Anda di halaman 1dari 25

Makalah Pendidikan Kewarganegaraan

“Negara Dan Konstitusi”


Dosen Pengampu : Dra. Nurliani Manurung, M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 4 PSM 2020 A

Aji Wibowo Ambang Ismail 4203230015


Desi Situmorang 4202530001
Jerry Simamora 4203230035
M. Asro Yusro 4203230009

PRODI MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas Makalah
kelompok 4 yang berjudul “Negara dan Konstitusi”. Adapun tugas ini dibuat untuk
memenuhi tugas Makalah Kelompok untuk mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan . Penyusun juga berterima kasih kepada Ibu Dra. Nurliani
Manurung, M.Pd. yang sudah memberikan bimbingan dan saran dalam terwujudnya
makalah ini.
Makalah ini telah kami susun sebaik mungkin dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak maupun sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen yang telah
memberikan materi, serta kami juga berterimakasih kepada orang tua dan semua
pihak yang telah mendukung dalam pengerjaan makalah ini sehingga tugas ini dapat
terselesaikan tepat waktu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan pada makalah ini.
Oleh karena itu, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca guna
kesempurnaan tugas ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat serta menambah pengetahuan bagi pembaca maupun
penulis.

Medan, 21 September 2021

Penulis

Kelompok 4

i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR............................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
2.1 Konsep Negara........................................................................................2
2.2 Unsur-Unsur Negara...............................................................................3
2.3 Teori Terbentuknya Negara....................................................................5
2.4 Sifat Negara.............................................................................................7
2.5 Tujuan dan Fungsi Negara......................................................................7
2.6 Pengertian Konstitusi............................................................................11
2.7 Kedudukan Konstitusi...........................................................................13
2.8 Tujuan dan Fungsi Konstitusi...............................................................14
2.9 Sejarah Konstitusi di Indones...............................................................15
2.10 Amandemen atau Perubahan UUD NRI 1945.......................................17
BAB III PENUTUP.............................................................................................21
3.1 Kesimpulan............................................................................................21
DAFTAR PUSAKA.............................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Negara merupakan suatu bentuk organisasi yang ada dalam kehidupan


masyarakat. Pada prinsipnya setiap warga masyarakat menjadi anggota dari suatu
negara dan harus tunduk pada kekuasaan negara, karena organisasi negara sifatnya
mencakup semua orang yang ada di wilayahnya dan kekuasaan negara berlaku bagi
orang-orang tersebut. Negara konstitusional adalah suatu negara yang melindungi dan
menjamin terselenggaranya hak-hak asasi manusia dan hak-hak sipil lainnya serta
membatasi kekuasaan pemerintahannya secara berimbang antara kepentingan
penyelenggara negara dan warga negaranya.

Agar pemerintah suatu negara yang memiliki kekuasaan untuk mengatur


kehidupan masyarakat tidak bertindak seenaknya, maka ada sistem aturan yang
mengaturnya. Sistem aturan tersebut menggambarkan suatu hierarkhi atau
pertingkatan dari aturan yang paling tinggi tingkatannya sampai pada aturan yang
paling rendah. Aturan yang paling tinggi tingkatannya dalam suatu negara dinamakan
konstitusi atau sering disebut dengan undang-undang dasar, dua sebutan yang
sebenarnya tidak persis sama artinya. Dengan konstitusi diharapkan organisasi negara
tertata dengan baik dan teratur, dan pemerintah yang ada di dalamnya tidak bertindak
sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Dalam tulisan ini akan dipaparkan tentang
organisasi negara dan konstitusi yang mengatur kehidupan negara tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Negara dan Konstitusi ?
2. Seberapa penting kontitusi di negara Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan konstitusi di Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Untuk menyelesaiakan rumusan masalah yang ada
2. Untuk menyekesaikan tugas matakuliah pendidikan kewarganegaraan

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Negara


Secara historis pengertian negara berkembang sesuai dengan kondisi
masyarakat pada masa itu. Pada zaman Yunai kuno para ahli filsafat negara
merumuskan pengertian negara secara beragam. Dalam pengertian negara disebut
negara hukum yang didalamnya terdapat suatu warga negara yang ikut dalam
permusyawaratan (ecclesia), oleh karena itu Aristoteles mengartikan keadilan
merupakan syarat mutlak bagi terselenggaranya negara yang baik demi
terwujudnya cita-cita seluruh warga negaranya (Kaelan & A. Zubaidi, 2010:76).
Perkembangan selanjutnya timbul konsep “negara kerajaan”, pada zaman
renaissance, dimana pemimpinnya adlaah seorang raja yaitu sosok yang
pemimpin yang kuat. Namun, karena raja dapat menghalalkan segala caera untuk
mencapai tujuan, akhirnya timbul kekerasan dan praktik pelaksanaan kekuasaan
negar ayng otoriter sehingga berlaku hukum rimba.
Negara berbeda dengan bangsa. Jika bangsa merujuk pada kelompok orang
atau persekutuan hidup, sedangkan negara merujuk pada sebuah organisasi
sekelompok orang yang berada di dalamnya. Berikut beberapa konsep negara
oleh beberapa ahli :
 Menurut Roger H. Soltau, negara adalah sebagai alat (agency) atau
wewenang (authority) yang mengatur atau mengendalikan persoalan-
persoalan bersama atas nama masyarakat.
 Menurut Harold J. Laski, negara adalah suatu masyarakat yang
diintegrasikan karena mempunyai wewenang yabg bersifat memaksa
dan yang secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok
yang merupakan bagian dari masyarakat itu.

2
 Menurut Logeman (Sapriya et al, 2013 27-28), negara adalah suatu
organisasi kekuasaan yang dapat mengatur masyarakat denagn alat-
alat perlengkapannya sekalipun dengan paksaan.
 Menuru Miriam Budiarjo, negara adalah suatu daerah teritorial yang
rakyatnya diperintah (govermed) oleh sejumlah pejabat dan berhasil
menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang-
undangannya melalui penguasaan (kontrol) monopolitis dari
kekuasaan yang sah.

Dari beberapa pengertian negara diatas, dapat disimpulkan bahwa negara


adalah suatu organisasi tertinggi yang mempunyai wewenang untuk mengatur
bahkan dapat memaksa perihal yang menyangkut kepentingan orang banyak serta
mempunyai kewajiban-kewajiban untuk melindungi dan mensejahterakan
rakyatnya.

2.2 Unsur-Unsur Negara


Unsur-unsur terbentuknya sebuah negara sebagai berikut :
a. Unsur konstitutif adalah unsur pembentuk yang harus dipenuhi agar
terbentuk negara.
Pertama, rakyat atau warga negara yaitu orang-orang yang bertempat
tinggal di dalam wilayah suatu negara, tunduk pada kekuasaan negara
dan mendukung negara yang bersangkutan. Rakyat atau warga negara
sebagai unsur negara harus mempunyai cita-cita untuk bersatu.
Kedua, wilayah yaitu daerah yang menjadi kekuasaan negar serta
menjadi tempat tinggal bagi rakyat negara. Wilayah juga menjadi
sumber kehidupan bagi rakyat negara, mencakup darat, laut, dan
udara.
Ketiga, pemerintah yang berdaulat, yaitu penyelenggara negara yang
memiliki kekuasaan menyelenggarakan pemerintahan di negara
tersebut. Pemerintah memegang peranan penting dalam kehidupan
negara, karena pemerintah yang berwenang memutuskan dan

3
melaksanakan aspirasi-aspirasi rakyat yang biasanya dituangkan dalam
aturan-aturan yang mengikat baik bagi rakyat maupun bagi pemerintah
itu sendiri.
b. Unsur deklaratif adalah unsur yang sifatnya menyatakan, bukan
mutlak harus dipenuhi.
Pertama, tujuan negara merupakan unsur deklaratif pertama yang
menentukan arah penyelengaraan negara.
Kedua, undang – undang dasar atau konstitusi negara merupakan
perangkat peraturan yang menentukan kekuasaan dan tanggung jawab
dari berbagai alat kenegaraan.
Ketiga, pengakuan dari negara lain dimaksudkan perbuatan bebas oleh
satu negara atau lebih negara untuk mengakui keberadaan suatu
wilayah yang dihuni oleh masyarakat yang secara politis terorganisasi.

Pengakuan ada dua jenis, yaitu de facto dan de jure :


 Pengakuan de facto merupakan pengakuan atas fakta adanya suatu
negara. Pengakuan ini ada bersifat sementara dan bersifat tetap.
Bersifat sementara yang artinya pengakuan yang diberi suatu negara
tanpa melihat bertahan atau tidaknya negara tersebut di masa depan.
Bersifat tetap yang artinya pengakuan dari negara lain terhadap suatu
negara hanya bisa menimbulkan hubungan di bidang ekonomi dan
perdagangan.
 Pengakuan de jure merupakan pengakuan akan sahnya suatu negara
berdasar pertimbangan yuridis menurut hukum. Pengakuan ini ada
bersifat tetap dan bersifat penuh. Bersifat tetap yang artinya pengakuan
dari negara lain berlaku dalam jangka waktu selama-lamanya. Bersifat
penuh yang artinya terjadi hubungan antara negara yang mengakui dan
diakui hubungan seperti hubungan dagang, ekonomi serta diplomatik.

4
2.3 Teori Terbentuknya Negara
Asal mula terbentuknya sebuah negara dapat digunakan melalui pendekatan
teoritis, yaitu suatu pendekatan yang didasarkan kerangka pemikiran logis yang
hipotesanya belum dibuktikan secara kenyataan.

Table Teori Terbentuknya Negara

No. Teori Tokoh Penjelasan

1 Hukum Alam Plato dan Sebelum adanya negara, terdapat


Aristoteles sebuah wilayah kosong. Lambat laun,
di daerah kosong tersebut berdatangan
manusia. Manusia semakin banyak
sehingga terbentuklah negara.
2 Ketuhanan Agustinus, Menurut teori ini, terjadinya negara
Frederich Julius adalah karena kehendak Tuhan yang
Stahl, dan didasari atas kepercayaan bahwa
Kranenburg segala sesuatu berasal dari Tuhan dan
terjadi atas kehendak Tuhan.
3 Perjanjian Thomas Hobbes, Teori ini menyatakan bahwa sesuai
Masyarakat John Locke, JJ. dengan kodratnya, manusia tidak akan
Rousseau, dan pernah puas dengan sesuatu yang telah
Montesquie. diperolehnya. Akibatnya, manusia
akan menghalalkan segala cara untuk
memperoleh apa yang diinginkannya.
 Timbul “homo homini lupus”
yaitu manusia sebagai serigala
bagi manusia lainnya.
 Timbul hukum rimba dimana
manusia kuat yang akan
menang dan yang lemah

5
tertindas.

Untuk mengatasi masalah ini, manusia


bersatu dan mengadakan perjanjian
antar mereka untuk membentuk
sebuah (organisasi) negara dengan
tujuan menciptakan ketertiban dalam
kehidupan manusia.
Tabel Pembentukan Negara Pada Zaman Modern

No. Bentuk Penjelasan


1 Penguasaan (anexatie) Suatu negara lahir akibat penguasaan suatu
wilayah/bangsa oleh bangsa lainnya.
2 Peleburan (fusi) Suatu negara lahir akibat dari meleburnya dua
negara menjadi satu negara.
3 Pemecahan Suatu negara pecah dan membentuk negara-
negara baru. Biasanya negara induk lenyap.
4 Pemisahan diri Suatu negara terbentuk karena memisahkan
diri dari negara induknya.
5 Perjuangan atau revolusi Suatu bangsa membentuk negara merdeka
melalui proses perjuangan fisik dan non fisik
mengusir penjajah.
6 Penyerahan atau Suatu bangsa membentuk negara merdeka
pemberian (cessie) karena kemerdekaannya diberikan/diserahkan
oleh negara lain.
7 Pendudukan (occupasi) Pendudukan wilayah yang belum ada
pemerintahan sebelumnya

2.4 Sifat Negara

6
Negara memiliki sifat-sifat khusus sebagai manifestasi dari kedaulatannya
yang dimilikinya dan yang hanya terdapat pada negara saja, tidak terdapat pada
asosiasi atau organisasi lainnya.

a) Sifat memaksa artinya bahwa negara mempunyai kekuatan fisik secara


legal agar tercapai ketertiban dalam masyarakat dan mencegah
timbulnya anarki. Contoh sifat memaksa antara lain adalah setiap
warga negara wajib membayar pajak, menaati peraturan lalu lintas
serta peraturan hukum lainnya. Jika mereka melanggar hukum dan
ketentuan negara, maka aparat negara dapat memaksa warga negara
untuk tunduk pada hukum, baik dengan memberikan sanksi pidana
maupun kurungan atupun penjara.
b) Sifat memonopoli artinya penguasa, jika sifat monopoli dikaitkan
dengan negara adalah salah satu hak tunggal yang dilakukan oleh
negara untuk berbuat atau menguasai sesuatu kepentingan dan tujuan
bersama.
c) Sifat mencakup semua berarti semua peraturan perundang-undangan
yang berlaku adalah untuk semua orang tanpa kecuali.

2.5 Tujuan dan Fungsi Negara


Setiap negara pasti mempunyai tujuan-tujuan tertertu. Tujuan ini
menunjuk ke mana negara ini mau dibawa dan bagaimanakah kehidupan
rakyatnya diatur untuk mencapai tujuan ini. Untuk itulah pembahasan tujuan
negara menjadi penting dilakukan terkait dengan fungsi negara yang amat
penting pula untuk dipelajari, karena sebagaimana dikemukakan oleh F.
Isjwara (1999: 162) bahwa tujuan tanpa fungsi adalah steril dan fungsi tanpa
tujuan adalah mustahil. Tujuan inenunjuk pada ide-ide, cita-cita, sedangkan
fungsi menunjuk pada pelaksanaan dari cita-cita dalam kenyataan.
Mengenai tujuan negara ini, beberapa ahli telah mengemukakan
pendapatnya yang beragam, antara lain

7
1) Roger H. Soltau, menyatakan bahwa tujuan negara adalah memumgkinkan
rakyatnya berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya sebebas
mungkin (Miriam Budiardjo, 2001: 45).
2) Lord Shang, mengemukakan bahwa di dalam setiap negara terdapat subjek
yang selalu berhadapan dan bertentangan, yaitu pemerintah dan rakyat. Yang
satu kuat dan lainnya lemah. Pihak pemerintah harus lebih kuat daripada
rakyat. Pemerintah harus selalu berusaha lebih kuat daripada rakyat agar tidak
terjadi kekacauan dan anarki (Solly Lubis, 1990: 44).
Tujuan negara bermacam-macam, tergantung dari teori tujuan negara
in sendiri. Naning (1983:28) menjclaskan ada beberapa teori tujuan negara,
antara lsin:
Tabel Teori Tujuan Negara

No. Teori Tokoh Penjelasan


1 Kekuasaan Shang Yang, Tujuan negara untuk mencapai
Machiavelli, kekuasaan itu sendiri, tetapi
Fridriech, kekuasaan itu hanya merupakan alat
Nietrscho belaka untuk mencapai tujuan negara
yang sebenamya, yakni kebesaran
dan kehormatan.
2 Keamanan Dante Alighieri, Negara hanya sebagai alat yang
Thomas Hobbes, dibuat manusia untuk melindungi
Montesquieu, dan dirinya dari segala macam ancaman
Epicurus. dan bahaya. Didirikanaya negara
dengan maksud untuk melindungi
diri sehingga dapat tercipta
kehidupan yang aman dan sentosa.
3 Kemerdekaan Immanuel Kant. Didirikannya negara adalah untuk
Herbert Spencer, memperoleh kebanyakan lagi
dam Jean Bodin. kebebasan dan kemerdekaan.

8
4 Kesusilaan Plato Negara bertujuan untuk memajukan
kesusilaan manusia, baik sebagai
perorangan maupun makhluk sosial.
5 Kebahagiaan Hartnann, Harold Tujuan negara agar tetap memiliki
Joseph Laski, dan wilayahnya yang akan dimanfaatkan
John Suart Mill. sebesar-besarnya untuk kepentingan
masyarakat sehingga mereka dapat
hidup tentram dan bahagia.
6 Keadilan Thomas Aquinas Bahwa kekuasaan dan hukum negara
dan Aristoteles. itu anya berlaku selama ia
mewujudkan eadilan untuk kebaikan
bersama masyarakat, seperti yang
dikehendaki oleh Tuhan. Negara
menjamin kebaikan hidup warga
negaranya, karena kebaikan hidup itu
idealisme dan sekaligus tujuan
negara yang hanya dapat dicapai
dengan keadilan
7 Kesejahteraan Adam Smith Negara bertujuan untuk mewujudkan
kesejahteraan umum.

Adapun tujuan negara Republik Indonesia terdapat pada alinea ke 4


(empat) Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 adalah (1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia; (2) memajukan kesejahteraan umum; (3)
mencerdaskan kehidupan bangsa; dan (4) ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Sebagaimana dikemukakan di atas, tujuan menunjuk pada ide-ide,
citacita, sedangkan fungsi menunjuk pada pelaksanaan dari cita-cita dalam
kenyataan. Oleh karenanya fungsi negara tentunya juga menunjuk pada

9
pelaksanaan dari cita-cita negara dalam kenyataannya. Fungsi yang
secaraumum pasti dimiliki olch setiap negara dewasa ini sebagaimana
dikemukakan
1. Melaksanakan penertiban untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah
bentrokan-bentrokan yang terjadi dalam masyarakat, maka negara harus
melaksanakan penertiban oleh Miriam Budiardjo (2001: 46) adalah:
2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
3. Pertahanan. Hal ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan serangan dari
luar. Untuk itu negara dilengkapi dengan alat-alat pertahanan.
4. Menegakkan keadilan. Hal ini dilaksanakan melalui badan-badan peradilan
Namun mengenai fungsi negara ini pun ada beberapa ahli yang telah
mengemukakan pendapatnya, antara lain (F. Isiwara, 1990 172-182):
1. Jacobses das Lipmass mengenukakan bahwa fungsi negara dibedakan
dalam a Fungsi esensial, yaitu fungsi yang diperlukan dersi kelanjutan
negara dan meliputi pemeliharaan angkatan perang untuk pertahanan
terhadap serangan dari luar ataupun untuk menindak pergolakan dajam
neperi, pemeliharaan angkatan kepolisian untuk menanggulangi kejahatan,
pemeliharaan pengadilan, untuk mengadili pelanggar hukum, mengadakan
hubungan luar negeri, mengadakan pemungutan pajak, dan sebagainya b.
Fungsi jasa ialah seluruh aktivitas yang mungkin tidak akan ada apabila
tidak diselenggarakan olch negara, misalnya pemeliharaan fakir miskin,
pembangunan jalan-jalan, jembatan, dan sebagainya b. Fungsi permiagaan
ialah fungsi yang dapat diselenggarakan oleh individu dengan motif untuk
memperoleh laba apabila fungsi ini tidak dilaksanakan sendiri oleh negara
Contohnya janinan sosial, pencegahar pengangguran, perlindungan
deposito di bank, dan sebagainya.
2. Lloyd Vernon Ballard mengemukakan bahwa fungsi negara ialah
menciptakan syarat-syarat dan perhubungan-perhubungan yang
memuaskan dan konstrukif bagi semua warga negara. Oleh karenanya
secara sosiologis, fungsi negara itu ada empat golongan besar, yaitu:

10
a. Fungsi social conseration dari nilai-nilai sosial yang sangat penting bagi
suatu tertib politik dan sosial, seperti misalnya mempergiat tata tertib
interm dengan jalan menyelesaikan pertkaian-pertikaian antar warga
negara dan melindungi jiwa dan harta benda warga negara, menjalin
hubungan dengan negara lain, pertahanan terhadap serangan dari luar,
penyelenggaraan ke:dilan sosial, dan lain-lain.
b. Fungsi social control, yaitu mendanaikan, menyesuaikan dan
mengkoordinir sikap-sikap kelompok yang berselisih atau bersaing.
c. Fungsi social amelioration yang berhubungan dengan kelompok.
kelomipok yang dirugikan, misalnya usaha-usaha meniadakan
kemiskinan, pemeliharaan orang-orang cacat.
d. Fungsi social improvement, yaitu perluasan bidang hidup dari segenap
kelompok, seperti pengajaran dan pendidikan umum, mengembangkan
kesenian, mengadakan penyelidikan-penyelidikan ilmiah, dan research.
Menurut Ballard perubahan-perubahan sosial juga mempengaruhi
pergeseran fungsi-fungsi negara tersebut.
2.6 Pengertian Konstitusi
Konstitusi merupakan hukum dasar suatu negara. Setiap negara pasti
memiliki konstitusi. Karena tanpa adanya konstitusi negara tidak mungkin
terbentuk. Sebagai hukum dasar negara, kostitusi berisi aturan dan ketentuar
tentang hal-hal yang mendasar dalan kehidupan suatu negara. Jadi segala
praktik-praktik dalam penyelenggaraan negara harus didasarkan pada
konstitusi dan tidak boleh bertentangan dengan konstitusi tersebut.
Konstitusi bisa dipersamakan dengan hukum dasar atau undang-
undang dasar. Undang-Undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis. Dalam
bahasa Belanda istilah konstitusi di kenal dengan istilah "ground wet" yang di
terjemahkan sebagai undang-undang dasar. Dalam bahasa Indonesia, "wet" di
terjemahkan sebagai undang-undang, dan "ground" yang berarti tanah. Di
negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris digunakan istilah
constitution yang diartikan kedalam bahasa Indonesia menjadi konstitusi.
Pengertian konstitusi dalam praktik mempunyai pengertian lebih luas dari
undang-undang dasar.
Istilah konstitusi (constitution) dengan Undang-Undang Dasar
Gronwer), menurut Van Apeldoorn memang berbeda. Constitution

11
(konstitusi) membuat yang tertulis maupun yang tiuak tertulis, sedangkan
grorwer ( Undang-Undang Dasar) merupakan bagian yang tertulis dari suatu
konstitusi. Sedangkan kalau menurut Sri Soenantri konstitusi dengan Undang-
Undasg Dasar memiliki arti yang sama. Hal ini sesuai dengan praktik
ketatanegaraan di sebagian besar negara-negara dunia, termasuk juga
Indonesia (Tukiran Taniredja et al, 2017:50).
Pendapat ini sejalan dengan K.C. Wheare yang secara gais besar
membagi konstitusi menjadi dua bagian, yaitu konstitusi yang semata-mata
berbicara sebagai naskah hukum suatu ketentuan yang mengatur "the rule of
the constitution", dan konstitusi yang bukan saja mengatur ketentuanketentuan
hukum, tetapi juga mencantumkan ideologi, aspirasi, dan cita-cita politik, the
statement of idea, pengakuan kepercayaan, suatu beloofsbelijdenis dari bangsa
yang menciptakannya (Pasha, 2002:69).
Menurut Jinly Asshiddiqie (2005) menjelaskam balswa ke dalamt
kossep konstiusi itu tercakup juga pengertian peraturan tertulis, kebiasaan dan
konvensi-konvensi kenegaraan (ketatanegaraan) yang menentukan susunan
dan kedudukan organ-organ negara itu dan mengatur hubungan orgal-organ
nepara tersebut dengan warga negara. Hermann Heller mengemukakan tiga
pengertian konstitusi, yaitu:
1. Die poltische verossung ais gesellschafilich wirklichkelt. Konstitusi dilihat
dalam arti politis dan sosiologis sebagai cermin kehidupan sosial politik. yang
nyata dalan masyarakat
2. Die verselbsandigte rechtsverfassung. Konstitusi dilihat dalam arti yuridis
sebagai suatu kesatuan kaidah hukum yang hidup dalam masyarakat.
3. Die guschresben verfassung. Konstitusi yang tertulis dalam suatu naskalh
undang-undang dasar seuagai hukum yang tertinggi yang berlaku dalam suatu
negara (Kusnardi & Ibrahim, 1988:65)
Lebih lanjut menurut Winamo (2008) konstitusi dapat diartikan dalan
arti luas dan sempit, sebagai berikut:
1) Konstitusi dalamı arti luas meliputi hukum dasar tertulis dan tidak tertulis.
2) Konstitusi dalam arti sempit adalah hukum dasar tertulis yaitu
undangundang dasar.Dalam pengertian imi undang-undang dasar merupakan
konstitusi atau hukum dasar yang tertulis.
Dari berbagai pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan pengertian
konstitusi yaitu seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan tentang
bagaimana pemerintah dijalankan. Oleh karena itu aturan atau hukum yang
terdapat dalam konstilusi mengatur hal-hal yang sangat mendasar dari suatu
negara, maka konstitusi dapat dikatakan sebagai aturan atau hukum dasar
yang dijadikan pedoman dalan penyelenggaran suatu negara.

12
2.7 Kedudukan Konstitusi
Konstitusi menempati kedudukan yang sangat penting dalam
kehidupan ketatanegaraan suatu negara karena konstitusi menjadi barometer
kehidupan bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah
perjuangan para pendahulu. Meskipun konstitusi yang ada di dunia ini
berbeda-beda baik dalam hal tujuan, bentuk dan isinya, tetapi umumnya
mereka menpunyai kedudukan formal yang sama, yaitu sebagai:
1. Konstitusi sebagai hukumn dasar, karena ia berisi aturan dan ketentuan
tentang hal-bal yang mendasar dalam kehidupan suatu negara
2. Konstitusi sebagai hukum tertinggi, artinya bahwa aturan-aturan yang
terdapat dalam konstitusi, secara hierarki mempunyai kedudukan lebih tinggi
terhadap aturan-aturan lainnya, sehingga aturan-aturan yang lain barus sesuai
dengan undang-undang dasar.
Si Sumantmi (Tikok, 1988: 115) menyatakan bahwasanya tidak ada
satu negara pun di dunia sekarang ini yang tidak mempunyai konstitusi atau
undang-undang dasar. Konstitusi menurut sejarahnya dimaksudkan untuk
menentukan batas wewenang penguasa, menjamin hak rakyat, dan mengatur
jalannya pemerintahan.
Pada umurmnya uadang-undang dasar atau konstitusi menurut Sri
Sumantri (Tikok, 1988: 141) berisi tiga hal pokok yaitu (I) adanya jaminan
terhadap bak-bak asasi manusia dan warga negara, (2) ditetapkannya susunan
ketatanegaraan yang bersifat fundamental; dan (3) adanya pembagian dan
pembatasan tugas negara yang bersifat fundamental.
Astim Riyanto (Nurwardani, 2016: 95) menjelaskan Seorang ahli
konstitusi berkebangsaan Jepang Naoki Kobayashi mengemukakan bahwa
undang-undang dasar membatasi dan mengendalikan kekuasaan politik untuk
nenjamin hak-hak rakyat. Melalui fungsi ini undang-undang dasar dapat
memberi sumbangan kepada perkembangan dan pembinaan tatanan politik
yang denokratis.
Setiap kekuasaan pasti memiliki kecenderungan untuk berkenbang
menjadi sewenang-wenang, seperti dikemukakan olch Lord Acton: "Power
tends to corrupt, and absolute power corrupis absolutely”. Inilah alasan
mengapa diperlukan konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bemegara
Indonesia, yakni untuk membatasi kekuasaan pemerintah agar tidak
memerintah dengan sewenang-wenang.

2.8 Tujuan dan Fungsi Konstitusi

13
Pada hakikatnya sebuah konstitusi harus memuat secara ketat
materimatei yang secara substansial harus ada pada sebuah konstitusi.
Menurut Konstitusi Miriam Budiardjo. (Nuruddin Hady, 2010) menjelaskan
setiap undang-undang dasar memuat ketentuan-ketentuan mengenai hal-hal
sebagai berikut:
1. Onganisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif
eksekutif, dan yudikatif, pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan
pemenintab negara bagian, prosedur menyelesaikan masalah pelanggaran
yunstiksi olch salah satu badan pemerintah dan sebagainya.
2. Hak-hak asasi manusia
3. Prosedur mengubah Undang-Undang Dasar.
4. Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari Undang
Undang Dasar.
Berkaitan dengan tujuan dari konstitusi, Muarice Hauriou menyatakan
bahwa tujuan konstitusi adalah untuk menjaga keseimbangan antara ketertiban
(onder), kekuasaan (gezag), dan kebebasan (vrijheid) (Asshiddigie, 2005)
Menurut Jimly Asshiddiqie (Winamo, 2008) konstitusi memiliki
beberapa fungsi sebagai berikut
1. Fungsi penentu atau pembatas kekuasaan negara
2. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara.
3. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antara organ dengan warga negara.
4. Fungsi pembari atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun
kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara.
5. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang
asli (yang dalam sistem demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara
6. Fungsi simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu (symbol of unity)
7. Fungsi simbolik sebagai ujukan identitas dan keagungan kebangsaan
(identiry of nation)
8. Fungsi simbolik sebagai pusat upacara (center of ceremony).
9. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social contro), baik dalam
arti sempit yaitu bidang politik dan dalam arti luas mencakup bidang sosial
ekonomi.
10. Fungsi sebagai saraua perekayasaan dan pentbaruan ntasyarakat (social
engineering atau soctal reform) baik dalam arti seauyit saspon daiam arti luas.

2.9 Sejarah Konstitusi di Indones


Undang-Undang Dasar memegang peranan yang penting bagi
kehidupan suatu negara, terbukti dari kenyataan sejarah Indonesia sendiri,

14
ketika pemerintah militer Jepang berjanji akan memberikan kenerdekaan
kepada rakyat Indonesia melalui Perdana Menteri Koiso yang diucapkan pada
tanggal 7 September 1944, maka dibentuklah badan yang bermama Dokuritsu
Zyunbi Choasakai atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKD) pada tanggal 29 April 1945 yang diketuai
oleh Dr. Radinan Wedyodiningrst dan Ketua Muda R.P. Soeroso, yang
tugasnya menyusun dasar Indonesia merdeka.
Para anggota BPUPKI yang dilantik pada tanggal 28 Mei 1945
bersidang dalam dua tahap. Pertama, dari tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 untuk
menetapkan dasar negara dan berhasil merumuskan Pancasila yang didasarkan
pada pidato anggota Ir. Sockarno pada tanggal 1 Juni 1945. Kedua, dari
tanggal 10-17 Juli 1945 yang berhasil membuat undang-undang dasar. Pada
tanggal 22 Juni 1945 diadakan pertemusan antara gabungan pabam
kebangsaan dan golongan agama yang nempersoalkan bubungan antara agama
dengan negara. Dalam rapat tersebut dibentuk panitia sembilan, panitia
sembilan berthasil membuat rancangan preambule (pembukaan) bukum dasar,
yang oleh Mr. Moh. Yamin disebut dengan istilah Piagam Jakarta (Jakra
Charer).
Pada tanggal 14 Juli 1945 pada sidang kedua BPUPKI, setelah melalui
perdebatan dan perubahas, teks permyataan Indonesia merdeka dan teks
pembukaan UUD 1945 diterima oleh sidang. Teks pemyataan Indonesia
merdeka dan teks pembukaan UUD 1945 adalah hasil kerja panitia perancang
undang-undang dasar yang diketuai oleh Prof. Soepomo. Setelah selesti
melaksanakan tugasnya, BPUPKI melaporkan hasilnya kepada pemerintah
militer Jepang disertai usulan dibentuknya suatu badan baru yakni Dokurisu
Zsunbi Inkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), yang
bertugas mengatur pemindahan kekuasaan (transfer of authority) dari
pernerintah Jepang kepada pemerintah Indonesia. Atas usulan tersebut maka
dibontuklah PPKI dengan jumlah anggota 21 orang yang diketual oleh Ir.
Soekarno dan Wakil Ketuanya Drs. Moh. Hatta. Anggota PPKI kemudian

15
ditambah 6 orang. tetapi lebih kecil daripada jumlah anggota BPUPKI, yaitu
69 orang. Menurut rencana, Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada
Rakyat Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945. Namun terdapat rakhmat
Tuhan yang tersenbunyi (blessing in disguise) karena, sepuluh hari sebelum
tibanya hari H tersebut, Jepang menyatakan kapitulasi (menyerah kalah dalam
perang) kepada sekutu tanpa syarat (undconditional surrender) .
Pada hari Kanis pagi, tanggal 16 Agustus 1945, Soekarno-Hatta
dibawa oleh para pemuda ke Rengasdengklok Karawang Jawa Barat, nanun
pada malam harinya dibawa kembali ke Jakarta lalu mengadakan rapat di
rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta Pada malam
itulah dicapai kata sepakat bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan
di Jalan Pegangsian Timur 56, yaitu rumah kediaman Bung Karno, pada hari
Jumat 17 Agustus 1945 (9 Ramadhan 1364), pukul 10.00 WIB.
Pada langgal 17 Agustus 1945 petang hari datanglah utusan dari
Irdonesia bagian timur yang menghadap Drs. Moh. Hatta dan menyztakan
bahwa rakyat di daerah itu sangat berkeberatan pada bagian kalimat dalam
rancangan Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: "Ketuhanan, dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya". Dalam
menghadapi masalah tersebut dengan disertai semangat persatuan, keesokan
harinya menjelang sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945, dapat diselesaikan
oleh Drs, Moh. Hatta bersama 4 anggota PPKI, yaitu K.H. Wachid Hasyim,
Ki Bagus Hadikusumo, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Teuku M. Hasan.
Dengan demikian tujuh kata dalam pembukaan UUD 1945 tersebut
dihilangkan. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan bahwa badan yang
merancang UUD 1945 termasuk di dalamnya rancangan dasar negara
Pancasila adalah BPUPKI yang dibentuk pada tanggal 29 April 1945. Setelah
selesaj melaksanakan tugasnya yaitu merancang UUD 1945 berikut rancangan
dasar negara, dan rancangan pernyafaan Indonesia merdeka, maka
dibentuklah PPKI pada tanggal 7 Agustus 1945. Jadi konstitusi Negara
Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 yang untuk pertama kali

16
disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKD) pada tanggal
18 Agustus 1945 Menurut Winarno (2008) menjelaskan dalam sejarahnya,
sejak proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang, di Indonesia telah berlaku
tiga macam undang-undang dasar dalam empat periode, yaitu:

No. Konstitusi Masa Berlakunya


1 UUD 1945 18 Agustus 1945-27 Desember 1949.
2 UUD RIS (Republik 27 Desember 1949-17 Agustus 1950
Indonesia Serikat)
3 UUDS 1950 (Undang- 17 Agustus 1950-5 Juli 1959.
Undang Dasar Sementara)
4 UUD 1945 5 Juli 1959- sekarang
Khusus untuk periode keempat berlaku
UUD 1945 dengan pembagian berikut:
1.UUD 1945 yang belum diamandemen
2.UUD 1945 yang sudah diamandemen
(tahun 1999, tahun 2000, tahun 2001, dan
tahun 2002).

2.10 Amandemen atau Perubahan UUD NRI 1945


Amandemes dalam bahasa Inggris "amandement" artinya perubahan,
Mengamandemen artinya mengubah atau mengadakan perubahan yang mana
menjadi hak parlemen untuk mengubah atau mengusulkan perubahart
rancangan undang-undang dasar. Menurut Taufiqurohman Syahuri, (Winarno,
2007) istilah perubahan konstitusi itu sendiri mencakup dua pengertian, yaitu
amandemen konstitusi (consitutional amandemen) dan pembaruan konstitusi
(constitutional reform).
Dalam hal amandemen konstitusi, perubahan yang dilakukan
merupakan addendum atau sisipan dari konstitusi yang asli. Antara bagian

17
perubahan dengan konstitusi aslinya masih terkait. Nilai-nilai lama dalam
konstitusi asli masih tetap ada kaitannya dengan masalah mengapa perlunya
dilakukan amandemen UUD 1945 adalah karena kehidupan manusia yang
senantiasa berubah, baik perubahan internal masyarakat, seperti pemikiran,
kebutuhan hidup, kemampuan diri maupun kehidupan eksternal masyarakat,
seperti lingkungan hidup yang berubah dan hubungan dengan msyarakat lain.
Oleh karena itu, konstitusi sebagai landasan kehidupan bernegara larus
senantiasa menyesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan yang terjadi di
masyarakat.
Dikdik B. Arif (2014: 112:114) menjelaskan, dasar pemikiran
dilakukannya perubahan UUD 1945 antara lain karena: pertama, UUD 1945
membentuk struktur kenegaraan yang bertumpu pada kekuasaan tertinggi di
tangan MPR yang sepenuhnya melaksanakas kedaulatan rakyat. Hal itu
berakibat tidak terjadinya saling mengawasi dan saling mengimbangi (check
and balances) pada lembaga-lembaga kenegaraan. Penyerahan kekuasaan
tertinggi kepada MPR merupakan kunci yang menyebabkan kekuasaan
pemerintahan negara seakan-akan tidak memiliki hubungan dengan rakyat.

Kedua, UUD 1945 menberikan kekuasan yang sangat besar kepada


penegang kekunsaun eksekutif (Presiden). Sistem yang dianut UUD 1949
atalath dominan cksekutif (execurtive heavy), yakni kekuasaan doninan di
tangan Presiden. Pada diri Presiden terpusat kekuasaan untuk menjalankan
pemerintahan yang dilengkapi dengan berbagai hak konstitusional. Hak-hak
konstitusional tersebut lazim disebut hak preogabif (antara lain memberi grasi
annesti, abolisi, dan rehabilitasi). Presiden juga memegang kekuasaan
legislatif karena memiliki kekuasaan membentuk undang-undang. Dua cabang
kekuasan negara yang seharusnya dipisahkan dan dijalankan olch lembaga
negara yang berbeda, tetapi nyalanya berada di satu tangan (Presiden).
Ketiga, UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu "uwes"
schingga dapat menimbulkan lebith dari satu tafsiran (multitafsir). Misalnya

18
pasal 7 UUD 1945 (sebelum diubah) yang berbunyi "Presiden dan Wakl
Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun dan sesudahnya dapat
dipilih kembali". Rumusan pasal tersebut dapat ditafsirkan lebih dari satu.
Tafsir pertama bahwa Presiden dan Wakil Presiden dapat dipilih berkalikali.
Tofsi yang kedua bahwa Presiden das Wakil Presides itu hasya bolch
memegang jabatan maksimal dua kali dan sesudah itu tidak boleh dipilih
kembali.
Keempat, UUD 1945 terlalu banyak memberikan kewenangan kepada
kekuasaan Presiden untuk mengatur bal-hal penting dengan undang-undang
UUD 1945 menetapkan bahwa Presiden juga memegang kekuasaan legislatif
schingga Presiden dapat merumuskan hal-hal penting sesuai dengan
kehendaknya dalan undang-undang.
Kelima, rumusan UUD 1945 tentang senangat pesyelenggara negara
belun cukup didukung ketentuan konstitusi yang memuat aturan dasar tentang
kehidupan yang demokratis, supremasi hukum, pemberdayaan rakyat,
penghormatan hak asasi manusia, dan otonomi daerah.
Tentu tidak dapat dipangkiri bahwa perubahan UUD 1945 ini
membawa kemajuan. Hal ini tampak jclas bahwa kehidupan demokrasi
tumbuh semakin baik. UUD 1945 hasil amandemen sudah memunculkan
ketentuan tentang cheks and balances secara lebih proporsional di dalam
sistem ketatanegaraan Indonesia. Sebelum UUD 1945 diamandemen, banyak
produk peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan peraturan
perundang undangan yang lebih tinggi, seperti banyaknya undang-undang
yang bertentangan dengan UUD 1945, tetapi tidak ada lembaga pengujian
yang dapat dioperasionalkan. Sekarang dapat kita lihat kermajuan yang terjadi
dengan hadirnya Mahkamah Konstitusi (MK) yang berperan dalan pengujian
undang-undang, sebagai implementasi checks and balances yang bagus bagi
sistem ketatanegaraan. Sekarang legislatif tidak bisa lagi membuat
undangundang dengan sembarangan atau melalui transaksi politik tertentu,

19
sebab produk legislasi sekarang sudah dapat diawasi dan dimbangi olch
lembaga yudisial, yaitu Mahkamah Konstitusi (Moh. Mahfud MD, 2010).
Dengan amandemen UUD 1945, lembaga MPR mengalami
transfomasi kedudukam dari lembaga tertinggi negara menjadi lembaga tinggi
negara. Kekuasaas MPR pun menjadi berkurang. MPR tidak lagi berwenang
untuk memilih pasangan Presiden dan Wakil Presiden, tetapi rakyatlah yang
sekarang berdaulat untuk memilih pasangan Presiden dan Wakil Presiden.
Dengan kata lain, kedaulatar tertinggi berada di tangan rakyat. Yang sebelum
diamandemen kekuasaan tertinggi berada di tangan MPR. Pennbagian
kekuasaan juga diatur dengan jelas antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

20
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai


berikut:

1. Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok


manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu
dengan mengakui adanaya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan
keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya.

2. Konstitusi diartikan sebagai peraturan yang mengatur suatu negara, baik yang
tertulis maupun tidak tertulis. Konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental)
yang menopang berdirinya suatu negara.

3. Antara negara dan konstitusi mempunyai hubungan yang sangat erat. Karena
melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar negara.

4. Konstitusi di Indonesia selalu mengalami perubahan, yang pertama kali berlaku


adalah UUD 1945, kemudian disusul UUD RIS pada tahun 1949 merupakan
konstitusi kedua yang mengakibatkan bentuk Negara Kesatuan berubah menjadi
Negara Serikat. UUDS 1950 merupakan konstitusi yang ketiga, walaupun kembali
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, tetapi sistem pemerintahannya adalah
Parlementer sampai dikeluarannya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 untuk kembali
ke UUD 1945 yang berlaku hingga reformasi yang menghantarkan amandemen UUD
1945 ke empat kali dan berlaku sampai sekarang.

21
DAFTAR PUSAKA
Sinaga,Osberth dan Apiek Gandamana.(2019).PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK
PERGURUAN TINGGI.Medan:Harapan Cerdas.

22

Anda mungkin juga menyukai