi pangan untuk memperpanjang masa simpan produk

pangan dan mempertahankan mutunya adalah dengan pengeringan. Pengeringan

bertujuan untuk menurunkan massa air pada bahan sehingga mikroorganisme

penyebab kerusakan bahan tidak dapat berkembangbiak lagi. Pada penelitian ini,

pengeringan dilakukan untuk menurunkan kadar air cabai menjadi di bawah 10%bb

dengan alat pengering yang sudah dibangun, pengeringan dilakukan untuk

memudahkan dalam penggilingan menjadi bubuk cabai. Kadar air yang ingin dicapai

selama proses pengeringan adalah di bawah 10%bb (7%bb-10%bb) atau sampai cabai

kering mudah dipatahkan, hal ini merupakan pedoman dalam pengeringan cabai yang

disusun oleh Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian tahun 2009. Setelah cabai segar

dikeringkan hingga kadar airnya menjadi di bawah 10%bb atau sampai cabai yang

dikeringkan mudah dipatahkan oleh tangan, alat ini menggiling cabai kering menjadi

bubuk cabai. Setelah melakukan proses penggilingan, bubuk cabai diayak dengan

ayakan nomor 40 untuk melihat tingkat kelolosan bubuk cabai dan menyesuaikan

dengan standar bubuk rempah-rempah berdasarkan SNI 01-3709-1995 tentang

Universitas Sumatera Utara


37

kehalusan bubuk rempah-rempah. Dari hasil analisis perhitungan dan pembuatan alat

pengering dan penggiling cabai merah (Capsicum annuum L.) dihasilkan alat

pengering dan penggiling cabai seperti pada Gambar 7.

Gambar 7. Alat pengering dan penggiling

Metode pengeringan yang digunakan pada alat ini adalah metode pengeringan

dengan memanaskan udara yang dihisap oleh kipas dan didistribusikan ke bahan yang

akan dikeringkan. Udara panas menyebabkan perbedaan tekanan air pada bahan yang

akan dikeringkan dengan tekanan ruang pengering sehingga terjadi perpindahan

massa air dari bahan yang dikeringkan ke ruang pengering yang lebih dikenal dengan

istilah menguap. Massa air yang ada pada ruang pengering (uap air) keluar melalui

output udara panas pada bagian bawah ruang pengering. Kipas yang digunakan juga

mempercepat keluarnya uap air pada ruang pengering menuju lubang output udara

panas.

Setelah dikeringkan hingga KA cabai merah 7-10%bb, cabai digiling pada alat

yang sama. Alat yang dibangun menggunakan mata pisau dengan ketebalan 4 mm

yang disusun secara horizontal dengan kecepatan putaran mata pisau tanpa beban

Universitas Sumatera Utara


38

adalah 11.000 rpm. Kecepatan putaran mata pisau mengakibatkan ukuran cabai

kering menjadi lebih kecil. Gaya yang dominan terjadi pada proses penggilingan dari

alat yang sudah dibangun adalah gaya impact. Beban penggilingan dan kecepatan

putaran mata pisau mempengaruhi waktu penggilingan. Ukuran partikel yang ingin

dicapai pada saat penggilingan mempengaruhi lama waktu penggilingan. Untuk

mencapai ukuran partikel yang sangat kecil dibutuhkan waktu yang lebih lama. Pada

alat yang sudah dibangun, waktu yang dibutuhkan untuk menggiling cabai merah

kering menjadi bubuk cabai dengan kriteria partikel lulus ayakan mesh nomor 40

adalah 30 menit. Karakteristik alat pengering dan penggiling cabai merah

(Capsicum annum L.) dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik alat pengering dan penggiling cabai merah (Capsicum annuum L.)
Parameter Nilai Satuan
Suhu pengering rata-rata 40,027 °C
Kelembaban relatif awal ruang
90,5 %
pengering
Kelembaban relatif akhir ruang
33,75 %
pengering
Waktu pengeringan (jam) 75 Jam
Kadar air awal cabai rata-rata 75,36 %bb
Kadar air akhir cabai rata-rata 9,72 %bb
Laju pengeringan 0,8813 %bb/jam
Kapasitas efektif pengeringan 0,013
kg/jam
Kapasitas efektif penggilingan 0,6178 kg/jam
Rendemen pengeringan 0,31 kg
Rendemen penggilingan 0,197 kg

Kebutuhan energi panas pengeringan 2356 kJ

Waktu penggilingan 0,5 Jam


Kebutuhan energi penggilingan 158 Watt

Universitas Sumatera Utara


39

Laju Pengeringan

Laju pengeringan menggambarkan seberapa besar massa uap air yang dapat

dikeluarkan dari bahan persatuan waktu. Semakin cepat laju pengeringan, waktu

pengeringan semakin cepat. Laju pengeringan juga dipengaruhi oleh suhu ruang

pengering. Semakin tinggi suhu ruang pengering, semakin besar uap air yang akan

keluar dari bahan yang dikeringkan. Laju pengeringan dari alat yang dibangun adalah

0,8813 %bb/jam. Kadar air cabai merah yang diuapkan selama proses pengeringan

merupakan pengurangan dari kadar air awal rata-rata cabai dengan kadar akhir air

cabai rata-rata. Kadar air cabai merah yang diuapkan selama 75 jam pengeringan

adalah 66,1%bb. Kadar air awal dan kadar air akhir rata-rata cabai pada penelitian ini

berturut-turut adalah 75,36 %bb dan 9,72% bb. Perhitungan laju pengeringan dapat

dilihat pada Lampiran 3.

Penelitian yang dilakukan oleh Khairunnisa (2011) pada pengeringan cabai

menggunakan alat pengering tipe rak (tray dryer) memiliki nilai laju pengeringan

sebesar 4,696%bb/jam. Penelitian yang dilakukan oleh Erlina dan Tazi (2009) pada

pengeringan tipe rak dengan kolektor surya memiliki nilai laju pengeringan

0,2508%bb/jam. Perbedaan laju pengeringan antara alat yang telah dibangun dengan

alat pada penelitian yang dilakukan oleh Khairunnisa (2011) dan Erlina dan Tazi

(2009) terjadi karena perbedaan suhu ruang pengering. Suhu ruang pengering pada

penelitian Khairunnisa adalah 50 C, pada penelitian yang dilakukan oleh Erlina dan

Tazi (2009) rata-rata suhu ruang pengering 44 C sedangkan pada alat yang dibangun

rata-rata suhu ruang pengeringnya adalah 40,027 C. Perbedaan suhu ruang pengering

Universitas Sumatera Utara


40

akan menyebabkan perbedaan lama pengeringan, lama pengeringan pada penelitian

Khairunnisa (2011) menggunakan pengering tipe rak adalah 16 jam, pada penelitian

Erlina dan Tazi (2009) lama pengeringan menggunakan pengering kolektor surya tipe

rak lama adalah 5 hari, sedangkan pada alat yang dibangun lama pengeringannya

adalah 3 hari. Rata-rata suhu ruang pengering pada pengering kolektor surya tipe rak

lebih tinggi dari rata-rata suhu ruang pengering pada alat yang dibangun, tetapi lama

pengeringannya lebih lama daripada alat yang dibangun. Hal ini dikarenakan pada

alat yang dibangun pengeringan menggunakan elemen pemanas yang dapat

menghasilkan panas setiap waktu dan tidak bergantung pada cuaca, berbeda dengan

pengering kolektor surya yang hanya mendapatkan panas pada saat adanya cahaya

matahari.

3,5
Laju Pengeringan (%bb/jam)

3 y = 0,0048x + 0,6424
2,5 R² = 0,0198
2
1,5
1
0,5
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80
Lama Pengeringan (Jam)

Gambar 8. Hubungan laju pengeringan terhadap lama pengeringan.

Dari Gambar 8 dapat dilihat hubungan laju pengeringan terhadap lamanya

pengeringan. Laju pengeringan pada alat yang dibangun tidak stabil (berfluktuatif)

hal ini disebabkan karena penurunan kadar air pada sampel cabai yang diambil tidak

seragam dan tidak stabil penurunanya. Ketidakseragaman kadar air sampel cabai pada

Universitas Sumatera Utara


41

saat pengukuran penurunan kadar air menggambarkan panas dari heater hanya

terpusat dibagian tengah yang menyebabkan cabai yang berada di dekat heater

memiliki kadar air yang lebih rendah daripada cabai yang berada jauh dari heater.

Adanya perlakuan bolak-balik cabai setiap 5 jam sekali juga mempengaruhi

pengambilan sampel untuk melihat penurunan kadar air cabai yang dikeringkan,

sehingga adanya fluktuasi laju pengeringan pada penelitian yang dilakukan

disebabkan karena sampel cabai yang diambil tidak seragam penurunan kadar airnya

karena panas yang diperoleh cabai tidak merata. Laju pengeringan yang terjadi

cenderung menurun, tetapi ada peningkatan laju pengeringan pada lama pengeringan

35 jam, 45 jam, dan 55 jam pengeringan dan cenderung mengalami penurunan tanpa

ada peningkatan laju pengeringan setelah 60 jam pengeringan. Peningkatan lama

pengeringan ini menyebabkan grafik hubungan laju pengeringan terhadap waktu

berbeda dari grafik pada umumnya. Hubungan antara laju pengeringan terhadap

waktu/lama pengeringan pada umumnya menunjukkan grafik yang cenderung

menurun dan akan konstan semakin lama waktu pengeringan. Adanya perbedaan

grafik ini disebabkan oleh ketidakseragaman kadar air pada sampel cabai dikarenakan

panas heater yang hanya terdistribusi dengan baik pada bagian tengah yang dekat

dengan heater. Penurunan kadar air yang tidak stabil juga diasumsikan karena suhu

ruang pengering yang tidak konstan dan terkadang mengalami penurunan. Suhu ruang

penggering yang tidak konstan dan terkadang mengalami penurunan suhu

dikarenakan mekanisme buka tutup ruang penggering pada saat pengambilan sampel.

Laju pengeringan pada setiap jamnya dapat dilihat pada Lampiran 3.

Universitas Sumatera Utara


42

Kapasitas Efektif Alat

Kapasitas efektif alat menggambarkan seberapa besar massa yang dapat

dikeringkan dan digiling persatuan waktu untuk menghasilkan bubuk cabai. Proses

pengeringan cabai merah dengan menggunakan alat pengering dan penggiling pada

penelitian ini dilakukan dengan tiga kali ulangan. Rata-rata waktu pengeringan yang

dibutuhkan untuk mengeringkan cabai merah dengan rata-rata kadar air awal cabai

merah 75,36 % dengan massa awal cabai merah 1 kg adalah 75 jam. Berdasarkan

perhitungan yang telah dilakukan (Lampiran 4) diperoleh kapasitas pengeringan alat

dan kapasitas penggilingan alat yang telah dibangun adalah 0,013 kg/jam atau 0,216

gram/menit untuk kapasitas efektif pengeringan dan 0,6178 kg/jam atau 10,296

gram/menit untuk kapasitas efektif penggilingan pada alat yang telah dibangun. Alat

pengering yang telah ada memiliki kapasitas pengeringan yang beraneka ragam, ada

yang berkapasitas 10 kg dan ada pula yang berkapasitas 100 kg sampai 1000 kg. Pada

penelitian Erlina dan Tazi (2009) kapasitas efektif pengeringan pada alat pengering

kolektor surya tipe rak adalah 0,0083 kg/jam dan pada penelitian Khairunnisa (2011)

kapasitas efektif alat dari penggering tipe rak adalah 0,0625 kg/jam. Alat penggiling

yang ada di pasaran memiliki kapasitas penggilingan 20-30 kg/jam dengan dimensi

dan massa alat yang lebih berat dari alat yang sudah dibangun.

Dari 1 kg cabai merah segar dihasilkan 0,310 kg cabai merah kering, hal ini

berarti terjadi penyusutan bobot bahan sebesar 69%. Direktorat Pengolahan Hasil

Pertanian (2009) menyatakan terjadi penyusutan bobot cabai merah sebesar 50-60%

jika dikeringkan. Penelitian yang dilakukan oleh Erlina dan Tazi (2009) juga

Universitas Sumatera Utara


43

mengalami penurunan bobot cabai merah sebesar 50-60% setelah dilakukan

penggeringan. Adanya perbedaan 9% dari uji performa kapasitas alat pada alat yang

dibangun dengan alat lain diasumsikan karena adanya pengambilan sampel pada

bahan dan adanya ketidakseragaman kadar air cabai dari 1 kg cabai yang dikeringkan.

Cabai merah yang berada diatas tengah ruang penggering menerima panas lebih baik

daripada cabai merah yang berada di bagian bawah ruang penggering, hal inilah yang

menyebabkan ketidakseragaman kadar air cabai. Ketidakseragaman kadar air pada

cabai diasumsikan menyebabkan adanya perbedaan susut bobot cabai pada alat

lainnya.

Distribusi Suhu dan RH

Suhu dan RH (relative humidity) merupakan dua faktor yang penting dalam

mendukung keberhasilan proses pengeringan yang dilakukan. Suhu dan RH memiliki

hubungan berbanding terbalik, jika suhu tinggi, RH cenderung rendah dan jika suhu

rendah, RH cenderung tinggi. Pada pengeringan cabai merah, suhu yang baik untuk

mengeringkan cabai merah menurut Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian (2009)

adalah tidak lebih dari 75 °C. Suhu dan RH berpengaruh terhadap waktu pengeringan.

Jika suhu tinggi dan RH rendah, maka perbedaan tekanan uap air pada bahan yang

akan dikeringkan dengan udara di ruang pengering semakin besar yang menyebabkan

uap air yang keluar pada bahan semakin besar, sehingga waktu pengeringan lebih

cepat (Manalu, 2012).

Universitas Sumatera Utara


44

Sensor suhu dan RH pada penelitian ini diletakkan pada 6 titik di ruang

pengering yaitu pada ujung atas kanan dan kiri, ujung bawah kanan dan kiri serta atas

tengah dan bawah tengah pada ruang pengering.

Keterangan Letak sensor


1. Atas Kanan
2. Atas Tengah
3. Atas Kiri
4. Bawah Kanan
5. Bawah Tengah
6. Bawah Kiri

Gambar 9. Titik sensor suhu dan RH pada ruang pengering

Dari Gambar 10 dapat dilihat terjadi kenaikan suhu seiring dengan

bertambahnya waktu pengeringan. Kenaikan suhu pada ruang pengering terjadi

karena kandungan uap air di ruang pengering menurun seiring dengan bertambahnya

waktu pengeringan. Kandungan uap air pada ruang pengering semakin menurun

seiring bertambahnya waktu pengeringan karena terjadinya penurunan kadar air pada

bahan sehingga uap air yang diuapkan semakin sedikit dan beban heater untuk

menguapkan air pada bahan yang dikeringkan semakin kecil sehingga suhu ruang

pengering lebih tinggi seiring bertambahnya waktu pengeringan. Berbanding terbalik

dengan RH yang semakin menurun seiring bertambahnya waktu pengeringan karena

kandungan uap air pada ruang pengering semakin sedikit seiring bertambahnya waktu

pengeringan. Dari penelitian yang telah dilakukan, rata-rata suhu pengeringan dari

alat yang telah dibangun adalah 40,027 °C dengan rata-rata RH awal sebelum

pengeringan dan sesudah pengeringan berturut-turut adalah 90,5 % dan 33,75 %.

Universitas Sumatera Utara


45

Pada pengujian performa alat pengering dan penggiling yang dibangun,

diletakkan 6 sensor suhu dan RH untuk melihat keseragaman suhu dan RH di ruang

pengering. Titik sensor suhu dan RH dibagi menjadi dua bagian, 3 sensor di bagian

atas dan 3 sensor di bagian bawah. Sensor di bagian atas diletakkan di ujung kanan,

tengah dan ujung kiri sensor begitu pula pada bagian bawah alat, sensor diletakkan di

bagian bawah kanan, tengah, dan bawah kiri (Gambar 9). Dari data suhu dan RH

diperoleh sebaran suhu dan RH pada alat pengering dan penggiling yang dibangun

cukup merata dengan baik. Distribusi suhu dan RH merupakan beberapa factor yang

berpengaruh pada keseragaman cabai yang kering, jika suhu dan RH ruang pengering

tidak merata, akan terjadi ketidakseragaman pada cabai yang dikeringkan. Alat

pengering dan penggiling cabai merah yang dibangun memiliki keseragaman suhu

dan RH yang baik pada ruang pengeringnya, tetapi cabai yang dihasilkan tidak

seragam tingkat kekeringannya, hal ini dikarenakan adanya faktor lain seperti

ketebalan cabai yang mempengaruhi ketidakseragaman tingkat kekeringan cabai.

Distribusi suhu dan RH selama pengeringan dapat dilihat pada Lampiran 5.

50

40
Suhu (°C)

30 y = 0,116x + 35,678
R² = 0,7194
Rata-rata suhu
20 pengeringan
Linear (Rata-rata suhu
10 pengeringan)

0
0 5 101520253035404550556065707580
Lama Pengeringan
(Jam)

Gambar 10. Hubungan suhu dengan waktu pengeringan

Universitas Sumatera Utara


46

100
90
80
70 y = -0,5002x + 64,429
R² = 0,6867
RH (%) 60
50 RH Pengeringan
40
30 Linear (RH
20 Pengeringan)
10
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80
Lama Pengeringan
(Jam)

Gambar 11. Hubungan RH dengan waktu pengeringan

Pada Gambar 10 dan 11 dapat dilihat adanya persamaan linear (y) dan koefisien

determinasi (R2) dari Gambar yang disajikan, selain itu dapat dilihat juga koefisien

korelasi yang didapat nilainya dengan mengakarkan nilai koefisien determinasi ( ).

Berdasarkan Gambar 10 dapat disimpulkan hubungan antara suhu dan waktu

pengeringan memiliki korelasi yang sangat kuat karena memiliki nilai koefisien

korelasi sebesar 0,8481, hal ini berati adanya pengaruh lama pengeringan terhadap

kenaikan suhu ruang pengering. Hal tersebut juga menggambarkan Gambar 11,

terdapat hubungan yang sangat kuat antara lama pengeringan dan penurunan RH,

terlihat pada nilai koefisien korelasi dari persamaan regresi linear sebesar 0,8288.

Model persamaan linear pada Gambar 10 dan 11 memiliki nilai determinasi yang baik

yang menunjukkan garis regresi cocok dengan data secara baik, sehingga persamaan

linear dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan antara lama pengeringan

dengan kenaikan suhu dan penurunan RH pada ruang pengering pada alat yang telah

dibangun.

Universitas Sumatera Utara


47

Perbandingan Lama Pengeringan antara Alat Pengering dan Penggiling yang


Dibangun dengan Sistem Pengering Lainnya

Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian (2009) menyatakan bahwa pada

pengeringan alami, cabai merah dijemur selama 8–10 hari dengan panas matahari

dengan rata-rata suhu 35-37 C, jika cuaca kurang baik, dengan rata-rata suhu 23-

32 C pengeringan dapat berlangsung selama 12–15 hari. Hasil pengujian kadar air

cabai merah segar yang dilakukan pada penelitian ini dengan menggunakan alat

pengering yang telah dibangun memiliki nilai rata-rata 9,72%bb dari kadar air rata-

rata cabai segar 75,36%bb. Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan cabai merah

dengan kadar air awal 75,36%bb menjadi 9,72%bb adalah 75 jam. Alat pengering dan

penggiling yang sudah dibangun mampu mengeringkan cabai lebih cepat jika

dibandingkan dengan pengeringan dengan memanfaatkan panas dari sinar matahari.

Alat yang dibangun mampu mengeringkan cabai merah dalam waktu 3 hari untuk

mencapai KA <10% sedangkan cabai merah dapat mencapai KA <10% selama 8-10

hari dan 12-15 hari jika cuaca kurang baik apabila dikeringkan dengan pengering

alami (panas matahari). Hal ini berarti alat yang dibangun mampu mengeringkan

cabai merah tiga kali lebih cepat dan mampu mengeringkan 4 kali lebih cepat jika

cuaca kurang baik.

Lama pengeringan dengan menggunakan pengering oven pada suhu 60 C

adalah 15-20 jam, jika menggunakan pengering hybrid lama pengeringan untuk

mencapai kadar air cabai sesuai standar nasional Indonesia (7%bb-12%bb) adalah 3-4

hari (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh

Ramdani, dkk (2018) mengeringkan cabai merah dengan tunnel dehydrator selama 8

Universitas Sumatera Utara


48

jam dengan suhu 70 C. Alat pengering dan penggiling yang telah dibangun

membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengeringkan cabai merah agar kadar air

yang ingin dicapai sesuai SNI jika dibandingkan dengan pengering oven dan tunnel

dehydrator. Hal ini dikarenakan perbedaan suhu ruang pengering, suhu rata-rata

ruang pengering dari alat yang telah dibangun adalah 40,027 C sedangkan suhu ruang

pengering oven adalah 60 C dan suhu tunnel dehydrator 70 C. Jika dibandingkan

dengan pengering hybrid, alat pengering dan penggiling yang telah dibangun

membutuhkan waktu yang sama untuk mengeringkan cabai merah untuk mencapai

kadar air yang diinginkan. Hal ini berarti alat yang telah dibangun dapat bersaing

dengan alat pengering hybrid yang telah ada dari sisi lama pengeringan.

Hubungan Lama Pengeringan dengan Penurunan Kadar Air

Terdapat hubungan yang sangat kuat antara lama pengeringan dengan

penurunan kadar air, semakin lama pengeringan berlangsung, kadar akhir air pada

bahan semakin rendah, hal ini dapat dilihat pada Gambar 11 yang menunjukkan nilai

koefisien korelasi yang sangat kuat (r = 0,9878) antara lama pengeringan dengan

penurunan kadar air. Model persamaan linear pada Gambar 12 menunjukkan bahwa

model ini sudah sangat baik, dibuktikan dengan nilai koefisien determinasi yang

sangat baik, nilai ini menunjukkan hubungan antara lama pengeringan dengan

penurunan kadar air pada alat yang dibangun sudah sangat baik. Rata- rata penurunan

kadar air selama pengeringan dari alat yang sudah dibangun dapat dilihat pada

Lampiran 5.

Universitas Sumatera Utara


49

90
80 y = -0,9945x + 80,345
70 R² = 0,9758

Kadar air (%) 60


50
Penurunan Kadar Air
40
30 Linear (Penurunan Kadar
Air)
20
10
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80
Lama Pengeringan (Jam)

Gambar 12 . Grafik hubungan kadar air (%) dan lama pengeringan (Jam)

Kehalusan Bubuk Cabai dan Kadar Air bubuk yang Dihasilkan

Pada pengujian performa penggiling dicari waktu minimal penggilingan cabai

kering yang dibutuhkan untuk mencapai kehalusan bubuk cabai sesuai SNI 01-3709-

1995. Rata-rata hasil pengujian kehalusan bubuk cabai yang dihasilkan dari alat

pengering dan penggiling cabai merah yang telah dibangun adalah 95% lolos ayak

dari ayakan mesh nomor 40. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk menghasilkan

bubuk cabai merah sesuai SNI 01-3709-1995 (minimal 90 % lolos ayak mesh nomor

40) menggunakan alat pengering dan penggiling cabai merah yang telah dibangun

adalah 30 menit. Bubuk cabai yang digiling dari alat yang telah dibangun dapat 100%

lolos ayak mesh nomor 40 jika penggilingan dilakukan lebih lama, tetapi pada

penelitian ini masih dibatasi pada waktu minimal penggilingan untuk mencapai

kehalusan bubuk cabai sesuai SNI 01-3709-1995. Semakin lama proses penggilingan

yang dilakukan akan menambah energi yang digunakan dan menambah biaya

Universitas Sumatera Utara


50

produksi sehingga dapat dijadikan pertimbangan saat menjalankan usaha pembuatan

bubuk cabai merah. Lama penggilingan pada setiap ulangan dapat dilihat pada

Lampiran 7.

Rata-rata kadar air bubuk cabai yang dihasilkan adalah 9,7%. Kadar air bubuk

cabai yang dihasilkan pada alat yang telah dibangun lebih kecil dari 12%bb dan

memenuhi standar bubuk rempah-rempah yang ada pada SNI 01-3709-1995 (dapat

dilihat pada Tabel 2). Rata-rata kadar air yang dihasilkan pada setiap ulangan dapat

dilihat pada Lampiran 8.

Rendemen

Rendemen merupakan perbandingan antara berat cabai segar terhadap bubuk

cabai yang dihasilkan dalam satuan persen (%). Rendemen cabai merah yang

digunakan pada penelitian ini untuk menghasilkan bubuk cabai dengan menggunakan

alat pengering dan penggiling cabai merah yang telah dibangun dilakukan terbagi

menjadi dua, yaitu rendemen terhadap pengeringan dan rendemen terhadap

penggilingan. Dari 1 kg cabai segar yang digunakan, massa cabai rata-rata setelah

pengeringan menggunakan alat yang sudah dibangun adalah 0,31 kg (31%). Dari 0,31

kg cabai kering hasil pengeringan dengan alat yang dibangun, rata-rata rendemen

bubuk cabai yang dihasilkan adalah 0,197 kg (63,5%). Massa cabai kering dan bubuk

cabai yang dihasilkan pada setiap ulangan dapat dilihat pada Lampiran 9.

Universitas Sumatera Utara


51

Karakteristik Organoleptik Bubuk Cabai Merah

Rasa

Rasa merupakan salah satu indikator konsumen untuk mengonsumsi produk

yang dihasilkan. Rasa produk yang dihasilkan akan mempengaruhi daya beli dalam

jangka panjang. Produk dengan warna dan aroma menarik merupakan daya tarik

pertama konsumen untuk membeli, tetapi ketika rasa tidak diperhatikan, produk yang

dihasilkan tidak ada peminatnya karena kalah saing dengan produk sejenis. Rata-rata

dari rasa cabai bubuk yang dihasilkan dari alat yang dibangun adalah 3,457 (cukup

suka). Panelis yang digunakan untuk menguji karakteristik bubuk cabai yang

dihasilkan adalah panelis tidak terlatih. Panelis yang menilai bubuk cabai berjumlah

25 orang yang diambil secara acak.

Warna

Salah satu hal yang dilihat oleh konsumen pada saat membeli suatu produk

adalah tampilannya seperti warna dari produk yang akan dibeli. Warna produk

mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli produk yang dijual. Rata-rata

tingkat kesukaan panelis terhadap warna bubuk cabai merah adalah 3,68 (suka).

Warna bubuk cabai yang dihasilkan dari pengujian alat yang dibangun disukai oleh

panelis yang menilai.

Aroma

Jika produk yang dijual dapat dicium aromanya maka konsumen akan

membeli produk dengan aroma yang tidak menyimpang dari seharusnya. Produk

yang dijual tidak dapat diketahui aromanya secara langsung jika dibungkus dengan

Universitas Sumatera Utara


52

kemasan. Kemasan dan warna produk yang menarik merupakan kesan pertama

konsumen untuk membeli produk dalam kemasan, tetapi jika aroma produk tersebut

berbau tidak sedap, maka produk tersebut tidak akan dikonsumsi dalam jangka

panjang yang menyebabkan konsumen tidak lagi membeli produk itu walaupun

kemasan dan warna produknya bagus, untuk itu aroma dari produk yang dihasilkan

penting untuk diperhatikan. Rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap aroma bubuk

cabai merah yang dihasilkan adalah 3,25 (netral). Aroma bubuk cabai yang diuji

memiliki aroma yang netral, tidak tengik atau berbau dan disukai oleh panelis karena

aromanya dapat diterima oleh alat indra penciuman, dari tes aroma ini bubuk cabai

yang dihasilkan dapat dipasarkan karena memiliki aroma yang tidak menyimpang.

Kepedasan

Salah satu komponen kimia penyusun cabai adalah capsaicin yang

menyebabkan rasa pedas pada cabai. Masyarakat Indonesia ada yang menyukai

makanan pedas da nada juga yang tidak menyukai makanan pedas. Tingkat toleransi

kepedasan manusia berbeda-beda, rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap

kepedasan bubuk cabai merah dari alat yang telah dibangun adalah 3,057 (cukup

pedas). Panelis yang digunakan pada pengujian bubuk cabai adalah panelis tidak

terlatih. Pemilihan panelis tidak terlatih dilakukan secara acak sehingga tidak dapat

diketahui apakah panelis yang menguji bubuk cabai sensitif terhadap kepedasan atau

tidak. Dari hasil pengujian terhadap rata-rata kepedasan bubuk cabai, didapat

kesimpulan bubuk cabai yang dihasilkan cukup pedas.

Universitas Sumatera Utara


53

Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus

dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini, dengan adanya analisis ekonomi

dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat

diperhitungkan. Dari analisis ekonomi yang dilakukan (Lampiran 10) diperoleh biaya

untuk memproduksi bubuk cabai pada alat yang telah dibangun adalah Rp

10.449,572 yang merupakan hasil perhitungan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap

terhadap kapasitas alat yang telah dibangun. Biaya tetap dan biaya tidak tetap dari

alat yang telah dibangun adalah Rp 333.000 dan Rp 10.449,572.

Break Event Point (BEP)

Manfaat perhitungan BEP adalah untuk mengetahui batas produksi bubuk

cabai minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih

layak untuk dijalankan. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada Lampiran 10

diperoleh nilai BEP yang harus dicapai untuk mendapatkan keuntungan pada saat

memproduksi bubuk cabai adalah minimal 33,09 kg/tahun. Jika alat ini memproduksi

kurang dari 33,09 kg/tahun maka usaha yang dijalankan akan mengalami kerugian.

Net Present Value (NPV)

Identifikasi kelayakan finansial dianalisis dengan menggunakan metode

analisis financial dengan kriteria investasi. Net present value adalah kriteria yang

digunakan untuk mengukur suatu usaha layak atau tidak untuk di komersilkan. Pada

alat yang telah dibangun besar nilai NPV pada suku bunga 5% (tingkat suku bunga

BI pada bulan Mei 2020) adalah NPV 5% adalah Rp 74.541.690,60. Besar nilai NPV

Universitas Sumatera Utara


54

pada suku bunga 5% lebih besar dari 0, hal ini berarti usaha pembuatan bubuk cabai

merah layak untuk dijalankan. Besar nilai NPV pada suku bunga coba-coba sebesar

8% adalah Rp 300.478.663,7. Nilai NPV 8% lebih besar dari 0, hal ini berarti usaha

pembuatan bubuk cabai merah layak untuk dijalankan.

Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return (IRR) digunakan untuk memperkirakan kelayakan lama

(umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu dalam

menginvestasikan sampai di mana kelayakan usaha itu dapat dilaksanakan. Dari

analisis perhitungan pada Lampiran 6 diperoleh nilai IRR 8,596%. Nilai IRR yang

dihitung menjelaskan bahwa pada tingkat suku bunga pada bulan Mei tahun 2020

sebesar 5% usaha ini layak dijalankan. Usaha pembuatan bubuk cabai akan

mengalami keuntungan jika suku bunga bank reaktif tidak lebih dari 8,596%.

Analisis Perbaikan Alat

Diperlukan perbandingan analisis alat yang dirancang dengan alat yang sudah

dibangun untuk mengetahui penyebab ketidaksesuaian alat yang dirancang dengan

alat yang sudah dibangun dan memberikan output berupa saran serta rekomendasi

untuk perbaikan dan pengembangan alat ini.

Alat ini dirancang untuk mengeringkan cabai dengan rata-rata suhu

pengeringan 60 C sehingga mampu mengeringkan cabai selama 20 jam. Setelah

dilakukan pengujian, alat ini memiliki rata-rata suhu pengering 40,027 C sehingga

lama pengeringan tidak sesuai dengan rancangan awal. Penyebab ketidaksesuaian

suhu ruang pengering diduga karena panas dari heater tidak terisolasi dan

Universitas Sumatera Utara


55

terdistribusi dengan baik. Panas yang dihasilkan heater lebih terdistribusi pada bagian

tutup daripada ruang pengering, sehingga bagian tutup lebih panas daripada bagian

bawah ruang pengering yang mengakibatkan cabai pada bagian bawah tidak

menerima panas dari heater dengan baik.

Posisi lubang output uap air yang berada di bagian bawah ruang pengering

juga diduga menjadi penyebab ketidaksesuaian hasil rancangan. Penelitian ini

merujuk lamanya proses pengeringan dengan sistem output udara panas berada di

bagian atas, berbeda dengan alat pengering dan penggiling cabai merah yang

dirancang pada penelitian ini yang didesain memiliki output uap air pada bagian

bawah. Uap air cabai merah pada bagian atas harus melalui cabai merah pada bagian

bawah untuk menuju lubang output sehingga diduga adanya akumulasi uap air pada

bagian bawah dibuktikan dengan bedanya suhu dan RH pada bagian atas dan bawah.

Ketidaksesuaian rancangan juga terjadi pada kecepatan rpm dinamo. Pada

awalnya alat ini dirancang dengan kecepatan dinamo 1.400 rpm, setelah alat dibangun

kecepatan rpm dinamo yang digunakan adalah 11.000 rpm, adanya perubahan ini

dikarenakan ketidaktersediaan dinamo dengan berat dan dimensi yang sesuai dengan

alat yang dirancang. Perubahan kecepatan rpm ini berdampak positif terhadap alat

karena semakin cepat rpm yang digunakan, waktu yang dibutuhkan untuk menggiling

cabai menjadi ukuran yang diinginkan semakin cepat.

Universitas Sumatera Utara


56

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kapasitas alat pengering dari alat yang telah dibangun adalah 0,0133

kg/jam.

2. Kapasitas alat penggiling adalah 0,62 kg/jam.

3. Laju pengeringan dari alat yang telah dibangun adalah 0,88133%bb/jam.

4. Rendemen pengeringan cabai merah adalah 31%.

5. Rendemen penggilingan cabai merah menjadi bubuk adalah 63,5%.

6. Kehalusan bubuk cabai merah yang dihasilkan adalah 95% lolos ayakan

mesh nomor 40.

7. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan cabai merah segar

menjadi <10% bb adalah 75 jam.

8. Kadar air bubuk cabai yang dihasilkan adalah 9,7%.

9. Uji organoleptik dari rasa, warna. aroma, dan kepedasan dari bubuk cabai

yang dihasilkan berturut-turut adalah cukup, cukup, netral, dan cukup

pedas.

10. Alat pengering yang telah dibangun layak untuk dijadikan peluang usaha

karena memiliki nilai NPV sebesar Rp 477.506,217 dengan BEP 237,65

kg/tahun dan IRR 16,88%.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut performa alat yang telah dibangun

terhadap komoditas lain.

Universitas Sumatera Utara


57

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme keluaran

cabai bubuk yang telah digiling.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme output uap

air.

Universitas Sumatera Utara


58

DAFTAR PUSTAKA

Andoko, A. 2004. Budidaya Cabai Merah secara Vertikultur Organik. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Arbi, A. S. 2003. Daya terima, Preferensi dan Karakterisasi Atribut Mutu Sensori
Pemilihan Produk Kerupuk. Bogor: Thesis Program Pasca Sarjana IPB.

ASAE. 2018. ASAE (Standards for Moisture Determination). https://engineering.


purdue. Edu.[Diakses pada tanggal 29 Desember 2019].

Ayustaningwarno, F. 2014. Teknologi Pangan Teori Praktis dan Aplikasi. Graha


Ilmu. Yogyakarta.

Brenann, J. G. 2006. Food Processing Hand Book. WILEY-VCH Verlag GmbH &
Co. KGaA, Weinheim, Germany.

Daryanto. 1984. Dasar-Dasar Teknik Mesin. Bina Aksara. Jakarta.

Daywin, F. J., R. G. Sitompul., dan I. Hidayat. 2008. Mesin-Mesin Budidaya


Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1981. Kandungan dan Nilai Gizi Buah dan Sayur-sayuran.
Jakarta.

Devahastin, S. 2000. Pengeringan Industrial. IPB Press.

Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian. 2009. Standar Prosedur


Operasional(SPO).pengolahan.cabe..http://agribisnis.deptan.go.id/download/l
ayanan_informasi/pengolahan_hasil_pertanian/spo_cabe.pdf.[Diakses pada
tanggal 29 Desember 2019].

Erlina, D. M. dan I. Tazi. 2009. Uji Model Alat Pengering Tipe Rak dengan Kolektor
Surya (Studi Kasus untuk Pengeringan Cabai Merah (Capsium anuum var.
L)). http://portalgaruda.org. [Diakses pada tanggal 29 Desember 2019].

Heldman, D. R. dan R. P. Singh. 2009. Introduction to Food Engineering4thEdition.


Elsevier. London, UK.

Hossain, M. A., Bala, B. K. Geometric dimensions, density, and specific heat of chilli
as a function of moisture content. International Journal of Food Properties,
2(2):175-183.

Universitas Sumatera Utara


59

Kastaman, R. 2006. Analisis Kelayakan Ekonomi Suatu Investasi. Bimbingan Teknis


IKM. Tasikmalaya.

Kemendag. 2019. Analisis Perkembangan Harga Bahan Pokok di Pasar Domestik dan
Internasional. Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri Badan Pengkajian
dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan Republik
Indonesia.

Khairunnisa. 2011. Pengaruh Pretreatments Pada Pengeringan Cabai Merah


(Capsicum annuum L.) dengan Pengerringan Tipe Rak (Tray Dryer). Institut
Pertanian Bogor.

Manalu, L. P., A. H. Tambunan dan L. O. Nelwan. 2012. Penentuan Kondisi Proses


Pengeringan Temulawak Untuk Menghasilkan Simplisia Standar. Jurnal
Dinamika Penelitian Industri, 23(2):99-106.

Napitupulu, F. H. dan P. M. Tua. 2012. Perancangan dan Pengujia Alat Pengering


Kakao dengan Tipe Kabinet Dryer untuk Kapasitas 7,5 kg Per-siklus. Jurnal
Dinamis10:8-18.

Napitupulu, F. H. dan P. M. Tua. 2012. Perancangan dan Pengujian Alat Pengering


Kakao dengan Tipe Kabinet Dryer untuk Kapasitas 7,5 kg Per siklus. Jurnal
Dinamis, 10:8-18.

Panggabean, T., A. N. Triana., dan A. Hayati. 2017. Kinerja Pengeringan Gabah


Menggunakan Alat Pengering Tipe Rak Dengan Energi Surya, Biomassa, dan
Kombinasi. Agritech 37.

Pujimulyani, D. 2012. Teknologi Pengolahan Sayur-sayuran dan Buah-buahan. Graha


Ilmu. Yogyakarta.

Purwono, 2002. Penggunaan Brix Untuk Menduga Rendemen Nyata di Pabrik Gula
Putih Mataram, Lampung. Divis R & D PG GPM.

Shigley, J. E. 1984. Perencanaan Teknik Mesin.Erlangga. Jakarta.

Smith, H. P. dan L. H. Wilkes. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gajah Mada
University-Press.Yogyakarta.

Sobari, E. 2018. Teknologi Pengolahan Pangan. Penerbit ANDI. Yogyakarta.

Soeharno. 2007. Teori Mikroekonomi. Andi offset. Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara


60

Sudaryati, L. dan E. H. Donny. 2011. Pembuatan Bubuk Cabe Merah Menggunakan


Variasi Jenis Cabe dan Metode Pengeringan.Jurnal Prodi Tek.Pangan.

Surdia, T. dan S. Saito. 1995. Pengetahuan Bahan Teknik. Pradnya Paramita. Jakarta.

Tifani, K. T., N. Purwanti, D. Nuraini. 2013. Karakteristik Pengering Cabai Merah


(Capsicum annum L.) Sebagai Perwarna Alami Kosmetik. Skripsi.Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Waldiyono. 2008. Ekonomi Teknik. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Zam, W., Ilyas, Syatrawati. 2019. Penerapan Teknologi Pascapanen Untuk


Mengingkatkan Nilai Jual Cabai di Tanatoraja. Jurnal Dedikasi Masyarakat 2.

Universitas Sumatera Utara


61

Lampiran 1. Flow chart penelitian

Mulai

Rancangan Rancangan Hitung Kebutuhan


Fungsional
Struktural Energi Pengeringan

Pembuatan
Alat

Uji Performa
Alat

Tidak

Performa Alat
- Kapasitas Efektif Alat
- Rendemen
- Kadar Air bubuk
- Kehalusan bubuk
- Uji Organoleptik bubuk

-..KA = <10% ?
-..Kehalusan = Lulus Ayakan No. 40 ?
-..Uji Organoleptik = suka?

ya

Selesai

Universitas Sumatera Utara


62

Lampiran 2. Perhitungan dimensi alat dan konsumsi energi untuk mengeringkan


cabai merah

Dimensi alat pengering dan penggiling cabai meliputi diameter tabung ruang

pengering, panjang tabung dan diameter mata pisau. Untuk mengetahui volume

tabung pengering untuk kapasitas 1 kg dapat digunakan rumus:

Keterangan:

= kerapatan massa (bulk density) cabai (kg/m3) dapat dicari dengan

menggunakan Persamaan 12 (Hossain dan Bala, 1999).

= 83.84 +2.55 Mw

Mw = Kadar air (%)

= 83.84 +2.55 (90)

= 313,34 kg/m3

V =

Keterangan:

m = massa cabai

V =Volume tabung

V =

V = 3.191,42 cm3

Dimensi tabung pengering disesuaikan dengan tabung yang dijual secara

konvensional begitupula mata pisau yang digunakan.

Universitas Sumatera Utara


63

Perhitungan total energi pengeringan dan kebutuhan daya pada saat


perancangan awal

Total energi Pengeringan :

Qd = Qt + Qw + Ql

Keterangan :

Qd = energi pengeringan bahan (kJ)

Qt = energi pemanasan bahan (kJ)

Qw = energi pemasan air bahan (kJ)

Ql = energi penguapan air bahan (kJ)

Energi Pemanasan Bahan :

Qt = mt Cp (Td T a)

Keterangan:

Cp = panas jenis bahan (kJ/kg °K)

Ta = temperatur awal bahan (°K)

Td = temperatur rata-rata udara pengering (°K)

mt = massa cabai (kg)

Cp cabai pada kadar air 90% adalah 4,4506 kJ/kg K (Hossain dan Bala,1999)

Qt = mt Cp (Td T a)

Qt = 1kg 4,4506 kJ/kg K (333 K 300 K)

Qt = 146, 8698 kJ

Energi Pemanasan Air Bahan:

Qw = mat Cp air (Td Ta)

Universitas Sumatera Utara


64

Keterangan:

Cp air = panas jenis air (kJ/kg °C)

mat = massa air awal (kg)

nilai cp air untuk suhu 27-100 C adalah sekitar 1480 J/kg C

Qw = mat Cp air (Td Ta)

Qw = 0,9 kg 4,18 kJ/kg °C (60 °C 27 °C)

Qw = 124, 146 kJ

Energi penguapan air bahan (Ql)

Ql = mah hfg

Keterangan:

hfg = panas laten air (kJ/kg)

mah = massa air yang hilang (kg)

Ql = mah hfg

Ql = 0,8134 kg 2.564 kJ/kg

Ql = 2.084,79 kJ

Massa air yang diuapkan selama proses pengeringan :

mah = mat maa

mat = mt Wa

mkb = mt

maa =

Universitas Sumatera Utara


65

Keterangan :

wf = kadar air akhir bahan (%)

mkb = massa kering bahan (kg)

maa = massa air yang diuapkan (kg)

Wa = kadar air awal bahan (%)

Perhitungan massa kering bahan

mkb = 1 kg

mkb = 0,1 kg

Perhitungan massa air setelah pengeringan

maa =
-

maa =

maa = 0,0869 kg

Perhitungan kadar air awal

mat = mt Wa

mat = 0,9 1 kg

= 0,9 kg

Perhitungan massa air bahan yang hilang setelah pengeringan

mah = mat maa

= 0,9 kg – 0,0869

= 0,8131 kg

Universitas Sumatera Utara


66

Total Energi Pengeringan

Qd = Qt + Qw + Ql

= 146, 8698 kJ + 124, 146 kJ + 2.084, 79 kJ

= 2.355,8058 kJ, dibulatkan menjadi 2.356 kJ

Kebutuhan Daya Listrik Heater

P =

P =

P = 117,8 kJ/jam

P = 32,722 watt

Kebutuhan Daya Dinamo

T dinamo =F r

T dinamo = 1 kg 9,8 m/s2 110 mm

T dinamo = 1.078 Nmm

P dinamo =2 Tdinamo

P dinamo = 2 1.078 Nmm

P dinamo = 158 Watt

Keterangan:

P dinamo = daya dinamo (watt)

n = putaran akibat dinamo (putaran/detik)

T dinamo = kecepatan yang bekerja (Nmm)

Universitas Sumatera Utara


67

Perhitungan energi pengeringan dan kebutuhan daya secara real pada saat
penelitian

Total energi Pengeringan :

Qd = Qt + Qw + Ql

Keterangan :

Qd = energi pengeringan bahan (kJ)

Qt = energi pemanasan bahan (kJ)

Qw = energi pemasan air bahan (kJ)

Ql = energi penguapan air bahan (kJ)

Energi Pemanasan Bahan :

Qt = mt Cp (Td T a)

Keterangan:

Cp = panas jenis bahan (kJ/kg °K)

Ta = temperatur awal bahan (°K)

Td = temperatur rata-rata udara pengering (°K)

mt = massa cabai (kg)

Cp cabai pada kadar air 90% adalah 4,4506 kJ/kg K (Hossain dan Bala,1999)

Qt = mt Cp (Td T a)

Qt = 1kg 4,4506 kJ/kg K (313,177 K 300 K)

Qt = 58,6455 kJ

Energi Pemanasan Air Bahan:

Qw = mat Cp air (Td Ta)

Universitas Sumatera Utara


68

Keterangan:

Cp air = panas jenis air (kJ/kg °C)

mat = massa air awal (kg)

nilai cp air untuk suhu 27-100 C adalah sekitar 1480 J/kg C

Qw = mat Cp air (Td Ta)

Qw = 0,7536 kg 4,18 kJ/kg °C (40,027 °C 27 °C)

Qw = 41,0356 kJ

Energi penguapan air bahan (Ql)

Ql = mah hfg

Keterangan:

hfg = panas laten air (kJ/kg)

mah = massa air yang hilang (kg)

Ql = mah hfg

Ql = 0,727072 kg 2.564 kJ/kg

Ql = 1.864,212 kJ

Massa air yang diuapkan selama proses pengeringan :

mah = mat maa

mat = mt Wa

mkb = mt

maa =

Universitas Sumatera Utara


69

Keterangan :

wf = kadar air akhir bahan (%)

mkb = massa kering bahan (kg)

maa = massa air yang diuapkan (kg)

Wa = kadar air awal bahan (%)

Perhitungan massa kering bahan

mkb = 1 kg

mkb = 0,2464 kg

Perhitungan massa air setelah pengeringan

maa =
-

maa = 90,28%

maa = 0,026528 kg

Perhitungan kadar air awal

mat = mt Wa

mat = 0,7536 1 kg

= 0,7536 kg

Perhitungan massa air bahan yang hilang setelah pengeringan

mah = mat maa

= 0,7536 kg – 0,026528

= 0,727072 kg

Universitas Sumatera Utara


70

Total Energi Pengeringan

Qd = Qt + Qw + Ql

= 58,6455 kJ + 41,0356 kJ + 1.864,212 kJ

= 1.963,8931 kJ, dibulatkan menjadi 1.964 kJ

Kebutuhan Daya Listrik Heater

P =

.
P =

P = 27,278 kJ/jam

P = 7,578 watt

Kebutuhan Daya Dinamo

T dinamo =F r

T dinamo = 1 kg 9,8 m/s2 110 mm

T dinamo = 1.078 Nmm

P dinamo =2 Tdinamo

P dinamo = 2 1.078 Nmm

P dinamo = 1.241 Watt

Keterangan:

P dinamo = daya dinamo (watt)

n = putaran akibat dinamo (putaran/detik)

T dinamo = kecepatan yang bekerja (Nmm)

Universitas Sumatera Utara


71

Kebutuhan energi listrik selama pengeringan pada alat yang telah dibangun

QP = energi listrik untuk menghidupkan heater (watt.jam)

QR = energi listrik untuk menghidupkan dinamo

Perhitungan energi listrik untuk menghidupkan heater

QP =P t

Keterangan:

P = Daya heater (watt)

T = lama pengeringan (jam)

QP = 100 watt 72 jam

QP = 2.376 watt.jam

Perhitungan energi untuk menghidupkan dinamo

QR = P .t

Keterangan:

P = Daya dinamo (watt)

t = waktu penggilingan (jam)

QR =P t

QR = 300 watt 0,5 jam

QR = 150 watt.jam

Energi listrik total yang digunakan

Etotal = QP + QR

= 2376 watt.jam + 150 watt.jam

= 2526 watt.jam

Universitas Sumatera Utara


72

Lampiran 3. Laju pengeringan

Hubungan Laju pengeringan dengan lama pengeringan

Laju
KA yang
Lama Pengeringan (Jam) KA (%bb) Pengeringan
diuapkan (%bb)
(%bb/jam)
0 75,36 0 0
5 74,50 0,85 0,17
10 69,40 5,10 1,02
15 65,82 3,58 0,72
20 63,99 1,82 0,36
25 59,66 4,32 0,87
30 54,98 4,68 0,94
35 47,06 7,92 1,58
40 45,58 1,47 0,29
45 30,32 15,26 3,05
50 29,99 0,32 0,06
55 19,84 10,15 2,03
60 16,49 3,35 0,67
65 13,75 2,74 0,55
70 11,76 1,99 0,39
75 9,72 2,04 0,40

Unsur laju pengeringan

1. Kadar air yang diuapkan selama proses pengeringan = 66,1%bb

2. Lama Pengeringan = 75 jam

Perhitungan laju pengeringan selama 75 jam

Wdot

Wdot

= 0,88133 %bb/jam

Universitas Sumatera Utara


73

Lampiran 4. Kapasitas efektif alat

Unsur kapasitas efektif alat

1. Massa cabai merah segar = 1 kg

2. Massa cabai merah kering = 0,31 kg

3. Waktu pengeringan = 75 jam

4. Waktu Penggilingan = 0,5 jam

Perhitungan kapasitas efektif alat

KA penggering =

KA penggiling =

KA penggering =

KA penggering =

KA pengering = 0,01333 kg/jam

KA penggiling =

KApenggiling =

KA penggiling = 0,62 kg/jam

Universitas Sumatera Utara


74

Lampiran 5. Distribusi suhu dan RH di ruang pengering

Distribusi suhu
Rata-rata
Lama Atas Atas Atas Bawah Bawah Bawah
Ruang Suhu
Pengeringan Kanan Tengah Kiri Kanan Tengah Kiri
Pengeringan
0 29,600 30,700 30,233 30,333 30,300 30,100 30,433 30,350
5 29,633 39,600 37,767 37,333 37,633 33,033 33,867 36,539
10 29,633 39,100 42,900 37,700 35,933 35,400 35,333 37,728
15 29,300 40,833 44,833 39,067 37,700 35,333 34,767 38,756
20 29,567 41,567 42,300 39,367 38,467 36,700 34,933 38,889
25 29,667 39,900 45,267 40,167 38,233 37,233 36,867 39,611
30 29,700 41,067 46,933 39,733 37,533 38,200 37,300 40,128
35 29,733 44,400 48,467 39,700 38,167 37,267 36,500 40,750
40 29,500 41,033 52,833 39,667 38,067 36,833 35,833 40,711
45 29,733 41,533 49,867 42,300 39,067 38,900 38,267 41,656
50 29,833 41,500 58,200 40,567 38,833 38,967 35,700 42,294
55 29,500 43,867 50,933 41,333 39,833 39,733 38,567 42,378
60 29,667 43,400 45,267 43,700 40,800 39,833 39,467 42,078
65 29,867 42,933 58,067 42,503 40,200 40,100 39,933 43,956
70 29,933 41,967 50,000 43,900 40,100 40,700 39,733 42,733
75 29,650 41,650 47,450 44,650 40,050 39,500 38,000 41,883
Rataan 40,027

Distribusi RH
Lama
Atas Atas Atas Bawah Bawah Bawah
Pengeringan Ruang Rata-rata
Kanan Tengah Kiri Kanan Tengah Kiri
(Jam)
0 79,000 88,667 93,333 90,667 87,000 92,000 91,333 90,500
5 80,333 46,667 58,000 56,333 52,333 82,333 71,667 61,222
10 80,000 46,333 42,333 50,667 59,000 63,333 62,330 53,999
15 77,333 39,000 37,667 45,667 50,667 67,333 61,667 50,334
20 77,667 37,000 43,333 44,000 48,000 57,333 61,667 48,556
25 77,667 41,000 34,000 40,333 54,333 50,667 52,333 45,444
30 78,000 38,000 31,667 41,333 48,333 47,667 50,667 42,945
35 77,333 37,333 26,000 42,000 47,667 52,333 56,667 43,667
40 79,667 38,333 22,667 36,000 48,000 51,667 58,667 42,556
45 78,667 37,333 24,000 39,667 44,000 47,333 47,333 39,944
50 74,000 37,333 16,667 35,000 44,333 52,333 58,667 40,722
55 76,000 31,667 18,667 30,000 40,667 40,667 43,000 34,111
60 77,000 32,000 29,000 30,667 39,000 40,667 43,000 35,722
65 74,667 32,333 16,000 32,333 39,000 38,333 39,667 32,944
70 76,333 34,000 24,667 32,667 35,667 37,667 40,667 34,223
75 74,000 32,500 24,000 27,500 37,500 38,000 43,000 33,750

Universitas Sumatera Utara


75

Lampiran 6. Rata-rata penurunan kadar air selama pengeringan

Ulangan Ulangan Ulangan


Lama Pengeringan (Jam) Rerata
I II III
0 74,914 73,401 77,793 75,369
5 73,616 73,164 76,748 74,509
10 67,072 69,552 71,602 69,409
15 66,408 65,195 65,858 65,820
20 65,454 62,404 64,115 63,991
25 64,011 59,611 55,370 59,664
30 50,639 58,833 55,480 54,984
35 44,332 45,246 51,613 47,064
40 41,617 47,936 47,201 45,585
45 31,077 39,488 20,401 30,322
50 30,268 43,721 16,000 29,996
55 17,137 26,996 15,415 19,849
60 15,926 20,809 12,762 16,499
65 15,167 17,495 8,605 13,756
70 12,906 14,520 7,877 11,768
75 8,541 13,562 7,069 9,724

Universitas Sumatera Utara


76

Lampiran 7. Lama penggilingan pada setiap ulangan

Ulangan Ke- Lama Penggilingan


(menit)
I 30
II 35
III 25
Rata-rata 30

Universitas Sumatera Utara


77

Lampiran 8. Kadar air bubuk cabai yang dihasilkan pada setiap ulangan

Massa akhir
Massa awal bubuk bubuk cabai
Ulangan Ke- cabai sebelum dioven Kadar Air (%bb)
(gr) setelah dioven
(gr)
I 5 4,515 9,7
II 5 4,485 10,3
III 5 4,545 9,1
Rata-rata 9,7

Universitas Sumatera Utara


78

Lampiran 9. Rendemen pengeringan dan penggilingan pada setiap ulangan

Rendemen Pengeringan (gr) Rendemen Penggilingan


(gr)
Ulangan I
305 195
Ulangan II
310 195
Ulangan III
315 200

Rata-rata 310 196,6667

Universitas Sumatera Utara


79

Lampiran 10. Analisis Ekonomi

Unsur Produksi

1. Biaya pembuatan alat pengering (NAp) = Rp 1.100.000

2. Biaya pembuatan alat penggiling (NAg) = Rp 400.000

3. Umur ekonomis (NEA) = 5 tahun

4. Nilai akhir alat pengering (NRp) = Rp 110.000

5. Nilai akhir alat penggiling (NRg) = Rp 40.000

6. Jam kerja pengeringan = 72 jam/kg

7. Jam kerja penggilingan = 30 menit

8. Kapasitas alat = 1 kg

9. Biaya operator pengeringan = Rp 5.000/jam

10. Biaya operator penggilingan = Rp 5.000/jam

11. Biaya reparasi pengeringan = Rp 26/jam

12. Biaya reparasi penggilingan = Rp 27/jam

13. Biaya modal dan asuransi pengeringan = Rp 46.200

14. Bunga modal dan asuransi penggilingan = Rp 16.800/tahun

15. Jam kerja pengeringan/tahun = Rp 2.920 (asumsi 356

hari efektif dengan 1 kg pengeringan selama 72 jam)

16. Jam kerja penggilingan/tahun = 60,84 jam/tahun

Universitas Sumatera Utara


80

Perhitungan biaya produksi

1. Biaya Tetap (BTP)

Biaya tetap untuk proses pengeringan

Biaya Penyusutan (BD)

( -
BP =

( p . . - p .
BP =

BP = Rp 198.000/tahun

Bunga modal (5%) dan biaya asuransi (2%)

( (
I =

( . . (
I = (

I = Rp 46.200/tahun

Total biaya tetap untuk pengeringan = Biaya penyusutan + Bunga modal dan

asuransi

Total biaya tetap untuk pengeringan = Rp 244.200/tahun

Biaya tetap untuk proses penggilingan

Biaya Penyusutan (BD)

( -
BP =

( p . - p .
BP =

BP = Rp 72.000/tahun

Universitas Sumatera Utara


81

Bunga modal (5%) dan biaya asuransi (2%)

( (
I =

( . (
I = (

I = Rp 16.800/tahun

Total biaya tetap untuk penggilingan = Biaya penyusutan + Bunga modal dan

asuransi

Total biaya tetap untuk penggilingan = Rp 88.800/tahun

Total biaya tetap dari alat yang dibangun = total biaya pengeringan + total biaya

penggilingan

= Rp 333.000

2. Biaya Tidak Tetap (BTTP)

Biaya tidak tetap untuk pengeringan

Biaya reparasi/perbaikan

( -
Biaya reparasi =

( p . . - p .
Biaya reparasi =
.

= Rp 4,068/jam

Biaya listrik

Heater 100 W, Kipas axial 27 W

Biaya listrik pengeringan = 0,127 kW × Rp 1.352/kWh

= 171,704/jam

Biaya Operator = 5.000/jam

Universitas Sumatera Utara


82

Total biaya tidak tetap pengeringan = Biaya perbaikan alat + Biaya

listrik + Biaya operator

= Rp 5.175,772/jam
Biaya tidak tetap untuk penggilingan

Biaya reparasi/perbaikan

( -
Biaya reparasi =

( p . - p .
Biaya reparasi =

= Rp 71/jam

Biaya listrik

Dinamo 150 Watt

Biaya listrik penggilingan = 0,15 kW 1.352/kWh

= Rp 202,8/jam

Biaya Operator = 5.000/jam

Total biaya tidak tetap penggilingan = Biaya perbaikan alat + Biaya

listrik + Biaya operator

= Rp 5.274/jam

Total biaya tidak tetap dari alat yang dibangun = total biaya tidak tetap pengeringan
+ total biaya tidak tetap penggilingan

= Rp 10.449,572

Biaya Produksi

Biaya produksi pengeringan = (BTP + BTTP)× KEA


JK

= (244.200 + 5.175,772) × 0,01333


2.920

Universitas Sumatera Utara


83

= Rp 70,107/kg

Biaya produksi penggilingan = (BTP + BTTP)× KEA


JK

= (88.800 + 5.274) × 0,62


60,84

= Rp 4.175/kg

Total biaya poduksi = Biaya produksi pengeringan + Biaya

produksi penggilingan

= Rp 4.245,107

Break Even Point (BEP)

Biaya tetap pengeringan = Rp 244.200

= Rp 754/jam

= Rp 10,047/kg

Biaya tetap penggilingan = Rp 88.800

= Rp 548,145/jam

= Rp 339,851/kg

Total biaya tetap = Rp 10,047/kg + Rp 339,851/kg

= Rp 349,898/kg

Biaya tidak tetap penggeringan = 5.175,772/jam

= Rp 68,84/kg

Biaya tidak tetap penggilingan = Rp 5.274/jam

= Rp 3.270/kg

Total biaya tidak tetap = Rp 3.338,84/kg

Universitas Sumatera Utara


84

Menurut Waldiyono (2008), dalam menentukan keuntungan tiap satuan produksi

barang ataupun jasa yang akan dijual merupakan kebijakan perusahaan dengan tetap

mempertimbangkan harga pasar dan faktor lainnya. Penentuan keuntungan suatu

barang dan jasa tidak terikat dengan suatu ketentuan khusus melainkan melalui suatu

sistem kebijakan dari strategi pasar dari perusahaan tersebut. Berdasarkan pendapat

Waldiyono (2008) pada perhitungan analisis yang dilakukan, usaha pembuatan bubuk

cabai merah dirancang agar memperoleh keuntungan sebesar 300% dari modal awal

setiap kg bubuk cabai yang dihasilkan, maka keuntungan setiap kg bubuk cabai yang

dihasilkan adalah

Keuntungan tiap produksi (R) = 300% Rp 3.338,84/kg

= Rp 10.449,572

Alat akan mencapai break event point jika alat telah menghasilkan bubuk

cabai sebanyak:

JP = `

.
JP =
.

= 33,09 kg/tahun

Net Present Value (NPV)

Pendapatan = Penerimaan tiap kg × Kapasitas efektif alat × Jam

kerja alat per tahun

= Rp 10.061,52/kg × 0,6308 kg/jam × 2.980,84 jam/tahun

= Rp 18.918.815,629/tahun

Universitas Sumatera Utara


85

Pembiayaan = Biaya tidak tetap × Kapasitas efektif alat × Jam

kerja alat per tahun

= Rp 3.338,84 × 0,6308 kg/jam × 2.980,84 jam/tahun

= Rp 6.278.067,168/tahun

- Investasi : Rp 1.500.000

- Pendapatan : Rp 18.918.815,629/tahun

- Pembiayaan : Rp 6.278.067,168/tahun

- Bunga bank sekarang : 5%

- Bunga bank coba-coba: 8%

- Umur alat : 5 tahun

Cash in flow 5%

1. Pendapatan = pendapatan × (P/A, 5%, 5)

= Rp 18.918.815,629× 4,329

= Rp 81.899.552,858

2. Nilai akhir = nilai akhir × (P/F, 5%, 5)

= Rp 150.000 × 0,7835

= Rp 117.525

Jumlah CIF = Rp 81.899.670,383

Cash out flow 5%

1. Investasi = Rp 1.500.000

2. Pembiayaan = pembiayaan (P/A, 5%, 5)

Universitas Sumatera Utara


86

= Rp 6.278.067,168 × 4,329

= Rp 27.177. 753

Jumlah COF = Rp 28.677.753

NPV 5% = CIF – COF

= Rp 81.899.670,383– Rp 7.357.979,782

= Rp 74.541.690,601

Cash in flow 8%

1. Pendapatan = pendapatan × (P/A, 8%, 5)

= Rp 81.899.552,858 × 3,992

= Rp 326.943.015,01

2. Nilai akhir = nilai akhir × (P/F, 8%, 5)

= Rp 150.000 × 0,680583

= Rp 102.087,45

Jumlah CIF = Rp 327.045.102,46

Cash out flow 8%

1. Investasi = Rp 1.500.000

2. Pembiayaan = pembiayaan (P/A, 8%, 5)

= Rp 6.278.067,168 × 3,9927

= Rp 25.0066.438,782

Jumlah COF = Rp 26.566.438,782

Universitas Sumatera Utara


87

NPV 8% = CIF – COF


= Rp 327.045.102,46– Rp 6.902.900,41

= Rp 300.478.663,7

Jadi besar nilai NPV 5% adalah Rp 74.541.690,601 0 maka usaha ini layak

untuk dijalankan. Besar nilai NPV 8% adalah Rp 300.478.663,7 0 maka

usaha ini layak untuk dijalankan.

Internal Rate of Return (IRR)

IRR = p% (q% p%)

IRR = q% (q% p%)

Keterangan:

p = suku bunga paling reaktif

q = suku bunga coba-coba (> dari p)

x = NPV pada suku bunga p

y = NPV pada suku bunga q

suku bunga paling reaktif (p) = 5%

suku bunga coba-coba (q) = 8%

. .
IRR = 8% (8% 5%)
. . . .

IRR = 8,596%

Universitas Sumatera Utara


88

Lampiran 11. Kuesioner uji organoleptik

Panelis-
Ke Rasa Warna Kepedasan Aroma
1 3 2 3 3
2 3 3 3 4
3 3 4 3 3
4 4 3 3 4
5 4 4 3 4
6 3 4 3 4
7 3 4 3 3
8 3 4 4 3
9 4 3 4 3
10 4 3 3 3
11 3 3 4 4
12 4 3 5 3
13 4 3 3 4
14 4 5 2 4
15 4 5 2 4
16 3 3 3 3
17 4 4 5 4
18 3 4 4 4
19 4 5 5 4
20 3 5 3 3
21 3 5 3 3
22 3 3 2 2
23 2 4 3 4
24 5 4 3 3
25 4 5 3 4
26 4 4 1 3
27 4 4 2 3
28 4 4 3 4
29 4 3 2 3
30 2 3 4 2
31 5 4 3 3
32 2 3 2 3
33 3 3 3 2
34 3 3 3 2
35 3 3 2 2
Rerata 3,457143 3,685714 3,057142857 3,257143
Keterangan:
Untuk penilaian terhadap rasa dan warna: 5 (sangat suka), 4 (suka), 3
(cukup), 2 (tidak suka), dan 1 (sangat tidak suka). Untuk kepedasan: 5
(sangat pedas), 4 (pedas), 3 (cukup pedas), 2 (tidak pedas), dan 1 (sangat
tidak pedas). Untuk aroma: 4 (harum), 3 (netral), 2 (tengik), 1 (sangat
tengik).

Universitas Sumatera Utara


89

Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian

Proses menimbang berat cabai Bubuk cabai yang dihasilkan

Pengukuran diameter cabai Pengukuran panjang cabai

Proses pengayakan cabai Alat pengering dan Penggiling

Universitas Sumatera Utara


90

Lampiran 13. Gambar Teknik

Universitas Sumatera Utara


91

Universitas Sumatera Utara


92

Universitas Sumatera Utara


93

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai