E-COMMERCE MASKOOLIN.COM)
SKRIPSI
Disusun Oleh :
NPM : 13.21.0009
2017
ABSTRAK
Munculnya e-commerce fashion khusus pria telah memunculkan konsep maskulinitas
laki-laki baru yaitu konsep pria metroseksual, sehingga memunculkan gaya hidup pria yang
mengarah pada gaya hidup hedonism. Dominasi representative terkait pria metroseksual telah
menumbuhkan sifat konsumtif dan feminin dikalangan pria. Penelitian dengan judul
“Kategorisasi Fashion Pria dalam E-commerce Maskoolin.com (Studi Analisis Wacana Kritis
Kategorisasi Fashion Pria dalam E-commerce Maskoolin.com)” memiliki rumusan masalah
bagaimana kategorisasi fashion pria digambarkan dalam e-commerce maskoolin.com dilihat
dengan menggunakan Analisis Wacana Kritis perspektif Sara Mills? Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui kategorisasi fashion pria digambarkan dalam e-commerce maskoolin.com
dilihat dengan menggunakan Analisis Wacana Kritis perspektif Sara Mills. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan perspektif Studi Analisis Wacana Kritis Sara
Mills. Adapun sumber data yang digunakan adalah data dalam bentuk kata-kata dari dokumen,
observasi, dan transkrip potongan gambar e-commerce maskoolin.com. Data akan dianalisis
menggunakan unit analisis Posisi Subjek – Objek dalam perspektif Analisis Wacana Kritis Sara
Mills. Landasan teori yang digunakan adalah Teori Gaya Hidup, Teori Fashion, Teori
Metroseksual, Teori Gender, dan Teori E-commerce. Berdasarkan analisa data yang dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa disini citra pria telah dikonstruksi sedemikian rupa agar menghasilkan
segmentasi pasar baru yang dapat diperdagangkan secara meluas oleh berbagai pihak. Tubuh pria
kemudian dikelompok-kelompokkan di dalam kategori yang ada di atribut website e-commerce
maskoolin.com. Tubuh pria semakin dieksploitasi sebagai komoditi perdagangan untuk
meningkatkan laba ekonomi para pengusaha dibidang fashion dan kecantikan.
Kata kunci : Fashion, Fashion Pria, Metroseksual, E-commerce maskoolin.com, Lifestyle, Gaya
Hidup.
Abstract
The emergence of mensware e-commerce has led to the concept of a new male
masculinity, its name metrosexual men, thus raising a male lifestyle that leads to hedonism
lifestyle. The dominant representative of metrosexual men has grown the consumptive and
feminine nature among men. Research entitled "The Categorization of Men's Fashion in E-
commerce Maskoolin.com (Study of Critical Discourse Analysis of Men's Fashion
Categorization in E-commerce Maskoolin.com)" has a problem formulation how the male
fashion categorization depicted in ecommerce maskoolin.com is seen using Analysis Critical
Discourse of Sara Mills's perspective? The purpose of this research is to know the categorization
of men fashion depicted in e-commerce maskoolin.com seen by using Analysis of Critical
Discourse perspective of Sara Mills. This research uses qualitative research methods with the
perspective of Sara Mills Critical Discourse Analysis. The data source used is the data in the
form of words from documents, observations, and transcripts of pictures of e-commerce
maskoolin.com. The data will be analyzed using the Analysis Unit of Subject - Object Position in
the perspective of Sara Mills Critical Discourse Analysis. The theoretical basis used is Lifestyle
Theory, Fashion Theory, Metrosexual Theory, Gender Theory, and E-commerce Theory. Based
on data analysis conducted, it can be concluded that here the image of man has been constructed
in such a way as to generate new market segmentation that can be traded widely by various
parties. Male bodies are then grouped into categories in the attributes of e-commerce website
maskoolin.com. Male body is increasingly exploited as a commodity trading to increase the
economic profit of entrepreneurs in the field of fashion and beauty.
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi oleh
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan di hadapan tim
penguji.
Dosen Pembimbing,
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Judul : _____________________________________________________
_____________________________________________________
Sub judul : _____________________________________________________
_____________________________________________________
Yang saya ajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi S-1 Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-AWS adalah
bena-benar hasil karya penelitian saya sendiri, bukan hasil menjiplak
(plagiat) karya orang lain.
Surat pernyataan tentang orisinalitas (keaslian) ini saya buat dengan penuh
kesadaran. Saya siap mempertanggungjawabkan dan menerima risiko apapun
bila dikemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar*
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
Surabaya,
NPM : 13.21.0009
* Pernyataan yang dicetak dalam huruf miring (cursif) ditulis ulang dengan tulisan tangan.
iii
MOTTO
iv
KATA PENGANTAR
berkat rahmat dan hidayahnya, walaupun banyak cobaan dan rintangan akhirnya
peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terima kasih kepada semua
pihak atas dukungan, kritik dan sarannya terhadap proses pembuatan skripsi ini.
1. Terima kasih kepada Orangtua karena dukungan dan doa yang tiada hentinya
2. Terima kasih buat Bu Pipit selaku dosen pembimbing yang sabar menghadapi
3. Terima kasih kepada seluruh staff dan dosen di Stikosa-AWS atas layanan,
4. Terima kasih juga untuk angkatan 2013 tersayang yang selalu mendukung satu
sama lain, jaga terus kebersamaan ini ya sampai akhir. We are family :*
dan kekeluargaan yang diberikan selama ini. Surabaya Muda tidak berhenti
berkarya !
6. Terima kasih juga untuk Prapala atas masukan, saran dan semangatnya yang
diberikan dalam proses pembuatan skripsi ini. Terima kasih juga untuk
v
7. Terima kasih untuk grup GPU YAHUUD atas pertemanan, kekeluargaan,
semangat, candaan dan kekonyolan kalian :* makasih juga buat saran dan
bantuan yang diberikan dalam pembuatan skripsi selama ini. Semoga kita akan
terus seperti ini ya sampai kakek nenek wkwk. Banyak banget lah hal yang gak
bisa diungkapkan disini mengenai kalian, pokoknya kalian the best :* yang
8. Terima kasih juga untuk Rizqy Ardiansyah, orang yang paling sabar dalam
menemani proses pembuatan skripsi ini dari awal sampai akhir ☺ orang yang
paling rela direpotin atas segala sesuatunya dan terimakasih untuk hal-hal yang
9. Dan terima kasih juga untuk sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak
bisa peneliti sebutkan satu persatu, terima kasih karena selama ini telah
Maaf jika ada kesalahan dan kekurangan dalam berbagai hal, karena
bagaimanapun peneliti adalah manusia yang tidak luput dari kesalahan dan
Peneliti
vi
ABSTRAK
Budaya populer Jepang saat ini sudah mulai banyak diminati oleh
kalangan remaja di Surabaya, khususnya para Otaku. Keberadaan anime sebagai
media hiburan saat ini juga sangat berpengaruh terhadap penyebaran budaya
populer Jepang itu sendiri. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk
mencari tahu bagaimana internalisasi nilai-nilai budaya populer Jepang terhadap
otaku di Surabaya melalui anime. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan
kualitatif dengan menggunakan metode fenomenologi. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara terhadap narasumber yang sesuai dengan kriteria
penelitian fenomenologi. Selama proses wawancara, peneliti juga melaksanakan
tahap epoche, yaitu mengesampingkan pengalaman peneliti tentang budaya
populer Jepang yang diperoleh sebelum melakukan penelitian. Hasil wawancara
akan melalui tahap reduksi dan eliminasi data yang kemudian ditemukan
klasifikasi tema dari hasil wawancara yang telah disesuaikan dengan fokus
penelitian. Selanjutnya peneliti menyusun sinteksis makna dan esensi. Sinteksis
makna dan esensi ini merupakan penggabungan dari hasil wawancara informan
dengan pengalaman penelitu selama melakukan penelitian. Kesimpulan yang
ditemukan berdasarkan analisis data mengenai bagaimana internalisasi nilai
budaya populer Jepang terhadap otaku.
vii
DAFTAR ISI
viii
1.4.1 Pengertian Film ………………………………………....…... 7
2.1 Otaku……………………………………………………………...….. 44
ix
3.1.2 Hasil Wawancara Informan II ………………………………….. 59
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Chaplin, J.P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Javandalasta, Panca. 2011. 5 Hari Mahir Bikin Film. Jakarta: Java Pustaka Group
Storey, John, 2007. Cultural Studies And Kajian Budaya Pop. Jalasutra:
Yogyakarta
Moleong, M.A., Prof. Dr. Lexy J., 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja
Rosdakarya: Bandung.
Uchjana, Prof. Drs. Onong Effendy, M.A., 2011. Ilmu Komunikasi Teori Dan
Praktek. Remaja Rosdakarya: Bandung.
xii
JURNAL DAN NON BUKU
WEBSITE
http://jpf.go.jp
http://jurnalotaku.com
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/1467-8403.00138/abstract
http://www.japan-talk.com/jt/new/12-types-of-otaku
http://web-japan.org
http://wikipedia.com
http://www.lazaruscorporation.co.uk/articles/otaku
xiii
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Gaya berpakaian atau biasa disebut fashion semakin menyentuh berbagai aspek kehidupan
sehari-hari setiap orang. Fashion mempengaruhi apa yang kita kenakan, bagaimana kita hidup, dan
bagaimana kita memandang diri sendiri. Fashion juga memicu pasar dunia untuk terus
berkembang, produsen untuk berproduksi, pemasar untuk menjual dan konsumen untuk membeli.
Cara berpakaian yang mengikuti fashion juga memperlihatkan kepribadian dan idealisme
pemakainya.
Saat ini, fashion telah menjadi ladang bisnis yang berkembang dengan sangat pesat dan
sangat menguntungkan. Seperti dikatakan oleh Jacky Mussry, Kepala Divisi Consulting &
Research MarkPlus&Co, bahwa gejala ramainya berbagai produk mengarah ke fashion muncul
ketika konsumen makin ingin diakui jati dirinya sebagai suatu pribadi. Karena itu, mereka sengaja
membentuk identitasnya sendiri kemudian bersatu dengan kelompok yang selaras dengannya.
Inilah kebanggan seseorang jika bisa masuk ke dalam apa yang sedang menjadi kecenderungan
umum, karena berarti ia termasuk fashionable alias modern dan selalu mengikuti mode (Jurnal
Arti kata fashion sendiri memiliki banyak sisi, menurut Troxell dan Stone dalam bukunya
Fashion Merchandising (1981), fashion didefinisikan sebagai gaya yang diterima dan digunakan
oleh mayoritas anggota sebuah kelompok dalam satu waktu tertentu. Dari definisi-definisi tersebut
diatas terlihat bahwa fashion erat kaitannya dengan gaya yang digemari, kepribadian seseorang,
dan rentang waktu berlakunya trend fashion tersebut. Maka bisa dimengerti mengapa sebuah gaya
yang digemari bulan ini, bisa dikatakan ketinggalan zaman pada rentang waktu beberapa bulan
kemudian.
Fashion memiliki sistem yang mencakup semua orang, dan seluruh organisasi yang terlibat
dalam menciptakan arti simbolis, serta dapat mengubah arti tersebut dalam bentuk barang.
Walaupun orang seringkali menyamakan fashion dengan pakaian, baik itu pakaian sehari-hari atau
pakaian pesta yang eksklusif (haute culture), yang lebih penting untuk diingat bahwa proses
fashion mempengaruhi semua tipe fenomena budaya, seperti musik, kesenian, arsitektur, bahkan
sains.
Fashion bisa dianggap sebagai kode atau bahasa yang membantu kita memahami arti-arti
Maksudnya, sebuah hal yang sama dapat diartikan dengan cara yang berbeda oleh konsumen yang
berbeda, dan dalam situasi yang berbeda pula. Sehingga, tidak ada arti yang pasti namun
bahwa fashion adalah proses penyebaran sosial (social-diffusion) dimana sebuah gaya baru
diadopsi oleh kelompok konsumen. Fashion atau gaya mengacu pada kombinasi beberapa atribut.
Dan agar dapat dikatakan “in fashion”, kombinasi tersebut haruslah dievaluasi secara positif oleh
Istilah gaya dan desain perlu dijelaskan agar tidak disamakan dengan fashion. Gaya (style)
adalah sebuah karakteristik dalam mempresentasikan sesuatu. Dalam lingkup pakaian, gaya adalah
dengan pakaian lainnya. Contohnya, rok sebagai salah satu gaya berpakaian bagi wanita, pilihan
lainnya adalah celana. Jas pria adalah salah satu gaya berpakaian pria, pilihan lainnya adalah jaket
olahraga. Gaya suatu saat bisa diterima dan suatu saat bisa ditinggalkan, namun gaya yang spesifik
Desain, adalah versi spesifik dari gaya. Contohnya rok yang menjadi gaya berpakain
wanita, namun memiliki desain yang berbeda-beda seperti rok berbentuk A-line, high-waist
(pinggang tinggi), rok mini, dan lain-lain. Biasanya, produsen pakaian membuat beberapa variasi
desain dari gaya yang sedang digemari saat itu, agar konsumen punya banyak pilihan. Baik gaya
dan desain, secara bersama-sama berperan dalam menentukan fashion pada waktu itu. Para
desainer membuat berbagai macam gaya tiap musim berdasarkan dari apa yang menurut mereka
akan disukai konsumen. Dari bermacam gaya itu, produsen memilih mana yang kiranya akan
sukses di pasar, dan biasanya mereka lebih banyak menolak daripada menyetujui desain atau gaya
suatu pakaian. Penjual (ritel) memilih mana yang pelanggan mereka mau dari apa yang ditawarkan
produsen. Lalu pada akhirnya konsumen yang memegang peranan kunci, mereka memilih satu
gaya dan menolak gaya yang lain, dan pada akhirnya hanya konsumen tersebut yang menentukan
Fashion dapat dikategorikan berdasarkan di kelompok mana mereka terlihat. High fashion
mengacu pada desain dan gaya yang diterima oleh kelompok fashion leaders yang eksklusif, yaitu
konsumen-konsumen yang elit dan mereka yang paling pertama mengadaptasi perubahan fashion.
Gaya yang termasuk high fashion biasanya diperkenalkan, dibuat, dan dijual dalam jumlah yang
terbatas dan relatif mahal kepada sosialita, artis, selebritis dan fashion innovators. Sedangkan mass
fashion atau gaya berpakaian masyarakat secara umum mengacu pada gaya dan desain yang
diterima publik secara luas. Jenis fashion ini biasanya diproduksi dan dijual dalam jumlah banyak
dengan harga yang murah sampai sedang. Karena penelitian ini ditujukan untuk memahami
kategorisasi fashion pria dalam marketing e-commerce secara umum, maka fokus pembahasan
jatuh pada mass fashion dimana fashion (style) dapat dinikmati masyarakat pada umumnya
Terlebih, dunia fashion di Indonesia bisa dikatakan berkembang sangat pesat dalam
beberapa dekade terakhir. Hal ini didukung dari berbagai sisi baik desainer lokal maupun
internasional yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang membaik, sampai sektor ritel
Majunya teknologi dan arus informasi juga membuat masyarakat Indonesia lebih terbuka
pada pengetahuan global. Tidak bisa dipungkiri lagi trend mode di Indonesia banyak dipengaruhi
oleh gaya barat. Namun hal ini tidak membuat desainer-desainer Indonesia berkecil hati karena
mereka didukung oleh pemain-pemain lain dalam industri ini seperti pers, stylist, retailer,
masing-masing. Walaupun gaya barat mendominasi, namun ada kalanya kerjasama mereka
kembali memunculkan gaya khas Indonesia kembali ke permukaan. Informasi yang seimbang
antara gaya barat dan lokal membuat konsumen Indonesia cerdas dalam memilih yang disukainya
Seperti halnya Ximon Lee, desainer asal Hong Kong, Pemenang H&M Design Award
2015. Ia adalah pria berusia 24 tahun lulusan dari Parsons University di New York yang
dinobatkan menjadi desainer pakaian pria pertama yang membawa pulang penghargaan bergengsi
Koleksi inovatifnya adalah menciptakan busana pria dari tumpukan tekstur organik dan
sintetis, termasuk dari material seperti plastik dan karton, sehingga mewujudkan bentuk berlebihan
yang menonjol keluar dari tubuh. Desainnya sangat bernuansa jalanan, sangat terinspirasi oleh
karya seni, dan sangat bergaya arsitektur, serta sangat individual. Koleksinya memang dirancang
khusus untuk laki-laki, dan saat ini Ximon Lee sedang mempersiapkan label menswear-nya sendiri
(http://designaward.hm.com).
Fenomena gaya sendiri biasanya sangat identik dengan kaum perempuan sebagai simbol
fashion stylist. Padahal, sudah sangat marak fenomena munculnya pria sebagai model produk
fashion. Berbagai macam iklan produk pakaian hingga produk perawatan tubuh khusus pria
ditampilkan di berbagai saluran media massa. Sosok pria ditampilkan dalam konteks yang cukup
beragam, seperti sedang berolahraga, berlatar belakang perkotaan, memainkan alat musik, bergaul
dengan teman-temannya, menaiki kendaraan-kendaraan mewah yang keren dan lain sebagainya.
Disini digambarkan pria adalah sosok pria sebagai pusat perhatian, dengan pakaian yang sangat
bahwa ada peningkatan penggambaran pria sebagai objek di media massa, baik dalam artikel
maupun iklan di media massa, bahkan kebanyakan digambarkan lebih sensual dan menampilkan
bentuk tubuh mereka (Ricciardelli, 2010: 64-78). Menurut Rohlinger (2002) dalam jurnalnya
“Erotizing Men: Cultural Influences on Advertising and Male Objectification” mengatakan bahwa
dalam era post industrial sekarang ini para pengiklan sedang berlomba untuk mencari pasar baru.
Citra laki-laki yang maskulin kemudian dijual, untuk mempresentasikan maskulinitas melalui
penampakan fisik laki-laki yang dianggap ideal untuk dijadikan pajangan dalam iklan. Dalam
penelitian yang dimuat pada sebuah jurnal “Men, Appearences and Cosmetic Surgery”, bahkan
menyebutkan belakangan ini citra tubuh pria semakin terlihat dan sensual, sebagai contoh iklan
yang menampilkan sosok pria seperti produk Calvin Klein, Dolce and Gabbana semakin sering
Melihat seringnya muncul citra pria yang ada di media massa sebagai pusat perhatian
dengan wajah dan tubuh terawat, ternyata sejalan dengan peningkatan konsumsi produk perawatan
pria. Melalui terpaan media yang menggambarkan citra maskulin pria yang dahulu digambarkan
sangat macho, dan cuek dengan penampilan. Kini, citra pria berubah sepenuhnya menjadi pria
yang maskulin adalah pria yang memiliki tubuh dan wajah terawatt. Hal tersebut ternyata
Konsumsi produk perawatan tubuh pria sendiri sudah mengalami peningkatan yang cukup
besar. Mengutip dari portal berita Detik.com (Sumber: http://wolipop.detik.com, diakses tanggal
25 Juli 2010 : pukul 12.30) dijelaskan bahwa tahun 2010 saja di dalam negeri telah terjadi
peningkatan konsumsi pria dalam menggunakan produk perawatan tubuh hingga 11 triliun rupiah.
Tampaknya kesadaran pria terhadap penampilan tubuhnya mulai meningkat, pria mulai
tidak malu lagi merawat tubuhnya untuk mendapatkan penampilan yang diinginkan. Pergeseran
stereotype maskulinitas pria sepertinya perlahan mulai terjadi di dalam pria, bisa dilihat dari
fenomena meningkatnya frekuensi penampakan pria di media massa, dan peningkatan frekuensi
belanja pria terhadap kebutuhan style fashion dan kebutuhan perawatan tubuhnya. Selain itu,
fenomena tubuh pria yang diekspose di media massa, semakin menimbulkan kekhawatiran pria
terhadap penampilan tubuhnya. Dalam penelitian yang ditulis di jurnal “Investigating Hegemonic
Masculinity – Sex Roles” juga mengungkapkan dengan meningkatnya gambar pria sebagai objek
perhatian juga memberikan tekanan psikologis bagi pria untuk mempunyai tubuh yang kekar atau
Dimana dalam fenomena ini pria yang sangat memperhatikan penampilannya secara
berlebihan dalam urusan busana, meluangkan waktu untuk menikur, pedikur, facial, serta
perawatan spa maupun salon. Sehingga menanggalkan citra maskulinitas dan lebih menonjolkan
sebagai penemu teori dasar metroseksual, mengatakan bahwa lambang lelaki metroseksual salah
satunya adalah David Beckham. Ia merupakan lambang lelaki yang sangat memperhatikan
penampilan sehari-hari termasuk model pakaian apa yang akan digunakan, lelaki yang sangat
peduli terhadap kesempurnaan setiap jengkal tubuhnya. Sebab, pria metroseksual adalah pria yang
Perilaku metroseksual banyak dilakukan oleh pria-pria yang tinggal di kota-kota besar,
sebagai bentuk tuntutan pekerjaan maupun pergaulan semata. Biasanya, para pengusaha atau
orang-orang yang telah mapan dalam karirnya banyak menghabiskan waktu dan biaya untuk
melakukan kegiataan perawatan diri dan pemanjaan diri. Kata metroseksual sendiri diambil dari
kata Etimologi Yunani, yaitu metropolis yang artinya ibu kota plus seksual (Kompas, 2003).
Pria metroseksual merupakan pria yang senang merawat diri, tampil wangi, penggemar
fashion yang aktif, hidup yang terjaga dan teratur, menyenangi tanggung jawab, dan dapat pula
beradaptasi dengan berbagai kultur budaya ataupun lintas social pergaulan. Selain liberal secara
politik, pria-pria metroseksual pun mendukung adanya kesamaan gender (Male Emporium, 2004).
Dan mereka biasanya merupakan pria-pria kekinian yang memiliki karir yang cerah, penikmat
hidup yang ditopang finansial yang baik, sehingga mereka sangat perhatian terhadap penampilan
diri, namun bukan hanya sekadar pembelanja potensial, tetapi juga pekerja yang cerdas dan penuh
percaya diri, berdedikasi serta berkomitmen kepada pekerjaan dan keluarga (Kartajaya, 2004).
semakin berani melakukan eksperimen dengan baju yang dipakainya. Pakaian warna pink yang
biasanya diidentikan dengan warna perempuan kini bukan merupakan hal tabu lagi untuk
dikenakan oleh kaum pria. Dulu memang pria tidak seheboh wanita dalam urusan fashion dan
mode, tapi kini semuanya berubah. Seiring semakin maraknya buzzword metroseksual di seluruh
dunia, pria pun semakin tak mau kalah kalau menyangkut tren terbaru mulai dari baju, tatanan
rambut, sepatu dan tas, hingga beragam aksesoris dari anting hingga kalung.
Tentu saja hal tersebut tidak lepas dari tuntutan perubahan diri pria yang mulai tidak “malu-
malu kucing” lagi menunjukkan sisi-sisi femininnya (Giorgio Armani). Kecenderungan pria
metroseksual ke arah fashion-oriented tidak terlepas dari keinginan pria yang tidak mau kalah
dengan wanita untuk terus mencari sensasi dalam rangka menarik perhatiannya, salah satunya
Seiring dengan perkembangan fashion untuk pria, kini berbagai medium penjualan fashion
pria baik toko konvensional maupun online store semakin menjamur, disambut dengan semakin
beragamnya gaya fashion dan desain pakaian pria. Selain itu, dengan perkembangan teknologi
yang telah tumbuh dengan pesatnya, semakin mempermudah kehidupan manusia dalam memenuhi
kebutuhannya. Teknologi yang merupakan media berbasis elektronik dapat menyediakan segala
hal yang dibutuhkan manusia. Sebagai contoh internet berguna untuk bersosialisasi, mencari ilmu,
mencari informasi dan bahkan untuk bekerja. Kemajuan teknologi di era globalisasi ini tidak lepas
dari peran manusia di masa prasejarah sampai sekarang hingga hadir inovasi-inovasi baru seiring
dengan perkembangan zaman. Dengan begitu, teknologi informasi akan mampu memaksimalkan
Indonesia. Pertumbuhan online store di Indonesia yang semakin berkembang ini dapat dilihat dari
segi penjualan online yang semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini.
Berbelanja online telah menjadi sebuah gaya hidup paten bagi sebagian masyarakat
Indonesia, bukan hanya menjadi sebuah alternatif dalam membeli barang. Menurut BMI (Brand
& Marketing Institute), pada Desember 2014, dilakukan riset terhadap fenomena berbelanja online
yang mengungkapkan bahwa berbelanja online bukan hanya kegemaran wanita saja. Tetapi sesuai
hasil riset, wanita memang menempati urutan pertama dalam kegemarannya berbelanja online
yaitu dengan presentase sebesar 57%. Namun, kaum pria yang membeli barang online melalui e-
commerce juga tidak berbeda jauh yaitu dengan presentase sebesar 43%. Hal ini menunjukkan
bahwa kegemaran berbelanja online antara pria dan wanita telah menjadi sebuah gaya hidup pada
saat ini (Sumber: http://wolipop.detik.com, diakses tanggal 30 Juli 2015 : pukul 14.47).
untuk pria, terlebih menyediakan berbagai kebutuhan fashion dan perawaan tubuh pria dan wanita,
khusus pria yang hadir secara eksklusif di tengah maraknya situs-situs e-commerce khusus untuk
wanita di Indonesia. Maskoolin.com dikembangkan oleh PT. Rocktocom Ritek Busana yang
sebelumnya telah berhasil mengembangkan sebuah platform untuk social recommendation, yaitu
Rockto. Namun, pada tanggal 27 Mei 2016 lalu PT. Rocktocom Ritel Busana melakukan acara
peluncuran situs barunya di Freeware Spaces, Kemang, Jakarta. Start-up e-commerce asli
Indonesia ini sebenarnya telah dirilis sejak tahun 2012 lalu, dengan alamat domain sebelumnya
Maskool.in. selain berganti alamat domain, platform e-commerce yang didirikan oleh Ilham
Syafrialdi (CEO), Kristian Harahap, Errol Widhavian dan Mustafa Kemal ini juga berganti konsep.
masa ini, konsep mereka sederhana saja, seperti e-commerce fashion pada umumnya yang menjual
pakaian dan asesoris secara retail. Bedanya, Maskoolin mengutamakan merek-merek lokal.
Mereka juga memiliki merek fashion sendiri yang bernama Koala Authentic.
websitenya pun berubah. Situs baru Maskoolin ini tidak hanya menawarkan beragam produk
fashion saja, mereka kini mengedepankan beragam artikel mengenai tips-tips seputar penampilan.
Artikel yang disajikan ini pun bisa disesuaikan dengan pilihan karakter dan gaya penggunanya.
Begitu juga produk-produk yang direkomendasikan. Situs baru Maskoolin ini memang mengusung
fitur utama personalisasi. Contohnya, jika pengguna menyukai gaya berbusana yang sporty maka
konten dan produk yang ditampilkan akan menyesuaikan pilihan konsumen. Konsumen tidak akan
Produk dari brand atau retailer yang sudah memiliki website e-commerce akan dikumpulkan dan
ditampilkan oleh Maskoolin. Beberapa supplier brand lokal yang bekerjasama dengan Maskoolin
antara lain Brodo, Fabelio, Monstore dan Goods Dept. Tidak hanya brand lokal, beberapa brand
internasional juga turut mengisi jajaran produk yang ditawarkan Maskoolin, di antaranya: Nike,
Citra pria telah dikonstruksi sedemikian rupa agar menghasilkan segmentasi pasar baru
yang dapat diperdagangkan secara meluas oleh berbagai pihak. Tubuh pria kemudian dikelompok-
kelompokkan di dalam kategori yang ada di atribut website e-commerce Maskoolin.com. Hal ini
dijadikan komoditas barang baru agar membentuk peluang bisnis yang baru pula sehingga
peningkatan pendapatan pun terjadi. Fenomena yang sementara ini berbasis dalam pria kelas A+
bukan tidak mungkin akan turun kebawah dan menjadi tren pada standart pria dengan pergaulan
level terbawah sekalipun. Keinginan pria untuk bisa tampil sempurna bukanlah monopoli orang-
orang berduit saja. Kini, hampir semua pria terjangkit wabah metroseksual untuk menunjukkan
Mereka tidak lagi berbelanja sesuai kebutuhan yang mendatangkan nilai guna (purpose
shopping) yang biasa dianut pria-pria konvensional, tidak jarang pria-pria semacam ini
mendukung adanya emansipasi wanita karena mereka sendiri juga menginginkan kesetaraan
gender sebagai pria metroseksual yang tidak segan menampilkan sisi feminim dalam penampilan
miliki, jika dilihat saat ini, media tidak hanya dalam konteks kecilnya yang mempengaruhi
representasi pria di masyarakat, tetapi media dengan komoditas dan khalayaknya merupakan
wacana atau diskursus besar yang harus dilihat sebagai persoalan yang dikaji dalam posisi dan
fungsinya di masyarakat.
dangkal dan lemah level atau derajat kekritisannya terhadap upaya-upaya membongkar konstruksi
pria dalam bentuk-bentuk budaya populer yang diproduksi dalam masyarakat. Menurut Anthony
Easthrope (1986) yang mengeluarkan asumsi bahwa maskulinitas adalah hasil konstruksi budaya
yang tidak natural, tidak normal atau universal. Menurutnya maskulinitas dominan beroperasi
sebagai norma gender, termasuk di dalamnya “gay masculinities”. Sedangkan menurut Sean Nixon
(1996), yang memunculkan adanya konsep maskulinitas laki-laki baru, bahwa terjadi “regime of
representation” atau dominasi representasi terkait dengan maskulinitas laki-laki di empat media
yakni iklan televisi, iklan koran & majalah, toko-toko konvensial yang menjual pakaian dan
keperluan laki-laki, serta media internet khususnya online store yang sedang populer menjual
Fenomena-fenomena tersebut kemudian memberikan gambaran lain terkait bahwa, saat ini
tidak hanya kaum hawa atau kaum wanita saja yang tertarik dengan bidang fashion. Dari tahun ke
tahun perkembangan pakaian pria semakin menuju kearah metroseksual, yakni semakin banyak
pria yang sangat memperhatikan setiap detail penampilan mereka dari ujung rambut sampai ujung
kaki. Beberapa hasil riset terdahulu telah membuktikan hal ini, seperti halnya riset yang dilakukan
oleh Euro RSCG yaitu, “The Future of Man”, yang dilakukan pada Juni 2003 di Amerika Serikat
dan Inggris. Riset ini berusaha menggali reaksi responden terhadap berbagai topik mulai dari sikap
pria terhadap wanita di tempat kerja sampai selebritis wanita yang dianggap pantas menjadi
kekasih ideal. Singkatnya hasil riset mereka menyimpulkan bahwa telah hadir sekelompok pria
yang jumlahnya terus bertambah dan melakukan apa yang mereka inginkan, membeli apa yang
mereka inginkan, menikmati apa yang mereka inginkan, terlepas dari apakah sebagian orang
mungkin menganggap hal ini sebagai hal yang berbau tidak kelelakian. (Hermawan, 2004).
Mayoritas pria-pria tersebut juga senang berbelanja baik pakaian, kebutuhan perawatan
wajah dan tubuh, maupun aksesoris pria melalui online store. Begitu banyak alasan mengapa
fenomena metroseksual layak dibahas mendalam. Bagi para pemasar tentu dibutuhkan alasan
khusus mengapa mereka harus memandang penting pemahaman atas metroseksual. Satu alasan
yang disepakati bersama adalah bahwa potensi pasar mereka sangatlah besar. Pasar metroseksual
dikatakan potensial karena merupakan segmen yang secara psikografis sangat royal dalam
Maka dari itu, peneliti semakin tertarik untuk meneliti mengenai “Kategorisasi Fashion
Pria dalam E-commerce (Studi Analisis Wacana Kritis Kategorisasi Fashion Pria dalam E-
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan peneliti diatas, maka dapat diketahui
bahwa rumusan masalah penelitian sebagai berikut : “Bagaimana kategorisasi fashion pria
wacana kritis Sara Mills yang memiliki tujuan untuk mengetahui “kategorisasi fashion pria
1. Manfaat Teoretis
1. Pengembangan ilmu komunikasi terutama dalam bidang fashion sebagai bentuk pesan
khususnya tentang kategorisasi fashion pria dalam e-commerce, yang erat kaitannya
dengan munculnya perubahan gaya hidup metroseksual para pria masa kini.
3. Dapat menjadi tambahan referensi data mengenai kajian bidang penelitian sejenis dengan
metode analisis kualitatif dengan perspektif Studi Analisis Wacana Kritis Sara Mills.
- Manfaat Praktis
1. Bagi lembaga pusat informasi dan komunikasi, studi ini dapat dijadikan sebagai sebuah
landasan pemasaran suatu produk yang dapat didistribusikan secara mudah dan cepat
melalui internet yaitu melalui e-commerce. Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia saat
ini telah banyak memanfaatkan internet sebagai pendukung kehidupan dalam menjalankan
berbagai macam tugas dan pekerjaannya maupun untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari.
2. Penelitian mengenai kategorisasi pria dalam e-commerce ini dapat memberikan penjelasan
kepada masyarakat bahwa adanya pergeseran nilai kebutuhan pada pakaian, bukan hanya
sekedar sebagai penutup badan tetapi kini pakaian telah berkembang menjadi gaya, gaya
inilah yang kita sebut sebagai fashion. Fashion kini telah banyak berkembang di kalangan
masyarakat, yaitu dengan adanya perubahan gaya hidup pria metroseksual yang merupakan
Gaya hidup menurut Kotler (2002 : 192) adalah pola hidup seseorang di dunia yang
diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan citra dirinya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan
diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruh
A mode of living that is identified by how people spend their time (activities), what they
consider important in their environment (interest), and what they think of themselves and the world
around them (opinions)”.
Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana
orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada
lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini).
Sedangkan menurut Minor dan Mowen (2002 : 282), gaya hidup adalah menunjukkan
waktu. Selain itu, gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001 : 174) adalah pola hidup
seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat
yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan
lingkungan.
Dari berbagai pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup
seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan
uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama pembentuk gaya hidup dapat
dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya
berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor
hidup. Aktivitas juga bisa diartikan juga sebagai suatu kegiatan dimana seseorang melakukan suatu
2. Minat adalah suatu perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu yang tercipta dengan
penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungannya. Minat dapat dikatakan sebagai
dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian
tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya. Sesuai pendapat yang dikemukakan Hurlock
(1990:144), bahwa semakin sering minat diekspresikan dalam kegiatan maka semakin kuatlah ia.
Minat dapat menjadi sebab terjadinya suatu kegiatan dan hasil yang akan diperoleh. Minat adalah
suatu pemusatan perhatian secara tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan, rasa
“Gaya hidup adalah suatu kegiatan yang dilakukan tidak sesuai minat akan menghasilkan
prestasi yang kurang menyenangkan”.
Dapat dikatakan bahwa dengan terpenuhinya minat seseorang akan mendapatkan
kesenangan dan kepuasan batin yang dapat menimbulkan motivasi. Purnama (1994 : 15)
menjabarkan karakteristik individu yang memiliki minat tinggi terhadap sesuatu yaitu: adanya
perhatian yang besar, memiliki harapan yang tinggi, berorientasi pada keberhasilan, mempunyai
kebangggaan, kesediaan untuk berusaha dan mempunyai pertimbangan yang positif. Pendapat
tersebut tidak jauh berbeda dengan pendapat Slameto dalam buku Tomi Darmawan (2007) yang
menyatakan bahwa minat adalah rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa
ada yang menyuruh, minat pada hakekatnya adalah penerimaan hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar dirinya, semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut maka semakin
besar minatnya.
3. Citra diri merupakan salah satu unsur penting untuk menunjukan siapa diri kita
sebenarnya. Citra diri Ia juga merupakan konsep diri tentang individu seperti apa yang
diangkapakan Maxwell Maltz dalam Bukunya Ranjit Singh Malhi (2005), yang berjudul
Enhancing Personal Quality. Ia mengatakan bahwa Citra diri seseorang terbentuk dari perjalanan
pengalaman masa lalu, keberhasilan dan kegagalan, pengetahuan yang dimilikinya, dan bagaimana
orang lain telah 42 menilainya secara obyektif. Kita sering melihat diri kita seperti orang lain
melihat kita. Citra diri juga bisa disebut dengan konsep diri.
Menurut Chaney (dalam Idi Subandy,1997) ada beberapa bentuk gaya hidup, antara lain :
Dalam abad gaya hidup, penampilan-diri itu justru mengalami estetisisasi, “estetisisasi
kehidupan sehari-hari” dan bahkan tubuh / diri (body / self) pun justru mengalami estetisisasi
tubuh.Tubuh / diri dan kehidupan sehari-hari pun menjadi sebuah proyek, benih penyemaian gaya
hidup. “Kamu bergaya maka kamu ada!” adalah ungkapan yang mungkin cocok untuk
melukiskan kegandrungan manusia modern akan gaya. Itulah sebabnya industry gaya hidup untuk
individu semuanya terobsesi dengan citra. Di dalamera globalisasi informasi seperti sekarang ini,
yang berperan besardalam membentuk budaya citra (image culture) dan budaya cita rasa (taste
culture) adalah gempuran iklan yang menawarkan gaya visualyang kadang-kadang mempesona
dan memabukkan. Iklanmerepresentasikan gaya hidup dengan menanamkan secara halus (subtle)
arti pentingnya citra diri untuk tampil di muka publik. Iklan juga perlahan tapi pasti mempengaruhi
Pemikiran mutakhir dalam dunia promosi sampai pada kesimpulanbahwa dalam budaya
berbasis selebriti (celebrity based culture), para selebriti membantu dalam pembentukan identitas
“aksesori fashion”. Wajah generasi baru yang dikenal sebagai anak-anak E-Generation, menjadi
seperti sekarang inidianggap terbentuk melalui identitas yang diilhami selebriti (celebrity-inspired
identity), seperti cara mereka berselancar di dunia maya cara mereka gonta-ganti busana untuk
jalan-jalan. Ini berarti bahwa selebriti dan citra mereka digunakan momen demi momen untuk
Kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantung mutlak kepadasesuatu yang lain.
Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri, serta
berstrategi dengan kelebihan dan kekurangan tersebut untuk mencapai tujuan. Nalar adalah alat
untuk menyusun strategi. Bertanggung jawabmaksudnya melakukan perubahan secara sadar dan
memahami betuk setiap resiko yang akan terjadi serta siap menanggung resiko dan dengan
kedisiplinan akan terbentuk gaya hidup yang mandiri. Dengan gaya hidup mandiri, budaya
konsumerisme tidak lagi memenjarakan manusia. Manusia akan bebas dan merdeka untuk
menentukan pilihannya secara bertanggung jawab, serta menimbulkan inovasi-inovasi yang kreatif
Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untukmencari kesenangan
hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah, lebih banyak bermain, senang pada
keramaian kota, senang membeli barang mahal yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat
perhatian. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk dari suatu gaya hidup dapat berupa
gaya hidup dari suatu penampilan, melalui media iklan, modeling dari artis yang di idola kan, gaya
hidup yang hanya mengejar kenikmatan sematasampai dengan gaya hidup mandiri yang menuntut
Menurut pendapat Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya hidup seseorang dapat dilihat
dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau
mempergunakan barang – barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan
pada penentuan kegiatan – kegiatan tersebut. Lebih lanjut Amstrong (dalam Nugraheni, 2003)
menyatakan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu
faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal)
A. Faktor Internal
• Sikap
Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan
tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara
langsung pada perilaku.Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan,
dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang
akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akandapat membentuk
• Kepribadian
• Konsep diri
Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsepdiri. Konsep diri sudah
menjadi pendekatan yang dikenal amatluas untuk menggambarkan hubungan antara konsep
minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan
perilakuindividu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan frame
• Motif
Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan
kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang
terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung
• Persepsi
Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan
B. Faktor Eksternal
• Kelompok referensi.
Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak
langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang memberikan pengaruh langsung
adalah kelompok dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan
kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidak menjadi
anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh – pengaruh tersebut akan menghadapkan individu
• Keluarga
Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku
individu. Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak
• Kelas sosial
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam
sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap
jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Ada dua unsur pokok dalam sistem
sosial pembagian kelas dalam masyarakat yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial
artinya tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak - haknya serta
kewajibannya.Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang sengaja
maupun diperoleh karena kelahiran.Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan.
Apabila individu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia
• Kebudayaan
Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kebiasaan – kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif,
Prastia (2013 : 3) mendefinisikan shopping lifestyle sebagai gaya hidup konsumen pada
kategori fashion yang menunjukkan sikapnya terhadap merek, pengaruh dari iklan dan
kepribadian. Zablocki dan Kanter (1976) seperti dikutip Japarianto dan Sugiharto (2013:4)
menyatakan bahwa shopping lifestyle mengacu pada pola konsumsi yang mencerminkan pilihan
seseorang tentang bagaimana cara menghabiskan waktu dan uang. Dalam arti ekonomi, shopping
lifestyle menunjukkan cara yang dipilih oleh seseorang untuk mengalokasikan pendapatan, 13 baik
dari segi alokasi dana untuk berbagai produk dan layanan, serta alternatif – alternatif tertentu.
Hal ini menunjukkan bahwa shopping lifestyle mencerminkan pilihan seseorang dalam
menghabiskan waktu dan uang. Gaya hidup merupakan salah satu indikator dari faktor pribadi
yang turut berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Jika diartikan, gaya hidup merupakan pola
hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup
menggambarkan seseorang secara keseluruhan yang berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup
juga mencerminkan sesuatu di balik kelas sosial seseorang dan menggambarkan bagaimana
mereka menghabiskan waktu dan uangnya. Gaya hidup pada prinsipnya adalah pola seseorang
Menurut Kotler dan Keller (2008:224) gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia
yang terungkap pada aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri
seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Para pemasar mencari hubungan antara
produk mereka dengan kelompok gaya hidup. Contohnya, perusahaan penghasil komputer
mungkin mendapatkan bahwa sebagian besar pembeli komputer berorientasi pada pencapaian
prestasi. Dengan demikian, para pemasar dapat lebih jelas mengarahkan merek-nya ke gaya hidup
orang yang berprestasi. Para pemasar selalu menyingkapkan tren baru dalam gaya hidup
konsumen.
1.4.3 Fashion Involvement
Para peneliti telah mendefinisikan fashion involvement dari berbagai macam sudut
pandangnya. O’Cass (2005) seperti dikutip Japarianto dan Sugiharto (2013 : 5) mendefinisikan
involvement sebagai minat atau bagian motivasional yang ditimbulkan oleh stimulus atau situasi
tertentu, dan ditujukan melalui ciri penampilan. Zaichkowsky (1985) seperti dikutip Japarianto
suatu produk fashion (aksesoris) karena kebutuhan, nilai dan ketertarikan sesorang terhadap
produk tersebut. Involvement dapat dipandang sebagai motivasi untuk memproses informasi. Celsi
dan Olson (1988) seperti dikutip Japarianto dan Sugiharto (2013 : 5) menyatakan bahwa selama
dengan produk tersebut. Konsumen akan memberikan lebih banyak upaya untuk memahami iklan
tersebut dan memfokuskan perhatian pada informasi produk yang terkait di dalamnya, di sisi lain,
seseorang mungkin tidak akan mau repot untuk memperhatikan informasi yang diberikan.
Begitu pula dengan fashion pria, banyak orang baik wanita maupun pria saat ini yang
terlibat dengan fashion, menghabiskan waktu dan uang untuk gaya terbaru, sedangkan yang lain
(sering kali pria memenuhi syarat di kategori ini) menemukan bahwa berbelanja pakaian adalah
sebuah tugas. Dalam pemasaran fashion, fashion involvement mengacu pada ketertarikan
perhatian dengan kategori produk fashion (seperti aksesoris). Fashion involvement digunakan
terutama untuk meramalkan variabel tingkah laku yang berhubungan dengan produk pakaian
seperti keterlibatan produk, perilaku pembelian, dan karakteristik konsumen (Park 2006 : 25).
ekonomi
Sebuah konstruksi kelelakian terhadap pria disebut dengan maskulin. Pria tidak dilahirkan
begitu saja dengan sifat maskulinnya secara alami, maskulinitas dibentuk oleh budaya tempat
masyarakat berada. Kebudayaan telah membentuk makna maskulinitas bagi seorang lelaki yang
dilahirkan ke dunia (Barker, 2000 : 46). Menurut Barker nilai-nilai kebudayaan tersebut tentu
sangat berpengaruh terhadap makna maskulinitas pria, yang menentukan sifat perempuan dan pria
adalah kebudayaan. Maskulinitas tradisional menganggap tinggi nilai-nilai, antara lain : nilai
kekuatan, kekuasaan, ketabahan, aksi, kendali, kemandirian, kepuasan diri, kesetiakawanan, pria
dan kerja. Diantara yang dipandang rendah adalah hubungan interpersonal, kemampuan verbal,
kehidupan domestik, kelembutan, komunikasi, perempuan dan anak-anak (Barker. 2000 : 48).
Maskulinitas menjadi hal yang sangat kompleks serta dinamis. Maskulinitas tidak bersifat
tunggal, tetapi beragam dan terkait erat dengan status sosial-ekonomi (Connell, 2002 : 5).
Pembahasan mengenai maskulinitas lekat hubungannya dengan dominasi kaum pria karena
maskulinitas tradisional meyakini bahwa pria haruslah sosok yang mendominasi. Dominasi
tersebut merupakan suatu cara bagi pria untuk menemukan sisi kelelakiannya. Pemikiran ini
berdasarkan pada penyataan Connell (2002 : 4) bahwa menjadi pria atau perempuan bukanlah
sesuatu yang ajeg tetapi merupakan proses menjadi (becoming) dalam kondisi yang secara aktif di
Konstruksi sosial telah membentuk persepsi bahwa laki-laki yang dapat dikatakan sebagai
seorang pria maskulin atau pria sejati secara tradisional pada umumnya haruslah kuat, aktif serta
dapat mendominasi. Seperti hasil dari penelitian dari Williams & Best (dalam Lips, 2008 : 7)
bahwa 25% Negara, 75% responden mengatakan bahwa pria harus memiliki semangat juang yang
tinggi, sifat petualang, mendominasi, kuat, mandiri, serta macho. Tentu maskulinitas dalam diri
lelaki menjadi penting, mengingat seorang lelaki diharapkan dapat memenuhi kritera-kriteria
tersebut untuk menjadi lelaki yang maskulin. Hal ini dikarenakan agar tidak terjadi hal yang
menyimpang, seperti lelaki yang bergaya dan memiliki sifat layaknya seorang perempuan.
Akan tetapi semua itu mulai mengalami pergeseran, salah satu faktor yang menyebabkan
pergeseran nilai-nilai serta definisi maskulinitas adalah media massa, serta perkembangan internet
yang sangat pesat. Internet yang awalnya hanya digunakan sebagai mesin pencari informasi saja,
saat ini telah berkembang menjadi media pertukaran informasi, media komunikasi terbesar dan
tercepat, media massa online, media sosial, media jual beli, dan lain sebagainya. Sehingga semakin
banyak pengetahuan baru yang diambil dari budaya masyarakat lain yang disajikan oleh internet.
Menurut Beynon (dalam Nasir, 2007 : 5) hal yang terjadi dengan laki-laki sekarang ini
adalah munculnya sesuatu yang khas dan semakin lama gejala kelelakian semakin penuh dengan
istilah-istilah baru yang saat ini sedang “trend” adalah pria metroseksual. Michael Flocker dalam
bukunya Metrosexual Guide to Style Handbook for Modern Man (2003 : h.iii) menjelaskan bahwa
pria metroseksual adalah trendsetter pada pria abad ke-21, pria urban yang memiliki sense
aesthetic yang tinggi, pria yang menghabiskan waktu dan uang untuk penampilan dan berbelanja
memproduksi identitas yang digunakan sebagai pembeda antara satu dengan lainnya. Ada berbagai
alat / system yang dapat dipakai untuk memproduksi identitas, salah satu alat yang dapat dipakai
adalah website belanja online. Website belanja online ini sendiri telah menjadi gaya hidup yang
dianggap sebagai standart kelayakan hidup setiap orang sehingga wajib diikuti.
Dalam abad gaya hidup, penampilan adalah segalanya (David Chaney, 1996 : 15-18).
Perhatian terhadap urusan penampilan sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam sejarah. Urusan
penampilan atau presentasi diri ini sudah lama menjadi perbincangan sosiolog dan kritikus budaya,
Erving Goffman misalnya dalam bukunya yang berjudul The Presentation of Self In Everyday Life
(1959), mengemukakan bahwa kehidupan sosial terutama terdiri dari penampilan teatrikal yang
Yang dia maksudkan adalah bahwa kita bertindak seolah-olah di atas panggung. Bagi Goffman,
berbagai penggunaan ruang, barang-barang, bahasa tubuh, ritual interaksi sosial tampil untuk
Di abad modern seperti ini, ungkapan “Kamu bergaya maka kamu ada!” (David Chaney,
1996 : 15) mungkin cocok untuk melukiskan kegandrungan manusia modern akan gaya. Itulah
sebabnya industri gaya hidup untuk sebagian besar adalah industri penampilan. Dalam ungkapan
Chaney, “penampakan luar” menjadi salah satu situs yang penting bagi gaya hidup, hal-hal
permukaan akan menjadi lebih penting daripada sekedar substansi. Gaya dan desain menjadi lebih
penting daripada fungsi. Gaya menggantikan substansi, kulit akan mengalahkan isi. Pemasaran
penampakan luar, penampilan, hal-hal yang bersifat permukaan atau kulit akan menjadi bisnis
Lebih jauh lagi Chaney mengingatkan bagaimana para politisi, selebriti, artis pertunjukan,
dan figur-figur publik lainnya akan terus berusaha memanipulasi penampakan luar citra diri
mereka (gaya hidup mereka) untuk merekayasa kesepakatan dan mendapatkan dukungan, serta
lebih buruknya mengkonstruksi opini publik mengenai gaya hidup. Dalam bukunya, Chaney
mengungkapkan, “Jadi, baik korporasi-korporasi, maupun para selebriti dan kelompok figur
publik lainnya, seperti para politisi, berupaya memanipulasi citra mereka dengan cara-cara yang
Chaney juga mengatakan bahwa pada akhir modernitas semua yang kita miliki akan
menjadi budaya tontonan (a culture of spectacle). Semua orang ingin menjadi penonton dan
sekaligus ditonton. Ingin melihat tapi sekaligus juga dilihat. Disinilah gaya mulai menjadi modus
keberadaan manusia modern seperti ungkapan-ungkapan : “Kamu bergaya maka kamu ada!” atau
“Kalau kamu tidak bergaya, siap-siaplah untuk tidak dianggap (tidak ada)”, masyarakat akan
meremehkan, mengabaikan, atau mungkin melecehkan seseorang yang tidak mengikuti gaya hidup
masyarakat modern saat ini. Itulah sebabnya mungkin orang sekarang perlu bersolek atau berias
diri baik wanita maupun pria sekalipun. Jadilah kita komunitas “masyarakat pesolek” (dandy
society). Tak usah susah-susah menjelaskan mengapa tidak sedikit pria dan wanita modern yang
perlu tampil “beda” sebagai istilah dari modis, necis, perlente, dan dandy. Kini gaya hidup
demikian bukan lagi monopoli artis, model, peragawan/peragawati ataupun selebriti saja yang
memang sengaja mempercantik diri untuk tampil di panggung. Tapi, gaya hidup golongan
penganut dandyism kini sudah ditiru secara kreatif oleh masyarakat untuk tampil sehari-hari, ke
tempat kerja atau sekedar jalan-jalan, dan ngobrol dengan teman di mall. Mall adalah salah satu
Tidak heran, industri jasa yang memberikan layanan untuk mempercantik penampilan
wajah, kulit, tubuh, rambut dan terutama pakaian atau fashion telah dan akan terus tumbuh menjadi
usaha yang besar. Kini urusan bersolek tidak lagi melulu milik wanita, tapi kamu pria pun sudah
merasa perlu tampil dandy. Perubahan sensibilitas kaum pria dalam memandang penampilan dan
citra diri agaknya telah dilirik oleh industri kosmestik dan fashion di Tanah Air. Kini tidak hanya
menjamur shampo khusus untuk pria dari berbagai merek, tapi di rumah-rumah mode juga akan
mudah ditemui perlengkapan kecantikan dan pakaian khusus untuk pria dengan berlabel For Men!
Urusan solek-bersolek kini tidak hanya melulu di sekitar rekayasa penampilan tubuh (body
building) yang ditandai dengan menjamurnya fitness centre atau pusat kebugaran dan gejala
kebiasan berdiet atau operasi plastik di kalangan wanita maupun pria yang gelisah karena bentuk
tubuh atau ukuran tubuh yang dianggap kurang ideal. Industri kosultasi mengenai penampilan juga
tak kalah hebat, bahkan keberadaan outlet-outlet penunjang penampilan tersebut mencapai
pelosok-pelosok. Salah seorang psikolog Amerika terkemuka, Nancy Etcoff, dalam bukunya yang
berjudul Survival of The Prettiest : The Science of Beauty (1999) menyebut gejala tersebut dengan
sebutan Lookism. Lookism adalah teori yang menganggap bahwa semakin baik penampilan anda,
Dengan munculnya teori ini bahwa tidak hanya wanita saja yang senang memperhatikan
penampilan, namun laki-laki juga demikian sehingga muncul lah istilah Pria Metroseksual. Secara
etimologi, metroseksual berasal dari kata metropolis yang memiliki arti ibu kota dan seksual. Jadi,
metroseksual merupakan sosok narsistik dengan penampilan “dandy”, yang jatuh cinta tidak
hanya pada dirinya sendiri, tetapi juga pada gaya hidup urban. Metroseksual lahir karena beberapa
pengetahuan, antara lain pengetahuan dari kultur gay, seksualitas, anti-esensialisme, dan kritik
budaya sebagai dasar eksistensinya. Dengan demikian metroseksual sendiri merupakan seksualitas
baru yang lahir dari praktik visual seksualitas dan tubuh, yang membentuk atribut-atribut
“a dandyish narcissist in love not only himself but also his urban lifestyle...”
Menurut pernyataan diatas, kategori pria baru-baru ini memiliki rasionalitasnya sendiri,
yaitu sifat narsistik yang tinggi sehingga mereka selalu memperhatikan penampilannya (dandy).
Visibilitas pria dalam kategori ini dapat dengan mudah ditemui di kota-kota besar atau kota
metropolitan yang merupakan wilayah gaya hidup urban. Dengan kata lain, metroseksual
merupakan julukan yang ditujukan kepada pria urban perkotaan yang senang memperhatikan
penampilan cenderung narsistik dan tidak malu-malu menunjukkan sisi feminin dari dirinya.
Pria metroseksual terobsesi dengan penampilan prima dari ujung kaki hingga ujung rambut
yang terawat bersih. Mereka nyaman berjam-jam di salon untuk melakukan perawatan. Mereka
juga rajin mengunjungi spa untuk relaksasi tubuh. Citra metroseksual adalah wangi dan rapi.
Tubuh mereka dibalut dengan pakaian yang bermerek dan pas di badannya, disertai aksesori untuk
Perburuan akan gaya hidup yang glamour pria metroseksual yang semakin konsumtif ini
membuat para produsen dan industri hiburan dan fashion mencoba melakukan bujuk rayu terhadap
para pelanggan melalui ilusi-ilusi iklan tentang diri (illusions of self). Artinya, bahwa mereka
menarik pelanggan menggunakan bahasa-bahasa penampilan yang digunakan melalui industri-
industri budaya massa. Mereka diberi ilusi tertentu tentang keunikan dalam gaya hidup personal
yang menyilaukan sehingga terperangkap dalam penampakan luar dimana mereka tidak memiliki
kendali untuk tidak mengikuti trend atau gaya hidup yang sedang berkembang dengan sangat cepat
di kalangan masyarakat. Disinilah kita mulai memasuki wilayah periklanan gaya hidup dimana
komoditi diukir dengan gaya dan gaya adalah komoditi yang bernilai.
Istilah “Metroseksual” pertama kali diperkenaklan oleh Mark Simpson seorang jurnalis
berkebangsaan Inggris dalam sebuah artikelnya yang berjudul The Independent pada tahun 1994.
Seorang pria metroseksual telah menjadikan diri mereka sendiri sebagai objek cintanya. Oleh
karena itu, Simpson (2002) kemudian menggunakan istilah “narsisme” untuk menggambarkan
bentuk baru maskulinitas ini sebagai penekanan terhadap pentingnya penampilan bagi seorang
anak muda. Sebagaimana yang juga ditekankan Simpson disini para pria metroseksual
Yang menarik disini ialah, hal ini telah bertentangan dengan tradisi patriarki heteroseksual
yang ideal, dimana image pria yang dikonstruksikan oleh masyarakat adalah makhluk gagah,
serampangan, serta cuek akan penampilan, namun kini? Lebih jauh, posisi ini kemudian
membalikan pihak mana yang aktif dan pasif dalam hal gender. Sejak kemunculan pria
metroseksual ini maka dia telah menjadi subjek pasif bagi pihak lain dalam hal ini para wanita.
Pada awalnya, masalah seksualitas yang berhubungan dengan pria metroseksual ini ini selalu
dikaitkan homoseksual. Tetapi pemaknaan ini tidaklah benar karena apa yang sesungguhnya
dipersepsikan sebagai metroseksual adalah sebagai “pilihan gaya hidup, pola konsumsi,
1.4.5.1 Metroseksualitas
Saat ini terlihat fenomena yang sangat berbeda dengan masa lalu dimana banyak kaum pria
berbelanja di pertokoan untuk membeli produk tertentu. Perubahan apa yang sebenarnya sedang
terjadi, mengapa pria yang di masa lalu biasanya tidak tertarik untuk berbelanja tetapi kini menjadi
begitu tertarik untuk berbelanja. Tetapi masih terdapat keraguan apakah fenomena ini benar-benar
sesuatu yang baru. Karena pada abad ke-19 hal tersebut juga telah ada tetapi seringkali dikaitkan
dengan aktivitas gay dan lesbian. Secara sederhana, pada masa itu pria dianggap aneh apabila
menggunakan sesuatu yang seharusnya diperuntukan bagi wanita—katakanlah memakai baju yang
berwarna pink misalnya. Tetapi sekarang telah terjadi perubahan dimana hal tersebut kemudian
dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Sejarah juga menunjukan bahwa bahwa di masa lalu telah
ada pria yang suka berbelanja dan melakukan perawatan diri dibandingkan pria lainnya, tetapi hal
Sejarah juga memperlihatkan bahwa ada sebagian pria yang memberikan perhatian lebih
terhadap penampilannya dibandingkan pria lainnya. Pakaian dan penampilan selalu menjadi hal
yang penting bagi pria ini. Hal tersebut tergambar dengan jelas dalam buku The Great Gatsby
(1925) yang ditulis oleh Francis Scott Fitzgerald dimana digambarkan jenis-jenis pakaian yang
digunakan sebagai karakter utama pria. Karakteristik ini sering disebut “narsistik” dan “narsisme”
Istilah “narsisme” ini berhubungan dengan mitologi Yunani kuno mengenai seseorang
yang bernama Narcissus yang digambarkan sebagai pria muda yang cantik. Pada suatu saat
pendeta Oracle berkata kepada Narcissus bahwa dia akan hidup sampai usia tua sampai dia sendiri
tidak akan pernah mengetahuinya. Akibat perkataan Oracle tersebut Narcissus kemudian menjadi
tidak peduli dengan cinta yang kemudian membuat patah hati para pria dan wanita yang
mengaguminya. Hingga pada suatu hari dia membungkukan badannya untuk minum dari sebuah
kolam. Narcissus kemudian melihat bayangan dirinya di kolam tersebut dan kemudian dia merasa
jatuh cinta terhadap dirinya sendiri. Sambil menangis dia berkata “Sekarang aku tahu mengapa
orang lain merasa tersakiti olehku, karena sebenarnya aku telah terbakar oleh kecintaan terhadap
diriku sendiri” dan bagaimana aku dapat mencapai cinta yang hanya terlihat sebagai bayangan di
dalam air” (Hamilton, 1992). Narcissus kemudian perlahan memudar sebagaimana bayangannya
dan kemudian berubah menjadi apa yang dikenal kemudian sebagai bunga Narcissus.
Terdapat banyak kemiripan antara pria “metroseksual” dan pria “narsis” yaitu terutama
obsesinya terhadap penampilan serta keinginannya untuk dikagumi oleh orang lain. Tetapi terdapat
perbedaan yang signifikan yaitu pria metroseksual lebih merasa percaya diri (self-confident)
dan extrovert. Mereka selalu berpikir agar terlihat luar biasa di hadapan orang lain tetapi tidak
terpengaruh ketika orang lain mengatakan bahwa pakaiannya jelek misalnya. Hal ini kontras
dengan pria “narsis” dimana mereka adalah seorang introvert yang selalu ingin terlihat dan
terdengar bagus di hadapan orang lain. Seorang “narsis” memperhatikan setiap kritikan yang
ditujukan kepadanya dengan serius dan mereka biasanya merasa “dijatuhkan” ketika ada yang
mengkritik penampilannya.
Istilah lainnya yang seringkali dikaitkan dengan metroseksual ini adalah pria pesolek
(dandy) dan secara faktual para dandy ini dalam berbagai aspek memiliki banyak kesamaan
dengan pria metroseksual (Bree, 2004). Istilah dandy muncul di akhir abad ke-18 dan awal abad
ke-19 untuk menggambarkan pria yang sangat memperhatikan penampilan fisik. Muncul pertama
kali di Inggris dan Perancis dan salah satu yang dikenali sebagai dandy pada waktu itu adalah Lord
Byron. Jadi pria dandy sebenarnya telah ada sejak sekitar 200 tahun yang lalu. Karakteristik utama
seorang dandy disamping sangat memperhatikan penampilan, mereka juga sangat berhati-hati
Pria dandy hanya menggunakan bahasa yang halus serta fokus menggunakan waktu
luangnya untuk pergi ke teater atau membaca buku. Dalam banyak hal, pria ini mencoba untuk
meniru cara hidup kaum aristokrat pada waktu itu dengan memperhatikan pakaian dan rambutnya.
Thomas Carly mendefinisikan pria dandy ini sebagai “pria yang keberadaannya tidak terlepas dari
pakaian yang dikenakannya”. Setiap panca inderanya dari mulai jiwa, semangat serta hartanya
digunakan hanya untuk memilih pakaian secara baik dan bijak, sehingga “dia tidak berpakaian
Terdapat pula persamaan antara dandy dengan pria metroseksual yaitu dalam hal
berpakaian. Mereka senang menjadi pusat perhatian orang lain terutama penampilan fisiknya.
Tetapi apa yang membedakan antara pria dandy dan pria metroseksual ini adalah peranan olahraga
dimana pria dandy tidak memiliki ketertarikan terhadap aktivitas olahraga dibandingkan pria
metroseksual. Bagi seorang pria dandy olahraga adalah sesuatu yang sederhana dan wajar saja
tetapi bagi seorang pria metroseksual olahraga merupakan bagian penting dari gayanya. Seorang
pria metroseksual sejati biasanya memiliki hobi yang baik terhadap aktivitas olahraga ini. Dengan
kata lain persamaan antara seorang dandy dengan metroseksual adalah dalam hal pakaian dan
penampilan. Tetapi yang secara signifikan membedakan mereka adalah atribut sebagai seorang
“atlit”.
masyarakat masa kini. Simpson (2002) melakukan kritik terhadap masyarakat beserta kulturnya.
Karena pada waktu itu banyak orang yang membelanjakan uangnya untuk membeli berbagai
produk serta menjadikannya sebagai aktivitas yang paling penting. Dia tidak begitu menyukai
gagasan mengenai adanya pria kaya yang hidup di daerah metropolitan dan hanya menghabiskan
uangnya untuk membeli berbagai produk yang diiklankan. Menurut Simpson, iklan inilah yang
Tetapi sejak saat itu, seluruh media mulai menggunakan istilah “metroseksual” dan segera
menjadi simbolisasi bagi seorang pria muda yang kaya dan sukses. Gambaran diri ini kemudian
ini dan hasilnya ternyata sangat bagus. Produksi kosmetik mereka terus meningkat serta
mengalami pertumbuhan yang pesat. Sehingga berbagai perusahaan yang pada awalnya hanya
memproduksi kosmetik bagi wanita seperti Nivea, Clarins dan Christian Dior secara perlahan-
lahan mulai mengganti strategi pemasaran mereka dengan mendistribusikan produk bagi kaum
pria. Keadaan ini terus berlanjut sampai saat ini dengan sisi komersialisasi yang lebih masif
menggunakan berbagai jenis produk kosmetik mereka. Setiap media fashion kemudian
menampilkan pakaian dan produk perawatan kulit terbaru dan pria yang muncul didalam iklan
tersebut kemudian dianggap sebagai simbol “sex” bagi para perempuan sehingga banyak pria
Fenomena ini di satu sisi melihat laki-laki yang ingin terlihat sebagai selebritis atau bintang
iklan. Selain merasa diperhatikan wanita, mereka juga berpikir akan menjadi sukses apabila
menggunakan pakaian yang mahal serta memakai krim wajah seperti yang ada didalam iklan
tersebut. Sebagian mereka mengatakan hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar termasuk ketika
berpenampilan seperti wanita. Tetapi menurut Simpson (2002), hal tersebut tidaklah wajar karena
pada dasarnya mereka seperti sedang melihat dirinya di dalam cermin (mirror man). Di depan
cermin tersebut mereka seperti sedang melihat dirinya sendiri dan kemudian merasa puas.
1.4.5.3 Perubahan Kultural Maskulinitas Pria
didalam kekuatan sosial yang dalam konteks ini meruntuhkan maskulinitas laki-laki (Gardiner,
2002 dalam Pompper, 2010). Hal ini kemudian meruntuhkan hegemoni maskulinitas dimana
hegemoni ini kemudian dipandang hanya sebagai “ilusi” yang ditayangkan melalui berbagai film
hollywood, program televisi, majalah gaya hidup pria serta olahraga. Marjorie Garber, seorang
Professor Bahasa Inggris dari Universitas Harvard mengesankan bahwa masyarakat sedang dalam
keadaan “krisis”. Bukan hanya krisis dalam hal kemanusiaan tetapi juga krisis mengenai
pemahaman terhadap pria khususnya dan masyarakat pada umumnya terhadap peranan laki-laki
didalam keteraturan sosial. Dalam buku On Men : Masculinity in Crisis, digambarkan pria merasa
bangga ditempatkan didalam masyarakat sebagai pelindung bagi keluarganya. David Gauntlett
(2002:6-7) didalam bukunya Media, Gender and Identity menyebutkan ide mengenai
“maskulinitas dalam krisis” yang terjadi ketika pria mulai memiliki peran baru sementara wanita
Hasilnya, ketika lebih banyak wanita yang tidak lagi bergantung kepada suaminya
karena mampu memenuhi kebutuhannya sendiri berikut keluarganya maka peranan tradisional pria
menjadi semakin berkurang. Di masa lalu, wanita lebih tertarik kepada pria yang mampu
memberikan dan melindungi keluarga, disini faktor penampilan pria bersifat sekunder. Tetapi saat
ini berbeda, dengan semakin mandirinya perempuan dalam hal keuangan maka wanita dapat lebih
selektif didalam memilih pasangannya. Sekarang penampilan pria menjadi faktor yang lebih besar
dan menentukan.
Clare (2000 dalam Gauntlett, 2002:7) menyetujui bahwa sebuah perubahan diperlukan
dimana komunikasi, emosional dan ekpresi cinta menjadi penting. Pria tidak perlu menjadi seperti
wanita tetapi mereka dapat mengembangkan sebuah bentuk baru maskulinitas yang menempatkan
nilai cinta, keluarga dan hubungan personal secara lebih besar serta berupaya mengurangi
Tampaknya saat ini selain telah terjadi perubahan didalam kultur dan nilai maskulinitas
melawan nilai feminitas, juga telah terjadi perubahan peran “sex”. Mengacu kepada Hoyer dan
juga dicerminkan dalam pernyataan “jadilah laki-laki” (Gauntlett, 2002:9). Sementara nilai-nilai
feminin mengacu kepada wanita sebagai pihak yang memiliki budaya memelihara atau budaya
kepedulian masyarakat serta dikaitkan dengan istilah lemah, emosional dan pandai berkomunikasi.
Gauntlett (2002) melakukan sebuah pengamatan yang sangat menarik dimana ternyata “feminitas
tidak selalu harus terlihat atau dinyatakan sebagai wanita” tetapi itu tidak lebih dari sebuah
stereotip dari peranan wanita di masa lalu. Apabila dilihat dari pengertian tersebut maka terlihat
Hoyer dan MacInnis (2004:371) juga menggambarkan bagaimana masyarakat kita mulai
mengharapkan pria untuk memenuhi peran baru didalam rumah tangga seperti mengasuh anak
serta melakukan pekerjaan rumah tangga. Beberapa suami kemudian memiliki peran ganda yaitu
selain di tempat kerja juga di keluarga dan mereka merasa rela dengan tanggung jawab ini. Tetapi
sebagiannya lagi belum dapat menerima perubahan peranan tersebut terutama mengenai fungsi
laki-laki dalam ranah domestik rumah tangga. Dengan menunjukan sisi sensitifitas atau feminis
tersebut, seperti mencintai, peduli, emosi dan berperasaan yang lebih dari sekedar seorang ayah,
maka kemudian laki-laki didefinisikan sebagai metroseksual. Tetapi yang perlu juga diperhatikan
tidak semua pria yang tersentuh sisi sensitifitasnya tersebut adalah seorang metroseksual.
Sementara wanita sendiri memiliki peranan yang berbeda. Kini mereka memiliki status
yang lebih tinggi didalam posisi sosialnya yang kemudian menjadi faktor utama didalam evolusi
peranan gender. Etcoff (1999:82) menduga bahwa wanita masa kini menghabiskan lebih banyak
waktunya dengan memandang pasangannya sebagai pesaing. Para pria kemudian merasa
membutuhkan sebuah “senjata” lain yaitu penampilan fisiknya sendiri. Sebagai akibat perubahan
peran ‘sex’, maka produk tertentu kemudian dihubungkan dengan salah satu gender seperti
kosmetika dan pekerjaan di bidang keuangan misalnya sehingga terjadi penggolongan sex. Dengan
adanya perubahan ini kemudian menjadi menarik bahwa terjadi semacam kesepakatan bahwa
kecantikan ternyata membawa kepada kekuasaan dan status yang lebih tinggi. Disini kemudian
terlihat sebuah bentuk perjuangan baru didalam upaya memperoleh status. Dengan kata lain telah
terjadi pergeseran didalam “kekuasaan” dimana pria dianggap menjadi ancaman nyata bagi
kecantikan yang merupakan status kekuasaan perempuan yang telah dimiliki bertahun-tahun.
Terkait aspek spasial, wilayah perkotaan menjadi saksi terhadap kemunculan pria
metroseksual ini. Wilayah perkotaan memiliki banyak pertokoan, salon penata rambut serta
berbagai klub dan tempat kebugaran. Selain itu wilayah perkotaan juga cenderung lebih toleran
terhadap perbedaan dibandingkan dengan daerah pedesaan dimana kelas pekerjanya sulit untuk
merubah peranan sex konvensionalnya. Secara tradisional, para wanita disini lebih banyak
Tetapi yang cukup mengejutkan, meskipun di kota kecil ini masyarakatnya mulai
menyaingi apa yang terlihat di kota besar. Sikap terhadap gender kemudian berubah dan
orang-orang tertentu yang menjadi pemimpin opini, membentuk, memperbaiki atau membentuk
kembali prinsip-prinsip kultural yang kemudian dikaitkan dengan berbagai produk serta atribut
tertentu.
Para pemimpin opini tersebut seperti David Beckham,Hugh Jackman, Brad Pitt, Orlando
Bloom dan Jeff Gordon memiliki pengaruh yang besar didalam merubah sikap terhadap
metroseksualitas. Kelas pekerja kemudian mulai mengagumi serta meniru para atlit dan aktris
metroseksualitas yang lebih baik ke wilayah pedesaan. Imogen Matthews (2005:39) pengarang
“How men Catch Ob to Cosmetic” menemukan bahwa dengan semakin tumbuhnya dorongan
media disertai gambaran budaya yang “menggoda” maka banyak remaja dan anak muda yang kini
mengakui bahwa mereka perlu untuk berpenampilan lebih baik. Tidak seperti generasi yang lebih
tua dimana mereka cenderung melihat adanya kontradiksi antara maskulinitas dan kesombongan.
Gencarnya iklan dan promosi produk dari bangsa barat mengenai pentingnya lelaki
memperhatikan tampilan tubuh menjadi suatu hal yang telah mendominasi alam pikiran beberapa
lelaki dalam cara berpakaian dan menata diri. Apa yang ditampilkan dan dipresentasikan di dalam
iklan sebenarnya adalah bagaimana bangsa Eropa dalam hal ini melalui perusahaan-perusahaan
yang memproduksi produk-produk tersebut mencoba mengubah selera konsumen dan cara berpikir
mereka didalam memaknai bagaimana pria seharusnya berpakaian dan bergaya. Dengan mengutip
pemikiran Gramsci ini adalah bentuk dari hegemoni barat terhadap bangsa-bangsa lain di dunia.
Gramsci berpendapat bahwa budaya Barat sangat dominan terhadap budaya di negara-negara
Dalam konteks developmentalisme, konsep Gramsci memang sangat dekat dengan dasar
pemikiran teori dependensi (Cardoso), termasuk imperialisme struktural (John Galtung) dan
imperialisme kultural (Herbert Schiller). Herbert Schiller seorang pendukung utama imperialism
kultural menyatakan bahwa industri komunikasi telah merubah pola pikir manusia modern dan
sebagai media untuk menyebarkan hegemoni keseluruh penjuru dunia. Selain itu Barat kemudian
memperoleh keuntungan yang luar biasa besar dari pembelian produk-produk mereka di seluruh
yang kemudian modernitas ini masuk ke alam pikiran suatu bangsa. Sehingga negara-negara
berkembang hanya punya dua pilihan yaitu mengikuti nilai dan gaya modernitas atau terseingkir
Masifnya penetrasi modernisasi ini, jika dahulu dibantu dan dipercepat melalui peralatan
perang, maka di era sekarang mereka masuk melalui komunikasi, iklan maupun pemberitaan yang
canggih melalui beragam media seperti internet, televisi, dan koran. Imperialisme dan globalisasi
sesungguhnya dua fenomena dengan pesan yang sama, ‘perluasan daerah kekuasaan modernitas’.
Media menjadi lebih penting daripada pesan yang disampaikannya dan sistem tanda lebih
bermakna dibandingkan sistem objek. Konsumen kemudian hanyut dalam simbol, citra dan
penampilan yang telah dikonstruksikan oleh bangsa-bangsa yang lebih maju dalam penguasaan
teknologi.
sosok arsistik berpenampilan dandy, konsumtif serta memanfaatkan waktu luangnya di klub, spa,
salon, butik, penata rambut, restoran, dan toko ternama merupakan hasil dari keahlian para
didalam kehidupan sehari-hari melalui berbagai bentuk tawaran iklan produk kecantikan serta
keahlian perawatan rambut, wajah, laser, blue peel, teta peel dan sebagainya yang tidak hanya
Salah satu faktor pendorong yang paling penting dalam munculnya fenomena “pria
metroseksual” ini adalah perluasan identitas gender. Gender adalah salah satu bentuk prilaku yang
paling penting dikodifikasikan dalam semua masyarakat dan budaya (Leiss, Kline & Jhally,
1990:215). Ketika kesetaraan gender marak didengungkan oleh kaum feminis untuk menuntut
kesamaan hak dengan laki-laki, maka laki-laki pun demikian. Kaum laki-laki memiliki alasan
bahwa mereka melakukan aktivitas shopping, pergi ke salon, berolahraga di gym, memakai produk
bermerek, dan lain-lain untuk menjaga kesehatan dan menjaga kesan baik di hadapan klien.
Dalam beberapa dekade terakhir, kita melihat sebuah visibilitas peningkatan tubuh laki-
laki di media dan budaya populer. Laki-laki mendapatkan eksposur meningkat tidak hanya dari
tubuh mereka melainkan juga dari gaya hidup yang menjadi pilihan terhadap konsumsi dan
kebutuhan emosional yang kemudian memunculkan sebuah representasi dalam budaya populer
dimana tubuh laki-laki digambarkan secara ideal dan erotis (Moore ,1988 & Simpson, 1994).
Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi terus mengalami fluktuasi dari zaman ke zaman. Semakin banyaknya kebutuhan hidup
manusia, semakin menuntut pula terjadinya perubahan gaya hidup. Sebagai dampaknya, hal ini
menuntut setiap orang untuk selalu up to date. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan hidup
dan didorong oleh pesatnya teknologi informasi dan komunikasi seperti surat kabar, televisi, film,
internet jarak informasi dari satu negara ke negara lain semakin tipis.
Jika diamati dari tahun ke tahun, terjadi peningkatan dalam tuntutan gaya hidup baik pada
laki-laki maupun perempuan. Dalam konteks perempuan, mungkin bukan sesuatu yang
dipermasalahkan karena sebuah hal yang lumrah secara sosial dan mungkin bukan sesuatu yang
menarik untuk dikupas. Namun akan sangat berbeda jika subyeknya adalah laki-laki karena
Walaupun di masa sekarang bukan menjadi sesuatu hal yang yang unik dan aneh lagi, laki-
laki berpenampilan macho namun “cantik” telah menimbulkan suatu logika baru pertumbuhan
zaman. Konsep bahwa industri kecantikan selama ini seolah bernaung di bawah gender perempuan
kini mulai bergeser ke kelompok laki-laki. Bukan sesuatu hal yang tabu lagi jika pria kini
cenderung memperhatikan penampilan dan perawatan tubuh mereka dan terkadang untuk beberapa
kelompok laki-laki ternyata lebih telaten dan intensif dalam melakukan perawatan dibandingkan
dengan perempuan. Populasi kaum lelaki yang menonjolkan sisi femininnya tidak hanya muncul
di kota-kota besar di Indonesia, bahkan di kota kecil seperti Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Kecenderungan pria untuk memperhatikan penampilan itu kemudian lebih trend disebut
dengan istilah Metroseksual. Gaya hidup ala metroseksual baru mulai mendunia pada tahun
pertengahan tahun 2002. Sejak saat itu metroseksual seakan menjadi produk dari globalisasi. Jika
kita menelusuri jejak sejarah, gaya hidup metroseksual telah ada dalam cerita mitos Yunani kuno
ribuan tahun yang lalu, ataupun sebelum kelahiran Raja Louis XIV dari Perancis di tahun 1638
yang terkenal dandy dan glamor, dan sebelum Caligula (Gaeus Caesar) menjadi kaisar Romawi.
Pada tahun 1994 dimana pertama kali diperkenalkan kata metroseksual oleh Mark Simpson
Pada awalnya Metroseksual tidak sekedar didefinisikan sebagai gaya hidup pria yang urban,
maskulinitas baru bagi para laki-laki. Jika dulu maskulinitas diidentikkan dengan kegagahan,
kegarangan, tubuh yang besar, pekerja kasar dan berkepribadian keras, maka metroseksual
Metroseksual mendefinisikan maskulinitas sebagai orang yang tidak malu menujukkan sisi
feminitasnya. Artinya maskulinitas tidak lagi hanya diidentikan dengan kegagahan, kegarangan
dan kekerasan. Maskulintas baru diartikan sebagai laki-laki yang mampu menunjukkan sisi
emosionalnya secara positif, kasih sayangnya, sensitifitasnya, romantis, empati dan lembut. Pria
dengan maskulinitas versi baru ini tidak ragu untuk menemani istrinya berbelanja, mengasuh dan
menggendong anaknya, memasak, mengurus rumah, menonton film drama, curhat dan hal-hal lain
Apabila ditilik lebih jauh, sebenarnya metroseksual adalah salah satu keberhasilan gerakan
feminis. Feminisme berhasil mendefinisikan maskulinitas baru bagi para pria. Ranah domestik
seperti mengasuh anak, berbelanja, memasak dan mengurus rumah tidak lagi menjadi tanggung
jawab perempuan saja. Akan tetapi, menjadi tanggung jawab yang dibagi bersama.
Feminitas yang identik dengan kelembutan, sensitivitas dan emosionalitas bukan lagi
menjadi hal yang melemahkan dan memalukan. Tetapi justru menjadi hal yang wajar, manusiawi
dan alamiah. Pria yang menunjukkan emosinya, seperti menangis, tidak lagi dianggap sebagai pria
yang tidak normal. Disinilah feminitas perempuan naik derajat. Feminitas diperlakukan sebagai
hal yang alamiah dan terdapat tidak hanya pada perempuan saja tetapi juga terdapat pada pria.
Dalam kacamata sosial, feminitas tidak lagi menjadi sifat alami dari perempuan tetapi juga
sifat alami yang dimiliki oleh laki-laki. Feminitas tidak dikaitkan dengan gender tapi sebagai hal
yang umum bagi manusia baik perempuan dan pria sehingga kesetaraan antara kedua gender ini
tercapai. Apabila selama ini perempuan dinomorduakan karena dianggap lemah akibat
feminitasnya, maka dengan adanya metroseksual hal itu menjadi tidak berlaku lagi. Perempuan
dan pria menjadi gender yang setara karena maskulinitas dan feminitas bukan merupakan
monopoli salah satu gender saja. Feminitas dan maskulinitas bukan sesuatu hal yang
dihubungkan dengan melejitnya arus globalisasi. Metroseksual telah menjadi suatu tren gaya hidup
dalam masyarakat metropolitan di seluruh dunia. Gaya hidup ini menampilkan sisi glamor dari
kehidupan seorang pria kaya raya dan fashionable. Sentuhan modern khas masyarakat urban sangat
melekat dalam kehidupan sehari-hari para laki-laki metroseksual. Saat ini, Metroseksual menjadi
suatu kata yang tidak asing, terutama bagi mereka yang hidup dalam lingkungan urban dan
kosmopolitan. Metroseksual sering didefinisikan secara bebas sebagai gaya hidup pria-pria yang
mengubah maknanya hanya sekedar gaya hidup laki-laki urban, kosmopolitan, konsumtif dan
narsistik. Di Indonesia, berbagai gerai perawatan tubuh kaum laki-laki bermunculan menandakan
bahwa nilai kapitalistik lebih kental dalam pemilihan metroseksual. Sejatinya untuk menunjukkan
nilai feminin dari seorang laki-laki tidak hanya sekedar ditandai dengan perawatan tubuh.
Kapitalisme mencoba menawarkan produk-produk baru bagi para laki-laki dengan embel-embel
‘maskulin definisi baru’. Para laki-laki yang tadinya “hanya” menemani istrinya berbelanja,
akhirnya justru menjadi ikut berbelanja. Dan akhirnya metroseksual justru identik dengan gaya
Sayangnya saat ini metroseksual tidak lagi mencerminkan definisi awalnya. Kapitalisme
telah mendistorsi metroseksual. Jika ditanya kepada masyarakat tentang definisi metroseksual,
maka mayoritas mungkin akan menjawab metroseksual sebagai gaya hidup pria yang konsumtif,
Munculnya era ekonomi informasi yang didukung oleh teknologi informasi ini
komunikasi. Hal ini menyebabkan terjadi pergeseran cara untuk memasarkan produk yang
dahulunya dipasarkan secara konvensional sekarang beralih pada pemasaran secara virtual atau
elektronik khususnya melalui media internet, yang lazimnya disebut e-commerce. E-commerce
adalah aktivitas penjualan dan pembelian barang atau jasa melalui fasilitas internet (Ferraro dalam
Hawkins, 2007). E-commerce dapat dilakukan oleh siapa saja dengan mitra bisnisnya, tanpa
dibatasi oleh ruang dan waktu. Dalam aktivitas e-commerce sesungguhnya mengandung makna
adanya hubungan antara penjual dan pembeli, transaksi antar pelaku bisnis, dan proses internal
yang mendukung transaksi dengan perusahaan (Javalgi dan Ramsey dalam Hawkins, 2007). E-
commerce telah merubah cara perusahaan dalam melakukan bisnis (Lee, 2001; Darch dan Lucas,
2002).
Perkembangan pesat e-commerce yang ada pada masyarakat saat ini tidak terlepas dari
perkembangan teknologi informasi yang ada, selain itu dengan adanya fasilitas yang ditawarkan
Selain itu, e-commerce mampu memperluas pangsa pasar perusahaan dan kesempatan
biaya pemeliharaan persediaan barang karena waktu yang dibuthkan dalam proses pemesanan
lebih pendek. Jaringan bisnisnya pun dapat memperbaiki tingkat respon sistem dan menurunkan
persediaan. Biaya pelayanan konsumen juga lebih rendah karena konsumen dapat secara langsung
mengakses spesifikasi kebutuhan mereka dan memesannya melalui web yang secara otomatis
lebih murah dibandingkan transaksi melalui telepon. Selain itu dalam kondisi tertentu, spesifikasi
maupun harga pengenalan produk baru atau pengembangan produk yang dapat secara mudah
pelanggan dapat mencari informasi-informasi produk atau jasa dan melakukan transaksi secara
mudah, cepat, dan lebih akurat. Selain itu pelanggan dapat melakukan transaksi dari berbagai
tempat, baik dari rumah, kantor, warnet atau tempat-tempat lainnya baik melalui komputer, laptop,
tablet, handphone dan alat elektronik lainnya yang terkoneksi dengan internet. Pelanggan tak perlu
mendatangi toko, sehingga memungkin pelanggan dapat bertransaksi dengan aman tanpa harus
membawa uang tunai dalam jumlah besar yang nantinya dapat membahayakan pelanggan.
Banyaknya keunggulan yang diperoleh baik oleh produsen maupun konsumen dalam
kalangan masyarakat, bahwa fenomena e-commerce merupakan sesuatu yang menjual mimpi dan
idealisme, sehingga hal ini menyebabkan timbulnya masyarakat konsumtif karena konsumen
ditawari dengan banyak informasi yang menggiurkan melalui iklan yang dikemas secara menarik
Apabila dahulu produsen lebih banyak menarik perhatian konsumen wanita untuk
berbelanja secara konsumtif, kini hal tersebut sudah tidak berlaku lagi akibat adanya produksi
gender. Dimana sekarang pria dan wanita setara, wanita dapat melakukan pekerjaan pria dan
begitupun sebaliknya, pria dapat mengerjakan pekerjaan wanita. Melalui produksi gender ini
beserta perluasannya yang konstan, mulai berkembanglah fondasi-fondasi budaya dan perubahan
gaya hidup terutama pergeseran nilai-nilai gaya hidup akan fashion atau berpakaian.
Dengan adanya kategorisasi gender dalam lingkup masyarakat sosial, maka muncul pula
adanya kategorisasi gender dalam berbagai hal, salah satunya dalam hal fashion e-commerce.
Seperti di salah satu media e-commerce yang ada di Indonesia yaitu Maskoolin.com, terdapat
pembagian kolom penjualan pakaian dan aksesoris antara laki-laki dan perempuan.
Fenomena tersebut dimanfaatkan oleh para pelaku industri hiburan dan fashion sebagai
target pemasaran. Semakin banyak iklan-iklan media massa serta produk-produk kecantikan
khusus pria yang semakin mendekonstruksi pikiran masyarakat bahwa budaya konsumtif untuk
berbelanja itu adalah sebuah tren yang wajib diikuti oleh masyarakat, yang mengakibatkan
mudahnya masyarakat khususnya masyarakat urban perkotaan yang dengan mudah menjadi
korban iklan atau target pemasaran atau target penjualan bagi e-commerce.
Segmentasi pasar atau target market dari e-commerce merupakan proses pemisahan
konsumen ke dalam beberapa kelompok untuk memimpin penelitian pasar, iklan, dan penjualan.
Pasar konsumen dapat dipisahkan melalui beberapa cara, seperti melalui geografi, demografi,
Munculnya fenomena adanya e-commerce saat ini menunjukkan bahwa informasi telah
menjadi komoditas utama sehingga muncul adanya ekonomi teknologi informasi dan komunikasi,
hal ini menandakan bahwa kita telah memasuki masyarakat modern seperti yang disampaikan
Pada umumnya khalayak dianggap hanya sekumpulan orang yang homogen dan mudah
dipengaruhi. Sehingga, pesan-pesan yang disampaikan pada mereka akan selalu diterima.
Fenomena tersebut melahirkan teori ilmu komunikasi yang dikenal dengan teori jarum suntik
(Hypodermic Needle Theory). Teori ini menganggap media massa memiliki kemampuan penuh
dalam mempengaruhi seseorang. Media massa sangat perkasa dengan efek yang langsung pada
masyarakat. Khalayak dianggap pasif terhadap pesan media yang disampaikan. Teori ini dikenal
juga dengan teori peluru, bila komunikator dalam hal ini media massa menembakan peluru yakni
pesan kepada khalayak, dengan mudah khalayak menerima pesan yang disampaikan media. Teori
ini makin powerfull ketika siaran radio Orson Welles (1938) menyiarkan tentang invansi makhluk
Teori ini berkembang di sekitar tahun 1930 hingga 1940an. Teori ini mengasumsikan
bahwa komunikator yakni media massa digambarkan lebih pintar dan juga lebih segalanya dari
audience. Teori ini memiliki banyak istilah lain yang biasa kita sebut Hypodermic needle (teori
jarum suntik), Bullet Theory (teori peluru) transmition belt theory (teori sabuk transmisi). Dari
beberapa istilah lain dari teori ini dapat kita tarik satu makna , yakni penyampaian pesannya hanya
satu arah dan juga mempunyai efek yang sangat kuat terhadap komunikan.
Teori Peluru ini merupakan konsep awal efek komunikasi massa yang oleh para pakar
komunikasi tahun 1970-an dinamakan pula Hypodermic Needle Theory (Teori Jarum
Hipodermik). Teori ini ditampilkan tahun 1950-an setelah peristiwa penyiaran kaleidoskop stasiun
radio siaran CBS di Amerika berjudul The Invansion from Mars (Effendy.1993:264-265).
Istilah model hypodermic neadle timbul pada periode ketika komunikasi massa digunakan
secara meluas, baik di Eropa maupun di Amerika Serikat, yaitu sekitar1930-an dan mencapai
puncaknya menjelang Perang Dunia II. Pada periode ini kehadiran media massa baik media cetak
terjangkau oleh allpowerfull media massa. Penggunaan media massa secara luas untuk keperluan
(interpersonal relations).
Terpaan media massa (mass media exposure) tampak di dalam kecenderungan adanya
homogenitas cara-cara berpakaian, pola-pola pembicaraan, nilai-nilai baru yang timbul sebagai
akibat terpaan media massa, serta timbulnya produksi masa yang cenderung menunjukan suatu
kebudayaan masa.
Pengaruh media sebagai hypodermic injection (jarum suntik) didukung oleh munculnya
kekuatan propaganda Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Media massa memanipulasi kekuatan
besar. Bukti-bukti mengenai manipulasi kekuatan besar dari media massa ditunjukkan oleh
a) Peranan surat-surat kabar Amerika yang berhasil menciptakan pendapat umum positif ketika
perang dengan Spanyol pada 1898. Surat-surat kabar itu mampu membuat penduduk Amerika
c) Pengaruh Madison Avenue atas perilaku konsumen dan dalam pemungutan suara.
Istilah model jarum hipodermik dalam komunikasi massa diartikan sebagai media massa
yang dapat menimbulkan efek yang kuat, langsung, terarah,dan segera. Efek yang segera dan
langsung itu sejalan dengan pengertian Stimulus-Respon yang mulai dikenal sejak penelitian
Model jarum suntik pada dasarnya adalah aliran satu tahap (one step flow), yaitu media
massa langsung kepada khalayak sebagai mass audiance. Model ini mengasumsikan media massa
secara langsung, cepat, dan mempunyai efek yang amat kuat atas mass audiance. Media massa ini
sepadan dengan teori Stimulus-Response (S-R) yang mekanistis dan sering digunakan pada
penelitian psikologi antara tahun 1930 dan 1940. Teori S-R mengajarkan, setiap stimulus akan
menghasilkan respons secara spontan dan otomatis seperti gerak refleks. Seperti bila tangan kita
terkena percikan api (S) maka secara spontan, otomatis dan reflektif kita akan menyentakkan
tangan kita (R) sebagai tanggapan yang berupa gerakkan menghindar. Tanggapan di dalam contoh
tersebut sangat mekanistis dan otomatis, tanpa menunggu perintah dari otak.
Teori peluru atau jarum hipodermik mengasumikan bahwa bahwa media memiliki
kekuatan yang sangat perkasa dan komunikan dianggap pasif atau tidak tahu apa-apa. Teori ini
1. Media massa sangat ampuh dan mampu memasukkan ide-ide pada benak komunikan yang
tak berdaya.
2. Khalayak yang tersebar diikat oleh media massa, tetapi di antara khalayak tidak saling
berhubungan.
Model Hypodermic Needle tidak melihat adanya variable-variable antara yang bekerja
diantara permulaan stimulus dan respons akhir yang diberikan oleh mass audiance. Elihu Katz
dalam bukunya, “The Diffusion of New Ideas and Practices” menunjukkan aspek-aspek yang
1. Media massa memiliki kekuatan yang luar biasa, sanggup menginjeksikan secara mendalam
berhubungan dan hanya berhubungan dengan media massa. Kalau individu-individu mass
audienceberpendapat sama tentang suatu persoalan, hal ini bukan karena mereka berhubungan
atau berkomunikasi satu dengan yang lain, melainkan karena mereka memperoleh pesan-pesan
yang sama dari suatu media (Schramm, 1963) Model Hypodermic Needle cenderung sangat
melebihkan peranan komunikasi massa dengan media massanya. Para ilmuwan sosial mulai
berminat terhadap gejala-gejala tersebut dan berusaha memperoleh bukti-bukti yang valid
Teori Peluru yang dikemukakan Schramm pada tahun 1950-an ini kemudian dicabut
kembali tahun 1970-an, sebab khalayak yang menjadi sasaran media massa itu tenyata tidak pasif.
Lazarfeld mengatakan bahwa jika khalayak diterpa peluru komunikasi, mereka tidak jatuh
terjerembab, karena kadang-kadang peluru itu tidak menembus. Ada kalanya efek yang timbul
berlainan dengan tujuan si penembak. Sering kali pula sasaran senang untuk ditembak. Sedangkan
Bauer menyatakan bahwa khalayak sasaran tidak pasif. Mereka secara aktif mencari yang
diinginkannya dari media massa, mereka melakukan interpretasi sesuai dengan kebutuhan mereka.
Sejak tahun 1960-an banyak penelitian yang dilakukan oleh para pakar komunikasi yang
ternyata tidak mendukung teori ini. Hasil dari serangkaian penelitian itu menghasilkan suatu model
Needle.Kemudian muncullah teori limited effect model (model efek terbatas). Publik sama sekali
untuk menyeleksi apa saja saja yang berasal dari luar & tidak direspons begitu saja.
Teori jarum hipodermik disebut juga dengan Magic Bullet atau Stimulus Response Theory.
Menurut teori ini, media massa memiliki dampak yang sifatnya langsung, segera serta kuat
terhadap khalayak massa. Media massa pada kurun waktu 1940an hingga 1950an digambarkan
Beberapa faktor yang memberikan kontribusi terhadap teori kuatnya dampak media massa
adalah berkembangnya popularitas radio serta televisi yang begitu cepat, munculnya industri-
industri persuasi seperti periklanan dan propaganda, hasil penelitian yang dilakukan oleh Payne
Fund pada tahun 1930an yang menitikberatkan pada dampak motion pictures terhadap anak-anak
serta monopolisasi media massa yang dilakukan oleh Hitler selama perang dunia II untuk
Teori ini mengasusmsikan bahwa media massa dapat mempengaruhi sebagian besar
kelompok orang-orang secara langsung dan seragam dengan cara membombardir mereka dengan
pesan-pesan yang sesuai yang dirancang untuk memantik respon yang diinginkan.
Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis) adalah studi tentang struktur pesan
dalam komunikasi. Lebih tepatnya, analisis wacana kritis adalah telaah mengenai aneka fungsi
bahasa (Targan, 1993 : 24). Penelitian dengan menggunakan analisis wacana menurut Potter (1996
: 137), dimaksudkan untuk menemukan dimensi-dimensi sosial dan ideologis dari bahasa atau
beberapa system representasi seperti bahasa lain, misalnya film, program televisi, program radio,
Istilah analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam banyak disiplin ilmu dan
dengan berbagai pengertian. Meskipun ada gradasi yang besardari berbagai definisi, titik
bahasa. Bagaimana bahasa dipandang dalam analisis wacana? Disini ada beberapa perbedaan
pandangan. Mohammad A. S. Hikam dalam suatu tulisannya telah membahas dengan baik
perbedaan paradigma analisis wacanaa dalam melihat bahasa ini yang akan diringkas sebagai
berikut.
Paling tidak ada tiga pandangan mengeneai bahasa dalam analisis wacanaa. Pandangan
pertama diwakili oleh kaum positivme-empiris. Oleh kaum ini , bahasa dilihat sebagai jembatan
antara manusia dengan objek diluar dirinya. Pengalaman-pengalaman manusia dianggap dapat
secara langsung diekspresikan melalui penggunaan bahasa tanpa ada kendala atau distorsi, sejauh
dengan pengalaman empiris. Salah satu cirri daripemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran
dan realitas. Dalam kaitannya dengan analisis wacanaa, konsekuensi logis dari pemahaman ini
sebab yang penting adalah apakah pernyataan itu dilontarkan secara benar menurut kaidah
sintaksis dan semantik. Oleh karena itu tata bahasa, kebenaran sintaksis adalah bidang utama dari
tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama. Wacanaa lantas diukur dengan pertimbangan
Pandangan kedua, disebut sebagai konstruktivisme. Pandangan ini banyak dipengaruhi oleh
subjek dan objek bahasa. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat
sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai
penyampai pernyataan. Konstruktivisme justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam
kegiatan wacanaa serta hubungan-hubungan sosialnya. Dalam hal ini, seperti dikatakan A.S.
Bahasa dipahami dalam paradigm ini diatur dan dihidupkan oleh pernyatan-pernyataan
yang bertujuan. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan penciptaan makna, yakni
tindakan pembentukan diri serta pengungkapan jati diri dari sang pembicara. Oleh karena itu,
analisis wacanaa dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk membonhgkar maksud-maksud dan
makna-makna tertentu. Wacanaa adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang
subjek yang mengemukakan suatu pernyataan. Pengungkapan itu dilakukan diantaranya dengan
memnempatkan diri pada posisi sang pembicara dengan penafsiran mengikuti struktur makna dari
sang pembicara.
Pandangan ketiga disebut sebagai pandangan kritis. Pandangan ini ingin mengoreksi
pandangan konstruktivisme yang kurang sensitive pada proses produksi dan reproduksi makna
yang terjadi secara historis maupun institusional. Seperti ditulis A.S. Hikam, pandangan
setiap wacanaa, yang pada gilirannya berperan dalam membentuk jenis-jenis subjek tertentu
berikut perilaku-perilakunya. Hal inilah yang melahirkan paradigm kritis. Analisis wacanaa tidak
dipusatkan pada kebenaran/ketidakbenaran struktur tata bahasa atau proses penafsiran seperti pada
analisis konstruktivisme.
Analisis wacanaa dalam paradigm ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi
pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral
yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena sangat berhubungan dan
dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. bahasa disini tidak difahami sebagai
medium netral yang terletak diluar diri si pembicara. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami
sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu,
maupun strategi didalamnya. Oleh karena itu, analisis wacanaa dipakai untuk membongkar kuasa
yang ada dalam setiap proses bahasa: batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacanaa,
perspektif yang merti dipakai, topic apa yang dibicarakan. Dengan pandangan semacam ini,
wacanaa melihat bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam pembentukan
subjek, dan berbagai tindakan representasi yang terdapat dalam masyarakat. karena memakai
perpektif kritis, analisis wacanaa kategori ketiga itu juga disebut sebagai analisis wacanaa kritis
(Critical Discourse Analysis/CDA). Ini untuk membedakan dengan analisis wacanaa dalam
Analisis wacana muncul sebagai suatu reaksi terhadap linguistik murni yang tidak bisa
mengungkap hakikat bahasa secara sempurna. Dalam hal ini para pakar analisis wacana mencoba
untuk memberikan alternative dalam memahami hakikat bahasa tersebut. Analisis wacana
mengkaji bahasa secara terpadu, dalam arti tidak terpisah-pisah seperti dalam linguistik, semua
unsure bahasa terikat pada konteks pemakaian. Oleh karena itu, analisis wacana sangat penting
Analisis wacana adalah suatu disiplin ilmu yang berusaha mengkaji penggunaan bahasa
yang nyata dalam komunikasi. Stubbs (1983:1) mengatakan bahwa analisis wacana merupakan
suatu kajian yang meneliti dan menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik lisan
maupun tulis, misalnya pemakaian bahasa dalam komunikasi sehari-hari. Selanjutnya stubbs
konteks sosial, khususnya dalam penggunaan bahasa antar penutur. Jadi jelasnya analisis wacan
bertujuan untuk mencari keteraturan bukan kaidah. Yang dimaksud dengan keteraturan, yaitu hal-
hal yang berkaitan dengan keberterimaan penggunaan bahasa di masyarakatsecara realita dan
cenderung tidak merumuskan kaidah bahasa seperti dalam tata bahasa. Kartomiharjo (1999:21)
mengungkap bahwa analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk
menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat. Analisis wacana lazim
digunakan untuk menemukan makna wacana yang persis sama atau paling tidak sangat ketat
dengan makna yang dimaksud oleh pembicara dalam wacana lisan, atau oleh penulis dalam
wacana tulis.
Berdasarkan analisisnya, cirri dan sifat wacana menurut syamsuddin (1992:6) analisis
1. Analisis wacana membahas kaidah memakai bahasa didalam masyarakat (rule of use-
2. Analisis wacana merupakan usaha memahami makna tuturan dalam konteks, teks, dan
(Beller).
4. Analisis wacana berkaitan dengan pemahaman bahasa dalam tindak berbahasa (what is
5. Analisis wacana diarahkan kepada masalah memakai bahasa secara fungsional (functional
Ciri-ciri dasar lain dapat diramu dari pendapat beberapa ahli, seperti merit, Sclegloff dan
Sacls, Fraser, Searle, Richard, Halliday, Hasan, dan Horn, antara lain sebagai berikut.
(Syamsuddin, 1992:6).
2. Analisis wacana banyak bergantung pada interpretasi terhadap konteks dan pengetahuan
3. Semua unsur yang terkandung di dalam wacana dianalisis sebagai suatu rangkaian.
4. Wujud bahasa dalam wacana itu lebih jelas karena didukung oleh situasi yang tepat (All
Tokoh analisis wacana adalah Sinclair dan Coulthard (1979). Mereka meneliti wacana
yang dibentuk dalam interaksi guru dan murid di kelas. Mereka merekam sejumlah peristiwa
belajar-mengajar di sekolah dasar di Inggris. Menurut Coulthard (1997) analisis wacana dimulai
oleh ide Firth yang mengungkap tentang linguistik kontekstual bahwa bahasa baru bermakna
apabila berada dalam suatu konteks. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Brown dan Yule
(1983:27-67) yang menyatakan bahwa dalam menginterpretasi makna sebuah ujaran perlu
Analisis wacana kritis (AWK) adalah sebuah upaya atau proses (penguraian) untuk
member penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) yang mau atau sedang dikaji oleh seseorang
atau kelompok dominan yang kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh
apa yang diinginkan. Artinya, dalam sebuah konteks harus disadari akan adanya kepentingan. Oleh
karena itu, analisis yang terbentuk nantinya disadari telah dipengaruhi oleh si penulis dari berbagai
factor. Selain itu harus disadari pula bahwa dibalik wacana itu terdapatmakna dan citra yang
yang berkaitan dengan interpretasi dan peristiwa-peristiwa di dalam system kemasyarakatan yang
luas. Melalui pendekatan wacana pesan-pesan komunikasi, seperti kata-kata, tulisan, gambar-
gambar, dan lain-lain, eksistensinya ditentukan oleh orang-orang yang menggunakannya, misalnya
konteks peristiwa yang berkenaan dengannya, situasi masyarakat luas yang melatar belakangi
keberadaannya, dan lain-lain. Kesemuanya itu dapat berupa nilai-nilai, ideologi, emosi,
Jadi, analisis wacana yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah sebagai upaya
pengungkapan maksud tersembunyi dari subjek (penulis) yang mengemukakan suatu pernyataan.
Pengungkapan dilakukan dengan menempatkan diri pada posisi sang penulis yang mengikuti
struktur makna dari sang penulis sehingga bentuk distribusi dan produksi ideologi yang
disamarkan dalam wacana dapat diketahui. Jadi, wacana dapat dilihat dari bentuk hubungan
objek studi bahasa. Bahasa tentu digunakan untuk menganalisis teks. Bahasa tidak dipandang
dalam pengertian linguistik tradisional. Bahasa dalam analisis wacana kritis selain pada teks juga
pada konteks bahasa sebagai alat yang dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu termasuk praktik
ideologi.
Analisis wacana kritis dalam lapangan psikologi sosial di-artikan sebagai pembicaraan.
Wacana yang dimaksud disini agak mirip dengan struktur dan bentuk wawancara dan praktik dari
pemakainya. Sementara dalam lapangan politik, analisis wacana kritis adalah praktik pemakaian
bahasa, terutama politik bahasa. Karena bahasa adalah aspek sentral dari penggambaran suatu
subjek, dan lewat bahasa ideologi terserap didalamnya, maka aspek inilah yang dipelajari dalam
Analisis wacana (atau yang juga disebut analisis wacana kritis) adalah pendekatan yang
relative baru dari sistematika pengetahuan yang timbul dari tradisi teori sosial dan analisis
linguistik yang kritis. Hal ini dikemukakan oleh Barker dan Galasinski 2001; Fairclough 1995;
Gavey 1997; Gray 1999, dan Hardy 2002; Philips dan Jorgensen 2002; Titscher, Meyer, Wodak
dan Vetter 2000; Wodak dan Meyer 2001; Wood dan Kroger 2000. AWK mengkaji tentang upaya
kekuatan sosial, pelecehan, dominasi, dan ketimpangan yang direproduksi dan dipertahankan
melalui teks yang pembahasannya dihubungkan dengan konteks sosial dan politik AWK mungkin
dilakukan dengan cara berbeda, tetapi sama semua variasi prosedur mempunyai beberapa tujuan
dan asumsi.
Penerapan beberapa disiplin sejauh ini seudah mencegah perspektif tunggal tetapi
perspektif seperti itu mungkin tidak perlu, AWK berbeda dari tradisi lain seperti semiotika dan
etnometodologi dalam menekankan analisis terhadap kekuasaan yang tidak terpisahkan dari
hubungan sosial. AWK sudah ditegaskan sebagai kelompok gagasan atau motif berfikir yang bisa
dikenali dalam teks dan komunikasi verbal, dan juga bisa ditemukan dalam struktur sosial yang
lebih luas. AWK menyediakan wawasan kedalam bentuk pengetahuan dalam konteks yang
spesifik. Selain itu, AWK menghasilkan klaim interpretif dengan memandang pada efek kekuasaan
dari wacana dalam kelompok-kelompok orang, tanpa klaim yang dapat digeneralisasikan pada
konteks lain. Dasar teoritis untuk AWK didasarkan pada beberapa perkembangan sejarah dalam
filsafat, ilmu pengetahuan, dan teori sosial. Sebagai suatu pendekatan pada analisis yang sistematik
dalam pembentukan pengetahuan (wacana), AWK mengambil bagian dibeberapa tradisi pemikiran
barat. Tradisi ini banyak dipengaruhi perkembangan analisis Foucaultian. Pengaruh teoritis yang
utama atas metode ini adalah teori sosial yang kritis, kontra-fondasionalisme, posmodernisme, dan
feminisme.
Dalam AWK, wacana tidak semata-mata dipahami sebagai studi bahasa. Pada akhirnya,
memang analisis wacana kritis menggunakan bahasa dalam teks yang dianalisis, tetapi bahasa yang
dianalisis dalam AWK berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistik tradisional.
Bahasa yang dianalisis oleh AWK bukan menggambarkan aspek bahasa saja, tetapi juga
menghubungkan dengan konteks. Konteks dalam hal ini berarti bahasa dipakai untuk tujuan
Menurut Fairclough dan Wodak (1997) AWK melihat pemakaian bahasa baik tuturan
maupun tulisan yang merupakan praktik dari bentuk sosial. Menggunakan bahasa sebagai praktik
sosial menyebabkan sebuah hubungan dialeksis di antara peristiwa deskriptif tertentu dengan
situasi, institusi, dan struktur sosial yang membentuknya. Praktik wacana bisa jadi menampilkan
efek ideologi. Wacana ini dapat memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak
imbang antara kelas sosial, laki-laki dan perempuan, kelompok mayoritas dan minoritas melalui
perbedaan representasi dalam posisi sosial yang ditampilkan. Keadaan yang rasis, seksis, atau
ketimpangan dari kehidupan sosial dipandang sebagai suatu common sense, suatu kewajiban atau
alamiah, dan memang seperti itu kenyataannya (van Dijk, 1997: 258).
AWK melihat bahasa sebagai fakta penting, yaitu bagaimana bahasa digunakan untuk
melihat ketimpangan-ketimpangan kekuasaan dalam masyarakat. perlu kita ketahui bahwa bahasa
merupakan salah satu akar permasalahan secara keseluruhan, maka pengkajian aspek linguistik
terhadap bahasa adalah penting. Dalam AWK struktur linguistik digunakan untuk (1)
menyistemasikan, mentransformasikan, dan mengaburkan analisis realitas, (2) mengatur ide dan
perilaku orang lain, serta (3) menggolong-golongkan masyarakat. untuk merealisasikan tujuan-
tujuan diatas, teks AWK menggunakan unsure kosakata, gramatika, dan struktur tekstual sebagai
bahan analisisnya.
Dari sekian banyak model analisis wacana kritis yang berkembang hingga saat ini, model
analisis wacana kritis Sara Mills merupakan model analisis wacana kritis yang menaruh titik
perhatian utama pada wacana mengenai gender. Seperti analisis wacana yang lain, Sara Mills
menempatkan representasi sebagai bagian terpenting dalam analisisnya. Bagaimana suatu pihak,
kelompok, orang, gagasan, atau peristiwa ditampilkan dengan cara tertentu dalam wacana yang
Dalam model analisisnya, Sara Mills lebih melihat pada bagaimana posisi-posisi aktor
ditampilkan dalam teks. Posisi-posisi ini dalam arti siapa yang menjadi subjek penceritaan dan
siapa yang menjadi objek penceritaan akan menentukan bagaimana struktur teks dan bagaimana
makna diberlakukan dalam teks secara keseluruhan. Sara Mills juga menaruh perhatian pada
bagaimana pembaca dan penulis yang ditampilkan dalam teks. Bagaimana pembaca
mengidentifikasi dan menempatkan dirinya dalam penceritaan teks. Posisi semacam ini akan
menempatkan pembaca pada salah satu posisi dan mempengaruhi bagaimana teks itu hendak
dipahami dan bagaimana pula aktor sosial tersebut akan ditetapkan (Eriyanto, 2001 : 200).
1. Posisi Subjek-Objek
Seperti analisis wacana lainnya. Sara Mills menempatkan representasi sebagai bagian
terpenting analisisnya. Akan tetapi, berbeda dengan analisis dari tradisi critical linguistics yang
memusatkan perhatian pada stuktur kata, kalimat, atau kebahasaan, Sara Mills lebih menekankan
pada bagaimana posisi dari berbagai actor sosial, posisi gagasan, atau peristiwa itu ditempatkan
dalam teks. Analisis atas bagaimana posisi-posisi aktor dalam teks yang ditampilkan secara luas
akan menyingkap bagaimana ideologi dan kepercayaan dominan bekerja dalam teks. Posisi
sebagai subjek atau objek dalam representasi mengandung muatan ideologis tertentu. Posisi-posisi
tersebut pada akhirnya menentukan bentuk teks yang hadir di tengah khalayak.
Pertama, posisi ini akan menunjukkan batas tertentu sudut pandang penceritaan. Artinya
sebuah peristiwa atau wacana akan dijelaskan dalam sudut pandang subjek sebagai narator dari
suatu peristwa. Dengan demikian, pemaknaan khalayak akan tergantung kepada narator sebagai
juru warta kebenaran, dalam kasus ini pembaca akan tergantung kepada penafsiran pengisi konten
Kedua, sebagai subjek representasi narator bukan hanya memiliki keleluasaan dalam
menceritakan peristiwa tetap juga menafsirkan berbagai tindakan yang membangun peristiwa
tersebut, dan kemudian hasil penafsirannya mengenai peristwa digunakan untuk membangun
Ketiga, proses pendefinisian tersebut bersifat subjektif, maka perspektif dan sudut pandang
yang dipakai tersebut akan turut berpengaruh terhadap bagaimana sebuah peristiwa didefinisikan.
Dalam wacana gender, posisi (subjek-objek) dalam wawancara akan turut menempatkan posisi
2. Posisi Pembaca
Hal yang penting dan menarik dalam model yang diperkenalkan oleh Sara Mills adalah
bagaimana posisi pembaca ditampilkan dalam teks. Sara Mills berpandangan, dalam posisi
pembaca sangatlah penting dan haruslah diperhtungkan dalam teks. Mills menolak pandangan
banyak ahli yang menempatkan dan mempelajari konteks semata dari sisi penulis, sementara dari
sisi pembaca diabaikan. Dalam model semacam ini, teks dianggap semata sebagai produksi dari
sisi penulis dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan pembaca. Pembaca hanya ditempatkan
sebagai konsumen yang mempengaruhi pembuatan suatu teks. Sedangkan model analisis Sara
Model yang diperkenalkan oleh Sara Mills mengasumsikan bahwa teks adalah suatu hasil
negosiasi antara penulis dan pembaca. Bagi Sara Mills, membangun suatu model yang
menghubungkan antara teks dan penulis di satu sisi dengan teks dan pembaca di sisi lain,
mempunyai sejumlah kelebihan. Pertama, model semacam ini akan secara komprehensif melihat
teks bukan hanya berhubungan dengan faktor produksi tapi juga resepsi. Kedua, posisi pembaca
disini ditempatkan dalam posisi yang penting. Hal ini karena teks memang ditujukan untuk secara
Oleh karena itu, Sara Mills berpandangan dalam suatu teks posisi pembaca sangatlah
penting dan harus diperhitungkan dalam teks, dalam penelitian ini yaitu bagaimana pembaca
diposisikan dalam media atu dalam kasus ini website online store. Bagaimana website online store
melalui teks yang dibuat menempatkan dan memposisikan pembaca dalam subjek tertentu dalam
penyebutan dilakukan dalam website online store yang menurut Sara Mills dilakukan secara tidak
langsung (indirect address) melalui dua cara. Pertama, mediasi yaitu penempatan posisi kebenaran
pada pihak / karakter tertentu sehingga pembaca akan mensejajarkan dirinya sendiri dengan
karakter yang tersaji dalam teks. Kedua, melalui kode budaya atau nilai budaya yang berupa nilai-
nilai yang disetujui bersama, yang dipakai pembaca ketika menafsirkan suatu teks.
Penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan perspektif
Studi Analisis Wacana Kritis Sara Mills. Metode kualitatif dengan perspektif Studi Analisis
Wacana Kritis Sara Mills ini dipilih oleh peneliti karena dirasa lebih sesuai untuk mengekplorasi
objek penelitian. Konsep dasar pemikiran Mills lebih melihat pada bagaimana aktor ditampilkan
Ada dua konsep dasar yang diperhatikan yaitu posisi Subjek-Objek, menempatkan
representasi sebagai bagian terpenting. Bagaimana seseorang, kelompok, pihak, gagasan dan
peristiwa ditampilkan dengan cara tertentu dalam wacana dan memengaruhi makna khalayak.
Penekanannya adalah bagaimana posisi dari aktor sosial, posisi gagasan, atau peristiwa
Selain posisi aktor dalam teks, Sara Mills juga memusatkan perhatian pada bagaimana
pembaca dan penulis bisa ditampilkan. Posisi pembaca memengaruhi bagaimana seharusnya teks
itu dipahami dan bagaimana aktor sosial ditempatkan. Penceritaan dan posisi ini menjadikan satu
pihak legitimate dan pihak lain illegitimate. Karena Sara Mills adalah seorang feminist, maka
Selain itu, metode kualitatif tidak mewajibkan peneliti untuk menyusun suatu hipotesis dan
membiarkan peneliti untuk secara bebas melakukan interpretasi terhadap objek penelitian
(Moleong, 2005).
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif adalah data dalam bentuk
kata-kata dari dokumen, observasi, dan transkrip. Data dalam penelitian ini
dalam kolom belanja disalah satu website fashion e-commerce Maskoolin.com. Sumber
data yang digunakan dibagi menjadi 2, yakni data primer dan data sekunder.
- Data Primer sumber data berupa tulisan, foto atau gambar dari Maskoolin.com
- Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui buku, artikel, jurnal ilmiah,
dan teori-teori yang relevan. Dalam hal ini, teori yang dicari berkaitan dengan
Unit analisis dalam penelitian ini diantaranya : Posisi Subjek – Objek, dimana subjek
penelitian ini adalah e-commerce maskoolin.com. Dan yang diteliti adalah seluruh konten website,
atribut website, ikon fashion, studi pustaka, penelusuran sejarah metroseksual dan lain sebagainya
yang menggambarkan penyampaian objek penelitian secara jelas. Dimana objek penelitian
Kemudian posisi pembaca, peneliti akan meneliti posisi pembaca melalui Fitur jurnal
website, judul artikel, serta konten artikel dalam jurnal tersebut. Dimana karakteristik pembaca
diteliti berdasarkan wacana model Sara Mills, yaitu bagaimana posisi pembaca ditampilkan dalam
teks. Dalam suatu teks posisi pembaca sangatlah penting dan haruslah diperhitungkan dalam teks.
Model yang diperkenalkan Mills, teks adalah suatu hasil negosiasi antara penulis dan pembaca.
Oleh karena itu, pembaca disini tidaklah dianggap semata sebagai pihak yang hanya menerima
teks, tetapi juga ikut melakukan transaksi sebagaimana akan terlihat dalam teks. Bagi Mills,
membangun suatu model yang menghubungkan antara teks dan penulis disatu sisi dengan teks dan
1. Akan secara komprehensif melihat teks bukan hanya berhubungan dengan faktor produksi tetapi
juga resepsi.
2. Posisi pembaca disini ditempatkan dalam posisi yang penting. Hal ini karena teks memang
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data
primer berupa fashion pria yang difoto yang terdapat pada e-commerce maskoolin.com, dari
fashion pakaian, aksesoris, hingga perlengkapan perawatan (grooming) pria. Data riset juga berupa
potongan gambar kolom-kolom kategorisasi fashion dan grooming pria yang terdapat dalam e-
commerce maskoolin.com. Selain itu juga dilakukan pencarian data melalui buku kepustakaan
berbagai literature dengan melihat realitas sosial di masyarakat mengenai kategorisasi fashion pria
Analisis dan interpretasi data dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan analisa model
wacana kritis milik Sara Mills, yakni melihat kategorisasi fashion pria yang telah dijadikan
komoditas ekonomi dalam bentuk pemasaran e-commerce. Kategorisasi fashion pria inilah yang
digunakan sebagai objek penelitian, dan e-commerce Maskoolin.com sebagai subjek penelitian ini.
Peneliti akan menganalisa teks, symbol dan gambar yang terdapat pada e-commerce
maskoolin.com berkomunkasi dengan pembaca atau khalayak dengan cara yang tidak langsung.
Dari berbagai posisi yang ditempatkankepada pembaca, Sara Mills memusatkan perhatian pada
gender dan posisi pembaca. Dalam banyak kasus, bagaimana laki-laki dan wanita mempunyai
persepsi yang berbeda ketika membaca suatu teks. Sebab, juga terdapat perbedaan penempatan
posisi dalam teks antara laki-laki dan perempuan. Pertama, bagaimana pembacaan dominan
(dominant reading) atas suatu teks. Apakah teks cenderung ditujukan untuk pembaca laki-laki
ataukah pembaca wanita. Kedua, bagaimana teks itu ditafsirkan oleh pembaca. Meskipun secara
dominan teks tersebut dapat dibaca atau ditujukan kepada pembaca laki-laki. (Eriyanto, 2001 :
209-210). Penggunaan analisis wacan kritis Sara Mills pada penelitian ini karena penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui mengenai kategorisasi fashion pria dalam marketing e-commerce.
1. Posisi Subjek- Bagaimana peristiwa dilihat, dari Teks atribut, Fitur website,
pembaca mengidentifikasi
dirinya.
BAB II
2.1 Maskoolin.com
Maskoolin.com hadir untuk melengkapi kebutuhan hidup pria mulai dari fashion pakaian,
grooming, hingga lifestyle dengan menampilkan informasi dan produk yang sesuai dengan style,
Maskool.in yang merupakan sebuah situs e-commerce khusus pria yang hadir secara
Maskool.in dikembangkan oleh PT. Rocktocom Ritek Busana yang sebelumnya telah berhasil
mengembangkan sebuah platform untuk social recommendation, yaitu Rockto. Namun, pada
tanggal 27 Mei 2016 lalu PT. Rocktocom Ritel Busana melakukan acara peluncuran situs barunya
di Freeware Spaces, Kemang, Jakarta. Start-up e-commerce asli Indonesia ini sebenarnya telah
didirikan sejak tahun 2012 lalu, dengan alamat domain sebelumnya Maskool.in. berganti menjadi
Maskoolin.com. Selain berganti alamat domain, platform e-commerce yang didirikan oleh Ilham
Syafrialdi (CEO), Kristian Harahap, Errol Widhavian dan Mustafa Kemal ini juga berganti konsep.
masa ini konsep mereka sederhana saja, seperti e-commerce fashion pada umumnya, seperti halnya
Zalora yang menjual produk fashion bermerek dan berkualitas. Bedanya, Maskoolin lebih
mengutamakan merek-merek lokal. Namun, mereka juga memiliki brand fashion sendiri yang
Produk dari brand atau retailer yang sudah memiliki website e-commerce akan dikumpulkan dan
ditampilkan oleh Maskoolin. Beberapa supplier brand lokal yang bekerjasama dengan Maskoolin
antara lain Brodo, Fabelio, Monstore dan Goods Dept. Tidak hanya brand lokal, beberapa brand
internasional juga turut mengisi jajaran produk yang ditawarkan Maskoolin, di antaranya: Nike,
Maskoolin juga memiliki pilihan katalog yang lengkap untuk segala bentuk kebutuhan pria,
yaitu
1. Kategori Atasan Pria yang terdiri dari pilihan : a. katalog Kemeja, b. katalog Kaos, c.
2. Kategori Bawahan Pria yang terdiri dari pilihan : a. katalog Celana Jeans, b. katalog Celana
Panjang, c. katalog Celana Pendek, d. katalog Celana Chino, e. katalog Celana Jogger
3. Kategori Luaran Pria yang terdiri dari pilihan : a. katalog Jaket Bomber, b. katalog Jaket
4. Kategori Sepatu Pria yang terdiri dari pilihan : a. katalog Sepatu Formal, b. katalog Sepatu
Boots, c. katalog Sepatu Sneakers, d. katalog Sepatu Casual, e. katalog Sandal, f. katalog
5. Kategori Jam Tangan Pria yang terdiri dari pilihan : a. katalog Jam Tangan Kayu, b. katalog
6. Kategori Tas Pria yang terdiri dari pilihan : a. katalog Tas Ransel, b. katalog Tas
7. Kategori Grooming Pria yang terdiri dari pilihan : a. katalog Pomade, b. katalog Perawatan
8. Kategori Aksesoris Pria yang terdiri dari pilihan : a. katalog DompetTopi, b. katalog
Gelang Pria, c. katalog Dasi, d. katalog Cufflinks, e. katalog Aksesoris Pria Lainnya, f.
Dengan perkembangan Maskoolin.com yang sangat pesat, kini telah terdapat 156
diantaranya :
35. DSVN 75. LIMA WATCH 115. RED WING 155. ZAPATO
SHOES FOOTWEAR
Singapura, Malaysia, dan Australia dengan misi memperkenalkan brand lokal Indonesia ke pasar
global. Untuk menjamah para pelanggan di luar negeri, mereka berencana menggunakan model
bisnis outer-warehouse. Model bisnis ini mirip dengan sebuah marketplace, perbedaannya adalah
vendor dari mancanegara tidak dapat langsung memasarkan produknya seperti di marketplace.
Vendor harus mengirimkan contoh produk kepada pihak maskoolin.com untuk sesi pengambilan
foto produk dan prosedur lainnya sebelum mulai dipasarkan di website maskoolin.com.
Maskoolin.com juga hadir dengan konsep Flash Sale yang menjual produk-produk diskon
dari merek lokal. Sejak saat itu, maskoolin.com berkembang menjadi destinasi utama bagi pria
mempunyai suatu keunikan, yaitu menjual gadget seperti produk Apple dan GoPro. Sayangnya,
keunikan itu tidak ditopang oleh strategi untuk mendukung penjualan gadget tersebut. Terlihat di
halaman jurnal Maskoolin.com tidak ada artikel yang membahas mengenai gadget yang mereka
tawarkan.
Situs baru Maskoolin.com ini memiliki fitur unik yang diberi nama “Jurnal”. Fitur ini
sendiri berisi artikel-artikel mengenai fashion pria, tips berpakaian pria, produk perawatan pria,
cara merawat wajah dan tubuh pria, lifestyle pria masa kini itu seperti apa, dan masih banyak lagi
yang diberi nama fitur “Personalisasi”. Konsumen pun bisa memilih sendiri kategori produk
fashion atau produk perawatan apa yang ingin dilihat, serta artikel apa yang ingin dibaca sesuai
dengan kepribadian yang mereka miliki. Namun, sebelum menentukan personaliti apa yang sesuai
dengan konsumen, konsumen tersebut harus mendaftarkan diri terlebih dahulu sebagai member e-
commerce Maskoolin.com. Lalu konsumen harus mengisi “take style quiz”, dimana kuis
penentuan gaya fashion tersebut akan menentukan gaya fashion apa yang sebenarnya cocok
Contohnya, jika konsumen memiliki personaliti yang macho dan sporty, maka ia bisa
memilih kategori personalisasi sporty. Setelah memilih personalisasi tersebut, secara otomatis
konsumen akan diarahkan secara fokus untuk melihat produk-produk fashion dan perawatan tubuh
yang mengarah ke personality sporty. Selain itu, artikel yang ditampilkan pun akan disesuaikan
dengan personalisasi yang dipilih oleh konsumen. Sehingga, konsumen tidak akan kesulitan dalam
menentukan kategori produk apa yang diinginkan dari sekian banyak produk fashion dan
produk-produk berkualitas kepada konsumen prianya. Dengan fitur universal checkout contohnya,
maskoolin.com menghubungkan konsumen dengan ribuan produk terbaik dari supplier terpercaya
baik lokal maupun internasional. Seluruh pengiriman akan dilakukan oleh partner logistik yang
Meski begitu, Maskoolin.com menawarkan beberapa fitur menarik lainnya, salah satunya
ialah menjual produk dalam bentuk paket. Penjualan paket yang paling menarik saat ini
adalah berbentuk “Gift Card”, yang bertujuan untuk memberikan hadiah surprise kepada orang-
orang terkasih viewer (konsumen) Maskoolin.com. Dikatakan surprise karena pelanggan akan
membeli sebuah sebuah kartu hadiah dengan harga mulai Rp 100.000,- hingga Rp 1.000.000,-.
Paket “Gift Card” berisikan tiga jenis produk secara acak dari brand yang dipilih pihak
Maskoolin.com, namun tetap disesuaikan dengan size konsumen, dengan diskon yang tinggi (
hingga 74% ), yang tampaknya cukup fashionably-up-to-date. Jadi ada kemungkinan Anda bisa
menyukai semua produk kejutan tersebut atau bahkan tidak ada yang Anda suka sama sekali.
Keuntungan lain dari fitur “Gift Card” adalah kartu hadiah tersebut tidak memiliki batas
kadaluarsa, artinya setelah kamu membeli kartu hadiah tersebut kamu bisa menukarkannya dengan
surprise gift milik kamu kapan saja tanpa batas waktu tertentu. Tetapi terdapat kekurangan dalam
fitur ini, karena produk yang sudah dibeli melalui “Gift Card” tidak dapat dikembalikan dan
ditukarkan.
Metode pembayaran yang ditawarkan saat ini cukup bervariasi seperti transfer bank, kartu
kredit, dan e-banking. Terobosan paling menarik yang dimiliki Maskoolin dalam metode
pembayaran adalah pembeli dapat melakukan pembayaran secara langsung di Indomaret terdekat.
Fitur ini sangat menarik karena saat ini gerai-gerai Indomaret tersebar luas di sekitar kita. Untuk
menghemat biaya pengiriman, konsumen dapat memesan beberapa produk yang anda inginkan
atau butuhkan dari satu brand yang sama, agar mendapatkan layanan “Bebas Ongkos Kirim”
Konsumen juga bisa melacak status pengiriman barang yang telah dipesan, dengan cara
masuk ke “my account”, lalu klik “view order” pada menu Order History. Disini anda dapat
mengetahui status pesanan, estimasi waktu pengiriman, nomor tracking pengiriman, dan invoice
pesanan konsumen. Konsumen akan mendapatkan notfikasi pengiriman ke email mereka saat
barang telah dikirim supplier. (https://www.maskoolin.com/shipping/ - diakses pada 5 Mei 2017,
pukul 08:06)
Selain itu, konsumen akan diuntungkan dengan adanya berbagai diskon yang ditawarkan
oleh Maskoolin.com, yaitu potongan 50.000 untuk setiap pendaftaran member. Terdapat pula fitur
“ajak-ajak” dimana konsumen akan diberikan kredit potongan 25.000 setiap mengajak seorang
Perkembangan fashion sebenarnya lebih dipengaruhi oleh kondisi sosial yang terjadi pada
saat itu, atau yang disebut dengan vice versa. Perkembangan fashion perempuan maupun laki-laki
dari tahun ke tahun sebenarnya yang selalu berubah ubah dan dinamis. Namun, memang perubahan
fashion pada wanita lebih menonjol daripada pria sebelum tahun 2000an. Padahal, tanpa disadari
pria juga mengikuti perkembangan fashion yang sedang trend semenjak jaman dahulu.
Sekitar 50 tahun silam, Indonesia pun pernah melahirkan desainer fashion seperti
almarhum Peter Sie dan Non Kawilarang. Namun mereka harus menimba ilmu mode terlebih
dahulu di negeri Belanda. Di era selanjutnya, perkembangan busana pria juga masih belum
tersentuh. Almarhum Muara Bagdja, pengamat mode senior pernah mengungkapkan bahwa pada
saat itu para pria masih sering menjahit baju di Tanah Abang dengan alasan banyak penjahit yang
menjamur di wilayah tersebut. Biasanya mereka memilih bahan yang diinginkan secara langsung
Tak perlu heran bila pada awal kemunculan mode dan gaya busana pria pada saat itu
tampak seragam, begitu juga untuk tatanan rambutnya. Memasuki era 70an, beberapa orang
perancang busana mulai bermunculan seperti Iwan Tirta, Prajudi Atmodirdjo, dan Harry Darsono.
Gambar 2.8 (Alm.) Iwan Tirta Fashion Designer Indonesia 80an
Salah satu perancang busana yang berjasa untuk perkembangna mode di Indonesia adalah
almarhum Iwan Tirta. Pasalnya, beliau pernah mempopulerkan kain batik dalam dunia fashion
nusantara. Batik itu sendiri merupakan peninggalan leluhur yang kini lahir dengan tampilan elegan
berkat sentuhan tinta emas. Kontribusi almarhum untuk fashion pria juga cukup besar berkat buah
Almarhum Prajudi juga sempat menyumbangkan buah pikirannya untuk mode fashion
pria. Salah satunya adalah pakaian atasan seperti kemeja yang terbuat dari material jenis tenunan
Sedangkan Harry Darsono menciptakan busana bagi para bangsawan dan pangeran dari
Eropa karena kekerabatan mereka yang cukup dekat. Tidak hanya itu, beliau juga sempat
memamerkan beberapa karya fashion, barang antik, dan karya seni miliknya di museum fashion.
Beliau sempat mengenyam pendidikan fashion di Paris dan memiliki ciri berupa adibusana (haute
Perkembangan fashion pria di Indonesia yang sangat dipengaruhi tren fashion dunia. Maka
tidak heran kalau perubahannya juga cukup banyak. Apalagi dengan arus informasi yang menyebar
semakin cepat di masa kini. Berikut adalah beberapa perkembangan fashion pria dari masa ke masa
Tahun 1960 juga dihiasi dengan sering munculnya gerakan-gerakan pemuda yang
menentang pemerintah. Peran dan dominasi anak muda dalam perkembangan dunia diawali pada
tahun 1960 ini. Tidak dapat dihitung lagi banyak pemuda yang menjadi milyader melewati masa
mudanya pada tahun 1960, seperti Steve Job dan Bill Gates.
Gambar 2.9 Fashion CAMISETA tahun 1960-an
Dominasi anak muda secara tidak langsung juga mempengaruhi gaya berbusana
masyarakat umum. Budaya memakai celana jin dan kaos oblong pertama kali populer pada tahun-
Kaos oblong, kaos berkancing depan, atau polo shirt yang super ketat juga umum dipakai
para pria. Ciri yang paling menonjol dari fashion pria 60 dan 70-an adalah, bagian bawah baju
dimasukkan ke dalam celana, sehingga sabuk/gesper terlihat jelas, rapat mengikat pinggang. Tidak
lupa aksesori seperti sepatu derby, loafer, atau sepatu sport, dan kacamata.
Akibat perang Vietnam yang berkepanjangan, kondisi politik yang ramai dengan
terbunuhnya Presiden JFK, dan arus informasi yang begitu masive dari sebelumnya, menyebabkan
semua kalangan mengerti masalah kejamnya perang Vietnam, munculah gerakan anti pemerintah
Kaum Hippie terpengaruh gaya berbusana Bohemian Style pada tahun 1950an. Kaum
Hippie identik dengan pakaian longgar yang menunjukkan kedekatan mereka dengan alam.
3. TAHUN 1970 (DISCO)
Tahun 1970an terkenal dengan budaya music disco. Gaya berbusana yang mencirikan
budaya disco berkembang pesat. Sekali lagi, tahun-tahun ini didominasi oleh anak-anak muda.
Gaya berbusana ditunjukkan dengan penggunaan celana pendek ketat / hot pant , sepatu beralas
rata, dan tentunya celana komprang. Artis populer pada saat itu adalah John Travolta dengan
filmnya yang terkenal “Saturday Night Fever”,tentu saja dengan gaya disco-nya. Cenala komprang
Di awal 1970-an, music rock’n roll baru diterima di Indonesia. Pria Indonesia pun tidak
mau kalah dengan ikut mengadopsi tren fashion rock’n roll dari budaya barat yang waktu itu
begitu mendunia. Fashion pria masa itu identik dengan celana cutbray (bahan denim, katun,
maupun corduroy). Atasannya, kemeja bermotif dengan ukuran super ketat pun menjadi pilihan.
Tahun 1970an akhir juga diramaikan dengan gaya berbusana Punk. Gaya berbusana
Punk berasal dari Inggris yang kemudian menyebar ke Amerika Serikat dan Dunia. Awal mula
budaya Punk diramaikan dengan munculnya grup band beraliran Punk bernama Sex Pistols dengan
lagunya yang populer pada saat itu yaitu “God Save The Queen”.
Punk merupakan budaya subculture yang secara eksplisit menentang politik kotor, menerapkan
kehidupan mandiri, lugas, dan kebebasan. Gaya berbusana Punk sendiri identik dengan rambut
spaik tajam, baju hitam dengan ornamen metal tajam dan make-up yang mencolok.
Kaos dan cenala jin menjadi begitu populer dikalangan remaja. Pada masa ini, musik
menjadi bagian penting dari gaya berbusana urban pada tahun 1980an awal. Masih dipengaruhi
oleh budaya Punk, New Wave menawarkan gaya berbusana yang lebih diterima khalayak umum
ketimbang Punk. Pengaruh televisi dan film yang lebih mudah terjangkau menyebabkan budaya
ditahun 1980 lebih cepat tersebar. Pengaruh musik dari Inggris masih mendominasi, semacam
Berkembangnya teknologi juga menyebabkan perubahan lifestyle. Kalkulator saku dan jam
digital sudah mulai banyak digunakan yang merembet pada kegiatan dunia kerja yang semakin
tegas dan profesional. Kalangan Pekerja tidak lagi bergelut dengan mesin sebagai buruh, banyak
kelas pekerja yang bekerja di dalam ruangan dengan perangkat elektronik di hadapan mereka.
Para kelas pekerja juga tidak hanya melulu kaum pria. Wanita pun mulai menapaki dunia karier
Tata busana akhir tahun 1980an akibat merebaknya kalangan pekerja kantoran ini disebut
professional”. Gaya berbusana Yuppie dikenal dengan pakaian-pakaian kantoran yang rapi
dengan aksen minimalis. Tak terkecuali perempuan yang mulai menggunakan Jas dipadu dengan
Pada tahun 1990 muncul grup band semacam Nirvana dan OASIS yang menggemparkan
dunia. Aliran musik Grunge berawal dari Amerika yang kemudian menyebar ke Inggris. Musik
Grunge menjadi simbol fashion tahun 1990an. Meskipun begitu, tahun 1990 dikenal sebagai tahun
terburuk dalam sejarah fashion dunia atau dikenal dengan sebutan “The decade fashion has
forgotten”. Style Grunge ini mirip gaya Punk namun tidak begitu radikal. Celana jin, kaos, dan
perpaduan dengan baju bermotif kotak-kotak lebar menjadi ciri identik gaya berbusana masa ini,
Kalau kamu masih ingat film Warkop DKI yang sering diputar waktu liburan dulu, kurang
lebih seperti dalam film itulah fashion pria di era 90-an. Gaya pria di masa itu masih dengan
kemeja atau kaos polo, dengan ukuran lebih longgar, tapi masih terlihat junkies. Celana yang
dipakai disebut baggy, kebalikan dari cutbray. Kalau bagian bawah celana cutbray lebih lebar dari
bagian atasnya, maka celana baggy memiliki bagian bawah yang sempit. Pada umumnya
didominasi oleh celana berbahan jins/denim. Untuk aksesori, banyak pria 80 dan 90-an memakai
raga, pakaian basket, pakaian baseball, sweatshirt and sweater, dengan perpaduan sepatu sneakers
and keds. Gaya busana tahun 1960s and 1970s juga berkembang lagi di tahun 1990s dengan
pakaian floral dan gaya hippie. Tren tahun 1990an lebih pada mengkombinasikan gaya busana
tahun 1960-1980. Namun demikian, pada tahun tahun 1990an, celana jin dan pakaian longgar
Milenium baru memberikan nuansa serba silver bagi perkembangan fashion. Nuansa
futuristik namun tetap glamor menjadi awal dari perkembangan fashion awal tahun 2000an.
Pertengahan tahun 2000-an juga diwarnai dengan gaya berbusana Emo. Gaya berbusana
Emo yang serba gothic, hitam, eye shadow hitam, dengan ciri khas rambut lurus kesamping hingga
hampir menutupi mata menjadi populer. Potongan rambut jabrik tajam namun masih tetap panjang
juga menjadi gaya rambut wanita pada pertengahan tahun 2000. Grup band macam My Chamical
Mirip pada tahun-tahun sebelumnya, budaya sub-culture juga memainkan peran. Mirip
dengan budaya Grunge, Punk, dan Hippie, budaya Indie bertitik-berat pada simbol pertentangan
budaya konservatif yang berkembang. Kata indie standout for Independen, atau bisa disebut
mandiri. Ini mencerminkan cara fashionista Indie memilih baju yang cenderung mandiri dan tidak
Gaya berbusana Indie terkenal dengan celana jin pensil ketat, perpaduan celana pendek
degan sepatu, Kaos berbentuk V-neck, baju bentuk Bill Cosby, atau swetter kedodoran, perpaduan
retro, vintage, modern, sepatu canvas warna dengan tali sepatu colourful adalah beberapa ciri
karakter. Gaya berbusana Indie lebih cenderung kepada perpaduan fashion segala jenis baju namun
Tahun ini muncul budaya pop culture lain, yang disebut Hipster. Budaya ini berasal dari
Amerika Serikat dan sedang mewabah ke anak muda seluruh dunia. Sama seperti budaya Sub-
sustaining, DIY *Do It Yourself*, dan anti konserfatif. Awal mula budaya Hipster muncul, budaya
ini menekankan pada model busana yang dimiliki oleh para Tunawisma dan orang urban miskin
di Amerika Serikat.
Budaya Hipster menekankan pada kegiatan mereka yang tidak bisa lepas dari gedget
pribadi, smartphone, laptop, dan hardwere personal lain. Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2010
awal, produk elektronik semacam smartphone telah masuk ke hampir setiap negara dan dapat
Skinny Jin, Kacama besar, Rambut tidak terurus rapi, Baju kedodoran, sepatu boot tinggi,
Penutup Kepala, Syal, jaket kedodoran, membawa Smartphone atau Laptop Apple, naik sepeda,
pakai tas vintage, dan minum kopi latte di pojokan cafe jadi ciri khas gaya berbusana wajib hipster.
Pria metroseksual mengandalkan penampilan yang lebih fleksibel. Maka apapun yang
dipakai, harus berukuran pas. Kemeja slimfit polos atau bermotif garis, jugacelana slimfit dan
celana pensil berbahan denim atau katun. Di masa ini, kaos oblong jadi primadona. Terutama
dengan membanjirnya usaha distro dan clothing. Selain kaos oblong (bergambar atau polos) dan
kemeja, pria milenia memiliki banyak pilihan baju atasan, seperti kemeja flannel, jumper / sweater,
dan kaos v-neck yang bisa dipadupadankan sesuka hati dengan bawahan celana slimfit / pensil
Pada bab ini, peneliti akan menyajikan data penelitian mengenai wacana kritis kategorisasi
commerce yang khusus menjual produk fashion dan grooming untuk pria. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode riset analisis wacana kritis model Sara Mills.
Model Sara Mills ini menganalisis 2 elemen yaitu posisi subjek-objek, dan posisi pembaca
Maskoolin.com merupakan e-commerce khusus pria yang memiliki 8 varian produk, serta
berbagai macam fitur diskon dan jurnal referensi fashion. Varian produknya terdiri dari atasan,
bawahan, luaran, sepatu, jam tangan, tas pria, grooming (perawatan), dan akeseoris pria dari
berbagai brand ternama baik lokal maupun luar negeri. Di laman pertama Maskoolin.com juga
sendiri, yang dibranding dengan konsep pria metroseksual yang modern. Koala Authentic
merupakan brand fashion khusus para pria yang mengedepankan konsep modern dan fungsional.
Fokus pada pemilihan material, dan fit, Koala Authentic sangat cocok bagi pria yang menyukai
produk minimalis.
Setiap varian produk yang terdapat pada laman e-commerce Maskoolin.com memiliki sub-
varian produk sesuai merek, model pakaian, dan bahan pakaiannya tersendiri. Seperti halnya
varian produk “atasan” dari Maskoolin.com yang memiliki 5 kategori model pakaian atasan pria,
Varian produk bawahan dari Maskoolin.com juga memiliki 6 kategori model pakaian
bawahan pria, yaitu celana jeans, celana pendek pria, celana jogger pria, celana chino pria, celana
Bawahan Pria
Selain itu, terdapat varian produk luaran, sepatu, tas, produk grooming dan asesoris dari
Maskoolin.com juga memiliki lebih dari 1 sub-varian produk, sehingga konsumen dapat memiliki
berbagai pilihan produk yang beragam, sesuai dengan kebutuhan serta keinginan mereka. Tidak
hanya itu, varian produk grooming dari maskoolin memiliki 2 kategori varian grooming yang
menarik, yaitu perawatan wajah & tubuh, dan perawatan rambut. Sub-varian dari produk grooming
terdiri dari pomade untuk gaya rambut pria terbaik, obat penumbuh rambut, obat penumbuh
jenggot, sisir rambut pria, sabun mandi, produk perawatan wajah dan tubuh. Penampilan menarik
Gambar 3.1.1.3 Varian Grooming Pria Gambar 3.1.1.4 Varian Perawatan Wajah & Tubuh Pria
Gambar 3.1.1.5 Varian Perawatan Rambut Pria
Terdapat pula varian produk aksesoris pria dari maskoolin yang memiliki 2 kategori varian
aksesoris pria, yaitu dompet pria, kacamata, topi, ikat pinggang, aksesoris pria (contoh : gantungan
Gambar 3.1.2.1 Varian Diskon Member Gambar 3.1.2.2 Varian Diskon Collection
Gambar 3.1.2.3 Varian Diskon Ajak Teman Gambar 3.1.2.4 Varian Produk Diskon
konsumen. Yang pertama fitur diskon, fitur ini sendiri juga terdirin dari 6 jenis diskon berbelanja,
yaitu fitur diskon berbelanja 20% apabila membayar menggunakan e-banking Bank Permata.
Kedua, potongan diskon Rp 50.000 akan diberikan setiap konsumen membuka laman
maskoolin.com. Lalu ada diskon 75% untuk pembelian jeans, diskon 25% untuk pembayaran
menggunakan “Go Points”, diskon 15% untuk penukaran poin “BonsTRI”. Maskoolin juga
menyediakan diskon potongan harga 25.000 setiap mengajak 1 orang teman untuk bergabung
menjadi member. Dan terdapat 1 fitur kategori khusus untuk barang-barang diskon.
Selain itu juga terdapat fitur garansi untuk menukarkan barang yang dibeli konsumen
dalam waktu 14 hari. Fitur ini dapat digunakan oleh pelanggan apabila terdapat kekurangsesuaian
antara warna, size atau merek produk yang dibeli dengan yang diterima oleh konsumen. Fitur ini
berada satu laman dengan fitur gratis biaya ongkos kirim. Fitur ini memberikan gratis biaya
pengiriman produk ke seluruh wilayah di Indonesia bagi konsumennya namun dengan nominal
Gambar 3.1.2.5 Fitur Garansi Gambar 3.1.2.6 Fitur Gratis Biaya Kirim
Fitur koleksi referensi fashion dan brand fashion yang ditawarkan oleh maskoolin.com ini
berisikan gaya fashion selebritis pria Indonesia yang dapat dijadikan panutan untuk berpenamilan
sehari-hari. Tak hanya itu, maskoolin juga memberikan koleksi terbaik produk maskoolin yang
Salah satu fitur yang paling menarik adalah fitur personafikasi yang ditawarkan
maskoolin.com untuk memudahkan konsumen dalam memilih fashion yang ingin dibeli sesuai
dengan karakter dan kepribadian konsumen tersebut. Dalam fitur ini konsumen akan diberikan
kuis pendek mengenai kepribadian, sehingga maskoolin dapat mengarahkan konsumen ke produk-
dapat memilih paket harga namun tidak dapat mengetahui barang yang ingin dibeli sebagai bentuk
kejutan.
“No guesswork. They’ll get multiple selection of best quality products from fashion, grooming
and lifestyle. Let them discover style products that defines who they are.”
3.1.3 Data Artikel Jurnal Fashion dan Grooming Maskoolin.com (publish antara Februari –
Juni 2017)
fashion pria, baik pakaian maupun produk asesoris dan perawatan wajah serta tubuh khusus untuk
konsumen pria. Namun, start up Maskoolin.com ini memiliki fitur unik yang diberi nama fitur
“Jurnal”. Fitur ini sendiri berisi artikel-artikel mengenai fashion pria, tips berpakaian pria, produk
perawatan pria, cara merawat wajah dan tubuh pria, gaya hidup pria masa kini itu seperti apa, dan
masih banyak lagi hal-hal terbaru dan paling trendi seputar pria masa kini.
Tetapi sayangnya, sistem penerbitan jurnal tersebut tidak berjalan dengan baik sebab
apabila dilihat secara detail tidak setiap bulan terdapat pembaharuan konten artikel pada jurnal
tersebut. Mayoritas konten artikel maskoolin.com lebih berisi pada ulasan produk dari brand-brand
yang bekerja sama dengan maskoolin.com, hanya saja ulasannya diimbuhi dengan kalimat-kalimat
persuasi agar konsumen membeli produk tersebut supaya terlihat modis. Kalimat-kalimat persuasi
pada artikel-artikel yang ditampilkan oleh e-commerce maskoolin.com juga banyak mengarahkan
konsumen dan pembacanya agar lebih konsumtif dan mengikuti gaya kekinian yang metroseksual.
Maskoolin.com menganggap bahwa pria modern yang patut dicontoh adalah selebritis yang
berpenamilan metroseksual dan bergaya kekinian. Berikut adalah 2 contoh artikel yang terdapat
Judul : OOTD : GAYA TOM CRUISE (Get The Look : Gaya Smart Casual)
Pembuat film sekaligus menjadi aktor yang bermain di dalam film Mission
Impossible membuat nama Tom Cruise dikenal diseluruh dunia. Bakat akting yang
dimiliki oleh Tom Cruise memang harus diakui begitu hebat, memukau, sekaligus
mengagumkan. Namun gaya Tom Cruise juga mampu membuat kita semua kagum, dan
tak jarang banyak pria yang meniru gaya pakaian yang dikenakan oleh Cruise. Berikut
pilihan outfit seperti yang dikenakan oleh Cruise yang bisa kamu miliki.
Dalam karirnya Tom Cruise juga berhasil memenangkan banyak sekali penghargaan.
Selain Mission Impossible, ada beberapa film Tom Cruise yang Mister suka
Film keren dengan gaya fashion keren. Tom Cruise memang paling cocok untuk menjadi
Kali ini gaya Tom Cruise yang Mister pilih adalah smart casual. Dimana Cruise memilih
Untuk itu Mister menyarankan kamu memilih kemeja Band Collar LS – Sky Blue Oxford
dari qunt. Dengan warna biru kalem yang membuat kamu terlihat lebih berwibawa lagi,
serta bahan kemeja yang tidak membuat gerah ketika dipakai bertumpuk. Band Collar LS
Gambar 3.1.3.2 Contoh Kemeja (Qutn Band Collar LS – Sky Blue Oxford)
luar sweater berwarna abu-abu. Pilihan sweater Zayden dari DSVN sangat cocok untuk
kamu miliki. Selain warna dan bentuknya mirip dengan outfit milik Tom Criuse. Bahan
Zayden yang ditawarkan pun sangat lembut dan tidak membuat gerah.
3. Celana Jeans
Inspirasi gaya Tom Cruise ini adalah smart casual, so tidak ada salahnya untuk
menganti celana chinomu dengan celana jeans. Celana jeans juga cocok untuk menunjang
Cobalah untuk mengenakan celana jeans dari Oldblue Co. for MORE – 7.5 Cut – 19oz
Plain Selvedge Indonesia. Jeans yang terbuat dari 100% selvedge dan 100% cotton ini
menjamin pemakainya merasa nyaman. Dengan bentuk slim fit yang pas sekali dikenakan
Gambar 3.1.3.4 Contoh Jenas Oldblue Co. for MORE – 7.5 Cut – 19oz Plain Selvedge
Indonesia
boots dengan tipe chelsea boots berwarna hitam. Jika kamu tidak
memiliki sepatu boots dengan tipe chelsea tenang jangan sedih dulu. Kamu bisa
menggantinya dengan pilihan boots yang ada di maskoolin Signore El Full Black dari
Dengan material Upper Engineered Leather yang dirancang khusus untuk melindungi
sepatu dari air sehingga tidak membuat warna sepatu mudah berubah dan tentunya tidak
Gimana tertarik untuk mengikuti gaya Tom Cruise ini? Jangan lupa lengkapi koleksi
pakaianmu di maskoolin.
2. Jurnal Fashion : Kategori Fashion Trends, 28.02.2016 9:00 am
Merek Jam Tangan Pria Yang Tidak Terkenal Namun Berkualitas. Kebanyakan orang rata-rata
hanya mengenal jam tangan bermerek terkenal seperti Rolex, Hamilton, maupun Omega.
Padahal, masih banyak merek jam tangan pria lainnya yang tidak kalah baik dari segi
Kali ini, Mister akan memperkenalkan 5 merek jam tangan pria berkualitas baik yang
tidak umum diketahui banyak orang. Bagi penggila dan penggemar jam tangan bermerek,
wajib banget tau agar pengetahuan kamu tentang semakin bertambah. Siapa tau tertarik
1. Heritor Watches
Jam tangan dari USA ini didesain dengan gaya yang sangat apik dan tidak akan lekang
oleh zaman. Heritor watches memang dibuat khusus agar bisa dipakai oleh beberapa
generasi, seperti kakek, ayah, anak, cucu, bahkan great grandson dengan ketahanan yang
sangat baik. Untuk yang suka bergaya vintage, Mister sarankan untuk mempunyai OLDS
HR3204.
2. Reign Watches
Gambar 3.1.3.7 Contoh Produk Jam Tangan Reign Watches
Jam tangan pria ini sangat memperhatikan detail dan dibuat oleh tangan ahli dengan
desain klasik. Bagi pria yang menyukai seni dan kualitas tinggi, Reign Watches adalah
pilihan tepat.
3. Earth Watches
Jam tangan pria dari USA ini terbuat dari organic wood yang bisa dipakai oleh pria
maupun wanita sebagai simbol dari pelestarian bumi. Walaupun demikian, siapa saja bisa
4. Morphic Watches
Gambar 3.1.3.9 Gambar 3.1.3.8 Contoh Produk Jam Tangan Morphic Watches
Morphic Watches memiliki filosofi embracing the future and the present. Jika kamu suka
dengan desain yang modern, morphic watches adalah pilihan yang tepat untuk abad 21
ini. Pembuat jam tangan pria ini percaya bahwa masa depan adalah sekarang, bukan dulu
5. Shield Watches
Seperti namanya, jam tangan pria ini dirancang agar tahan dan kuat dalam berbagai
situasi. Bahkan ntuk kamu yang menyukai diving, jam ini bisa kamu pakai karena tahan
sampai dengan kedalaman 600 kaki. Dengan desain classic maritime look with a modern
aesthetic, pria yang suka berpetualang wajib memilikinya! Jam tangan pria mana yang
Setelah melihat pada sub bab penyajian data, terdapat 3 jenis bentuk sajian data dalam e-
commerce maskoolin.com, yaitu varian produk kebutuhan pria, fitur atau atribut website, serta
jurnal artikel website, yang akan diteliti oleh peneliti menggunakan metode Critical Discourse
bagaimana pihak-pihak yang terlibat itu diposisikan dalam teks. Posisi disini berarti siapakah aktor
yang dijadikan sebagai subjek yang mendefinisikan dan melakukan penceritaan, dan siapakah
yang ditampilkan sebagai objek, pihak yang didefinisikan dan digambarkan kehadirannya oleh
orang lain.
Teks dalam penelitian ini adalah berupa teks ikon varian produk kebutuhan pria, fitur atau
atribut website, serta jurnal artikel website maskoolin.com. Sedangkan subjek pada penelitian ini
tentu saja e-commerce maskoolin.com dan pria sebagai objek dari representasi. Sebagai subjek, e-
commerce maskoolin.com akan menceritakan, yang tentu saja sesuai dengan perspektif dan
kepentingannya mengenai bagaimana representasi pria atau laki-laki akan ditampilkan oleh e-
Terlebih dengan adanya tagline “whats make a man”, semakin memperkuat pesan yang
dibangun oleh e-commerce maskoolin.com untuk para konsumennya, bahwa yang membentuk
citra pria adalah penampilannya. Penggunaan kosa kata bahasa inggris pada fitur grooming
lebih dianggap keren, dari mulai bahasa, gaya berpakaian, gaya hidup maupun cara
bersosialisasinya dengan lingkungan sekitar, sehingga hal tersebut layak untuk ditiru khususnya
kebutuhan fashion dan perawatan wajah dan tubuh pria ini, semakin meyakinkan statement
mengenai perubahan hegemoni kultural status sosial pria di kalangan masyarakat umum. Terlebih,
maskoolin.com mengeluarkan produknya sendiri yang diberi nama “Koala Authentic” yang
merupakan brand fashion khusus pria dengan konsep yang sangat modern dan metroseksual.
Hal ini terlihat dengan jelas pada laman awal maskoolin, dimana terdapat quotes atau notes
“Koala Authentic adalah brand fashion khusus para pria yang mengedepankan konsep modern
dan fungsional. Fokus pada pemilihan material, dan fit, Koala Authentic sangat cocok bagi pria
yang menyukai produk minimalis.”
Kalimat “brand fashion khusus para pria” sangat menarik untuk dikaji, dimana hal
tersebut menampakkan bahwa pria harus memiliki gaya berpakaian khusus. Hal ini tentu saja
bertentangan dengan tradisi patriarki heteroseksual yang ideal yang selama ini dianut oleh
masyarakat umum. Dimana image pria yang dikonstruksikan oleh masyarakat adalah makhuk
gagah, serampangan, serta cuek akan penampilan. Namun dengan adanya kalimat “brand fashion
khusus para pria” serta lanjutan kalmat “yang mengedepankan konsep modern dan fungsional”
semakin memperjelas bahwa pria saat ini telah jauh dari hierarki pria terdahulu.
Pria saat ini yang dianggap modern adalah pria metroseksual yang telah membalikkan
konsep aktif dan pasif dalam hal gender. Dahulu, wanita adalah kaum yang identik dengan fashion
dan berbelanja kebutuhan pakaian serta perawatan wajah dan tubuh secara aktif. Namun, pria masa
kini tidak mau ketinggalan dalam hal fashion dan perawatan tubuh. Hal tersebut dapat diamati
dari adanya varian produk atasan, bawahan, luaran, sepatu, grooming (perawatan wajah dan
Pertama, varian atasan pria dan luaran pria dimana kedua varian produk tersebut sama-
sama pakaian atasan pria. Namun, dalam e-commerce ini kedua jenis atasan tersebut dijadikan 2
kategori pakaian yang berbeda dengan lebih banyak varian model pakaian di dalamnya. Seperti
varian atasan yang masih memiliki 4 kategori pakaian didalamnya, yaitu kemeja pria, kaos pria,
polo shirt pria, dan kemeja batik pria, Varian produk luaran pun juga memiliki banyak sekali
jenisnya yang dapat memanjakan mata para pria, seperti jaket jeans, jaket bomber, jaket motor,
sweater pria, jaket varsity, cardigan ria, serta jaket parka.Terlebih modelnya yang sangat beragam
bentuknya menimbulkan pola pikir bahwa fashion pria juga tidak boleh kalah dibandingkan
dengan wanita.
Dari segi model, bahan pakaian, hingga jenis pakaiannya hampir sama dengan fashion
pakaian wanita, seperti halnya sweater dan cardigan yang biasa dikenakan wanita kini mulai
dikenakan pula oleh kaum pria yang semakin ditegaskan eksistensinya melalui maskoolin.com
tersebut.
Nilai maskulinitas pria semakin mengalami pergeseran makna, khususnya dalam bidang
lifestyle fashion, dimana nilai pria maskulin telah berubah menjadi nilai pria metroseksual. Seperti
yang diucapkan oleh Beynon (dalam Nasir, 2007 : 5) hal yang terjadi dengan laki-laki sekarang
ini adalah munculnya sesuatu yang khas dan semakin lama gejala kelelakian semakin penuh
dengan istilah-istilah baru yang saat ini sedang “trend” adalah pria metroseksual.
Bila diamati secara mendalam, maskoolin.com selaku subjek dalam penelitian ini secara
luas membuktikan bahwa maskoolin.com telah menjadi salah satu alat yang dipakai kaum pria
untuk memproduksi identitas pria metroseksual. Disini semakin dibuktikan bahwa pria sudah tidak
lagi malu-malu untuk menampilkan sisi femininnya. Pria semakin bebas dalam mengekspresikan
diri melalui fashion, dilihat dari pilihan model pakaian, warna pakaian, serta jenis pakaian yang
mereka inginkan.
Tidak hanya itu, semakin banyak varian model celana dan sepatu pria yang notabene adalah
keperluan pakaian standart, tapi dimofikasi sedemikian rupa sehingga menghasilkan banyak model
yang menarik untuk dibeli konsumen pria. Seperti varian celana jeans, celana pendek, celanan
panjang, celana chino, jogger pants, dan celana formal. Serta varian alas kaki yang hampir mirip
dengan milik kaum wanita, yaitu sepatu boots, sneakers, sepatu formal, sepatu casual, serta sandal.
Dengan begitu banyaknya jenis atasan, luaran, bawahan, dan alas kaki yang dipamerkan oleh e-
commerce tersebut, tanpa sadar telah mengkonstruksi pikiran para pria mengenai penampilan
dirinya.
Gambar 3.2.1.1.2 Varian Bawahan Pria (2) Gambar 3.2.1.1.3 Varian Sepatu Pria (2)
Sejak abad pertengahan, konstruksi kelelakian terhadap pria telah terjadi, dan masyrakat
menyebutnya maskulinitas. Maskulinitas bukan merupakan sifat alami, tetapi dibentuk oleh
budaya masyarakat setempat. Budaya maskulinitas, dimana pria dikatakan harus kuat, mandiri,
macho, mendominasi, memiliki sifat petualang, dan semangat juang yang tinggi (hasil penelitin
Tetapi pada abad gaya hidup, bagi pria masa kini penampilan sebagai pria metroseksual
yang memiliki style yang modern dan keren adalah yang utama. Layaknya perempuan, pria
metroseksual memiliki hobi belanja di mall, butik dan melalui online store (e-commerce). Mereka
berlama-lama di mall untuk pleasure shopping, berlangganan e-commerce tertentu untuk
mengetahui brand dan mode fashion terbaru apa yang menjadi trend.
Pria metroseksual terbiasa hidup di kota besar sehingga mereka sangat brand minded,
terbukti dengan banyaknya brand-brand terkenal yang digaet oleh maskoolin.com untuk menjadi
suppliernya. Brand terkenal, dengan harga super mahal, dan model pakaian paling baru akan
menjadi daya tarik paling kuat bagi pria metroseksual untuk berbelanja, karena dianggap dapat
meningkat status sosialnya di mata masyarakat. Seperti brand “Alveri”, sebuah jam tangan klasik
Sebenarnya, hal utama yang paling menarik dari e-commerce maskoolin.com yang
membuktikan bahwa pria saat ini adalah pria metroseksual yang tidak kalah dengan wanita dalam
memperhatikan penampilannya, adalah varian tas, grooming, serta aksesoris pria. Kalau dulu tas
pria biasanya hanya ransel dengan model tas yang standart untuk menampilkan sisi macho, namun
sekarang tas pria memiliki bentuk yang hampir mirip dengan milik wanita, dan hal tersebut
serta munculnya konstruksi budaya konsumtif yang lahir di masyarakat membuat munculnya
perubahan gaya hidup di masyarakat, khususnya bagi kamu pria terjadi perubahan gaya hidup yang
sangat signifikan yaitu perubahan gaya hidup pria maskulin menjadi gaya hidup pria metroseksual
yang sangat memperhatikan penampilan fisik dan pakaiannya dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Pria yang awalnya digambarkan sangat maskulin dan jantan berubah menjadi gaya hidup
metroseksual yang gemar bersolek dan tidak malu untuk menunjukkan sisi feminimnya di mata
Terlebih, varian grooming dan aksesoris pria pada maskoolin.com menjadi bukti paling
utama bahwa kategorisasi pria dalam berbagai sisi fashion memang sengaja disediakan untuk
menciptakan budaya pria metroseksual yang modern, konsumtif, dan bergaya. Seperti ucapan
Mark Simpson (dalam Survival of The Prettiest : The Science of Beauty: 1999) :
“a dandyish narcissist in love not only himself but also his urban lifestyle...”
Jadi, kategorisasi pria baru-baru ini memiliki rasionalitasnya sendiri, yaitu sifat narsistik
yang tinggi sehingga mereka selalu memperhatikan penampilannya (dandy). Visibilitas pria dalam
kategorisasi fashion khusus dapat dengan mudah ditemui di kota-kota besar atau kota metropolitan
yang merupakan julukan yang ditujukan kepada pria urban perkotaan yang senang memperhatikan
penampilannya yang cenderung narsistik dan tidak malu-malu menunjukkan sisi feminin dari
dirinya.
Secara tidak langsung, maskoolin.com sebagai subjek yang menceritakan mengenai pria
sebagai objek, memberikan konstruksi sosial bahwa pria yang modern dan fungsional adalah pria
metroseksual yang terobsesi dengan penampilan prima dari ujung kaki hingga ujung rambut yang
terawat bersih. Citra metroseksual adalah wangi dan rapi, dimana pria metroseksual akan nyaman
dengan pakaian yang bermerek dan pas di badannya, disertai aksesoris untuk “mempercantik”
penampilannya.
Varian Grooming : “Dapatkan produk grooming pria terbaik dan terlengkap mulai dari pomade
untuk gaya rambut pria terbaik, obat penumbuh rambut, obat penumbuh jenggot, sisir rambut pria,
sabun mandi, produk perawatan wajah dan tubuh. Penampilan menarik selalu dimulai dari
merawat diri sendiri.”
Varian Aksesoris Pria : “Koleksi produk fashion aksesoris pria terbaik mulai dari dompet pria,
kacamata hitam, topi snapback, ikat pinggang, gantungan kunci, dasi, cufflinks, gelang pria &
perhiasan. Jangan lupakan sentuhan terakhir yang tidak kalah penting untuk penampilan
terbaik.”
Dapat dilihat bahwa pria semakin memperhatikan perawatan wajah, rambut, serta
tubuhnya. Berbagai produk perawatan wajah, rambut, dan tubuh semakin diminati oleh para pria
metroseksual. Terlebih dengan pernyataan “Penampilan menarik selalu dimulai dari merawat
diri sendiri” adalah bentuk konstruksi opini bahwa pria yang memiliki penampilan menarik
adalah pria yang merawat diri dari ujung rambut hingga ujung kaki. Hal tersebut akan semakin
menumbuhkan dorongan bagi viewer (konsumen) maskoolin.com untuk mengakui bahwa setiap
orang khususnya pria harus merawat diri dengan perawatan terbaik, pemilihan fashion pakaian dan
aksesoris yang bergaya agar memiliki eksistensi yang menonjol di kalangan masyarakat.
Selain itu, pernyataan pada varian aksesoris pria, yaitu “Jangan lupakan sentuhan
terakhir yang tidak kalah penting untuk penampilan terbaik.” Merupakan hal yang sangat
mengarah pada sifat-sifat feminin wanita. Aksesoris seperti gelang dan perhiasan adalah hal yang
selalu fokus mengarah pada perempuan. Namun, pada e-commerce maskoolin.com, konsumennya
diarahkan untuk percaya dan yakin bahwa pria memang membutuhkan aksesoris seperti gelang
dan perhiasan agar terlihat semakin menarik dan memiliki penampilan yang terbaik.
Hal ini merujuk pada maraknya dengungan kaum feminisme dalam kesamaan hak antara
perempuan dengan laki-laki, sehingga laki-laki pun merasa bahwa mereka juga dapat melakukan
apa yang dilakukan oleh perempuan, seperti berbelanja kebutuhan fashion, perawatan wajah dan
tubuh, menggunakan aksesoris gelang dan perhiasaan, mengenakan model dan warna pakaian yang
Melalui e-commerce ini, pria sebagai objek penelitian mengalami peningkatan visibilitas
eksposur di media, dan budaya populer secara online. Tidak hanya wajah dan tubuhnya saja yang
di ekspose, namun juga gaya hidupnya yang konsumtif serta kebutuhan emosional pria yang
hampir sama dengan wanita memunculkan sebuah representasi tertentu dalam budaya populer
metroseksual dengan sifat dandy dan narsis, dimana pria akan sangat memperhatikan penampilan
dan perawatan tubuhnya, hobi berbelanja kebutuhan fashion stylist-nya serta senang menjadi pusat
perhatian orang lain. Selain itu, maskoolin.com membawa pesan bahwa pria yang sukses adalah
pria yang mengenakan pakaian mahal serta memakai krim wajah ataupun sabun wajah seperti yang
terdapat pada e-commerce maskoolin.com. Hal tersebut dapat diamati dari setiap note yang
dituliskan di setiap laman varian produknya, seperti pada laman varian parfum dengan note :
“Looking good start with basics. That means keeping your skin, hair, and beard looking clean and
smelling fresh.”
Pesan tersebut sangat jelas sekali bahwa e-commerce maskoolin.com mengkonstruksi
pikiran pria, bahwa pria yang terlihat baik dan menarik adalah pria yang wajah, rambut dan
tubuhnya terlihat bersih dan rapi serta berbau wangi. Rapi dan wangi adalah ciri khas utama kaum
dandy (pesolek). Maskoolin.com memberikan ilusi tertentu mengenai keunikan dalam gaya hidup
personal yang menyilaukan, sehingga para pria sebagai konsumennya akan terperangkap dalam
penampakan luar dimana mereka sudah tidak memiliki kendali untuk tidak mengikuti trend atau
gaya hidup yang sedang berkembang saat ini. Melalui e-commerce inilah dapat kita amati dimana
komoditi diukir dengan gaya dan gaya diukir dengan komoditi yang bernilai.
kearah dandy, dimana diartikan bahwa pria tersebut sudah tidak malu lagi untuk menunjukkan
sikap femininnya dengan menawarkan produk pakaian yang berwarna merah muda, warna-warna
lembut seperti pakaian wanita, selain itu juga model baju v-neck dan model tas slempang yang
sangat mirip dengan model tas wanita. Semakin hari, citra macho semakin digeser dengan citra
pria feminin yang sangat peduli dengan penampilan, dan hal tersebut dirasa kurang baik karena
akan menimbulkan konsep pria yang kewanita-wanitaan bukan pria metroseksual yang macho dan
keren.
Bagi Mills, membangun sebuah model yang menghubungkan antara teks dan penulis di
satu sisi dengan teks dan pembaca di sisi yang lain, mempunya beberapa keuntungan. Pertama,
model semacam ini akan secara komprehensif melihat teks bukan hanya berhubungan dengan
faktor produksi tetapi juga resepsi. Kedua, posisi pembaca disini ditempatkan dalam posisi yang
penting. Hal ini karena teks memang ditujukan untuk secara langsung atau tidak “berkomunikasi”
dengan khalayak.
Maskoolin.com disini sengaja menempatkan banyak kategori produk fashion pria, tak lupa
catatan di setiap laman ikon variannya untuk menarik minat pembacanya konsumen, agar membeli
produk yang mereka jual dan mempercayai apapun yang mereka katakan secara tidak langsung.
Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan dalam tuntutan gaya hidup, baik pada laki-laki
maupun permepuan. Melalui maskoolin.com semakin terkuak bahwa laki-laki tetap dituntut
macho, namun tetap bergaya dan “cantik”. Dengan adanya varian produk “grooming” pada e-
commerce maskoolin.com, konsep bahwa industry kecantikan selama ini seolah bernaung dibawah
gender perempuan, kini mulai bergeser ke arah gender laki-laki. Produk sabun wajah dan tubuh
pria, sampo pria, parfum pria, dan segala bentuk perawatan tubuh dan wajah bukan hal yang tabu
lagi di era sekarang. Terkadang, pria metroseksual cenderung lebih memperhatikan penampilan
dan perawatan tubuhnya secara rutin, telaten dan intensif ketimbang perempuan.
Sebagian dari mereka mengatakan hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar termasuk ketika
berpenampilan seperti wanita. Namun, peneliti setuju dengan opini yang diungkapkan Simpson
(2002), bahwa hal tersebut bukanlah sesuatu yang wajar karena pada dasarnya pria seperti sedang
melihat dirinya dalam cermin (mirror man). Di depan cermin tersebut mereka seperti sedang
Jadi bisa disimpulkan bahwa seseorang dapat dikatakan sebagai pria “metroseksual” ketika
mereka membeli dan memakai produk yang sedang menjadi trend terbaru di pasaran dengan
ribuan iklan komersial yang mendukung di sekelilingnya, dan media belanja dengan daya persuasi
Maskoolin.com menampilkan foto-foto produk dengan notes persuasi disetiap laman varian
produknya untuk memberikan bujuk rayu terhadap para pelanggan melalui ilusi-ilusi tentang diri
mereka (illusions of self). Artinya maskoolin.com menarik pembaca atau dalam kasus ini
Fenomena pria yang senang merawat diri dan berbelanja kebutuhan fashion memang sudah
ada sejak abad 19, namun hanya 1 banding 1000 pria jaman dahulu yang memiliki sifat tersebut.
Tetapi di era abad 21 ini, fenomena pria yang senang merawat diri dan berbelanja kebutuhan
fashion malah menjadi sebuah kultur populer dikalangan masyarakat. Maskulinitas pria luntur
digantikan mindset pria metroseksual yang dianggap lebih keren dan beradab di mata masyarakat.
Berbagai macam varian yang ditawarkan maskoolin.com sengaja memberikan banyak
varian produk, seperti varian poduk grooming dan aksesoris pria untuk memenuhi segala bentuk
kebutuhan gaya hidup pria metroseksual terpenuhi. Gaya hidup metroseksual bisa dianggap seperti
penyakit menular, dimana apabila satu kota besar terjangkit budaya populer metroseksual. Budaya
pria metroseksual di masyarakat semakin marak dan kebutuhan pria akan perawatan wajah dan
tubuh, juga fashion semakin tinggi. Hal ini lah yang menjadi dasar semakin banyaknya e-
Dari tahun ke tahun, pria semakin menggeser posisi wanita sebagai segmen pasar utama
bagi para pengusaha di bidang fashion dan perawatan tubuh. Kini visibilitas tubuh pria telah
menjadi salah satu komoditas utama ekonomi untuk diserang oleh industri fashion dan kecantikan.
konsumennya pada fitur jurnal artikel. Seluruh konten artikel pada jurnal maskoolin.com lebih
berpakaian pria masa kini. Padahal, pembaca yang membuka fitur tersebut bertujuan untuk
mendapatkan referensi gaya berpakaian atau sekedar untuk mendapatkan informasi mengenai
dunia fashion. Namun, e-commerce maskoolin.com hanya fokus pada promosi produk yang dijual
penampilan didalam kehidupan sehari-hari, melalui berbagai bentuk tawaran iklan produk atasan,
bawahan, luaran serta keahlian perawatan wajah, tubuh rambut, jenggot dan lain sebagainya.
Sebab, saat ini telah terjadi perubahan didalam kultur dan nilai maskulinitas melawan nilai
feminitas, dengan perubahan peran “sex”. Seperti kata Hoyer dan MacInnis (2004 : 425),
kemudian laki-laki dihubungkan dengan sifat agresif, dominan, dan kuat. Sementara nilai-nilai
feminine mengacu kepada wanita sebagai pihak yang memiliki budaya memelihara, serta dikaitkan
dengan istilah lemah, emosional, pandai mengatur waktu, pandai mengatur keuangan, dan pandai
berkomunikasi.
Dewasa ini, maskoolin membuktikan ungkapan Gauntlett (2002) bahwa feminitas tidak
lebih dari sebuah stereotip dari peranan wanita di masa lalu. Mengapa demikian? Karena adanya
fenomena pria metroseksual yang memiliki sifat feminine, dimana ia senang merawat diri layaknya
wanita. Pria metroseksual juga cenderung pandai berkomunikasi seperti sejarah mengenai pria
dandy di abad 19 yang sangat pandai menggunakan bahasa. Pria metroseksual pun sangat pandai
mengatur waktu dan keuangan layaknya wanita, terbukti dengan banyaknya fitur diskon yang
terdapat pada maskoolin.com guna menarik minat konsumen prianya, agar tergiur untuk membeli
barang-barang bermerek dengan iming-iming potongan harga, agar tertanam di alam bawah sadar
mereka bahwa belanja barang bermerek itu pasti kualitasnya bagus dan dengan adanya diskon
adalah sebuah kode untuk berbelanja, karena diskon berarti lebih murah dari harga sebenarnya.
Padahal, diskon hanyalah permainan kata-kata untuk menarik minat konsumen agara produknya
dianggap lebih murah dari harga aslinya. Dengan adanya pola piker seperti itu yang terus menerus
dilakukan oleh konsumen, adalah berbelanja secara konsumtif hanya karena ada diskon bukan
berdasarkan pada kebutuhan tapi keinginan. Permainan pola pikir para pelaku bisnis fashion dan
kosmetik pria untuk mendapatkan konsumen secara terus menerus semakin kentara disini.
Selain itu, fitur-fitur gratis lainnya yang disediakan oleh maskoolin.com sebenarnya hanya
kamuflase untuk mendatangkan lebih banyak konsumen hanya karena kata gratis. Yang mana kita
bahwa sebenarnya harga barang dijual pasti sudah dinaikkan berkali-kali lipat untuk mendapatkan
keuntungan yang besar sekaligus menutup biaya pengiriman. Tidak mungkin suatu perusahaan
dagang mau rugi hanya untuk menyenangkan konsumennya, hal tersebut hanya strategi marketing
meyakinkan konsumennya untuk percaya bahwa pria yang dianggap tampan dan menarik adalah
pria dengan penampilan rapi, wangi serta berpakaian mahal. Disini terdapat fitur “Collections”
dimana maskoolin.com menghadirkan sosok-sosok artis tampan dan terkenal, yang merupakan
pujaan banyak kaum hawa untuk mengulas gaya berpakaian mereka sehari-hari. Artis-artis yang
dihadirkan pun, merupakan sosok pria metroseksual yang sangat memperhatikan penampilan dan
perawatan tubuhnya. Hal ini secara tidak langsung merefleksikan ideologi penampilan pria
metroseksual para selebritis pria tersebut untuk diadopsi oleh kaum pria kebanyakan dalam
kehidupan sehari-hari, untuk mendapatkan hasil yang sama dengan mereka yaitu kepopuleran dan
center of attention.
maskoolin.com menghadirkan fitur “Personasifikasi” dan fitur “Gift Card”. Yang mana fitur
personafikasi akan memberikan kuis kepribadian singkat untuk mengetahui hobi, karakter
konsumen, agar konsumen dapat diarahkan untuk membeli produk fashion yang sesuai dengan
karakter dan kepribadiannya. Karakter pria metroseksual yang senang diperhatikan dan
kebanyakan, bahwa pria yang biasanya cuek dan indepen kini merasa bahwa perhatian adalah salah
satu bentuk emosional yang penting bagi mereka. Sehingga, fenomena pria metroseksual ini
dianggap sebagai produk dari globalisasi yang wajib diikuti sebagai budaya populer masyarakat.
Fitur “Gift Card” sebenarnya adalah konsep dari “give attention to customer” seperti fitur
“Personalisasi”, namun fitur “Gift Card” lebih kepada memberikan kejutan produk bermerek
kepada customer yang dianggap sangat menarik. Jadi disini maskoolin.com ingin terus menarik
konsumen untuk berbelanja dengan memberikan banyak fitur menarik dang mengejutkan yang
berbeda-beda untuk setiap personalnya. Mengapa? Karena e-commerce ini menyadari betul
pentingnya faktor kedekatan antara komunikator dengan komunikan agar dapat menyampaikan
pesannya dengan lebih mengena. Nah, faktor kedekatan antara produsen dan konsumen dibangun
melalui berbagai fitur yang dapat menarik personal konsumennya untuk merasa nyaman, dekat
dan diperhatikan.
“Belanja” dan “Sale” adalah 2 kata yang tidak bisa terlepas dari image perempuan.
Perempuan dikatakan sangat gemar untuk memperkaya kebutuhan fashionnya dan konsisten dalam
merawat wajah dan tubuh demi penampilan yang tampak maksimal. Sedangkan pria selalu
digambarkan sosok yang membeli berdasarkan kebutuhan yang real bukan hanya untuk
pemenuhan kesenangan untuk berpenampilan menarik seperti wanita. Terlebih, di pasar yang
berjualan secara konvensional, wanita adalah makhluk yang selalu mencari fashion dengan
belanja dan diskon, tapi konsumen pria pun sangat gemar dengan yang namanya diskon berbelanja
barang bermerek.
Terdapat 6 fitur diskon yang ditawarkan oleh maskoolin.com untuk menarik minat
konsumen prianya yang metroseksual dan membawa sedikit karakter feminin perempuan.
Pria yang mewarisi sedikit sifat feminine wanita, dan wanita yang sedikit mewarisi sifat
maskulin pria adalah hasil dari emansipasi, dimana wanita dapat melakukan apa yang pria lakukan
dan begitupun sebaliknya. Evolusi peranan gender ini menyebabkan wanita memandang pria
sebagai pesaing dalam segala aspek kehidupan khususnya dalam berkarir dan berkarya. Wanita
yang sejak dulu telah merawat diri dan menjaga penampilannya dengan baik mampu
merepresentasikan karya yang lebih baik untuk perkembangan karirnya. Pria akhirnya menyadari
hal tersebut, dan merasa bahwa penampilan fisik yang sempurna dari ujung kaki hingga ujung
rambut merupakan salah satu faktor penunjang utama untuk mendapatkan kesuksesan.
Dengan adanya perubahan ini, tanpa disadari terjadi semacam kesepakatan bahwa
kecantikan ternyata membawa pada kekuasaan dan status sosial yang lebih tinggi. Dengan kata
lain, telah terjadi pergeseran didalam “kekuasaan” dimana pria dianggap menjadi ancaman nyata
bagi kecantikan yang merupakan status kekuasaan perempuan yang telah dimiliki bertahun-tahun.
Sedangkan, bagi para produsen di bidang fashion dan kosmetik hal ini merupakan kabar baik,
sebab pangsa pasar mereka pun semakin luas. Tidak hanya wanita yang saat ini yang
membutuhkan produk fashion ataupun produk kecantikan, namun pria saat ini pun memiliki
kebutuhan dasar yang sama, sehingga peluang keuntungan yang didapat oleh para produsen
Selain itu terdapat fitur “Garansi 14 hari tukar”, dimana konsumen diberikan gratis
penukaran barang yang diterima konsumen apabila rusak atau tidak sesuai ukuran atau warnanya
dalam jangka waktu 14 hari. Tak ketinggalan fitur “Gratis Biaya Kirim”, dimana konsumen
dibebaskan biaya pengiriman dimanapun mereka berada asalkan dalam minimal jumlah pembelian
namun tetap memperhatikan aspek-aspek kemurahan, dimana mereka berpikir dapat mendapatkan
barang yang bagus dan bermerek namun dengan harga yang menurut mereka terjangkau. Gaya
hidup metroseksualitas yang hadir ditengah-tengah masyarakat dengan ideologi sosok artistik
berpenampilan dandy, konsumtif serta memanfaatkan waktu luangnya di klub, salon, spa, butik,
berbelanja online merupakan hasil dari keahlian para produsen ideologi. Pria dengan ideologi yang
telah dikonstruksi mengenai perubahan makna maskulinitas menjadi metroseksual akan rela
menginvestasikan berbagai usaha dan uangnya hanya demi penampilan semata. Terlebih siapa
konsumen yang tidak tergiur dengan kata “Gratis”, dimana tipe pria metroseksual yang pandai
mengatur keuangan namun gila belanja akan tegiur karena merasa diuntungkan. Sehingga dia akan
terus mengkonsumsi produk tersebut karena merasa mendapatkan keuntungan tertentu, walaupun
E-commerce ini juga memiliki fitur “Collections” yang semakin fungsi untuk menguatkan
ideologi bahwa pria yang keren, menarik dan modern adalah pria yang memiliki fashion rapi dan
wangi ala artis. Jadi, konten dari fitur ini adalah membahas mengenai style fashion para artis yang
memang memiliki gaya fashion pria kekinian yang metroseksual, yaitu Mike Lewis, Hamish Daud,
Nicholas Saputra, dan masih banyak lagi. Selain itu, konten dari fitur ini juga mix and match
berbagai macam model pakaian dari berbagai brand ternama yang menjadi pemasok produk di
maskoolin.com.
yang notabene adalah konsumen utamanya. Pria metroseksual adalah pribadi yang sangat senang
diperhatikan secara personal, maka dari itu fitur “Personafikasi” sangat sesuai untuk mengetahui
apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh konsumennya tersebut. Fitur ini berfungsi untuk
memudahkan konsumen dalam memilih fashion atau perawatan tubuh apa yang cocok ia beli atau
kenakan, sesuai dengan kepribadian konsumennya. Sehingga konsumen akan bisa fokus bergaya
sesuai dengan kepribadiannya tanpa kebingungan dengan banyaknya varian yang ada. Hal tersebut
akan memicu timbulnya pria-pria metroseksual baru yang akan bergaya dan berbelanja sesuai
dengan apa yang sudah diatur oleh maskoolin.com, karena mereka merasa diutamakan dan
Dewasa ini, peningkatan teknologi informasi dan komunikasi selain membantu manusia
dalam menyebarkan informasi serta budaya populer yang saling mempengaruhi di berbagai
belahan dunia. Terlebih invensi budaya barat yang telah mempengaruhi budaya Indonesia dalam
bersosialisasi dan cara pria bergaya. Apa yang ditampilkan oleh artis-artis Holywood dianggap
sebagai strata berkehidupan yang paling tinggi. Sehingga, segala bentuk cara bergaul,
bersosialisasi, bergaya, dan bersolek yang ditampilkan melalui media-media populer, seperti
internet, media sosial, e-commerce, televisi, mengenai pentingnya pria memperhatikan tampilan
tubuh menjadi suatu hal yang telah mendominasi alam pikiran bawah sadar beberapa pria dalam
Maka dari itu apa yang ditampilkan dan dipresentasikan dalam e-commerce maskoolin.com
sebenarnya adalah bagaimana budaya Eropa mengubah selera konsumen dan cara berpikir mereka
(mind set) dalam memaknai bagaimana pria seharusnya berpakaian dan bergaya. Hal tersebut
diamati peneliti dari jurnal awal yang ditampilkan oleh maskoolin.com. Jurnal tersebut membahas
mengenai bagaimana gaya berpakaian artis Holywood Tom Cruise, yang berjudul “OOTD : Gaya
Tom Cruise (Get The Look : Gaya Smart Casual)”. Tom Cruise adalah seorang aktor Holywood
yang sangat terkenal dan tampan. Dengan judul “OOTD : Gaya Tom Cruise (Get The Look : Gaya
Smart Casual)” saja sudah jelas menyampaikan pesan kepada pembaca, apabila kamu ingin
terlihat santai namun tetap nampak smart gaya berpakaian Tom Cruise (gambar 3.1.3.1) lah yang
Dengan kulit wajah dan tubuh yang tampak mulus terawat, kemeja dengan sweater yang
rapi serta sepatu yang kinclong dan mahal, Tom Cruise secara alam bawah sadar pembacanya
dijadikan patokan untuk tampak keren dan tampan ala Tom Cruise. Terlebih dengan konten artikel
yang mempromosikan pakaian-pakaian tersebut dengan persuasi produk brand ternama, bahan
apik, model terbaru, dengan harga tinggi yang disebut-sebut dapat meningkatkan kualitas
penampilan diri pria. Maskoolin.com terus mengkonstruksi pikiran konsumennya bahwa selebritis,
terlebih selebriti luar negeri adalah patokan mutlak dalam gaya berpakaian, dan pria yang tidak
berpakaian rapi, wangi ataupun tidak merawat tubuhnya layaknya selebriti bukanlah pria yang
menarik.
Adanya artikel tersebut sebagai salah satu artikel utama dalam jurnal maskoolin.com telah
menimbulkan masyarakat yang konsumtif, karena maskoolin.com menjual mimpi dan idealism
kepada konsumen prianya agar dianggap menarik seperti ilusi menjadi Tom Cruise yang
mengenai produk suatu brand ternama yang bekerja sama dengan maskoolin.com, seperti Sepatu
bermerek “Zevin”, jam tangan dengan berbagai merek lokal ternama, sepatu sport yang wajib
dimiliki pria untuk berolahraga, dan lain sebagainya. Ini merupakan salah satu keunggulan
maskoolin.com, yaitu terus up date dalam menampilkan produk fashion dari pakaian, celana,
sepatu, aksesoris, produk grooming terbaru dengan model bermacam-macam, yang menyebabkan
pesat.
Hal paling menarik dari artikel-artikel promosi tersebut adalah judulnya, seperti :
1. 5 Merek jam tangan pria yang jarang diketahui (Merek jam tangan pria yang tidak terkenal
namun berkualitas).
2. Zevin, local brand in premium taste (Leather is the new denim, start your journey style
with Zevin).
3. Sepanjang tahun 2014 dari segi harga dan performa (Sepatu futsal terbaik sepanjang tahun
2014).
Ketiga artikel tersebut merupakan beberapa artikel yang memiliki banyak viewer,
walaupun konten artikelnya hanya berdasarkan promosi produk-produk bermerek baik lokal
maupun internasional dengan harga yang cukup tinggi. Dari judul artikelnya kita dapat mengetahui
bahwa maskoolin.com terus berupaya memberikan asupan gaya hidup glamor kepada
konsumennya. Seperti judul artikel pertama, yaitu “5 Merek Jam Tangan Pria Yang Jarang
Diketahui (Merek Jam Tangan Pria Yang Tidak Dikenal Namun Berkualitas)”, dengan judul
seperti itu akan dengan mudah menggugah rasa penasaran pria untuk mendapatkan barang dengan
kualitas baik namun tidak banyak ketahui, sehingga dapat disebut eksklusif. Terlebih terdapat kata
“Merek Jam Tangan Pria” yang disebutkan telah membetuk kategorisasi khusus dimana pria
memang memiliki varian produk khusus yang harus dimiliki sesuai dengan gender-nya.
Sedangkan artikel kedua dengan judul “Zevin, Local Brand In Premium Taste (Leather
Is The New Denim, Start Your Journey Style With Zevin)”, disini ingin mengungkapkan bawa
brand lokal pun memiliki kualitas yang bagus, namun harus tetap dengan standart brand ternama
dengan harga mahal yang harus dimiliki untuk dapat tampil sempurna. Dan artikel dengan judul
“Sepanjang Tahun 2014 Dari Segi Harga dan Performa (Sepatu Futsal Terbaik Sepanjang
Tahun 2014)”, dari judul tersebut dapat diamati bahwa maskoolin.com merangkum beberapa
sepatu dengan brand ternama yang menurutnya terbaik dan wajib dimiliki oleh konsumennya.
Maskoolin.com secara tidak langsung ingin menyampaikan bahwa segalau bentuk informasi yang
diberikan oleh maskoolin.com tersebut adalah informasi yang terbaik di bidangnya, sehingga wajib
untuk dianut oleh konsumennya. Dan dapat memberikan mindset bahwa apabila konsumen ingin
mengetahui mengenai produk fashion ataupun informasi perihal dunia fashion, maskoolin.com
Artikel terakhir berjudul “7 Gaya Menggunakan Jaket Denim Pria (Berbagai Macam
Gaya Menggunakan Jaket Denim Untuk Pria)”, konten artikel ini berisi mengenai tips dalam
bergaya menggunakan jaket denim, dimana hakikatnya jaket denim adalah luaran paling simple
dan natural yang sesuai digunakan oleh siapa saja dan dipadukan dengan warna apa saja. Bisanya,
pria memilih jaket denim karena manfaatnya yang serba guna dan simple dikenakan, sebab sifat
pria jaman dulu adalah simple dan macho. Namun, dari judul artikel diatas dapat ditelaah bahwa
jaket denim kini dikenakan bukan karna simple dan natural tapi merupakan bagian dari gaya
berpakaian.
“Mister yakin, kamu pasti memiliki jaket denim karena item ini memang atasan casual wajib yang
harus dimiliki setiap orang. Mister juga yakin beberapa orang berpikir jaket denim hanya bisa
digunakan dengan celana jeans, kaos, dan sneakers saja. Padahal, kamu bisa menggunakan item
fashion apapun untuk dipadukan dengan jaket denim jika kamu tau caranya.”
Dengan kata “memang atasan casual” membuktikan bahwa jaket denim memang salah
satu item pakaian yang simple dan natural untuk dikenakan dan dipadukan dengan berbagai macam
pakaian casual pula. Namun, kata “wajib” seakan menghipnotis konsumennya untuk berpikir
bahwa pria yang tampak santai dan casual itu harus memiliki jaket denim, padahal tidak harus
selalu seperti itu. Terlebih terdapat kalimat “Padahal, kamu bisa menggunakan item fashion
apapun untuk dipadukan dengan jaket denim jika kamu tau caranya.” Yang mana hal ini semakin
menguatkan pendapat peneliti bahwa jaket denim bukan lagi pakaian casual yang standart
digunakan pria tapi telah menjadi salah satu kebutuhan fashion utama pria untuk tampil gaya.
Maskoolin.com ingin semakin mengubah cara pandang pria akan penampilan dengan cara
Seperti hendak menyampaikan tidak langsung bahwa, bagaimanapun kondisimu dan dimanapun
kamu berada, apabila “kamu bergaya maka kamu ada!” seperti ungkapan David Chaney
(Lifestyle : 1997).
Tom Cruise adalah salah satu aktor Holywood papan atas yang penampilannya selalu
menjadi perbincangan netizen. Dari ujung rambut sampai ujung kaki Tom Cruise dianggap
sempurna sebagai salah satu bentuk representasi pria keren dan menarik. Dan, menurut Hoyer dan
MacInnis (2004 : 453), Tom Cruise, David Beckham, Brad Pitt, dan Orlando Bloom merupakan
beberapa selebriti yang dianggap menjadi pemimpin opini dalam standart baru representasi pria
yang dianggap keren dan menarik. Dapat dikatakan ia adalah salah satu orang yang memiliki
pengaruh besar dalam perubahan gender culture pria khususnya dalam berbusana dan gaya hidup.
Dan dengan adanya artikel yang berjudul “OOTD : Gaya Tom Cruise (Get The Look : Gaya Smart
Casual)” membuktikan bahwa Tom Cruise memang salah satu ikon pria metroseksual yang style
nya banyak ditiru pria kebanyakan. Pada paragraph kedua artikel terdapat argument yang
mendukung bahwa Tom Cruise memang pria metroseksual yang mampu menarik perhatian publik
“Namun gaya Tom Cruise juga mampu membuat kita semua kagum, dan tak jarang banyak pria
Keempat kata tersebut memiliki makna yang besar dalam mempengaruhi pembaca artikel
maskoolin.com, dimana pembaca akan berpikir bahwa Tom Cruise adalah sosok yang sangat
berbakat dan dikagumi banyak orang, sehingga meniru gayanya adalah kewajiban agar mereka
dapat dikagumi pula seperti halnya Brad Pitt. Pada kalimat akhir artikel tersebut juga menarik,
yaitu :
“Gimana tertarik untuk mengikuti gaya Tom Cruise ini? Jangan lupa lengkapi koleksi
pakaianmu di maskoolin.”
Secara tidak langsung, maskoolin.com menantang pembacanya untuk mengikuti gaya Tom
Cruise yang dianggap sebagai salah satu ikon fashion dunia, dan secara bersamaan mengharuskan
Tom Cruise dengan sambungan kalimat “Jangan lupa lengkapi koleksi pakaianmu
di maskoolin”.
Artikel kedua yang berjudul, “5 Merek Jam Tangan Pria Yang Jarang Diketahui (Merek
Jam Tangan Pria Yang Tidak Dikenal Namun Berkualitas)”, dengan judul seperti itu akan dengan
mudah menggugah rasa penasaran pria untuk mendapatkan barang dengan kualitas baik namun
tidak banyak ketahui, sehingga dapat disebut eksklusif. Terlebih terdapat kata “Merek Jam
Tangan Pria” yang disebutkan telah membetuk kategorisasi khusus dimana pria memang
memiliki varian produk khusus yang harus dimiliki sesuai dengan gender-nya. Hal ini
membangkitkan pola pikir bahwa pria wajib memiliki barang eksklusif dengan embel-embel brand
Sedangkan artikel kedua dengan judul “Zevin, Local Brand In Premium Taste (Leather
Is The New Denim, Start Your Journey Style With Zevin)”, kata “Start Your Journey Style” juga
merupakan penyampaian secara tidak langsung bahwa konsumen harus menggunakan brand
tersebut untuk memulai harinya. Dimana setiap kegiatan digambarkan akan lebih menyenangkan
dengan sepatu kulit dari Zevin, seakan-akan pria yang gayanya sangat macho adalah pria yang
menggunakan produk Zevin tersebut. Sebab kata “Journey” berkaitan dengan kegiatan
petualangan yang menantang dan bersifat macho. Padahal yang kita tahu, berbagai produk fashion
yang berbahan dasar pasti memiliki harga yang relatif mahal. Disini maskoolin.com seakan ingin
meningkatkan taraf konsumtif masyarakat dan hanya terpaku pada style, sehingga para pria
metroseksual tidak akan peduli berapa mahalnya produk tersebut asalkan terlihat gaya.
Selanjutnya, terdapat lead yang menarik pada artikel dengan judul “Sepanjang Tahun
2014 Dari Segi Harga dan Performa (Sepatu Futsal Terbaik Sepanjang Tahun 2014)”, yaitu
“Mencari sepatu futsal yang cocok memang tidak mudah. Peran sepatu yang digunakan saat
bermain sangat penting, bahkan untuk pemain amatir sekalipun. Bukan hanya dalam kualitas
permainan tetapi juga dari bentuk kaki seseorang, hal ini tentu saja berpengaruh terhadap
kenyamanan dan potensi terjadinya cedera pada kaki seseorang. Pada kesempatan kali ini kami
Sejatinya pria metroseksual adalah pria yang sangat concern dengan bentuk tubuhnya,
mereka menganggap bentuk tubuh ideal adalah bentuk tubuh yang berotot dengan perut sixpack.
Sehingga pria metroseksual biasanya memiliki hobi yang baik terhadap aktivitas olahraga untuk
membentuk tubuh sempurna versi pria metroseksual. Maka dari itu, artikel yang telah banyak
dibaca dan dibagikan ini semakin membuktikan apabila pria metroseksual tidak hanya fokus pada
Artikel dengan judul “7 Gaya Menggunakan Jaket Denim Pria (Berbagai Macam
Gaya Menggunakan Jaket Denim Untuk Pria)” memiliki lead yang menarik, yaitu
“Mister yakin, kamu pasti memiliki jaket denim karena item ini memang atasan casual wajib yang
harus dimiliki setiap orang. Mister juga yakin beberapa orang berpikir jaket denim hanya bisa
digunakan dengan celana jeans, kaos, dan sneakers saja. Padahal, kamu bisa menggunakan item
fashion apapun untuk dipadukan dengan jaket denim jika kamu tau caranya.”
Jaket denim merupakan pakaian yang marak dikenakan banyak orang karena fungsinya
yang simple dan casual untuk dikenakan, baik oleh pria maupun wanita dari berbagai kalangan
usia. Namun, hal tersebut bukan merupakan suatu keharusan yang hakiki untuk dimiliki setiap
orang. Dengan statement “wajib” dan diulang dengan statement “harus” memberikan makna
bahwa memiliki sebuah jaket denim adalah kewajiban yang mutlak bagi setiap orang, khususnya
konsumen maskoolin.com yang bergender pria. Selain itu, kalimat terakhir paragraph tersebut
menyatakan “kamu bisa menggunakan item fashion apapun untuk dipadukan dengan jaket
denim jika kamu tau caranya”. Yang memberikan pemaknaan bahwa jaket denim adalah sebuah
kebutuhan fashion yang penting bagi pria untuk terlihat menarik. Tidak hanya sebagai kebutuhan
fashion, namun jaket denim akan dipadupadankan dengan item fashion lain. Sehingga jaket denim
tidak dijadikan sebagai mana fungsinya yang simple dan casual, namun sebuah item fashion yang
suatu budaya populer baru yang wajib diikuti oleh seluruh golongan masyarakat. Fenomena
metroseksual telah menjadi suatu tren lifestyle dalam masyarakat metropolitan di seluruh dunia.
Sentuhan modern khas masyarakat urban sangat melekat dalam kehidupan sehari-hari para laki-
laki metroseksual. Metroseksual ini sering didefinisikan secara bebas sebagai gaya hidup pria-pria
Ketika gaya menjadi segala-galanya dan segala-galanya adalah gaya, maka perburuan
penampilan dan citra diri juga akan masuk dalam permainan konsumsi. Kalau dalam gaya itu
sendiri sudah melekat unsur permainan, maka sudah bisa dipastikan unsur-unsur yang membentuk
gaya hidup akan menjadi sebuah tontonan. Apalagi produk yang memanfaatkan kekuatan citra
bisa menjadi perlambang bagi kolektivitas sosial, dan munculnya asosiasi gaya hidup di
masyarakat.
Hal ini dibuktikan oleh maskoolin.com, yang ketiga aspek dalam e-commerce tersebut
memberikan pemaknaan mengenai gaya hidup pria metroseksual yang glamor dan konsumtif.
Dari mulai varian produknya, fitur-fitur website-nya, hingga jurnal fashion yang ditampilkan oleh
maskoolin.com, semua mengarah kepada konstruksi pikiran pria baik yang tinggal di perkotaan
maupun pedesaan untuk memiliki gaya hidup pria metroseksual yang dianggap modern. Sebab,
metroseksual adalah sebuah bentuk maskulinitas baru dimana pria sudah tidak segan lagi untuk
menunjukkan sisi femininnya. Hal ini ditandai dengan semakin maraknya iklan produk fashion
serta perawatan pria. Tak hanya itu pertumbuhan fenomena metroseksual ini juga diimbangi
dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat, yaitu semakin
menjamurnya e-commerce yang ikut menyebarluaskan fenomena ini agar dianggap sebagai
Akan tetapi, fenomena metroseksual yang merupakan sebuah upaya untuk mendefinisikan
mengubah maknanya yang awalnya hanya sekedar gaya hidup laki-laki urban. Sayangnya, saat ini
metroseksual. Jika ditanya kepada masyarakat tentang definisi metroseksual, maka mayoritas
mungkin akan menjawab metroseksual sebagai gaya hidup pria yang konsumtif, narsistik dan
menunjukkan nilai feminin dari seorang laki-laki tidak hanya sekedar ditandai dengan perawatan
tubuh, namun juga perubahan hobi, kesukaan, kebiasaan, peran dalam keluarga, lingkungan sekitar
Kapitalisme ekonomi ini seakan menemukan pasar baru dengan munculnya gaya hidup
metroseksual. Kapitalisme mencoba menawarkan produk-produk baru bagi para laki-laki dengan
embel-embel “maskulin definisi baru”. Para laki-laki yang tadinya “hanya” menemani istrinya
berbelanja, akhirnya justru menjadi ikut berbelanja. Dan akhirnya metroseksual justru identik
Pria telah memiliki kategorinya sendiri dalam berbelanja, produk shampoo, sabun wajah,
sabun badan yang biasanya digunakan untuk umum kini hanya dikhususkan untuk wanita atau pria
saja. Sebenarnya, kategorisasi gender ini sendiri dibentuk oleh kapitalis-kapitalis ekonomi yang
menemukan jalur pembeda gender ini akibat Teori Emansipasi yang banyak didengungkan oleh
kaum feminis. Dimana wanita dan pria dianggap setara, wanita dapat melakukan apa yang
dilakukan pria dan begitu pun sebaliknya, wanita dapat bekerja di lapangan dan pria dapat
mengasuh anak dirumah. Pertukaran peran gender yang masih labil ini didukung dengan gencarnya
iklan dan promosi produk mengenai pentingnya pria dalam memperhatikan penampilan tubuhnya.
Terlebih dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin cepat, seperti
halnya internet dengan sangat mudah mendominasi alam pikiran masyarakat yang haus akan hal-
hal baru yang inovatif seperti teknologi belanja online, uang elektronik, dan lain sebagainya.
Terlebih, perkembangan internet, e-commerce, online social media, dan lain sebagainya
adalah bentuk adopsi perkembangan teknologi dan informasi dari bangsa barat atau Negara Eropa.
Dimana budaya populer metroseksual yang ditampilkan melalui iklan dan e-commerce maskoolin
salah satu contohnya, yang menampilkan Tom Cruise sebagai ikon fashion, adalah representasi
bagaimana bangsa Eropa melalui perusahaan-perusahaan yang memproduksi item fashion dan
kosmetik mencoba mengubah selera konsumen dan cara berpikir masyarakat dalam memaknai
Masifnya penetrasi modernisasi ini, jika dulu dibantu dan dipercepat melalui peralatan
perang, maka di era sekarang mereka masuk melalui teknologi dan komunikasi. Imperialisme dan
globalisasi sesungguhnya dua fenomena dengan pesan yang sama, ‘perluasan daerah kekuasaan
modernitas’. Media menjadi lebih penting daripada pesan yang disampaikannya dan sistem tanda
(system of signs) lebih bermakna dibandingkan sistem objek (system of objects). Konsumen
kemudian hanyut dalam simbol, citra dan penampilan yang telah dikonstruksikan oleh bangsa-
khususnya kaum pria, untuk membangkitkan kebutuhan terhadap estetika penampilan dalam
kehidupan sehari-hari. Penduduk urban perkotaan lebih mengutamakan penampilan luar, citra diri
dimata orang lain daripada kebutuhan utama yang sebenarnya, mereka tidak peduli walau esok
hari harus puasa untuk menghemat uang demi membeli kebutuhan tersier mereka yaitu item
Fenomena tersebut dimanfaatkan oleh para pelaku industri hiburan dan fashion sebagai
target pemasaran. Inilah yang patut diwaspadai dan ditelaah, masyarakat harus paham mengenai
literasi media, agar pola pikir masyarakat khususnya pria tidak mudah didekonstruksi bahwa
budaya konsumtif untuk berbelanja itu adalah sebuah tren yang tidak wajib diikuti oleh
masyarakat urban perkotaan yang dengan mudah menjadi korban iklan atau target pemasaran atau
target penjualan bagi e-commerce sebagai target manipulasi komoditas ekonomi semata.
Hal ini pun sesuai dengan fungsi media massa berdasarkan teori jarum hipodermik.
Menurut teori ini media massa memiliki dampak yang sifatnya langsung, segera serta kuat
terhadap khalayak massa. Hal ini pun sangat sesuai dengan konstruksi citra pria yang dilakukan
terkena dampak konstruksi pola pikir mengenai konsep maskulin pria yang baru yaitu pria
metroseksual. Dan dampak konstruksi tersebut sangat kuat, sehingga konsumen maskoolin.com
akan percaya dengan pesan apapun yang disampaikan oleh e-commerce maskoolin.com mengenai
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Melalui e-commerce ini, pria sebagai objek penelitian mengalami peningkatan visibilitas
eksposur di media, dan budaya populer secara online. Tidak hanya wajah dan tubuhnya saja yang
di ekspose, namun juga gaya hidupnya yang konsumtif serta kebutuhan emosional pria yang
hampir sama dengan wanita memunculkan sebuah representasi tertentu dalam budaya populer
Semakin sering tubuh pria muncul sebagai bentuk dari promosi suatu produk dan role
model penampilan untuk pria lain, akan semakin mudah pula konstruksi pola pikir pria berubah
mengenai gaya berpakaian dan gaya hidup mereka sendiri. Pandangan masyarakat akan berubah
mengenai pria konvensional idaman wanita itu seperti apa, dan mengikuti alur sebagai pria
metroseksual idaman wanita yang secara sengaja telah dikonstruksi oleh media massa, yaitu e-
commerce maskoolin.com.
metroseksual dengan sifat dandy dan narsis, dimana pria akan sangat memperhatikan penampilan
dan perawatan tubuhnya, hobi berbelanja kebutuhan fashion stylist-nya serta senang menjadi pusat
perhatian orang lain. Selain itu, maskoolin.com membawa pesan bahwa pria yang sukses adalah
pria yang mengenakan pakaian mahal serta memakai krim wajah ataupun sabun wajah seperti yang
Maskoolin.com sendiri seakan ingin semakin mengubah cara pandang pria akan
Penduduk urban perkotaan lebih mengutamakan penampilan luar, citra diri dimata orang lain
daripada kebutuhan utama yang sebenarnya, mereka tidak peduli walau esok hari harus puasa
untuk menghemat uang demi membeli kebutuhan tersier mereka yaitu item fashion branded yang
Fenomena tersebut dimanfaatkan oleh para pelaku industri hiburan dan fashion sebagai
target pemasaran. Inilah yang patut diwaspadai dan ditelaah, masyarakat harus paham mengenai
literasi media, agar pola pikir masyarakat khususnya pria tidak mudah didekonstruksi bahwa
budaya konsumtif untuk berbelanja itu adalah sebuah tren yang tidak wajib diikuti oleh
masyarakat urban perkotaan menjadi korban iklan atau target manipulasi komoditas ekonomi
semata bagi e-commerce. Terlebih dengan adanya tagline “whats make a man”, semakin
memperkuat pesan yang dibangun oleh e-commerce maskoolin.com untuk para konsumennya,
bahwa yang membentuk citra pria adalah penampilannya. Penggunaan kosa kata bahasa inggris
pada fitur grooming (perawatan) pun mengisyaratkan konsumennya untuk mengakui bahwa
budaya kebarat-baratan lebih dianggap keren, dari mulai bahasa, gaya berpakaian, gaya hidup
maupun cara bersosialisasinya dengan lingkungan sekitar, sehingga hal tersebut layak untuk ditiru
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti yang dianalisis menggunakan
Analisis Wacana Kritis Sara Mills, disini ditemukan fakta bahwa citra pria telah dikonstruksi
sedemikian rupa agar menghasilkan segmentasi pasar baru yang dapat diperdagangkan secara
meluas oleh berbagai pihak. Tubuh pria kemudian dikelompok-kelompokkan di dalam kategori
yang ada di atribut website e-commerce maskoolin.com. Berbagai kebutuhan pria dalam
berpenampilan dari ujung kepala hingga ujung kaki, kini sengaja dijadikan kategori khusus
tersendiri. Fenomena pria metroseksual dijadikan komoditas barang baru agar membentuk
peluang bisnis yang baru pula sehingga peningkatan pendapatan pun terjadi. Keinginan pria untuk
bisa tampil sempurna bukanlah monopoli orang-orang berduit saja. Sebab, kini mayoritas pria
urban perkotaan maupun pedesaan telah terjangkit wabah metroseksual untuk menunjukkan
Hal ini pun sesuai dengan fungsi media massa berdasarkan teori jarum hipodermik.
Menurut teori ini media massa memiliki dampak yang sifatnya langsung, segera serta kuat
terhadap khalayak massa. Hal ini pun sangat sesuai dengan konstruksi citra pria yang dilakukan
terkena dampak konstruksi pola pikir mengenai konsep maskulin pria yang baru yaitu pria
metroseksual. Dan dampak konstruksi tersebut sangat kuat, sehingga konsumen maskoolin.com
akan percaya dengan pesan apapun yang disampaikan oleh e-commerce maskoolin.com mengenai
konsumennya pada fitur jurnal artikel. Seluruh konten artikel pada jurnal maskoolin.com lebih
berpakaian pria masa kini. Padahal, pembaca yang membuka fitur tersebut bertujuan untuk
mendapatkan referensi gaya berpakaian atau sekedar untuk mendapatkan informasi mengenai
dunia fashion. Namun, e-commerce maskoolin.com hanya fokus pada promosi produk yang dijual
kearah dandy, dimana diartikan bahwa pria tersebut sudah tidak malu lagi untuk menunjukkan
sikap femininnya dengan menawarkan produk pakaian yang berwarna merah muda, warna-warna
lembut seperti pakaian wanita, selain itu juga model baju v-neck dan model tas slempang yang
sangat mirip dengan model tas wanita. Semakin hari, citra macho semakin digeser dengan citra
pria feminin yang sangat peduli dengan penampilan, dan hal tersebut dirasa kurang baik karena
akan menimbulkan konsep pria yang kewanita-wanitaan bukan pria metroseksual yang macho dan
keren.
4.2 Saran
Adapun saran dari peneliti berdasarkan penelitian mengenai wacana kategorisasi fashion
1. Penelitian ini melihat atribut website, fitur website, quotes e-commerce, keterangan teks di
setiap varian produk, ikon fashion, studi pustaka, fitur jurnal website, kategori jurnal, judul
artikel, serta konten artikel mengenai makna-makna yang timbul pada website e-commerce
maskoolin.com. Diharapkan para akademisi dapat terus meneliti isu gender terutama
2. Bagi para praktisi e-commerce setiap perusahaan perlu melakukan penelitian terhadap
pasar terlebih dahulu mengenai produknya. Tahap selanjutnya adalah perusahaan perlu
memutuskan siapa target konsumennya, di mana hal ini akan sangat berguna dalam
membentuk layout dasar situs yang akan digunakan. Setelah tahapan ini berjalan dan situs
telah dibuka, perusahaan perlu melakukan berbagai evaluasi terhadap kinerjanya sebelum
dan setelah situs dibuka. Dari hasil evaluasi inilah perusahaan melakukan berbagai
perbaikan terhadap situsnya agar lebih baik dan komunikatif sehingga mampu menarik
3. Bagi e-commerce maskoolin.com harus berpikir lebih jauh mengenai dampak yang
ditimbulkan ke dalam masyarakat oleh kontan jurnal maupun jargon yang ada pada website
secara modern dan fungsional yang ditampilkan oleh maskoolin.com, masyarakat akan
terkekang dalam konsep maskulinitas yang sempit, sehingga dapat menimbulkan rasa tidak
puas diri dalam segi gaya hidup, dan gaya berpakaiannya pada pria.
4. Bagi para pembaca, melihat hal tersebut seharusnya pembaca lebih menentukan sikap kritis
mutlak harus dipenuhi oleh pembaca. Karena, apabila pembaca terkekang oleh konsep
maskulinitas yang sempit, selain pria tidak akan berpuas diri dengan dirinya sendiri,
pembaca selaku masyarakat tanpa sadar akan terus memaksa diri untuk bisa mencapai gaya
Buku
Drs. H. Ardial, Msi. 2014. Paradigma dan Model : Penelitian Komunikasi. Jakarta
: PT Bumi Aksara
Troxell, M.D. & Stone, E. 1981. Fashion Merchandising : 3rd Edition. New York
: McGraw Hill.
Kotler, P., Keller, K.L., and Burton, S. 2008, Marketing Management, (1st ed.).
Australia : Pearson Education Australia.
1|
Non Buku
maskoolin.com
http://designaward.hm.com
http://wolipop.detik.com
2|