SKRIPSI
OLEH :
JUNITA BR TARIGAN
160308057
SKRIPSI
OLEH :
JUNITA BR TARIGAN
160308057/KETEKNIKAN PERTANIAN
Disetujui oleh :
Komisi Pembimbing
Mengetahui
ii
ABSTRACT
JUNITA BR TARIGAN: Design of Red Chili (Capsicum annum L.) dryer and
grinder supervised by ADIAN RINDANG.
Red chili dryer and grinder is a machine that can work two processes,
namely drying and grinding. The principle of this dryer is heating the air using
heater then distribute hot air to the drying chamber. The purpose of this study was
to produce a prototype red chili dryer and grinder and to test the performance of
red chili dryer and grinder. Red chili dryer and grinder that designed has a
capacity of 1 kg, with diameter and height of drying chamber of 22 cm and 17 cm,
respectively. The speed rotation of the blade without a load in this machine is
11,000 rpm. Results showed that the machine could dry 1 kg of red chili in 75
hours, with the effective capacity for drying and grinding were 0.01333 kg/hour
and 0.62 kg/hour, respectively. The drying rate was 0.88133%wb/hour, which
could reduce the chilies moisture content from 75.36%wb to 9.72%wb. The
moisture content of the produced chili powder was 9.7%wb with 95% fineness of
the powder passed the sieve number 40. The yield of drying and grinding from the
machine are 31% and 63%.
Deli Serdang pada tanggal 06 Juni 1999 dari bapak Burhan Tarigan dan ibu
Nurmin Br. Barus. Penulis merupakan anak ke dua (2) dari tiga bersaudara.
Tahun 2016 penulis lulus dari SMA Swasta Sultan Iskandar Muda Medan
dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi
Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan lulus pada pilihan
USU 2019. Penulis juga merupakan finalis pada kegiatan Tanoto Research Award
2019.
Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjung Balai pada bulan Juli sampai
Agustus 2019. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN III
PKS Kebun Rambutan, Tebing Tinggi, Sumatera Utara pada bulan Januari sampai
Febuari 2020.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa atas
ii
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa atas
(Capsicum annuum L.) yang merupakan salah satu syarat untuk dapat
penulis yang selalu mendoakan dan mendukung penulis baik moral maupun
materil, terima kasih juga kepada ibu Adian Rindang, STP, M.Si selaku komisi
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis juga mengucapkan
terima kasih semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Keteknikan
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
melengkapi skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga
Penulis
iii
iv
No. Hal.
1. Komposisi Kimia Cabai Merah per 100 G Bahan .................................. 5
vi
No. Hal.
1. Cabai Merah ............................................................................................6
4. Kipas .......................................................................................................34
6. Heater......................................................................................................36
12. Grafik Penurunan Kadar Air Pada Alat Pengering Dan Penggiling
Cabai Merah ............................................................................................49
vii
No. Hal.
1. Flow Chart Penelitian .............................................................................61
viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu komoditas pertanian yang diminati oleh penduduk dunia termasuk
Indonesia adalah Cabai. Cabai diolah menjadi berbagai macam olahan seperti bumbu
(Tifani, 2013). Salah satu varietas dari cabai adalah cabai merah
(Capsicum annuum L), produksi cabai merah yang disampaikan oleh Kementerian
dan Pengembangan Perdagangan (2019), terjadi kenaikan produksi cabai pada tahun
2016 sebesar 1,04 juta ton, sedangkan pada tahun 2017 meningkat menjadi 1,21 juta
ton dan 1,12 juta ton pada tahun 2019. Peningkatan produksi cabai berbanding lurus
mudah rusak, melimpah pada saat panen dan tidak seragam bentuknya. Menurunnya
kualitas produk sayur dan buah terjadi karena masih berlangsungnya proses fisiologis
sayur dan buah seperti respirasi dan transpirasi. Penanganan pascapanen yang baik
perlu dilakukan karena sayur dan buah mengalami susut atau penurunan bobot setelah
panen meliputi penurunan secara fisik, mutu, dan adanya penurunan gizi. Perlu
dilakukan teknik pengolahan pangan seperti diversifikasi olahan produk buah dan
sayur untuk memperlama daya simpan produk sehingga dapat tersedia di pasaran
Kadar air cabai yang tinggi menyebabkan daya simpan cabai tidak tahan lama.
Adanya diversifikasi olahan cabai merah menjadi salah satu solusi untuk
memperpanjang umur simpan cabai merah (Zam dkk., 2019). Bubuk cabai
merupakan salah satu produk diversifikasi dari cabai merah. Peningkatan konsumsi
bubuk cabai dibuktikan dengan banyaknya makanan olahan industri pangan yang
memanfaatkan bubuk cabai sebagai bahan pendukung makanan seperti olahan mi,
ayam, keripik dan olahan lainnya yang menggunakan variasi pedas untuk menarik
minat beli konsumen. Tidak hanya digunakan untuk industri makanan, bubuk cabai
Proses pengolahan cabai merah menjadi bubuk dibagi menjadi dua proses
adalah untuk menurunkan kadar air pada bahan dengan penambahan panas untuk
mendorong air pada bahan keluar sehingga cabai memiliki daya simpan yang lebih
matahari dan dapat dilakukan secara mekanis dengan menggunakan alat pengering
daerah pengeringan yang luas dan lebih rentan terkontaminasi zat asing. Kelebihan
dari pengeringan dengan menggunakan sinar matahari adalah biayanya yang murah.
Pengeringan dengan menggunakan alat mekanis memiliki biaya yang lebih mahal jika
pengeringan dengan alat mekanis dapat dilakukan di mana saja tidak bergantung pada
cuaca dan lebih higienis (Panggabean dkk., 2017). Setelah melakukan pengeringan,
Tingginya konsumsi cabai dan makanan pedas dapat dijadikan peluang home
industry untuk menjalankan usaha pembuatan bubuk cabai skala kecil. Alat pembuat
bubuk cabai konvensional terdiri dari alat pengering dan penggiling untuk
mengecilkan ukuran. Alat untuk mengolah cabai merah menjadi bubuk cabai di
pasaran masih dilakukan pada dua alat yang berbeda yaitu alat pengering dan alat
penggiling. Adanya dua alat untuk dua proses penggolahan menjadikan biaya
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang rancang bangun
alat pengering dan penggiling cabai yang dapat menyelesaikan dua proses pembuatan
bubuk cabai yaitu pengeringan dan penggilingan dalam satu alat sehingga dapat
Tujuan Penelitian
efektif alat, rendemen, tingkat kehalusan bubuk cabai dan kadar air bubuk
3. Melakukan analisis ekonomi dari alat pengering dan penggiling cabai merah.
Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan
TINJAUAN PUSTAKA
Cabai merah merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin yang
digunakan sebagai bumbu dapur dan memiliki warna dan rasa yang khas. Dalam
pengolahan cabai (Capsicum, sp.) terdapat dua jenis cabai berdasarkan ukurannya
yaitu cabai besar dan cabai kecil. Cabai besar terdiri dari cabai merah dan paprika
sedangkan cabai kecil terdiri dari cabai rawit, cabai cengek dan cabai hias. Cabai
merah (Capsicum annum L.) terdiri dari dua jenis berdasarkan bentuknya, yaitu cabai
merah keriting dan cabai merah bulat. Cabai merah keriting memiliki ciri-ciri
berbentuk memanjang dan mengeriting, berujung runcing, pedas, serta memiliki biji
yang banyak. Cabai merah bulat memiliki ciri-ciri berukuran pendek sampai panjang,
berujung tumpul atau bulat, kurang pedas dan memiliki kulit yang tebal
(Andoko, 2004).
Pengeringan Cabai
Cabai kering adalah cabai yang memiliki kandungan air yang rendah karena
adanya proses thermal yang menyebabkan adanya penurunan kadar air pada cabai
sehingga tahan lama, mudah dibawa dan disimpan. Teknik pengeringan dapat
dilakukan dengan menjemur cabai di bawah sinar matahari atau menggunakan alat
pengering. Penggunaan cabai kering salah satunya adalah sebagai bumbu masakan
serta bahan setengah jadi untuk pembuatan bubuk cabai, minyak cabai, dan sambal.
Salah satu diversifikasi dari cabai merah segar adalah bubuk cabai, bubuk
cabai diperoleh dari proses penggilingan cabai kering. Bubuk cabai banyak
dimanfaatkan sebagai salah satu komposisi produk olahan makanan pada industri
makanan seperti keripik, olahan jamur tiram, roti, dan berbagai makanan dengan level
kepedasan tertentu yang semakin menjadi tren makanan di masyarakat saat ini.
Bubuk cabai memilki ukuran partikel yang kecil dan daya simpan yang lebih lama
dari cabai segar karena bubuk cabai memiliki kandungan air yang rendah. Bubuk
cabai menjadi salah satu produk yang praktis digunakan dan memiliki daya jual yang
pengeringan cabai yang baik tidak boleh melebihi 75°C sebaiknya 50-60 °C untuk
menurunkan kadar air menjadi 10% bb (idealnya 7-8%bb) atau bila cabai kering
selama 10-20 jam jika menggunakan oven pada suhu 60°C. Jika menggunakan
pengering hybrid, pengeringan cabai merah dapat berlangsung selama 3-4 hari dan
pengeringan dengan matahari dapat berlangsung selama 8-10 hari jika cuaca baik dan
12-15 hari jika cuaca kurang baik. Lama proses pengeringan berbeda untuk setiap alat
yang dikeringkan, salah satu cara untuk mempercepat waktu pengeringan selain
faktor suhu adalah dengan melakukan blansing pada bahan yang akan dikeringkan
Blanching
dengan penambahan panas dengan suhu sedang dan bertujuan untuk menonaktifkan
perubahan penyusun kimia yang menyebabkan adanya perubahan rasa dan bau, dan
perubahan nilai gizi produk yang jika dikonsumsi bukan menjadi sumber vitamin
Pertanian (2009) dapat dilakukan dengan merendam cabai ke dalam air panas yang
hampir mendidih (90°C) kemudian meniriskannya dan merendam ke dalam air dingin
atau dapat juga dilakukan dengan cara merendam cabai ke dalam air panas dan telah
diberi bahan pengawet yang aman untuk pengolahan makanan seperti Kalium
ditambahkan sebanyak 2g/l air (0,2%) selama 6 menit. Perendaman dengan bahan
kimia ini bertujuan untuk menghambat aktivitas enzim dan mempertahankan warna
cabai. Bahan ini merupakan bahan pengawet yang aman untuk dicampurkan dalam
proses blansing. Untuk memblansing 1 kg cabai dibutuhkan 1,5 liter air, cabai yang
telah direndam di air 90°C selanjutnya diangkat dan dimasukan ke alam air dingin,
agar proses pemanasan terhenti, setelah itu cabai ditiriskan dan dikeringkan
dikeringkan ke ruang pengering atau udara sekitar bahan karena adanya perbedaan
kandungan air pada bahan dan ruang pengering atau udara sekitar bahan. Semakin
besar perbedaan antara kandungan air pada udara pengering dengan kandungan air
pada bahan, kemampuan udara membawa uap air bertambah besar. Tujuan dari
mikroorganisme tidak dapat tumbuh sehingga bahan pangan dapat disimpan lebih
lama. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada dua yaitu faktor yang
berhubungan dengan udara pengering dan faktor yang berhubungan dengan sifat
bahan. Faktor yang berhubungan dengan udara pengering adalah suhu, kelembaban
dan kecepatan aliran udara. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan adalah
ukuran bahan, kadar air awal sebelum pengeringan, dan tekanan parsial bahan.
Semakin tinggi suhu dan kecepatan aliran udara maka pengeringan berlangsung
semakin cepat karena suhu yang tinggi akan membawa uap air pada bahan lebih cepat
dari pada suhu yang rendah dan kecepatan aliran udara yang tinggi akan membawa
uap air yang ada pada bahan keluar dari ruang pengering sehingga kelembaban udara
maka pengeringan berlangsung lebih lama karena kemampuan bahan melepaskan uap
perpindahan panas dan massa yang menyebabkan adanya perubahan secara fisik dan
kimia dari bahan yang dikeringkan dan pada gilirannya dapat menyebabkan
Pengeringan terjadi melalui pemberian panas pada ruang pengering sehingga terjadi
perpindahan panas antara ruang penggering dan bahan basah. Panas yang diterima
dari bahan basah dapat mengeluarkan kandungan air pada bahan basah. Panas dapat
tak langsung), radiasi atau secara volumetrik dengan menempatkan bahan basah
(Devahastin, 2000).
Terdapat tiga jenis air yang terdapat pada bahan yang akan dikeringkan, yaitu
air bebas, air terikat secara fisik, dan air terikat secara kimia. Air bebas (Free water)
merupakan air yang terdapat pada permukaan bahan. Kandungan air ini dimanfaatkan
oleh mikroorganisme untuk tumbuh. Air bebas juga dimanfaatkan sebagai salah satu
bahan dalam reaksi kimia. Air bebas lebih mudah diuapkan daripada air terikat,
kandungan air pada bahan ketika air bebas diuapkan seluruhnya adalah 12 – 25 %
tergantung pada jenis bahan. Air terikat secara fisik adalah air yang terdapat dalam
jaringan matriks bahan karena adanya ikatan-ikatan fisik. Air terikat secara kimia
adalah air yang paling sulit dihilangkan, jika air terikat secara kimia ini dihilangkan
bahan (Sobari, 2018). Sobari (2018) juga menyatakan ada dua metode untuk
menentukan kadar air bahan, yaitu berdasarkan bobot kering (dry basis) dan
berdasarkan bobot basah (wet basis). Salah satu cara untuk menentukan besarnya
kandungan air pada bahan yang dikeringkan adalah dengan metode oven. Penentuan
kadar air bahan dengan metode oven dilakukan dengan cara memasukkan bahan yang
sebelumnya sudah ditimbang massanya ke dalam oven, setelah 24 jam atau sampai
tidak ada penurunan massa bahan (konstan), sampel yang dikeringkan didinginkan di
desikator kemudian ditimbang. Selisih massa awal bahan dengan massa akhir bahan
merupakan massa air yang menguap. Kadar air dapat dihitung dengan Persamaan 1.
-
Ka (%) = 100 %..................................................................................(1)
Keterangan:
(ASAE, 2018).
Qd = Qt + Qw + Ql...............................................................................................(2)
Keterangan:
Persamaan 3.
Qt = mt Cp (Td Ta).........................................................................................(3)
Keterangan:
Keterangan:
Ql = mah hfg.......................................................................................................(5)
Keterangan:
Berat air yang diuapkan selama proses pengeringan dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan 6.
Keterangan:
mat = mt Wa
mkb = mt...................................................................................(7)
maa = ........................................................................................(8)
Keterangan:
Laju Pengeringan
Menurut Erlina dan Tazi (2009) laju pengeringan adalah seberapa besar massa
air pada bahan yang dikeringkan dapat dikeluarkan untuk mencapai kadar air yang
diantaranya, bentuk bahan, ukuran, volume, luas permukaan, sifat termofisik bahan
(seperti panas laten, panas jenis spesifik, konduktifitas termal dan emisivitas termal),
komposisi bahan kimia bahan (seperti kadar air awal bahan) dan keadaan di luar
bahan (seperti suhu, kelembaban dan laju aliran udara) (Erlina dan Tazi, 2009).
Periode laju pengeringan dapat dibedakan menjadi dua periode yaitu periode
dengan laju pengeringan tetap dan laju pengeringan menurun. Kedua periode ini
dibatasi oleh kadar air kritis. Akhir dari periode tetap terjadi ketika laju difusi air
dalam produk menurun. Periode laju pengeringan tetap biasanya berlangsung cepat
untuk produk pertanian (Heldman dan Singh, 2009). Laju pengeringan dapat dihitung
Wdot ................................................................................................................(9)
Keterangan :
yang dapat digunakan untuk memanaskan udara dan air disekitar heater. Heater
banyak digunakan sebagai salah satu komponen dalam membuat alat pengering.
Kebutuhan daya heater perlu diketahui agar dapat memilih heater yang tepat pada
saat proses pembuatan alat yang dibangun. Daya heater disesuaikan antara kebutuhan
P = …………………………………………….……………………….(10)
Keterangan :
Dimensi alat adalah ukuran panjang, lebar, dan tinggi dari alat yang
dirancang. Salah satu cara untuk menentukan dimensi alat adalah dengan menentukan
kapasitas alat yang dirancang. Setelah menentukan kapasitas alat, dimensi alat dapat
ditentukan dengan mengetahui massa jenis/kerapatan massa dari produk yang diolah
……………………………….………………………..……….………….. ( 1)
Keterangan:
Dinamo
Dinamo adalah komponen yang sangat penting dalam mesin yang digunakan
sebagai sumber tenaga. Dengan menggunakan torsi dan kecepatan yang bekerja maka
P dinamo = Tdinamo. ω
(Shigley, 1984)
Keterangan:
Kapasitas Alat
merah yang dapat dikeringkan dan dihaluskan persatuan waktu. Menurut Daywin
dkk. (2008) kapasitas efektif alat dapat dihitung dengan Persamaan 14 dan 15.
KA pengering = .....................................................................................................(14)
KA penggiling = ...................................................................................................(15)
Keterangan :
Rendemen
(input) yang diberi dan dinyatakan dengan persen (%). Menurut Purwono (2002),
dengan massa akhir bahan dan dikali 100%. Rendemen pengeringan dan rendemen
Rp = 100 %...............................................................................................(16)
Rq = 100 %.............................................................................................(17)
Keterangan:
yang besar menjadi lebih kecil dengan bantuan gaya dari luar. Tiga tipe gaya yang
dapat terjadi pada alat-alat pengecilan ukuran adalah compression, impact dan shear.
Gaya Compression umumnya digunakan untuk bahan pangan yang keras seperti
untuk memecah biji gandum atau memisahkan endosperm dari membran. Gaya
impact digunakan untuk menggiling berbagai macam jenis bahan pangan termasuk
serat makanan dan gaya shear umumnya digunakan untuk mengecilkan ukuran bahan
pangan yang tidak keras. Pada setiap alat pengecilan ukuran terjadi ketiga jenis gaya
ini, tetapi umumnya ada satu jenis gaya yang mendominasi (Brenann, 2006).
Uji Organoleptik
memanfaatkan panca indera seperti mata, hidung dan mulut untuk menilai aroma,
rasa, tekstur, warna, dan bentuk produk makanan, minuman ataupun obat-obatan. Uji
(Ayustaningwarno, 2014).
terhadap suatu produk makanan atau minuman yang dihasilkan. Sensor tersebut
adalah indera perasa sebagai alat untuk menggambarkan rasa, perasaan dan persepsi
dari makanan atau minuman yang dikonsumsi. Untuk menghasilkan suatu produk
yang akan dijual, perlu diperhatikan tingkat kesukaan terhadap produk yang akan
dipasarkan. Uji sensori (uji organoleptik) dapat dijadikan sarana untuk menilai
produk yang dihasilkan apakah sesuai selera konsumen ataupun tidak. Penilaian dari
produk yang akan diuji dinilai oleh panelis. Terdapat beberapa kategori panelis yaitu
panelis perseorangan, panelis terbatas, panelis terlatih, panelis agak terlatih dan
yang akan diuji dan memiliki sensitivitas yang tinggi pada karakteristik sensori
produk yang akan diuji. Panelis terbatas terdiri dari 3-5 orang panelis dengan
sensitivitas tinggi. Panelis terlatih merupakan panelis yang memiliki sensitivitas yang
cukup baik dan terdiri dari 15-25 orang. Panelis agak terlatih merupakan panelis yang
terdiri dari 15-25 orang yang sebelumnya dilatih untuk mengetahui karakteristik
sensori tertentu. Panelis tidak terlatih merupakan orang awam yang bebas
memberikan penilaian terkait uji sensor yang tidak pernah mendapatkan pelatihan
terkait karakteristik sensori dan terdiri dari lebih dari 25 orang (Arbi, 2003).
mesin bubut, mesin las, mesin frais, mesin asah, mesin skrap, dan mesin-mesin
lainnya (Daryanto, 1984). Dalam pembuatan alat perlu diperhatikan juga sifat-sifat
dari bahan teknik yang akan digunakan untuk pembuatan alat tersebut. Seperti sifat-
sifat mekanik (kekuatan, kekerasan, serta keuletan), sifat fisik (ukuran, masa jenis,
struktur), sifat termal (pemuaian, konduktivitas), serta sifat kimia (kombinasi, segresi,
ketahan korosi) (Surdia dan Saito, 1995). Keawetan dan kekuatan dari suatu peralatan
bahan yang terbuat dari baja tuang dan menggantinya dengan baja cetak atau tekan.
Hal ini dilakukan untuk menekan biaya pembuatan peralatan pertanian. Bahan yang
peluang bisnis dari suatu usaha yang diinvestasikan. Dengan adanya analisis
menghindari kerugian dari bisnis yang sedang atau akan dijalankan. Keuntungan
dapat dinyatakan sebagai selisih antara biaya dan pendapatan. Bagi suatu usaha, ada
dua jenis biaya, biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya
tetap yaitu biaya yang harus dikeluarkan tanpa melihat produksi barang/jasa yang
akan dijual, seperti gaji, biaya rutin kantor dan penyusutan. Biaya tidak tetap adalah
pembelian bahan, sewa alat, bahan bakar dan sebagainya (Wadiyono, 2008).
Keterangan:
Biaya tetap yang dapat diperhitungkan adalah biaya penyusutan dan biaya
Persamaan 19.
( -
BP = …………………………………………………………………...(19)
Keterangan:
Biaya bunga modal dan asuransi dapat dihitung menggunakan Persamaan 20.
( (
I = ………………………………………………………..……….(20)
Keterangan:
Biaya tidak tetap terdiri dari biaya reparasi dan biaya operator. Biaya reparasi
adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki komponen alat yang rusak atau
kerjanya sudah tidak optimal lagi. Biaya reparasi dapat dihitung dengan Persamaan
21.
( -
Biaya reparasi = ……………………..………………………….(21)
Biaya operator dapat disesuaikan dengan daerah pemakaian alat, tidak ada aturan
Break Event Point (BEP) atau analisis titik impas adalah suatu analisis
ekonomi untuk mengetahui seberapa banyak barang/jasa harus diproduksi agar tidak
Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol. Bila pendapatan
produksi berada dibawah titik impas maka kegiatan usaha akan menderita kerugian,
sebaliknya jika pendapatan produksi diatas titik impas berarti kegiatan usaha akan
JP = ………………………………………………………………….( )
( -
Keterangan:
menentukan apakah suatu usaha dapat dikatakan layak untuk di komersilkan. NPV
Keterangan:
nilai bunga di masa sekarang. Cash out flow dihitung dengan mendiskontokan nilai
dengan kriteria:
- NPV < 0, berarti alat tersebut tidak layak untuk diproduksi atau diusahakan
Internal Rate of Return (IRR) atau laju pengembalian adalah besarnya tingkat
keuntungan atau kerugian dalam jangka waktu yang ditentukan. Suatu usaha yang
diinvestasikan dapat dikatakan layak dijalankan jika nilai IRR lebih besar dari laju
IRR dapat dihitung dengan Persamaan 24 jika p bernilai negatif dan q positif dan
Keterangan:
(Kastaman, 2006).
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cabai merah keriting
dengan rata-rata berat per cabai 2,71 gram, panjang per cabai 8,11 cm, diameter
0,6607 cm dan kadar air awal cabai merah keriting 75,36%, plat stainless steel,
termokopel, thermostat, heater, kipas aksial, sakelar, kabel, besi (rangka), mata pisau,
dinamo, steker, natrium bisulfit, dan cawan aluminium. Alat-alat yang digunakan
adalah aplikasi solidworks, mesin bor, mesin las, gerinda, stopwatch, timbangan
Perancangan Alat
Alat ini dirancang untuk pengeringan dan penggilingan cabai merah menjadi
bubuk dalam satu alat yang terintegritas. Sumber panas yang digunakan untuk
menggeringkan cabai segar berasal dari heater. Selajutnya perancangan alat dibagi ke
Alat pengering dan penggiling cabai merah ini dirancang dengan kapasitas 1
kg. Sumber panas yang digunakan berasal dari heater, kemudian udara panas yang
pengering.
yang didalamnya terdapat satu mata pisau yang dipasang vertikal dengan panjang 18
cm. Pada ruang pengering terdapat 1 termokopel yang berfungsi untuk mengukur
suhu pengeringan dan thermostat yang berfungsi untuk memutus aliran listrik ketika
suhu ruang pengering sudah melebihi suhu pengeringan cabai merah yang sudah
ditentukan.
- Tabung
- Kipas aksial
- Dinamo
- Dinamo berfungsi sebagai penggerak mata pisau agar dapat berputar untuk
pengeringan.
- Heater
- Kerangka Alat
1. Tutup Tabung
2. Kipas
3. Outlet Udara Panas
4. Heater
5. Ruang Pengering
6. Mata Pisau
7. Dinamo
8. Rangka
Gambar 2. Desain alat pengering dan penggiling cabai merah
Keluar
Udara lembab
yaitu:
cabai.
penggiling cabai.
dengan ukuran yang telah ditentukan pada gambar alat pengering dan
penggiling cabai.
Prosedur Pra-penelitian
cabai merah agar mencapai kadar air <10%. Prosedur pra penelitian yang dilakukan
5. Memblanching cabai merah dengan suhu 90°C yang sudah dicampur dengan
oven.
berikut:
selama 6 menit.
(panas laten), dan pemanasan air bahan. Kebutuhan energi untuk menakkan suhu
bahan, penguapan dan pemanasan air bahan dapat dihitung dengan Persamaan 2- 8.
Dimensi alat pengering dan penggiling cabai meliputi diameter tabung ruang
pengering, panjang tabung dan diameter mata pisau. Untuk mengetahui volume
massa cabai dapat dicari dengan menggunakan Persamaan 12. Dimensi tabung
pengering disesuaikan dengan tabung yang dijual secara konvensional begitu pula
Parameter Penelitian
1. Laju Pengeringan
menggunakan Persamaan 9.
2. Kapasitas Alat
merah yang dapat dikeringkan dan dihaluskan persatuan waktu. Menurut Daywin
dkk. (2008) kapasitas efektif alat dapat dihitung dengan Persamaan 24 dan 25.
3. Rendemen
suatu proses terhadap input bahan bakunya, yang dinyatakan dengan persen (%).
4. Kadar Air
pengering seperti penurunan kadar air per satuan waktu, laju pengeringan dan
kapasitas efektif dari alat yang telah dirancang. Kadar air bahan dapat dihitung
dengan Persamaan 1.
5. Kehalusan
6. Uji Organoleptik
Dalam metode ini panelis yang diminta memberikan penilaian adalah panelis
terhadap bubuk cabai merah yang dihasilkan. Skor yang digunakan adalah 5 (sangat
suka), 4 (suka), 3 (cukup), 2 (tidak suka), dan 1 (sangat tidak suka) untuk penilaian
terhadap rasa dan warna. Untuk kepedasan skor yang digunakan adalah 5 (sangat
pedas), 4 (pedas), 3 (cukup pedas), 2 (tidak pedas), dan 1 (sangat tidak pedas) dan
Pada penelitian ini telah dirancang dan dibangun alat pengering dan
proses dalam satu alat yaitu proses pengeringan dan proses penggilingan. Analisis
dan perhitungan desain dari alat pengering dan penggiling cabai merah
(Capsicum annuum L.) dari alat yang sudah dirancang dan dibangun dapat dilihat
pada Lampiran 2. Dari analisis didapat kebutuhan energi selama pengeringan adalah
2.356 kJ dengan asumsi lama pengeringan selama 20 jam dengan rata-rata suhu ruang
pengering 60 C untuk menurunkan kadar air (KA) cabai merah segar dengan asumsi
KA awal 90%bb menjadi KA <10%bb, asumsi kadar air awal cabai merah sebesar
90%bb berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ramdani, dkk (2018). Kadar air
awal dan akhir cabai diperlukan untuk menghitung kebutuhan energi pengeringan.
Kebutuhan daya heater yang digunakan selama proses pengeringan adalah 32,722
watt, sehingga daya heater yang digunakan pada prototipe alat yang sudah dibangun
adalah 100 watt dengan efisiensi heater 60%. Kebutuhan daya dinamo untuk mesin
penggiling yang dirancang adalah 158 watt dengan kecepatan putaran rancangan awal
1.400 rpm. Dari perhitungan dimensi didapat volume ruang pengering untuk
diameter dan tinggi ruang pengering yaitu 22 cm dan 17 cm. Penentuan diameter dan
tinggi ruang pengering disesuaikan dengan ketersediaan barang yang ada di pasaran.
Ruang Pengering
Ruang pengering berbentuk tabung silinder yang memiliki tutup dan berbahan
stainless steel dengan ketebalan 3,5 mm. Dimensi ruang pengering berdiameter 22 cm
dan tinggi 17 cm. Didalam ruang pengering terdapat mata pisau yang terletak di
Kipas
Kipas diletakkan pada bagian tutup ruang pengering sebanyak 1 buah. Kipas
yang digunakan adalah fan axial blower dengan dimensi panjang 120 mm, lebar 120
mm, dan tinggi 25 mm yang terbuat dari bahan metal. Tegangan kipas yang
digunakan adalah 220 V AC dengan model kotak segi empat, berfrekuensi 50/60 Hz
dan arus 0,12/0,10 A. Kecepatan udara yang dihasilkan dari kipas ini adalah 1,2 m/s.
Gambar 4. Kipas
Rangka Alat
320 mm, lebar 220 mm dan tinggi 110 mm. Rangka alat berfungsi untuk menopang
ruang pengering, tempat dudukan dinamo, dudukan thermostat dan tombol on/off
Mata Pisau
Gambar 5. Pisau
Heater
Heater diletakkan pada bagian ruang pengering sebanyak 1 buah. Heater yang
digunakan memiliki daya 100 watt dengan dimensi panjang 114 mm, lebar 35 mm
dan tinggi 25 mm. Heater yang digunakan bekerja dengan tegangan 220 V AC.
Metode pemanasan yang digunakan heater ini adalah radiasi udara dengan heating
life 3 tahun.
Gambar 6. Heater
penyebab kerusakan bahan tidak dapat berkembangbiak lagi. Pada penelitian ini,
pengeringan dilakukan untuk menurunkan kadar air cabai menjadi di bawah 10%bb
memudahkan dalam penggilingan menjadi bubuk cabai. Kadar air yang ingin dicapai
selama proses pengeringan adalah di bawah 10%bb (7%bb-10%bb) atau sampai cabai
kering mudah dipatahkan, hal ini merupakan pedoman dalam pengeringan cabai yang
disusun oleh Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian tahun 2009. Setelah cabai segar
dikeringkan hingga kadar airnya menjadi di bawah 10%bb atau sampai cabai yang
dikeringkan mudah dipatahkan oleh tangan, alat ini menggiling cabai kering menjadi
bubuk cabai. Setelah melakukan proses penggilingan, bubuk cabai diayak dengan
ayakan nomor 40 untuk melihat tingkat kelolosan bubuk cabai dan menyesuaikan
kehalusan bubuk rempah-rempah. Dari hasil analisis perhitungan dan pembuatan alat
pengering dan penggiling cabai merah (Capsicum annuum L.) dihasilkan alat
Metode pengeringan yang digunakan pada alat ini adalah metode pengeringan
dengan memanaskan udara yang dihisap oleh kipas dan didistribusikan ke bahan yang
akan dikeringkan. Udara panas menyebabkan perbedaan tekanan air pada bahan yang
massa air dari bahan yang dikeringkan ke ruang pengering yang lebih dikenal dengan
istilah menguap. Massa air yang ada pada ruang pengering (uap air) keluar melalui
output udara panas pada bagian bawah ruang pengering. Kipas yang digunakan juga
mempercepat keluarnya uap air pada ruang pengering menuju lubang output udara
panas.
Setelah dikeringkan hingga KA cabai merah 7-10%bb, cabai digiling pada alat
yang sama. Alat yang dibangun menggunakan mata pisau dengan ketebalan 4 mm
yang disusun secara horizontal dengan kecepatan putaran mata pisau tanpa beban
adalah 11.000 rpm. Kecepatan putaran mata pisau mengakibatkan ukuran cabai
kering menjadi lebih kecil. Gaya yang dominan terjadi pada proses penggilingan dari
alat yang sudah dibangun adalah gaya impact. Beban penggilingan dan kecepatan
putaran mata pisau mempengaruhi waktu penggilingan. Ukuran partikel yang ingin
mencapai ukuran partikel yang sangat kecil dibutuhkan waktu yang lebih lama. Pada
alat yang sudah dibangun, waktu yang dibutuhkan untuk menggiling cabai merah
kering menjadi bubuk cabai dengan kriteria partikel lulus ayakan mesh nomor 40
Tabel 3. Karakteristik alat pengering dan penggiling cabai merah (Capsicum annuum L.)
Parameter Nilai Satuan
Suhu pengering rata-rata 40,027 °C
Kelembaban relatif awal ruang
90,5 %
pengering
Kelembaban relatif akhir ruang
33,75 %
pengering
Waktu pengeringan (jam) 75 Jam
Kadar air awal cabai rata-rata 75,36 %bb
Kadar air akhir cabai rata-rata 9,72 %bb
Laju pengeringan 0,8813 %bb/jam
Kapasitas efektif pengeringan 0,013
kg/jam
Kapasitas efektif penggilingan 0,6178 kg/jam
Rendemen pengeringan 0,31 kg
Rendemen penggilingan 0,197 kg
Laju Pengeringan
Laju pengeringan menggambarkan seberapa besar massa uap air yang dapat
dikeluarkan dari bahan persatuan waktu. Semakin cepat laju pengeringan, waktu
pengeringan semakin cepat. Laju pengeringan juga dipengaruhi oleh suhu ruang
pengering. Semakin tinggi suhu ruang pengering, semakin besar uap air yang akan
keluar dari bahan yang dikeringkan. Laju pengeringan dari alat yang dibangun adalah
0,8813 %bb/jam. Kadar air cabai merah yang diuapkan selama proses pengeringan
merupakan pengurangan dari kadar air awal rata-rata cabai dengan kadar akhir air
cabai rata-rata. Kadar air cabai merah yang diuapkan selama 75 jam pengeringan
adalah 66,1%bb. Kadar air awal dan kadar air akhir rata-rata cabai pada penelitian ini
berturut-turut adalah 75,36 %bb dan 9,72% bb. Perhitungan laju pengeringan dapat
menggunakan alat pengering tipe rak (tray dryer) memiliki nilai laju pengeringan
sebesar 4,696%bb/jam. Penelitian yang dilakukan oleh Erlina dan Tazi (2009) pada
pengeringan tipe rak dengan kolektor surya memiliki nilai laju pengeringan
0,2508%bb/jam. Perbedaan laju pengeringan antara alat yang telah dibangun dengan
alat pada penelitian yang dilakukan oleh Khairunnisa (2011) dan Erlina dan Tazi
(2009) terjadi karena perbedaan suhu ruang pengering. Suhu ruang pengering pada
penelitian Khairunnisa adalah 50 C, pada penelitian yang dilakukan oleh Erlina dan
Tazi (2009) rata-rata suhu ruang pengering 44 C sedangkan pada alat yang dibangun
rata-rata suhu ruang pengeringnya adalah 40,027 C. Perbedaan suhu ruang pengering
Khairunnisa (2011) menggunakan pengering tipe rak adalah 16 jam, pada penelitian
Erlina dan Tazi (2009) lama pengeringan menggunakan pengering kolektor surya tipe
rak lama adalah 5 hari, sedangkan pada alat yang dibangun lama pengeringannya
adalah 3 hari. Rata-rata suhu ruang pengering pada pengering kolektor surya tipe rak
lebih tinggi dari rata-rata suhu ruang pengering pada alat yang dibangun, tetapi lama
pengeringannya lebih lama daripada alat yang dibangun. Hal ini dikarenakan pada
menghasilkan panas setiap waktu dan tidak bergantung pada cuaca, berbeda dengan
pengering kolektor surya yang hanya mendapatkan panas pada saat adanya cahaya
matahari.
3,5
Laju Pengeringan (%bb/jam)
3 y = 0,0048x + 0,6424
2,5 R² = 0,0198
2
1,5
1
0,5
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80
Lama Pengeringan (Jam)
pengeringan. Laju pengeringan pada alat yang dibangun tidak stabil (berfluktuatif)
hal ini disebabkan karena penurunan kadar air pada sampel cabai yang diambil tidak
seragam dan tidak stabil penurunanya. Ketidakseragaman kadar air sampel cabai pada
saat pengukuran penurunan kadar air menggambarkan panas dari heater hanya
terpusat dibagian tengah yang menyebabkan cabai yang berada di dekat heater
memiliki kadar air yang lebih rendah daripada cabai yang berada jauh dari heater.
pengambilan sampel untuk melihat penurunan kadar air cabai yang dikeringkan,
disebabkan karena sampel cabai yang diambil tidak seragam penurunan kadar airnya
karena panas yang diperoleh cabai tidak merata. Laju pengeringan yang terjadi
cenderung menurun, tetapi ada peningkatan laju pengeringan pada lama pengeringan
35 jam, 45 jam, dan 55 jam pengeringan dan cenderung mengalami penurunan tanpa
berbeda dari grafik pada umumnya. Hubungan antara laju pengeringan terhadap
menurun dan akan konstan semakin lama waktu pengeringan. Adanya perbedaan
grafik ini disebabkan oleh ketidakseragaman kadar air pada sampel cabai dikarenakan
panas heater yang hanya terdistribusi dengan baik pada bagian tengah yang dekat
dengan heater. Penurunan kadar air yang tidak stabil juga diasumsikan karena suhu
ruang pengering yang tidak konstan dan terkadang mengalami penurunan. Suhu ruang
dikarenakan mekanisme buka tutup ruang penggering pada saat pengambilan sampel.
dikeringkan dan digiling persatuan waktu untuk menghasilkan bubuk cabai. Proses
pengeringan cabai merah dengan menggunakan alat pengering dan penggiling pada
penelitian ini dilakukan dengan tiga kali ulangan. Rata-rata waktu pengeringan yang
dibutuhkan untuk mengeringkan cabai merah dengan rata-rata kadar air awal cabai
merah 75,36 % dengan massa awal cabai merah 1 kg adalah 75 jam. Berdasarkan
dan kapasitas penggilingan alat yang telah dibangun adalah 0,013 kg/jam atau 0,216
gram/menit untuk kapasitas efektif pengeringan dan 0,6178 kg/jam atau 10,296
gram/menit untuk kapasitas efektif penggilingan pada alat yang telah dibangun. Alat
pengering yang telah ada memiliki kapasitas pengeringan yang beraneka ragam, ada
yang berkapasitas 10 kg dan ada pula yang berkapasitas 100 kg sampai 1000 kg. Pada
penelitian Erlina dan Tazi (2009) kapasitas efektif pengeringan pada alat pengering
kolektor surya tipe rak adalah 0,0083 kg/jam dan pada penelitian Khairunnisa (2011)
kapasitas efektif alat dari penggering tipe rak adalah 0,0625 kg/jam. Alat penggiling
yang ada di pasaran memiliki kapasitas penggilingan 20-30 kg/jam dengan dimensi
dan massa alat yang lebih berat dari alat yang sudah dibangun.
Dari 1 kg cabai merah segar dihasilkan 0,310 kg cabai merah kering, hal ini
berarti terjadi penyusutan bobot bahan sebesar 69%. Direktorat Pengolahan Hasil
Pertanian (2009) menyatakan terjadi penyusutan bobot cabai merah sebesar 50-60%
jika dikeringkan. Penelitian yang dilakukan oleh Erlina dan Tazi (2009) juga
penggeringan. Adanya perbedaan 9% dari uji performa kapasitas alat pada alat yang
dibangun dengan alat lain diasumsikan karena adanya pengambilan sampel pada
bahan dan adanya ketidakseragaman kadar air cabai dari 1 kg cabai yang dikeringkan.
Cabai merah yang berada diatas tengah ruang penggering menerima panas lebih baik
daripada cabai merah yang berada di bagian bawah ruang penggering, hal inilah yang
cabai diasumsikan menyebabkan adanya perbedaan susut bobot cabai pada alat
lainnya.
Suhu dan RH (relative humidity) merupakan dua faktor yang penting dalam
hubungan berbanding terbalik, jika suhu tinggi, RH cenderung rendah dan jika suhu
rendah, RH cenderung tinggi. Pada pengeringan cabai merah, suhu yang baik untuk
adalah tidak lebih dari 75 °C. Suhu dan RH berpengaruh terhadap waktu pengeringan.
Jika suhu tinggi dan RH rendah, maka perbedaan tekanan uap air pada bahan yang
akan dikeringkan dengan udara di ruang pengering semakin besar yang menyebabkan
uap air yang keluar pada bahan semakin besar, sehingga waktu pengeringan lebih
Sensor suhu dan RH pada penelitian ini diletakkan pada 6 titik di ruang
pengering yaitu pada ujung atas kanan dan kiri, ujung bawah kanan dan kiri serta atas
karena kandungan uap air di ruang pengering menurun seiring dengan bertambahnya
waktu pengeringan. Kandungan uap air pada ruang pengering semakin menurun
seiring bertambahnya waktu pengeringan karena terjadinya penurunan kadar air pada
bahan sehingga uap air yang diuapkan semakin sedikit dan beban heater untuk
menguapkan air pada bahan yang dikeringkan semakin kecil sehingga suhu ruang
kandungan uap air pada ruang pengering semakin sedikit seiring bertambahnya waktu
pengeringan. Dari penelitian yang telah dilakukan, rata-rata suhu pengeringan dari
alat yang telah dibangun adalah 40,027 °C dengan rata-rata RH awal sebelum
diletakkan 6 sensor suhu dan RH untuk melihat keseragaman suhu dan RH di ruang
pengering. Titik sensor suhu dan RH dibagi menjadi dua bagian, 3 sensor di bagian
atas dan 3 sensor di bagian bawah. Sensor di bagian atas diletakkan di ujung kanan,
tengah dan ujung kiri sensor begitu pula pada bagian bawah alat, sensor diletakkan di
bagian bawah kanan, tengah, dan bawah kiri (Gambar 9). Dari data suhu dan RH
diperoleh sebaran suhu dan RH pada alat pengering dan penggiling yang dibangun
cukup merata dengan baik. Distribusi suhu dan RH merupakan beberapa factor yang
berpengaruh pada keseragaman cabai yang kering, jika suhu dan RH ruang pengering
tidak merata, akan terjadi ketidakseragaman pada cabai yang dikeringkan. Alat
pengering dan penggiling cabai merah yang dibangun memiliki keseragaman suhu
dan RH yang baik pada ruang pengeringnya, tetapi cabai yang dihasilkan tidak
seragam tingkat kekeringannya, hal ini dikarenakan adanya faktor lain seperti
50
40
Suhu (°C)
30 y = 0,116x + 35,678
R² = 0,7194
Rata-rata suhu
20 pengeringan
Linear (Rata-rata suhu
10 pengeringan)
0
0 5 101520253035404550556065707580
Lama Pengeringan
(Jam)
100
90
80
70 y = -0,5002x + 64,429
R² = 0,6867
RH (%) 60
50 RH Pengeringan
40
30 Linear (RH
20 Pengeringan)
10
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80
Lama Pengeringan
(Jam)
Pada Gambar 10 dan 11 dapat dilihat adanya persamaan linear (y) dan koefisien
determinasi (R2) dari Gambar yang disajikan, selain itu dapat dilihat juga koefisien
pengeringan memiliki korelasi yang sangat kuat karena memiliki nilai koefisien
korelasi sebesar 0,8481, hal ini berati adanya pengaruh lama pengeringan terhadap
kenaikan suhu ruang pengering. Hal tersebut juga menggambarkan Gambar 11,
terdapat hubungan yang sangat kuat antara lama pengeringan dan penurunan RH,
terlihat pada nilai koefisien korelasi dari persamaan regresi linear sebesar 0,8288.
Model persamaan linear pada Gambar 10 dan 11 memiliki nilai determinasi yang baik
yang menunjukkan garis regresi cocok dengan data secara baik, sehingga persamaan
dengan kenaikan suhu dan penurunan RH pada ruang pengering pada alat yang telah
dibangun.
pengeringan alami, cabai merah dijemur selama 8–10 hari dengan panas matahari
dengan rata-rata suhu 35-37 C, jika cuaca kurang baik, dengan rata-rata suhu 23-
32 C pengeringan dapat berlangsung selama 12–15 hari. Hasil pengujian kadar air
cabai merah segar yang dilakukan pada penelitian ini dengan menggunakan alat
pengering yang telah dibangun memiliki nilai rata-rata 9,72%bb dari kadar air rata-
rata cabai segar 75,36%bb. Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan cabai merah
dengan kadar air awal 75,36%bb menjadi 9,72%bb adalah 75 jam. Alat pengering dan
penggiling yang sudah dibangun mampu mengeringkan cabai lebih cepat jika
Alat yang dibangun mampu mengeringkan cabai merah dalam waktu 3 hari untuk
mencapai KA <10% sedangkan cabai merah dapat mencapai KA <10% selama 8-10
hari dan 12-15 hari jika cuaca kurang baik apabila dikeringkan dengan pengering
alami (panas matahari). Hal ini berarti alat yang dibangun mampu mengeringkan
cabai merah tiga kali lebih cepat dan mampu mengeringkan 4 kali lebih cepat jika
adalah 15-20 jam, jika menggunakan pengering hybrid lama pengeringan untuk
mencapai kadar air cabai sesuai standar nasional Indonesia (7%bb-12%bb) adalah 3-4
hari (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh
Ramdani, dkk (2018) mengeringkan cabai merah dengan tunnel dehydrator selama 8
jam dengan suhu 70 C. Alat pengering dan penggiling yang telah dibangun
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengeringkan cabai merah agar kadar air
yang ingin dicapai sesuai SNI jika dibandingkan dengan pengering oven dan tunnel
dehydrator. Hal ini dikarenakan perbedaan suhu ruang pengering, suhu rata-rata
ruang pengering dari alat yang telah dibangun adalah 40,027 C sedangkan suhu ruang
dengan pengering hybrid, alat pengering dan penggiling yang telah dibangun
membutuhkan waktu yang sama untuk mengeringkan cabai merah untuk mencapai
kadar air yang diinginkan. Hal ini berarti alat yang telah dibangun dapat bersaing
dengan alat pengering hybrid yang telah ada dari sisi lama pengeringan.
penurunan kadar air, semakin lama pengeringan berlangsung, kadar akhir air pada
bahan semakin rendah, hal ini dapat dilihat pada Gambar 11 yang menunjukkan nilai
koefisien korelasi yang sangat kuat (r = 0,9878) antara lama pengeringan dengan
penurunan kadar air. Model persamaan linear pada Gambar 12 menunjukkan bahwa
model ini sudah sangat baik, dibuktikan dengan nilai koefisien determinasi yang
sangat baik, nilai ini menunjukkan hubungan antara lama pengeringan dengan
penurunan kadar air pada alat yang dibangun sudah sangat baik. Rata- rata penurunan
kadar air selama pengeringan dari alat yang sudah dibangun dapat dilihat pada
Lampiran 5.
90
80 y = -0,9945x + 80,345
70 R² = 0,9758
Gambar 12 . Grafik hubungan kadar air (%) dan lama pengeringan (Jam)
kering yang dibutuhkan untuk mencapai kehalusan bubuk cabai sesuai SNI 01-3709-
1995. Rata-rata hasil pengujian kehalusan bubuk cabai yang dihasilkan dari alat
pengering dan penggiling cabai merah yang telah dibangun adalah 95% lolos ayak
dari ayakan mesh nomor 40. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk menghasilkan
bubuk cabai merah sesuai SNI 01-3709-1995 (minimal 90 % lolos ayak mesh nomor
40) menggunakan alat pengering dan penggiling cabai merah yang telah dibangun
adalah 30 menit. Bubuk cabai yang digiling dari alat yang telah dibangun dapat 100%
lolos ayak mesh nomor 40 jika penggilingan dilakukan lebih lama, tetapi pada
penelitian ini masih dibatasi pada waktu minimal penggilingan untuk mencapai
kehalusan bubuk cabai sesuai SNI 01-3709-1995. Semakin lama proses penggilingan
yang dilakukan akan menambah energi yang digunakan dan menambah biaya
bubuk cabai merah. Lama penggilingan pada setiap ulangan dapat dilihat pada
Lampiran 7.
Rata-rata kadar air bubuk cabai yang dihasilkan adalah 9,7%. Kadar air bubuk
cabai yang dihasilkan pada alat yang telah dibangun lebih kecil dari 12%bb dan
memenuhi standar bubuk rempah-rempah yang ada pada SNI 01-3709-1995 (dapat
dilihat pada Tabel 2). Rata-rata kadar air yang dihasilkan pada setiap ulangan dapat
Rendemen
cabai yang dihasilkan dalam satuan persen (%). Rendemen cabai merah yang
digunakan pada penelitian ini untuk menghasilkan bubuk cabai dengan menggunakan
alat pengering dan penggiling cabai merah yang telah dibangun dilakukan terbagi
penggilingan. Dari 1 kg cabai segar yang digunakan, massa cabai rata-rata setelah
pengeringan menggunakan alat yang sudah dibangun adalah 0,31 kg (31%). Dari 0,31
kg cabai kering hasil pengeringan dengan alat yang dibangun, rata-rata rendemen
bubuk cabai yang dihasilkan adalah 0,197 kg (63,5%). Massa cabai kering dan bubuk
cabai yang dihasilkan pada setiap ulangan dapat dilihat pada Lampiran 9.
Rasa
yang dihasilkan. Rasa produk yang dihasilkan akan mempengaruhi daya beli dalam
jangka panjang. Produk dengan warna dan aroma menarik merupakan daya tarik
pertama konsumen untuk membeli, tetapi ketika rasa tidak diperhatikan, produk yang
dihasilkan tidak ada peminatnya karena kalah saing dengan produk sejenis. Rata-rata
dari rasa cabai bubuk yang dihasilkan dari alat yang dibangun adalah 3,457 (cukup
suka). Panelis yang digunakan untuk menguji karakteristik bubuk cabai yang
dihasilkan adalah panelis tidak terlatih. Panelis yang menilai bubuk cabai berjumlah
Warna
Salah satu hal yang dilihat oleh konsumen pada saat membeli suatu produk
adalah tampilannya seperti warna dari produk yang akan dibeli. Warna produk
tingkat kesukaan panelis terhadap warna bubuk cabai merah adalah 3,68 (suka).
Warna bubuk cabai yang dihasilkan dari pengujian alat yang dibangun disukai oleh
Aroma
Jika produk yang dijual dapat dicium aromanya maka konsumen akan
membeli produk dengan aroma yang tidak menyimpang dari seharusnya. Produk
yang dijual tidak dapat diketahui aromanya secara langsung jika dibungkus dengan
kemasan. Kemasan dan warna produk yang menarik merupakan kesan pertama
konsumen untuk membeli produk dalam kemasan, tetapi jika aroma produk tersebut
berbau tidak sedap, maka produk tersebut tidak akan dikonsumsi dalam jangka
panjang yang menyebabkan konsumen tidak lagi membeli produk itu walaupun
kemasan dan warna produknya bagus, untuk itu aroma dari produk yang dihasilkan
penting untuk diperhatikan. Rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap aroma bubuk
cabai merah yang dihasilkan adalah 3,25 (netral). Aroma bubuk cabai yang diuji
memiliki aroma yang netral, tidak tengik atau berbau dan disukai oleh panelis karena
aromanya dapat diterima oleh alat indra penciuman, dari tes aroma ini bubuk cabai
yang dihasilkan dapat dipasarkan karena memiliki aroma yang tidak menyimpang.
Kepedasan
menyebabkan rasa pedas pada cabai. Masyarakat Indonesia ada yang menyukai
makanan pedas da nada juga yang tidak menyukai makanan pedas. Tingkat toleransi
kepedasan bubuk cabai merah dari alat yang telah dibangun adalah 3,057 (cukup
pedas). Panelis yang digunakan pada pengujian bubuk cabai adalah panelis tidak
terlatih. Pemilihan panelis tidak terlatih dilakukan secara acak sehingga tidak dapat
diketahui apakah panelis yang menguji bubuk cabai sensitif terhadap kepedasan atau
tidak. Dari hasil pengujian terhadap rata-rata kepedasan bubuk cabai, didapat
Analisis Ekonomi
dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini, dengan adanya analisis ekonomi
dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat
diperhitungkan. Dari analisis ekonomi yang dilakukan (Lampiran 10) diperoleh biaya
untuk memproduksi bubuk cabai pada alat yang telah dibangun adalah Rp
10.449,572 yang merupakan hasil perhitungan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap
terhadap kapasitas alat yang telah dibangun. Biaya tetap dan biaya tidak tetap dari
cabai minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih
diperoleh nilai BEP yang harus dicapai untuk mendapatkan keuntungan pada saat
memproduksi bubuk cabai adalah minimal 33,09 kg/tahun. Jika alat ini memproduksi
kurang dari 33,09 kg/tahun maka usaha yang dijalankan akan mengalami kerugian.
analisis financial dengan kriteria investasi. Net present value adalah kriteria yang
digunakan untuk mengukur suatu usaha layak atau tidak untuk di komersilkan. Pada
alat yang telah dibangun besar nilai NPV pada suku bunga 5% (tingkat suku bunga
BI pada bulan Mei 2020) adalah NPV 5% adalah Rp 74.541.690,60. Besar nilai NPV
pada suku bunga 5% lebih besar dari 0, hal ini berarti usaha pembuatan bubuk cabai
merah layak untuk dijalankan. Besar nilai NPV pada suku bunga coba-coba sebesar
8% adalah Rp 300.478.663,7. Nilai NPV 8% lebih besar dari 0, hal ini berarti usaha
(umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu dalam
analisis perhitungan pada Lampiran 6 diperoleh nilai IRR 8,596%. Nilai IRR yang
dihitung menjelaskan bahwa pada tingkat suku bunga pada bulan Mei tahun 2020
sebesar 5% usaha ini layak dijalankan. Usaha pembuatan bubuk cabai akan
mengalami keuntungan jika suku bunga bank reaktif tidak lebih dari 8,596%.
Diperlukan perbandingan analisis alat yang dirancang dengan alat yang sudah
alat yang sudah dibangun dan memberikan output berupa saran serta rekomendasi
dilakukan pengujian, alat ini memiliki rata-rata suhu pengering 40,027 C sehingga
suhu ruang pengering diduga karena panas dari heater tidak terisolasi dan
terdistribusi dengan baik. Panas yang dihasilkan heater lebih terdistribusi pada bagian
tutup daripada ruang pengering, sehingga bagian tutup lebih panas daripada bagian
bawah ruang pengering yang mengakibatkan cabai pada bagian bawah tidak
Posisi lubang output uap air yang berada di bagian bawah ruang pengering
merujuk lamanya proses pengeringan dengan sistem output udara panas berada di
bagian atas, berbeda dengan alat pengering dan penggiling cabai merah yang
dirancang pada penelitian ini yang didesain memiliki output uap air pada bagian
bawah. Uap air cabai merah pada bagian atas harus melalui cabai merah pada bagian
bawah untuk menuju lubang output sehingga diduga adanya akumulasi uap air pada
bagian bawah dibuktikan dengan bedanya suhu dan RH pada bagian atas dan bawah.
awalnya alat ini dirancang dengan kecepatan dinamo 1.400 rpm, setelah alat dibangun
kecepatan rpm dinamo yang digunakan adalah 11.000 rpm, adanya perubahan ini
dikarenakan ketidaktersediaan dinamo dengan berat dan dimensi yang sesuai dengan
alat yang dirancang. Perubahan kecepatan rpm ini berdampak positif terhadap alat
karena semakin cepat rpm yang digunakan, waktu yang dibutuhkan untuk menggiling
Kesimpulan
1. Kapasitas alat pengering dari alat yang telah dibangun adalah 0,0133
kg/jam.
6. Kehalusan bubuk cabai merah yang dihasilkan adalah 95% lolos ayakan
9. Uji organoleptik dari rasa, warna. aroma, dan kepedasan dari bubuk cabai
pedas.
10. Alat pengering yang telah dibangun layak untuk dijadikan peluang usaha
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut performa alat yang telah dibangun
air.
DAFTAR PUSTAKA
Arbi, A. S. 2003. Daya terima, Preferensi dan Karakterisasi Atribut Mutu Sensori
Pemilihan Produk Kerupuk. Bogor: Thesis Program Pasca Sarjana IPB.
Brenann, J. G. 2006. Food Processing Hand Book. WILEY-VCH Verlag GmbH &
Co. KGaA, Weinheim, Germany.
Departemen Kesehatan RI. 1981. Kandungan dan Nilai Gizi Buah dan Sayur-sayuran.
Jakarta.
Erlina, D. M. dan I. Tazi. 2009. Uji Model Alat Pengering Tipe Rak dengan Kolektor
Surya (Studi Kasus untuk Pengeringan Cabai Merah (Capsium anuum var.
L)). http://portalgaruda.org. [Diakses pada tanggal 29 Desember 2019].
Hossain, M. A., Bala, B. K. Geometric dimensions, density, and specific heat of chilli
as a function of moisture content. International Journal of Food Properties,
2(2):175-183.
Kemendag. 2019. Analisis Perkembangan Harga Bahan Pokok di Pasar Domestik dan
Internasional. Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri Badan Pengkajian
dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan Republik
Indonesia.
Purwono, 2002. Penggunaan Brix Untuk Menduga Rendemen Nyata di Pabrik Gula
Putih Mataram, Lampung. Divis R & D PG GPM.
Smith, H. P. dan L. H. Wilkes. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gajah Mada
University-Press.Yogyakarta.
Surdia, T. dan S. Saito. 1995. Pengetahuan Bahan Teknik. Pradnya Paramita. Jakarta.
Mulai
Pembuatan
Alat
Uji Performa
Alat
Tidak
Performa Alat
- Kapasitas Efektif Alat
- Rendemen
- Kadar Air bubuk
- Kehalusan bubuk
- Uji Organoleptik bubuk
-..KA = <10% ?
-..Kehalusan = Lulus Ayakan No. 40 ?
-..Uji Organoleptik = suka?
ya
Selesai
Dimensi alat pengering dan penggiling cabai meliputi diameter tabung ruang
pengering, panjang tabung dan diameter mata pisau. Untuk mengetahui volume
Keterangan:
= 83.84 +2.55 Mw
= 313,34 kg/m3
V =
Keterangan:
m = massa cabai
V =Volume tabung
V =
V = 3.191,42 cm3
Qd = Qt + Qw + Ql
Keterangan :
Qt = mt Cp (Td T a)
Keterangan:
Cp cabai pada kadar air 90% adalah 4,4506 kJ/kg K (Hossain dan Bala,1999)
Qt = mt Cp (Td T a)
Qt = 146, 8698 kJ
Keterangan:
Qw = 124, 146 kJ
Ql = mah hfg
Keterangan:
Ql = mah hfg
Ql = 2.084,79 kJ
mat = mt Wa
mkb = mt
maa =
Keterangan :
mkb = 1 kg
mkb = 0,1 kg
maa =
-
maa =
maa = 0,0869 kg
mat = mt Wa
mat = 0,9 1 kg
= 0,9 kg
= 0,9 kg – 0,0869
= 0,8131 kg
Qd = Qt + Qw + Ql
P =
P =
P = 117,8 kJ/jam
P = 32,722 watt
T dinamo =F r
P dinamo =2 Tdinamo
Keterangan:
Perhitungan energi pengeringan dan kebutuhan daya secara real pada saat
penelitian
Qd = Qt + Qw + Ql
Keterangan :
Qt = mt Cp (Td T a)
Keterangan:
Cp cabai pada kadar air 90% adalah 4,4506 kJ/kg K (Hossain dan Bala,1999)
Qt = mt Cp (Td T a)
Qt = 58,6455 kJ
Keterangan:
Qw = 41,0356 kJ
Ql = mah hfg
Keterangan:
Ql = mah hfg
Ql = 1.864,212 kJ
mat = mt Wa
mkb = mt
maa =
Keterangan :
mkb = 1 kg
mkb = 0,2464 kg
maa =
-
maa = 90,28%
maa = 0,026528 kg
mat = mt Wa
mat = 0,7536 1 kg
= 0,7536 kg
= 0,7536 kg – 0,026528
= 0,727072 kg
Qd = Qt + Qw + Ql
P =
.
P =
P = 27,278 kJ/jam
P = 7,578 watt
T dinamo =F r
P dinamo =2 Tdinamo
Keterangan:
Kebutuhan energi listrik selama pengeringan pada alat yang telah dibangun
QP =P t
Keterangan:
QP = 2.376 watt.jam
QR = P .t
Keterangan:
QR =P t
QR = 150 watt.jam
Etotal = QP + QR
= 2526 watt.jam
Laju
KA yang
Lama Pengeringan (Jam) KA (%bb) Pengeringan
diuapkan (%bb)
(%bb/jam)
0 75,36 0 0
5 74,50 0,85 0,17
10 69,40 5,10 1,02
15 65,82 3,58 0,72
20 63,99 1,82 0,36
25 59,66 4,32 0,87
30 54,98 4,68 0,94
35 47,06 7,92 1,58
40 45,58 1,47 0,29
45 30,32 15,26 3,05
50 29,99 0,32 0,06
55 19,84 10,15 2,03
60 16,49 3,35 0,67
65 13,75 2,74 0,55
70 11,76 1,99 0,39
75 9,72 2,04 0,40
Wdot
Wdot
= 0,88133 %bb/jam
KA penggering =
KA penggiling =
KA penggering =
KA penggering =
KA penggiling =
KApenggiling =
Distribusi suhu
Rata-rata
Lama Atas Atas Atas Bawah Bawah Bawah
Ruang Suhu
Pengeringan Kanan Tengah Kiri Kanan Tengah Kiri
Pengeringan
0 29,600 30,700 30,233 30,333 30,300 30,100 30,433 30,350
5 29,633 39,600 37,767 37,333 37,633 33,033 33,867 36,539
10 29,633 39,100 42,900 37,700 35,933 35,400 35,333 37,728
15 29,300 40,833 44,833 39,067 37,700 35,333 34,767 38,756
20 29,567 41,567 42,300 39,367 38,467 36,700 34,933 38,889
25 29,667 39,900 45,267 40,167 38,233 37,233 36,867 39,611
30 29,700 41,067 46,933 39,733 37,533 38,200 37,300 40,128
35 29,733 44,400 48,467 39,700 38,167 37,267 36,500 40,750
40 29,500 41,033 52,833 39,667 38,067 36,833 35,833 40,711
45 29,733 41,533 49,867 42,300 39,067 38,900 38,267 41,656
50 29,833 41,500 58,200 40,567 38,833 38,967 35,700 42,294
55 29,500 43,867 50,933 41,333 39,833 39,733 38,567 42,378
60 29,667 43,400 45,267 43,700 40,800 39,833 39,467 42,078
65 29,867 42,933 58,067 42,503 40,200 40,100 39,933 43,956
70 29,933 41,967 50,000 43,900 40,100 40,700 39,733 42,733
75 29,650 41,650 47,450 44,650 40,050 39,500 38,000 41,883
Rataan 40,027
Distribusi RH
Lama
Atas Atas Atas Bawah Bawah Bawah
Pengeringan Ruang Rata-rata
Kanan Tengah Kiri Kanan Tengah Kiri
(Jam)
0 79,000 88,667 93,333 90,667 87,000 92,000 91,333 90,500
5 80,333 46,667 58,000 56,333 52,333 82,333 71,667 61,222
10 80,000 46,333 42,333 50,667 59,000 63,333 62,330 53,999
15 77,333 39,000 37,667 45,667 50,667 67,333 61,667 50,334
20 77,667 37,000 43,333 44,000 48,000 57,333 61,667 48,556
25 77,667 41,000 34,000 40,333 54,333 50,667 52,333 45,444
30 78,000 38,000 31,667 41,333 48,333 47,667 50,667 42,945
35 77,333 37,333 26,000 42,000 47,667 52,333 56,667 43,667
40 79,667 38,333 22,667 36,000 48,000 51,667 58,667 42,556
45 78,667 37,333 24,000 39,667 44,000 47,333 47,333 39,944
50 74,000 37,333 16,667 35,000 44,333 52,333 58,667 40,722
55 76,000 31,667 18,667 30,000 40,667 40,667 43,000 34,111
60 77,000 32,000 29,000 30,667 39,000 40,667 43,000 35,722
65 74,667 32,333 16,000 32,333 39,000 38,333 39,667 32,944
70 76,333 34,000 24,667 32,667 35,667 37,667 40,667 34,223
75 74,000 32,500 24,000 27,500 37,500 38,000 43,000 33,750
Lampiran 8. Kadar air bubuk cabai yang dihasilkan pada setiap ulangan
Massa akhir
Massa awal bubuk bubuk cabai
Ulangan Ke- cabai sebelum dioven Kadar Air (%bb)
(gr) setelah dioven
(gr)
I 5 4,515 9,7
II 5 4,485 10,3
III 5 4,545 9,1
Rata-rata 9,7
Unsur Produksi
8. Kapasitas alat = 1 kg
( -
BP =
( p . . - p .
BP =
BP = Rp 198.000/tahun
( (
I =
( . . (
I = (
I = Rp 46.200/tahun
Total biaya tetap untuk pengeringan = Biaya penyusutan + Bunga modal dan
asuransi
( -
BP =
( p . - p .
BP =
BP = Rp 72.000/tahun
( (
I =
( . (
I = (
I = Rp 16.800/tahun
Total biaya tetap untuk penggilingan = Biaya penyusutan + Bunga modal dan
asuransi
Total biaya tetap dari alat yang dibangun = total biaya pengeringan + total biaya
penggilingan
= Rp 333.000
Biaya reparasi/perbaikan
( -
Biaya reparasi =
( p . . - p .
Biaya reparasi =
.
= Rp 4,068/jam
Biaya listrik
= 171,704/jam
= Rp 5.175,772/jam
Biaya tidak tetap untuk penggilingan
Biaya reparasi/perbaikan
( -
Biaya reparasi =
( p . - p .
Biaya reparasi =
= Rp 71/jam
Biaya listrik
= Rp 202,8/jam
= Rp 5.274/jam
Total biaya tidak tetap dari alat yang dibangun = total biaya tidak tetap pengeringan
+ total biaya tidak tetap penggilingan
= Rp 10.449,572
Biaya Produksi
= Rp 70,107/kg
= Rp 4.175/kg
produksi penggilingan
= Rp 4.245,107
= Rp 754/jam
= Rp 10,047/kg
= Rp 548,145/jam
= Rp 339,851/kg
= Rp 349,898/kg
= Rp 68,84/kg
= Rp 3.270/kg
barang ataupun jasa yang akan dijual merupakan kebijakan perusahaan dengan tetap
barang dan jasa tidak terikat dengan suatu ketentuan khusus melainkan melalui suatu
sistem kebijakan dari strategi pasar dari perusahaan tersebut. Berdasarkan pendapat
Waldiyono (2008) pada perhitungan analisis yang dilakukan, usaha pembuatan bubuk
cabai merah dirancang agar memperoleh keuntungan sebesar 300% dari modal awal
setiap kg bubuk cabai yang dihasilkan, maka keuntungan setiap kg bubuk cabai yang
dihasilkan adalah
= Rp 10.449,572
Alat akan mencapai break event point jika alat telah menghasilkan bubuk
cabai sebanyak:
JP = `
.
JP =
.
= 33,09 kg/tahun
= Rp 18.918.815,629/tahun
= Rp 6.278.067,168/tahun
- Investasi : Rp 1.500.000
- Pendapatan : Rp 18.918.815,629/tahun
- Pembiayaan : Rp 6.278.067,168/tahun
Cash in flow 5%
= Rp 18.918.815,629× 4,329
= Rp 81.899.552,858
= Rp 150.000 × 0,7835
= Rp 117.525
1. Investasi = Rp 1.500.000
= Rp 6.278.067,168 × 4,329
= Rp 27.177. 753
= Rp 81.899.670,383– Rp 7.357.979,782
= Rp 74.541.690,601
Cash in flow 8%
= Rp 81.899.552,858 × 3,992
= Rp 326.943.015,01
= Rp 150.000 × 0,680583
= Rp 102.087,45
1. Investasi = Rp 1.500.000
= Rp 6.278.067,168 × 3,9927
= Rp 25.0066.438,782
= Rp 300.478.663,7
Jadi besar nilai NPV 5% adalah Rp 74.541.690,601 0 maka usaha ini layak
Keterangan:
. .
IRR = 8% (8% 5%)
. . . .
IRR = 8,596%
Panelis-
Ke Rasa Warna Kepedasan Aroma
1 3 2 3 3
2 3 3 3 4
3 3 4 3 3
4 4 3 3 4
5 4 4 3 4
6 3 4 3 4
7 3 4 3 3
8 3 4 4 3
9 4 3 4 3
10 4 3 3 3
11 3 3 4 4
12 4 3 5 3
13 4 3 3 4
14 4 5 2 4
15 4 5 2 4
16 3 3 3 3
17 4 4 5 4
18 3 4 4 4
19 4 5 5 4
20 3 5 3 3
21 3 5 3 3
22 3 3 2 2
23 2 4 3 4
24 5 4 3 3
25 4 5 3 4
26 4 4 1 3
27 4 4 2 3
28 4 4 3 4
29 4 3 2 3
30 2 3 4 2
31 5 4 3 3
32 2 3 2 3
33 3 3 3 2
34 3 3 3 2
35 3 3 2 2
Rerata 3,457143 3,685714 3,057142857 3,257143
Keterangan:
Untuk penilaian terhadap rasa dan warna: 5 (sangat suka), 4 (suka), 3
(cukup), 2 (tidak suka), dan 1 (sangat tidak suka). Untuk kepedasan: 5
(sangat pedas), 4 (pedas), 3 (cukup pedas), 2 (tidak pedas), dan 1 (sangat
tidak pedas). Untuk aroma: 4 (harum), 3 (netral), 2 (tengik), 1 (sangat
tengik).